RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASi FPTK IKIP BANDUNG 1983 DENGAN KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASi STM NEGERI II BANDUNG 1984.
RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASl FPTK
IKIP BANDUNG 1983 DENGAN KURIKULUM ELEKTRONIKA
KOMUNIKASl STM NEGERI II BANDUNG 1984
T
E
S
I
S
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
dalam rangka Menyelesaikan Jcnjang Strata - 2
Pengembangan Kurikulum Teknologi
O
1 e h
:
MUKH1D1N
No.
Pokok
FAKULTAS
:
459/F/XVI - 8
PASCA
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
19 8 7
DISETUJUI
DAN
DISAHKAN
OLBH
PROF. SORIMUDA NASUTION, M.A., Ph.D.
Pembimbing
DR.
I
DADANG SULAEMAN
Pembimbing
FAKULTAS
PASCA
II
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
19 8 7
DAFTAR
ISI
~ {—Q
Halaman
PERSETDJUAN DAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
iv
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH
vi
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
'
DAFTAR GAMBAR
BAB
BAB
I
II
xiv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pentingnya Masalah
1
3
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
9
LANDASAN TEORITIS
A. Relevansi Kurikulum
16
B. Kriteria Relevansi
22
C. Mutu Kurikulum
D. Kurikulum Elektronika Komunikasi
49
Negeri II Bandung dan Kurikulum
tronika Komunikasi FPTK IKIP
STM
Elek
Bandung
1983
BAB III
BAB
IV
xi
53
RANCANGAN PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
103
B. Asumsi Penelitian
103
C. Fokok-pokok Pertanyaan Penelitian ....
104
D. Metoda Penelitian
105
E. Alat Pengumpul Data
108
F. Rancangan Pengolahan Data Penelitian..
115
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Pengumpulan Data Penelitian
ix
117
Halaman
B. Pengolahan Data Penelitian
BAB
V
118
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
A. Kesimpulan Hasil Penelitian
216
B. Pembahasan Hasil Penelitian
217
C. Implikasi Hasil Penelitian
D. Rekomendasi
E. P e n u t u p
222
228
229
DAFTAR KEPUSTAKAAN
230
LAMPIRAN-LAMPIRAN
•
x
234
DAFTAR
TABEL
TABEL
:
Halaman
1. Struktur Kurikulum Program S. 1
82
2. Daftar Alat-alat Ruangan Laboratorium Elek
tronika
234
3. Daftar Barang Inventaris Milik Negara Menu-
rut Keadaan Pada Tanggal 1 April 1986 (FPTK
IKIP Bandung/Ruangan Bengkel Elektronika
Arus Lemah)
238
4. Relevansi Kurikulum Elektronika Komunikasi
FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektro
nika Komunikasi STM Negeri II Bandung
110
5. Relevansi Kurikulum Elektronika Komunikasi
FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektro
nika Komunikasi STM Negeri II Bandung Ditinjau Berdasarkan Pokok Bahasan
111
6. Relevansi Kurikulum
Elektronika Komunikasi
FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektro
nika Komunikasi STM Negeri II Bandung Ditin-
jau Berdasarkan Fasilitas Praktek
112
7. Relevansi Kurikulum Elektronika Komunikasi
FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektro
nika Komunikasi STM Negeri II Bandung Ditin-
jau Berdasarkan Pengalokasian Waktu Belajar
8. Kriteria Relevansi Untuk Menentukan
113
Bahwa
Mata Kuliah Dalam Kurikulum Elektronika Ko
munikasi FPTK IKIP Bandung Relevan Dengan
Mata Pelajaran Dalam Kurikulum
Elektronika
STM Negeri II Bandung
114
9. Kurikulum Elektronika Komunikasi
Bandung 1983
FPTK IKIP
120
10. Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri
Tahun 1984
122
11. Pokok Bahasan Yang Ada Dalam Kurikulum Elek
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983.. 123-148
xi
TABEL
:
Halaman
12. Pokok Bahasan Yang Ada Dalam Kurikulum
Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban
dung 1984
149-170
13. Relevansi Mata Kuliah Kurikulum Elektroni
ka Komunikasi FPTK IKIP Bandung Dengan Ma
ta Pelajaran Dalam Kurikulum
Elektronika
Komunikasi STM Negeri II Bandung
172
14. Relevansi Pokok Bahasan Kurikulum Elektro
nika Komunikasi FPTK IKIP Bandung
Dengan
Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Nege
ri II Bandung
178
15. Judul Pokok Bahasan Yang Sama
173
16. Relevansi Alat Ukur dan Bahan Praktek
lam Kurikulum Elektronika Komunikasi
Da
FPTK
IKIP Bandung dengan Alat Ukur dan Bahan/Fasilitas Praktek Untuk Kurikulum Elektroni
ka Komunikasi STM Negeri II Bandung
189
17. Fasilitas Praktek Yang~Dimiliki STM Juga
Dimiliki oleh FPTK IKIP Bandung
187
18. Perbandingan Pengalokasian Waktu Dalam Ku
rikulum Elektronika Komunikasi
FPTK
IKIP
Bandung Dengan Kurikulum Elektronika Komu
nikasi STM Negeri II Bandung
19. Kriteria Relevansi Untuk Menentukan
195
Bahwa
Mata Kuliah Dalam Kurikulum Elektronika Ko
munikasi FPTK IKIP Bandung Relevan Dengan
Mata Pelajaran Dalam Kurikulum Elektronika
Komunikasi STM Negeri II Bandung
199
20. Prosentase Target Pencapaian Kurikulum
Elektronika Komunikasi FPTK IKIP
Bandung
Tahun 1983
200
21. Prosentase Target Pencapaian
Elektronika
Kurikulum
Komunikasi STM Negeri II Ban
dung 1984
20Z+
22. Prosentase Kehadiran Dosen-dosen Dalam
Mengajar Bidang Studi Kurikulum 1983 Elek
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung
xi 1
205
TABEL
:
Halaman
23. Prosentase Kehddiran Guru-guru Dalam Mengajar Program Studi Elektronika Komunikasi STM
Negeri II Bandung
207
24. Hasil Pengolahan Data dan Asumsi
Sesuai Dengan Dokumen Kurikulum
Penelitian
25. Hasil Pengolahan Data dan Asumsi
Sesuai Dengan Pelaksanaannya
Penelitian
xm
210
211
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR :
Halaman
1. Perkembangan komponen mikro-elektro elektro
nika dengan peningkatan kepadatan elemen,
tingkat Integrasi dan kemampuannya
24
2. Perkembangan komponen elektronika, bidang
komputer (Computer & Communication)
3. Perkembangan peralatan komunikasi antara manusia dengan komputer
4. Komposisi Produksi
26
Robot Pintar (Inteligeht
Robot)
5. a. Bentuk Tabung;
c. Bentuk I. C
25
27
b. Bentuk Transistor; dan
2$
6. Perkembangan Integrated Service Digital Net
work (ISDN)
30
7. Ruang Lingkup Kurikulum
43
8. Bentuk Gambar sinusoida melalui osciloscope.
48
9. Kemerosotan Kurikulum yang berjalan pada se-
bagian penduduk
53
10. Pol a Kurikulum 1984
55
11. Struktur jenjang dan penjurusan Kurikulum di
STM Negeri II Bandung Tahun 1984 Rumpun Elek
tronika
5/
12. Hubungan ranah kognitif, ranah psikomotorik,
dan ranah afektif yang menyatu
13. Pola Kurikulum Elektronika Komunikasi
IKIP Bandung
14. Pengembangan Kurikulum
FPTK
80
Elektronika Komuni
kasi IKIP Bandung 1983
92
15. Gambaran sumber data penelitian
16. Kodefikasi untuk nama mata kuliah/nama
pelajaran
64
108
mata
^9
xiv
GAMBAR :
Halaman
17. Kodefikasi untuk pokok bahasan
mata pelajaran
mata kuliah/
119
18. Diagram profil relevansi Kurikulum yang dicapai oleh Kurikulum Elektronika Komunikasi
FPTK IKIP Bandung 1983
198
19. Diagram relevansi Kurikulum Elektronika Ko
munikasi FPTK IKIP Bandung ditinjau
secara
Actual Curriculum
208
20. Hubungan relevansi antara IKIP Bandung, STM
Negeri II Bandung dan Industri
220
21. Hubungan antara IKIP, STM dan Industri ....
223
22. Tahapan penyusunan program perkuliahan ....
223
xv
BAB I
PERMASALAHAN
A. Latar Belakang
Permasalahan ini adalah sampai sejauh manakah Kuri
kulum Elektronika Komunikasi FPTK
IKIP Bandung relevan
dengan Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban
dung.
Melihat bentuk permasalahan ini, maka akan
lip
di dalamnya dua kelompok pelajaran atau
terse-
lebih yang
relevan, setengah relevan, seperempat relevan, dan
rusnya, mengapa demikian ?
sete-
Seperti diketahui bahwa Kuri
kulum Elektronika Komunikasi adalah merupakan bidang ilmu
yang sangat cepat berkembangnya dibandingkan dengan
ilmu
lainnya, apa yang dipelajari oleh para mahasiswa hari ini
mungkin sudah tidak relevan lagi untuk berikutnya, sehing-
ga bila mahasiswa tersebut telah lulus akan mengalami kesulitan dalam mengajar di STM. Seperti kita ketahui bahwa
setiap kali kita mempelajari ilmu baru, maka
diperlukan
sarana dan prasarana yang cukup. Kelompok pelajaran
tidak relevan ini kami duga berasal dari
yang masuk ke Indonesia tanpa melalui
yang
Teknologi maju
perguruan
tinggi
dalam hal ini IKIP Bandung.
Teknologi
lir ke
maju yang masuk ke Indonesia ini menga-
berbagai Industri dan masyarakat pemakai Teknolo-
gi. Teknologi maju bila diklasifikasikan dewasa ini bisa
dibagi dua yakni teknologi hardware dan software.
Hard
ware diartikan sebagai peralatan mesin-mesin dan
penun-
jangnya, sedangkan yang diartikan Software yaitu
sejum-
lah program-program untuk menggerakkan teknologi
hard
ware tersebut di atas.
Teknologi yang dibahas pada permasalahan ini ada
lah teknologi Elektronika Komunikasi, misalnya :
Sistem
Transmisi seperti Radio SSB/HF, VHF dan UHF,JUK 204,PCM,
Sistem Telepon Kendaraan Bermotor, Radio Teleraetri,TDMA,
Stasiun Bumi Kecil dan lain sebagainya, Teknologi Snitching
Terminal dan Teknologi Komputer. Untuk menjawab tantangan ini maka STM bergegas merubah posisi
urikulumnya gu
na menyiapkan teknisi yang mampu menangani Teknologi ter
sebut di atas. Akibat perubahan posisi Kurikulum STM di-
perlukan sarana dan prasarananya. Muncul Sekolah
Proyek
Pembangunan Teknologi Menengah dengan peralatan yang kira-kira ada di Industri dengan harapan Kurikulum
STM akan
relevan dengan kebutuhan Industri, dan pemakai Teknologi.
Munculnya Sekolah Proyek Pembangunan
dengan bantuan da
ri Bank Dunia atau Negara maju lainnya membawa dampak po
sitif dan negatif. Positif bagi pengelola Proyek dan pe-
nunjang lainnya karena dapat ikut memanfaatkan
hadirnya
teknologi. Dampak negatif muncul bagi guru yang baru me
ngajar di STM berhubung mereka ini tidak akan bisa menga
jar secara langsung, karena peralatan yang ada di
seko-
3
lah berbeda dengan yang ada di bangku kuliah seperti
di
IKIP Bandung. Keluhan muncul baik dari sekolah maupun da
ri para lulusan itu sendiri, anak sekolah tidak mengeta-
hui masalah ini, mereka hanya dapat mencemoohkan;
guru
baru tidak dapat mengajar kami.
Isue lulusan Perguruan Tinggi/IKIP tidak siap pakai bermunculan. Padahal sebenarnya bukan tidak siap pa-
kai tetapi proses mengalimya Teknologi tidaklah melalui
IKIP sebagai produsen guru tetapi langsung ke STM
seba
gai pemakai Teknologi dan peraroses Teknologi. Isue lulus
an IKIP Bandung Jurusan Elektronika Komunikasi tidak re
levan dengan kebutuhan tenaga Guru di STM sebenarnya ti
dak seluruhnya benar sampai di manakah kadar
relevansi-
nya ini yang menjadi permasalahan dalam penelitian
B.
ini.
Pentingnya Masalah
Tuntutan akan relevansi kurikulum sering kita da-
patkan melalui pelbagai mas media seperti
surat
kabar,
majalah ilmiah, buletin dan Iain-lain. Apa yang dituntut
tidak lain supaya yang diajarkan di sekolah dapat
sung diterapkan di masyarakat tanpa melalui
dahulu. Tuntutan ini muncul di sekolah maupun
lang
pendidikan
perguruan
tinggi sebagai akibat dari raasuknya teknologi ke Indone
sia tidak melalui pendidikan formal sehingga timbul
salah. Masyarakat pemakai teknologi dan Industri
ma
pemro-
ses teknologi baru ada yang sudah memanfaatkannya, sedang
kan sekolah belum memanfaatkannya di pihak Industri perlu
tenaga untuk memproses teknologi baru tersebut,
sehingga
timbullah kesenjangan antara teknologi baru dan teknologi
lama di sekolah dan dipakai latihan anak-anak
guna menem-
puh sejumlah mata pelajarannya, sedangkan peralatan
yang
dipakai di sekolah sebenarnya sudah tidak digunakan
lagi
di Industri, sehingga walaupun lulusan sekolah
terampil
di sekolah maka belumlah tentu terampil di Industri,
rena apa ?
ru
ka
Peralatan yang ada di dunia Industri sudah ba
semua.
Sebagaimana telah diterangkan
pada bagian
terda-
hulu, bahwa di dalam kelompok mata pelajaran pada Kuriku
lum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung
dicuri-
gai ada beberapa mata pelajaran yang tidak terdapat
Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK
hingga kita katakan bahwa Kurikulum
IKIP
Bandung, se
IKIP Bandung
tidak
relevan dengan Kurikulum STM Negeri II Bandung. Bila
berapa mata pelajaran yang terdapat
di
pada
dalam
be
Kurikulum
STM tetapi tidak diajarkan di IKIP akan mengakibatkan be
berapa dampak yang timbul di antaranya.
1. Kesenjangan Teknologi antara IKIP dan STM
semakin me^
lebar
Maksud dari kesenjangan teknologi semakin
adalah bila
melebar
yang tidak diajarkan ini meliputi mata pela-
5
jaran baru yang berasal dari teknologi baru,
seperti :
Komputer, Sistem Digital, Praktek Pengukuran dengan mempergunakan Pesawat Digital. Mengapa demikian ? Karena ke
lompok pelajaran ini merupakan dasar bagi
Teknologi berikutnya sehingga bila tidak
pengembangan
mengikuti kon-
sep pengembangan ilmu ini, maka para mahasiswa akan
di-
hadapkan kepada permasalahan yang lebih rumit dalam meng-
ajarkan ilmunya kepada para siswa STM walaupun mereka me'
miliki daya nalar yang kuat terhadap ilmunya pada
waktu
diperoleh di bangku kuliah.
2. Mutu Lulusan Menurun
Idealnya para lulusan IKIP telah
menguasai
mata
pelajaran-mata pelajaran yang ada di STM sehingga begitu
mereka diterjunkan kepada masyarakat tidak terdapat
ke-
canggungan dalam mengajar. Lain halnya apabila para
ma
hasiswa tidak dipersiapkan dengan sejumlah bekal di bang
ku kuliah,
maka pada waktu mereka ditempatkan di mana
mereka bekerja maka akan terjadi transfer ilmu yang
se
makin berkurang; katakanlah apabila jumlah mata pelajar
an yang harus dikuasai oleh seorang lulusan
adalah
mata pelajaran tetapi karena di IKIP hanya dapat
10
menye-
diakan 6 mata pelajaran saja, maka sebenarnya
yang akan
dikuasai oleh para mahasiswa tidak enam
pelajaran
tetapi terjadi lagi penurunan penguasaan
mata
mata
an, penurunan penguasaan ini disebabkan oleh :
pelajar
6
(1). Dosen jarang memberi kuliah karena langkanya
dosen
dosen yang ahli dalam Kesuatu bidang sehingga
IKIP
raengambil dosen luar biasa.
(2). Jumlah hadir dosen tetap dalam memberi kuliah tidak
18 kali pertemuan tetapi hanya 6 kali pertemuan disebabkan karena waktu pertemuan diganggu oleh rapat-
rapat, sakit, halangan yang mendadak dan lain sebagainya.
(3).
Fasilitas praktek yang terbatas.
(4). Kurangnya motivasi mahasiswa untuk belajar.
(5). Langkanya buku teks yang berbahasa Indonesia.
(6). Kecilnya insentif dosen, terutama dosen luar biasa.
Semua ini akan merupakan faktor-faktor yang menyatu
lam proses pembentukan calon guru yang akan
da
diterjunkan
mengajar STM, bila dikalkulasi semua faktor ini maka se
benarnya dia hanya menguasai 75 % dari enam mata pelajar
an tersebut atau eekitar 4,5 mata pelajaran yang
dikua-
sainya. Bila 4,5 ini dilakukan transfer lagi pada siswa-
nya jelas transfer ini tidak akan lebih 100 %f
disebab-
kan akan terjadi lagi "error" dalam penerimaan pelajaran
dari gurunya dan bila kita hitung 75 % saja dari 4,5 ma
ka ilmu yang dimiliki siswa sebenarnya hanya 3,4 mata pel-
ajaran
yang dikuasai. Oleh karena itu tidaklah
harus
berkecil hati apabila adanya sorotan yang tajam terhadap
Kurikulum
IKIP.
Oleh karena itu kita tidak akan ter-
kejut bila banyaknya isue yang terlontar bahwa para
lu-
lusan sekolah tidak siap pakai.
3. Pemborosan Dalam Dunia Pendidikan
Setelah kita memperhatikan apa yang telah diurai-
kan pada mutu lulusan yang menurun, maka bila ini terja
di terus tanpa ada perbaikan akan terjadilah
uang dan tenaga. Pemborosan uang terjadi
adanya lulusan yang mutunya
tidak
pemborosan
karena
memenuhi
dengan
persaratan
yang minimal, maka sebagai konsekuensi logis dari
peru-
sahaan tersebut sebagai penerima tenaga kerja mereka mendirikan semacam Diklat (Pendidikan dan Latihan).
Adanya
pendirian semacam Diklat ini jelas akan mengeluarkan ang-
garan yang tidak sedikit bagi Diklat itu katakan saja un
tuk penggajian karyawan tetapnya setiap bulan
mau tidak
mau akan berkisar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupi
ah) dengan pengelola 15 orang. Belum terhitung adminis-
trasi pengelolaan Diklat maka bila ditotalkan keseluruhan akan berkisar Rp. 700.000.000,00 (tujuh ratus juta ru
piah) per tahun. Ini contoh untuk Diklat yang belum be
gitu maju, maka dapat kita bayangkan apabila seluruh perusahaan
mempunyai Diklat jelas ini tentu akan mengaluar
kan biaya orde milyaran rupiah oleh karena itu secara Nasional terjadi pemborosan dalam dunia pendidikan.
Belum
kalau kita kaji dari Pendidikan itu sendiri sebagai con
toh bila para mahasiswa yang belajar di IKIP ini
diang-
garkan oleh pemerintah sekitar Rp. 3.000.000,00
( tiga
8
juta rupiah) pertahun perorang, maka uang ini sebenarnya
akan habis terus oleh setiap mahasiswa
baik
itu
yang
pintar, yang rajin, yang malas, dan yang jarang kuliah.
Bila kita totalkan keseluruhan biaya/anggaran pendidikan
maka akan terdapat anggaran pendidikan yang tidak
efek-
tif dan efisien dipakai.
Selain terjadi pemborosan uang dalam dunia pendi
dikan, terjadi pula pemborosan tenaga.
Misalnya seorang
mahasiswa yang seharusnya mereka menerima
pelajaran
mata kuliah tetapi dalam pelaksanaannya dia hanya
rima 8 mata kuliah, maka waktu yang 2 mata kuliah
10
mene
lagi
tidak digunakan oleh para mahasiswa menjadi 10 tapi mung-
kin digunakan untuk hal yang belum tentu produktif;
be
lum lagi bila dihitung kemampuan dari tenaga administra-
si yang harusnya menangani 10 mata kuliah tetapi hanya 8
mata kuliah, jelas ini ada kesenjangan 2 mata kuliah ter,
buang. Sisi lain pada Perusahaan bila tenaga
pengelola
Diklat ini dikerjakan untuk hal yang produktif bagi Per-
usahaannya, maka akan merupakan sumber pemasukan keuang-
an yang tidak sedikit. Oleh karena itu secara makro kita
akan mendapatkan pemborosan ganda dalam dunia pendidikan
ini.
Oleh karena itu bila tiga dampak dalam
relevansi
kurikulum tidak diperhatikan, maka akan sulitlah merubah
posisi kurikulum di Perguruan Tinggi terhadap kebutuhan
akan penyediaan tenaga kependidikan. Dapatlah dikatakan
bahwa permasalahan relevansi kurikulum ini akan memiliki
arti yang pen ting sekali bagi masukan di Perguruan Tinggi dalam rangka menata kembali Kurikulumnya dan akan me
rupakan hal yang menarik bagi peneliti di bidang pengem
bangan Kurikulum dalam mengembangkan wawasan berpikirnya
terhadap Spesialisasi Kurikulum sebagai Bidang Studi.
C.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengalimya teknologi maju ke dunia Industri
masyarakat pemakai teknologi menimbulkan
dan
permasalahan-
permasalahan dalam dunia pendidikan terutaraa bagi
seko
lah formal yang menyelenggarakan Sekolah Teknologi Elek
tronika. Umumnya teknologi yang masuk dan berkembang pe-
sat ini dalam bidang Komputer Sistem Transmisi
Digital,
dan Sistem Digital Telepon. Hadirnya teknologi ini tentu
disertai dengan peralatan Hardware dan Software dari per
alatan tersebut, terjadilah transfer teknologi
di dunia
industri oleh negeri peraberi teknologi. Dalam dunia atau
masyarakat industri alih teknologi ini
dengan kontrak pembelian barang dari
berjalan
negara
sesuai
pengimpor
teknologi. Pada masyarakat luas sebagai pemakai teknolo
gi timbul masalah, barang yang sudah mereka terima dalam
kurun waktu tertentu terjadi keausan, barang rusak, suku
cadang habis timbul ketergantungan ke
negara
Teknologi dan sebagai jawabannya berdiri
pengimpor
Service
Cen
ter, alih teknologi terjadi di luar pendidikan formal.
10
Sebagai jawaban dari ini semua
atas perkembangan
teknologi di masyarakat maka STM merubah posisi
kuriku-
lumnya dari Kurikulum 1976 ke Kurikulum 1984 dengan ciri
yang lebih spesifik
lagi. Kurikulum 1976 sifatnya masih
umum misal Jurusan yang ada di STM Negeri II
dua yakni STM Jurusan Listrik Arus Kuat dan
hanya
ada
STM Jurusan
Arus Lemah, kini Arus Lemah berubah menjadi Program Stu
di Elektronika Komunikasi, Elektronika Industri dan
Te-
lepon dan Telegraf. Berdirinya Jurusan ini tidak lain se
bagai jawaban atas perkembangan teknologi di dalam
bi
dang Telepon Digital yang dikelola oleh Perusahaan-peru
sahaan seperti PT. INTI, PT. INDOSAT, PERUMTEL, LEN LIPI
dan lain sebagainya, sedangkan dalam Transmisi
Digital
dikelola oleh Perusahaan-perusahaan RFC, PT. INTI,
LEN
LIPI dan lain sebagainya.
Bila kita kaji dengan berubahnya kurikulum di STM
dari Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984 akan membawa
kon-
sekuensi penyediaan guru, penyediaan sarana dan prasara-
na serta manajemen yang baik. Khusus mengenai
penyedia
an guru, maka di STM sendiri timbul masalah siapa
nya ?
Diambil dari mana ?
guru-
Yang sudah ada ditatar ? Se
perti kita ketahui bahwa guru teknologi.di STM sangatlah
terbatas adanya, sehingga bila yang terbatas ini ditatar
di suatu lembaga tertentu timbul masalah siapa
penggan-
tinya ? Jalan lain minta bantuan pada IKIP Bandung Ju
rusan Elektronika supaya lulusan IKIP
mengajar di
STM.
11
Bagaimana kondisi IKIP Bandung dengan Kurikulum Elektro
nika Koraunikasinya ?
Secara garis besar Kurikulum Elektronika
Komuni
kasi IKIP terstruktur sebagai kelompok-kelompok mata ku
liah
:
1. MKDU atau Mata Kuliah Dasar Umum.
2. MKDK atau Mata Kuliah Dasar Kependidikan.
3. PBM atau
Proses Belajar Mengajar.
4. MKDU Khusus IKIP Bandung.
5. MKDK Khusus IKIP Bandung.
6. MKBS Wajib atau Mata Kuliah Bidang Studi Wajib.
7. MKBS Pilihan atau Mata Kuliah Bidang Studi Pilihan.
8. PPL
atau Praktek Pengalaman Lapangan.
Kelompok-kelompok mata kuliah ini akan menjadi bekal ba
gi calon guru STM. Suatu ciri daripada Jurusan
Elektro
nika atau Fakultas Teknologi dari Fakultas lainnya
yang
ada di IKIP adalah bahwa setiap mata kuliah wajib/pilihan Bidang Studi selalu disertakan dengan praktek.
yang dipraktekan tentunya harus menunjang
Apa
materi
di kelas* dan peralatan atau pesawat praktek ini
teori
tentu
nya harus sesuai dengan apa yang dimiliki oleh STM, per
alatan STM dan pesawat elektronikanya harus sesuai
de
ngan yang ada di Industri supaya kelak tidak ada kecang-
gungan dalam praktek, ini ideal. Sekarang apakah kondisinya demikian ?
Apa yang ada di Industri tersedia
STM ? Apa yang ada di STM tersedia di IKIP ?
di
Jawabnya
12
apa yang ada di Industri sebagian ada di STM,
apa yang
ada di STM sebagian ada di IKIP, sampai seberapa jauhkah
atau sampai berapa prosenkah relevansi peralatan ini ten
tu harus dikaji atau diteliti. Apakah dengan adanya per
alatan sebagian peralatan ada di IKIP dan sebagian
lagi
ada di STM sudah cukup untuk
guru
menjadikan
seorang
baik; ini merupakan masalah. Di sisi lain seperti materi
teori apakah adanya sejumlah teori
ada pula di dalam Kurikulum STM ?
dalam Kurikulum IKIP
Bila ada sampai sebe
rapa jauh, apakah ada persaratan minimal
untuk
seorang
guru dalam menguasai materi bidang studi supaya kelak ia
dapat mengajar dengan baik dan akhirnya apakah
diperlu-
kan lama belajar di perguruan tinggi lebih besar dari pa
da lama belajar di STM ?
Apakah dengan adanya
peralatan yang ada sama dengan peralatan di
pelajaran di STM sebagian ada di IKIP, dan
pelajaran di IKIP lebih besar dari jumlah
sebagian
STM, materi
jumlah
jam
jam pelajaran
di STM akan menghasilkan lulusan yang siap pakai ? Tentu
sulit kita akan menjawabnya, karena apa ?
Di dalam
rikulum sendiri secara garis besar dapat dibangun
ku
atas
unsur-unsur tujuan, materi pelajaran, metoda mengajar dan
evaluasi.
Adanya materi belajar yang memadai belumlah
tentu kurikulum itu baik. Adanya tujuan yang terarah be
lum tentu akan menghasilkan lulusan yang baik tanpa
di-
barengi dengan materi pelajaran yang cukup ? Adanya tu
juan terarah, materi yang cukup, metoda yang baik belum
13
tentu kita dapat melihat output lulusan yang baik
diikut sertakan unsur evaluasi ?
tanpa
Terlepas dari pengerti
an kurikulum sebagai rencana, kurikulum sebagai pengalam-
an belajar, kurikulum sebagai suatu proses maupun
kuri
kulum sebagai Bidang Studi, maka di dalam pengertian pe
nelitian ini kurikulum sebagai sejumlah
mata
pelajaran
yang disajikan sekolah atau universitas.
Dengan demikian fokus penelitian ini dibatasi pa
da kurikulum yang diartikan sebagai sekumpulan mata
ku
liah atau mata pelajaran yang tertuang dalam Garis Besar
Program Perkuliahan dan Garis Besar Program
Pengajaran
atau GBPP dengan mengambil subjek penelitian dalam rele
vansi materi kuliah Bidang Studi Elektronika
Komunikasi
di antara Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II
Bandung tahun 1984 dengan Kurikulum Elektronika
kasi FPTK IKIP Bandung tahun 1983. Bila kita
Komuni
rumuskan
permasalahan relevansi kurikulum ini dapat kita nyatakan:
Sampai sejauh manakah Kurikulum
Elektronika
FPTK IKIP Bandung tahun 1983 relevan terhadap
Komunikasi
Kurikulum
Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung tahun 1984?
Permasalahan ini raasih umum, oleh karena itu bisa dibagi
lagi menjadi sub masalah berikut ini :
(1). Sampai sejauh manakah nama mata kuliah- mata kuliah
di dalam kurikulum elektronika komunikasi FPTK IKIP
Bandung tahun 1983 relevan terhadap nama mata pela-
jaran-mata pelajaran yang ada dalam Kurikulum Elek-
14
tronika Komunikasi STM Negeri II Bandung ?
(2). Sampai sejauh manakah pokok bahasm-pokok bahasan da
lam Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP
Ban
dung relevan dengan pokok-bahasan-pokok bahasan
da
lam Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri
II
Bandung ?
(3). Sampai sejauh manakah fasilitas untuk praktek
ada dalam
Kurikulum
Elektronika
yang
Komunikasi di FPTK
IKIP Bandung relevan terhadap fasilitas untuk
tek yang ada dalam Kurikulum Elektronika
prak
Komunikasi
STM Negeri II Bandung ?
(4). Sampai sejauh manakah jumlah
jam
belajar dalam Ku
rikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung re
levan terhadap jumlah jam belajar mengajar
di dalam
Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II
Ban
dung ?
Untuk menjawab sub
permasalahan - sub permasalahan
ini, maka Tesis dibagi atas 5 Bab yang meliputi berikut
ini
Bab
:
I
Permasalahan yang ada
ten tang relevansi Kuriku
lum mengenai timbulnya masalah,
salah, dan batasan suatu
pentingnya
ma
masalah yang selanjut-
nya dirumuskan.
Bab
II
Relevansi kurikulum, kriteria relevansi, mutu
rikulum dan Kurikulum Elektronika Komunikasi
STM Negeri II Bandung 1984 dan Kurikulum
udi
Elek-
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983.
Bab III
Rancangan penelitian yang terurai
atas
tujuan
penelitian, asumsi penelitian, pertanyaan pene
litian, metoda penelitian, alat
pengumpul data
dan rancangan pengolahan data penelitian.
Bab
IV
Pelaksanaan penelitian, tempat dilaksanakan pe
nelitian, pengumpulan data, dan pengolahan data
penelitian.
Bab
V
Penelitian dengan hasilnya dan
pembahasannya
yang terurai atas kesimpulan, hasil penelitian,
pembahasan hasil penelitian, implikasi hasil pe»
nelitian, rekomendasi dan penutup.
BAB III
RANCANGAN
A.
PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Relevansi antara mata kuliah
di
dalam
Kurikulum
Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung dengan ma
ta pelajaran Kurikulum Elektronika Komunikasi
STM
Negeri II Bandung 1984.
2. Relevansi pokok bahasan Kurikulum
Elektronika Ko
munikasi FPTK IKIP Bandung 1983 dengan pokok bahas
an mata pelajaran Kurikulum Elektronika Komunikasi
STM Negeri II Bandung 1984.
3. Relevansi fasilitas praktek Kurikulum
Elektronika
Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 dengan fasilitas
praktek Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Nege
ri II Bandung 1984.
4. Relevansi lamanya waktu belajar dalam
Kurikulum
Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983
de
ngan waktu belajar dalam Kurikulum Elektronika Ko
munikasi STM Negeri II Bandung 1984.
B.
Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian dalam relevansi kurikulum
ini,
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung
103
104
sepenuhnya dilaksanakan oleh para dosen.
2. Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban
dung dilaksanakan sepenuhnya oleh para guru.
3. Lulusan FPTK IKIP Bandung mengajar di STM Negeri II
Bandung.
4. Lama studi di IKIP Bandung lebih lama jika dibandingkan dengan waktu belajar di STM Negeri II Ban
dung.
5. Kurikulum STM menjadi dasar bagi perencanaan Kuri
kulum IKIP Bandung khususnya Kurikulum Elektronika
Komunikasi.
C. Pokok-pokok Pertanyaan Penelitian
Dalam penelitian ini dikemukakan pertanyaan- per
tanyaan yang berbunyi : "Sampai Sejauh Manakah Kurikulum
Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983
dengan
relevan
Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II
Bandung 1984". Selanjutnya diperinci lagi menjadi subpertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah nama mata kuliah-nama mata kuliah
bidang
studi terkecuali mata kuliah Fisika, Matematika,
Statistik dalam Kurikulum Elektronika
FPTK IKIP Bandung 1983
relevan
Komunikasi
dengan
nama ma
ta pelajaran-nama mata pelajaran dasar
kejuruan
dan kejuruan dalam Kurikulum Elektronika Komunika
si STM Negeri II Bandung 1984 terkecuali mata pela-
105
jaran Matematika, Bahasa Inggris, Koperasi dan Manajemen, Fisika dan Kimia ?
2. Apakah pokok bahasan-pokok bahasan dalam mata
ku
liah bidang studi terkecuali mata kuliah Matemati
ka, Fisika, Statistik dalam Kurikulum
Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983
pokok bahasan-pokok
bahasan
Elektronika
relevan
dengan
di dalam mata
pela
jaran dasar kejuruan dan kejuruan terkecuali
mata
pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, Koperasi dan
Manajemen, Fisika dan Kimia dalam Kurikulum
Elek
tronika Komunikasi STM Negeri II Bandung 1984 ?
3. Apakah ada fasilitas praktek untuk Kurikulum Elek
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983
dengan fasilitas
relevan
praktek untuk Kurikulum Elektro
nika Komunikasi STM Negeri II Bandung 1984 ?
4. Apakah alokasi waktu Kurikulum Elektronika Komuni
kasi FPTK IKIP Bandung
1983
relevan dengan
pem
berian waktu (alokasi)
dalam Kurikulum Elektroni
ka Komunikasi STM Negeri II Bandung 1984 ?
D. Metoda Penelitian
Kegiatan penelitian ini tergolong ke dalam
pene
litian kuantitatif. Karena sifat penelitiannya kuantita
tif, maka perhitungan statistik digunakan secara sederhana dan memakai studi perbandingan dokumenter serta
isi.
kaji
106
Karena sifat penelitiannya kuantitatif maka pene
litian dilakukan dengan cara mengumpulkan sejumlah doku
men Kurikulum yang penulis peroleh dari
Kepala
Sekolah
Teknologi Menengah Negeri II Bandung, Kepala BLPT, Ketua
Jurusan Elektro FPTK IKIP Bandung dan para dosen Jurusan
Elektro FPTK IKIP Bandung untuk dianalisis yang selanjut-
nya dilakukan prosentase. Dokumen yang tidak lengkap pe
nulis tanyakan langsung pada pembuat dokumen tersebut de
ngan maksud untuk lebih jelas lagi uraian dari
dokumen
tersebut. Misalnya di Jurusan Elektro ada beberapa doku
men Kurikulum yang dibuat oleh dosen tetapi isi daripada
dokumen tersebut ada beberapa istilah yang penulis
sen
diri belum tahu tujuannya.
Selain daripada membandingkan Dokumen sesuai
de
ngan yang tertera dari dokumen resmi pemerintah maka peneliti ingin melihat pelaksanaan di lapangan tentang wak
tu belajar mengajar antara dosen dan mahasiswa,
antara
guru dan muridnya. Dokumen yang dilihat di sini
adalah
berapa frekuensi perkuliahan seorang dosen dan berapakah
frekuensi guru dalam mengajar dalam setiap semester
lai tahun 1984/1985 untuk STM dan mulai tahun
mu
1982/1983
untuk Jurusan Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung.
Kodifikasi. Kodifikasi dimaksudkan untuk menying-
kat dan memudahkan dalam mengklasifikasi nama mata pela
jaran, nama mata kuliah, pokok bahasan
mata
pelajaran,
pokok bahasan mata kuliah. Pelaksanaan kodifikasi dilak-
10?
sanakan sebagai berikut : Setelah semua dokumen
Kuriku
lum terkumpul maka nama mata pelajaran, nama mata kuliah
dikodifikasi uraian lebih detail mengenai kodifikasi dijelaskan pada bagian pelaksanaan penelitian.
Tabulasi. Tabulasi dimaksudkan untuk menganalisis
perbandingan kedua .dokumen Kurikulum. Dengan melalui ta
bulasi ini kita akan melihat berapa %tingkat
relevansi
yang dicapai. Bentuk tabulasi ada empat yakni : tabulasi
mengenai nama mata kuliah Elektronika Komunikasi di FPTK
IKIP Bandung yang dibandingkan dengan nama mata pelajar
an Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung. Tabula
si mengenai pokok bahasan nama mata kuliah yang
dingkan dengan pokok bahasan nama mata pelajaran,
tabulasi ini kita dapat melihat prosentase yang
diban
dari
dicapai
dari pokok bahasan Kurikulum Elektronika Komunikasi IKIP
terhadap pokok bahasan Kurikulum Elektronika Komunikasi
STM Negeri II Bandung. Tabulasi alokasi waktu dimaksud
kan untuk melihat perbandingan antara alokasi waktu bela
jar di IKIP dibandingkan dengan alokasi waktu belajar di
STM Negeri II Bandung. Akhirnya tabulasi tentang Fasili
tas Praktek dimaksudkan untuk melihat perbandingan peng-
gunaan alat ukur dan bahan praktek yang dipakai di IKIP
terhadap STM. Secara ringkas dari mana sumber penelitian
diperoleh penulis gambarkan pada gambar 15.
108
Sumber
Penelitian
Kurikulum Elek
tronika Komuni
kasi STM
1984.
Kurikulum Elek
tronika Komunika
si IKIP
*)
Jumlah Nama Mata Ku
1983
10 ;
29
Jumlah Pokok Bahasan
174
244
Fasilitas praktek
148
39
Alokasi waktu
240
160
liah/mata pelajaran.
;
J
Keterangan
^ Nama mata pelajaran seperti Gambar Teknik I, Gam
bar Teknik 2; Nama mata pelajarannya dijadikan sa
tu menjadi Gambar Teknik. Begitu pula untuk yang
lainnya.
^ Nama mata kuliah seperti Elektronika 1, Elektroni
ka 2 disatukan namanya dalam penelitian ini
men
jadi nama mata kuliah Elektronika. Begitu pula un
tuk yang lainnya.
Gambar 15
Gambaran Sumber Data Penelitian
E. Alat Pengumpul Data
Untuk menyusun alat pengumpul data ini
dilakukan
melalui tahapan berikut ini :
1. Nama Mata Kuliah dan Nama Mata Pelajaran. Alat pengum
pul data untuk kedua dokumen Kurikulum ini ialah da
lam bentuk tabel. Tabel ini disebut sebagai Relevansi
Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP
Bandung,
terhadap Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri
109
II Bandung ditinjau berdasarkan pemberian nama
mata
kuliah dan nama mata pelajaran.
2. Pokok bahasan. Sama halnya seperti pada
an alat pengumpul data nama mata pelajaran
penyusun
dan
nama
mata kuliah, hanya saja dalam hal ini nama diganti de
ngan pokok bahasan.
3. Fasilitas Praktek. Fasilitas praktek dalam bahasan di
sini diuraikan atas alat ukur dan bahan praktek.
Pe
nyusunan ini sebenarnya sama dengan penyusunan
untuk
alat pengumpul data (instrumen) pada pemberian
nama
mata pelajaran/nama mata kuliah ataupun pokok bahasan
hanya saja kalau pada nama mata pelajaran maupun
po
kok bahasan memakai kodefisikasi dalam tabelnya, pada
fasilitas praktek tidak digunakan dikarenakan kesulitan dalam pengelompokkan barang.
4. Alokasi waktu. Penyusunan alat pengumpul data sama se^
perti pada nomor 1, 2, dan 3 di atas.
5. Analisis tabel. Tabel yang sudah dibuat pada nomor 1,
2, 3 dan 4 perlu dianalisis. Maka semua nama mata pe
lajaran/nama mata kuliah, pokok bahasan, alokasi wak
tu, dan Fasilitas Praktek Kurikulum Elektronika Komu
nikasi IKIP Bandung maupun STM Negeri II Bandung
di-
masukkan ke tabel. Tabel tersebut disusun sebagai berikut : tabel 4, 5, 6, 7 dan 8.
1 10
TABEL 4
RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FPTK
IKIP BANDUNG TERHADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA
KOMUNIKASI STM NEGERI II BANDUNG DITIN
JAU BERDASARKAN PEMBERIAN
NAMA.
x^Naraa mata Kuliah
J
Xw dalam Kurikulum
Na-
ma
>vElektronika Ko-
u
\munikasi FPTK
m
1
mata pe- xJ-KIP Bandung
lajaran
>y1983
dalam Kuriku-
a
h
x.
lum Elektronika Nv
Komunikasi STM Ne-\
geri II Bandung 1984 \
y.,
•4
••
——*
m
J
Jumlah
i
i
_
_
1
.
J
.
"
111
TABEL 5
RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
FPTK
IKIP BANDUNG TERHADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA
KOMUNIKASI STM NEGERI
II - BANDUNG
DITINJAU BERDASARKAN
POKOK
BAHASAN
NPokok Bahasan dalam
N^Kurikulum ElektroPokokNsJiika Komunikasi
J
u
bahasan\FPTK IKIP Bandalam Ku-\dung 1983
rikulum
Elektronika
N.
a
>v
h
Negeri II Bandung 1984\
—
m
1
•
1
•
.
'«
1
i
112
TABEL 6
RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FPTK IKIP BANDUNG TERHADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI STM
NEGERI II BANDUNG DITINJAU BERDASARKAN FASI
LITAS PRAKTEK YANG DIPAKAI
N.
Fasilitas Praktek
FaV.
'
'
<
J
dalam Kurikulum
siliV.
•
Elektronika Ko
u
tas Ku\munikasi FPTK
rikulum NJKIP Bandung
m
1
Elektroni \1983
a
ka Komuni- \
kasi STM Ne- N
V
geri II Bandung 1984\
h
4
< -
1
Jumlah
_ _
113
TABEL 7
RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FPTK IKIP BAN
DUNG TERHADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
STM NEGERI II BANDUNG DITINJAU BERDASAR
KAN PENGALOKASIAN WAKTU BELAJAR
r
^Alokasi waktu dalam Ku-
clu^v^rikulum Elektronika
J
lum ELek^^TICIP Bandung
tronika Ko- ^v!983
m
riku-^\Komunikasi
FPTK
u
1
a
tnunikasi STM Ne-^v
h
geri II Bandung 1984"^^
•
j
j
_j
.
Jumlah
•
.
1 14
TABEL 8
KRITERIA RELEVANSI UNTUK MENENTUKAN BAHWA KURIKULUM ELEK
TRONIKA KOMUNIKASI FPTK IKIP BANDUNG RELEVAN
TER
HADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
STM
NEGERI II BANDUNG
No.
Urt
Penyusunan Bahan Penga
jaran dalam Kurikulum
Elektronika Komunikasi
Penyusunan Bahan Pengajarar
dalam Kurikulum Elektroniks
Komunikasi FPTK IKIP - Ban
Sekolah Teknologi Mene
ngah Negeri II Bandung.
Tingkat
a
b
dung
Relevansi
c
d
Penentuan Nama Mata
1.
Pelajaran atau Nama
Mata Kuliah.
2.
Penentuan Pokok Ba
hasan
Penentuan Fasilitas
3.
Praktek
4.
Penentuan Alokasi
Waktu.
.
Keterangan
:
a = Jumlah item (%).
b = Jumlah Nama Mata Pelajaran atau Nama Mata Kuliah {%)
c = Jumlah Satuan per Unit {%).
d = Jumlah jam di STM dibandingkan dengan jumlah jam
IKIP Bandung {%).
di
115
F.
Ran can gan Pengolahan Data Penelitian
Pengolahan data perbandingan kurikulum ini dibagi
atas tahap-tahap sebagai berikut :
1. Kodefikasi. Semua nama mata kuliah/nama mata pela
jaran, semua pokok bahasan, semua alokasi waktu ma
ta kuliah, mata pelajaran dilakukan kodefikasi.
2. Tabulasi berdasarkan prosentase. Setelah data yang
memang harus dimasukkan ke dalam tabel selesai ma
ka dilakukan analisis tabel dengan cara sebagai be
rikut bilamana ada kesamaan mata kuliah dengan na
ma mata pelajaran maka diberi W/7/fa untuk selanjutnya dilakukan prosentase {%).
3. Tafsiran. Setelah diperoleh data dalam bentuk pro
sentase, maka selanjutnya ditafsirkan.
Bilamana-
hasilnya kurang dari 100 %maka peneliti
menilai
sebagai sesuatu yang tidak relevan. Karena
untuk
menyatakan bahwa Kurikulum IKIP relevan dengan Ku
rikulum STM, maka guru harus lebih tinggi di dalam
perolehan bahan pengajarannya dibandingkan
dengan
murid.
4. Aktual Kurikulum. Maksud aktual kurikulum
di sini
adalah dokumen kurikulum yang diteliti setelah di
laksanakan oleh para pelaksana kurikulum. Misal di
dalam GBPP tertulis bahwa pelajaran Teknik Pesawat
Televisi dilaksanakan pada Semester 5 dan 6,
jum-
116
lah pokok bahasan yang dibahas adalah sesuai terte-
ra dalam GBPP berjumlah 10 buah. Peneliti ingin me
ngetahui apakah 10 pokok bahasan ini
dilaksanakan
seluruhnya dalam dua Semester tersebut ataukah ti
dak oleh gurunya, kalau tidak berapa % yang
dapat
dilaksanakan. Data yang peneliti peroleh dari BLPT
maupun STM Negeri II Bandung dimasukkan pada tabel
Prosentase target pencapaian Kurikulum Elektronika
Komunikasi 1984 STM Negeri II Bandung. Dengan cara
yang sama peneliti peroleh pada Jurusan Elektro di
FPTK IKIP Bandung.
Di samping peneliti meneliti tentang target penca
paian kurikulum di atas peneliti juga mengumpulkan
data tentang frekuensi perkuliahan serta frekuensi
pengajaran di STM. Datanya peneliti peroleh
dari
BLPT, Kepala STM Negeri II Bandung dan dari
Ketua
Jurusan Elektro FPTK IKIP Bandung yang selanjutnya
dimasukkan ke dalam tabel untuk selanjutnya diana
lisis.
5. Analisis Kuantitatif. Maksud dari analisis kuanti
tatif di sini adalah peneliti raengkaji isi dokumen
yang sesuai dengan dokumen kurikulum resmi Pemerintah dan dokumen dari STM, BLPT, dan Jurusan
Elek
tro antara harapan dan kenyataan secara prosentase,
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN
A.
PEMBAHASANNYA
Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
lakukan terhadap Kurikulum Elektronika
peneliti
Komunikasi
FPTK
IKIP Bandung maupun Kurikulum STM Negeri II Bandung, pada
bab ini penulis akan simpulkan terhadap pertanyaan - per
tanyaan yang telah penulis ajukan di dalam Bab III. Kesimpulan-kesimpulan dimaksud meliputi :
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laku
kan terhadap pemberian nama mata kuliah di dalam Kuri
kulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 di
nilai tidak relevan dengan sejumlah nama mata pelajar
an yang terdapat di dalam Kurikulum Elektronika
Komu
nikasi Sekolah Teknologi Menengah (STM) Negeri II Ban
dung 1984 dengan prosentase relevansi yang dicapai se
besar 30 %.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laku
kan terhadap isi mata kuliah dan isi mata pelajaran di
kedua lembaga pendidikan tersebut dapatlah
kan
disimpul-
:
a. Isi mata kuliah dalam dokumen Kurikulum Elektronika
Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 dinilai tidak re^
levan dengan dokumen Kurikulum Elektronika
'16
Komuni-
217
kasi STM Negeri II Bandung 1984 dengan
prosentase
relevansi yang dicapai 53,4 %.
b. Pemberian isi mata kuliah di dalam Kurikulum
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983
Elek
terhadap
para mahasiswa dinilai tidak relevan terhadap
nyampaian isi mata pelajaran di dalam
Kurikulum
Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung
terhadap para siswanya dengan prosentase
pe-
1984
relevansi
yang dicapai 40,6 %.
3. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laku
kan terhadap fasilitas praktek yang ada di Jurusan Elek
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 dinilai
ti^
dak relevan dengan fasilitas praktek yang ada
di
STM
Negeri II Bandung/BPLT Bandung dengan tingkat
relevan
si yang dicapai 22,9 %•
4. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laku
kan terhadap pengalokasian waktu belajar yang ada
da
lam Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung
dinilai relevan dengan pengalokasian waktu belajar pa
da Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban
dung dengan prosentase relevansi yang dicapai 147,2 %.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Tujuan FPTK IKIP Bandung adalah menghasilkan tena
ga kependidikan yang terdiri dari guru-guru serta tenaga
218
akhli yang berpribadi dalam bidang kependidikan teknologi
dan kejuruan. Berdasarkan tujuan ini tersirat di dalamnya
bahwa FPTK IKIP Bandung Jurusan Elektro menghasilkan guru-
guru Elektronika Komunikasi yang kelak mengajar
di Seko
lah Teknologi Menengah Jurusan Elektronika Komunikasi. Ku
rikulum dalam lembaga pendidikan FPTK IKIP
Bandung
sa
ngat berperan dalam proses penyediaan guru-guru teknologi.
Oleh karena itu kualitas guru teknologi yang
dihasilkan
oleh FPTK IKIP Bandung ditentukan oleh mutu Kurikulum.
Mutu kurikulum dikatakan baik bilamana relevan de
ngan kebutuhan atau dengan perkataan lain dapat
dinyata
kan bahwa Kurikulum FPTK IKIP Bandung bermutu bilamana re
levan dengan Kurikulum Elektronika Komunikasi STM
II Bandung. Coombs dalam hal ini menyebutnya "
Negeri
rele
vance to the needs of its environment". (1968 : 106).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
peneliti
lakukan terhadap relevansi kurikulum di kedua lembaga ini
terjadi beragam kadar relevansi untuk empat aspek (nama,
pokok bahasan atau isi, fasilitas praktek dan alokasi wak
tu). Adanya pencapaian target kurikulum yang kurang atau
tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan akan
menye-
babkan menurunnya mutu kurikulum sehingga kurikulum tidak
efektif di dalam pelaksanaannya. Adanya kurikulum yang ti
dak efektif untuk beberapa program akan menimbulkan mero-
sotnya mutu kurikulum (Arich Lewy, 1977 : 73). Merosotnya
mutu kurikulum akan membawa dampak terhadap lulusan yang
219
tidak mencapai performance student yang diharapkan karena
lulusan tidak mencapai standar minimal dalam
penguasaan
materi bidang studi. Coombs (1968 : 105) lebih jauh menekankan bahwa untuk mencapai mutu diperlukan :
a standard
examination, sedangkan Sikun Pribadi (1985) mengeraukakannya untuk mencapai mutu diperlukan indeks kumulatif mini
mal yang harus dicapai. Lulusan FPTK IKIP Bandung ini ten
tu akan merupakan masukan di dalam proses kurikulum di Se
kolah Teknologi Menengah. Dengan demikian sebanarnya
ada
hubungan yang sangat erat sekali antara IKIP di satu
pi
hak sebagai penghasil guru, dan STM sebagai penerima
gu
ru. Merosotnya mutu kurikulum di IKIP akan membawa dampak
bahwa para lulusan tidak akan dapat mengajar secara baik.
Mengapa demikian ? Seperti kita ketahui bahwa di STM te
lah muncul sekolah proyek pembangunan dengan biayanya da
ri bank dunia, pada sekolah tersebut kurikulum ditingkat-
kan, para guru diadakan penataran dengan tujuan untuk me-
ningkatkan mutu guru. Dengan demikian mutu kurikulum di
STM meningkat. Ironisnya sampai saat ini proyek peningkatan di IKIP'Bandung khususnya Jurusan Elektronika FPTK be
lum ada proyek semacam ini.
Sekolah Teknologi Menengah bertujuan
menghasilkan
teknisi tingkat menengah yang dapat bekerja di perusahaan
Industri Elektronika Komunikasi. Industri Elektronika ini
adalah merupakan industri yang cepat perkembangannya dan
selalu mengikuti perkembangan Teknologi Elektronika yang
220
setiap saat berkembang (Lihat gambaran perkembangan tekno
logi pada Bab II). Oleh karena itu kita bisa menyimpulkan
bahwa perkembangan kurikulum yang ada di STM akan
selalu
berorientasi pada perkembangan Industri Elektronika.
Is
tilah relevansi pada Kurikulum STM adalah dihubungkan de
ngan kebutuhan Industri, mutu Kurikulum STM dikatakan ba
ik bila relevan dengan perkembangan Industri
Elektronika
yang ada.
Kurikulum FPTK IKIP Bandung bermutu apabila
van dengan Kurikulum STM, Kurikulum STM bermutu bila
rele
re
levan dengan kebutuhan industri, dan bila digambarkan hubungannya ditunjukkan pada gambar 18.
Kurikulum
Kurikulum
Elektroni
ka Korau nikasi
FPTK IKIP
Bandung
Al Rele-
Tyl van
A
V
Elektroni
ka Komuni
kasi
STM
Negeri
Gambar
18.
Hubungan Relevansi Antara IKIP Bandung, STM
Negeri II Bandung dan Industri
Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung
rele
van dengan Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II
Bandung bila dipenuhinya 4 kriteria yakni nama mata kuli
ah relevan dengan nama mata pelajaran, isi mata kuliah re
levan dengan isi mata pelajaran, fasilitas praktek di IKIP
relevan dengan fasilitas praktek STM, dan alokasi waktu di
221
IKIP Bandung relevan dengan alokasi waktu di STM Nege
ri II Bandung. Keempat kriteria ini saling
berkaitan
satu sama lain, tidak tercapainya salah satu aspek da
ri keempat ini maka mutu tidak akan tercapai. Hasil pe
nelitian mengenai relevansi kurikulum di kedua lembaga
pendidikan ini menunjukkan bahwa aspek nama mata kuli
ah, aspek isi mata kuliah dan fasilitas praktek
dini
lai tidak relevant
Adanya kadar relevansi yang ada ini mengartikan kepada
kita bahwa mutu kurikulum dinilai merosot baik
jau dari dokumen yang ada maupun
ditin
segi pelaksanaannya.
Oleh karena itu informasi pengetahuan yang terjadi pa
da siswa sangat minim sekali dengan apa yang harus dia
kerjakan sehingga transfer akan sulit sekali dilaksa
nakan oleh para lulusan. Bruner lebih jauh lagi menambahkan bilamana informasi yang ada pada diri mahasiswa
tidak sesuai maka discovery tidak akan pernah terjadi.
Sejalan dengan itu Perkins yang dikutip oleh Dedi S.,
mengungkapkan bahwa transfer hanya akan mungkin terja
di apabila isi mata kuliah sepadan dengan isi mata pe
lajaran (1986).
Kurikulum Elektronika Komunikasi STM relevan de
ngan Industri Elektronika Komunikasi apabila di dalam
nya terkait bahwa isi mata pelajaran sesuai dengan bu
ku Instruktion manual yang ada di Industri dan fasili
tas praktek yang ada dalam Industri ada pula di STM.
222
Untuk mem proses Industri Elektronika dari
bahan mentah
menjadi bahan setengah jadi maupun bahan jadi,
maka
alat ukur, mesin-mesin dan bahan-bahan maupun instruktion manual sangat berperan sekali. Alat ukur,
mesin-
mesin, bahan-bahan untuk memproses peralatan dikelom-
pokkan ke dalam hardware, sedangkan buku-buku yang ber
isi petunjuk pelaksanaan, berisi program-program untuk
menjalankan peralatan dikelorapokkan ke dalam software.
Kedua kelompok ini satu sama lain saling tunjang
me
nunjang, tanpa berfungsinya software maka hardware ti
dak akan jalan, adanya software sedangkan hardware ti
dak ada maka industri tidak berarti apa-apa.
Melihat permasalahan di atas dan data
berdasarkan
yang ada
hasil penelitian di atas, maka timbul per
tanyaan upaya apa yang harus dilakukan oleh
dung dalam hal ini ?
IKIP Ban
Upaya yang harus dilakukan
oleh
IKIP Bandung dalam kondisi seperti ini akan penulis jelaskan pada implikasi hasil penelitian.
C. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian maka ada beberapa upa
ya yang perlu dilakukan oleh IKIP Bandung. Namun
sebelum
melangkah pada upaya tersebut ada baiknya kita lihat
hu
bungan yang mungkin membantu dalam peningkatan mutu
pen
didikan, hubungan tersebut digambarkan pada gambar 19.
223
•STMIKIP
•INDUSTRI
Gambar 20.
Hubungan antara IKIP, STM & Industri
Hubungan antara IKIP dan STM bisa bersifat lembaga
karena keduanya masih dalam satu Departemen sehingga upa
ya kerja sama dapat lebih erat. Upaya peningkatan mutu da
pat dilakukan dalam dua bagian, yaitu :
1. Upaya Internal: Maksud upaya internal ini meliputi :
a. Penyusunan program perkuliahan sesuai dengan tuntutan GBPP STM. Penyusunan
kurikulum
untuk IKIP Ban
dung dapat dilaksanakan dengan cara berikut ini :
STRUKTUR
—"
KURIKULUM
T
ALOKASI WAKTU
x—
* NAMA MATA KULIAH
*
ISI MATA KULIAH
L
PRAKTEK
TEORI
Gambar
21
Tahapan Penyusunan Program Perkuliahan
224
Seperti terlihat pada gambar 20, maka
penyusunan
program perkuliahan yang telah berjalan dimulai de
ngan pertanyaan kita akan menyusun struktur kuriku
lum apa ? Berdasarkan struktur tersebut maka bia
sanya dari pusat sudah ditentukan berapakah alokasi
SKS untuk setiap program perkuliahan ? Setelah me
ngetahui berapa jumlah alokasi SKS untuk bidang stu
di, maka disusunlah sejumlah mata kuliah yang sekiranya sesuai dengan alokasi SKS yang telah ditetap
kan dari Pusat. Untuk memberikan nama mata kuliah
dari program perkuliahan hendaknya berpedoman kepa
da GBPP STM yang telah ditetapkan sehingga nama ma
ta kuliah relevan dengan nama mata pelajaran
yang
ada di STM. Masalah pemberian nama ini selain
ber
pedoman kepada GBPP STM, maka harus pula ber
IKIP BANDUNG 1983 DENGAN KURIKULUM ELEKTRONIKA
KOMUNIKASl STM NEGERI II BANDUNG 1984
T
E
S
I
S
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung
dalam rangka Menyelesaikan Jcnjang Strata - 2
Pengembangan Kurikulum Teknologi
O
1 e h
:
MUKH1D1N
No.
Pokok
FAKULTAS
:
459/F/XVI - 8
PASCA
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
19 8 7
DISETUJUI
DAN
DISAHKAN
OLBH
PROF. SORIMUDA NASUTION, M.A., Ph.D.
Pembimbing
DR.
I
DADANG SULAEMAN
Pembimbing
FAKULTAS
PASCA
II
SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
19 8 7
DAFTAR
ISI
~ {—Q
Halaman
PERSETDJUAN DAN PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
iv
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH
vi
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
'
DAFTAR GAMBAR
BAB
BAB
I
II
xiv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Pentingnya Masalah
1
3
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
9
LANDASAN TEORITIS
A. Relevansi Kurikulum
16
B. Kriteria Relevansi
22
C. Mutu Kurikulum
D. Kurikulum Elektronika Komunikasi
49
Negeri II Bandung dan Kurikulum
tronika Komunikasi FPTK IKIP
STM
Elek
Bandung
1983
BAB III
BAB
IV
xi
53
RANCANGAN PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
103
B. Asumsi Penelitian
103
C. Fokok-pokok Pertanyaan Penelitian ....
104
D. Metoda Penelitian
105
E. Alat Pengumpul Data
108
F. Rancangan Pengolahan Data Penelitian..
115
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Pengumpulan Data Penelitian
ix
117
Halaman
B. Pengolahan Data Penelitian
BAB
V
118
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
A. Kesimpulan Hasil Penelitian
216
B. Pembahasan Hasil Penelitian
217
C. Implikasi Hasil Penelitian
D. Rekomendasi
E. P e n u t u p
222
228
229
DAFTAR KEPUSTAKAAN
230
LAMPIRAN-LAMPIRAN
•
x
234
DAFTAR
TABEL
TABEL
:
Halaman
1. Struktur Kurikulum Program S. 1
82
2. Daftar Alat-alat Ruangan Laboratorium Elek
tronika
234
3. Daftar Barang Inventaris Milik Negara Menu-
rut Keadaan Pada Tanggal 1 April 1986 (FPTK
IKIP Bandung/Ruangan Bengkel Elektronika
Arus Lemah)
238
4. Relevansi Kurikulum Elektronika Komunikasi
FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektro
nika Komunikasi STM Negeri II Bandung
110
5. Relevansi Kurikulum Elektronika Komunikasi
FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektro
nika Komunikasi STM Negeri II Bandung Ditinjau Berdasarkan Pokok Bahasan
111
6. Relevansi Kurikulum
Elektronika Komunikasi
FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektro
nika Komunikasi STM Negeri II Bandung Ditin-
jau Berdasarkan Fasilitas Praktek
112
7. Relevansi Kurikulum Elektronika Komunikasi
FPTK IKIP Bandung Dengan Kurikulum Elektro
nika Komunikasi STM Negeri II Bandung Ditin-
jau Berdasarkan Pengalokasian Waktu Belajar
8. Kriteria Relevansi Untuk Menentukan
113
Bahwa
Mata Kuliah Dalam Kurikulum Elektronika Ko
munikasi FPTK IKIP Bandung Relevan Dengan
Mata Pelajaran Dalam Kurikulum
Elektronika
STM Negeri II Bandung
114
9. Kurikulum Elektronika Komunikasi
Bandung 1983
FPTK IKIP
120
10. Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri
Tahun 1984
122
11. Pokok Bahasan Yang Ada Dalam Kurikulum Elek
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983.. 123-148
xi
TABEL
:
Halaman
12. Pokok Bahasan Yang Ada Dalam Kurikulum
Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban
dung 1984
149-170
13. Relevansi Mata Kuliah Kurikulum Elektroni
ka Komunikasi FPTK IKIP Bandung Dengan Ma
ta Pelajaran Dalam Kurikulum
Elektronika
Komunikasi STM Negeri II Bandung
172
14. Relevansi Pokok Bahasan Kurikulum Elektro
nika Komunikasi FPTK IKIP Bandung
Dengan
Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Nege
ri II Bandung
178
15. Judul Pokok Bahasan Yang Sama
173
16. Relevansi Alat Ukur dan Bahan Praktek
lam Kurikulum Elektronika Komunikasi
Da
FPTK
IKIP Bandung dengan Alat Ukur dan Bahan/Fasilitas Praktek Untuk Kurikulum Elektroni
ka Komunikasi STM Negeri II Bandung
189
17. Fasilitas Praktek Yang~Dimiliki STM Juga
Dimiliki oleh FPTK IKIP Bandung
187
18. Perbandingan Pengalokasian Waktu Dalam Ku
rikulum Elektronika Komunikasi
FPTK
IKIP
Bandung Dengan Kurikulum Elektronika Komu
nikasi STM Negeri II Bandung
19. Kriteria Relevansi Untuk Menentukan
195
Bahwa
Mata Kuliah Dalam Kurikulum Elektronika Ko
munikasi FPTK IKIP Bandung Relevan Dengan
Mata Pelajaran Dalam Kurikulum Elektronika
Komunikasi STM Negeri II Bandung
199
20. Prosentase Target Pencapaian Kurikulum
Elektronika Komunikasi FPTK IKIP
Bandung
Tahun 1983
200
21. Prosentase Target Pencapaian
Elektronika
Kurikulum
Komunikasi STM Negeri II Ban
dung 1984
20Z+
22. Prosentase Kehadiran Dosen-dosen Dalam
Mengajar Bidang Studi Kurikulum 1983 Elek
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung
xi 1
205
TABEL
:
Halaman
23. Prosentase Kehddiran Guru-guru Dalam Mengajar Program Studi Elektronika Komunikasi STM
Negeri II Bandung
207
24. Hasil Pengolahan Data dan Asumsi
Sesuai Dengan Dokumen Kurikulum
Penelitian
25. Hasil Pengolahan Data dan Asumsi
Sesuai Dengan Pelaksanaannya
Penelitian
xm
210
211
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR :
Halaman
1. Perkembangan komponen mikro-elektro elektro
nika dengan peningkatan kepadatan elemen,
tingkat Integrasi dan kemampuannya
24
2. Perkembangan komponen elektronika, bidang
komputer (Computer & Communication)
3. Perkembangan peralatan komunikasi antara manusia dengan komputer
4. Komposisi Produksi
26
Robot Pintar (Inteligeht
Robot)
5. a. Bentuk Tabung;
c. Bentuk I. C
25
27
b. Bentuk Transistor; dan
2$
6. Perkembangan Integrated Service Digital Net
work (ISDN)
30
7. Ruang Lingkup Kurikulum
43
8. Bentuk Gambar sinusoida melalui osciloscope.
48
9. Kemerosotan Kurikulum yang berjalan pada se-
bagian penduduk
53
10. Pol a Kurikulum 1984
55
11. Struktur jenjang dan penjurusan Kurikulum di
STM Negeri II Bandung Tahun 1984 Rumpun Elek
tronika
5/
12. Hubungan ranah kognitif, ranah psikomotorik,
dan ranah afektif yang menyatu
13. Pola Kurikulum Elektronika Komunikasi
IKIP Bandung
14. Pengembangan Kurikulum
FPTK
80
Elektronika Komuni
kasi IKIP Bandung 1983
92
15. Gambaran sumber data penelitian
16. Kodefikasi untuk nama mata kuliah/nama
pelajaran
64
108
mata
^9
xiv
GAMBAR :
Halaman
17. Kodefikasi untuk pokok bahasan
mata pelajaran
mata kuliah/
119
18. Diagram profil relevansi Kurikulum yang dicapai oleh Kurikulum Elektronika Komunikasi
FPTK IKIP Bandung 1983
198
19. Diagram relevansi Kurikulum Elektronika Ko
munikasi FPTK IKIP Bandung ditinjau
secara
Actual Curriculum
208
20. Hubungan relevansi antara IKIP Bandung, STM
Negeri II Bandung dan Industri
220
21. Hubungan antara IKIP, STM dan Industri ....
223
22. Tahapan penyusunan program perkuliahan ....
223
xv
BAB I
PERMASALAHAN
A. Latar Belakang
Permasalahan ini adalah sampai sejauh manakah Kuri
kulum Elektronika Komunikasi FPTK
IKIP Bandung relevan
dengan Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban
dung.
Melihat bentuk permasalahan ini, maka akan
lip
di dalamnya dua kelompok pelajaran atau
terse-
lebih yang
relevan, setengah relevan, seperempat relevan, dan
rusnya, mengapa demikian ?
sete-
Seperti diketahui bahwa Kuri
kulum Elektronika Komunikasi adalah merupakan bidang ilmu
yang sangat cepat berkembangnya dibandingkan dengan
ilmu
lainnya, apa yang dipelajari oleh para mahasiswa hari ini
mungkin sudah tidak relevan lagi untuk berikutnya, sehing-
ga bila mahasiswa tersebut telah lulus akan mengalami kesulitan dalam mengajar di STM. Seperti kita ketahui bahwa
setiap kali kita mempelajari ilmu baru, maka
diperlukan
sarana dan prasarana yang cukup. Kelompok pelajaran
tidak relevan ini kami duga berasal dari
yang masuk ke Indonesia tanpa melalui
yang
Teknologi maju
perguruan
tinggi
dalam hal ini IKIP Bandung.
Teknologi
lir ke
maju yang masuk ke Indonesia ini menga-
berbagai Industri dan masyarakat pemakai Teknolo-
gi. Teknologi maju bila diklasifikasikan dewasa ini bisa
dibagi dua yakni teknologi hardware dan software.
Hard
ware diartikan sebagai peralatan mesin-mesin dan
penun-
jangnya, sedangkan yang diartikan Software yaitu
sejum-
lah program-program untuk menggerakkan teknologi
hard
ware tersebut di atas.
Teknologi yang dibahas pada permasalahan ini ada
lah teknologi Elektronika Komunikasi, misalnya :
Sistem
Transmisi seperti Radio SSB/HF, VHF dan UHF,JUK 204,PCM,
Sistem Telepon Kendaraan Bermotor, Radio Teleraetri,TDMA,
Stasiun Bumi Kecil dan lain sebagainya, Teknologi Snitching
Terminal dan Teknologi Komputer. Untuk menjawab tantangan ini maka STM bergegas merubah posisi
urikulumnya gu
na menyiapkan teknisi yang mampu menangani Teknologi ter
sebut di atas. Akibat perubahan posisi Kurikulum STM di-
perlukan sarana dan prasarananya. Muncul Sekolah
Proyek
Pembangunan Teknologi Menengah dengan peralatan yang kira-kira ada di Industri dengan harapan Kurikulum
STM akan
relevan dengan kebutuhan Industri, dan pemakai Teknologi.
Munculnya Sekolah Proyek Pembangunan
dengan bantuan da
ri Bank Dunia atau Negara maju lainnya membawa dampak po
sitif dan negatif. Positif bagi pengelola Proyek dan pe-
nunjang lainnya karena dapat ikut memanfaatkan
hadirnya
teknologi. Dampak negatif muncul bagi guru yang baru me
ngajar di STM berhubung mereka ini tidak akan bisa menga
jar secara langsung, karena peralatan yang ada di
seko-
3
lah berbeda dengan yang ada di bangku kuliah seperti
di
IKIP Bandung. Keluhan muncul baik dari sekolah maupun da
ri para lulusan itu sendiri, anak sekolah tidak mengeta-
hui masalah ini, mereka hanya dapat mencemoohkan;
guru
baru tidak dapat mengajar kami.
Isue lulusan Perguruan Tinggi/IKIP tidak siap pakai bermunculan. Padahal sebenarnya bukan tidak siap pa-
kai tetapi proses mengalimya Teknologi tidaklah melalui
IKIP sebagai produsen guru tetapi langsung ke STM
seba
gai pemakai Teknologi dan peraroses Teknologi. Isue lulus
an IKIP Bandung Jurusan Elektronika Komunikasi tidak re
levan dengan kebutuhan tenaga Guru di STM sebenarnya ti
dak seluruhnya benar sampai di manakah kadar
relevansi-
nya ini yang menjadi permasalahan dalam penelitian
B.
ini.
Pentingnya Masalah
Tuntutan akan relevansi kurikulum sering kita da-
patkan melalui pelbagai mas media seperti
surat
kabar,
majalah ilmiah, buletin dan Iain-lain. Apa yang dituntut
tidak lain supaya yang diajarkan di sekolah dapat
sung diterapkan di masyarakat tanpa melalui
dahulu. Tuntutan ini muncul di sekolah maupun
lang
pendidikan
perguruan
tinggi sebagai akibat dari raasuknya teknologi ke Indone
sia tidak melalui pendidikan formal sehingga timbul
salah. Masyarakat pemakai teknologi dan Industri
ma
pemro-
ses teknologi baru ada yang sudah memanfaatkannya, sedang
kan sekolah belum memanfaatkannya di pihak Industri perlu
tenaga untuk memproses teknologi baru tersebut,
sehingga
timbullah kesenjangan antara teknologi baru dan teknologi
lama di sekolah dan dipakai latihan anak-anak
guna menem-
puh sejumlah mata pelajarannya, sedangkan peralatan
yang
dipakai di sekolah sebenarnya sudah tidak digunakan
lagi
di Industri, sehingga walaupun lulusan sekolah
terampil
di sekolah maka belumlah tentu terampil di Industri,
rena apa ?
ru
ka
Peralatan yang ada di dunia Industri sudah ba
semua.
Sebagaimana telah diterangkan
pada bagian
terda-
hulu, bahwa di dalam kelompok mata pelajaran pada Kuriku
lum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung
dicuri-
gai ada beberapa mata pelajaran yang tidak terdapat
Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK
hingga kita katakan bahwa Kurikulum
IKIP
Bandung, se
IKIP Bandung
tidak
relevan dengan Kurikulum STM Negeri II Bandung. Bila
berapa mata pelajaran yang terdapat
di
pada
dalam
be
Kurikulum
STM tetapi tidak diajarkan di IKIP akan mengakibatkan be
berapa dampak yang timbul di antaranya.
1. Kesenjangan Teknologi antara IKIP dan STM
semakin me^
lebar
Maksud dari kesenjangan teknologi semakin
adalah bila
melebar
yang tidak diajarkan ini meliputi mata pela-
5
jaran baru yang berasal dari teknologi baru,
seperti :
Komputer, Sistem Digital, Praktek Pengukuran dengan mempergunakan Pesawat Digital. Mengapa demikian ? Karena ke
lompok pelajaran ini merupakan dasar bagi
Teknologi berikutnya sehingga bila tidak
pengembangan
mengikuti kon-
sep pengembangan ilmu ini, maka para mahasiswa akan
di-
hadapkan kepada permasalahan yang lebih rumit dalam meng-
ajarkan ilmunya kepada para siswa STM walaupun mereka me'
miliki daya nalar yang kuat terhadap ilmunya pada
waktu
diperoleh di bangku kuliah.
2. Mutu Lulusan Menurun
Idealnya para lulusan IKIP telah
menguasai
mata
pelajaran-mata pelajaran yang ada di STM sehingga begitu
mereka diterjunkan kepada masyarakat tidak terdapat
ke-
canggungan dalam mengajar. Lain halnya apabila para
ma
hasiswa tidak dipersiapkan dengan sejumlah bekal di bang
ku kuliah,
maka pada waktu mereka ditempatkan di mana
mereka bekerja maka akan terjadi transfer ilmu yang
se
makin berkurang; katakanlah apabila jumlah mata pelajar
an yang harus dikuasai oleh seorang lulusan
adalah
mata pelajaran tetapi karena di IKIP hanya dapat
10
menye-
diakan 6 mata pelajaran saja, maka sebenarnya
yang akan
dikuasai oleh para mahasiswa tidak enam
pelajaran
tetapi terjadi lagi penurunan penguasaan
mata
mata
an, penurunan penguasaan ini disebabkan oleh :
pelajar
6
(1). Dosen jarang memberi kuliah karena langkanya
dosen
dosen yang ahli dalam Kesuatu bidang sehingga
IKIP
raengambil dosen luar biasa.
(2). Jumlah hadir dosen tetap dalam memberi kuliah tidak
18 kali pertemuan tetapi hanya 6 kali pertemuan disebabkan karena waktu pertemuan diganggu oleh rapat-
rapat, sakit, halangan yang mendadak dan lain sebagainya.
(3).
Fasilitas praktek yang terbatas.
(4). Kurangnya motivasi mahasiswa untuk belajar.
(5). Langkanya buku teks yang berbahasa Indonesia.
(6). Kecilnya insentif dosen, terutama dosen luar biasa.
Semua ini akan merupakan faktor-faktor yang menyatu
lam proses pembentukan calon guru yang akan
da
diterjunkan
mengajar STM, bila dikalkulasi semua faktor ini maka se
benarnya dia hanya menguasai 75 % dari enam mata pelajar
an tersebut atau eekitar 4,5 mata pelajaran yang
dikua-
sainya. Bila 4,5 ini dilakukan transfer lagi pada siswa-
nya jelas transfer ini tidak akan lebih 100 %f
disebab-
kan akan terjadi lagi "error" dalam penerimaan pelajaran
dari gurunya dan bila kita hitung 75 % saja dari 4,5 ma
ka ilmu yang dimiliki siswa sebenarnya hanya 3,4 mata pel-
ajaran
yang dikuasai. Oleh karena itu tidaklah
harus
berkecil hati apabila adanya sorotan yang tajam terhadap
Kurikulum
IKIP.
Oleh karena itu kita tidak akan ter-
kejut bila banyaknya isue yang terlontar bahwa para
lu-
lusan sekolah tidak siap pakai.
3. Pemborosan Dalam Dunia Pendidikan
Setelah kita memperhatikan apa yang telah diurai-
kan pada mutu lulusan yang menurun, maka bila ini terja
di terus tanpa ada perbaikan akan terjadilah
uang dan tenaga. Pemborosan uang terjadi
adanya lulusan yang mutunya
tidak
pemborosan
karena
memenuhi
dengan
persaratan
yang minimal, maka sebagai konsekuensi logis dari
peru-
sahaan tersebut sebagai penerima tenaga kerja mereka mendirikan semacam Diklat (Pendidikan dan Latihan).
Adanya
pendirian semacam Diklat ini jelas akan mengeluarkan ang-
garan yang tidak sedikit bagi Diklat itu katakan saja un
tuk penggajian karyawan tetapnya setiap bulan
mau tidak
mau akan berkisar Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupi
ah) dengan pengelola 15 orang. Belum terhitung adminis-
trasi pengelolaan Diklat maka bila ditotalkan keseluruhan akan berkisar Rp. 700.000.000,00 (tujuh ratus juta ru
piah) per tahun. Ini contoh untuk Diklat yang belum be
gitu maju, maka dapat kita bayangkan apabila seluruh perusahaan
mempunyai Diklat jelas ini tentu akan mengaluar
kan biaya orde milyaran rupiah oleh karena itu secara Nasional terjadi pemborosan dalam dunia pendidikan.
Belum
kalau kita kaji dari Pendidikan itu sendiri sebagai con
toh bila para mahasiswa yang belajar di IKIP ini
diang-
garkan oleh pemerintah sekitar Rp. 3.000.000,00
( tiga
8
juta rupiah) pertahun perorang, maka uang ini sebenarnya
akan habis terus oleh setiap mahasiswa
baik
itu
yang
pintar, yang rajin, yang malas, dan yang jarang kuliah.
Bila kita totalkan keseluruhan biaya/anggaran pendidikan
maka akan terdapat anggaran pendidikan yang tidak
efek-
tif dan efisien dipakai.
Selain terjadi pemborosan uang dalam dunia pendi
dikan, terjadi pula pemborosan tenaga.
Misalnya seorang
mahasiswa yang seharusnya mereka menerima
pelajaran
mata kuliah tetapi dalam pelaksanaannya dia hanya
rima 8 mata kuliah, maka waktu yang 2 mata kuliah
10
mene
lagi
tidak digunakan oleh para mahasiswa menjadi 10 tapi mung-
kin digunakan untuk hal yang belum tentu produktif;
be
lum lagi bila dihitung kemampuan dari tenaga administra-
si yang harusnya menangani 10 mata kuliah tetapi hanya 8
mata kuliah, jelas ini ada kesenjangan 2 mata kuliah ter,
buang. Sisi lain pada Perusahaan bila tenaga
pengelola
Diklat ini dikerjakan untuk hal yang produktif bagi Per-
usahaannya, maka akan merupakan sumber pemasukan keuang-
an yang tidak sedikit. Oleh karena itu secara makro kita
akan mendapatkan pemborosan ganda dalam dunia pendidikan
ini.
Oleh karena itu bila tiga dampak dalam
relevansi
kurikulum tidak diperhatikan, maka akan sulitlah merubah
posisi kurikulum di Perguruan Tinggi terhadap kebutuhan
akan penyediaan tenaga kependidikan. Dapatlah dikatakan
bahwa permasalahan relevansi kurikulum ini akan memiliki
arti yang pen ting sekali bagi masukan di Perguruan Tinggi dalam rangka menata kembali Kurikulumnya dan akan me
rupakan hal yang menarik bagi peneliti di bidang pengem
bangan Kurikulum dalam mengembangkan wawasan berpikirnya
terhadap Spesialisasi Kurikulum sebagai Bidang Studi.
C.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengalimya teknologi maju ke dunia Industri
masyarakat pemakai teknologi menimbulkan
dan
permasalahan-
permasalahan dalam dunia pendidikan terutaraa bagi
seko
lah formal yang menyelenggarakan Sekolah Teknologi Elek
tronika. Umumnya teknologi yang masuk dan berkembang pe-
sat ini dalam bidang Komputer Sistem Transmisi
Digital,
dan Sistem Digital Telepon. Hadirnya teknologi ini tentu
disertai dengan peralatan Hardware dan Software dari per
alatan tersebut, terjadilah transfer teknologi
di dunia
industri oleh negeri peraberi teknologi. Dalam dunia atau
masyarakat industri alih teknologi ini
dengan kontrak pembelian barang dari
berjalan
negara
sesuai
pengimpor
teknologi. Pada masyarakat luas sebagai pemakai teknolo
gi timbul masalah, barang yang sudah mereka terima dalam
kurun waktu tertentu terjadi keausan, barang rusak, suku
cadang habis timbul ketergantungan ke
negara
Teknologi dan sebagai jawabannya berdiri
pengimpor
Service
Cen
ter, alih teknologi terjadi di luar pendidikan formal.
10
Sebagai jawaban dari ini semua
atas perkembangan
teknologi di masyarakat maka STM merubah posisi
kuriku-
lumnya dari Kurikulum 1976 ke Kurikulum 1984 dengan ciri
yang lebih spesifik
lagi. Kurikulum 1976 sifatnya masih
umum misal Jurusan yang ada di STM Negeri II
dua yakni STM Jurusan Listrik Arus Kuat dan
hanya
ada
STM Jurusan
Arus Lemah, kini Arus Lemah berubah menjadi Program Stu
di Elektronika Komunikasi, Elektronika Industri dan
Te-
lepon dan Telegraf. Berdirinya Jurusan ini tidak lain se
bagai jawaban atas perkembangan teknologi di dalam
bi
dang Telepon Digital yang dikelola oleh Perusahaan-peru
sahaan seperti PT. INTI, PT. INDOSAT, PERUMTEL, LEN LIPI
dan lain sebagainya, sedangkan dalam Transmisi
Digital
dikelola oleh Perusahaan-perusahaan RFC, PT. INTI,
LEN
LIPI dan lain sebagainya.
Bila kita kaji dengan berubahnya kurikulum di STM
dari Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984 akan membawa
kon-
sekuensi penyediaan guru, penyediaan sarana dan prasara-
na serta manajemen yang baik. Khusus mengenai
penyedia
an guru, maka di STM sendiri timbul masalah siapa
nya ?
Diambil dari mana ?
guru-
Yang sudah ada ditatar ? Se
perti kita ketahui bahwa guru teknologi.di STM sangatlah
terbatas adanya, sehingga bila yang terbatas ini ditatar
di suatu lembaga tertentu timbul masalah siapa
penggan-
tinya ? Jalan lain minta bantuan pada IKIP Bandung Ju
rusan Elektronika supaya lulusan IKIP
mengajar di
STM.
11
Bagaimana kondisi IKIP Bandung dengan Kurikulum Elektro
nika Koraunikasinya ?
Secara garis besar Kurikulum Elektronika
Komuni
kasi IKIP terstruktur sebagai kelompok-kelompok mata ku
liah
:
1. MKDU atau Mata Kuliah Dasar Umum.
2. MKDK atau Mata Kuliah Dasar Kependidikan.
3. PBM atau
Proses Belajar Mengajar.
4. MKDU Khusus IKIP Bandung.
5. MKDK Khusus IKIP Bandung.
6. MKBS Wajib atau Mata Kuliah Bidang Studi Wajib.
7. MKBS Pilihan atau Mata Kuliah Bidang Studi Pilihan.
8. PPL
atau Praktek Pengalaman Lapangan.
Kelompok-kelompok mata kuliah ini akan menjadi bekal ba
gi calon guru STM. Suatu ciri daripada Jurusan
Elektro
nika atau Fakultas Teknologi dari Fakultas lainnya
yang
ada di IKIP adalah bahwa setiap mata kuliah wajib/pilihan Bidang Studi selalu disertakan dengan praktek.
yang dipraktekan tentunya harus menunjang
Apa
materi
di kelas* dan peralatan atau pesawat praktek ini
teori
tentu
nya harus sesuai dengan apa yang dimiliki oleh STM, per
alatan STM dan pesawat elektronikanya harus sesuai
de
ngan yang ada di Industri supaya kelak tidak ada kecang-
gungan dalam praktek, ini ideal. Sekarang apakah kondisinya demikian ?
Apa yang ada di Industri tersedia
STM ? Apa yang ada di STM tersedia di IKIP ?
di
Jawabnya
12
apa yang ada di Industri sebagian ada di STM,
apa yang
ada di STM sebagian ada di IKIP, sampai seberapa jauhkah
atau sampai berapa prosenkah relevansi peralatan ini ten
tu harus dikaji atau diteliti. Apakah dengan adanya per
alatan sebagian peralatan ada di IKIP dan sebagian
lagi
ada di STM sudah cukup untuk
guru
menjadikan
seorang
baik; ini merupakan masalah. Di sisi lain seperti materi
teori apakah adanya sejumlah teori
ada pula di dalam Kurikulum STM ?
dalam Kurikulum IKIP
Bila ada sampai sebe
rapa jauh, apakah ada persaratan minimal
untuk
seorang
guru dalam menguasai materi bidang studi supaya kelak ia
dapat mengajar dengan baik dan akhirnya apakah
diperlu-
kan lama belajar di perguruan tinggi lebih besar dari pa
da lama belajar di STM ?
Apakah dengan adanya
peralatan yang ada sama dengan peralatan di
pelajaran di STM sebagian ada di IKIP, dan
pelajaran di IKIP lebih besar dari jumlah
sebagian
STM, materi
jumlah
jam
jam pelajaran
di STM akan menghasilkan lulusan yang siap pakai ? Tentu
sulit kita akan menjawabnya, karena apa ?
Di dalam
rikulum sendiri secara garis besar dapat dibangun
ku
atas
unsur-unsur tujuan, materi pelajaran, metoda mengajar dan
evaluasi.
Adanya materi belajar yang memadai belumlah
tentu kurikulum itu baik. Adanya tujuan yang terarah be
lum tentu akan menghasilkan lulusan yang baik tanpa
di-
barengi dengan materi pelajaran yang cukup ? Adanya tu
juan terarah, materi yang cukup, metoda yang baik belum
13
tentu kita dapat melihat output lulusan yang baik
diikut sertakan unsur evaluasi ?
tanpa
Terlepas dari pengerti
an kurikulum sebagai rencana, kurikulum sebagai pengalam-
an belajar, kurikulum sebagai suatu proses maupun
kuri
kulum sebagai Bidang Studi, maka di dalam pengertian pe
nelitian ini kurikulum sebagai sejumlah
mata
pelajaran
yang disajikan sekolah atau universitas.
Dengan demikian fokus penelitian ini dibatasi pa
da kurikulum yang diartikan sebagai sekumpulan mata
ku
liah atau mata pelajaran yang tertuang dalam Garis Besar
Program Perkuliahan dan Garis Besar Program
Pengajaran
atau GBPP dengan mengambil subjek penelitian dalam rele
vansi materi kuliah Bidang Studi Elektronika
Komunikasi
di antara Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II
Bandung tahun 1984 dengan Kurikulum Elektronika
kasi FPTK IKIP Bandung tahun 1983. Bila kita
Komuni
rumuskan
permasalahan relevansi kurikulum ini dapat kita nyatakan:
Sampai sejauh manakah Kurikulum
Elektronika
FPTK IKIP Bandung tahun 1983 relevan terhadap
Komunikasi
Kurikulum
Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung tahun 1984?
Permasalahan ini raasih umum, oleh karena itu bisa dibagi
lagi menjadi sub masalah berikut ini :
(1). Sampai sejauh manakah nama mata kuliah- mata kuliah
di dalam kurikulum elektronika komunikasi FPTK IKIP
Bandung tahun 1983 relevan terhadap nama mata pela-
jaran-mata pelajaran yang ada dalam Kurikulum Elek-
14
tronika Komunikasi STM Negeri II Bandung ?
(2). Sampai sejauh manakah pokok bahasm-pokok bahasan da
lam Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP
Ban
dung relevan dengan pokok-bahasan-pokok bahasan
da
lam Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri
II
Bandung ?
(3). Sampai sejauh manakah fasilitas untuk praktek
ada dalam
Kurikulum
Elektronika
yang
Komunikasi di FPTK
IKIP Bandung relevan terhadap fasilitas untuk
tek yang ada dalam Kurikulum Elektronika
prak
Komunikasi
STM Negeri II Bandung ?
(4). Sampai sejauh manakah jumlah
jam
belajar dalam Ku
rikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung re
levan terhadap jumlah jam belajar mengajar
di dalam
Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II
Ban
dung ?
Untuk menjawab sub
permasalahan - sub permasalahan
ini, maka Tesis dibagi atas 5 Bab yang meliputi berikut
ini
Bab
:
I
Permasalahan yang ada
ten tang relevansi Kuriku
lum mengenai timbulnya masalah,
salah, dan batasan suatu
pentingnya
ma
masalah yang selanjut-
nya dirumuskan.
Bab
II
Relevansi kurikulum, kriteria relevansi, mutu
rikulum dan Kurikulum Elektronika Komunikasi
STM Negeri II Bandung 1984 dan Kurikulum
udi
Elek-
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983.
Bab III
Rancangan penelitian yang terurai
atas
tujuan
penelitian, asumsi penelitian, pertanyaan pene
litian, metoda penelitian, alat
pengumpul data
dan rancangan pengolahan data penelitian.
Bab
IV
Pelaksanaan penelitian, tempat dilaksanakan pe
nelitian, pengumpulan data, dan pengolahan data
penelitian.
Bab
V
Penelitian dengan hasilnya dan
pembahasannya
yang terurai atas kesimpulan, hasil penelitian,
pembahasan hasil penelitian, implikasi hasil pe»
nelitian, rekomendasi dan penutup.
BAB III
RANCANGAN
A.
PENELITIAN
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Relevansi antara mata kuliah
di
dalam
Kurikulum
Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung dengan ma
ta pelajaran Kurikulum Elektronika Komunikasi
STM
Negeri II Bandung 1984.
2. Relevansi pokok bahasan Kurikulum
Elektronika Ko
munikasi FPTK IKIP Bandung 1983 dengan pokok bahas
an mata pelajaran Kurikulum Elektronika Komunikasi
STM Negeri II Bandung 1984.
3. Relevansi fasilitas praktek Kurikulum
Elektronika
Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 dengan fasilitas
praktek Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Nege
ri II Bandung 1984.
4. Relevansi lamanya waktu belajar dalam
Kurikulum
Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983
de
ngan waktu belajar dalam Kurikulum Elektronika Ko
munikasi STM Negeri II Bandung 1984.
B.
Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian dalam relevansi kurikulum
ini,
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung
103
104
sepenuhnya dilaksanakan oleh para dosen.
2. Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban
dung dilaksanakan sepenuhnya oleh para guru.
3. Lulusan FPTK IKIP Bandung mengajar di STM Negeri II
Bandung.
4. Lama studi di IKIP Bandung lebih lama jika dibandingkan dengan waktu belajar di STM Negeri II Ban
dung.
5. Kurikulum STM menjadi dasar bagi perencanaan Kuri
kulum IKIP Bandung khususnya Kurikulum Elektronika
Komunikasi.
C. Pokok-pokok Pertanyaan Penelitian
Dalam penelitian ini dikemukakan pertanyaan- per
tanyaan yang berbunyi : "Sampai Sejauh Manakah Kurikulum
Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983
dengan
relevan
Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II
Bandung 1984". Selanjutnya diperinci lagi menjadi subpertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah nama mata kuliah-nama mata kuliah
bidang
studi terkecuali mata kuliah Fisika, Matematika,
Statistik dalam Kurikulum Elektronika
FPTK IKIP Bandung 1983
relevan
Komunikasi
dengan
nama ma
ta pelajaran-nama mata pelajaran dasar
kejuruan
dan kejuruan dalam Kurikulum Elektronika Komunika
si STM Negeri II Bandung 1984 terkecuali mata pela-
105
jaran Matematika, Bahasa Inggris, Koperasi dan Manajemen, Fisika dan Kimia ?
2. Apakah pokok bahasan-pokok bahasan dalam mata
ku
liah bidang studi terkecuali mata kuliah Matemati
ka, Fisika, Statistik dalam Kurikulum
Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983
pokok bahasan-pokok
bahasan
Elektronika
relevan
dengan
di dalam mata
pela
jaran dasar kejuruan dan kejuruan terkecuali
mata
pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, Koperasi dan
Manajemen, Fisika dan Kimia dalam Kurikulum
Elek
tronika Komunikasi STM Negeri II Bandung 1984 ?
3. Apakah ada fasilitas praktek untuk Kurikulum Elek
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983
dengan fasilitas
relevan
praktek untuk Kurikulum Elektro
nika Komunikasi STM Negeri II Bandung 1984 ?
4. Apakah alokasi waktu Kurikulum Elektronika Komuni
kasi FPTK IKIP Bandung
1983
relevan dengan
pem
berian waktu (alokasi)
dalam Kurikulum Elektroni
ka Komunikasi STM Negeri II Bandung 1984 ?
D. Metoda Penelitian
Kegiatan penelitian ini tergolong ke dalam
pene
litian kuantitatif. Karena sifat penelitiannya kuantita
tif, maka perhitungan statistik digunakan secara sederhana dan memakai studi perbandingan dokumenter serta
isi.
kaji
106
Karena sifat penelitiannya kuantitatif maka pene
litian dilakukan dengan cara mengumpulkan sejumlah doku
men Kurikulum yang penulis peroleh dari
Kepala
Sekolah
Teknologi Menengah Negeri II Bandung, Kepala BLPT, Ketua
Jurusan Elektro FPTK IKIP Bandung dan para dosen Jurusan
Elektro FPTK IKIP Bandung untuk dianalisis yang selanjut-
nya dilakukan prosentase. Dokumen yang tidak lengkap pe
nulis tanyakan langsung pada pembuat dokumen tersebut de
ngan maksud untuk lebih jelas lagi uraian dari
dokumen
tersebut. Misalnya di Jurusan Elektro ada beberapa doku
men Kurikulum yang dibuat oleh dosen tetapi isi daripada
dokumen tersebut ada beberapa istilah yang penulis
sen
diri belum tahu tujuannya.
Selain daripada membandingkan Dokumen sesuai
de
ngan yang tertera dari dokumen resmi pemerintah maka peneliti ingin melihat pelaksanaan di lapangan tentang wak
tu belajar mengajar antara dosen dan mahasiswa,
antara
guru dan muridnya. Dokumen yang dilihat di sini
adalah
berapa frekuensi perkuliahan seorang dosen dan berapakah
frekuensi guru dalam mengajar dalam setiap semester
lai tahun 1984/1985 untuk STM dan mulai tahun
mu
1982/1983
untuk Jurusan Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung.
Kodifikasi. Kodifikasi dimaksudkan untuk menying-
kat dan memudahkan dalam mengklasifikasi nama mata pela
jaran, nama mata kuliah, pokok bahasan
mata
pelajaran,
pokok bahasan mata kuliah. Pelaksanaan kodifikasi dilak-
10?
sanakan sebagai berikut : Setelah semua dokumen
Kuriku
lum terkumpul maka nama mata pelajaran, nama mata kuliah
dikodifikasi uraian lebih detail mengenai kodifikasi dijelaskan pada bagian pelaksanaan penelitian.
Tabulasi. Tabulasi dimaksudkan untuk menganalisis
perbandingan kedua .dokumen Kurikulum. Dengan melalui ta
bulasi ini kita akan melihat berapa %tingkat
relevansi
yang dicapai. Bentuk tabulasi ada empat yakni : tabulasi
mengenai nama mata kuliah Elektronika Komunikasi di FPTK
IKIP Bandung yang dibandingkan dengan nama mata pelajar
an Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung. Tabula
si mengenai pokok bahasan nama mata kuliah yang
dingkan dengan pokok bahasan nama mata pelajaran,
tabulasi ini kita dapat melihat prosentase yang
diban
dari
dicapai
dari pokok bahasan Kurikulum Elektronika Komunikasi IKIP
terhadap pokok bahasan Kurikulum Elektronika Komunikasi
STM Negeri II Bandung. Tabulasi alokasi waktu dimaksud
kan untuk melihat perbandingan antara alokasi waktu bela
jar di IKIP dibandingkan dengan alokasi waktu belajar di
STM Negeri II Bandung. Akhirnya tabulasi tentang Fasili
tas Praktek dimaksudkan untuk melihat perbandingan peng-
gunaan alat ukur dan bahan praktek yang dipakai di IKIP
terhadap STM. Secara ringkas dari mana sumber penelitian
diperoleh penulis gambarkan pada gambar 15.
108
Sumber
Penelitian
Kurikulum Elek
tronika Komuni
kasi STM
1984.
Kurikulum Elek
tronika Komunika
si IKIP
*)
Jumlah Nama Mata Ku
1983
10 ;
29
Jumlah Pokok Bahasan
174
244
Fasilitas praktek
148
39
Alokasi waktu
240
160
liah/mata pelajaran.
;
J
Keterangan
^ Nama mata pelajaran seperti Gambar Teknik I, Gam
bar Teknik 2; Nama mata pelajarannya dijadikan sa
tu menjadi Gambar Teknik. Begitu pula untuk yang
lainnya.
^ Nama mata kuliah seperti Elektronika 1, Elektroni
ka 2 disatukan namanya dalam penelitian ini
men
jadi nama mata kuliah Elektronika. Begitu pula un
tuk yang lainnya.
Gambar 15
Gambaran Sumber Data Penelitian
E. Alat Pengumpul Data
Untuk menyusun alat pengumpul data ini
dilakukan
melalui tahapan berikut ini :
1. Nama Mata Kuliah dan Nama Mata Pelajaran. Alat pengum
pul data untuk kedua dokumen Kurikulum ini ialah da
lam bentuk tabel. Tabel ini disebut sebagai Relevansi
Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP
Bandung,
terhadap Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri
109
II Bandung ditinjau berdasarkan pemberian nama
mata
kuliah dan nama mata pelajaran.
2. Pokok bahasan. Sama halnya seperti pada
an alat pengumpul data nama mata pelajaran
penyusun
dan
nama
mata kuliah, hanya saja dalam hal ini nama diganti de
ngan pokok bahasan.
3. Fasilitas Praktek. Fasilitas praktek dalam bahasan di
sini diuraikan atas alat ukur dan bahan praktek.
Pe
nyusunan ini sebenarnya sama dengan penyusunan
untuk
alat pengumpul data (instrumen) pada pemberian
nama
mata pelajaran/nama mata kuliah ataupun pokok bahasan
hanya saja kalau pada nama mata pelajaran maupun
po
kok bahasan memakai kodefisikasi dalam tabelnya, pada
fasilitas praktek tidak digunakan dikarenakan kesulitan dalam pengelompokkan barang.
4. Alokasi waktu. Penyusunan alat pengumpul data sama se^
perti pada nomor 1, 2, dan 3 di atas.
5. Analisis tabel. Tabel yang sudah dibuat pada nomor 1,
2, 3 dan 4 perlu dianalisis. Maka semua nama mata pe
lajaran/nama mata kuliah, pokok bahasan, alokasi wak
tu, dan Fasilitas Praktek Kurikulum Elektronika Komu
nikasi IKIP Bandung maupun STM Negeri II Bandung
di-
masukkan ke tabel. Tabel tersebut disusun sebagai berikut : tabel 4, 5, 6, 7 dan 8.
1 10
TABEL 4
RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FPTK
IKIP BANDUNG TERHADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA
KOMUNIKASI STM NEGERI II BANDUNG DITIN
JAU BERDASARKAN PEMBERIAN
NAMA.
x^Naraa mata Kuliah
J
Xw dalam Kurikulum
Na-
ma
>vElektronika Ko-
u
\munikasi FPTK
m
1
mata pe- xJ-KIP Bandung
lajaran
>y1983
dalam Kuriku-
a
h
x.
lum Elektronika Nv
Komunikasi STM Ne-\
geri II Bandung 1984 \
y.,
•4
••
——*
m
J
Jumlah
i
i
_
_
1
.
J
.
"
111
TABEL 5
RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
FPTK
IKIP BANDUNG TERHADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA
KOMUNIKASI STM NEGERI
II - BANDUNG
DITINJAU BERDASARKAN
POKOK
BAHASAN
NPokok Bahasan dalam
N^Kurikulum ElektroPokokNsJiika Komunikasi
J
u
bahasan\FPTK IKIP Bandalam Ku-\dung 1983
rikulum
Elektronika
N.
a
>v
h
Negeri II Bandung 1984\
—
m
1
•
1
•
.
'«
1
i
112
TABEL 6
RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FPTK IKIP BANDUNG TERHADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI STM
NEGERI II BANDUNG DITINJAU BERDASARKAN FASI
LITAS PRAKTEK YANG DIPAKAI
N.
Fasilitas Praktek
FaV.
'
'
<
J
dalam Kurikulum
siliV.
•
Elektronika Ko
u
tas Ku\munikasi FPTK
rikulum NJKIP Bandung
m
1
Elektroni \1983
a
ka Komuni- \
kasi STM Ne- N
V
geri II Bandung 1984\
h
4
< -
1
Jumlah
_ _
113
TABEL 7
RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI FPTK IKIP BAN
DUNG TERHADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
STM NEGERI II BANDUNG DITINJAU BERDASAR
KAN PENGALOKASIAN WAKTU BELAJAR
r
^Alokasi waktu dalam Ku-
clu^v^rikulum Elektronika
J
lum ELek^^TICIP Bandung
tronika Ko- ^v!983
m
riku-^\Komunikasi
FPTK
u
1
a
tnunikasi STM Ne-^v
h
geri II Bandung 1984"^^
•
j
j
_j
.
Jumlah
•
.
1 14
TABEL 8
KRITERIA RELEVANSI UNTUK MENENTUKAN BAHWA KURIKULUM ELEK
TRONIKA KOMUNIKASI FPTK IKIP BANDUNG RELEVAN
TER
HADAP KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASI
STM
NEGERI II BANDUNG
No.
Urt
Penyusunan Bahan Penga
jaran dalam Kurikulum
Elektronika Komunikasi
Penyusunan Bahan Pengajarar
dalam Kurikulum Elektroniks
Komunikasi FPTK IKIP - Ban
Sekolah Teknologi Mene
ngah Negeri II Bandung.
Tingkat
a
b
dung
Relevansi
c
d
Penentuan Nama Mata
1.
Pelajaran atau Nama
Mata Kuliah.
2.
Penentuan Pokok Ba
hasan
Penentuan Fasilitas
3.
Praktek
4.
Penentuan Alokasi
Waktu.
.
Keterangan
:
a = Jumlah item (%).
b = Jumlah Nama Mata Pelajaran atau Nama Mata Kuliah {%)
c = Jumlah Satuan per Unit {%).
d = Jumlah jam di STM dibandingkan dengan jumlah jam
IKIP Bandung {%).
di
115
F.
Ran can gan Pengolahan Data Penelitian
Pengolahan data perbandingan kurikulum ini dibagi
atas tahap-tahap sebagai berikut :
1. Kodefikasi. Semua nama mata kuliah/nama mata pela
jaran, semua pokok bahasan, semua alokasi waktu ma
ta kuliah, mata pelajaran dilakukan kodefikasi.
2. Tabulasi berdasarkan prosentase. Setelah data yang
memang harus dimasukkan ke dalam tabel selesai ma
ka dilakukan analisis tabel dengan cara sebagai be
rikut bilamana ada kesamaan mata kuliah dengan na
ma mata pelajaran maka diberi W/7/fa untuk selanjutnya dilakukan prosentase {%).
3. Tafsiran. Setelah diperoleh data dalam bentuk pro
sentase, maka selanjutnya ditafsirkan.
Bilamana-
hasilnya kurang dari 100 %maka peneliti
menilai
sebagai sesuatu yang tidak relevan. Karena
untuk
menyatakan bahwa Kurikulum IKIP relevan dengan Ku
rikulum STM, maka guru harus lebih tinggi di dalam
perolehan bahan pengajarannya dibandingkan
dengan
murid.
4. Aktual Kurikulum. Maksud aktual kurikulum
di sini
adalah dokumen kurikulum yang diteliti setelah di
laksanakan oleh para pelaksana kurikulum. Misal di
dalam GBPP tertulis bahwa pelajaran Teknik Pesawat
Televisi dilaksanakan pada Semester 5 dan 6,
jum-
116
lah pokok bahasan yang dibahas adalah sesuai terte-
ra dalam GBPP berjumlah 10 buah. Peneliti ingin me
ngetahui apakah 10 pokok bahasan ini
dilaksanakan
seluruhnya dalam dua Semester tersebut ataukah ti
dak oleh gurunya, kalau tidak berapa % yang
dapat
dilaksanakan. Data yang peneliti peroleh dari BLPT
maupun STM Negeri II Bandung dimasukkan pada tabel
Prosentase target pencapaian Kurikulum Elektronika
Komunikasi 1984 STM Negeri II Bandung. Dengan cara
yang sama peneliti peroleh pada Jurusan Elektro di
FPTK IKIP Bandung.
Di samping peneliti meneliti tentang target penca
paian kurikulum di atas peneliti juga mengumpulkan
data tentang frekuensi perkuliahan serta frekuensi
pengajaran di STM. Datanya peneliti peroleh
dari
BLPT, Kepala STM Negeri II Bandung dan dari
Ketua
Jurusan Elektro FPTK IKIP Bandung yang selanjutnya
dimasukkan ke dalam tabel untuk selanjutnya diana
lisis.
5. Analisis Kuantitatif. Maksud dari analisis kuanti
tatif di sini adalah peneliti raengkaji isi dokumen
yang sesuai dengan dokumen kurikulum resmi Pemerintah dan dokumen dari STM, BLPT, dan Jurusan
Elek
tro antara harapan dan kenyataan secara prosentase,
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN
A.
PEMBAHASANNYA
Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
lakukan terhadap Kurikulum Elektronika
peneliti
Komunikasi
FPTK
IKIP Bandung maupun Kurikulum STM Negeri II Bandung, pada
bab ini penulis akan simpulkan terhadap pertanyaan - per
tanyaan yang telah penulis ajukan di dalam Bab III. Kesimpulan-kesimpulan dimaksud meliputi :
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laku
kan terhadap pemberian nama mata kuliah di dalam Kuri
kulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 di
nilai tidak relevan dengan sejumlah nama mata pelajar
an yang terdapat di dalam Kurikulum Elektronika
Komu
nikasi Sekolah Teknologi Menengah (STM) Negeri II Ban
dung 1984 dengan prosentase relevansi yang dicapai se
besar 30 %.
2. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laku
kan terhadap isi mata kuliah dan isi mata pelajaran di
kedua lembaga pendidikan tersebut dapatlah
kan
disimpul-
:
a. Isi mata kuliah dalam dokumen Kurikulum Elektronika
Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 dinilai tidak re^
levan dengan dokumen Kurikulum Elektronika
'16
Komuni-
217
kasi STM Negeri II Bandung 1984 dengan
prosentase
relevansi yang dicapai 53,4 %.
b. Pemberian isi mata kuliah di dalam Kurikulum
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983
Elek
terhadap
para mahasiswa dinilai tidak relevan terhadap
nyampaian isi mata pelajaran di dalam
Kurikulum
Elektronika Komunikasi STM Negeri II Bandung
terhadap para siswanya dengan prosentase
pe-
1984
relevansi
yang dicapai 40,6 %.
3. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laku
kan terhadap fasilitas praktek yang ada di Jurusan Elek
tronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung 1983 dinilai
ti^
dak relevan dengan fasilitas praktek yang ada
di
STM
Negeri II Bandung/BPLT Bandung dengan tingkat
relevan
si yang dicapai 22,9 %•
4. Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laku
kan terhadap pengalokasian waktu belajar yang ada
da
lam Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung
dinilai relevan dengan pengalokasian waktu belajar pa
da Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II Ban
dung dengan prosentase relevansi yang dicapai 147,2 %.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Tujuan FPTK IKIP Bandung adalah menghasilkan tena
ga kependidikan yang terdiri dari guru-guru serta tenaga
218
akhli yang berpribadi dalam bidang kependidikan teknologi
dan kejuruan. Berdasarkan tujuan ini tersirat di dalamnya
bahwa FPTK IKIP Bandung Jurusan Elektro menghasilkan guru-
guru Elektronika Komunikasi yang kelak mengajar
di Seko
lah Teknologi Menengah Jurusan Elektronika Komunikasi. Ku
rikulum dalam lembaga pendidikan FPTK IKIP
Bandung
sa
ngat berperan dalam proses penyediaan guru-guru teknologi.
Oleh karena itu kualitas guru teknologi yang
dihasilkan
oleh FPTK IKIP Bandung ditentukan oleh mutu Kurikulum.
Mutu kurikulum dikatakan baik bilamana relevan de
ngan kebutuhan atau dengan perkataan lain dapat
dinyata
kan bahwa Kurikulum FPTK IKIP Bandung bermutu bilamana re
levan dengan Kurikulum Elektronika Komunikasi STM
II Bandung. Coombs dalam hal ini menyebutnya "
Negeri
rele
vance to the needs of its environment". (1968 : 106).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
peneliti
lakukan terhadap relevansi kurikulum di kedua lembaga ini
terjadi beragam kadar relevansi untuk empat aspek (nama,
pokok bahasan atau isi, fasilitas praktek dan alokasi wak
tu). Adanya pencapaian target kurikulum yang kurang atau
tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan akan
menye-
babkan menurunnya mutu kurikulum sehingga kurikulum tidak
efektif di dalam pelaksanaannya. Adanya kurikulum yang ti
dak efektif untuk beberapa program akan menimbulkan mero-
sotnya mutu kurikulum (Arich Lewy, 1977 : 73). Merosotnya
mutu kurikulum akan membawa dampak terhadap lulusan yang
219
tidak mencapai performance student yang diharapkan karena
lulusan tidak mencapai standar minimal dalam
penguasaan
materi bidang studi. Coombs (1968 : 105) lebih jauh menekankan bahwa untuk mencapai mutu diperlukan :
a standard
examination, sedangkan Sikun Pribadi (1985) mengeraukakannya untuk mencapai mutu diperlukan indeks kumulatif mini
mal yang harus dicapai. Lulusan FPTK IKIP Bandung ini ten
tu akan merupakan masukan di dalam proses kurikulum di Se
kolah Teknologi Menengah. Dengan demikian sebanarnya
ada
hubungan yang sangat erat sekali antara IKIP di satu
pi
hak sebagai penghasil guru, dan STM sebagai penerima
gu
ru. Merosotnya mutu kurikulum di IKIP akan membawa dampak
bahwa para lulusan tidak akan dapat mengajar secara baik.
Mengapa demikian ? Seperti kita ketahui bahwa di STM te
lah muncul sekolah proyek pembangunan dengan biayanya da
ri bank dunia, pada sekolah tersebut kurikulum ditingkat-
kan, para guru diadakan penataran dengan tujuan untuk me-
ningkatkan mutu guru. Dengan demikian mutu kurikulum di
STM meningkat. Ironisnya sampai saat ini proyek peningkatan di IKIP'Bandung khususnya Jurusan Elektronika FPTK be
lum ada proyek semacam ini.
Sekolah Teknologi Menengah bertujuan
menghasilkan
teknisi tingkat menengah yang dapat bekerja di perusahaan
Industri Elektronika Komunikasi. Industri Elektronika ini
adalah merupakan industri yang cepat perkembangannya dan
selalu mengikuti perkembangan Teknologi Elektronika yang
220
setiap saat berkembang (Lihat gambaran perkembangan tekno
logi pada Bab II). Oleh karena itu kita bisa menyimpulkan
bahwa perkembangan kurikulum yang ada di STM akan
selalu
berorientasi pada perkembangan Industri Elektronika.
Is
tilah relevansi pada Kurikulum STM adalah dihubungkan de
ngan kebutuhan Industri, mutu Kurikulum STM dikatakan ba
ik bila relevan dengan perkembangan Industri
Elektronika
yang ada.
Kurikulum FPTK IKIP Bandung bermutu apabila
van dengan Kurikulum STM, Kurikulum STM bermutu bila
rele
re
levan dengan kebutuhan industri, dan bila digambarkan hubungannya ditunjukkan pada gambar 18.
Kurikulum
Kurikulum
Elektroni
ka Korau nikasi
FPTK IKIP
Bandung
Al Rele-
Tyl van
A
V
Elektroni
ka Komuni
kasi
STM
Negeri
Gambar
18.
Hubungan Relevansi Antara IKIP Bandung, STM
Negeri II Bandung dan Industri
Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung
rele
van dengan Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Negeri II
Bandung bila dipenuhinya 4 kriteria yakni nama mata kuli
ah relevan dengan nama mata pelajaran, isi mata kuliah re
levan dengan isi mata pelajaran, fasilitas praktek di IKIP
relevan dengan fasilitas praktek STM, dan alokasi waktu di
221
IKIP Bandung relevan dengan alokasi waktu di STM Nege
ri II Bandung. Keempat kriteria ini saling
berkaitan
satu sama lain, tidak tercapainya salah satu aspek da
ri keempat ini maka mutu tidak akan tercapai. Hasil pe
nelitian mengenai relevansi kurikulum di kedua lembaga
pendidikan ini menunjukkan bahwa aspek nama mata kuli
ah, aspek isi mata kuliah dan fasilitas praktek
dini
lai tidak relevant
Adanya kadar relevansi yang ada ini mengartikan kepada
kita bahwa mutu kurikulum dinilai merosot baik
jau dari dokumen yang ada maupun
ditin
segi pelaksanaannya.
Oleh karena itu informasi pengetahuan yang terjadi pa
da siswa sangat minim sekali dengan apa yang harus dia
kerjakan sehingga transfer akan sulit sekali dilaksa
nakan oleh para lulusan. Bruner lebih jauh lagi menambahkan bilamana informasi yang ada pada diri mahasiswa
tidak sesuai maka discovery tidak akan pernah terjadi.
Sejalan dengan itu Perkins yang dikutip oleh Dedi S.,
mengungkapkan bahwa transfer hanya akan mungkin terja
di apabila isi mata kuliah sepadan dengan isi mata pe
lajaran (1986).
Kurikulum Elektronika Komunikasi STM relevan de
ngan Industri Elektronika Komunikasi apabila di dalam
nya terkait bahwa isi mata pelajaran sesuai dengan bu
ku Instruktion manual yang ada di Industri dan fasili
tas praktek yang ada dalam Industri ada pula di STM.
222
Untuk mem proses Industri Elektronika dari
bahan mentah
menjadi bahan setengah jadi maupun bahan jadi,
maka
alat ukur, mesin-mesin dan bahan-bahan maupun instruktion manual sangat berperan sekali. Alat ukur,
mesin-
mesin, bahan-bahan untuk memproses peralatan dikelom-
pokkan ke dalam hardware, sedangkan buku-buku yang ber
isi petunjuk pelaksanaan, berisi program-program untuk
menjalankan peralatan dikelorapokkan ke dalam software.
Kedua kelompok ini satu sama lain saling tunjang
me
nunjang, tanpa berfungsinya software maka hardware ti
dak akan jalan, adanya software sedangkan hardware ti
dak ada maka industri tidak berarti apa-apa.
Melihat permasalahan di atas dan data
berdasarkan
yang ada
hasil penelitian di atas, maka timbul per
tanyaan upaya apa yang harus dilakukan oleh
dung dalam hal ini ?
IKIP Ban
Upaya yang harus dilakukan
oleh
IKIP Bandung dalam kondisi seperti ini akan penulis jelaskan pada implikasi hasil penelitian.
C. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian maka ada beberapa upa
ya yang perlu dilakukan oleh IKIP Bandung. Namun
sebelum
melangkah pada upaya tersebut ada baiknya kita lihat
hu
bungan yang mungkin membantu dalam peningkatan mutu
pen
didikan, hubungan tersebut digambarkan pada gambar 19.
223
•STMIKIP
•INDUSTRI
Gambar 20.
Hubungan antara IKIP, STM & Industri
Hubungan antara IKIP dan STM bisa bersifat lembaga
karena keduanya masih dalam satu Departemen sehingga upa
ya kerja sama dapat lebih erat. Upaya peningkatan mutu da
pat dilakukan dalam dua bagian, yaitu :
1. Upaya Internal: Maksud upaya internal ini meliputi :
a. Penyusunan program perkuliahan sesuai dengan tuntutan GBPP STM. Penyusunan
kurikulum
untuk IKIP Ban
dung dapat dilaksanakan dengan cara berikut ini :
STRUKTUR
—"
KURIKULUM
T
ALOKASI WAKTU
x—
* NAMA MATA KULIAH
*
ISI MATA KULIAH
L
PRAKTEK
TEORI
Gambar
21
Tahapan Penyusunan Program Perkuliahan
224
Seperti terlihat pada gambar 20, maka
penyusunan
program perkuliahan yang telah berjalan dimulai de
ngan pertanyaan kita akan menyusun struktur kuriku
lum apa ? Berdasarkan struktur tersebut maka bia
sanya dari pusat sudah ditentukan berapakah alokasi
SKS untuk setiap program perkuliahan ? Setelah me
ngetahui berapa jumlah alokasi SKS untuk bidang stu
di, maka disusunlah sejumlah mata kuliah yang sekiranya sesuai dengan alokasi SKS yang telah ditetap
kan dari Pusat. Untuk memberikan nama mata kuliah
dari program perkuliahan hendaknya berpedoman kepa
da GBPP STM yang telah ditetapkan sehingga nama ma
ta kuliah relevan dengan nama mata pelajaran
yang
ada di STM. Masalah pemberian nama ini selain
ber
pedoman kepada GBPP STM, maka harus pula ber