ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH : Kajian Etnolinguistik.

(1)

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH

MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH (Kajian Etnolinguistik)

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Magister Humaniora

Program Studi Linguistik

Fajar Rohandy 1200960

PROGRAM STUDI LINGUISTIK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH

MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH (Kajian Etnolinguistik)

Oleh Fajar Rohandy

S.Pd. UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Humaniora (M.Hum.) pada Sekolah Pasca Sarjana Prodi Linguistik

© Fajar Rohandy 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBINGBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. Syihabudin, M.Pd 196001201987031001

Pembimbing II

Dadang Sudana, M.A, Ph.D 196009191990031001

Mengetahui

Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,

Dadang Sudana, M.A, Ph.D 196009191990031001


(4)

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa tesis dengan judul ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA MASYARAKAT ADAT

KAMPUNG DUKUH (Kajian Etnolinguistik) beserta seluruh isinya adalah

benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Mei 2015 Pembuat Pernyataan,


(5)

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kata Pengantar

. Rasa syukur dan segala puji penulis sampaikan kepada Allah SWT atas semua rakhmatNya kepada penulis, sehingga segala rintangan yang muncul selama proses penyusunan tesis ini dapat teratasi. Dengan rakhmatNya pula akhirnya penyusunan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Tesis ini sengaja disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi yang penulis tempuh pada Program Studi Linguistik.

Tesis ini tentang analisis leksikon Arab dalam bahasa Sunda pada tausiyah upacara ziarah masyarakat adat Kampung Dukuh (Kajian Etnolinguistik). Dengan dilakukannya penelitian ini, semoga hal ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kebahasaan.

Bandung, Mei 2015


(6)

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ucapan Terima Kasih

Dengan diselesaikannya penyusunan tesis ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang ikut berperan dalam penyelesaian studi penulis di Program Pascasarjana UPI.

Pertama Prof. Dr. Syihabuddin, M. Pd selaku pembimbing pertama dan Dadang Sudana, M. A, Ph. D selaku pembimbing kedua yang telah memberikan arahan serta wawasan berharga sejak awal hingga akhir penyusunan tesis ini.

Kedua kepada informan yaitu, Pemangku Adat, Humas Adat dan Masyarakat Adat Kampung Dukuh yang senantiasa memberikan informasi terkait dengan penyusunan tesis ini. .

Ketiga kepada Pemda Kabupaten Garut yang telah memberikan izin dan bantuan untuk penelitian di Kampung Dukuh Kabupaten Garut.

Tesis ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua dan keluargaku, terlebih lagi Istriku beserta anakku Aisha Zahrotul Jannah. Semoga tesis ini bermanfaat bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan khususnya bidang linguistik.


(7)

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abstrak

Penelitian ini mengungkap penggunaan leksikon Arab dalam bahasa Sunda yang dituturkan oleh masyarakat adat Kampung Dukuh di Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut. Dengan menggunakan konsep pemaknaan dalam perspektif etnolinguistik, penelitian ini mencoba mengungkapkan gejala kebudayaan yang ditimbulkan oleh leksikon bahasa tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leksikon bahasa Arab muncul dalam jumlah yang relatif signifikan pada bahasa Sunda yang digunakan masyarakat adat Kampung Dukuh, hingga mencapai jumlah 754 dari 10.233 kata yang muncul dalam korpus, atau sekitar 7,37%. Kemudian, beberapa leksikon Arab pada korpus data memiliki kesamaan makna leksikal dan makna kontekstual. Selanjutnya, makna kontekstual dari leksikon bahasa Arab dalam bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Kampung Dukuh memiliki dua karakter: (1) sama sekali berbeda dengan makna leksikalnya; dan (2) berbeda dengan makna leksikalnya, namun masih memiliki keterkaitan makna. Terakhir, penggunaan leksikon Arab dalam bahasa Sunda masyarakat adat Kampung Dukuh yang pada gilirannya sangat memengaruhi perubahan budaya secara signifikan sesuai dengan esensi dari gagasan tentang gejala kebudayaan dari Koentjaraningrat (2000).


(8)

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Abstract

The research reveals the use of Arabic lexicons in Sundanese language spoken by indigenous peoples of the Village of Dukuh in Sub-District of Cikelet, Regency of Garut. By using the concept of meaning in ethnolinguistic perspective, this study tries to reveal the use of Arabic lexicons in Sundanese language used by indigenous people the Village of Dukuh, their lexical meanings, their contextual meanings, and cultural phenomena that are caused by the Arabic lexicons in Sundanese language used by indigenous people of the Village of Dukuh. The results show that the Arabic lexicons appear in a relatively significant amount of the Sundanese language used by the indigenous people of the Village of Dukuh, up to a total of 10.233 words, 754 of them are Arabic lexicons that appear in the corpus, or approximately 7.37%. Then, some Arabic lexicons in the corpus of data have the identical lexical and contextual meaning. Furthermore, the contextual meanings of the Arabic lexicons used in Sundanese of the Village of Dukuh has two characters that (1) are totally different from the lexical meanings; and (2) are different from the lexical meaning, but still have relevance meaning. Finally, the use of Arabic lexicon in Sundanese language spoken by the indigenous people of the Village of Dukuh, in turn, greatly affect cultural changes significantly according to the essence of the idea of cultural phenomena of Koentjaraningrat (2000).


(9)

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH


(10)

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Isi

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... iii

Ucapan Terima Kasih ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Peraga ... vii

Daftar Tabel ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.6 Istilah-Istilah Kunci ... 10

1.7 Sistematika Pelaporan ... 11

1.8 Penutup ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

2.1 Bahasa dan Kebudayaan ... 13

2.2 Etnolinguistik: Studi Budaya dengan Perspektif Bahasa ... 17

2.3 Leksikon ... 23

2.3.1 Leksikon dan Makna ... 24

2.3.2 Leksikon dan Gejala Kebudayaan ... 25

2.4 Penelitian dengan Korpus Data ... 30

2.5 Kajian Terdahulu dan Posisi Kajian ini ... 31

2.6 Penutup ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Desain Penelitian ... 34

3.2 Lokasi Penelitian ... 35

3.3 Paradigma dan Klasifikasi Penelitian ... 35

3.4 Sumber, Batasan, dan Subjek Penelitian ... 36

3.5 Pengumpuln Data ... 37

3.6 Teknik Analisis Data ... 37


(11)

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.8 Penyajian Hasil Analisis Data ... 39

3.9 Penutup ... 39

BAB IV ANALISIS, HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1 Analisis ... 42

4.1.1 Kemunculan Leksikon Arab dalam Sumber Data ... 43

4.1.2 Makna Leksikal dan Makna Kontekstual ... 47

4.1.2.1 Makna Leksikal dan Makna Kontekstual Identik ... 49

4.1.2.2 Makna Leksikal dan Makna Kontekstual Berbeda Sepenuhnya ... 52

4.1.2.3 Makna Leksikal dan Makna Kontekstual Berbeda, namun Memiliki Keterkaitan ... 57

4.1.3 Gejala Kebudayaan yang Ditimbulkan Leksikon Bahasa Arab di Kampung Dukuh ... 64

4.1.3.1 Leksikon yang Mewujudkan Nilai-Nilai Masyarakat ... 65

4.1.3.2 Leksikon yang Mewujudkan Tindakan berpola ... 72

4.1.3.3 Leksikon yang Mewujudkan Benda-Benda Hasil Karya Manusia ... 79

4.2 Hasil Analisis ... 86

4.2.1 Hasil Analisis Kemunculan Leksikon Arab dalam Sumber Data ... 87

4.2.2 Hasil Analisis Makna Leksikal dan Makna Kontekstual ... 87

4.2.3 Hasil Analisis Gejala Kebudayaan yang Ditimbulkan Oleh Penggunaan Leksikon Arab dalam Bahasa Sunda di Kampung Dukuh ... 88

4.3 Pembahasan ... 88

4.3.1 Makna Leksikal dan Kontekstual Arab di Kampung Dukuh ... 88

4.3.2 Gejala Kebudayaan yang Ditimbulkan Leksikon Bahasa Arab Di Kampung Dukuh ... 95

4.4 Penutup ... 101

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 102

5.1 Simpulan ... 102

5.2 Saran ... 105

5.3 Penutup ... 106

Daftar Pustaka ... 107


(12)

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Peraga

Peraga 1.1 Peta Alur Penelitian ... 10

Peraga 4.1 Contoh Penggunaan MonoCone Pro for Windows ... 41

Peraga 4.2 Masjid di Kampung Dukuh ... 83

Peraga 4.3 Jalan Makom Syeikh Abdul Jalil di Kampung Dukuh ... 84

Peraga 4.4 Wilayah Kampung Adat Dukuh ... 85

Peraga 4.5 Masyarakat Adat Kampung Dukuh Mendaras Quran ... 86

Daftar Tabel

Tabel 4.1 Distribusi Data ... 42

Tabel 4.2 Empat Puluh Leksikon dengan Frekuensi Terbanyak ... 43

Tabel 4.3 Pengganti Leksikon yang Disisihkan ... 46

Tabel 4.4 Makna Leksikal dan Kontekstual Pada Lima Leksikon yang Terbanyak Muncul ... 48

Tabel 4.5 Analisis Perbandingan Makna Leksikal dan Kontekstual Pada Leksikon Arab ... 48

Tabel 4.6 Leksikon dengan Makna Leksikal dan Kontekstual Identik ... 49

Tabel 4.7 Leksikon dengan Perbedaan Makna Leksikal dan Kontekstual ... 53

Tabel 4.8 Leksikon dengan Perbedaan Makna Leksikal dan Kontekstual yang Masih Berkaitan ... 58

Tabel 4.9 Distribusi Wujud Kebudayaan Sebagai Realisasi Gejala Kebudayaan yang Ditimbulkan Leksikon Bahasa Arab di Kampung Dukuh ... 64

Tabel 4.10 Leksikon yang Mewujudkan Nilai-Nilai Masyarakat ... 65

Tabel 4.11 Leksikon yang Mewujudkan Tindakan Berpola ... 72

Tabel 4.12 Leksikon yang Mewujudkan Hasil Karya Manusia ... 79

Tabel 4.13 Leksikon dengan Kemunculan Gejala yang Berupa Artefak ... 82


(13)

1

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan jumlah bahasa dan etnis terbanyak di dunia. Lebih dari 700 bahasa dituturkan di Indonesia oleh beragam etnis yang berbeda-beda. Bahasa dan kebudayaan Indonesia dibangun oleh pilar-pilar bahasa dan budaya beragam etnis yang tersebar di daerah-daerah di Indonesia. Bahasa dan budaya, tak pelak, berperan sebagai salah satu komponen jatidiri bangsa yang menunjukkan karakter masyarakat yang mengembangkannya. Ini dapat dipahami mengingat bahasa dan budaya merupakan dua aspek kehidupan manusia yang saling bertemali dan saling memengaruhi (lih. Koentjaraningrat, 1985).

Setiap bahasa digunakan oleh masing-masing masyarakat tuturnya secara dinamis. Implikasi dari kenyataan ini adalah munculnya pemakaian bahasa yang variatif di tengah masyarakat tutur tersebut. Bahasa dengan sifat dinamis yang dimilikinya dapat memberikan pengaruh signifikan kepada masyarakat pemakainya. Pengaruh-pengaruh signifikan bahasa ditandai oleh terjadinya variasi penggunaan dan pengayaan bahasa maupun kebudayaan yang berkembang sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Dengan kata lain, suatu bahasa yang berkembang di suatu daerah akan membawa pengaruh pada kebudayaan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Sebaliknya, kekayaan kultural masyarakat tutur suatu bahasa juga akan terekam dalam bentuk-bentuk lingual. Oleh karena itu, hubungan ini memberikan kesempatan bagi munculnya fenomena-fenomena bahasa yang khas di kawasan tertentu, misalnya di kawasan Jawa Barat, salah satu kawasan strategis dalam peta kebudayaan Indonesia.

Jawa Barat adalah kawasan yang secara alamiah merupakan ”kampung halaman” bagi etnis Sunda. Di Kepulauan Indonesia, etnis Sunda merupakan kelompok etnis terbanyak kedua setelah Jawa. Etnis Sunda menuturkan bahasa Sunda, yang menduduki peringkat kedua sebagai bahasa daerah dengan jumlah penutur terbesar setelah bahasa Jawa di Indonesia. Kondisi tersebut


(14)

2

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memungkinkan masyarakat Sunda memberikan banyak kontribusi yang nyata dan signifikan terhadap perkembangan bahasa dan budaya Indonesia secara keseluruhan karena keterkaitan bahasa dan budaya dalam satu jalinan simpul kebudayaan terbentuk oleh interaksi masyarakat dengan lingkungannya, maupun di antara sesamanya.

Bahasa Sunda, yang dituturkan oleh etnis Sunda, memiliki berbagai variasi. Beberapa variasi tersebut telah banyak dikaji oleh para pakar bahasa hingga menghasilkan beberapa simpulan penting dalam kajian kebahasaan. Salah satu deskripsi signifikan yang terkait dengan variasi bahasa Sunda dikemukakan oleh Wahya (1995: 7). Menurutnya, secara garis besar, pembagian variasi bahasa Sunda mengenal (1) variasi temporal, (2) variasi sosial, dan (3) variasi lokal atau variasi geografis. Variasi temporal bahasa Sunda merupakan variasi yang ditandai oleh waktu poenggunaannya, misalnya bahasa Sunda yang digunakan pada abad ke 14 pada prasasti berbeda dengan bahasa Sunda di zaman sekarang. Variasi sosial bahasa Sunda merupakan variasi yang ditandai oleh fungsi sosial para penutur masyarakat di tengah pergaulan sosial, misalnya bahasa Sunda yang digunakan oleh para guru berbeda dengan bahasa Sunda yang digunakan oleh para petani. Adapun variasi geografis berbicara tentang variasi yang ditandai oleh unsur wilayah atau kawasan, misalnya bahasa Sunda yang digunakan di daerah Priangan berbeda dengan bahasa Sunda yang digunakan di dearah Banten atau Cirebon.

Selain memiliki beragam variasi tersebut, bahasa Sunda juga dikenal memiliki variasi yang digolongkan sebagai ragam standar (lulugu). Ragam standar ini, sebagaimana dijelaskan oleh Djajasudarma (1994:33), pada mulanya ditetapkan oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1912. Dengan mempertimbangkan jumlah pemakai, bahasa Sunda dialek Priangan ditetapkan sebagai ragam standar yang digunakan secara resmi di lingkungan pemerintahan, diajarkan di sekolah-sekolah dan digunakan dalam buku-buku.

Di sisi lain, etnis Sunda mayoritas beragama Islam. Fakta ini tak pelak turut mewarnai perkembangan budaya dan bahasa Sunda. Sebagai konsekuensinya, bahasa Sunda menyerap banyak kata dari bahasa Arab, sebagai


(15)

3

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahasa peribadatan Umat Islam. Selain itu, beberapa ungkapan berbahasa Arab, yang belum atau tidak diserap ke dalam bahasa Sunda, sering digunakan di dalam komunikasi lisan maupun tulisan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam komunikasi lisan orang Sunda, berbagai ungkapan seperti asalamualaikum, alhamdulilah, masya Allah, dan sebagainya telah menjadi ungkapan-ungkapan yang lazim dituturkan. Sementara dalam komunikasi tulisan, pesatnya perkembangan teknologi dan informasi telah membantu lebih tersebarnya berbagai istilah yang berakar dari bahasa Arab (Zifana & Kurniawan, 2014: 315).

Penggunaan istilah-istilah Arab dalam komunikasi lisan, maupun tulisan, orang Sunda merupakan sebuah fenomena bahasa yang menarik. Terlebih bila dikaitkan dengan kompleksitas demografi seperti agama. Fakta bahwa agama, dalam hal ini Islam, memainkan peran penting sebagai salah satu budaya inti masyarakat Sunda (lih. Aziz, 2005) sangat memengaruhi kecenderungan bahasa masyarakat Sunda. Fakta kultural ini akan tampak dalam realisasi bahasa masyarakat Sunda. Sungguh menarik untuk mencermati bahwa ada kemungkinan interferensi bahasa yang signifikan dalam bahasa Sunda, dalam hal ini dari istilah-istilah Islam yang berbahasa Arab.

Wujud nyata dari realisasi bahasa masyarakat Sunda dengan kemungkinan interferensi bahasa dari istilah-istilah Islam yang berbahasa Arab dapat tampak secara kasat mata dari pola komunikasi sehari-hari masyarakat Sunda. Akan tetapi, perkembangan pola dan cara komunikasi ini tentunya akan bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Sebagai contoh, pola komunikasi di kawasan perkotaan tentu akan berbeda dengan pola komunikasi masyarakat pedesaan. Penelitian ini melihat kemungkinan realisasi ini dari sudut kajian bahasa dan kebudayaan. Oleh karena itu, kawasan-kawasan adat yang masih menjaga tradisi pemertahanan bahasa Sunda yang kokoh menjadi fokus penelitian ini. Secara lebih operasional, kajian ini memandang Kampung adat Dukuh di kawasan Garut Selatan sebagai tempat yang memenuhi kriteria tersebut.


(16)

4

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini akan mendeskripsikan penggunaan leksikon-leksikon bahasa Arab di dalam bahasa Sunda. Fokus kajian diarahkan kepada Kampung Dukuh, Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat. Secara umum, Kabupaten Garut adalah salah satu kabupaten di Jawa Barat yang mayoritas penduduknya berbahasa Sunda dan beragama Islam.

Secara historis, Kampung Dukuh pada mulanya didirikan dan dipimpin oleh seorang ulama asal dari Sumedang yang bernama Syekh Abdul Jalil. Fakta ini membuktikan bahwa penyebaran Islam dan peninggalannya sangat memengaruhi faktor kebahasaan dalam hal pemakaian dan fungsi bahasa. Kemungkinan, realita ini cenderung dapat melahirkan variasi bahasa atau variasi dialek.

1.2Identifikasi Masalah

Kampung Dukuh dipilih karena memiliki beberapa ciri khas yang selaras dengan kajian ini, di antaranya adalah penggunaan leksikon bahasa Arab dalam komunikasi bahasa Sunda. Berikut ini salah satu contohnya,

“Hayu, mushafahah heula ka Mama Uluk.”

Pada tuturan di atas, jelas bahwa penggunaan kata mushafahah merupakan leksikon Arab. Dalam bahasa Sunda masyarakat adat Dukuh, leksikon ini dimaknai sasalaman (bersalaman).

Contoh lainnya adalah sebagai berikut

“Mangga, Mama Uluk awwalan.”

Kata awwalan adalah leksikon Arab yang dimaknai tipayun/mayunan (duluan).

Fenomena ini merupakan hal yang menarik untuk diteliti karena variasi dalam komunikasi verbal masayarakat Adat Dukuh menunjukkan adanya penggunaan leksikon Arab yang signifikan, melebihi masyarakat Sunda lainnya. Mengacu kepada fenomena ini bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat adat dukuh memiliki kekhasan dan variasi tersendiri dibandingkan dengan bahasa Sunda di daerah lain. Untuk itu, ruang lingkup penelitian ini akan dibatasi pada unsur leksikon Arab yang digunakan dalam komunikasi bahasa


(17)

5

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sunda Masyarakat Adat Dukuh. Pertimbangan ini didasarkan pada gagasan bahwa unsur leksikon merupakan faktor penentu utama dalam variasi bahasa (Chambers dan Trudgill, 1980: 8). Selanjutnya, gejala kebudayaan yang ditimbulkan dari pemakaian leksikon itu juga menjadi salah satu fokus kajian ini dengan mengacu kepada gagasan bahwa data kebahasaan dapat ditelisik dengan mengacu kepada gagasan pendekatan pemaknaan berdasarkan konsep kultural (Duranti, 1997).

Secara singkat, penggunaan leksikon Arab dapat dijelaskan dengan mengacu kepada gagasan bahwa leksikon pada hakikatnya merupakan pemberian label. Label tersebut merujuk kepada makhluk, benda, kegiatan, dan peristiwa di dunia ini. Jadi, beragam kata pun muncul dalam sistem bahasa pada kehidupan manusia yang kompleks dan beragam (Darheni, 2010: 57).

Karena tujuan utama kajian ini adalah memberikan perspektif dari disiplin antropolinguistik/linguistik antropologis terhadap leksikon Arab yang digunakan masyarakat adat Kampung Dukuh, terutama dalam kaitannya dengan aspek kultural masyarakat Sunda, data dapat ditelisik dengan mengacu kepada gagasan pendekatan pemaknaan berdasarkan konsep kultural (Duranti, 1997). Salah satu fenomena bahasa yang lazim adalah kenyataan bahwa bahasa dan kata-kata yang membangunnya merupakan buah dari pola pikir penutur bahasa itu sendiri (Duranti, 1997).

Pada bagian ini, kajian ini menempatkan landasan antropolinguistik dari sifatnya yang menitikberatkan pada hubungan antara bahasa dan kebudayaan di dalam suatu masyarakat (Sibarani, 2004: 50). Dalam hal ini, linguistik antropologis menempatkan unsur bahasa dan mengkajinya melalui perspektif antropologi. Disiplin ini memandang budaya dan makna di balik penggunaan suatu kata, menemukan bentuk-bentuk bahasa, register, dan gaya (lih. Foley, 1997: 3; Pastika, 2002: 90).

Gagasan ini sejalan dengan gagasan Halliday (1977) yang menyebutkan bahwa dalam kaitan bahasa dengan kebudayaan, bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Demikian pula gagasan Palmer (1996: 36) saat mengemukakan istilah linguistik budaya, yang menurutnya muncul sebagai persoalan perpaduan


(18)

6

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari ilmu bahasa dan budaya. Linguistik budaya secara mendasar tidak hanya berhubungan dengan kenyataan objektif, tetapi juga mengenai bagaimana orang/masyarakat itu berbicara, mengenai dunia yang mereka gambarkan sendiri. Linguistik budaya berhubungan dengan makna/arti yang bersifat interpretatif (penafsiran) atas keseluruhan konteks (linguistik, sosial, dan budaya).

Selanjutnya, gagasan tentang linguistik dan kebudayaan juga diperkaya oleh Riana (2003: 8) yang menjelaskan bahwa dalam sebuah studi yang meneliti hubungan intrinsik antara bahasa dan budaya, bahasa harus ditempatkan

sebagai fenomena budaya. Pada tataran ini, kajiannya dapat berupa “language in culture” atau “language and culture”.

Kembali ke fokus tentang bentuk leksikon Arab dalam bahasa Sunda, Gunardi (2013: 197) mengemukakan bahwa aspek bahasa Sunda mengandung nilai budaya dan melibatkan bahasa Sunda sebagai media melalui idiom-idiom (babasan & paribasa), dongeng-dongeng, lagu-lagu, ramalan-ramalan (uga), legenda-legenda, mantera-mantera, dan sebagainya. Dari tinjauan ini, kita dapat mengurai nilai budaya di balik leksikon Arab yang terekam di dalam bentuk-bentuk bahasa yang merupakan hasil kebudayaan Sunda.

Kebudayaan itu sendiri tidak hanya dibentuk melalui bahasa dan segala karakternya yang unik, tetapi juga melalui kedekatan dengan alam. Ekosistem merupakan tatanan ekologis yang ada dan dikenali melalui hubungan timbal-balik di antara makhluk hidup dan lingkungannya (Soemarwoto, 1991). Melalui perspektif ini, kita bisa menarik benang merah dari kemunculan leksikon maung di dalam bahasa Sunda.

Klasifikasi dan deskripsi leksikon Arab dalam kajian ini akan ditujukan kepada penggunaannya berdasarkan perspektif budaya dan sosial. Dalam hal ini, kajian atas konsep komunikasi serta bahasa yang digunakan di dalamnya menjadi penting karena kata mencerminkan dan menceritakan karakteristik cara hidup dan cara berpikir penuturnya, serta dapat memberikan petunjuk yang sangat bernilai dalam upaya memahami budaya penuturnya (Wierzbicka, 1997: 4). Berbagai contoh rekaman budaya dalam sistem bahasa memotret bentuk


(19)

7

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

budaya tertentu dalam satu leksikon atau istilah yang terkait dengan cara, nilai, atau budaya komunikasi masyarakatnya.

Beranjak dari gagasan Wierzbicka tersebut, serta gagasan pendekatan pemaknaan berdasarkan konsep kultural (Duranti, 1997), ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi. Pertama, uraian Duranti (1997: 259) yang mengutip gagasan Sacks (1992) bahwa pada kenyataannya, kita mendengar ucapan-ucapan

tertentu sebagai “idiom”. Dalam hal ini, definisinya ialah potongan tertentu yang

kita kaitkan dengan kegiatan rutin tertentu pula. Dalam hal ini, idiom memainkan peran signifikan yang menunjukkan nilai kepentingan suatu leksikon. Idiom mengandung lambang-lambang kata dengan representasi maksud atau makna terkandung di dalamnya. Jumlah dan kemungkinan produksinya dalam suatu sistem bahasa tak terhitung (Danesi, 2004: 148). Contohnya menurut kaidah gramatikal, kata-kata tertentu seperti ketakutan, kesedihan, keberanian, dan kebimbangan memiliki makna yang dekat dengan bentuk dasarnya masing-masing. Namun, kata kemaluan tidak memiliki makna dengan konstruksi yang serupa. Begitu juga frasa rumah kayu yang bermakna

‘rumah yang terbuat dari kayu’, tetapi pada frasa rumah batu selain bermakna gramatikal ‘rumah yang terbuat dari batu’, ada pula makna lainnya, yaitu ‘pegadaian’ atau ‘rumah gadai’ (Chaer, 1995: 76). Selanjutnya, kajian mengenai

makna juga tidak akan lepas dari persoalan semantik sebagai subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal yang ditandainya (Parera, 1991: 25).

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan kepada gagasan-gagasan yang telah diuraikan di atas, kajian ini akan mencoba menguraikan penggunaan leksikon Arab di dalam bahasa Sunda dari perspektif bahasa dan budaya. Beberapa kajian linguistik antropologis yang mengkaji konsep suatu leksikon telah banyak dilakukan. Pada umumnya kajian hanya terfokus kepada salah satu dari sekian banyak aspek, seperti idiom atau onomastik saja. Misalnya, kajian dari Fasya (2013) dan Kartika (2013) yang mengarahkan konsep idiom dengan nama-nama binatang dalam idiom bahasa


(20)

8

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sunda. Kajian lainnya dari Afidah & Amanah (2013) memaparkan konsep syukur orang Sunda dari satu mantra nendeun beas saja.

Kajian ini mencoba untuk mengombinasikan pola pemetaan konsep leksikon Arab dengan analisis yang lebih mendalam, tidak terbatas pada satu aspek saja. Dengan menggunakan klasifikasi penggunaan leksikon yang lebih banyak, hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan sudut pandang yang lebih komprehensif terhadap penggunaan leksikon Arab di dalam bahasa Sunda.

Dengan mengacu kepada identifikasi masalah penelitian pada bagian sebelumnya, ada beberapa pertanyaan penelitian yang dapat dikemukakan sebagai dasar operasional di dalam penelitian ini. Pertanyaan-pertanyaan tersebut ialah sebagai berikut.

1. Apa saja leksikon serapan Bahasa Arab dalam Bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Kampung Dukuh?

2. Bagaimanakah makna leksikal dan makna kontekstual leksikon bahasa Arab dalam bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Kampung Dukuh?

3. Apa gejala kebudayaan yang ditimbulkan oleh leksikon bahasa Arab dalam bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Kampung Dukuh?

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memaknai eksistensi leksikon bahasa Arab dalam bahasa Sunda. Secara praktis, tujuan dari penelitian ini adalah menemukan dan mendeskripsikan leksikon bahasa Arab dalam bahasa Sunda praktis yang digunakan masyarakat adat Kampung Dukuh. Sejalan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian, maka tujuan-tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Menemukan dan membuat daftar leksikon serapan Bahasa Arab dalam Bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Kampung Dukuh.

2. Melacak makna leksikal dan makna kontekstual leksikon bahasa Arab dalam bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Kampung Dukuh.


(21)

9

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Menemukan dan menjelaskan gejala kebudayaan yang ditimbulkan oleh leksikon bahasa Arab dalam bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Kampung Dukuh.

1.5Manfaat Penelitian

Dengan mengacu kepada tujuan dan pertanyaan yang hendak dijawab, penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak, antara lain

1) bagi Program Studi Linguistik dan program-program studi lain yang berkenaan dengan studi kebahasaan, untuk memperkaya karya-karya pengamatan dan penelitian yang berkenaan dengan kajian interferensi bahasa dan kajian bahasa dan budaya;

2) bagi mahasiswa linguistik, untuk memperkaya sumber-sumber acuan yang berkenaan dengan interferensi bahasa dan kajian bahasa dan budaya;

3) bagi masyarakat umum, untuk memberikan perspektif dan pengetahuan baru dalam menilai dan memaknai interferensi bahasa dan kajian bahasa dan budaya;

4) bagi masyarakat Sunda, untuk memberikan cara pandang alternatif terhadap bahasa dan budaya Sunda, yakni dalam hal interferensi bahasa dan kajian bahasa dan budaya Sunda;

5) bagi upaya-upaya pengembangan tatanan kebahasaan masyarakat, hasil penelitian ini diharpkan mampu memberikan sumbangsih sebagai sumber literatur dalam kajian yang terkait dengan interferensi bahasa dan kajian bahasa dan budaya.


(22)

10

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peraga I.1 Peta Alur Penelitian

1.6Istilah-istilah Kunci

Di dalam laporan ini, terdapat beberapa istilah teknis yang menjadi kunci utama dari penelitian ini, antara lain sebagai berikut;

1. Linguistik Antropologis atau Antropolinguistik adalah subdisiplin Linguistik yang menjadi koridor kajian ini, merupakan cabang ilmu yang mempelajari variasi dan penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat komunikasi, sistem kekerabatan, pengaruh kebiasaan etnik, kepercayaan, etika bahasa, adat istiadat, dan pola-pola kebudayaan lain dari suatu suku bangsa (Sibarani, 2004:50).

HASIL

Wujud Kebudayaan (SAPIR, 1949)

FENOMENA

Leksikon Arab dalam bahasa Sunda Masyarakat Adat

Kampung Dukuh

Makna Kontekstual Leksikon (Wierzbicka, 1997) IMPLIKASI

Gejala Kebudayaan (Koentjaraningrat, 2000)

(Duranti, 1997)

Indikator: Makna Leksikal

Indikator: Artefak, Ide, Aktivitas


(23)

11

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Leksikon adalah koleksi leksem pada suatu bahasa. (Kridalaksana, 2006: 156)

3. Makna leksikal adalah makna sebenarnya, sesuai dengan hasil observasi indra kita, makna apa adanya dan makna yang ada dalam kamus (Chaer, 2008: 29)

4. Makna kontekstual adalah makna sebuah laksem atau kata yang berada didalam suatu konteks tertentu (Chaer, 2008: 29).

5. Interferensi merupakan pergeseran yang disebabkan oleh adanya kecenderungan membiasakan pengucapan (ujaran) suatu bahasa terhadap bahasa lain mencakup pengucapan satuan bunyi, tata bahasa, dan kosakata. (Alwasilah, 1985: 131)

6. Masyarakat Adat ialah komunitas yang hidup berdasarkan asal usul leluhur secara turun-temurun di atas suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya yang diatur oleh Hukum adat dan Lembaga adat yang mengelolah keberlangsungan kehidupan masyarakatnya. (Definisi menurut Aliansi Masyarakat Adat Nusantara pada Kongres I tahun 1999 yang masih digunakan hingga saat ini)

1.7Sistematika Pelaporan

Laporan penelitian ini disajikan dalam lima bab. Bab pertama, yakni bab ini, berisi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, pertanyaan-pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teoretis, metodologi penelitian, dan sistematika laporan. Bab kedua akan berisi kajian teori, sebagai landasan yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ketiga mencakup tujuan penelitian, batasan, kerangka analisis, dan metode penelitian. Bab keempat akan berisi laporan atas penemuan dan pembahasan hasil temuan pada penelitian. Bab terakhir, yakni bab kelima, akan menampilkan interpretasi atas hasil penelitian dalam bentuk simpulan dan saran yang selaras dengan penelitian ini.


(24)

12

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.8Penutup

Demikian gambaran umum penelitian ini. Pada bab selanjutnya disajikan kajian teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini.


(25)

34

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Di dalam bab ini, dijelaskan metode penelitian yang mencakup paradigma penelitian hingga desain yang digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Teknis operasional penelitian yang mencakup sumber data, informan, pengumpulan data, dan kerangka analisis yang digunakan menjadi fokus utama dalam pokok pembahasan pada bab ini.

3.1Desain Penelitian

Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab I, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui leksikon; makna leksikon; penggunaan leksikon bahasa Arab bagi masyarakat adat Kampung Dukuh; dan gejala kebudayaan yang ditimbulkan oleh leksikon bahasa Arab dalam bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Kampung Dukuh.

Dalam pencapaian tujuan-tujuan tersebut, penelitian ini menghubungkan uraian teori yang telah dikemukakan di dalam Bab II dengan operasional kegiatan penelitian. Untuk keperluan tersebut, sekurangnya lima macam analisis akan digunakan di dalam penelitian ini. Keempat analisis tersebut ialah sebagai berikut.

1. Analisis item leksikon Arab dalam tuturan masyarakat Kampung Dukuh. 2. Analisis makna leksikon Arab dalam tuturan masyarakat Kampung Dukuh. 3. Analisis konteks penggunaan leksikon Arab dalam tuturan masyarakat

Kampung Dukuh.

4. Analisis gejala kebudayaan yang ditimbulkan oleh leksikon bahasa Arab dalam bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Kampung Dukuh.

Secara operasional, keempat analisis kemudian akan diuraikan melalui metode dan sistematika pelaporan yang menunjang pencapaian tujuan penelitian ini.


(26)

35

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di daerah atau di kawasan masyarakat adat Kampung Dukuh, Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat. Secara umum, Kabupaten Garut adalah salah satu kabupaten di Jawa Barat yang mayoritas penduduknya berbahasa Sunda dan beragama Islam.

Secara historis, Kampung Dukuh pada mulanya didirikan dan dipimpin oleh seorang ulama asal dari Sumedang yang bernama Syekh Abdul Jalil. Fakta ini membuktikan bahwa penyebaran Islam dan peninggalannya sangat memengaruhi faktor kebahasaan dalam hal pemakaian dan fungsi bahasa. Kemungkinan, realita ini cenderung dapat melahirkan variasi bahasa atau variasi dialek.

3.3 Paradigma dan Klasifikasi Penelitian

Menurut Hidayat (1999: 34-35), secara garis besar teori dan penelitian yang berkenaan dengan fungsi komunikasi dapat dikelompokkan ke dalam tiga paradigma, yakni classical paradigm (yang mencakup positivism dan post-positivism), critical paradigm, dan constructive paradigm. Masing-masing paradigma merupakan mental window atau world view yang dipergunakan oleh seorang ilmuwan untuk mempelajari objek kelimuan mereka.

Paradigma penelitian ini adalah constructive paradigm. Constructive paradigm memandang realitas kehidupan sosial bukan sebagai realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Gagasan ini tentunya selaras dengan tujuan umum penelitian ini untuk memaknai penggunaan leksikon Arab dalam komunikasi masyarakat adat di Kampung Dukuh.

Penelitian ini adalah penelitian Linguistik dalam bidang Etnolinguistik, kajian bahasa yang berorientasi pada hubungan kebudayaan dengan bahasa dan


(27)

36

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penggunaannya, karena objek penelitian ini adalah leksikon yang dipandang melalui perspektif tertentu.

Metode penelitian ini adalah metode deskriptif, untuk menjelaskan atau memaparkan data dan menguraikannya sesuai dengan sifat alamiah data tersebut. Ancangan deskriptif digunakan di dalam penelitian ini untuk tujuan penelitian. Menurut Djajasudarma (2006:16), deskripsi merupakan gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat alamiah data tersebut. Melalui ancangan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan cara memaparkan, mengklasifikasikan, dan menganalisis data. Metode deskriptif ini selaras dengan tujuan yang hendak dicapai penelitian, yakni menguraikan atau memberikan gambaran mengenai leksikon Arab dalam bahasa Sunda yang dituturkan oleh masyarakat Kampung Dukuh.

Berdasarkan cara dan prosedur analisis data, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (1975: 5) dalam Moleong (2000: 4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan di masyarakat bahasa. Data dalam penelitian ini diambil dari situasi yang alami, artinya tidak ada perlakuan khusus dari peneliti sebelumnya, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Penelitian ini juga berkaitan dengan data penelitian yang tidak berupa angka-angka, tetapi berupa kualitas bentuk verbal yang berwujud tuturan.

Tuturan yang menjadi data penelitian ini adalah tuturan dari para informan. Data verbal yang berupa penggalan percakapan ini pun tidak dikuantifikasi. Oleh karena itu, di dalam penelitian ini tidak digunakan perhitungan secara statis.

Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) karena korpus data yang digunakan berupa teks lisan yaitu percakapan. Penelitian lapangan dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke ‘lapangan’ untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena. Penelitian lapangan


(28)

37

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membutuhkan catatan lapangan secara intensif yang kemudian dibuat kode dan dianalisis dalam berbagai cara (Moleong, 2000: 26).

Berdasarkan tujuannya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bermaksud membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diteliti.

3.4 Sumber, Batasan, dan Subjek Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan dari para informan, yakni kalangan masyarakat adat Kampung Dukuh, khususnya Pemangku Adat dan Humasnya. Tuturan yang dimaksud terangkum dalam kategori utama tuturan berdasarkan konteks tausyiah dan ibadah. Penentuan data dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri linguistik tuturan dan memperhatikan situasi tutur yang melatarbelakangi tuturan. Ciri-ciri linguistik dalam kajian ini difokuskan kepada leksikon-leksikon Arab yang digunakan oleh masyarakat adat Dukuh.

3.5 Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik observasi langsung di lapangan. Dengan melakukan observasi langsung pada saat terjadi interaksi di antara masyarakat adat Kampung Dukuh, peneliti mendapatkan data melalui proses rekaman dan catatan lapangan. Observasi dilaksanakan pada waktu kunjungan ke lokasi.

Selain itu, lembar wawancara terbuka kepada informan juga digunakan untuk mengukur dan mengetahui beberapa aspek yang tidak didapatkan dalam observasi. Tentu proses ini dilakukan setelah peneliti menganalisis dan mengidentifikasi setiap fitur yang ditemukan dalam observasi.

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan mengacu kepada pendekatan pemaknaan berdasarkan konsep kultural (Duranti, 1997). Dalam pendekatan pemaknaan berdasarkan konsep kultural, leksikon dipandang sebagai bentuk rekaman dari gejala kebudayaan yang ada dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, penggunaannya terkait dengan bagaimana cara masyarakat memandang leksikon yang digunakan. Untuk itu, leksikon Arab yang menjadi


(29)

38

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

subjek kajian ini akan ditinjau dalam kaitannya dengan dua hal yang paling utama, yakni klasifikasi penggunaannya dan aspek kultural di balik penggunaan tersebut.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik observasi untuk mengumpulkan tuturan masyarakat adat Kampung Dukuh. Data yang menjadi fokus penelitian ini adalah tuturan dari informan terkait konteks yang ditetapkan.

Selaras dengan karakter penelitian kualitatif, data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan pembacaan menyeluruh (comprehensive reading) terhadap transkrip percakapan. Setelah itu, leksikon-leksikon Arab yang terkandung dalam tuturan para informan dipilah. Selanjutnya, leksikon-leksikon tersebut ditandai sebelum akhirnya didaftar sebagai data yang terhimpun dalam korpus.

Selanjutnya, leksikon-leksikon yang telah didaftar dianalisis pola penggunaannya sehingga diperoleh makna yang selaras dengan konteks penggunaan masing-masing leksikon.

Tahapan terakhir adalah menganalisis disparitas antara pemaknaan sesuai konteks dengan makna leksikal (kamus) dari masing-masing leksikon.

3.7 Langkah-Langkah Penelitian

Sebagai wujud operasional dari teknik analisis data, alur penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Mengamati, mencatat, dan merekam tuturan para informan ketika sedang berinteraksi dalam konteks tausyiah dan ibadah dengan sesama warga Kampung Dukuh.

2. Mentranskripkan tuturan informan dan mengklasifikasikan leksikon-leksikon Arab dalam tuturan.

3. Menganalisa hasil pengklasifikasian dengan disertai penjelasan deskriptif.


(30)

39

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Mengidentifikasi tuturan informan sehingga diperoleh makna kontekstual dan perbandingannya dengan makna dalam kamus.

5. Melakukan wawancara kepada informan tentang tuturan yang mengandung leksikon Arab.

6. Menganalisa kembali tuturan para informan dengan mempertimbangan hasil wawancara.

7. Merumuskan hasil analisa dengan mendeskripsikan secara tertulis penggunaan leksikon Arab dalam bahasa Sunda masyarakat adat Kampung Dukuh.

8. Mengkaji gejala kebudayaan yang ditimbulkan oleh leksikon-leksikon Arab dalam bahasa Sunda masyarakat adat Kampung Dukuh.

3.8 Penyajian Hasil Analisis Data

Tahapan selanjutnya setelah data dianalisis adalah menyajikan hasil analisis data. Dalam pelaksanaannya, hasil analisis data dapat disajikan secara informal dan formal. Penyajian hasil analisis data secara formal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kaidah kebahasaan. Kaidah itu dapat berbentuk bagan/diagram, tabel, dan gambar. Selanjutnya untuk memudahkan, penyajian kaidah itu didahului dan/atau diikuti oleh penyajian yang bersifat informal.

Penyajian hasil analisis data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa. Dalam penyajian ini, kaidah disampaikan dengan menggunakan kata-kata biasa, kata-kata yang apabila dibaca dengan serta merta dapat langsung dipahami. Pada penelitian ini hasil analisis data disajikan secara informal karena analisis dilakukan secara kualitatif dengan uraian penjelasan kata-kata yang mudah dipahami.

3.9 Penutup

Demikian metode penelitian ini. Bab selanjutnya membahas temuan penelitian ini melalui analisis data dengan kerangka yang telah dikemukakan, pembahasan mengenai temuan penelitian mengenai Leksikon Arab dalam bahasa Sunda masyarakat Adat di Kampung Dukuh.


(31)

40

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH


(32)

102

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini membahas penggunaan leksikon Arab dalam bahasa Sunda yang dituturkan masyarakat adat Kampung Dukuh dengan menggunakan perspektif etnolinguistik.. Temuan dan pembahasan penelitian yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya merupakan dasar dalam menyusun simpulan pada bab ini. Kemunculan leksikon Arab, makna leksikalnya, makna kontekstualnya, serta gejala kebudayaan yang ditimbulkannya menjadi poin utama yang dihadirkan pada bab ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

5.1Simpulan

Selaras dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian, maka ada tiga simpulan dari penelitian ini berkenaan dengan kemunculan leksikon Arab, makna leksikalnya, makna kontekstualnya, serta gejala kebudayaan yang ditimbulkannya.

Pertama, leksikon bahasa Arab muncul dalam jumlah yang relatif signifikan pada bahasa Sunda yang digunakan masyarakat adat Kampung Dukuh. Sekira signifikan, hingga mencapai jumlah 754 dari 10.233 kata yang muncul, atau sekitar 7,37%. Dari jumlah leksikon yang muncul tersebut, beberapa leksikon muncul dengan perulangan, atau lebih dari satu kali. Secara umum, dapat dikatakan bahwa temuan ini menunjukkan bagaimana leksikon-leksikon tersebut telah menjadi bagian yang integral dalam sistem bahasa Sunda yang digunakan di Kampung Dukuh.

Kedua, makna leksikal dari leksikon bahasa Arab dalam bahasa Sunda yang digunakan masyarakat adat Kampung Dukuh ditemukan masih terjaga pada beberapa leksikon tertentu. Penelitian ini menemukan beberapa leksikon Arab pada korpus data yang memiliki kesamaan makna leksikal dan makna kontekstual. Pada bagian ini, fakta bahwa para informan dan sumber data lainnya memahami leksikon secara leksikal menunjukkan bahwa ada


(33)

103

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengetahuan bahasa Arab pada masyarakat adat Kampung Dukuh. Selain itu, makna kontekstual dari leksikon bahasa Arab dalam bahasa Sunda yang digunakan masyarakat Kampung Dukuh memiliki dua karakter: (1) sama sekali berbeda dengan makna leksikalnya; dan (2) berbeda dengan makna leksikalnya, namun masih memiliki keterkaitan makna.

Perbandingan antara makna leksikal dan makna kontekstual menemukan adanya beberapa leksikon Arab pada korpus data yang memiliki perbedaan yang jelas pada makna leksikal dan makna kontekstualnya. Dalam hal ini, temuan ini menjadi indikasi kuat bahwa informan dan sumber data lainnya memahami leksikon dalam konteks yang sudah terlepas dari akar makna yang sesungguhnya dalam bahasa Arab. Ini juga merupakan indikasi bahwa pada hakikatnya, masyarakat adat Kampung Dukuh juga mengembangkan pengetahuannya sendiri, sehingga memiliki pemahaman yang berbeda akan suatu kata bila dibandingkan dengan makna leksikal dari kata tersebut.

Di sisi lain, perbandingan antara makna leksikal dan makna kontekstual juga menghasilkan adanya beberapa leksikon Arab pada korpus data yang memiliki perbedaan pada makna leksikal dan makna kontekstualnya, namun masih berada dalam kaitan secara makna. Pada tataran ini, temuan ini menjadi indikasi bahwa peralihan makna yang tampak pada perbedaan tegas antara makna leksikal dan makna kontekstual yang dianalisis pada bagian sebelumnya mungkin sempat mengalami transisi dalam bentuk ini.

Ketiga, penelitian ini telah menunjukkan dampak signifikan dari penggunaan leksikon Arab dalam bahasa Sunda masyarakat adat Kampung Dukuh yang pada gilirannya sangat memengaruhi perubahan budaya. Inilah esensi dari gejala kebudayaan yang dimaksud oleh Koenjtaraningrat (2000: 14) dalam tiga 'gejala kebudayaan' (1) ideas, (2) activities, dan (3) artifac, dalam tiga wujud kebudayaan (1) nilai-nilai, (2) tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3) benda-benda hasil karya manusia.

Dari ketiga simpulan yang menjadi jawaban atas pertanyaan penelitian ini, sekurangnya ada tiga hal yang menjadi implikasi yang lebih luas dari simpulan ini.


(34)

104

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pertama, melalui penelitian ini, perspektif etnolinguistik mampu mengungkap fenomena yang terkait dengan kemunculan leksikon bahasa asing, dalam hal ini bahasa Arab, dalam sistem bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa lokal, dalam hal ini bahasa Sunda. Sebagaimana telah dibahas, dalam dasar-dasar teori hubungan bahasa dan budaya, keduanya saling memengaruhi dan mewujudkan kebudayaan yang saling memengaruhi pula dengan sistem bahasa (Teori Sapir dan Whorf). Maka fungsi disiplin etnolinguistik dalam hal ini menunjukkan bagaimana keseimbangan pengaruh di antara bahasa dan budaya. Ini tentunya dapat memberikan manfaat kepada masyarakat untuk dapat memaknai sebuah fenomena dengan cara yang lebih bersifat kultural, yakni dengan perpsktif etnolinguistik.

Kedua, keberadaan sebuah fenomena bahasa merupakan representasi dari gejala kebudayaan yang pada gilirannya akan sangat memengaruhi wujud sebuah kebudayaan (gagasan Koentjaraningrat). Maka fenomena adanya leksikon Arab dalam jumlah yang cukup signifikan menandakan gejala tertentu yang membentuk wujud-wujud Kebudayaan sebagaimana dimaksud. Implikasinya ialah suatu skema leksikon asing yang dicoba untuk diinternalisasikan dalam sebuah sistem bahasa oleh penutur bahasa tersebut akan terpengaruhi dan memengaruhi pula bahasa dan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.

Ketiga, ketiga simpulan tersebut juga menegaskan bahwa masyarakat perlu diberikan pemahaman akan kemungkinan pemetaan potensi kebudayaan yang terkait dengan penggunaan bahasa. Dalam hal ini, pengembangan kebudayaan harus memperhitungkan potensi bahasa sebagai salah satu unsur kebudayaan yang saling memengaruhi dengan kebudayaan itu sendiri.

Dari ketiga implikasi luas yang dapat digali melalui simpulan tersebut, sekurangnya ada beberapa manfaat praktis yang dapat diberikan oleh penelitian ini. Pertama, upaya-upaya konservasi kebudayaan lokal perlu juga memperhatikan perkembangan bahasa, dan demikian pula sebaliknya. Secara praktis, pengembangan dan atau pembuatan kamus bahasa Sunda juga perlu


(35)

105

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memperhatikan aspek-aspek yang bersifat lokalitas dan perkembangan kebudayaan yang menyertainya.

Kedua, pendekatan kebudayaan untuk memajukan masyarakat adat juga perlu mencakup pendekatan kebahasaan. Selama ini, masyarakat adat identik dengan ketertinggalan dan keterbelakangan peradaban. Perlu dipertimbangkan bahwa ada banyak sisi positif, termasuk dalam hal kebahasaan, yang berkenaan dengan masyarakat adat, terutama nilai-nilai budaya sosial dan pengetahuan tradisional yang mencerminkan sisi kearifan lokalnya.

Ketiga, kajian ini, kiranya dapat menjadi salah satu referensi dalam penyusunan kamus bahasa Sunda yang baru yang dapat menyertakan beberapa leksikon Arab ke dalam sistem leksikon Sunda yang baru. Ini perlu dicermati mengingat banyaknya makna-makna baru yang terbentuk dari penggunaan leksikon-leksikon Arab di Kampung Dukuh.

5.2Saran

Penelitian ini menunjukkan perspektif linguistik dalam menilai sebuah fenomena bahasa yang terkait dengan budaya. Budaya sebagai karya-cipta masyarakat akan terus berkembang seiring dinamika yang terjadi di tengah masyarakat yang bersangkutan.

Akan lebih baik jika penelitian selanjutnya memperluas sudut pandang ke dalam perspektif kebudayaan yang lebih prediktif dengan membandingkan fenomena masa lalu dan fenomena kontemporer untuk memprediksi wujud fenomena bahasa dan budaya di masa yang akan datang. Diharapkan, hasil penelitian semacam itu akan lebih bervariasi dan representatif, serta lebih dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Karena penelitian ini hanya menggunakan kerangka analisis dalam tataran makna leksikon dan gejala kebudayaan saja, ada baiknya jika penelitian-penelitian serupa di masa mendatang dapat menggunakan kerangka analisis yang lain, seperti unsur kebudayaan dan atau pembentukan leksikon baru yang merupakan buah dari pengaruh kebudayaan.


(36)

106

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian mendatang juga dapat menggunakan beberapa kerangka analisis sekaligus untuk membandingkan hasilnya agar upaya pengungkapan fenomena bahasa dan budaya lebih eksplisit dan obyektif.

Selanjutnya, dari tiga implikasi yang lebih luas pada bagian simpulan, maka ada tiga saran lain yang terkait dengan ketiga implikasi tersebut. Pertama, karena disiplin etnolinguistik dapat mengungkap sebuah fenomena, maka disiplin ini perlu diajarkan secara luas kepada berbagai lapisan mahasiswa. Terlebih, etnolinguistik sendiri memiliki kapasitas sebagai kajian lintas disiplin ilmu dengan disiplin antropologi. Dengan memahami ini, mahasiswa linguistik akan lebih mampu menyikapi dan memahami bagaimana pola kultural tertentu berkaitan dengan fenomena bahasa, dan sebaliknya.

Kedua, karena keberadaan sebuah fenomena bahasa merupakan representasi dari gejala kebudayaan yang pada gilirannya akan sangat memengaruhi wujud sebuah kebudayaan (gagasan Koentjaraningrat), maka ada baiknya jika berbagai lembaga kebudayaan dan para budayawan mampu menerjemahkan fenomena ini untuk turut mencoba membentuk kebudayaan masyarakat kepada arah yang positif melalui upaya-upaya yang melibatklan penelitian etnolinguistik. Masyarakat berhak untuk berkembang selaras dengan positif dengan memperhatikan segala hasil riset terkait yang potensial bagi pembangunan.

Ketiga, lembaga-lembaga kebudayaan dan para budayawan perlu memberikan pemahaman akan kemungkinan pemetaan potensi kebudayaan yang terkait dengan penggunaan bahasa kepada masyarakat secara luas.

5.3Penutup

Demikian hasil akhir penelitian ini. Pada hakikatnya, hasil suatu penelitian etnolinguistik memerlukan realisasi dari hasil yang telah dikemukakan agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, karena manfaat dari pengembangan pengetahuan yang bermanfaat merupakan hak setiap anggota masyarakat. Semoga tesis ini menjadi inspirasi untuk upaya-upaya tersebut.


(37)

107

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Afidah, Nuri Novianti & Amanah, Siti. (2013). “Konsep Syukur Orang Sunda Dalam Dunga Nendeun Beas: Sebuah Kajian Linguistik Antropologis dalam Prosiding Seminar Nasional Dalam Dimensi Kemasyarakatan dan Kebudayaan. Jakarta: PMB Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal. 499-506.

Aitchison, J. (2003). Words In The Mind: An Introduction To The Mental Lexicon (Third edition) Oxford: Blackwell.

Alwasilah, A. Chaedar. (1985). Beberapa Mazdhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Angkasa.

Aziz, E. Aminudin. (2011). “Budaya Inti, Sikap Bahasa, Dan Pembangunan Karakter Bangsa: Kasus Penutur Bahasa-Bahasa Daerah Utama Di Indonesia.” Dalam Prosiding Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia (KIMLI) 2011. Bandung: UPI Press

Brown, Gillian & Yule, George. (1986). Discourse Analysis. Cambridge Textbooks in Linguistics. Cambridge: Cambridge University Press Chaer, Abdul. (1994). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. (1995). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul & Agustina, Leonie. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Chambers, JK dan Peter Trudgill. (1980). Dialectology. Melbourne. Cambridge: Cambridge University Press.

Danadibrata, R.A. (2006). Kamus Basa Sunda Karya R.A. Danadibrata Bandung: PT Kiblat Buku Utama dan Universitas Padjajaran.

Danesi, Marcel. (2004). A Basic Course in Anthropological Linguistics.

Toronto: Canadian Scholars’ Press Inc.

Darheni, Nani. (2010). “Leksikon Aktivitas Mata dalam Toponim di Jawa

Barat: Kajian Etnosemantik” dalam Jurnal Linguistik Indonesia,

Tahun ke-28, No. 1, Februari 2010, hal. 55-67

Djajasudarma, Fatimah. (1994). Tata bahasa Acuan Bahasa Sunda. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan.

Djajasudarma, Fatimah. (2006). Metode Linguistik. Jakarta: Refika Aditama. Duranti, Alessandro. (1997). Linguistic Anthropology. Cambridge:

Cambridge University Press.

Aziz, E. Aminudin. (2001). Realisasi Tindak Tutur Menolak dalam Masyarakat Indonesia: Kajian dari Perspektif Kesantunan Berbahasa”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Seni, Vol 1, No.1, 2001. Euzenat, Jerome & Shvaiko, Pavel. (2007). Ontology Matching (Second

Edition. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg

Fairclough, Norman (2003). Analysing Discourse: Textual Analysis for Social Research. London: Routledge.


(38)

108

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fasya, Mahmud. (2013). “Representasi Kultural Di Balik Idiom Dengan

Nama Binatang Di Dalam Bahasa Sunda” dalam Prosiding Seminar

Nasional Dalam Dimensi Kemasyarakatan dan Kebudayaan. Jakarta: PMB Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal. 325-331.

Fasya, Mahmud & Zifana, Mahardhika. (2014a). “Konsep Maung Dalam Bahasa Sunda: Studi Antropolinguistik Terhadap Penggunaan Leksikon Maung dalam Bahasa Sunda” dalam Prosiding Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia. Bandar Lampung: MLI dan Unila.

Fasya, Mahmud & Zifana, Mahardhika. (2014b). “Konsep Badak Dalam Bahasa Sunda: Studi Antropolinguistik Terhadap Penggunaan Leksikon Badak dalam Bahasa Sunda” dalam Prosiding Konferensi Linguistik Tahunan Atmajaya Tingkat Internasional. Jakarta: Unika Atmajaya.

Foley, William A. (1997). Anthropological Linguistics: An Introduction. Oxford: Blackwell Published.

Geertz, Clifford. (1981). Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Goddard, Cliff & Wierzbicka, Anna. (2014). Words & Meanings: Lexical Semantics across Domains, Languages, and Cultures. Oxford : Oxford University Press

Gunardi, Gugun. (2013). “Bahasa Daerah Sebagai Alat Pembelajaran Nilai Budaya Lokal” di dalam Fasya, Mahmud & Zifana, Mahardhika.

Prosiding Seminar Tahunan Linguistik UPI 2013. Bandung: UPI Press. Hal. 197-201

Halliday, Michael A.K. & Matthiessen, Christian M.I.M. (2004). An Introduction To Functional Grammar 3rd ed. London: Arnold.

Halliday, M.A.K. (1977). “Text as Semantic Choice in Social Context” dalam

van Dijk, Teun A. Dan Petofi, János S. Grammars and Descriptions. Berlin: Walter de Gruyter, dicetak ulang di dalam Webster, J.J. (2002). Linguistic Studies of Text and Discourse. London: Continuum.,

Hidayat. Deddy N. (1999). “Paradigma dan perkembangan Penelitian

Komunikasi” dalam Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia. Vol. 8. April 1999. Hal. 31-42

Hymes, Dell. 1964. Language in Culture and Society: A Reader in Linguistics and Anthropology. New York: Harper & Row

Kadarisman, A. Effendi. (2008). “Hipotesis Sapir-Whorf dan Ungkap-Verbal Keagamaan” dalam Jurnal Linguistik Indonesia. Vol. 26 no. 1 (Feb. 2008). Hal. 1-22

Kartika. (2013). “Konsep Hewan dan Pesannya dalam Paribasa dan Babasan

Sunda” dalam Prosiding Seminar Nasional Dalam Dimensi

Kemasyarakatan dan Kebudayaan. Jakarta: PMB Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal. 295-302.

Kay, Paul & Kempton, Willett. (1984). “What is the Sapir-Whorf Hypothesis?” dalam American Anthropologist, 86, Hal. 65-79


(39)

109

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

J A H Khatri & Lucinda Laishram. (2013). “Anthropological Study Of Manipuri

Proverbs” dalam IMPACT: International Journal of Research in

Humanities, Arts and Literature (IMPACT: IJRHAL) Vol. 1, Issue 3, Aug 2013. Hal. 1-6.

Koentjaraningrat (1985). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. (1994). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. (2000). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Radar

Koentjaraningrat. (2009). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Kridalaksana, Harimurti. (2004). Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Kridalaksana, Harimurti. (2006). Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Media

Lucy, John A. (1992). Language Diversity and Thought: A Reformulation of the Linguistic Relativity Hypothesis. Cambridge: Cambridge University Press.

McEnery, Tony & Hardie, Andrew. (2012). Corpus Linguistics: Method, Theory and Practice. Cambridge: Cambridge University Press.

Moleong, Lexy J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulder, Monique Borgerhoff. (1985). “Adaptation and Evolutionary Approaches to Anthropology” dalam Current Anthropology 25. Hal. 323-335.

Munawwir, A.W. (1997). Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap Surabaya: Pustaka Progressif

Nababan, P.W.J. (1993). Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Palmer, F. R. (1996). Semantics. A new Introduction. Cambridge: Cambridge University Press.

Parera, Jos Daniel. (1991). Kajian Linguistik Umum, Historis Komparatif, dan Tipologi Struktural (edisi kedua). Jakarta: Penerbit Erlangga. Pastika, I Wayan. (2002). Austronesia: Bahasa, Budaya dan Sastra.

Denpasar: CV Bali Media

Pullum, G. K. (1989). The great Eskimo vocabulary hoax. Dalam Natural Language & Linguistic Theory, 275-281.

Rahyono, F.X. (2009). Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widya

Riana, I Ketut. 2003. “Linguistik Budaya: Kedudukan dan Ranah

Pengkajiannya”. Dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam

Bidang Linguistik Budaya pada Fakultas Sastra Unud. Denpasar: Universitas Udayana.

Sacks, H. (1992). Lectures on Conversation, Volumes I and II, diedit oleh G. Jefferson dengan Pengantar oleh E.A. Schegloff. Oxford: Blackwell.


(40)

110

Fajar Rohandy, 2015

ANALISIS LEKSIKON ARAB DALAM BAHASA SUNDA PADA TAUSIYAH UPACARA ZIARAH MASYARAKAT ADAT KAMPUNG DUKUH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sarbassova, Guldana. (2013). Ethnolinguistic Description of Horse Culture in Eurasia. The Hague: Mikes International.

Setiadi, M dkk. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. Sibarani, Robert. (2004). Antropolinguistik: Antropologi Linguistik dan

Linguistik Antropologi. Medan: Penerbit Poda.

Soemarwoto, Otto. (1991). Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.

Tognini-Bonelli, E. (2001). Corpus Linguistics at Work. Amsterdam: John Benjamins.

Wahya. (1995). Bahasa Sunda di Kecamatan Kadanghaur dan Kecamatan Lelea Kab. Indramayu: Kajian Geografi Dialek. Tesis pada Program

Pascasarjana Universitas Padjajaran. Tidak

dipublikasikan.Wardhaugh, 1993

Wardhaugh, Ronald. (1996). Understanding English Grammar: A Linguistic Approach. Oxford. UK and Cambridge USA: Blackwell.

Wardhaugh, Ronald. (2006). An Introduction To Sociolinguistics. 5th ed. Oxford: Blackwell.

Wartofsky, Marx W. (1979). Models: Representation and scientific understanding. Dordrecht: Reidel.

Wierzbicka, Anna. (1992). Semantics, Culture, and Cognition. Oxford: Oxford University Press.

Wierzbicka, Anna. (1997). Understanding Cultures through Their Key Words: English, Russian, Polish, German, and Japanese. New York: Oxford University Press.

Zifana, Mahardhika & Kurniawan, Eri. (2013). “Konsep Malapah Gedang Di

Dalam Bahasa Sunda” dalam Prosiding Seminar Nasional Dalam

Dimensi Kemasyarakatan dan Kebudayaan. Jakarta: PMB Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal.151-162.


(1)

Fajar Rohandy, 2015

memperhatikan aspek-aspek yang bersifat lokalitas dan perkembangan kebudayaan yang menyertainya.

Kedua, pendekatan kebudayaan untuk memajukan masyarakat adat juga perlu mencakup pendekatan kebahasaan. Selama ini, masyarakat adat identik dengan ketertinggalan dan keterbelakangan peradaban. Perlu dipertimbangkan bahwa ada banyak sisi positif, termasuk dalam hal kebahasaan, yang berkenaan dengan masyarakat adat, terutama nilai-nilai budaya sosial dan pengetahuan tradisional yang mencerminkan sisi kearifan lokalnya.

Ketiga, kajian ini, kiranya dapat menjadi salah satu referensi dalam penyusunan kamus bahasa Sunda yang baru yang dapat menyertakan beberapa leksikon Arab ke dalam sistem leksikon Sunda yang baru. Ini perlu dicermati mengingat banyaknya makna-makna baru yang terbentuk dari penggunaan leksikon-leksikon Arab di Kampung Dukuh.

5.2Saran

Penelitian ini menunjukkan perspektif linguistik dalam menilai sebuah fenomena bahasa yang terkait dengan budaya. Budaya sebagai karya-cipta masyarakat akan terus berkembang seiring dinamika yang terjadi di tengah masyarakat yang bersangkutan.

Akan lebih baik jika penelitian selanjutnya memperluas sudut pandang ke dalam perspektif kebudayaan yang lebih prediktif dengan membandingkan fenomena masa lalu dan fenomena kontemporer untuk memprediksi wujud fenomena bahasa dan budaya di masa yang akan datang. Diharapkan, hasil penelitian semacam itu akan lebih bervariasi dan representatif, serta lebih dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

Karena penelitian ini hanya menggunakan kerangka analisis dalam tataran makna leksikon dan gejala kebudayaan saja, ada baiknya jika penelitian-penelitian serupa di masa mendatang dapat menggunakan kerangka analisis yang lain, seperti unsur kebudayaan dan atau pembentukan leksikon baru yang merupakan buah dari pengaruh kebudayaan.


(2)

Penelitian mendatang juga dapat menggunakan beberapa kerangka analisis sekaligus untuk membandingkan hasilnya agar upaya pengungkapan fenomena bahasa dan budaya lebih eksplisit dan obyektif.

Selanjutnya, dari tiga implikasi yang lebih luas pada bagian simpulan, maka ada tiga saran lain yang terkait dengan ketiga implikasi tersebut. Pertama, karena disiplin etnolinguistik dapat mengungkap sebuah fenomena, maka disiplin ini perlu diajarkan secara luas kepada berbagai lapisan mahasiswa. Terlebih, etnolinguistik sendiri memiliki kapasitas sebagai kajian lintas disiplin ilmu dengan disiplin antropologi. Dengan memahami ini, mahasiswa linguistik akan lebih mampu menyikapi dan memahami bagaimana pola kultural tertentu berkaitan dengan fenomena bahasa, dan sebaliknya.

Kedua, karena keberadaan sebuah fenomena bahasa merupakan representasi dari gejala kebudayaan yang pada gilirannya akan sangat memengaruhi wujud sebuah kebudayaan (gagasan Koentjaraningrat), maka ada baiknya jika berbagai lembaga kebudayaan dan para budayawan mampu menerjemahkan fenomena ini untuk turut mencoba membentuk kebudayaan masyarakat kepada arah yang positif melalui upaya-upaya yang melibatklan penelitian etnolinguistik. Masyarakat berhak untuk berkembang selaras dengan positif dengan memperhatikan segala hasil riset terkait yang potensial bagi pembangunan.

Ketiga, lembaga-lembaga kebudayaan dan para budayawan perlu memberikan pemahaman akan kemungkinan pemetaan potensi kebudayaan yang terkait dengan penggunaan bahasa kepada masyarakat secara luas.

5.3Penutup

Demikian hasil akhir penelitian ini. Pada hakikatnya, hasil suatu penelitian etnolinguistik memerlukan realisasi dari hasil yang telah dikemukakan agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, karena manfaat dari pengembangan pengetahuan yang bermanfaat merupakan hak setiap anggota masyarakat. Semoga tesis ini menjadi inspirasi untuk upaya-upaya tersebut.


(3)

Daftar Pustaka

Afidah, Nuri Novianti & Amanah, Siti. (2013). “Konsep Syukur Orang Sunda Dalam Dunga Nendeun Beas: Sebuah Kajian Linguistik Antropologis dalam Prosiding Seminar Nasional Dalam Dimensi Kemasyarakatan dan Kebudayaan. Jakarta: PMB Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal. 499-506.

Aitchison, J. (2003). Words In The Mind: An Introduction To The Mental Lexicon (Third edition) Oxford: Blackwell.

Alwasilah, A. Chaedar. (1985). Beberapa Mazdhab dan Dikotomi Teori Linguistik. Bandung: Angkasa.

Aziz, E. Aminudin. (2011). “Budaya Inti, Sikap Bahasa, Dan Pembangunan Karakter Bangsa: Kasus Penutur Bahasa-Bahasa Daerah Utama Di Indonesia.” Dalam Prosiding Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia (KIMLI) 2011. Bandung: UPI Press

Brown, Gillian & Yule, George. (1986). Discourse Analysis. Cambridge Textbooks in Linguistics. Cambridge: Cambridge University Press Chaer, Abdul. (1994). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. (1995). Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul & Agustina, Leonie. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Chambers, JK dan Peter Trudgill. (1980). Dialectology. Melbourne. Cambridge: Cambridge University Press.

Danadibrata, R.A. (2006). Kamus Basa Sunda Karya R.A. Danadibrata Bandung: PT Kiblat Buku Utama dan Universitas Padjajaran.

Danesi, Marcel. (2004). A Basic Course in Anthropological Linguistics.

Toronto: Canadian Scholars’ Press Inc.

Darheni, Nani. (2010). “Leksikon Aktivitas Mata dalam Toponim di Jawa

Barat: Kajian Etnosemantik” dalam Jurnal Linguistik Indonesia, Tahun ke-28, No. 1, Februari 2010, hal. 55-67

Djajasudarma, Fatimah. (1994). Tata bahasa Acuan Bahasa Sunda. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan.

Djajasudarma, Fatimah. (2006). Metode Linguistik. Jakarta: Refika Aditama. Duranti, Alessandro. (1997). Linguistic Anthropology. Cambridge:

Cambridge University Press.

Aziz, E. Aminudin. (2001). Realisasi Tindak Tutur Menolak dalam Masyarakat Indonesia: Kajian dari Perspektif Kesantunan Berbahasa”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Seni, Vol 1, No.1, 2001. Euzenat, Jerome & Shvaiko, Pavel. (2007). Ontology Matching (Second

Edition. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg

Fairclough, Norman (2003). Analysing Discourse: Textual Analysis for Social Research. London: Routledge.


(4)

Fasya, Mahmud. (2013). “Representasi Kultural Di Balik Idiom Dengan Nama Binatang Di Dalam Bahasa Sunda” dalam Prosiding Seminar Nasional Dalam Dimensi Kemasyarakatan dan Kebudayaan. Jakarta: PMB Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal. 325-331.

Fasya, Mahmud & Zifana, Mahardhika. (2014a). “Konsep Maung Dalam Bahasa Sunda: Studi Antropolinguistik Terhadap Penggunaan Leksikon Maung dalam Bahasa Sunda” dalam Prosiding Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia. Bandar Lampung: MLI dan Unila.

Fasya, Mahmud & Zifana, Mahardhika. (2014b). “Konsep Badak Dalam Bahasa Sunda: Studi Antropolinguistik Terhadap Penggunaan Leksikon Badak dalam Bahasa Sunda” dalam Prosiding Konferensi Linguistik Tahunan Atmajaya Tingkat Internasional. Jakarta: Unika Atmajaya.

Foley, William A. (1997). Anthropological Linguistics: An Introduction. Oxford: Blackwell Published.

Geertz, Clifford. (1981). Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Jakarta: Pustaka Jaya.

Goddard, Cliff & Wierzbicka, Anna. (2014). Words & Meanings: Lexical Semantics across Domains, Languages, and Cultures. Oxford : Oxford University Press

Gunardi, Gugun. (2013). “Bahasa Daerah Sebagai Alat Pembelajaran Nilai Budaya Lokal” di dalam Fasya, Mahmud & Zifana, Mahardhika.

Prosiding Seminar Tahunan Linguistik UPI 2013. Bandung: UPI Press. Hal. 197-201

Halliday, Michael A.K. & Matthiessen, Christian M.I.M. (2004). An Introduction To Functional Grammar 3rd ed. London: Arnold.

Halliday, M.A.K. (1977). “Text as Semantic Choice in Social Context” dalam

van Dijk, Teun A. Dan Petofi, János S. Grammars and Descriptions. Berlin: Walter de Gruyter, dicetak ulang di dalam Webster, J.J. (2002). Linguistic Studies of Text and Discourse. London: Continuum.,

Hidayat. Deddy N. (1999). “Paradigma dan perkembangan Penelitian

Komunikasi” dalam Jurnal Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia. Vol. 8. April 1999. Hal. 31-42

Hymes, Dell. 1964. Language in Culture and Society: A Reader in Linguistics and Anthropology. New York: Harper & Row

Kadarisman, A. Effendi. (2008). “Hipotesis Sapir-Whorf dan Ungkap-Verbal Keagamaan” dalam Jurnal Linguistik Indonesia. Vol. 26 no. 1 (Feb. 2008). Hal. 1-22

Kartika. (2013). “Konsep Hewan dan Pesannya dalam Paribasa dan Babasan Sunda” dalam Prosiding Seminar Nasional Dalam Dimensi Kemasyarakatan dan Kebudayaan. Jakarta: PMB Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal. 295-302.

Kay, Paul & Kempton, Willett. (1984). “What is the Sapir-Whorf Hypothesis?” dalam American Anthropologist, 86, Hal. 65-79


(5)

J A H Khatri & Lucinda Laishram. (2013). “Anthropological Study Of Manipuri Proverbs” dalam IMPACT: International Journal of Research in Humanities, Arts and Literature (IMPACT: IJRHAL) Vol. 1, Issue 3, Aug 2013. Hal. 1-6.

Koentjaraningrat (1985). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. (1994). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. (2000). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Radar

Koentjaraningrat. (2009). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Kridalaksana, Harimurti. (2004). Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Kridalaksana, Harimurti. (2006). Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Media

Lucy, John A. (1992). Language Diversity and Thought: A Reformulation of the Linguistic Relativity Hypothesis. Cambridge: Cambridge University Press.

McEnery, Tony & Hardie, Andrew. (2012). Corpus Linguistics: Method, Theory and Practice. Cambridge: Cambridge University Press.

Moleong, Lexy J. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulder, Monique Borgerhoff. (1985). “Adaptation and Evolutionary Approaches to Anthropology” dalam Current Anthropology 25. Hal. 323-335.

Munawwir, A.W. (1997). Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap Surabaya: Pustaka Progressif

Nababan, P.W.J. (1993). Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Palmer, F. R. (1996). Semantics. A new Introduction. Cambridge: Cambridge University Press.

Parera, Jos Daniel. (1991). Kajian Linguistik Umum, Historis Komparatif, dan Tipologi Struktural (edisi kedua). Jakarta: Penerbit Erlangga. Pastika, I Wayan. (2002). Austronesia: Bahasa, Budaya dan Sastra.

Denpasar: CV Bali Media

Pullum, G. K. (1989). The great Eskimo vocabulary hoax. Dalam Natural Language & Linguistic Theory, 275-281.

Rahyono, F.X. (2009). Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widya

Riana, I Ketut. 2003. “Linguistik Budaya: Kedudukan dan Ranah Pengkajiannya”. Dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap dalam Bidang Linguistik Budaya pada Fakultas Sastra Unud. Denpasar: Universitas Udayana.

Sacks, H. (1992). Lectures on Conversation, Volumes I and II, diedit oleh G. Jefferson dengan Pengantar oleh E.A. Schegloff. Oxford: Blackwell.


(6)

Sarbassova, Guldana. (2013). Ethnolinguistic Description of Horse Culture in Eurasia. The Hague: Mikes International.

Setiadi, M dkk. 2007. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. Sibarani, Robert. (2004). Antropolinguistik: Antropologi Linguistik dan

Linguistik Antropologi. Medan: Penerbit Poda.

Soemarwoto, Otto. (1991). Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.

Tognini-Bonelli, E. (2001). Corpus Linguistics at Work. Amsterdam: John Benjamins.

Wahya. (1995). Bahasa Sunda di Kecamatan Kadanghaur dan Kecamatan Lelea Kab. Indramayu: Kajian Geografi Dialek. Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Padjajaran. Tidak dipublikasikan.Wardhaugh, 1993

Wardhaugh, Ronald. (1996). Understanding English Grammar: A Linguistic Approach. Oxford. UK and Cambridge USA: Blackwell.

Wardhaugh, Ronald. (2006). An Introduction To Sociolinguistics. 5th ed. Oxford: Blackwell.

Wartofsky, Marx W. (1979). Models: Representation and scientific understanding. Dordrecht: Reidel.

Wierzbicka, Anna. (1992). Semantics, Culture, and Cognition. Oxford: Oxford University Press.

Wierzbicka, Anna. (1997). Understanding Cultures through Their Key Words: English, Russian, Polish, German, and Japanese. New York: Oxford University Press.

Zifana, Mahardhika & Kurniawan, Eri. (2013). “Konsep Malapah Gedang Di Dalam Bahasa Sunda” dalam Prosiding Seminar Nasional Dalam Dimensi Kemasyarakatan dan Kebudayaan. Jakarta: PMB Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hal.151-162.