MOTIF REMAJA DALAM BELANJA ONLINE MELALUI FACEBOOK (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Motif Remaja Dalam Belanja Online Melalui Facebook).

(1)

Melalui Facebook)

SKRIPSI

Oleh :

DININTA SEPTIANTI HAPSARI

NPM. 0743010203

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(2)

Disusun oleh :

DININTA SEPTIANTI HAPSARI NPM. 0743010203

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si NPT. 3 7107 94 0027 1

Mengetahui, DEKAN

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 1 95507 181 983 022 001


(3)

iii Oleh :

DININTA SEPTIANTI HAPSARI NPM. 0743010203

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 1 Desember 2010

Dosen Pembimbing Tim Penguji : 1. Ketua

Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si Ir. Didiek Tranggono, M.Si NPT. 3 7107 94 0027 1 NIP. 19581225 19900 1001

2. Sekretaris

Dra. Diana Amelia, M.Si NIP. 19630907 199103 2001

3. Anggota

Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si NPT. 3 7107 94 0027 1

Mengetahui, DEKAN

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 1 95507 181 983 022 001


(4)

dengan limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, Skripsi yang berjudul MOTIF REMAJA DALAM SHOPPING ONLINE MELALUI FACEBOOK dapat penulis susun dan selesai sebagai wujud pertanggung jawaban atas terlaksananya kegiatan perkuliahan penulis.

Dalam proses penyelesaian Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Dra. Hj. Suparwati.M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

2. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

3. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

4. Dosen Pembimbing Skripsi Penulis, Ibu Yuli Candrasari, S.Sos, M.si,. Terima kasih atas bantuan Ibu dalam penyusunan Proposal Skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan

FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.

6. Orang Tua penulis, Kakak, Adek, terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini yang telah memberikan semangat kepada penulis.


(5)

v

8. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

Surabaya, 15 November 2010


(6)

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

ABSTRAKSI ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

2.1 Landasan Teori ... 12

2.1.1 Internet sebagai Media Transisional ... 12

2.1.2 Situs Facebook ... 16

2.1.3 Remaja Perempuan dalam menggunakan Facebook ... 19

2.1.4 Computer Mediated Communication (CMC) ... 22

2.1.5 Technological Determinism Theory ... 27

2.2 Kerangka Berpikir... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 38


(7)

3.4 Teknik Analisis Data... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 44

4.1 Gambaran Umum Objek dan Penyajian data... 44

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian... 44

4.1.1.1 Facebook ... 44

4.1.1.2 Aplikasi Online Shop Pada Facebook... 46

4.1.2 Identitas Informan ... 47

4.1.3 Penyajian Data dan Analisis Data ... 48

4.1.3.1 Pengetahuan Remaja Tentang Online Shop... 48

4.1.3.2 Motif Remaja Di Surabaya Dalam Shopping Online Melalui Facebook... 51

4.1.3.3 Intensitas Waktu Dalam Belanja Online ... 62

4.1.3.4 Manfaat Shopping Online Pada Facebook... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1 Kesimpulan ... 67

5.2 Saran... 68 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN


(8)

Lampiran 2. Transkrip Wawancara Informan 1 ... 71

Lampiran 3. Transkrip Wawancara Informan 2 ... 73

Lampiran 4. Transkrip Wawancara Informan 3 ... 75

Lampiran 5. Transkrip Wawancara Informan 4 ... 77

Lampiran 6. Transkrip Wawancara Informan 5 ... 79


(9)

ix

DALAM BELANJA ONLINE MELALUI FACEBOOK (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Motif Remaja Dalam Belanja Online Melalui Facebook)

Penelitian ini berdasarkan adanya fenomena gaya hidup Shopping Online (Belanja Online) remaja yang di Surabaya melalui Facebook. Hal ini terkait dengan gaya hidup remaja sekarang yang masih berada pada tahap pencarian identitas diri, jadi banyak meniru apa yang dilihat dan didengar melalui media. Jika ada barang model baru seperti pakaian, handphone, tas, sepatu, dan jam tangan, mereka akan berlomba-lomba satu sama lain untuk mendapatkan barang tersebut untuk menunjang eksistensinya.

Penelitian menaruh perhatian pada gaya hidup remaja dalam melakukan Shopping Online melalui Facebook, baik berupa alasan, sifat, topik maupun nilai-nilai dalam melakukan hal tersebut. Teori yang digunakan adalah Computer Mediated Communications ( CMC ) dan Technological Determinism Theory.

Metode dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Teknik analisis data dalam penelitian ini ialah metode deskriptif, yaitu data yg dikumpulkan berupa kata-kata.

Hasil penelitian ialah dapat mengetahui Motif Remaja di Surabaya dalam melakukan Shopping Online melalui Facebook yaitu untuk eksistensi diri, mencari barang-barang baru.

Kesimpulan yang dihasilkan yakni, remaja di Surabaya (informan penelitian) merasa nyaman melakukan Shopping Online di Facebook, karena kebutuhan dan keinginan mengenai gaya hidup remaja dapat terpenuhi oleh Facebook.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan sebagai alat informasi dan komunikasi yang tak dapat diabaikan. Saat ini, pengguna intenet banyak didominasi oleh pelajar dan mahasiswa karena dengan kecanggihan teknologi internet dapat diakses kapan saja melalui media handphone ataupun memakai fasilitas wi-fi.

Menurut Supriyanto, dengan adanya internet saat ini rasanya manusia yang menggunakannya seolah bisa “menggenggam dunia” (2005 : 15). Karena segala sesuatu yang dibutuhkan tersedia pada internet baik yang gratis maupun membayar, dengan internet manusia bisa melakukan komunikasi data teks, gambar, video, suara bahkan komunikasi audio-visual secara langsung. Dengan internet pula memungkinkan orang berbicara kepada berbagai orang di berbagai negara di seluruh dunia dan tentunya untuk berkomunikasi dengan berbagai orang tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal seperti telepon.

Tidak dapat dipungkiri dunia maya mulai berkembang dalam kehidupan dunia nyata, hal ini dibuktikan dengan survey menurut Houghton dalam Tjiptono, perkembangan internet terus berlangsung hingga kini. Diseluruh dunia jumlah pemakai internet tercatat sekitar 817 juta orang pada tahun 2004. Begitu besarnya pengguna internet di dunia


(11)

sehingga semakin banyak pula bermunculan situs-situs baru yang dapat diakses oleh para pengguna internet dan mereka berlomba-lomba untuk bisa mendapatkan user yang sebanyak-banyaknya untuk mengakses internet.

Belanja telah berkembang dengan pertumbuhan teknologi. Menurut penelitian yang ditemukan dalam Journal of Electronic Commerce (2007), jika kita berfokus pada karakteristik demografis pembelanja di-rumah, secara umum, semakin tinggi tingkat pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan dari kepala rumah tangga, maka konsumen akan mempersepsi bahwa belanja online lebih menguntungkan daripada belanja di toko. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam sikap konsumen terhadap belanja non-toko adalah paparan teknologi, karena telah menunjukkan bahwa peningkatan eksposur untuk meningkatkan teknologi kemungkinan mengembangkan sikap positif terhadap belanja baru dengan teknologi internet.

Belanja Online memperluas target untuk pria dan wanita dari kelas menengah. Pada awalnya, para pengguna utama dari belanja online adalah orang-orang muda dengan tingkat pendapatan yang tinggi dan pendidikan universitas. Tetapi sekarang sudah berubah, sebagai contoh di Amerika Serikat pada tahun-tahun awal internet ada sedikit perempuan pengguna, tetapi pada tahun 2001 konsumen yang perempuan sebesar 52,8% dari total populasi online. Tekanan sosiokultural telah membuat laki-laki umumnya lebih mandiri dalam


(12)

keputusan pembelian mereka, sementara wanita terutama remaja putri lebih sering melakukan shoping online demi menuruti kemauan mereka untuk gaya hidup jaman sekarang.

Sebagian besar konsumen, memilih shopping online untuk lebih cepat dan lebih efisien pengalaman belanja. Satu keuntungan dari shopping online adalah mampu dengan cepat mencari penawaran untuk barang atau jasa dengan vendor yang berbeda (meskipun beberapa search engine lokal benar-benar ada untuk membantu konsumen menemukan barang untuk dijual di toko-toko terdekat). Search engine, layanan perbandingan harga online yang dapat digunakan untuk mencari penjual suatu produk atau jasa tertentu.

Pesatnya jaringan internet secara tidak langsung membawa fenomena baru atau gaya hidup baru di kalangan masyarakat yang suka memanfaatkan fasilitas internet, salah satunya adalah shopping online. Seperti diketahui banyak barang kebutuhan, fashion, elektronik yang ditawarkan di internet dan menawarkan kemudahan dalam cara berbelanja dan pembayaran.

Budaya belanja online yang sebelumnya telah melanda negeri jiran seperti Singapura dan Malaysia, sebentar lagi juga akan melanda Indonesia. Pasalnya, masyarakat Indonesia dinilai telah akrab dengan penggunaan internet. Jumlah pengguna internet di Indonesia dari tahun pada tahun 2008 sebanyak 25 juta orang dan pada 2009 dan 2010 diperkirakan akan meningkat sebanyak 37 persen, diyakini sebagai titik


(13)

awal berkembangnya penggunaan internet ke arah baru, yakni belanja online. Selain itu, "Pertumbuhan internet di Indonesia terbesar ketiga di dunia. Sementara pengguna facebook yang sekarang mencapai 14,6 juta orang di Indonesia terbesar keempat di dunia. Melihat hal itu, dalam waktu dekat belanja online sepertinya akan menjadi fase baru masyarakat internet Indonesia.

Keunggulan facebook dalam hal ini adalah Facebook termasuk dalam kategori situs jejaring sosial seperti Friendster, MySpace, Multiply, twitter, blog, dll yang menyediakan media bagi para penggunanya untuk saling bertukar informasi dan berinteraksi.

Luar biasa sekali, ternyata untuk urusan Facebook, Indonesia menempati posisi ke-7 pada tahun 2007 kategori jumlah member. Ini membuktikan situs jejaring sosial buatan Mark Zuckerberg ini telah berhasil merebut simpati masyarakat Indonesia, walaupun keberhasilan ini apakah sesuatu yang mesti dibanggakan atau tidak tapi setidaknya posisi 7 di Dunia untuk pengguna Facebook dengan total member 11,759,980 sebagai bukti bahwa rakyat Indonesia menyukai situs pertemanan ini. Kemudian, di awal Agustus 2010 jumlah pengguna facebook di indonesia sudah mencapai 500 juta. Hal ini membuat indonesia menempati peringkat ke 3 pengguna facebook terbanyak di dunia.


(14)

Sebagaimana yang telah dituliskan di atas bahwa facebook sebagai salah satu bentuk media sosial online memberikan banyak keuntungan bagi penggunanya diantarnya adalah memudahkan dalam bertukar informasi. Pertukaran informasi tersebut tidak hanya berupa informasi pribadi tetapi sekarang ini informasi yang diberikan juga berupa penawaran suatu produk atau jasa. Bisa dikatakan bahwa facebook telah menjadi “iklan” bagi penggunanya untuk mengenalkan dan menawarkan .produk atau jasa yang dimilikinya. Melalui facebook, para shopholic sebutan bagi para para pengguna media oline berbelanja, bisa menjelajahi bahkan mendapatkan informasi berbagai jenis barang yang ditawarkan dengan mudah.

Shopping online menyuguhkan beberapa jenis kebutuhan konsumen dalam bentuk yang praktis. Mulai dari segi penjualan hingga transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Di Shopping Online, user dapat memilih segala kebutuhannya dengan melihat foto yang telah di desaign dengan konsep katalog yang hanya menampilkan bentuk, bahan, dan harga barang tesebut. Apabila user tertarik dan ingin membeli barang tersebut, hanya dengan melakukan transaksi dengan cara memesan barang melalui pesan di akun tersebut atau melalui pesan ke nomor telepon yang telah dicantumkan. Setelah terjadi kesepakatan barang yang di pesan dan kapan barang tersebut dikirim, user dapat mengirimkan pembayaran ke rekening yang telah ditentukan.


(15)

Menurut Jurnal Women and Social Media Study (2009), sebuah penelitian di Amerika menjelaskan bahwa sebanyak 83 % wanita pada usia 18 – 26 tahun menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, blog, my space. Dalam media sosial tersebut mereka tidak hanya membicarakan tentang pendidikan, gosip, seks, bisnis, gaya hidup, fashion, tetapi mereka juga membicarakan tentang shopping. Dua sampai tiga kali dalam seminggu mereka mengakses media sosial tersebut. Yang biasa dilakukan mereka dalam media sosial facebook adalah membuat status, memberi komentar pada status temannya ataupun saling memberikan informasi. Sebanyak 68% dari mereka yang menggunakan facebook membahas tentang shopping online pada facebook. Pemilik akun online shop pada facebook dapat dengan mudah untuk mempromosikan barang yang di jual, hanya upload foto dan menandai foto tersebut ke semua friend list secara random. Setelah itu, tidak lupa mereka mencantumkan harga, bahan dasar, kualitas dari barang yang dijual serta bagaimana cara pemesanan dan pembayarannya. Karena berbelanja online melalui facebook dianggap sudah cukup efisien, mereka tidak perlu keluar dari rumah jika ingin membeli barang yang diinginkan.

Kelompok remaja merupakan pihak yang menjadi sasaran utama dari para produsen di dalam memasarkan produknya. Hal ini dikarenakan pola perilaku konsumtif seorang indivdu ditentukan oleh perilaku konsumtifnya di usia remaja. Di samping itu remaja mudah


(16)

terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang kemudian di manfaatkan oleh para produsen, tidak terkecuali adalah para facebooker yang ingin memasarkan produknya kepada konsumen melaui media facebook.

Apalagi di masa sekarang di mana teknologi sudah berkembang pesat, termasuk perkembangan dari dunia maya. Sebagaimana sifat teknologi bahwa teknologi diciptakan untuk memberikan kemudahan dalam kehidupan manusia, maka demikian halnya dengan internet. Menyadari akan kemudahan dan beragamnya manfaat yang diperoleh para pengguna internet maka saat ini semakin banyak produsen atau para pebisnis menawarkan produknya melalui internet.

Beberapa penelitian juga menujukkan bahwa pada dasarnya terdapat perbedaan pola belanja antara remaja putra dengan remaja putri (Putra, Adit, 2009). Perbedaan tersebut diantaranya adalah bahwa remaja pria ketika melakukan belanja mudah terpengaruh oleh bujukan penjual, kurang teliti dan sabar dalam memilih barang, dan sering terburu-buru dalam mengambil keputusan membeli. Sedangkan sifat remaja putri dalam berbelanja menurut penelitian tersebut adalah: remaja putri lebih tertarik pada warna dan model atau bentuk, jadi jarang mempertimbangakan apakah barang tersebut bermanfaat atau tidak untuk dirinya; kurang objektif dalam memilih barang, dan senang melakukan windows shopping. Dari sifat perbedaan pola belanja tersebut


(17)

maka bisa disimpulkan bahwa sebenarnya antara remaja pria dengan remaja putri sebenarnya senang melakukan belanja dan cenderung konsumtif. Selain itu juga karena perbedaan pola dan sifat dalam belanja tersebut maka bisa jadi akan terjadi pula motif remaja pria dengan motif remaja putri dalam melakkan belanja online khususnya di media sosial facebook.

Remaja memiliki keinginan besar untuk diterima dalam lingkungan baru. Pada situs-situs jejaring sosial seperti Facebook, seseorang merasa diterima menjadi bagian dari sebuah komunitas besar. Remaja sangat ingin mendapatkan tempat dalam lingkungan yang diinginkannya. Oleh sebab itu, ia lebih mudah bersikap terbuka dan berkompromi dengan keinginan calon temannya. Dengan kata lain mereka lebih mudah membina kepercayaan dalam berinteraksi. Kepercayaan ini membantu remaja mengeksplor perasaan mereka sendiri, mendefinisikan identitas mereka, dan memvalidasi harga diri mereka (Papalia, dkk. Hal : 620). Meskipun kebanyakan remaja mengalami transisi dari masa anak ke masa dewasa yang lebih positif dibandingkan dengan yang digambarkan oleh orang dewasa dan media, banyak juga remaja sekarang ini yang tidak memperoleh cukup kesempatan dan dukungan untuk menjadi orang dewasa yang kompeten ( Lerner, Entwisle, & Mauser, 1994 ; Takanishi, 1993 ). Melalui media, remaja masa kini dihadapkan pada pilihan gaya hidup yang kompleks. Remaja yang masih pada tahap pencarian identitas diri, jadi banyak meniru apa yang dilihat dan


(18)

didengar melalui media, termasuk media sosial. Tidak heran jika kemudian remaja mudah untuk “tergoda” untuk melakukan belanja online guna memenuhi gaya hidupnya. Terbukti banyak kemudian remaja yang melakukan belanja online karena daya tarik promosi produk yang mereka dapatkan dengan mudah di akun facebook yang dimilikinya tanpa harus browsing pada website yang menawarkan shopingonline. Hal ini terbukti dengan adanya komunitas online shopping dimana anggotanya adalah para remaja dengan status pelajar dan mahasiswa. Bagi produsen, kelompok remaja adalah salah satu pasar yang potensial. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan pola belanja antara remaja laki-laki dan remaja putri. Bisa jadi ini akan berdampak pada perbedaan motif remaja putri dan remaja putra dalam melakukan belanja online.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap fenomena maraknya belanja online melalui media sosial facebook. Peneliti memilih user Facebook khususnya remaja sebagai obyek penelitian. Selain itu juga hal ini terkait dengan gaya hidup remaja sekarang yang masih berada pada tahap pencarian identitas diri, jadi banyak meniru apa yang dilihat dan didengar melalui media. Jika ada barang model baru seperti pakaian, handphone, tas, sepatu, dan jam tangan, mereka akan berlomba-lomba satu sama lain untuk mendapatkan barang tersebut untuk menunjang


(19)

eksistensinya. Dengan karakteristik facebook yang menarik dan mudah dalam mendapatkan informasi tentang suatu produk tanpa harus browsing dalam mendapatkan informasi tentang sebuah produk menawarkan produk. Melalui facebook segala kebutuhan yang diinginkan cepat dan instan.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang diajukan adalah: Bagaimana motif remaja dalam melakukan shopping online di facebook ?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana motif user facebook yang lebih di spesifikasikan kepada remaja dalam melakukan Shopping Online.

I.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap konsep media sosial online khususnya adalah bagaimana facebook memberikan peluang kepada para penggunanya khususnya dalam mendorongn untuk melakukan shoping online.


(20)

2. Manfaat Praktis

Kegunaan praktis yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah agar pihak-pihak yang tertarik dalam kajian masalah yang sama dapat mengetahui motif user facebook dalam melakukan shopping online sehingga diharapkan bisa menjadi pedoman bagi para pengguna media sosial dalam melakukan promosi pada facebook.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Internet sebagai Media Transisional

Keberadaan internet seperti sekarang ini, sebagai media baru tentunya tidak terlepas dari awal dibuatnya internet yang waktu itu internet berawal dari sebuah jaringan yang disebut ARPANET (Advance Research Projects Agency Network) yang dibuat sekitar tahun 1980. ARPANET ini merupakan proyek dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang mula-mula hanya menghubungkan para peneliti diberbagai pusat komputer yang terpencil sehingga memungkinkan mereka salingberbagi informasi perangkat keras dan lunaknya. Di awal tahun 1980 ARPANET pecah menjadi dua jaringan yakni ARPANET dan Milnet, yaitu suatu jaringan militer rahasia. Perkembangan jaringan komputer yang sangat pesat, maka jaringan computer ini tidak dapat lagi disebut ARPANET karena semakin banyak komputer dan jaringan-jaringan regional yang terhubung. Konsep ini yang kemudian berkembang dan dikenal sebagai konsep Internetworking. Oleh karena itu istilah internet menjadi semakin popular, dan orang menyebut jaringan besar computer tersebut dengan istilah INTERNET.


(22)

Mengkategorikan internet ke dalam salah satu bentuk media massa yang ada sekarang ini memang tidaklah mudah karena internet menawarkan potensi komunikasi yang lebih terdesentralisasi dan lebih demokratis dibandingkan yang ditawarkan oleh media massa sebelumnya (Supriyanto, 2005:445) karena itulah banyak pakar menyebut internet sebagai media transisional. Berikut beberapa cirri dari internet yang biasa dikatakan sebagai media transaksional menurut McManus dalam Severin dan Tankard (2005 : 4) :

1. Teknologi yang dahulu berbeda dan terpisah seperti percetakan dan penyiaran sekarang bergabung dalam internet.

2. Internet merupakan pergeseran dari kelangkaan media menuju media yang melimpah.

3. Internet merupakan pergeseran dari mengarah kepuasan massa audiens kolektif menuju kepuasan grup atau individu.

4. Internet merupakan pergeseran dari media satu arah ke media interaktif

Ciri lain dari internet adalah interaktivitas yaitu kemampuan pengguna untuk berkomunikasi secara langsung dengan komputeer dan memiliki dampak pada pesan apapun yang sedang dibuat, program – program yang dapat digunakan dalam berinteraksi dengan orang lain diantaranya ruang chatting atau dengan saling mengirim email. Hal inilah yang menyebabkan khalayak semakin banyak beralih menggunakan


(23)

internet sebagai media informasi dan komunikasi mereka. Interaktivitas yang lebih besar dalam internet akan terjadi dengan cara pemberian informasi daripada dengan persuasi, lebih banyak kontrol oleh pengguna, lebih banyak aktivitas oleh pengguna, bukan komunikasi satu arah tapi dua arah, komunikasi terjadi pada waktu–waktu yang fleksibel dan komunikasi terjadi di tempat yang tidak sebenarnya. ( Severin dan Tankard, 2005:448-449 )

Transisi dari internet ke lingkungan multimedia dan evolusi media dari satu arah ke dua arah, dari massa ke khusus dan dari yang paling sejajar ke yang paling diminta akan berusaha mempengaruhi pembuat dan pemakai isi media dalam menggunakan media internet.


(24)

1. Cats ( Hiburan )

Internet digunakan untuk mencari gambar-gambar lucu, mencari hal-hal yang dapat memberikan kesenangan

2. Social Networks

Internet merupakan jaringan sosial untuk mencari teman baru secara acak dari berbagai tempat

3. Pornografi


(25)

4. Fails ( mengatasi kegagalan )

Melalui internet seseorang dapat membangun rasa percaya diri di saat sedang mengalami depresi atau dapat juga dikatakan untuk mengatasi jika sedang mengalami kegagalan.

5. Knowledge search

Internet, selain untuk mencari tahu tentang gosip artis seputar gaya hidup artis tersebut

6. Productivity

Setelah kebutuhan-kebutuhan telah terpenuhi, pengguna internet dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih produktif

2.1.2 Situs Facebook

FACEBOOK merupakan website jaringan sosial, dimana para penggunanya dapat bergabung dalam suatu komunitas seperti kota, pekerjaan, sekolah dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi satu sama lain. Pengguna juga dapat menggunakan daftar teman mereka, mengirim pesan, dan memperbaharui profil pribadinya agar penggguna lain dapat melihat secara lebih detail. Facebook merupakan salah satu dari sekian banyak situs jaringan sosial yang beberapa tahun terakhir ini berhasil menarik perhatian para pengguna internet, yang dimaksud jaringan social atau biasa disebut social networking adalah fasilitas teknologi yang dibuat untuk bersosialisasi di internet, apabila dahulu kita mencari teman lewat filateli maka dijaman internet ini kita bisa mencari


(26)

teman lewat internet dan bias dilakukan tanpa tatap muka secara langsung. Hal itulah yang menarik minat pengguna internet karena konsep ini menawarkan sesuatu yang lain dibandingkan situs-situs lainnya dan yang paling digemari dari situs ini adalah mereka bisa berinteraksi dengan orang lain dengan membuat jaringan pertemanan online, dengan cari mencari teman baru lewat jaringan pertemanan yang dimiliki teman kita yang lain. Jadi ada keterkaitan antara kita dan teman-teman kita tersebut.

Pada Juli 2007, facebook memiliki jumlah pengguna terdaftar paling besar di antara situs-situs yang berfokus pada sekolah dengan lebih dari 34 juta anggota aktif yang dimilikinya dari seluruh dunia. Dari September 2006 hingga September 2007, peringkatnya naik dari posisi ke-60 ke posisi ke-7 situs paling banyak dikunjungi, dan merupakan situs nomor satu untuk foto di Amerika Serikat, mengungguli situs publik lain seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat setiap harinya.

Kemudiaan, awal Agustus 2010 ini Indonesia masuk ranking 3 pengguna Facebook terbanyak. Facebook telah mengumumkan jumlah akun penggunanya yang mencapai 500 juta. Sayangnya, situs yang paling digawangi oleh Mark Zuckenberg ini tidak memperinci negara-negara mana saja yang menyumbangkan kontribusi besar dalam total akun tersebut. Situs Royal Pingdom mencoba untuk membeberkan secara detail negara-negara pengakses Facebook terbanyak. Royal Pingdom menggunakan data dari Google Ad Planer yang menyediakan data statistik


(27)

online., menyatakan bahwa 550 juta akun menyambangi Facebook setiap bulan. Angka ini melampaui data yang dirilis oleh facebook. Dengan perhitungan 550 juta akun ini, Royal Pingdom mencatat negara-negara yang mendongkrak jumlah akun jejaring sosial ini. Sepuluh negara yang ada di Facebook nyatanya telah menyumbang 58 persen dari total pemilik akun di Facebook. Indonesia ada di peringkat ketiga setelah Amerika Serikat dan Inggris.

Saat ini Facebook tidak hanya dimanfaatkan sebagai situs untuk menambah teman dari berbagai kota maupun negara. Tetapi, Facebook sudah berkembang digunakan untuk berbisinis seperti Online shop. Pada Online Shop ini terdapat berbagai macam barang yang di jual, seperti : pakaian, sepatu, parfum, tas ,dll. Para user Facebook, khususnya remaja putri yang berbelanja pada Online Shop tidak perlu lagi repot untuk pergi ke mall atau toko untuk membeli barang yang di sukai. Namun saat ini user dapat melakukan semua tansaksi jual beli melalui media internet atau sering disebut dengan Shopping Online. Hal ini sesuai dengan teori Computer Mediated Communication, yaitu teori yang terkait dengan penggunaan jaringan computer sebagai medium tengah antara sumber dengan penerima yang merupakan pengguna teknologi yang dihasilkan oleh internet atau computer.


(28)

Adapun kebutuhan – kebutuhan yang dapat mendorong seseorang untuk menggunakan media tertentu antara lain adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis yang menurut pendapat Maslow di dalam bukunya yang berjudul Motivation and Personality (1995) mengatakan bahwa kebutuhan – kebutuhan fisiologis memiliki pengaruh yang cukup besar pada tingkah laku manusia hanya dapat dibenarkan sejauh kebutuhan – kebutuhan tersebut itu tidak terpuaskan. Kebutuhan-kebutuhan itulah yang akhirnya menimbulkan motif seseorang untuk menggunakan media tertentu, adapun menurut Thornburg (Effendy, 2000 : 34) motif merupakan sesuatu yang menggerakkan tingkah laku, selain itu motif juga memberikan arah bagi tingkah laku yang juga dapat menimbulkan intensitas dalam bertindak, serta merupakan kunci pemuas kebutuhan. Motif dapat timbul karena adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Individu merespon kebutuhan tersebut dengan tingkah laku, bertindak untuk memenuhi kebutuhan tersebut memenuhi kebutuhan tersebut melalui penggunaan media.

2.1.3 Remaja Dalam Menggunakan Facebook

Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam http://rumahbelajarpsikologi.com /2009/05/23/remaja.). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian


(29)

remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). (http://rumahbelajarpsikologi.com /2009/05/23/remaja)

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001). Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut Adams & GullotTa (dalam http://rumahbelajarpsikologi.com /2009/05/23/remaja) masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat


(30)

bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001, dalam http://rumahbelajarpsikologi.com /2009/05/23/remaja).

Seorang peneliti Carol Giligan (1990), mengungkapkan bahwa seorang anak mengungkapkan secara konsisten pengetahuannya tentang hubungan manusia yang didasari oleh kemampuan mendengar dan melihat apa yang terjadi pada orang-orang. Menurut Giligan, anak perempuan menghadapi masa kritis dalam perkembangan mereka ketika mencapai


(31)

masa remaja. Meskipun kebanyakan remaja mengalami transisi dari masa anak ke masa dewasa yang lebih positif dibandingkan dengan yang digambarkan oleh orang dewasa dan media, banyak juga remaja sekarang ini yang tidak memperoleh cukup kesempatan dan dukungan untuk menjadi orang dewasa yang kompeten ( Lerner, Entwisle, & Mauser, 1994 ; Takanishi, 1993 ). Melalui media, remaja masa kini dihadapkan pada pilihan gaya hidup yang kompleks. Dapat disimpulkan bahwa, remaja pada saat ini masih berada pada tahap pencarian identitas diri, jadi banyak meniru apa yang dilihat dan didengar melalui media.

Berdasarkan penelitian dari Woman and Social Media Study (2009), sebanyak 68% remaja perempuan membahas tentang shopping online pada facebook. Untuk menunjang eksistensinya mereka saling berlomba untuk mendapatkan barang model terbaru, mulai dari pakaian, sepatu, tas, dan handphone. Dengan melakukan shopping online pada facebook, mereka cepat sekali mendapatkan info tentang fashion yang sedang tren saat ini.

2.1.4 Computer Mediated Communication (CMC)

Kini internet telah menjadi salah satu mediator manusia untuk saling berkomunikasi dan berhubungan; atau yang disebut Computer Mediated Communications (CMC), yaitu interaksi antar manusia melalui teknologi komputer atau dapat dikatakan pertukaran pesan melalui


(32)

komputer, melibatkan orang-orang, berada dalam konteks yang terbatas, dan saling berkaitan dalam proses membentuk media untuk tujuan yang beraneka ragam. Salah satu perangkatnya adalah Groupware, yang dapat memudahkan untuk komunikasi bersama dan update real time ( segera dan saat itu juga). Keuntungan dengan adanya Groupware adalah setiap orang dapat mengerjakan apa pun, dimana saja, kapan saja, meskipun antara anggota terpisah jarak, jadi lebih efisien biaya dan waktu. CMC melibatkan pertukaran informasi dalam format tekstual, audio dan atau video yang dikirim dan dikendalikan menggunakan komputer dan teknologi komunikasi.

Jadi pengetahuan tentang Teori dan fenomena Computer Mediated Communication sangat penting untuk kolaborasi melalui internet. Salah satu media yang paling efektif digunakan untuk bekerja sama adalah internet. Pada kondisi sosial tertentu, dengan adanya teknologi orang-orang yang berbeda tempat dapat berkomunikasi dengan baik satu sama lain tanpa harus bertatap muka ( Walther, 1997 ).

Berdasarkan definisi John December (1997), yang dimaksud dengan Computer Mediated Communications adalah proses komunikasi manusia melalui komputer, melibatkan orang-orang, berada dalam konteks yang terbatas, dan saling berkaitan dalam proses membentuk media untuk tujuan yang beraneka ragam. Sedangkan Susan Herring (1996) memberikan definisi klasik Computer Mediated Communications, yaitu komunikasi yang mengambil tempat antara manusia melalui alat komputer


(33)

(Thurlow, Lengel & Tomic, 2004). Dan dengan perkembangan waktu dan era modernisasi, keberadaan internet benar-benar menjawab dan mengaplikasikan definisi-definisi CMC di atas. Menurut pakar Computer Mediated Communications yaitu Joseph Walther dan Malcolm Parks, berikut merupakan bentuk teknologi internet yang cenderung menarik di Computer Mediated Communications (Thurlow, Lengel & Tomic, 2004) : • E-mail, listserve dan mailing list

• Newsgroup, bulletin board dan blog • Internet relay chat dan instant messaging • Metaworld dan visual chat

• Personal homepage dan webcam

Dan saat ini banyak sekali perusahaan-perusahaan media online yang membuka sarana atau wadah untuk menggalakkan tren CMC ini kepada khalayak luas. Diantaranya adalah Yahoo, Google!, Hotmail, MSN, Friendster,OTCBB,MySpace,Facebook, Kaskus, Detik, TheBulletinBoard, Gmail, MIRC, Wikipedia,Tamil Chat, IndonesiaTopBlog, OkeZone, Hi5, dan lain-lain.

Semakin meluasnya penggunaan media baru ini, otomatis memicu para peneliti untuk menemukan dampaknya terhadap perilaku penggunanya. Dengan melalui berbagai macam metode riset baik survey, experimental maupun etnografi ternyata ditemukan dampak baru dari


(34)

penggunaan internet sebagai media baru dimana beberapa diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Perilaku Antisosial

Merupakan bentuk perilaku yang berlawanan dengan norma social yang berlaku di masyarakat, yang meliputi pelanggaran hukum maupun perilaku menyimpang. Berdasarkan penelitian, penggunaan komputer terutama game yang mengandung kekerasan akan memberikan efek yang sama dengan terpaan kekerasan yang ditampilkan di televisi. Hal ini akan membuat anak tidak dapat membedakan antara dunia nyata dan maya sehingga kekerasan dapat dipraktikkan dan menjadi hal yang biasa dalam kehidupannya sehari-hari.

2. Computer Anxiety

Merupakan ketakutan terhadap computer atau disebut juga dengan cyberphobia dan computerphobia. Orang-orang yang terkena efek ini kebanyakan adalah individu yang lemah dalam hal-hal teknis, matematis dan biasanya pernah mengalami hal buruk dengan komputer, misalnya mengkonsumsi komputer berlebihan sehingga memicu penyakit vertigo, nausea dan keringat dingin. Cyberphobia juga disebabkan karena adanya dorongan dari diri individu yang menolak komputer karena mereka takut mengacaukan komputer ketika mereka menekan tombol yang salah, tidak mempercayai


(35)

perlindungan privasi yang dijanjikan provider internet, dan perasaan bersalah yang berlebihan ketika gagal memecahkan masalah yang dihadapi dengan komputer.

3. Addiction

Kemampuan komputer untuk menampilkan audio dan visual secara interaktif membuat penggunanya untuk terus kembali dan menggunakannya, baik sebagai hiburan maupun sebagai pemenuhan kebutuhan dalam mencari informasi. Pengguna komputer terutama anak-anak cenderung ”ketagihan” ketika mereka mulai mengenal permainan komputer. Mereka asyik bermain, berpetualang di dunia maya dan melupakan tugas-tugas dan kehidupannya di dunia nyata. Pengguna yang mengkonsumsi komputer diatas 4 jam termasuk dalam kategori heavy sehingga berpotensi untuk menjadi pecandu teknologi ini. Apabila sudah mengalami kecanduan, maka penggunanya tidak tanggung-tanggung untuk menghasbiskan uang dan melakukan apapun demi mendapatkan dan terus memperoleh akses terhadap komputer dan internet.

Ahli psikologi, Sherry Turkle memaparkan bahwa kekuatan komputer untuk memberikan efek ini tidak datang dari ekternalnya melainkan dari apa yang dipelajari dan didapat pengguna ketika berinteraksi dengan komputer. Kecanduan akan muncul ketika pengguna merasa mampu untuk menjelajah dunia melalui komputer, mampu mencapai ilusi kedekatan dan ketertarikan dengan komputer secara intim,


(36)

mampu mengekspresikan diri dengan caranya sendiri serta mampu mendapatkan pembenaran/justifikasi terhadap dirinya.

2.1.5 Technological Determinism Theory

Teori ini menjelaskan bahwa teknologi media membentuk individu bagaimana cara berpikir dan berperilaku dalam masyarakat. Teknologi tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi yang lain (Nurudin, 2003:174). Teori yang dicetuskan pertama kali oleh McLuhan ini terkenal dengan pernyataannya bahwa “medium is the message” yang berarti bahwa dampak yang paling penting dari media komunikasi adalah bahwa media komunikasi mempengaruhi kebiasaan persepsi dan berpikir kita (Sevevin dan Tankard, 2005:336).

Pada teori ini McLuhan berpikir bahwa budaya kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi. Adapun tahapan-tahapannya adalah sbagai berikut :

1. penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya

2. perubahan dalam jenis-jenis komunikasi akhirnya membentuk kehidupan manusia


(37)

3. manusia membentuk peralatan untuk berkomunikasi dan akhirnya peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan itu membentuk atau mempengaruhi kehidupan kita sendiri. (Nurudin, 2003:174)

Motif tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan seseorang suatu organisme yang berbuat sesuatu, sedikit banyaknya ada kebutuhan didalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapai. Kebutuhan inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktivitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya (Gerungan, 2002:140-142).

Dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif, Menurut Basu Swasta dan Handoko (1997), motif - motif manusia dalam melakukan pembelian untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya dapat dibedakan atas: 1. Motif pembelian primer adalah motif yang menimbulkan perilaku

pembelian terhadap kategori-kategori umum (biasa) pada suatu produk, seperti membeli televisi dan pakaian.

2. Motif pembelian selektif adalah motif yang mempengaruhi tentang model dan merek dari kelas-kelas produk, atau macam penjual yang dipilih untuk suatu pembelian. Motif ekonomi, status, keamanan, dan persentasi adalah beberapa contoh motif selektif.


(38)

3. Motif rasional adalah motif yang didasarkan pada kenyataan-kenyataan seperti yang ditunjukkan oleh suatu produk kepada konsumen. Faktor yang dapat dipertimbangkan dapat berupa harga, kualitas, pelayanan, ketersediaan barang, keawetan, ukuran, kebersihan efisiensi dalam penggunaan. Sebagai contoh: motif pembelian pada sepeda motor yang hemat bahan bakar, atau merek tertentu karena kualitasnya sudah terpercaya.

4. Motif emosional adalah motif pembelian yang berkaitan dengan dengan perasaan atau emosi individu, seperti pengungkapan rasa cinta, kebanggaan, kenyamanan, kesehatan, keamanan dan kepraktisan.

Berdasarkan motif-motif inilah yang kemudian mendorong individu untuk memenuhi kebutuhannya dalam mengakses situs facebook. Jadi dalam penelitian ini, penelitian ini hanya dibatasi pada motif yang mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan melalui pola penggunaan internet sebagai media dalam mengakses situs facebook dan membuka akun online shop untuk berbelanja. Dan disamping itu adanya tahap-tahapan dari dalam individu dalam mengambil sebuah keputusan membeli atau berbelanja melalui shopping online. Menurut Philip Kotler ( 2001 )

Tahapan proses membeli merupakan sebuah pendekatan penyelesaian yang terdiri atas lima tahap, yaitu:


(39)

1. Menganalisa kebutuhan dan keinginan.

Penganalisaan kebutuhan dan keinginan ini ditujukan terutama untuk mengetahui adanya kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Jika kebutuhan dan keinginan diketahui, maka konsumen atau user akan berusaha untuk memenuhinya. Dari tahap inilah proses pembelian itu dimulai. Kebutuhan dipicu oleh stimuli intern dan ekstern. Stimuli intern yakni dorongan yang muncul dari diri dalam pribadi pembeli, sedangkan stimuli ekstern adalah dorongan yang muncul dari pengaruh luar pembeli. Adanya kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi tersebut sering diketahui secara tiba-tiba pada saat konsumen sedang berjalan-jalan ke toko atau berbelanja, melalui iklan dan kegiatan promosi lainnya, maupun informasi dari orang lain.

2. Pencarian informasi dan penilain sumber-sumber

Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut. Pengaruh relatif dari sumber informasi ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Pada umumnya, konsumen menerima sebagian besar informasi mengenai suatu


(40)

produk dari sumber komersial, yang dikendalikan oleh pemasar. Akan tetapi, sumber paling efektif cenderung sumber pribadi. Sumber pribadi tampaknya bahkan lebih penting dalam mempengaruhi pembelian jasa. Sumber komersial biasanya memberitahu pembeli, tetapi sumber pribadi membenarkan atau mengevaluasi produk bagi pembeli. Misalnya, dokter pada umumnya belajar mengenai obat baru cari sumber komersial, tetapi bertanya kepada dokter lain untuk informasi yang evaluatif.

3. Penilaian dan seleksi terhadap alternatif pembelian

Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merk alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada


(41)

konsumen dan keputusan pembelian. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali; mereka membeli berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi. Kadang-kadang konsumen mengambil keputusan membeli sendiri; kadang-kadang mereka bertanya pada teman, petunjuk bagi konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran pembelian. Pemasar harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana sebenarnya mereka mengevaluasi alternatif merek. Bila mereka mengetahui proses evaluasi apa yang sedang terjadi, pemasar dapat membuat langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan membeli. Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merk alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek


(42)

mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali; mereka membeli berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi. Kadang-kadang konsumen mengambil keputusan membeli sendiri; kadang-kadang mereka bertanya pada teman, petunjuk bagi konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran pembelian. Pemasar harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana sebenarnya mereka mengevaluasi alternatif merek. Bila mereka mengetahui proses evaluasi apa yang sedang terjadi, pemasar dapat membuat langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan membeli.

4. Keputusan untuk membeli

Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan


(43)

membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga, merek yang akan dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Akan tetapi peristiwa-peristiwa yang tak diharapkan bisa menambah niat pembelian Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga, merek yang akan dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Akan tetapi peristiwa-peristiwa yang tak diharapkan bisa menambah niat pembelian

5. Tingkah laku pasca pembelian

Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang diterima dari produk. Bila


(44)

produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas, bila memenuhi harapan konsumen merasa puas, bila melebihi harapan konsumen akan merasa puas. Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang mereka terima dari penjual, teman dan sumber-sumber yang lain. Bila penjual melebih-lebihkan prestasi produknya, harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya ketidakpuasan. Semakin besar antara kesenjangan antara harapan dan prestasi, semakin besar ketidakpuasan kosumen. Hal ini menunjukkan bahwa pembeli harus membuat pernyataan yang jujur mengenai prestasi produknya sehingga pembeli akan puas.

2.2 Kerangka Berpikir

Pada masa sekarang ini tidak bisa dipungkiri jika internet telah membawa banyak perubahan dan kemudahan dalam kehidupan manusia. Tidak heran jika kemudian banyak individu dengan sangat cepat menggunakan internet dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk juga remaja. Saat ini remaja merupakan pengguna internet terbesar. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa remaja dalam menggunakan internet khususnya pada media sosial lebih banyak membicarakan tentang bisnis, pendidikan, sex, gossip, fashion, tetapi mereka juga membicarakan tentang shopping online. Sebanyak 68% dari mereka yang menggunakan facebook membahas tentang shopping online.


(45)

Satu keuntungan dari belanja online adalah mampu dengan cepat mencari penawaran untuk barang atau jasa dengan vendor yang berbeda (meskipun beberapa search engine lokal benar-benar ada untuk membantu konsumen menemukan barang untuk dijual di toko-toko terdekat). Search engine, layanan perbandingan harga online yang dapat digunakan untuk mencari penjual suatu produk atau jasa tertentu.

Hal ini menunjukkan bahwa benar internet telah memberikan kemudahan dalam kehidupan manusia. Sebagaimana yang dikemukakan oleh CMC Theory, bahwa melalui internet seseorang dapat dengan mudah berhubungan dengan siapa saja dan dimana saja tanpa harus bertatap muka jadi lebih efisien biaya dan waktu. Dalam menggunakan internet seseorang sampai rela mengahabiskan uang atau waktunya untuk mencari informasi penting ataupun hanya sekedar mencari hiburan. Seperti hal nya dalam melakukan shopping online pada facebook, seseorang akan terus mencari tahu produk-produk baru apa saja yang ditawarkan pemilik online shop.

Media sosial online telah mampu mengubah perilaku individu dalam berbelanja. Salah satunya adalah penggunaan facebook, saat ini facebook juga telah menjadi sarana yang ampuh dalam memasarkan suatu produk. Terbukti banyak pihak yang kemudian menggunakan facebook sebagai alat untuk mengenalkan dan memasarkan produk-produknya. Dengan demikian para pengguna facebook dengan mudah mendapatkan informasi tenang sebuah produk tertentu. Seringnya mendapatkan informasi tersebut akan mendorong pengguna facebook, khususnya


(46)

remaja, untuk membeli produk yang ditawarkan atau diinformasikan dalam akun facebooknya.

Hal ini menunjukkan betapa media sosial online mampu mengubah perilaku individu dan budaya individu dalam berbelanja. Sebagaimana yang diungkapkan oleh McLuhan dalam Technological Determinant Theorynya, bahwa teknologi akan mengubah dan membentuk ataupun mempengaruhi pikiran manusia. Motif tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan seseorang untuk berbuat sesuatu yang hendak dicapai. Kebutuhan itu lah yang menimbulkan motif yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas, seperti aktivitas dalam berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seseorang didorong oleh motif emosional yaitu motif yang berkaitan dengan perasaan atau emosi seperti pengungkapan rasa ketertarikan, kenyamanan, keamanan dan kepraktisan dalam melakukan shopping online.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan deskriptif, yakni penelitian yang memberikan gambaran atas uraian suatu keadaan sejernih mungkin, tanpa adanya perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2003:53). Metode ini merupakan suatu metode yang berupaya memberikan gambaran tentang suatu fenomena tertentu secara terperinci, sehingga akhirnya diperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang fenomena yang sedang diteliti.

Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kualitatif, yaitu suatu pendekatan yang tidak menggunakan statistik dan menggunakan angka-angka tertentu. Hasil dari penelitian kualitatif ini tidak dapat digeneralisasikan (membuat kesimpulan yang berlaku umum) atau bersifat universal. Jadi, hanya dapat berlaku pada situasi dan keadaan yang sesuaidengan situasi dan keadaan dimana penelitian yang serupa dilakukan (Kountur, 2003:29).

Terdapat beberapa faktor pertimbangan dalam menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu pertama metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, kedua metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, ketiga metode deskriptif kualitatif lebih


(48)

peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2002: 33).

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggali atau menjelaskan makna dan realitas yang sedang terjadi. Dalam penelitian ini, akan digali tentang : motif remaja di surabaya dalam melakukan shopping online pada facebook.

3.2 Informan

Jenis penelitian ini adalah riset kualitatif. Riset kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil riset. Hasil riset lebih bersifat kontekstual dan kasuistik, yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu sewaktu riset dilakukan. Karena itu pada riset kualitatif tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif disebut informan atau subjek penelitian (Kriyantono, 2007:161).

Pada penelitian ini, yang menjadi informan atau subjek penelitian yaitu :

1. Pengguna facebook di surabaya khususnya remaja yang melakukan shopping online


(49)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan bentuk penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi dengan pengamatan berperan serta

Teknik yang digunakan dalam menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat, lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Teknik observasi berperan serta ialah terbukanya kesempatan bagi peneliti untuk mengambil bagian nyata dalam kegiatan kelompok, atau bahkan mengikuti peristiwa yang tak dapat dilakukan bagi proses penelitian atau kegiatan ilmiah lainnya. Keuntungan lainnya yang dimiliki, yaitu kesempatan untuk menangkap realitas dari pandangan seorang yang memang benar-benar terlibat dalam kasus yang sedang diteliti.

Dalam penelitian tentang kebahasaan, teknik observasi ini turut melibatkan peneliti dalam bercakap-cakap atau berbicara, dan menyimak perihal yang dibicarakan atau diucapkan oleh sasaran pengamatan (informan penelitian). Pengamatan dilaksanakan di Facebook sebuah situs jejaring sosial di dunia maya yang banyak digunakan oleh remaja untuk menunjang eksistensinya terutama dalam melakukan shopping online. Aktivitas Shopping Online yang terjadi di dalamnya diobservasi melalui pesan (bahasa dan tulisan) yang


(50)

disampaikan remaja di Surabaya pada fasilitas-fasilitas komunikasi dan informasi (wall, info, comment) yang tersedia pada Facebook.

2. Wawancara Mendalam (In-Depth-Interview)

Dalam pernyataan Susan Stainback (1988:35) menyampaikan bahwa: “Interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation”.

(“wawancara membuktikan jika peneliti dapat menerima pengertian mendalam mengenai bagaimana partisipan menginterpretasikan situasi dan fenomena, daripada hanya melalui observasi”).

Selain itu, wawancara terdiri atas orang-orang yang dianggap mengetahui, memahami permasalahan yang terjadi sesuai substansi penelitian sehingga dapat menghasilkan data berupa bahasa, tulisan, ataupun visual yang memungkinkan narasumber mendefinisikan dirinya sendiri dan lingkungannya dengan menggunakan istilah-istilah mereka sendiri.

Melalui wawancara, maka peneliti mampu memperoleh data yang tidak dapat ditemukan hanya dengan observasi. Selain itu, peneliti dapat mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi pada obyek yang diteliti.


(51)

3. Studi Kepustakaan

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data - data sekunder yang mendukung seperti remaja putri dan teknologi, khususnya berkaitan dengan media sosial online (Facebook), kajian tentang media sosial online serta termasuk juga motif remaja putri dalam melakukan Shopping Online.

3.4 Teknik Analisis Data

Patton mengungkapkan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan olrh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. (Moleong, 2001:103)

Terdapat langkah-langkah dalam menganalisis data (Moleong, 2001:105):

1. Data yang terkumpul dikategorikan dan dipilah-pilah menurut jenis datanya.

2. Melakukan seleksi terhadap data yang dianggap data inti yang berkaitan langsung dengan permasalahan dan yang hanya merupakan data pendukung.


(52)

3. Menelaah, mengkaji, dan mempelajari lebih dalam data tersebut kemudian melakukan interpretasi data untuk mencari solusi dalam permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

Pada penelitian kualitatif ini, analisis data dilakukan semenjak awal penelitian. Dalam analisis ini dilakukan interpretasi berupa pemberian makna terhadap fakta sosial yang ada melalui keterkaitan antara berbagai fenomena sosial budaya sehingga kualitas penelitian diharapkan dapat mendekati realitas.


(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek dan Penyajian Data 4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1.1 Facebook

FACEBOOK merupakan website jaringan sosial, dimana para penggunanya dapat bergabung dalam suatu komunitas seperti kota, pekerjaan, sekolah dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi satu sama lain. Pengguna juga dapat menggunakan daftar teman mereka, mengirim pesan, dan memperbaharui profil pribadinya agar penggguna lain dapat melihat secara lebih detail. Facebook merupakan salah satu dari sekian banyak situs jaringan sosial yang beberapa tahun terakhir ini berhasil menarik perhatian para pengguna internet, yang dimaksud jaringan social atau biasa disebut social networking adalah fasilitas teknologi yang dibuat untuk bersosialisasi di internet, apabila dahulu kita mencari teman lewat filateli maka dijaman internet ini kita bisa mencari teman lewat internet dan bias dilakukan tanpa tatap muka secara langsung. Hal itulah yang menarik minat pengguna internet karena konsep ini menawarkan sesuatu yang lain dibandingkan situs-situs lainnya dan yang paling digemari dari situs ini adalah mereka bisa berinteraksi dengan orang lain dengan membuat jaringan pertemanan online, dengan cari mencari


(54)

teman baru lewat jaringan pertemanan yang dimiliki teman kita yang lain. Jadi ada keterkaitan antara kita dan teman-teman kita tersebut.

Pada Juli 2007, facebook memiliki jumlah pengguna terdaftar paling besar di antara situs-situs yang berfokus pada sekolah dengan lebih dari 34 juta anggota aktif yang dimilikinya dari seluruh dunia. Dari September 2006 hingga September 2007, peringkatnya naik dari posisi ke-60 ke posisi ke-7 situs paling banyak dikunjungi, dan merupakan situs nomor satu untuk foto di Amerika Serikat, mengungguli situs publik lain seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat setiap harinya.

Kemudiaan, awal Agustus 2010 ini Indonesia masuk ranking 3 pengguna Facebook terbanyak. Facebook telah mengumumkan jumlah akun penggunanya yang mencapai 500 juta. Sayangnya, situs yang paling digawangi oleh Mark Zuckenberg ini tidak memperinci negara-negara mana saja yang menyumbangkan kontribusi besar dalam total akun tersebut. Situs Royal Pingdom mencoba untuk membeberkan secara detail negara-negara pengakses Facebook terbanyak. Royal Pingdom menggunakan data dari Google Ad Planer yang menyediakan data statistik online., menyatakan bahwa 550 juta akun menyambangi Facebook setiap bulan. Angka ini melampaui data yang dirilis oleh facebook. Dengan perhitungan 550 juta akun ini, Royal Pingdom mencatat negara-negara yang mendongkrak jumlah akun jejaring sosial ini. Sepuluh negara yang ada di Facebook nyatanya telah menyumbang 58 persen dari total pemilik


(55)

akun di Facebook. Indonesia ada di peringkat ketiga setelah Amerika Serikat dan Inggris.

Saat ini Facebook tidak hanya dimanfaatkan sebagai situs untuk menambah teman dari berbagai kota maupun negara. Tetapi, Facebook sudah berkembang digunakan untuk berbisinis seperti Online shop. Pada Online Shop ini terdapat berbagai macam barang yang di jual, seperti : pakaian, sepatu, parfum, tas ,dll. Para user Facebook, khususnya remaja putri yang berbelanja pada Online Shop tidak perlu lagi repot untuk pergi ke mall atau toko untuk membeli barang yang di sukai. Namun saat ini user dapat melakukan semua tansaksi jual beli melalui media internet atau sering disebut dengan Shopping Online. Hal ini sesuai dengan teori Computer Mediated Communication, yaitu teori yang terkait dengan penggunaan jaringan computer sebagai medium tengah antara sumber dengan penerima yang merupakan pengguna teknologi yang dihasilkan oleh internet atau computer.

4.1.1.2 Aplikasi Online Shop pada Facebook

Online Shop pada facebook, biasanya terdapat beberapa aplikasi yang dapat dibuka ataupun dilihat oleh user facebook yang lain untuk memesan barang yang dipilih. Aplikasi tersebut sangat penting untuk memudahkan user dalam melakukan transaksi pembelian, antara lain :


(56)

1. Info

Memuat data pemilik akun online shop, barang apa saja yang dijual, cara pemesanan dan pembayaran dengan mencantumkan nomor telepon serta nomor rekening, daftar jasa pengiriman yang digunakan beserta harganya.

2. Foto

Pemilik online shop meng-upload semua foto yang ingin ditawarkan kepada user facebook. Biasanya di foto tersebut pemilik menandai atau tag foto secara acak ke semua friend list akun online shop itu. Kemudian, dibawah foto dicantumkan nama dan kode barang, harga barang, bahan dasar, kualitas, warna dan ukuran yang disediakan.

4.1.2 Identitas Informan

Dalam penelitian ini informan yang berperan sebagai subjek penelitian, tidak dibatasi dan ditentukan jumlahnya. Kriteria menjadi informan adalah remaja di Surabaya yang memiliki akun pribadi di Facebook. Informan berusia 13-21 tahun. Informan seringkali melakukan Shopping online di media sosial online (Facebook) dengan memanfaatkan fitur foto dalam facebook. Setelah melakukan proses penelitian, peneliti menemukan empat informan penelitian. Persamaan dari semua informan adalah remaja yang masih menempuh pendidikan di Surabaya.


(57)

4.1.3 Penyajian Data dan Analisis Data

Proses penelitian ini dilakukan selama kurang lebih dua bulan. Pada penelitian ini, peneliti berupaya menggambarkan motif remaja dalam melakukan shopping online pada media sosial Facebook. Data diperoleh dengan melakukan observasi berperan serta dan wawancara mendalam (In-Depth-Interview) yang dilakukan terhadap remaja di Surabaya. Wawancara dilaksanakan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dari informan. Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku dan perkembangan dari situasi yang diteliti itu sendiri. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif dan analisis dengan kualitatif sehingga diperoleh gambaran, jawaban, serta kesimpulan dari pokok permasalahan yang telah ditentukan.

4.1.3.1 Pengetahuan Remaja Tentang Online Shop

Belanja telah berkembang dengan pertumbuhan teknologi. Menurut penelitian yang ditemukan dalam Journal of Electronic Commerce (2007), jika kita berfokus pada karakteristik demografis pembelanja di-rumah, secara umum, semakin tinggi tingkat pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan dari kepala rumah tangga, maka konsumen akan mempersepsi bahwa belanja online lebih menguntungkan daripada belanja di toko. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam sikap konsumen terhadap belanja non-toko adalah paparan teknologi, karena telah menunjukkan bahwa peningkatan eksposur untuk meningkatkan teknologi


(58)

kemungkinan mengembangkan sikap positif terhadap belanja baru dengan teknologi internet. Belanja Online memperluas target untuk pria dan wanita dari kelas menengah. Pada awalnya, para pengguna utama dari belanja online adalah orang-orang muda dengan tingkat pendapatan yang tinggi dan pendidikan universitas.

Saat ini banyak remaja yang mengetahui tentang Online Shop yang ada pada Facebook, artinya pengetahuan remaja tentang Online Shop cukup bagus. Seperti yang di ungkapkan oleh beberapa informan kepada peneliti berikut ini :

Informan 1

“Namanya juga Online Shop ya pasti tempat jualan barang lah.. tapi kayaknya yang paling banyak orang jualan baju”

(Interview : Senin, 25 Oktober 2010. Pukul : 13.30 WIB. Lokasi: Sekolah Riri)

Informan 2

“Setau aku Shopping Online itu banyak banget ya dari situ aku bisa tau model-model baju baru yang di toko belom ada, harganya juga macem-macem kita ga bisa nebak.”

(Interview : Senin, 25 Oktober 2010. Pukul : 10.30 WIB. Lokasi: Rumah Ichi)

Informan 3

“Sekarang lagi jaman Shopping Online, dimana orang bikin akun Facebook Cuma khusus buat tokonya ya mbak ya.. jadi mereka meng-upload foto dan men-tag ke kita barang-barang mereka dan kalau kita pengen tinggal pesen dan juga transfer ke bank nya gitu kan..”

(Interview : Senin, 18 Oktober 2010. Pukul : 10.00 WIB. Lokasi: Kampus Bayu)


(59)

Informan 4

“Online Shop itu biasanya mereka menawarkan barang-barang kayak sepatu, baju kemudian perhiasan,kemudian jam tangan, accesories gitu. Biasanya sistem pembayarannya pun via perbankan atau transfer”

(Interview : Senin, 19 Oktober 2010. Pukul : 14.00 WIB. Lokasi: Sekolah Petra)

Informan 5

“Dapat membeli suatu barang dengan jarak jauh via online yang membutuhkan kepercayaan dalam membeli.”

(Interview : Selasa, 26 Oktober 2010. Pukul : 10.00 WIB. Lokasi: Kampus Ayu)

Hal ini tidak mengejutkan karena sebagian besar remaja adalah pengguna aktif internet. Sebagaimana data hasil penelitian yang dilakukan oleh Hermawan Karatajaya (2010) yang mengambel sampel 1.500 responden di JABODETABEK, Bandung, Medan, Semarang, Surabaya, Denpasar, Makasar, dan Palembang, bahwa 42% pengguna intenet adalah remaja dengan rentsng usia 12-25 tahun. Selain dari komputer remaja juga mengakses internet melalui perangkat bergerak seperti handphone. Hermawan mengatakan jejaring sosial Facebook masih menjadi favorit pengguna internet.

Pada kenyataannya Facebook sekarang ini tidak saja berfungsi sebagai situs jejaring sosial, tetapi juga sebagai “etalase produk yang ditawarkan” pada para pengguna Facebook.


(60)

4.1.3.2 Motif Remaja di Surabaya Dalam Shopping Online Melalui Facebook

A. Untuk Eksistensi Diri

Pesatnya jaringan internet secara tidak langsung membawa fenomena baru atau gaya hidup baru di kalangan remaja yang suka memanfaatkan fasilitas internet, salah satunya adalah Shopping Online. Dan motif remaja dalam Shopping Online adalah untuk eksistensi diri, hal tersebut juga dinyatakan oleh Papalia, dkk (2008) :

“Remaja sangat ingin mendapatkan tempat dalam lingkungan yang diinginkannya. Oleh sebab itu, ia lebih mudah bersikap terbuka dan berkompromi dengan keinginan calon temannya. Dengan kata lain mereka lebih mudah membina kepercayaan dalam berinteraksi. Kepercayaan ini membantu remaja mengeksplor perasaan mereka sendiri, mendefinisikan identitas mereka, dan memvalidasi harga diri mereka”

Pernyataan tersebut menyatakan bahwa remaja yang melakukan Shopping Online dalam Facebook adalah untuk meningkatkan eksistensi dirinya.

Saat melakukan penelitian, peneliti juga menemukan informan-informan penelitian yang melakukan Shopping Online melalui facebook, karena ingin membangun eksistensi diri mereka. Salah satunya, Riri. Kebanyakan teman-temannya sering melakukan Shopping Online dalam Facebook. Hal itu memotivasi Riri untuk melakukan Shopping Online juga dalam Facebook, karena riri juga ingin eksis seperti teman-temannya. Alasan tersebut dinyatakannya kepada peneliti secara langsung.


(61)

Informan 1

“Aku pengen eksis seperti temen-temen lain yang sering belanja online di facebook.”

(Interview : Senin, 25 Oktober 2010. Pukul : 13.30 WIB. Lokasi: Sekolah Riri)

Motif serupa juga dialami oleh Ichi. Dia juga memiliki dorongan untuk melakukan belanja online dalam Facebook. Di lingkungan teman-teman kampusnya juga sering membicarakan tentang Shopping Online dalam Facebook.

Informan 2

“Biar nggak dibilang gaptek, aku belanja online di facebook. Ya, seenggaknya biar eksis dikit lah..”

(Interview : Senin, 25 Oktober 2010. Pukul : 10.30 WIB. Lokasi: Rumah Ichi)

Informan lainnya juga mengalami hal yang sama, yaitu motif melakukan Shopping Online karena ingin meng-eksiskan diri. Hal ini disampaikan langsung oleh Bayu dan Petra, berikut ini :

Informan 3

“pertama buat nyari temen, yang kedua pengen eksis gitu lah..tuntutan jaman..”

(Interview : Senin, 18 Oktober 2010. Pukul : 10.00 WIB. Lokasi: Kampus Bayu)

Informan 4

“Yang pertama untuk eksis juga, yang kedua fenomena bahwa temen-temen saya juga memiliki akun facebook, makanya saya juga bikin facebook, nanti di bilang gak gaul.”

(Interview : Senin, 19 Oktober 2010. Pukul : 14.00 WIB. Lokasi: Sekolah Petra)


(62)

Keempat informan di atas mempunyai kesamaan motif dalam melakukan Shopping Online dalam Facebook, yaitu untuk membangun eksistensi diri. Bagi mereka jika sering melakukan Shopping Online dalam Facebook mereka dinilai eksis dan gaul oleh teman-temannya yang lain. Meskipun kebanyakan remaja mengalami transisi dari masa anak ke masa dewasa yang lebih positif dibandingkan dengan yang digambarkan oleh orang dewasa dan media, banyak juga remaja sekarang ini yang tidak memperoleh cukup kesempatan dan dukungan untuk menjadi orang dewasa yang kompeten. Melalui media, remaja masa kini dihadapkan pada pilihan gaya hidup yang kompleks. Dapat disimpulkan bahwa, remaja pada saat ini masih berada pada tahap pencarian identitas diri, jadi banyak meniru apa yang dilihat dan didengar melalui media ( Lerner, Entwisle, & Mauser, 1994 ; Takanishi, 1993 ).

B. Mencari Barang Baru

Motif informan lain melakukan Shopping Online dalam Facebook, untuk mencari barang baru. Berdasarkan penelitian dari Woman and Social Media Study (2009), sebanyak 68% remaja perempuan membahas tentang Shopping Online pada Facebook. Untuk menunjang eksistensinya mereka saling berlomba untuk mendapatkan barang model terbaru, mulai dari pakaian, sepatu, tas, dan handphone. Dengan melakukan Shopping Online


(63)

pada Facebook, mereka cepat sekali mendapatkan info tentang fashion yang sedang tren saat ini.

Terjadinya perubahan gaya hidup (life style) anak remaja masa kini tak terlepas dari perubahan budaya, pola pikir yang dianut oleh masyarakat bersangkutan. Kini anak remaja lebih senang dengan hal-hal yang serba instan, pragmatis, dan cenderung kebarat-baratan. Hal itu dapat kita lihat dalam bentuk rambut, pakaian, maupun sepatu, dll. Itu dimungkinkan karena alam modern menyediakan berbagai macam alternatif dalam kehidupan. Manusia tinggal memilih mana yang suka, dan tidak suka, cocok dan tidak cocok. Akibatnya sangat fatal. Budaya asli yang dulu menjadi tonggak budaya masyarakat menjadi terkubur oleh budaya baru yaitu budaya modern yang tidak lain adalah budaya barat.

Beberapa remaja di surabaya yang sekaligus bertindak sebagai informan penelitian, memiliki motif mencari barang baru dalam melakukan Shopping Online pada Facebook. Bagi mereka belanja di Online Shop pada Facebook lebih mudah dan cepat untuk mendapatkan barang baru apalagi yang sedang tren saat ini.

Riri merasa dapat dengan mudah menemukan barang model terbaru melalui Online Shop pada Facebook. Kesehariannya sebagai pelajar sekolah favorit di surabaya yang rata-rata dari kalangan anak kelas menengah ke atas, mendorong dirinya untuk berlomba dengan


(64)

temannya siapa yang lebih dulu mendapat barang baru. Hal itu dipaparkan Riri berikut ini :

Informan 1

“Aku sering banget belanja di online shop, tapi ya kalo ada barang yang modelnya baru yang temen-temenku belom ada yang punya. Apalagi kalo modelnya bagus ya langsung aku beli.”

(Interview : Senin, 25 Oktober 2010. Pukul : 13.30 WIB. Lokasi: Sekolah Riri)

Ayu pun merasakan motif yang sama dengan Riri ketika memutuskan untuk belanja online di Facebook. Dia dan teman-temannya di kampus sering membicarakan Online Shop untuk mencari barang-barang baru. Motif tersebut dinyatakan Ayu kepada peneliti :

Informan 5

“Biasanya sih kalo di online shop bisa dapet barang-barang baru dan kadang barang itu limited edition loh..”

(Interview : Selasa, 26 Oktober 2010. Pukul : 10.00 WIB. Lokasi: Kampus Ayu)

Motif mencari barang baru pada Online Shop juga dialami oleh Ichi. Ichi yang sehari-harinya bekerja sebagai marketing menuntutnya harus mencari barang-barang baru seperti baju, sepatu ataupun accesoris untuk menunjang penampilannya pada saat bekerja. Ichi menceritakannya secara singkat kepada peneliti seperti berikut ini :

Informan 2

“shopping online itu banyak banget ya, dari situ aku bisa tau model-model baju baru yang di toko belom ada.”


(65)

(Interview : Senin, 25 Oktober 2010. Pukul : 10.30 WIB. Lokasi: Rumah Ichi)

Pernyataan dari ketiga informan remaja perempuan diatas tidak jauh beda dengan informan laki-laki, yang sama-sama mempunyai motif ingin mencari barang baru pada saat melakukan belanja online di facebook. Seperti yang diungkapkan oleh Bayu dan Petra berikut ini :

Informan 3

“Kalo di Online Shop itu ya biasanya aku nyari barang-barang baru yang belom keluar di pasaran, contohnya baju kayak t-shirt gitu lah..”

(Interview : Senin, 18 Oktober 2010. Pukul : 10.00 WIB. Lokasi: Kampus Bayu)

Informan 4

“Aku itu biasanya beli barang-barang baru mbak yang di toko atau mall-mall belom ada, yang biasa aku beli sepatu sama baju.”

(Interview : Senin, 19 Oktober 2010. Pukul : 14.00 WIB. Lokasi: Sekolah Petra)

Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua informan remaja laki-laki diatas, menunjukkan bahwa sekarang ini gaya hidup remaja laki-laki-laki-laki hampir sama dengan gaya hidup remaja perempuan. Remaja laki-laki juga selalu ingin berpenampilan menarik, atau biasa disebut sebagai cowok metroseksual. Keberadaan cowok metroseksual merupakan bentuk fenomena yang menarik dengan gaya hidup yang khas. Fenomena adanya cowok metroseksual yang kini juga melanda kota-kota besar di Indonesia, khususnya di Surabaya. Penelitian ini mencoba meneliti fenomena gaya


(66)

hidup cowok metroseksual, mulai dari melakukan perawatan bagi dirinya, gaya berbelanja hingga tempat nongkrongnya yang berada di Surabaya. Mereka semakin peduli dengan kesehatan dan penampilan tubuh dengan rajin berolahraga. Dalam penelitian ini peneliti bermaksud menggunakan beberapa petunjuk dari metode penelitian seperti yang di kemukakan oleh James P. Spradley dalam bukunya Metode Etnografi. Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan. Tujuan utamanya adalah memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Sedangkan metode yang sejak awal di pergunakan para etnograf pada masa berkembangnya ilmu antropologi hingga kini adalah metode wawancara (interview) dan pengamatan (observasi) (Danandjaja, 1994:101). Hasil temuan dari penelitian ini membawa perolehan kesimpulan bahwa gaya hidup cowok metroseksual terjadi karena adanya factor dari lingkungan sekolah, pekerjaan, dari keluarga, dan juga kemauan yang datang dari dirinya sendiri. Cowok metroseksual yang identik dengan penampilannya yang rapi, necis, bersih, fashionable merupakan suatu identitas bagi dirinya, mereka mempunyai gaya tersendiri. Gaya hidup yang mereka lakukan dapat memberikan rasa percaya diri yang tinggi, dapat menerima pujian dengan senang hati, dan mempunyai jiwa social yang tinggi.

Dalam penelitian ini, para informan penelitian memiliki dua kecenderungan motif dalam belanja online di Facebook, yakni karena


(67)

untuk eksistensi diri dan untuk mencari barang baru. Motif tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan seseorang suatu organisme yang berbuat sesuatu, sedikit banyaknya ada kebutuhan didalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapai. Kebutuhan inilah yang menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktivitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya (Gerungan, 2002:140-142).

Dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif, Menurut Basu Swasta dan Handoko (1997), motif - motif manusia dalam melakukan pembelian untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya dapat dibedakan atas: 1. Motif pembelian primer adalah motif yang menimbulkan perilaku

pembelian terhadap kategori-kategori umum (biasa) pada suatu produk, seperti membeli televisi dan pakaian.

2. Motif pembelian selektif adalah motif yang mempengaruhi tentang model dan merek dari kelas-kelas produk, atau macam penjual yang dipilih untuk suatu pembelian. Motif ekonomi, status, keamanan, dan persentasi adalah beberapa contoh motif selektif.

3. Motif rasional adalah motif yang didasarkan pada kenyataan-kenyataan seperti yang ditunjukkan oleh suatu produk kepada konsumen. Faktor yang dapat dipertimbangkan dapat berupa harga, kualitas, pelayanan,


(1)

membeli barang yang diinginkan. Rata-rata tiap bulan mereka mgeluarkan uang mulai dari Rp. 50.000 – Rp. 300.000. Hal ini wajar karena karakteristik informan yang berasal dari kalangan menengah. Disamping itu juga untuk memenuhi gaya hidupnya , maka remaja dengan mudah membelanjakan uangnya.

4.1.3.4 Manfaat Shopping Online Pada Facebook

Saat ini teknologi sudah berkembang pesat, termasuk perkembangan dari dunia maya. Sebagaimana sifat teknologi bahwa teknologi diciptakan untuk memberikan kemudahan dalam kehidupan manusia, maka demikian halnya dengan internet. Menyadari akan kemudahan dan beragamnya manfaat yang diperoleh para pengguna internet maka saat ini semakin banyak produsen atau para pebisnis menawarkan produknya melalui internet.

Sebagian besar konsumen, memilih Shopping Online untuk lebih cepat dan lebih efisien pengalaman belanja. Satu keuntungan dari Shopping Online adalah mampu dengan cepat mencari penawaran untuk barang atau jasa dengan vendor yang berbeda (meskipun beberapa search engine lokal benar-benar ada untuk membantu konsumen menemukan barang untuk dijual di toko-toko terdekat). Search engine, layanan perbandingan harga online yang dapat digunakan untuk mencari penjual suatu produk atau jasa tertentu.


(2)

Pesatnya jaringan internet secara tidak langsung membawa fenomena baru atau gaya hidup baru di kalangan masyarakat yang suka memanfaatkan fasilitas internet, salah satunya adalah shopping online. Seperti diketahui banyak barang kebutuhan, fashion, elektronik yang ditawarkan di internet dan menawarkan kemudahan dalam cara berbelanja dan pembayaran.

Hal tersebut mempengaruhi para informan dalam pola belanja, seperti yang dijelaskan oleh Riri kepada peneliti berikut ini :

Informan 1

“Melakukan Shopping Online itu gampang, tinggal liat barang trus email atau sms ownernya, transfer duit, beres. Trus gak pake muter-muter nyari barangnya karena belom tentu di toko ada.”

(Interview : Senin, 25 Oktober 2010. Pukul : 13.30 WIB. Lokasi: Sekolah Riri)

Shopping online menyuguhkan beberapa jenis kebutuhan konsumen dalam bentuk yang praktis. Mulai dari segi penjualan hingga transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Di Shopping Online, user dapat memilih segala kebutuhannya dengan melihat foto yang telah di desaign dengan konsep katalog yang hanya menampilkan bentuk, bahan, dan harga barang tesebut. Apabila user tertarik dan ingin membeli barang tersebut, hanya dengan melakukan transaksi dengan cara memesan barang melalui pesan di akun tersebut atau melalui pesan ke nomor telepon yang telah dicantumkan. Setelah terjadi kesepakatan barang yang di pesan dan


(3)

kapan barang tersebut dikirim, user dapat mengirimkan pembayaran ke rekening yang telah ditentukan.

Informan lain juga menjelaskan tentang bagaimana cara belanja online pada facebook :

Informan 5

“Shopping Online itu praktis banget, kan kita tinggal liat gambarnya trus pesen, pembayarannya via transfer trus barangnya dikirim sekitar dua sampe tiga hari gitu nyampe” (Interview : Selasa, 26 Oktober 2010. Pukul : 10.00 WIB. Lokasi: Kampus Ayu)

Informan 4

“Shopping Online itu praktis, karena saya nggak perlu jauh-jauh ke mall gitu. Menghemat waktu juga, sekarang cukup searching kita uda kita uda dapet barang yang kita mau, cuman sisi kurang enaknya barangnya lama sampe ke kita.”

(Interview : Senin, 19 Oktober 2010. Pukul : 14.00 WIB. Lokasi: Sekolah Petra)

Karena kemudahan yang dirasakan oleh para remaja dalam melakukan Shopping Online, maka remaja akan semakin sering menggunakan internet, khususnya Facebook. Sebagai media untuk mendapatkan produk yang diinginkannya. Hal ini dikarenakan Facebook merupakan media sosial online yang tidak saja memudahkan remaja dalam melakukan interaksi sosial dengan teman-temannya. Tetapi Facebook juga memberikan banyak informasi tentang produk yang sesuai dengan karakter remaja.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian tentang motif remaja dalam Belanja Online melalui Facebook telah membuktikan adanya dua motif yang dilakukan remaja di surabaya. Yang pertama adalah untuk meningkatkan eksistensi diri, bagi mereka jika sering melakukan Belanja Online melalui Facebook mereka dinilai eksis dan gaul oleh teman-temannya yang lain. Selain itu mereka juga menunjukkan kalau mereka tidak gaptek karena dapat melakukan Belanja Online melalui Facebook. Kemudian, motif yang kedua adalah untuk mencari barang baru. Bagi remaja yang sering melakukan Belanja Online melalui Facebook, mereka merasa lebih mudah dan cepat untuk mendapatkan barang-barang baru, apalagi yang sedang tren saat ini. Ketika ada barang baru yang sesuai dengan karakteristiknya mereka pasti akan membeli. Mereka rela mengeluarkan uang yang banyak demi untuk mendapatkan barang yang diinginkan sebagai bentuk ingin mengeksiskan diri. Peran penting Facebook sebagai media sosial Online bagi remaja dalam melakukan Shopping Online adalah mereka dapat dengan mudah mendapatkan informasi tentang suatu produk tanpa harus browsing. Karena cukup melalui tag foto yang dilakukan pemilik Online Shop, mereka dapat mengetahui produk yang ditawarkan. Melalui facebook segala kebutuhan yang diinginkan cepat


(5)

68

dan instan tanpa harus bertatap muka. Meskipun keseringan remaja melakukan Shopping Online melalui Facebook bersifat negatif, tetapi remaja tetap memilih Facebook sebagai media yang dijadikan untuk mencari suatu barang atau produk secara online.

5.2 Saran

Seharusnya remaja saat ini jangan terlalu konsumtif dalam hal memenuhi kebutuhannya. Melalui media sosial online yang segalanya bersifat praktis dan instan, hal ini juga membiasakan mereka untuk hidup boros. Karena mereka masih remaja dan dalam tahap pencarian jati diri, sebaiknya remaja tidak perlu dibiasakan untuk selalu meniru dan mengaplikasikan apa yang mereka lihat melalui media, terutama media sosial online Facebook yang sekarang ini sedang booming.


(6)

69   

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Effendy, Onong, Uchjana. 2000. Ilmu, Teori dan filsafat komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Gerungan, W, A. 1991. Psikologi sosial. Bandung : Eresco

LaQuey, Tracy. 1997. Sahabat internet : pedoman bagi pemula untuk memasuki jaringan global. Edisi kedua terjemahan Hans.J. wospakrik. Bandung : ITB Papalia,Diane,E. Old, Sally Wendkos, & Feldman, Ruth Duskin. 2008. Human

Development ( Ed.9). Jakarta : Kencana

Rahmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Santrock,John W. 2003. Adolescence ( Psikologi Perkembangan Remaja). Jakarta : Erlangga

Severin, J, Wenner, and Tandkard, W, James. 2001. Teori komunikasi Sejarah, Metode dan Terapan di dalam Media massa. Jakarta : Pranada Media

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survey. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Supriyanto, Aji. 2005. Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta : Salemba Infotek

Non Buku :

2009 Women and Social Media Study (by BlogHer, iVillage and Compass Partners) : www.compasspartners-llc.com http://blogher.com

CMC theories and phenomena & collaboration over the internet

http://computingchannel.co.id/telco-net/web/belanja-online-budaya-baru-pengguna-internet

http://www.infosum.net/id/ecommerce/the-role-of-social-shopping-websites.html http://www.lintasberita.com/Fun/Tips/gaya-hidup-cowok-metroseksual


Dokumen yang terkait

PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KUALITAS JASA ELEKTRONIKDALAM BELANJA ONLINE PADA SITUS FACEBOOK PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP KUALITAS JASA ELEKTRONIK DALAM BELANJA ONLINE PADA SITUS FACEBOOK.

0 3 18

Motif Remaja Dalam Menggunakan Media Jejaring Sosial Facebook (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Dalam Menggunakan Media Jejaring Sosial Facebook di Kota Mojokerto).

0 0 92

Peran Facebook sebagai Media Komunikasi Bisnis Online (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Facebook sebagai Media Komunikasi Bisnis Online).

13 66 104

PERAN MEDIA SOSIAL ONLINE (FACEBOOK) SEBAGAI SALURAN SELF DISCLOSURE REMAJA PUTRI DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Peran Media Sosial Online (Facebook) sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri di Surabaya).

4 19 130

PERAN MEDIA SOSIAL ONLINE (FACEBOOK) SEBAGAI SALURAN SELF DISCLOSURE REMAJA PUTRI DI SURABAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Peran Media Sosial Online (Facebook) sebagai Saluran Self Disclosure Remaja Putri di Surabaya) SKRIPSI Diajukan untuk Memen

0 0 30

Peran Facebook sebagai Media Komunikasi Bisnis Online (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Facebook sebagai Media Komunikasi Bisnis Online)

0 0 14

MOTIF REMAJA DALAM BELANJA ONLINE MELALUI FACEBOOK (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Motif Remaja Dalam Belanja Online Melalui Facebook)

0 0 20

Motif Remaja Dalam Menggunakan Media Jejaring Sosial Facebook (Studi Deskriptif Tentang Motif Remaja Dalam Menggunakan Media Jejaring Sosial Facebook di Kota Mojokerto).

0 0 19

MOTIF REMAJA SURABAYA DALAM MENGAKSES MEDIA ONLINE IDN TIMES.COM SKRIPSI

0 0 20

STUDI DESKRIPTIF TINGKAT MOTIF REMAJA MELAKUKAN KEKERASAN DALAM PACARAN

0 0 114