Pengembangan Modul Pembelajaran Dinamika Gerak Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Penurunan Miskonsepsi Siswa SMA BAB I
commit to user
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fisika adalah ilmu paling mendasar yang sangat berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Berbagai produk teknologi dapat tercipta salah satunya dengan penguasaan ilmu fisika dengan benar. Mengingat begitu pentingnya peranan ilmu fisika, sudah semestinya konsep fisika ini dapat dipahami dengan benar oleh siswa.
Dalam belajar memahami konsep fisika, Pada saat memasuki tahap belajar yang baru, siswa tidak datang dengan pikiran yang kosong tanpa memiliki pengetahuan awal. Siswa biasanya telah memiliki wawasan dari pengalaman sehari-hari dan informasi dari lingkungan sekitar. Dalam pengalaman tersebut terbentuk prakonsepsi atau sejenis “teori siswa” mengenai peristiwa-peristiwa fisika dalam lingkungan sehari-hari manusia. Prakonsepsi ini belum tentu benar, Jika dalam proses pembelajaran guru tidak memperhatikan prakonsepsi maka dalam kepala siswa akan terjadi percampuran prakonsepsi dengan konsep yang sebenarnya. Percampuran ini akan menyebabkan pengertian yang salah dalam diri siswa (Berg , 1990).
Mengingat siswa sendiri yang mengkontruksikan pengetahuannya, maka tidak mustahil dapat terjadi kesalahan dalam mengkonstruksi. Kadang-kadang konsep awal yang telah dibangun siswa tidak sesuai dengan konsep
(2)
commit to user
ilmiah yang sudah disepakati oleh para ahli. Keadaan demikian disebut dengan miskonsepsi. Miskonsepsi tersebut biasanya sulit diatasi karena siswa cenderung mempertahankan konsep awal ini secara kokoh (Ibrahim, 2012).
Dalam mata pelajaran fisika, siswa sangat rentang mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi biasanya menyangkut kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan antar konsep atau juga pada beberapa bagian dalam konsep, misalnya dalam mekanika, termodinamika, kalor, optika geometri, bunyi dan gelombang, listrik dan magnet, dan fisika modern (Suparno, 2005 dan Berg, 1991).
Selain itu banyak siswa yang berpendapat bahwa fisika sulit untuk dipelajari karena hanya merupakan kumpulan rumus-rumus belaka yang kurang dapat dimengerti maknanya. Pendapat ini muncul karena kebiasaan belajar fisika siswa yang berorientasi pada rumus-rumus dan pembahasan soal secara langsung tanpa mempelajari konsep-konsepnya. Sehingga siswa hanya menghafal rumus dan hanya terampil melakukan perhitungan tanpa mengerti makna konsep yang dipelajari. Kesulitan-kesulitan dalam memahami konsep fisika ini akan menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada buku teks dapat menimbulkan pemahaman konsep yang salah pada diri siswa. Selain kesalahan yang terdapat pada buku teks, sering kali siswa mengalami kesulitan dalam memahami tulisan yang terdapat pada buku teks, serta terdapat juga buku fiksi sain yang konsepnya menyimpang demi menarik pembaca. Hal-hal negatif yang terdapat pada buku teks tersebut dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi.
(3)
commit to user
Dari beberapa fakta di atas terlihat bahwa terdapat beberapa faktor penyebab miskonsepsi. Menurut Paul Suparno (2005). Secara umum penyebab miskonsepsi ada lima kelompok yaitu siswa, guru, buku teks, kontek dan cara mengajar.
Pembelajaran fisika yang hanya berpedoman pada buku teks atau dengan kata lain buku teks masih dijadikan sumber informasi utama dalam proses belajar mengajar dapat menimbulkan beberapa masalah.
Sebagai contoh miskonsepsi pada materi dinamika gerak. Sebuah tes pendahuluan diberikan kepada siswa SMAN 2 Jombang yang telah menerima pelajaran tentang materi ini pada SMA kelas X dan SMP kelas VII akhirnya masih didapatkan kesalahan-kesalahan pemahaman siswa sebagai berikut,(1) Benda diam, berarti tidak ada gaya. (2) Agar benda bergerak dengan kecepatan tetap, harus ada gaya resultan dengan besar yang tetap ( > 0) dan arah sejajar dengan gerak. (3) Gaya normal sama dengan gaya berat. (4) kecepatan hanya akan bertambah jika gaya resultan pada benda bertambah.
Berdasarkan pengetahuan peneliti guru fisika di SMAN 2 Jombang, belum pernah diadakan tes diagnostik atau penelitian semacamnya untuk menelusuri miskonsepsi siswa sekolah tersebut pada pelajaran fisika, khususnya materi dinamika gerak. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian yang lebih mendalam untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang berpijak pada penelusuran miskonsepsi, dan kemudian diperoleh solusi untuk mengurangi dan memperbaiki miskonsepsi siswa menuju konsep ilmiah.
(4)
commit to user
Seperti yang telah diungkap di depan, pengubahan konsep untuk menghasilkan konsep ilmiah tidak lepas dari proses berpikir yang disebut sebagai konflik kognitif , yaitu pertentangan dalam pikiran karena mengamati
fenomena yang bersifat “anomali” bagi diri pribadi. Metode pengelolaan
konflik kognitif bagi guru dan siswa merupakan hal sangat penting dalam pembelajaran karena konflik kognitif dapat mengarahkan pada hasil yang destruktif (miskonsepsi) maupun konstruktif (Kim, et all, 2005). Oleh karena itu, sulit bagi seorang guru untuk mengubah prakonsepsi siswa yang salah melalui metode ceramah, tanpa melalui proses belajar yang melibatkan siswa secara aktif mencari solusi dari konflik kognitifnya (Berg, 1991).
Bruner (dalam Suryanti, 2008) menyatakan bahwa model pembelajaran yang menekankan perlunya siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya akan terjadi melalui penemuan pribadi ialah model pembelajaran inkuiri (inquiry learning). Melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa dapat mengelola konflik kognitif melalui tahap-tahap penyelidikan sehingga terbangun konsep ilmiah, yang pada akhirnya dapat mengurangi dan memperbaiki miskonsepsi. Pembelajaran inkuiri terbimbing sejalan dengan ketentuan standar isi KTSP SMA tahun 2006 yang mengamanatkan agar pembelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri terbimbing ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.
(5)
commit to user
Dengan demikian untuk mengurangi dan memperbaiki miskonsepsi pada materi dinamika gerak maka diperlukan pengembangan modul yang memuat tentang konsep, besaran-besaran dinamika gerak secara matematis serta aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan modul tersebut diharapkan dapat membantu proses belajar siswa menjadi terorganisir sehingga siswa lebih mudah memahami konsep yang diberikan melalui pengembangan modul, dan akan diperoleh modul pembelajaran yang mampu menjawab permasalahan yang dihadapi siswa.
Penelitian Pengembangan berbeda dengan penelitian pendidikan pada umumnya karena tujuan penelitian pengembangan adalah menghasilkan produk berdasarkan temuan-temuan uji sekolah kemudian revisi sehingga di dapatkan atau di hasilkan produk yang lebih sempurna.
Media pembelajaran mempunyai peran yang sama penting dengan faktor-faktor pendidikan yang lain, tetapi terkadang kurang mendapat perhatian dari guru. pemilihan media yang tepat juga dapat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar.
Modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang minimal dari pendidik. Media Pembelajaran fisika sangatlah erat kaitannya dengan pendekatan sainstifik di mana siswa dilibatkan secara penuh dalam proses pembelajaran, namun media dan pendekatan yang digunakan di sekolah kurang menarik rasa ingin tahu dan cara berfikir kritis
(6)
commit to user
siswa padahal pembelajaran sains bagi siswa sebaiknya menekankan pembelajarannya dengan melalui pendekatan sainstifik sebagaimana ketetapan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2013), bahwa pembelajaran sains seharusnya dengan pendekatan sainstifik, dengan tujuan membangun rasa ingin tahu, sehingga dapat mengembangkan kemam-puan bekerja ilmiah, membangun sikap ilmiah, menyusun dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan produktif, dan pada akhirnya menemukan sendiri jawabannya melalui inkuiri ilmiah (scientific inquiry).
Metode belajar inkuiri terbimbing adalah proses pembelajaran yang berlangsung secara ilmiah dan analitik dalam memecahkan suatu permasalahan sehingga siswa dapat berfikir kritis terhadap masalah yang diberikan. Sementara menurut Sani (2014: 89), menyatakan inkuiri terbimbing adalah investigasi tentang ide, pertanyaan, atau permasalahan. Investigasi yang dilakukan dapat berupa kegiatan laboratorium atau aktivitas lainya yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah suatu proses pembelajaran dimana siswa dituntut untuk berfikir kritis dan analitik untuk mencari jawaban dari suatu
Untuk membantu siswa dalam mengatasi miskonsepsi, di perlukan strategi khusus untuk mengubah konsepsinya. Bagi siswa yang mengalami salah konsep perlu dihadapkan pada situasi yang menyebabkan konflik kognitif tersebut, ia akan menyusun kembali dan memperbaiki konsepsi. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat, sehingga dalam pengembangan modul
(7)
commit to user
menjadi salah satu hal penting. Dalam pembelajaran fisika, salah satu metode yang dianggap cukup efektif adalah model inkuiri terbimbing. Pembelajaran inkuiri terbimbing adalah proses pembelajaran scara ilmiah dan analitik sehingga siswa dapat berfikir kritis sehingga ia dapat menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ia miliki scara ilmiah.
Modul berbasis inkuiri terbimbing merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk menganalisis, memecahkan permasalahan berdasarakan fakta-fakta yang ditemukan dan didesain untuk mendapatkan pemahaman konseptual (Rusche & Jason,2011). Modul inkuiri terbimbing menggunakan sintaks inkuiri terbimbing: 1) pengenalan area investigasi kepada siswa : observasi; 2) Menemukan dan mencari permasalahan: merumuskan permasalahan; 3) Mengidentifikasi permaslahan yang diteliti: mendesain percobaan, mendesain hipotesis dan melakukan percobaan; 4) Menentukan strategi untuk menyelesaikan permasalahan berdasarkan fakta yang ditemukan: mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan dan mengkomunikasi hasil percobaan (Joyce& Weil, 2000; Martin,et al, 2005; Gengarelly & Abrams, 2008).
Dengan pendekatan metode inkuiri terbimbing diharapkan keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis, mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan.
(8)
commit to user
Berdasarkan uraian di atas, dengan berpijak pada sumber-sumber miskonsepsi yang dialami oleh siswa, maka peneliti akan melakukan penelitian mengenai Pengembangan Modul Pembelajaran dinamika Gerak
Berbasis Inkuiri terbimbing untuk Penurunan Miskonsepsi Siswa SMA.
A.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Masih banyak siswa SMA 2 Jombang yang mengalami miskonsepsi pada materi dinamika gerak.
2. Siswa kurang mengintegrasikan konsep-konsep ke dalam penerapan kehidupan sehari-hari.
3. Motivasi, sikap ilmiah dan minat siswa untuk belajar masih kurang
4. Pembelajaran cenderung menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran fisika sehingga kurang menarik bagi siswa.
5. Pembelajaran berorientasi pada rumus-rumus dan pembahasan soal-soal secara langsung tanpa mempelajari konsep.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut diatas,pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Materi yang dipakai pada penelitian ini adalah dinamika gerak di SMA. 2. Pengembangan modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing pada materi
(9)
commit to user
3. Kelayakan modul berbasis inkuiri terbimbing dikembangkan untuk pembelajaran fisika di tingkat SMA kelas X
4. Modul Pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing yang di kembangkan diimplementasikan di SMAN 2 Jombang semester ganjil.
5. Penyebab miskonsepsi yang diteliti hanya dilihat dari faktor siswa melalui test diagnostik.
6. Strategi pengubahan miskonsepsi yang digunakan yaitu menerapkan modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik modul berbasis inkuiri terbimbing untuk penurunan miskonsepsi pada materi dinamika gerak untuk siswa SMA?
2. Bagaimana kelayakan modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk penurunan miskonsepsi pada materi dinamika gerak untuk siswa SMA? 3. Adakah penurunan miskonsepsi setelah di beri modul pembelajaran berbasis
inkuiri terbimbing pada materi dinamika gerak untuk siswa SMA?
D. Tujuan Pengembangan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk penurunan miskonsepsi pada materi dinamika gerak untuk siswa SMA kelas X.
(10)
commit to user
2. Mengetahui kelayakan modul pembelajaran berbasis inkuiri untuk menurunkan miskonsepsi pada materai mekanika newton tentang gerak untuk siswa SMA kelas X.
3. Ada penurunan miskonsepsi fisika setelah di beri modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing pada materi dinamika gerak untuk siswa SMA kelas X.
E. Spesifikasi Produk yang dikembangkan Produk yang diharapkan berupa:
Modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi dinamika gerak adalah modul yang dirancang untuk penurunan miskonsepsi, yangmana siswa mampu melakukan penyelidikan untuk memperoleh dan mendapatkan informasi melalui observasi/ eksperimen untuk mencari jawaban, atau memecahkan permasalahan, Modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi dinamika gerak dibuat menjadi 2 modul yaitu modul untuk siswa dan modul untuk guru.
Modul untuk siswa diawali dengan karakteristik modul, petunjuk penggunaan modul untuk siswa, peta isi modul, kompetensi inti dan standar kompetensi. Bagian isi pada modul siswa berisi: (1) kegiatan belajar I untuk materi gaya, kegiatan belajar 2 untuk materi hukum I Newton, kegiatan belajar 3 untuk materi hukum II Newton, kegiatan belajar 4 untuk materi hukum III Newton, kegiatan belajar 5 materi aksi- reaksi benda dan kegiatan belajar 6 untuk materi gaya gesekan, kompetensi dasar dan indikator pembelajaran menampilkan sesuai yang akan dibahas; (2) kegiatan pembelajaran, yang ada pada setiap
(11)
commit to user
kegiatan diberikan motivasi awal, kemudian dilanjutkan kegiatan siswa mengidentifikasi masalah, kemudian merumuskan masalah, kemudian merumuskan hipotesa, kemudian mendesain percobaan kemudian melaksanakan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis hasil percobaan, membuat generalisasi dan mengkomunikasikan hasil percobaan, .(3) kilas balik dan tes pengetahuan mengukur kemampuan siswa setelah mempelajari materi. Modul dibagiab ahkir berisi: (1) tes kemampuan awal untuk penurunan miskonsepsi materi dinamika gerak; (2) daftar pustaka yang berisikan tentang referensi isi modul; (3) dan glosarium yang memuat tentang hal-hal/kosa kata yang penting tentang dinamika gerak.
Modul untuk guru memiliki spesifikasi yang berbeda dengan spesifikasi modul siswa, modul guru diawali dengan petunjuk penggunaan modul untuk guru, (1) suplemen kegiatan belajar I untuk materi konsep gaya, suplemen kegiatan belajar 2 untuk konsep hukum I Newton, suplemen kegiatan belajar 3 untuk konsep hukum II Newton, suplemen kegiatan belajar 4 untuk konsep hukum III Newton, suplemen kegiatan belajar 5 untuk konsep aksi- reaksi benda dan suplemen kegiatan belajar 6 untuk konsep gaya gesekan, kompetensi dasar dan indikator pembelajaran menampilkan sesuai yang akan dibahas; (2) kunci jawaban kegiatan 1 sampai kegiatan 6. (3) daftar pustaka yang berisikan tentang referensi isi modul; (4) dan glosarium yang memuat tentang hal-hal/kosa kata yang penting tentang dinamika gerak.
(12)
commit to user
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan mendapatkan manfaat antara lain:
1. Dengan mengidentifikasi miskonsepsi siswa, guru dan praktisi pendidikan dapat menyiapkan model pembelajaran yang tepat guna mengubah miskonsepsi menjadi konsepsi ilmiah.
2. Bagi peneliti, pengalaman dalam proses penelitian dapat dijadikan sebagai bekal mengajar, yang nantinya dapat dikembangkan dalam bentuk penelitian tindakan kelas.
3. Bagi teman sejawat untuk memudahkan dalam menanamkan konsep sains dan aplikasi sehingga dapat memberikan perbaikan dari sistem pembelajaran.
4. Bagi siswa menambah pengalaman dalam pembelajaran fisika dan mendapatkan suasana belajar yang berbeda, serta mampu memecahkan masalah baik dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sesuai konsep yang di pelajari.
G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1. Asumsi Pengembangan
Beberapa asumsi yang mendasari pengembangan ini adalah:
a. Pengembangan menghasilkan luaran berupa modul cetak inkuiri terbimbing untuk pembelajaran fisika.
b. Sekolah uji coba belum menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing untuk pembelajaran fisika.
(13)
commit to user
c. Pengembangan modul berbasis inkuiri terbimbing ini dapat digunakan di SMA Negeri 2 Jombang.
2. Keterbatasan Pengembangan
Pengembangan modul berbasis inkuiri terbimbing ini masih mempunyai banyak keterbatasan, yaitu: waktu, biaya dan kemampuan peneliti. Dengan keterbatasan tersebut, pengembangan modul berbasis inkuiri terbimbingini hanya terbatas pada pembuatan modul pembelajaran fisika pada materi dinamika gerak pada SMA kelas X dan diujicobakan pada satu sekolah.
H. Definisi Istilah
Dalan penelitian ini, peneliti memandang perlu untuk menghindari salah penafsiran, maka diberikan penegasan istilah berikut.
1. Modul adalah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Modul terdiri dari bagian pendahuluan yang berisi deskripsi, prasyarat, model pembelajara dalam modul, petunjuk siswa dan guru, kompetensi yang akan dicapai, skema modul, dan uji kemampuan awal. Bagian pembelajaran yang berisi rencana belajar siswa, kegiatan belajar, latihan-latihan, uji kompetens dan umpan balik serta pendukung modul. Bagian penutup yang diberisi refleksi proses pembelajaran.
2. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Bruner dalam Suryanti, 2008) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa
(14)
commit to user
aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya akan terjadi melalui penemuan pribadi.
3. Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing
Modul berbasis inkuiri terbimbing adalah modul yang komponen didalamnya di sesuaikan dengan sintaks inkuiri terbimbing meliputi : 1) observasi untuk merumuskan masalah, 2) merumuskan masalah, 3) menyusun hipotesa, 4) merencanakan percobaaan untuk menjawab permasalahn, 5) melakukan percobaan, 6) melakukan percobaan, 6) mengumpulkan dan menganalisis data, 7) menyimpulkan hasil percobaan, dan 8) mempresentasikan hasil percobaan
4. Miskonsepsi (Suparno, 2005) atau salah konsep adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang dapat diterima oleh para pakar dalam bidang itu.
(1)
commit to user
3. Kelayakan modul berbasis inkuiri terbimbing dikembangkan untuk
pembelajaran fisika di tingkat SMA kelas X
4. Modul Pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing yang di kembangkan diimplementasikan di SMAN 2 Jombang semester ganjil.
5. Penyebab miskonsepsi yang diteliti hanya dilihat dari faktor siswa melalui test diagnostik.
6. Strategi pengubahan miskonsepsi yang digunakan yaitu menerapkan modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik modul berbasis inkuiri terbimbing untuk penurunan miskonsepsi pada materi dinamika gerak untuk siswa SMA?
2. Bagaimana kelayakan modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk penurunan miskonsepsi pada materi dinamika gerak untuk siswa SMA? 3. Adakah penurunan miskonsepsi setelah di beri modul pembelajaran berbasis
inkuiri terbimbing pada materi dinamika gerak untuk siswa SMA?
D. Tujuan Pengembangan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk penurunan miskonsepsi pada materi dinamika gerak untuk siswa SMA kelas X.
(2)
commit to user
2. Mengetahui kelayakan modul pembelajaran berbasis inkuiri untuk
menurunkan miskonsepsi pada materai mekanika newton tentang gerak untuk siswa SMA kelas X.
3. Ada penurunan miskonsepsi fisika setelah di beri modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing pada materi dinamika gerak untuk siswa SMA kelas X.
E. Spesifikasi Produk yang dikembangkan
Produk yang diharapkan berupa:
Modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi dinamika gerak adalah modul yang dirancang untuk penurunan miskonsepsi, yangmana siswa mampu melakukan penyelidikan untuk memperoleh dan mendapatkan informasi melalui observasi/ eksperimen untuk mencari jawaban, atau memecahkan permasalahan, Modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi dinamika gerak dibuat menjadi 2 modul yaitu modul untuk siswa dan modul untuk guru.
Modul untuk siswa diawali dengan karakteristik modul, petunjuk penggunaan modul untuk siswa, peta isi modul, kompetensi inti dan standar kompetensi. Bagian isi pada modul siswa berisi: (1) kegiatan belajar I untuk materi gaya, kegiatan belajar 2 untuk materi hukum I Newton, kegiatan belajar 3 untuk materi hukum II Newton, kegiatan belajar 4 untuk materi hukum III Newton, kegiatan belajar 5 materi aksi- reaksi benda dan kegiatan belajar 6 untuk materi gaya gesekan, kompetensi dasar dan indikator pembelajaran menampilkan sesuai yang akan dibahas; (2) kegiatan pembelajaran, yang ada pada setiap
(3)
commit to user
kegiatan diberikan motivasi awal, kemudian dilanjutkan kegiatan siswa
mengidentifikasi masalah, kemudian merumuskan masalah, kemudian
merumuskan hipotesa, kemudian mendesain percobaan kemudian melaksanakan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis hasil percobaan, membuat generalisasi dan mengkomunikasikan hasil percobaan, .(3) kilas balik dan tes pengetahuan mengukur kemampuan siswa setelah mempelajari materi. Modul dibagiab ahkir berisi: (1) tes kemampuan awal untuk penurunan miskonsepsi materi dinamika gerak; (2) daftar pustaka yang berisikan tentang referensi isi modul; (3) dan glosarium yang memuat tentang hal-hal/kosa kata yang penting tentang dinamika gerak.
Modul untuk guru memiliki spesifikasi yang berbeda dengan spesifikasi modul siswa, modul guru diawali dengan petunjuk penggunaan modul untuk guru, (1) suplemen kegiatan belajar I untuk materi konsep gaya, suplemen kegiatan belajar 2 untuk konsep hukum I Newton, suplemen kegiatan belajar 3 untuk konsep hukum II Newton, suplemen kegiatan belajar 4 untuk konsep hukum III Newton, suplemen kegiatan belajar 5 untuk konsep aksi- reaksi benda dan suplemen kegiatan belajar 6 untuk konsep gaya gesekan, kompetensi dasar dan indikator pembelajaran menampilkan sesuai yang akan dibahas; (2) kunci jawaban kegiatan 1 sampai kegiatan 6. (3) daftar pustaka yang berisikan tentang referensi isi modul; (4) dan glosarium yang memuat tentang hal-hal/kosa kata yang penting tentang dinamika gerak.
(4)
commit to user
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan mendapatkan manfaat antara lain:
1. Dengan mengidentifikasi miskonsepsi siswa, guru dan praktisi pendidikan dapat menyiapkan model pembelajaran yang tepat guna mengubah miskonsepsi menjadi konsepsi ilmiah.
2. Bagi peneliti, pengalaman dalam proses penelitian dapat dijadikan sebagai bekal mengajar, yang nantinya dapat dikembangkan dalam bentuk penelitian tindakan kelas.
3. Bagi teman sejawat untuk memudahkan dalam menanamkan konsep sains
dan aplikasi sehingga dapat memberikan perbaikan dari sistem pembelajaran.
4. Bagi siswa menambah pengalaman dalam pembelajaran fisika dan
mendapatkan suasana belajar yang berbeda, serta mampu memecahkan masalah baik dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sesuai konsep yang di pelajari.
G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1. Asumsi Pengembangan
Beberapa asumsi yang mendasari pengembangan ini adalah:
a. Pengembangan menghasilkan luaran berupa modul cetak inkuiri
terbimbing untuk pembelajaran fisika.
b. Sekolah uji coba belum menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing untuk pembelajaran fisika.
(5)
commit to user
c. Pengembangan modul berbasis inkuiri terbimbing ini dapat digunakan di SMA Negeri 2 Jombang.
2. Keterbatasan Pengembangan
Pengembangan modul berbasis inkuiri terbimbing ini masih mempunyai banyak keterbatasan, yaitu: waktu, biaya dan kemampuan peneliti. Dengan keterbatasan tersebut, pengembangan modul berbasis inkuiri terbimbing ini hanya terbatas pada pembuatan modul pembelajaran fisika pada materi dinamika gerak pada SMA kelas X dan diujicobakan pada satu sekolah.
H. Definisi Istilah
Dalan penelitian ini, peneliti memandang perlu untuk menghindari salah penafsiran, maka diberikan penegasan istilah berikut.
1. Modul adalah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Modul terdiri dari bagian pendahuluan yang berisi deskripsi, prasyarat, model pembelajara dalam modul, petunjuk siswa dan guru, kompetensi yang akan dicapai, skema modul, dan uji kemampuan awal. Bagian pembelajaran yang berisi rencana belajar siswa, kegiatan belajar, latihan-latihan, uji kompetens dan umpan balik serta pendukung modul. Bagian penutup yang diberisi refleksi proses pembelajaran.
2. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Bruner dalam Suryanti, 2008) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa
(6)
commit to user
aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya akan terjadi melalui penemuan pribadi.
3. Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing
Modul berbasis inkuiri terbimbing adalah modul yang komponen didalamnya di sesuaikan dengan sintaks inkuiri terbimbing meliputi : 1) observasi untuk merumuskan masalah, 2) merumuskan masalah, 3) menyusun hipotesa, 4) merencanakan percobaaan untuk menjawab permasalahn, 5) melakukan percobaan, 6) melakukan percobaan, 6) mengumpulkan dan menganalisis data, 7) menyimpulkan hasil percobaan, dan 8) mempresentasikan hasil percobaan
4. Miskonsepsi (Suparno, 2005) atau salah konsep adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang dapat diterima oleh para pakar dalam bidang itu.