Cara bertanam Jeruk sehat

PENDAHULUAN
Jeruk merupakan salah satu komoditas buah unggulan nasional yang telah lama dikenal oleh
masyarakat karena keberadaanya menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia yang
ditanaman di pekarangan maupun di kebun atau sawah. Buah ini juga digemari oleh seluruh
lapisan masyarakat yang biasanya dikonsumsi dalam bentuk buah segar maupun hasil olahan.
Selain bermanfaat untuk membantu memenuhi gebutuhan gizi masarakat (vitamin dan
mineral), komoditas ini telah berperan besar dalam memacu sistem dan usaha agribisnis yang
dapat melayani, mendorong, menarik, dan menghela kegiatan pembangunan pertanian
(agribisnis) di beberapa wilayah sentra produksi dan sekitarnya.
Nilai ekonomi tanaman jeruk termasuk tinggi dan dapat mengangkat tingkat kesejahteraan
petaninya menjadi relatif lebih baik dibandingkan dengan petani komoditas buah yang lain
maupun tanaman pangan. Panen jeruk yang umumnya dapat dimulai pada tahun ketiga atau
keempat setelah tanam dapat memberikan keuntungan selama siklus hidupnya rata-rata lebih
dari 30 juta rupiah/ha/tahun.
Selama periode enam tahun terakhir terjadi peningkatan produksi buah jeruk di Indonesia
rata-rata lebih 20% per tahun. Produksi yang dicapai pada tahun 2004 sekitar 1.600.000 ton
buah dengan nilai perdagangan sekitar 3,2 triliun merupakan hasil dari pertanaman yang telah
berproduksi seluas 70.00 hektar atau setara dengan 70% dari seluruh luas jeruk yang telah
tertanam. Capaian tersebut hanya dapat mengantarkan Indonesia pada peringkat ketiga belas
dunia setelah Vietnam sebagai negara pengahasil utama buah jeruk sekaligus sebagai
pengimpor (94.696 ton) terbesar kedua di Asean setelah Malaysia (Badan Litbang, 2005).

Walaupun volumenya belum seimbang dengan volume impor, buah jeruk pamelo (jeruk
besar), lemon, dan grapefruit yang bermutu tinggi hasil dari penerapan teknologi pengelolaan
kebun yang baik di Indonesia ternyata juga bisa diterima oleh pasar internasional dengan
volume ekspor lebih dari 1.261 ton pada tahun 2003. Produksi buah jeruk yang bermutu baik
selain untuk meningkatkan volume ekspornya diharapkan juga dapat mengurangi volume
impor sehingga devisa negara dapat dihemat.
Peningkatan jumlah penduduk, pendapatan maupun kesadaran masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan gizinya akan mendorong permintaan pasar nasional terhadap buah-buahan, dan
kebutuhan terhadap buah jeruk di dalam negeri pada tahun 2010 diprediksi 2.355.500 ton
atau meningkat 1,5 kali dari produksi yang dicapai pada tahun 2004. Jika produktivitas
tanaman antara 17 – 20 ton/ha berarti hingga tahun 2010 diperlukan penambahan luas panen
sebesar 50.000 ha yang diharapkan akan terpenuhi dari sepuluh lokasi yaitu Kabupaten KaroSumatera Utara, Muara Enim-Sumatera Selatan, Garut-Jawa Barat, Magelang-Jawa Tengah,
Jember dan Magetan-Jawa Timur, Barito Kuala-Kalimantan Selatan, Pasir-Kalimantan Timur,
Luwu Utara-Sulawesi Selatan, Mamuju Utara-Sulawesi Barat, dan Timor Tengah SelatanNusa Tenggara Timur.
Walaupun di masa mendatang akan terjadi perubahan radikal dalam struktur pasar yang
mengakibatkan persaingan pasar semakin ketat, agribisnis dan pengembangan usahatani jeruk
tetap memberikan prospek menggembirakan asalkan pengelolaanya dilakukan secara tepat,
terfokus, terpadu dan berkelanjutan.
Masalah Usahatani Jeruk
Sebagian besar (60%) jenis jeruk yang ditanam di Indonesia adalah jeruk Siam, dan sisanya

adalah kelompok jeruk keprok, jeruk manis dan pamelo (jeruk besar). Usahatani jeruk
umumnya dilakukan oleh petani baik yang pengembangannya difasilitasi oleh pemerintah
maupun swadaya, dan akhir-akhir ini pengusaha swasta mulai banyak yang tertatarik
mengusahakan karena usahatani jeruk dapat memberikan keuntungan yang tinggi.

Secara umum produksi buah jeruk di tingkat petani masih dilakukan secara tradisional dan
belum/tidak menerapkan manajemen produksi mutu sehingga mutu buah rendah seperti kulit
buah burik, kotor, tidak mulus, warna buah tidak menarik/pucat, rasa buah beragam, dan
sebagainya). Kondisi ini mengakibat harga buah jeruk Indonesia dihargai lebih murah dari
jeruk impor, dan daya saingnya di pasar internasional semakin melemah.
Selain itu, penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) yang disebabkan oleh bakteri
Liberobacter asiaticus hingga saat belum diketemukan obatnya jika tanaman terserang
sehingga penyakit tersebut masih menghantui setiap usaha pengembangan jeruk di Indonesia.
Guna mendukung pengembangan jeruk di Indonesia khususnya untuk menanggulangi CVPD,
Lolit jeruk telah memformulasikan strategi pengendaliaanya yang disebut dengan PTKJS
(Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat). PTKS terdiri atas 5 komponen teknologi, yaitu 1)
Penggunaan bibit jeruk berlabel bebas penyakit, 2) Pengendalian vektor CVPD secara
cermat, 3) Sanitasi kebun yang baik, 4) Pemeliharaan secara optimal, dan 5) Konsolidasi
pengelolaan kebun secara menyeluruh di target wilayah pengembangan.
Teknologi Budidaya yang Baik

Era globalisasi dan pasar bebas akan menciptakan kondisi persaingan pasar yang semakin
ketat. Oleh karena itu jika pengembangan jeruk yang telah dan akan dilakukan tidak diikuti
dengan penerapan teknologi budidaya yang baik, usaha tersebut akan menjadi sia-sia karena
buah yang dihasilkan tidak mampu bersaing dengan produksi negara lain yang pada saat ini
keberadaanya telah bisa ditemukan di pasar tradisional.
Upaya merebut pasar baik dalam negeri maupun pasar internasional perlu dimulai dari
sekarang salah satunya dengan menggiatkan pelatihan dan pembimbingan penerapan teknik
budidaya yang baik secara menyeluruh dan berkesinambungan. Secara umum, teknik
budidaya jeruk yang baik terdiri atas 4 tahapan kegiatan yaitu pemilihan lokasi, pemilihan
bibit, penanaman dan pemeliharaan kebun, dan penanganan panen sampai dengan pasca
panen.
1. Pemilihan lokasi
Penanaman di lokasi yang sesuai merupakan langkah awal yang menentukan keberhasilan
budidaya jeruk. Agar resiko kegagalan dapat dihindari/diperkecil dan efisiensi pengelolaan
kebun tercapai, maka rehabilitasi dan pengembangan jeruk harus diarahkan di lahan-lahan
yang memiliki agroklimat sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman seperti tinggi tempat,
iklim dan tanah.
a. Tinggi tempat
Ketinggian tempat dapat mencerminkan suhu suatu daerah. Pada dasarnya jeruk dapat
ditanam mulai dataran rendah sampai dataran tinggi, tergantung pada varietasnya. Sebagian

besar jenis jeruk Siam dan pamelo lebih cocok ditanam di dataran rendah; sedangkan jenis
jeruk keprok (keprok Batu 55, keprok Tawangmangu, keprok Pulung, keprok Garut, keprok
Kacang, dll), dan jenis jeruk manis (Punten, Groveri dan WNO, dll) lebih cocok ditanam di
dataran tinggi.
b. Iklim
Tanaman jeruk dapat tumbuh pada daerah yang mempunyai suhu antara 13-35°C (optimum
22-23°C), curah hujan antara 1.000-3.000 mm/th (optimum 1.500-2.500 mm/th) dengan
bulan kering (< 60 mm) antara 2-6 bulan berturut-turut (optimum 3-4 bulan). Perhitungan
lamanya bulan kering sangat penting, karena untuk merangsang pembungaan minimum
dibutuhkan bulan kering 2 bulan berturut-turut.
c. Tanah

Kesuburan fisik dan kimia tanah merupakan syarat penting dalam pemilihan lokasi tanam.
Tanaman jeruk membutuhkan pH tanah 5-8 (optimum ± 6), solum (lapisan tanah) cukup
dalam (optimum