PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTATIF MELALUI MODEL HALAQAH : Studi Pengembangan Model Pembelajaran dan Kepribadian Menulis pada Siswa Kelas X SMA Kartika Kendari.

(1)

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ix

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR BAGAN ... xix

DAFTAR GRAFIK ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

TAT I. PENDAHILIAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 5

1. Batasan Masalah ... 5

2. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 6

E. Asumsi ... 7

F. Hipotesis ... 7

G. Definisi Operasional ... 8

H. Paradigma Penelitian ... 10

TAT II. MODEL HALAQAH DAN PEMTELAJARAN KETERAMPILAN MENILIS ARGIMENTATIF ... 16

A. Pem1elajaran Keterampilan Ber1ahasa ... 16

B. Hakikat Model dan Model Pem1elajaran ... 18

C. Pengertian, Sejarah, Landasan Pedagogis Model Halaqah ... 28

1. Pengertian Halaqah ... 28

2. Sejarah Halaqah ... 32

3. Landasan Pedagogis Model Halaqah ... 36

4. Prinsip-prinsip Pem1elajaran Model Halaqah ... 53

5. Halaqah se1agai Sarana Pem1entukan Kepri1adian Peserta Ddidik ... 56

6. Pilar-pilar Ke1erhasilan Model Halaqah ... 58

D. Transformasi Model Halaqah ... 65


(2)

1. Menulis Argumentatif dalam Kurikulum ... 73

2. Urgensi Menulis dan Menulis Argumentatif ... 74

3. Hakikat Menulis dan Menulis Argumentatif ... 76

4. Proses Menulis Argumentatif ... 81

5. Wacana Argumentatif se1agai Produk Menulis Argumentatif ... 85

a. Ciri-ciri Wacana Argumentatif ... 87

1. Organisasi Karangan Argumentatif ... 88

c. Penilaian Keterampilan Menulis Argumentatif ... 90

TAT III. METODE PENELITIAN ... 91

A. Desain Penelitian ... 91

B. Instrumen Penelitian ... 97

1. Perangkat Tes ... 97

2. Pedoman O1servasi ... 98

3. Pedoman Wawancara ... 100

4. Angket ... 100

C. Su1jek Penelitian ... 101

D. Pengumpulan Data ... 103

1. Teknik Pengumpulan Data ... 103

2. Prosedur Pengumpulan data ... 104

a. Tahap Studi Pendahuluan ... 104

1. Tahap Uji Empirik ... 107

E. Pedoman Pengolahan Data ... 108

1. Analisis Aspek Ke1ahasaan Argumentatif ... 109

2. Uji Hipotesis ... 115

a. Uji Normalitas Distri1usi Populasi ... 115

1. Uji Homogenitas ... 117

c. Uji Signifikansi ... 117

TAT IV. DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA ... 118

A. Hasil Tes ... 119

1. Deskripsi Data ... 119

a. Data Hasil Tes Awal Keterampilan Menulis Argumentatif ... 121

1) Analisis Komponen Su1stantif ... 121

2) Analisis Komponen Tekstual ... 123

3) Analisis Komponen Leksikal ... 125


(3)

1) Analisis Komponen Su1stantif ... 130

2) Analisis Komponen Tekstual ... 133

3) Analisis Komponen Leksikal ... 136

4) Analisis Komponen Sintaktis ... 137

5) Analisis Komponen Grafologis ... 138

2. Uji Sifat Data ... 141

a. Uji Normalitas dan Homogenitas ... 141

1) Uji Normalitas dan Homogenitas Data MKonv. dengan MHT ... 141

2) Uji Normalitas dan Homogenitas Data MKonv. dengan MHI .... 146

3) Uji Normalitas dan Homogenitas MHT dengan MHI ... 150

3. Uji Validitas dan Relia1ilitas ... 156

4. Uji Hipotesis… ... 160

a. Analisis Varian dan Kovarians MKonv. dengan MHT ... 160

1. Analisis Varian dan Kovarians MKonv. dengan MHI ... 164

c. Analisis Varian dan Kovarians MHT dengan MHI ... 168

B. Hasil O1servasi ... 176

1. Kondisi Pem1elajaran Menulis di SMA Kartika Kendari ... 180

2. Perancangan Pem1elajaran Model Halaqah ... 149

3. Kegiatan Berhalaqah ... 183

a. Temuan Proses Pem1elajaran Model Halaqah Tradisional... 183

1) Ekspresi kognitif ... 183

2) Ekspresi emosi ... 185

3) Ekspresi spiritual ... 186

1. Temuan Proses Model Halaqah Ilmiah ... 186

4. Sistem Sosial Kelas ... 197

5. Prinsip-prinsip Reaksi ... 198

6. Sistem Penunjang ... 199

7. Penerapan ... 200

C. Data Kepri1adian Menulis ... 201

D. Hasil Wawancara ... 203

1. Eksistensi MH Se1agai Model Baru ... 204

2. Kemenarikan MH ... 204

3. Kemanfaatan MH ... 205

4. Kerumitan MH ... 206

5. Implementasi ... 207

6. Penyosialisasian MH ... 208

TAT V. PEMTAHASAN HASIL PENELITIAN ... 209

A. Pem1ahasan Hasil Belajar yang Diperoleh Se1elum dan Sesudah Penerapan Model Halaqah ... 209


(4)

c. Analisis Komponen Leksikal ... 212

d. Analisis Komponen Sintaktis ... 212

e. Analisis Komponen Grafologis ... 213

2. Analisis Hasil Belajar Sesudah Penerapan MH ... 213

a. Analisis Komponen Su1stantif ... 214

1. Analisis Komponen Tekstual ... 214

c. Analisis Komponen Leksikal ... 215

d. Analisis Komponen Sintaktis ... 215

e. Analisis Komponen Grafologis ... 216

B. Keefektifan MHI ... 218

C. Kualitas Implementasi ... 224

1. Kegiatan Guru ... 224

2. Kegiatan Siswa ... 229

3. Sistem Sosial Kelas ... 232

4. Prinsip-prinsip Reaksi ... 232

5. Sistem Penunjang ... 232

6. Penerapan MHI ... 233

a. Eksistensi MHI Se1agai Model Baru ... 233

1. Kemenarikan MHI ... 234

c. Kemanfaatan MHI ... 235

d. Kerumitan MHI ... 235

e. Implementasi MHI ... 237

f. Penyosialisasian MHI ... 237

7. Per1aikan Model MHI ... 238

a. Orientasi Model ... 238

1. Proses Pem1elajaran Menulis ... 240

D. Analisis Kepri1adian Menulis Melalui Pem1elajaran Model Halaqah .... 248

TAT VI. PENITIP ... 254

A. Simpulan ... 254

B. Saran ... 256

DAFTAR PISTAKA ... 257


(5)

BABBIB

PENDAHULUANB

B

A. LatarBBelakangBMasalahB

Ada beberapa hal yang melatarbelakangi penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis argumentatif melalui model halaqah (MH) ini. Pertama, ada anggapan bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sulit. Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 291) mengakui, “Menulis merupakan keterampilan yang paling tinggi tingkat kesulitannya bagi pembelajar dibandingkan dengan ketiga keterampilan lainnya”. Senada dengan itu, Nurgiantoro (2001: 296) juga mengatakan bahwa dibanding tiga kemampuan berbahasa yang lain [menyimak, berbicara, membaca], kemampuan menulis sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar kebahasaan itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Akan tetapi, ada juga yang mengatakan bahwa menulis itu gampang. Hal ini dikatakan oleh Atmowiloto (1984) pada buku tentang tuntunan mengarang yang diberinya judul Mengarang Itu Gampang. Kedua pandangan tentang menulis itu tampaknya ada pertentangan (sulit versus mudah). Jika demikian, mana yang benar dari kedua anggapan itu? Untuk menjawabnya, dibutuhkan informasi dan data yang faktual dan aktual.


(6)

Kedua, keterampilan menulis yang dianggap lebih tinggi kesulitannya tersebut, baik jenis narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi, ternyata masih bertingkat lagi derajat kesulitannya. Dari semua jenis tulisan atau karangan tersebut, karangan argumentatif dinyatakan paling sulit. Suparno dan Yunus (2005: 5.33) mengatakan, “… Corak karangan ini (argumentasi; pen.) termasuk karangan yang paling sulit bila dibandingkan dengan corak karangan yang lain…” Alasannya, “…kesulitan tersebut muncul karena perlu adanya alasan dan atau bukti yang dapat meyakinkan, sehingga pembaca terpengaruh dan membenarkan gagasan, pendapat, sikap, dan keyakinan kita” (2005: 5.33).

Sementara itu, kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah, salah satu tujuannya adalah untuk memudahkan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Dengan demikian, dibutuhkan sebuah proses pembelajaran yang dapat memberi kemudahan bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Ketiga, penelitian-penelitian terdahulu menemukan bahwa kemampuan menulis di beberapa subjek pendidikan (mahasiswa dan siswa) ternyata masih rendah. Untuk kalangan mahasiswa, Bukhori (2001: 142) mengungkapkan bahwa salah satu kelemahan umum mahasiswa adalah kelemahan dalam menulis. Hal ini diperkuat lagi oleh pernyataan Soewandi (1984) bahwa bahasa tertulis mahasiswa dalam skripsi yang sudah diperbaiki oleh dosen pembimbing masih menunjukkan kekurangan dalam aspek ortografis, linguistik, dan logikanya. Alwasilah (2003) menyatakan bahwa dalam hal tulis-menulis kemampuan para sarjana Indonesia diklasifikasikan dalam kategori rendah.


(7)

Keempat, upaya-upaya untuk keluar dari kesulitan menulis khususnya menulis argumentatif telah dilakukan, antara lain dengan penerapan model pembelajaran sebagaimana yang dilakukan oleh Setianingsih (2008) dan Sobari (2006). Setianingsih menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan Logika Toulmin efektif meningkatkan kemampuan menulis argumentatif dan keterampilan berpikir kritis. Lebih lanjut, pada bagian Saran, dikatakannya bahwa penelitiannya tidak dapat digeneralisasikan karena penelitian tersebut hanya cocok diterapkan di perguruan tinggi yang memiliki karakteristik lebih kurang sama dengan kondisi Program Studi Farmasi. Sobari sendiri setelah membandingkan model Kooperatif Tipe Jigsaw dengan model Ekspositori dalam pembelajaran Menulis Paragraf dalam Karangan Argumentatif di SMU PGII 2 Bandung menyimpulkan bahwa model Kooperatif Tipe Jigsaw lebih baik dibandingkan model Ekspositori. Dalam Saran-nya, Sobari mengatakan bahwa selayaknya peneliti selanjutnya mengukur sense of interpersonal relationship (hubungan yang akrab antarsiswa) karena ditemukan beberapa siswa kurang aktif melakukan diskusi.

Setelah mencermati hal-hal yang dikemukakan di atas, maka diperlukan inovasi-inovasi untuk menemukan solusi atas permasalahan tersebut. Salah satu solusi yang digagas adalah melalui penelitian penerapan model pembelajaran tertentu.

Salah satu model pembelajaran yang menjadi fokus kajian penelitian ini adalah model halaqah ilmiah (MHI) yang ditransformasi dari model halaqah


(8)

tradisional (MHT). MH memiliki landasan filosofis pedagogis dan prinsip-prinsip serta karakteristik yang diekstrak dari ajaran agama Islam sebagai sebuah pedoman hidup (minhajul hayah). Salah satu prinsip dalam ajaran Islam adalah sebuah pekerjaan, perbuatan, tindakan, aksi, ucapan hendaknya dilandasi oleh alasan ilmiah. Prinsip ini diambil dari salah satu ayat Alquran yang terdapat dalam Surat Al-Isra ayat 36 yang menyatakan, Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya (Depag, 1971: 429) Oleh karena itu, berdasarkan prinsip ini, dalam MH pun setiap peserta halaqah harus melandasi setiap pendapat, sikap, dan keyakinannnya dengan pemahaman atau ilmu yang memadai.

Sementara itu, menulis argumentatif berarti mengemukakan pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat yang harus dipertanggungjawabkan kebenaran dan keabsahannya melalui argumentasi dengan logika yang benar. Tampaknya, ada relevansi antara karakteristik halaqah sebagai sebuah model pembelajaran dengan karakteristik menulis argumentatif. Persamaan karakteristik tersebut menjadi titik singgung antara MH sebagai model pembelajaran dengan menulis argumentatif sebagai materi pembelajaran.

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka penelitian tentang MH sebagai salah satu model pembelajaran untuk peningkatan keterampilan menulis argumentatif dipandang penting untuk dilakukan. Sejauh pengamatan dan


(9)

penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penelitian tentang penerapan MH, baik berkaitan dengan kemampuan menulis pada umumnya maupun dengan kemampuan menulis argumentatif. Untuk itu, penelitian tentang MH menjadi penting untuk dilakukan.

B. BatasanBdanBRumusanBMasalahB 1. BatasanBMasalahB

Penelitian ini dirancang untuk mengkaji salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pembelajaran, yaitu mengkaji keefektifan penggunaan sebuah model pembelajaran yang disebut model halaqah (MH) untuk peningkatan keterampilan menulis argumentatif. Oleh karena itu, penelitian difokuskan pada pengaruh proses pembelajaran melalui penerapan model halaqah terhadap keterampilan menulis argumentatif dengan mencermati (1) hasil menulis argumentatif, (2) keefektifan penerapan model halaqah, dan (3) respon guru terhadap pembelajaran model halaqah, dan (4) kepribadian menulis.

2. RumusanBMasalahB

Sesuai dengan batasan masalah, berikut ini diajukan rumusan masalah penelitian yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.

1) Apakah ada peningkatan keterampilan menulis argumentatif siswa dengan menggunakan MH?

2) Apakah penerapan MH efektif menanggulangi kesulitan menulis argumentatif?


(10)

3) Bagaimanakah respon guru terhadap MH?

4) Apakah MH dapat membentuk kepribadian menulis?

C. BTujuanBPenelitianB

Sesuai dengan batasan dan rumusan masalah di atas, penelitian dirancang untuk menemukan model pembelajaran menulis argumentatif yang teruji dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Model halaqah (MH) dimaksudkan untuk menjadi model alternatif untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentatif. Secara operasional, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1) mengetahui Bkeefektifan model halaqah bagi peningkatan keterampilan menulis argumentatif.B

2) menggambarkan sistem atau desain dan proses penerapan model halaqah dalam proses pembelajaran menulis argumentatif.B

3) memperolehBgambaran respon guru terhadap MH sebagai sebuah model pembelajaran yang diharapkan menjadi alternatif solutif bagi peningkatan keterampilan menulis argumentatif.B

4) mengetahui kepribadian menulis yang terbentuk melalui MH.B B

D. ManfaatBHasilBPenelitianB

Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh hasil kajian tentang halaqah sebagai sebuah model pembelajaran menulis argumentatif. Hasil kajian itu


(11)

berupa panduan praktis model halaqah yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentatif. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat secara teoretis yang dapat memberi sumbangan pemikiran dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada kompetensi dasar (KD) Menulis Argumentatif. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah alternatif model pembelajaran menulis argumentatif siswa SMA.

Jika hasil penelitian eksperimen menunjukkan keefektifan model halaqah dalam meningkatkan keterampilan menulis argumentatif siswa, maka hasil penelitian dapat direkomendasikan untuk menjadi model pembelajaran menulis argumentatif.

E. AsumsiB

Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah (1) menulis merupakan suatu proses dan (2) keterampilan menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa dapat ditingkatkan kualitasnya melalui berbagai upaya.

F. HipotesisB

Sebuah penelitian merupakan upaya untuk menemukan sesuatu yang terbaik dalam ruang lingkup garapan tertentu. Walaupun begitu, sebelum dibuktikan secara ilmiah, dibutuhkan sebuah pernyataan tesis untuk menjadi panduan dalam pengambilan keputusan atau kesimpulan hasil penelitian.


(12)

Berdasarkan kajian terhadap latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah

a. Keterampilan menulis argumentatif siswa meningkat secara signifikan pada:

1) pembelajaran MHI dibandingkan dengan MHT dan MKonv. 2) pembelajaran MHT dibandingkan dengan MKonv.

b. MHI berkontribusi positif dalam menanggulangi kesulitan siswa dalam menulis argumentatif.

G. DefinisiBOperasionalB

Agar tidak terjadi salah pengertian tentang konsep-konsep yang dikaji dalam penelitian ini, maka dibutuhkan definisi operasional tentang keterampilan, menulis argumentatif, tulisan, model pembelajaran, dan model halaqah.

1. Menulis adalah proses mengungkapkan pesan (pikiran, perasaan, keinginan, kehendak, atau pengalaman) melalui lambang grafis yang tersusun menjadi kata-kata, kalimat, dan paragraf secara sistematis yang mengandung makna yang dapat dipahami oleh pembaca.

2. Argumentatif adalah tulisan atau karangan yang dibuat oleh siswa yang mengandung unsur pernyataan sikap, alasan, dan pembenaran dengan maksud untuk meyakinkan pembaca.


(13)

3. Model yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pola pembelajaran yang secara khusus dirancang untuk pembelajaran menulis argumentatif.

4. Model halaqah adalah model pembelajaran dengan kelas kecil (berjumlah 15 – 20 orang) berbentuk lingkaran (halaqah), posisi guru dan murid setara dan saling berhadapan dengan tahap kegiatan belajar (1) iftitah (pembukaan), (2) pengungkapan kejadian di masyarakat, (3) pembuatan tulisan argumentatif, (4) penyampaian masalah dan kabar gembira, dan (5) ikhtitam (penutup) yang digunakan dalam penelitian ini.

5. Keterampilan adalah kecakapan tertentu untuk melakukan sesuatu secara baik berdasarkan ilmu yang dimiliki yang digunakan dalam penelitian ini.

6. Keterampilan menulis adalah kecakapan mengungkapkan pesan melalui lambang grafis secara sistematis dan logis menjadi kata-kata, kalimat, dan paragraf yang secara utuh menjadi sebuah wacana argumentatif.

7. Keterampilan menulis argumentatif adalah kecakapan mengungkapkan pesan melalui lambang grafis menjadi kata-kata, kalimat, dan paragraf secara sistematis dan logis menjadi sebuah wacana yang mengandung pernyataan sikap, alasan, dan pembenaran sebagai hasil belajar melalui pembelajaran model halaqah.


(14)

8. Pembelajaran adalah proses atau cara guru mengondisikan siswa belajar dalam situasi tertentu untuk mencapai tujuan tertentu dalam pembelajaran menulis argumentatif dengan menggunakan model halaqah.

9. Kesulitan menulis adalah faktor penghambat atau kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dalam mencapai keterampilan menulis argumentatif, baik berasal dari dalam dirinya (minat, motivasi, pengetahuan, sikap, anggapan) maupun dari lingkungan belajarnya. Dalam penelitian ini, kesulitan belajar diidentifikasi dan dianalisis untuk menjadi salah satu dasar perancangan model halaqah.

10. Kepribadian menulis adalah karakter, moral, atau akhlak dalam menulis yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, kesantunan, dan keadilan dalam menulis argumentatif.

H. ParadigmaBPenelitianB

Budaya literat merupakan budaya manusia berperadaban tinggi yang ditandai oleh kesadaran kolektif melek huruf yang bersifat komunal. Untuk menjadi bangsa yang berbudaya literat, dibutuhkan perubahan pola pikir (mind set) sebelum perubahan pola sikap. Sesuai dengan hukum alam (sunatullah), perubahan suatu masyarakat berawal dari perubahan individu-individu di dalam masyarakat itu dan perubahan dalam skala besar berawal dari perubahan pada skala kecil. Demikian halnya, perubahan suatu bangsa berawal dari perubahan


(15)

individu-individu, lalu perubahan komunitas, dan pada akhirnya perubahan kolektif pada bangsa tersebut.

Perubahan individu pun berawal dari perubahan pola pikir, lalu terinternalisasi menjadi perubahan sikap, dan akhirnya kepada perubahan tindakan dan perbuatan. Dengan alur yang sama, membentuk bangsa dan masyarakat literat dimulai dari membentuk individu-individu berbudaya literat.

Untuk melahirkan individu, masyarakat, dan bangsa yang berperadaban tinggi (berbudaya literat), maka pendidikan merupakan satu bidang terpenting dan utama untuk pembentukan masyarakat dan bangsa yang berperadaban tinggi (bangsa literat) tersebut. Lewat pendidikan (pembelajaran), pembentukan generasi masa depan bangsa yang melek huruf secara bertahap dapat dilakukan. Melalui pendidikanlah, generasi muda (siswa-siswa dan mahasiswa-mahasiswi) dapat dididik, dibina, dan dilatih untuk menjadi unsur-unsur perubah di tengah kehidupan menuju masyarakat dan bangsa yang berbudaya literat.

Untuk mengasaskan budaya literat, maka mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah merupakan bidang studi atau mata pelajaran terdepan untuk memelopori tercapainya tujuan itu. Konsekuensinya adalah guru Bahasa Indonesia, siswa, dan pihak sekolah harus bergerak maju mencapai prestasi yang lebih baik. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah harus senantiasa dilakukan dinamisasi dan inovasi progresif baik strategi, pendekatan, metode, maupun model-model pembelajaran.


(16)

Salah satu standar kompetensi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah menulis. Dengan menulis, seorang siswa dididik dan dilatih untuk berbudaya literat dan di dalam standar kompetensi menulis itu terdapat berbagai kompetensi dasar, antara lain menulis paragraf argumentatif yang merupakan kompetensi yang relatif lebih sulit jika dibandingkan dengan menulis paragraf deskriptif, naratif, atau ekspositif.

Penerapan MH dalam penelitian ini merupakan salah satu upaya alternatif untuk meningkatkan keterampilan menulis khususnya keterampilan menulis argumentatif siswa. Jika hasil penelitian ini terbukti meningkatkan secara signifikan kemampuan menulis argumentatif siswa, maka dapat dijadikan rekomendasi bagi model pembelajaran di SMA.

MH dibangun di atas kesadaran bahwa keberhasilan pembelajaran bukan semata-mata didasari oleh paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa (student learning center ) atau pada keaktifan guru, melainkan perpaduan antara keduanya secara seimbang. MH mengutamakan keaktifan siswa, tetapi pada saat yang sama guru harus memainkan peran yang utuh untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu, guru harus mengajar dan murid harus belajar, secara maksimal dan seoptimal mungkin.

Fungsi guru dalam MH adalah (1) sebagai orang tua, (2) sebagai ustaz/ulama, (3) sebagai teladan, (4) sebagai pemimpin. Sebagai orang tua, seorang guru hendaknya memberi perhatian maksimal pada peningkatan keterampilan menulis, baik di sekolah maupun di rumah. Sang guru selalu


(17)

memantau hal ini sampai siswa mencapai karakteristik yang diinginkan. Sebagai ulama (ilmuwan), guru hendaknya memiliki kapasitas ilmu yang memadai. Di mata siswa, guru adalah seorang cerdas dan tempat menimba ilmu. Sebagai teladan, guru hendaknya menjadi model penulis yang dapat diteladani oleh siswa. Dalam mengajarkan menulis argumentatif, guru memperlihatkan hasil karya (tulisannya) kepada siswa. Guru tidak boleh menjadi periwayat ilmu belaka, tetapi ia harus mengamalkan ilmu yang diajarkannya yang dibuktikan oleh tulisan argumentatif yang dihasilkannya, sekurang-kurangnya guru mampu membuktikan diri kepada siswa bahwa ia pantas dijadikan teladan dalam hal menulis. Sebagai pemimpin, guru hendaknya dengan sabar menuntun siswa untuk belajar. Guru membantu siswa dalam membuat perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengevaluasian kegiatan belajarnya. Guru harus menyediakan waktu ketika para siswanya membutuhkannya, karena ia bertanggung jawab penuh di dunia dan di akhirat akan kesuksesan para siswanya.

MHT sebagai model dasar dalam penelitian ini diaplikasikan dalam tiga tahap, yaitu

a. Tahap I: Pemilihan kompetensi dan materi pembelajaran; b. Tahap II: Pembentukan halaqah;

c. Tahap III: Kegiatan pembelajaran yang terdiri atas tujuh langkah: (1) Iftitah (pembukaan),


(18)

(3) Talaqqi madah (penyampaian materi), diskusi, dan berlatih menulis argumentatif,

(4) Mutaba’ah (evaluasi) permasalahan dan kabar gembira, (5) Pengumuman dan penugasan

(6) Ikhtitam (penutupan)

Dengan menggunakan paradigma perubahan sebagaimana dikemukakan di atas, apabila model halaqahilmiah (MHI) – hasil transformasi dari MHT – terbukti meningkatkan keterampilan menulis argumentatif siswa yang dapat diketahui dari hasil karangan argumentatif siswa yang berkualitas, maka secara instruksional MHI dapat dijadikan model alternatif pembelajaran menulis argumentatif. Meningkatnya keterampilan menulis argumentatif, secara bertahap akan berdampak pada perbaikan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia, selanjutnya berpengaruh pula pada kualitas siswa. Apabila para siswa meningkat kualitasnya, maka secara alami akan meningkat pula kualitas sekolah, lalu kualitas generasi muda, dan pada akhirnya kualitas masyarakat dan bangsa Indonesia yang berperadaban tinggi dan berbudaya literat.


(19)

BaganB1.1B ParadigmaBPenelitianB

B

Model Halaqah Ilmiah

(MHI)

Tingkat Kompetensi Menulis Argumentatif (Individual) Kualitas Pembelajaran Bahasa

Indonesia (Komunal)

MasyarakatBLiteratB

Pascapembelajaran Dampak Instruksional

Realitas:B PermasalahanB

KualitasB PembelajaranB

MenulisB ArgumentatifB

KualitasB ProsesBdanB

ProdukB MenulisB ArgumentatifB

!

" #

$%

# #


(20)

91

BABBIIIB

METODEBPENELITIANB

B

Dalam bab ini secara berturut-turut dibahas mengenai (1) desain penelitian, (2) instrumen penelitian, (3) subjek penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) pedoman pengolahan data.

A. DesainBPenelitianB

Dalam penelitian ini, model halaqah (MH) dirancang untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA, khususnya pembelajaran menulis argumentatif. Model halaqah tradisional (MHT)

merupakan dasar bagi rancangan penelitian ini. Setelah MHT di

dieksperimenkan, pengaruhnya terhadap peningkatan keterampilan menulis argumentatif siswa dianalisis. Dengan dasar hasil analisis tersebut MHT dimodivikasi melalui proses transformasi menjadi model halaqah yang dinamakan model halaqah ilmiah (MHI). MHI sebagai variabel independen dalam penelitian ini diharapkan memberi kontribusi positif dan signifikan bagi peningkatan keterampilan menulis argumentatif siswa. Keefektifan MHI merupakan temuan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, rancangan penelitian yang relevan dengan itu adalah rancangan eksperimen.


(21)

Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian eksperimen dengan dua alasan: pertama, penelitian eksperimen merupakan salah satu metode penelitian yang paling dapat dipercaya (Iskandarwassid, 2002: 102) karena (a) eksperimen merupakan satu-satunya tipe penelitian yang secara langsung mencoba mempengaruhi sebuah variabel tertentu, (b) eksperimen merupakan satu-satunya tipe penelitian yang benar-benar dapat menguji hipotesis mengenai

hubungan-hubungan sebab akibat; kedua, metode eksperimen merupakan suatu

metode yang sistematis untuk menjawab pertanyaan, “Jika sesuatu dilakukan pada kondisi-kondisi yang dikontrol dengan teliti, maka apakah yang akan terjadi?” (Best dalam Sanapiah, 1982: 76). Dengan metode ini, peneliti melakukan perlakuan pada subjek tertentu kemudian mengobservasi dan/atau mengukur pengaruh atau perubahan yang diakibatkan oleh perlakuan tersebut.

Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi MHI terhadap peningkatan keterampilan menulis argumentatif siswa, maka dilakukanlah penelitian eksperimen terhadap siswa kelas X SMA Kartika Kendari. Akan tetapi, sebelum MHI diterapkan di dalam kelompok eksperimen, terlebih dahulu dilakukan kajian dan analisis mendalam terhadap karakteristik MHI untuk mengetahui langkah dan prosedur pelaksanaannya. Kajian dan analisis mendalam itu didasarkan pada literatur dan bahan-bahan pustaka meliputi kajian tentang hakikat halaqah, sejarah halaqah, dan landasan pedagogisnya.


(22)

Setelah MHT dikonstruksi sedemikian rupa menjadi sebuah model pembelajaran yang dapat diterapkan secara sistematis, selanjutnya dilakukan kegiatan eksperimen kepada kelompok eksperimen yang telah ditentukan. Perlakuan diberikan kepada sejumlah siswa yang telah dipilih berdasarkan metode sampling tertentu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka dan eksperimen. Metode pustaka digunakan untuk telaah dan kajian model halaqah berdasarkan bahan-bahan pustaka. Metode eksperimen (experimental design) digunakan untuk menguji pengaruh atau kontribusi model halaqah terhadap keterampilan menulis argumentatif. Desain ekperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk Desain Kelompok Pembanding Pretes-Postes Beracak (randomized pretest-postest comparison group design) (Sukmadinata, 2005: 205). Dalam desain ini terdapat dua kelompok perlakuan (treatment group) atau kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol (control treatment). Kedua kelompok eksperimen masing-masing mendapat perlakuan yang berbeda. Kelompok pertama diberi perlakuan I berupa model halaqah tradisional (MHT); kelompok kedua diberi perlakuan II berupa model halaqah ilmiah (MHI). Kelompok kontrol adalah kelompok yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

Desain Kelompok Pembanding Pretes-Postes Beracak dalam penelitian ini dapat dibagankan sebagai berikut.


(23)

BaganB3.1BDesainBKelLmpLkBPembandingBPretes-PLstesBBeracakB

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

Acak I O X1 O

Acak II O X2 O

Acak III O O

Di mana:

X1 = perlakuan dengan model halaqah tradisional (MHT)

X2 = perlakuan dengan model halaqah ilmiah (MHI)

O = observasi atau pengukuran variabel (pretes dan postes)

Acak I adalah kelompok yang padanya diterapkan perlakuan model halaqah tradisional (MHT). MHT merupakan dasar model halaqah. Acak II adalah kelompok yang padanya diterapkan perlakuan model halaqah ilmiah (MHI). MHI merupakan model transformasi dari MHT. Acak III adalah kelompok kontrol, yaitu kelompok konvensional yang padanya diterapkan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa digunakan di sekolah tersebut yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia.

Untuk mengetahui keefektifan MHI yang dibuktikan dengan meningkatnya keterampilan menulis argumentatif siswa, dilakukan uji perbedaan hasil antara pretes dan postes pada masing-masing kelompok, lalu dicari selisih perbedaan antara nilai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari hasil uji perbedaan itu dapat disimpulkan diterima atau ditolak hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Proses ini menggunakan program statistik SPSS.


(24)

wacana argumentatif yang dibuat oleh siswa dianalisis berdasarkan kriteria tertentu. Aspek wacana dianalisis secara kualitatif dan aspek skor dianalisis secara statistik.

Alur penelitian sejak awal sampai akhir dapat dijelaskan sebagai berikut. Mula-mula dilakukan analisis realitas pembelajaran menulis argumentatif di SMA, lalu analisis problematika pembelajaran menulis argumentatif, serta analisis model alternatif bagi pembelajaran menulis argumentatif berupa model

halaqah (MH). Selanjutnya, dirumuskanlah desain model halaqah sebagai upaya

pengembangan model pembelajaran menulis argumentatif. Inilah yang disebut tahap studi pendahuluan.

Tahap berikutnya adalah tahap uji empirik. Pada tahap ini, subjek penelitian dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok I, II, dan III. Kelompok I mendapat perlakuan I (MHT), kelompok II mendapat perlakuan II (MHI), dan kelompok III tidak mendapat perlakuan (kelas konvensional). Sebelum diberikan perlakuan, ketiga kelompok diberikan pretes.

Tahap terakhir adalah tahap analisis data. Pada tahap ini dilakukan uji empirik model halaqah secara statistik. Dari hasil uji empirik diperoleh hasil analisis data untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini.


(25)

BaganB3.2BAlurBPenelitianB

B

B

B

ADABMASALAHB

TAHAPBI:BSTUDIBPENDAHULUANB

Analisis Pembelajaran Menulis di SMA

Analisis Karakteristik dan Materi Pembelajaran Menulis

Argumentatif

Analisis Karakteristik dan Desain MHT dan MHI

TemuanBMLdelBHipLtetikBMHIB

TAHAPBIII:BANALISISBDATAB

HasilBUjiBEmpirik:B MODELBHALAQAHBILMIAHB

TAHAPBII:BUJIBEMPIRIKB

PerlakuanBIIB(MHI)B

Perlakuan Kontrol


(26)

B. InstrumenBPenelitianB

Dalam penelitian ini digunakan tiga instrumen pengumpul data, yakni (1) perangkat tes, (2) pedoman observasi, (3) pedoman wawancara, dan (4) angket.

1. PerangkatBTesB

Untuk mendapatkan realitas keterampilan menulis argumentatif siswa, satu-satunya sarana yang dapat digunakan adalah para siswa membuat tulisan argumentatif. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah tes keterampilan menulis argumentatif. Tes yang digunakan adalah tes subjektif. Dengan tes bentuk ini, dimungkinkan siswa menerapkan dan menunjukkan kemampuannya, mulai kemampuan menggunakan bahasa Indonesia, pengungkapan isi tulisan sesuai logika dan nalar masing-masing siswa, sampai kemampuan merangkai kalimat-kalimat menjadi paragraf, lalu merangkai paragraf menjadi wacana argumentatif.

Penggunaan tes keterampilan menulis argumentatif yang berbentuk tes subjektif ini merupakan pilihan tes yang sulit untuk dihindari, karena tes ini bersifat alamiah dan hasilnya akan menggambarkan secara komprehensif pengetahuan dan sikap siswa tentang jenis tulisan argumentatif dan pengetahuannya tentang isi atau topik yang sedang dibahasnya dalam tulisan itu.

Tes keterampilan menulis argumentatif sebagai instrumen penelitian ini terdiri atas lima topik yang dapat dipilih salah satu oleh siswa. Topik-topik itu berasal dari tema-tema kehidupan sehari-hari yang dipandang akrab dengan


(27)

kehidupan mereka dan diduga para siswa mengetahui topi-topik tersebut. Topik-topik itu terdiri atas tema pendidikan, politik, sosial, dan budaya (lihat: Lampiran 2)

Hasil tes menulis argumentatif dinilai berdasarkan pedoman tertentu. Pedoman yang digunakan dalam analisis hasil tes menulis argumentatif meliputi lima aspek, yakni (1) substantif, (2) tekstual, (3) leksikal, (4) sintaksis, dan (5) grafologis yang masing-masing memiliki rentang skor yang berbeda. Skor aspek substantif (15 – 30), tekstual (10 – 20), leksikal (12 – 20), sintaksis (15 – 25), dan grafologis (2-5).

Penilaian untuk seluruh aspek menulis argumentatif dibagi atas lima peringkat, yaitu A = sangat baik (90 – 100), B = baik (80 – 89), C = cukup (70 – 79), D = kurang (60 – 69), dan E = sangat kurang (≤ 59).

Pemeringkatan tersebut didasarkan pada standar ketuntasbelajaran sebagaimana dikeluarkan oleh Depdiknas (2006: 72), “Kriteria ketuntasan belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan antara 0% - 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator lebih besar dari 60%.”

2. PedLmanBObservasiB

Selama proses penelitian, perilaku belajar siswa diobservasi untuk menemukan perkembangan sikap (affective) siswa. Hal-hal yang diobservasi


(28)

meliputi (1) kegiatan guru dan siswa (lampiran 4a dan 4b), (2) ekspresi kognitif, emosional, dan spiritual siswa (lampiran 4c), (3) aktivitas guru (lampiran 4c).

Observasi kegiatan guru dan siswa berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan guru dan siswa dalam menjalankan tahap demi tahap serta langkah demi langkah model halaqah tradisional dan model halaqah ilmiah. Untuk mendapat gambaran pengelolaan kelas terkait komunikasi dengan siswa, diobservasi pula hal-hal yang berkaitan dengan keperluan itu (lihat: Lampiran 4d).

Observasi ekspresi siswa dimaksudkan untuk memperoleh data tentang pengaruh penerapan model terhadap perubahan psikologis siswa. Hal-hal yang diobservasi adalah (1) ekspresi kognitif, (2) ekspresi emosional, (3) ekspresi spiritual.

a. EkspresiBkLgnitifB

Yang dimaksud dengan ekspresi kognitif adalah perilaku siswa yang berhubungan dengan perkembangan kognitif, misalnya bertambahnya keingintahuan yang diwujudkan dalam bentuk bertanya, menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau sesama teman.

b. EkspresiBemLsiB

Ekspresi emosi adalah ekspresi perasaan yang tertuang dalam bentuk perilaku bertambahnya perhatian, ceria, senang, dan sebagainya. Apabila Di dalam halaqah tidak ditemukan lagi siswa yang murung atau tanpa perhatian


(29)

dalam mengikuti pelajaran, maka pembelajaran berhasil membentuk perubahan psikologis siswa.

c. EkspresiBspiritualB

Ekspresi spiritual adalah perilaku siswa yang menunjukkan rasa tanggung jawabnya secara spiritual, misalnya, jujur dan mandiri, tidak mencontek, tidak mengganggu teman, berdoa, dan sebagainya.

3. PedLmanBWawancaraB

Wawancara ditujukan kepada guru bahasa Indonesia yang menerapkan pembelajaran model halaqah. Agar wawancara dilakukan secara terarah, maka diperlukan pedoman wawancara. Pedoman wawancara berisi daftar pertanyaan mengenai pembelajaran model halaqah untuk meningkatkan keterampilan menulis argumentatif yang meliputi: (1) eksistensi MH sebagai model baru, (2) kemenarikan MH, (3) kemanfaatan MH, (4) kerumitan MH, (5) hal-hal unik dalam implementasi MH, (6) penyosialisasian MH (lihat: Lampiran 6).

4. AngketB

Teknik angket digunakan untuk mengumpulkan data nonkuantitatif berupa kesan, tanggapan, penilaian siswa (subjek eksperimen) tentang pembelajaran menulis argumentatif di sekolah. Pemberian angket dilandasi oleh anggapan


(30)

bahwa subjek ekperimen dipandang mampu mengemukakan kesan, tanggapan, dan penilaiannya terhadap sesuatu berdasarkan kesan yang diperoleh dari pengalaman belajarnya.

Dalam penelitian ini, pemberian angket kepada siswa dimaksudkan untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis argumentatif. Dengan demikian, angket siswa diberikan sebelum adanya perlakuan dalam penelitian.

C. SubjekBPenelitianB

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kartika Kota Kendari dengan jumlah siswa sebagaimana terdapat pada tabel berikut.

TabelB3.1B

JumlahBSiswaBSMABKartikaBKendariB

NLB KelasB JumlahB

TLtalB Laki-lakiB PerempuanB

1 XII 357 187 170

2 XI 361 190 171

3 X 389 201 188

Jumlah 1107B 412B 529B

Sesuai dengan kurikulum (KTSP) yang berlaku saat ini, kompetensi dasar menulis argumentatif dan materi menulis argumentatif dilaksanakan di kelas X semester 2, maka secara alamiah subjek penelitian ini adalah kelas X. Komposisi


(31)

jumlah siswa kelas X sebagai subjek penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini.

B TabelB3.2B

SubjekBPenelitianBSiswaBSMABKartikaBKLtaBKendari

NL.B KelasBXB JumlahB

TLtalB Laki-lakiB PerempuanB

1 X1 48 23 25

2 X2 46 22 24

3 X3 40 25 15

4 X4 45 22 23

5 X5 47 17 30

6 X6 46 25 21

7 X7 40 18 22

8 X8 39 30 9

9 X9 38 19 19

JUMLAH 389B 201 188

Sumber data penelitian adalah siswa SMA Kartika Kendari kelas X yang berjumlah 389 orang yang terdiri atas 201 laki-laki dan 188 perempuan yang merupakan subjek penelitian. Karakteristik populasi bersifat homogen, di mana kelas X merupakan kelas yang akan mendapatkan materi pelajaran menulis argumentatif dalam proses pembelajaran. Karakteristik populasi relatif homogen dalam hal (1) seluruh siswa kelas X yang masuk di SMA ini tidak melalui seleksi kemampuan dan tidak berdasarkan kriteria tertentu, (2) siswa kelas X belum terbagi dalam kelas ilmu alam dan ilmu sosial, (3) sesuai kurikulum (silabus) mata pelajaran, kelas X diharapkan memiliki kompetensi dasar menulis paragraf argumentatif.


(32)

Kurikulum yang digunakan di SMA saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kompetensi dasar menulis argumentatif diajarkan di kelas X semester 2, sehingga secara otomatis subjek penelitian ini adalah siswa kelas X. Dengan demikian, siswa pada kelas X tesebut dijadikan sasaran penelitian dan selanjutnya di sebut subjek penelitian yang menjadi sumber data penelitian.

Sesuai dengan kebutuhan penelitian, maka penelitian ini menggunakan sampel yang ditarik dengan teknik random(random sampling). Dengan teknik ini, diharapkan diperoleh data yang representatif.

Jumlah sampel penelitian ini adalah 104 orang yang terbagi atas kelas kontrol sebanyak 43 orang dan kelas eksprerimen sebanyak 60 orang. Kelas eksperimen dibagi atas dua kelompok, yaitu 40 orang untuk dua halaqah tradisional dan 20 orang untuk satu halaqah ilmiah.

D. PengumpulanBDataB

1. TeknikBPengumpulanBdataB

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa skor hasil penilaian terhadap tulisan argumentasi siswa yang meliputi aspek substantif, aspek tekstual, aspek sintaktis, aspek leksikal, dan aspek grafemis. Data kualitatif berupa (a) hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran model halaqah menyangkut ekspresi kognitif, ekspresi emosional, dan ekspresi spiritual, (b)


(33)

tulisan argumentasi siswa sebelum proses perlakuan (pretes) dan sesudah proses perlakuan (postes), (c) tanggapan guru tentang pembelajaran model halaqah.

Untuk memperoleh kedua macam data tersebut, digunakan empat teknik pengumpulan data, yaitu (1) teknik tes, (2) teknik observasi, (3) teknik wawancara, dan (4) teknik angket.

Teknik tes digunakan untuk memperoleh data berupa keterampilan menulis argumentatif. Tes yang digunakan adalah tes subjektif yang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum proses perlakuan dengan MH dan sesudah perlakuan dengan MH. Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data kualitas pembelajaran model halaqah untuk peningkatan keterampilan menulis argumentatif.

2. PrLsedurBPengumpulanBdataB

Dalam pengumpulan data, ada beberapa tahap kegiatan yang dilakukan, yaitu (1) tahap studi pendahuluan, (2) tahap uji empirik, dan (3) tahap analisis data.

a. TahapBStudiBPendahuluanBB

Pada tahap studi pendahuluan, kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan informasi awal berupa kondisi pembelajaran menulis di SMA. Dalam kegiatan ini, informasi yang ingin diperoleh adalah pengalaman belajar


(34)

permasalahan yang dialaminya dalam menulis argumentatif. Untuk keperluan itu, siswa diberi angket yang berisi daftar tanyaan tentang pengalaman dan persepsinya serta permasalahan yang dialami dalam mengikuti pembelajaran menulis (lihat: Lampiran 3). Kondisi yang diperoleh melalui angket itu lalu dianalisis dan ditafsirkan untuk menghasilkan kesimpulan awal ada tidaknya permasalahan dalam pembelajaran menulis di sekolah.

Hal-hal yang dilakukan pada tahap pendahuluan ini adalah sebagai berikut.

1) Melakukan pendekatan dan koordinasi dengan kepala SMA Kartika dan

guru bahasa Indonesia serta siapa saja yang diperkirakan terlibat baik langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh izin, dukungan, dan kerja sama yang baik dalam melaksanakan penelitian dan pemakaian fasilitas kelas yang dibutuhkan dalam penelitian.

2) Menyusun panduan kerja secara menyeluruh sesuai dengan tahap dan langkah penelitian eksperimen di sekolah. Dalam kegiatan ini, guru-guru Bahasa Indonesia di SMA Kartika ikut dilibatkan. Panduan kerja yang telah disusun, lalu dikonsultasikan kepada promotor untuk mendapatkan persetujuan secara keilmuan.

3) Mengadakan sosialisasi kegiatan kepada siswa dan guru berupa

perkenalan dan pengenalan kegiatan secara umum yang akan dilakukan di sekolah mereka. Tujuan dan gambaran umum kegiatan yang akan dilaksanakan disosialisasikan secara ringkas.


(35)

4) Menyebarkan angket siswa untuk memperoleh informasi awal tentang kondisi pembelajaran dan permasalahannya.

5) Menginventarisasi kelas X SMA Kartika sebagai subjek penelitian, menetapkan sampel, dan membagi subjek menjadi tiga kelompok, yaitu dua kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol.

6) Meminta kesediaan guru Bahasa Indonesia SMA Kartika dan dua orang tenaga pembantu untuk menjadi pelaksana eksperimen model halaqah tradisional dan model halaqah ilmiah. Guru dan tenaga pembantu tersebut diperkenalkan dengan model pembelajaran halaqah dalam sebuah kegiatan orientasi.

7) Menyusun jadwal pelaksanaan eksperimen, observasi, wawancara, dan tes.

8) Membahas instrumen (angket, pedoman observasi, dan pedoman

wawancara).

9) Menyiapkan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan RPP

(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) menulis argumentatif.

10) Menyiapkan tes hasil belajar untuk mengukur kompetensi dasar

menulis argumentatif siswa (pretes dan postes).

11) Menyusun desain pembelajaran model halaqah, mengujicobakan

model, dan memodifikasinya untuk pembelajaran menulis argumentatif. Kegiatan yang dilaksanakan pada langkah ini adalah


(36)

a) Studi literatur tentang model halaqah, merekonstruksi model, dan menyusunnya sesuai tujuan penelitian.

b) Mengkaji silabus Bahasa Indonesia SMA untuk menentukan kelas, semester, kompetensi dasar dan standar kompetensi, materi pembelajaran, indikator, dan alokasi waktu.

c) Menyusun kegiatan pembelajaran di kelas dan/atau di luar kelas sesuai dengan kebutuhan penerapan model halaqah.

b. TahapBUjiBEmpirikB

Setelah tahap studi pendahuluan selesai, selanjutnya masuk pada tahap uji empirik. Tahap ini dimaksudkan untuk menguji keefektifan model halaqah untuk pembelajaran menulis argumentatif. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut.

1) Melaksanakan pretes pada ketiga kelompok, yaitu kelompok

eksperimen I dan II, serta kelompok kontrol.

2) Melaksanakan perlakuan I (MHT).

3) Melaksanakan perlakuan II (MHI).

4) Melaksanakan observasi selama proses penerapan model baik pada MHT dan MHI maupun pada MKonv.

5) Melaksanakan postes. Tes ini dilaksanakan ketika seluruh rangkaian perlakuan telah selesai dengan tujuan untuk mengukur pengaruh penerapan pembelajaran model halaqah.


(37)

6) Melaksanakan wawancara dengan guru yang menerapkan model halaqah segera setelah selesainya seluruh tahapan perlakuan MHT dan MHI.

3. PedLmanBPengLlahanBDataB

Data hasil penelitian berasal dari hasil tes, hasil observasi, dan hasil wawancara. Data hasil tes keterampilan menulis argumentatif berupa tulisan argumentatif karangan siswa merupakan data yang merepresentasikan keterampilan menulis siswa. Untuk menganalsis data hasil tes ini, penulis merujuk pada model penilaian program ELS Composition Profile (Jacobs, Holly L dkk., 1981 yang diadaptasi sebagai berikut.

TabelB3.3B

PedLmanBPenilaianBKeterampilanBMenulisBArgumentatifB

AspekB RentangB

SkLrB TingkatB KriteriaBdalamBPenulisanB

1B 2B 3B 4B

Substantif (elemen pokok dan pelengkap)

27 – 30 Sangat

baik

Sangat memahami: memuat elemen pokok (pernyataan, alasan, pembenaran) dan elemen pelengkap (pendukung, modal, sanggahan) secara lengkap, relevan dengan permasalahan.

23 – 26 Baik Memahami: memuat elemen pokok dan

pelengkap, tetapi tidak lengkap.

19 – 22 Cukup Cukup memahami: memuat elemen pokok,

terbatas, dan tidak lengkap

15 - 18 Kurang Kurang memahami: tidak ada pernyataan,

alasan, pembenaran, pendukung, modal


(38)

1B 2B 3B 4B Tekstual

(Organisasi Isi)

18 – 20 Sangat

baik

Sangat tertata, tersusun, dan teratur dengan baik, urutan logis, ada paragraf pembuka, isi, dan penutup.

16 – 17 Baik Tertata, tersusun, dan teratur, tetapi kurang

lengkap.

13 – 15 Cukup Kurang tertata, kurang tersusun, kurang teratur, tidak berargumentasi.

10 – 12 Kurang Tidak tertata, tidak tersusun, tidak teratur, urutan tidak logis, tidak memenuhi kriteria tulisan argumentasi.

Leksikal (Kosa kata)

18 – 20 Sangat

baik

Sangat kaya kosa kata, pilihan kata dan ungkapan tepat, sangat menguasai pembentukan kata.

14 – 17 Baik

Kaya kosa kata, diksi dan ungkapan tepat, ada

kesalahan penggunaan kata tetapi tidak

mengganggu makna.

14 – 15 Cukup Miskin kosa kata, penggunaan diksi dan

ungkapan kurang tepat, tidak menguasai pembentukan kata.

12 – 13 Kurang Asal tulis, pengetahuan rendah.

Sintaksis (Kalimat)

23 – 25 Sangat

baik

Sangat menguasai tata bahasa, sangat sedikit kesalahan penggunaan kata dan penyusunan kalimat, efektif, makna jelas.

20 – 22 Baik Kalimat sederhana, efektif, ada kesalahan tetapi tidak mengaburkan makna.

17 – 19 Cukup Ada kesalahan, makna membingungkan.

15 – 16 Kurang Banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak

nilai. Grafemis

(Ejaan dan Tanda Baca)

5 Sangat

baik

Sangat menguasai penulisan kata, huruf, dan ejaan, sangat sedikit kesalahan.

4 Baik Ada sedikit kesalahan ejaan, tetapi tidak

mengaburkan makna.

3 Cukup Banyak kesalahan penulisan kata dan ejaan.

2 Kurang Tulisan sulit dibaca, tidak menguasai penulisan kata dan ejaan.

Skor

Nilai Akhir Penilai:


(39)

a. AnalisisBAspekBKebahasaanBArgumentatifB

Yang dimaksud dengan analisis aspek kebahasaan adalah analisis secara kualitatif data yang berupa tulisan atau karangan argumentatif siswa. Analisis ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran atau deskripsi tentang karangan argumentatif yang ditulis oleh siswa yang meliputi aspek (a) substantif, (b) tekstual, (c) leksikal, (d) sintaktis, dan (e) grafologis.

1) AnalisisBAspekBSubstantifB

Aspek substantif dalam wacana argumentatif mengacu pada isi wacana yang menyangkut elemen pokok dan elemen pelengkap wacana argumentatif. Elemen pokok meliputi pernyataan, alasan, dan pembenaran; sedangkan elemen pelengkap meliputi pendukung, modal, sanggahan. Indikator aspek substantif memiliki subindikator dapat dilihat pada tabel berikut.

TabelB3.4B

IndikatLrBAnalsisBAspekBSubstantifB

IndikatLrB SubindikatLrB KeteranganB

1B 2B 3B

Pernyataan Posisi (Proposisi)

a. Ada pernyataan

b. Tidak ada pernyataan

SangatBbaik: semua indikator ada

Baik: indikator inti ada; sebagian atau semua indikator tidak ada Cukup: elemen pokok ada tetapi tidak lengkap

Kurang: tidak ada pernyataan, alasan, pembenaran, tidak ada pembahasan

Alasan a. Logika

b. Fakta

c. Pendapat pakar

Pembenaran a. Ada pembenaran

b. Tidak ada pembenaran

Pendukung a. Ada pendukung


(40)

b. Tidak ada modal

Sanggahan a. Ada sanggahan

b. Tidak ada sanggahan

Analisis aspek substantif ini dilakukan dengan cara:

1) Mendaftar judul karangan.

2) Menganalisis karangan berdasarkan elemen pokok dan elemen

pendukung.

3) Menyimpulkan karangan, termasuk kategori karangan argumentatif

atau bukan.

2) AnalisisBAspekBTekstualB

Aspek tekstual mengacu pada organisasi tulisan argumentatif yang terdiri atas pembukaan, isi, dan penutup. Dalam memaparkan keterampilan menulis argumentatif siswa dalam aspek tekstual ini diperhatikan unsur-unsur pengembangan paragraf, hubungan antarparagraf, baik dari segi isi (kohesi) maupun dari segi bentuk (koherensi).

Dalam menganalisis aspek tekstual ini, indikator yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini.


(41)

TabelB3.5B

IndikatLrBAnalisisBAspekBTekstualB

IndikatLrB SubindikatLrB KeteranganB

1B 2B 3B

Ketepatan Ragam

a.Wacana argumentatif

b.Bukan wacana

argumentatif

SangatBbaik: wacana argumentatif, struktur lengkap, ada

pengembangan, kohesi, koherensi Baik: wacana

argumentatif, struktur dan pengembangan ada tetapi tidak lengkap

Cukup: wacana

argumentatif, struktur kurang lengkap, tidak berargumentasi

Kurang: bukan wacana argumentasi, struktur tidak lengkap, tidak tersusun, urutan tidak logis, tidak kohesif, tidak koheren Struktur

Argumentatif

a.Paragraf pembuka b.Paragraf isi

c.Paragraf penutup Pengembangan Paragraf Argumentatif a.Sebab-akibat b.Akibat-sebab c.Induktif d.Deduktif

Kohesi a.Referensi

b.Substitusi c.Elipsis d.Konjungsi e.Repetisi

Koherensi a.Aditif

b.Generatif c.Implikatif d.Intensitas e.Kausalitas f. Komparatif, kontrastif, similatif

Analisis aspek tekstual dilakukan dengan cara:

a) Memilih karangan kategori argumentatif yang ditandai oleh hadirnya elemen pokok dan elemen pendukung.

b) Menganalisis dan memaparkan komposisi karangan, pengembangan isi,


(42)

3) AnalisisBAspekBLeksikalB

Aspek leksikal mengacu pada penggunaan kosa kata dan ungkapan dalam tulisan siswa. Indikator analisis leksikal meliputi kebakuan kata dan keumuman kata. Masing-masing indikator memiliki subindikator sebagaimana tertera pada tabel berikut.

TabelB3.6B

IndikatLrBAnalisisBAspekBLeksikalB

IndikatLrB SubindikatLrB KeteranganB

1B 2B 3B

Kebakuan Kata a. Kata-kata baku

b. Kata-kata tidak baku

SangatBbaik: kaya kosa kata baku, ungkapan tepat,

menguasai pembentukan kata Baik: kosa kata baku, ungkapan tepat, ada kata tidak baku tetapi tidak mengganggu makna Cukup: miskin kosa kata,

banyak kata tidak baku, ungkapan yang kurang tepat Kurang: asal tulis, pengetahuan rendah

Keumuman Kata

a. Kata atau istilah umum

b. Kata atau istilah teknis

Analisis aspek leksikal dilakukan dengan cara:

1) Mencatat dan menghitung kata-kata tidak baku dan tidak sesuai dengan topik tulisan.

2) Menganalisis kebakuan kata.

3) Menyimpulkan keseluruhan pemakaian kebakuan kata dalam tulisan siswa.


(43)

4) AnalisisBAspekBSintaktisB

Analisis aspek sintaksis mengacu pada penggunaan kalimat dalam wacana argumentatif karangan siswa. Indikator penganalisisan aspek sintaktis ini meliputi unsur-unsur utama penggunaan kalimat efektif dalam wacana, yaitu (1) kesepadanan, (2) keparalelan, (3) penegasan, (4) kecermatan, (5) kehematan, (6) kelogisan. Indikator dan subindikator aspek sintaksis dapat dilihat pada tabel berikut.

TabelB3.7B

IndikatLrBAnalisisBAspekBSintaktisB

IndikatLrB SubindikatLrB KeteranganB

1B 2B 3B

Kesepadanan a. Subjek dan predikat jelas

b. Tidak mengandung subjek

ganda

SangatBbaik: sangat menguasai tata bahasa, kalimat efektif: sepadan, paralel, hemat, logis, tepat dalam penegasan, sangat sedikit kesalahan, makna jelas

Baik:Bkalimat sederhana, efektif, ada

ketidakefektifan tetapi tidak mengaburkan makna Cukup: ada

ketidakefektifan, makna membingungkan

Kurang: banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak nilai

Keparalelan a. Unsur-unsur setara

b. Unsur-unsur tidak setara

Penegasan a. Mendahulukan unsur yang

ditonjolkan

b. Urutan kata bertahap

c. Pengulangan

d. pertentangan

Kehematan a. Menghindari pengulangan

subjek

b. Menghindari pemakaian

superordinat

c. Menghindari kesinoniman

kata dalam satu kalimat

d. Tidak menjamakkan

kata-kata yang berbentuk jamak

Kelogisan a. Dapat dinalar


(44)

5) AnalisisBAspekBGrafLlLgisB

Analisis aspek grafologis mengacu pada ketepatan penggunaan EYD bahasa Indonesia. Rujukan utama aspek ini adalah Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Indikator aspek grafemis adalah (1) penulisan kata dan istilah, (2) pemakaian huruf, (3) pemakaian tanda baca.

TabelB3.8B

IndikatLrBAnalisisBAspekBGrafLlLgisB

IndikatLrB SubindikatLrB KeteranganB

1B 2B 3B

Penulisan Kata a. Kata dasar

b. Kata turunan

c. Kata ulang

d. Kata depan

SangatBbaik: sangat menguasai penulisan kata dan huruf serta pemakaian tanda baca, sangat sedikit kesalahan

Baik: ada sedikit kesalahan ejaan, tetapi tidak

mengaburkan makna Cukup: banyak kesalahan penulisan kata dan ejaan Kurang: tulisan sulit dibaca, tidak

menguasai penulisan ejaan

Penulisan Huruf a. Pada awal kalimat

b. Pada nama diri

Pemakaian Tanda Baca

a. Tanda titik

b. Tanda tanya

c. Tanda seru

d. Tanda hubung

e. Tanda petik

f. Tanda koma

Untuk menganalisis aspek grafologis ditempuh cara:

1) Mencatat dan menghitung penggunaan kata, pemakaian huruf dan tanda


(45)

2) Memaparkan kesalahan aspek grafologis.

E. UjiBHipLtesisB

Pengolahan nilai tulisan atau karangan argumentatif menggunakan operasi SPSS (statistical product and service solution) versi 17.0. Sebelum diolah secara statistik, sifat data-data tersebut terlebih dahulu dari segi distribusinya (normal tidaknya) dan kehomogenannya. Uji normalitas dan uji homogenitas berkonsekuensi pada penggeneralisasian hasil penelitian. Hanya data yang memiliki distribusi normal dan homogenlah yang dapat digeneralisasi hasilnya.

1. UjiBBNLrmalitasBDistribusiBPLpulasiB

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah distribusi nilai, baik pretes maupun postes, berdistribusi normal atau tidak. Melalui SPSS, uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dan Saphiro Wilk. Kriteria pengambilan keputusannya adalah

1) Jika nilai probabilitas atau signifikansi lebih kecil dari taraf kepercayaan 0,05, maka populasi data berdistribusi tidak normal.

2) Jika nilai probabilitas atau signifikansi lebih besar dari taraf kepercayaan 0,05, maka populasi data berdistribusi normal.


(46)

2. UjiBHLmLgenitasB

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kehomogenan antara data prestasi hasil pretes dengan postes, baik data pada kelompok perlakuan maupun data pada kelompok kontrol. Dalam operasi SPSS, uji homogenitas digunakan analisis varian kovarian atau uji ANOVA oneway. Kriteria pengambilan keputusannya adalah

1) Apabila nilai sig. lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05, maka data dinyatakan tidak homogen.

2) Apabila nilai sig. lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, maka data dinyatakan homogen.

Apabila uji ANOVA mengalami kendala pada taraf signifikansi tertentu, maka uji homogenitas masih bisa dilakukan dengan uji Barlett.

3. UjiBBSignifikansiB

Uji signifikansi atau pengujian hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui keefektifan model halaqah ilmiah (MHI) untuk pembelajaran menulis argumentatif bahasa Indonesia. Melalui uji signifikansi ini, hipotesis dinyatakan diterima atau ditolak. Untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen menggunakan uji Mann-Whitney atau dalam istilah statistik parametrik disebut uji t. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, digunakan program SPSS versi 17.


(47)

BABBVBB

PEMBAHASANBHASILBPENELITIANB

Bahasan dalam bab ini berspa analisis mengenai temsan-temsan penelitian. Temsan-temsan tersebst merspakan jawaban atas rsmssan masalah penelitian sebagaimana dikemskakan pada Bab I bagian B poin 2. Oleh karena its, hal-hal yang akan dibahas pada bagian ini adalah (1) hasil belajar siswa sebelsm dan sessdah penerapan model, (2) keefektifan model halaqah ilmiah (MHI), (3) ksalitas implementasi model, dan (4) perbaikan model.

A. PembahasanBHasilBBelajarByangBDiperolehBSebelumBdanBSesudahBPenerapanB

ModelBHalaqahB

1. AnalisisBHasilBBelajarBSebelumBPenerapanBMHB

Data hasil belajar yang akan dianalisis pada bagian ini adalah tslisan argsmentatif yang dibsat oleh siswa kelas eksperimen halaqah ilmiah. Secara ksalitatif, tslisan argsmentatif yang dibsat oleh siswa pada tes awal dapat dikemskakan sebagai berikst.

b.BAnalsisBKomponenBSubstantifB

Dari segi ssbstansi tslisan atas karangan argsmentasi, hasil karangan siswa pada tes awal belsm mensnjskkan kategori jenis karangan argsmentasi. Delapan belas karangan siswa tidak memsat pernyataan sikap, alasan, dan pembenaran.


(48)

Akibatnya, karangan yang ditslis oleh siswa hanya massk pada kategori eksposisi, deskriptif, atas narasi.

Pada tes awal (praperlaksan), dari 20 siswa, ksalitas keterampilan siswa dalam menslis argsmentatif terkategorikan kurang sebanyak 18 orang (90%) dan kategori cukup hanya 2 orang (10%). Dengan kategori kurang, berarti tslisan siswa belsm memenshi kriteria sebagai karangan argsmentatif, karena tidak memsat elemen pokok maspsn elemen pendsksng. Kategori cukup, berarti tslisan yang dibsat siswa memenshi kriteria sebagai tslisan argsmentatif, yaits memsat elemen pokok berspa pernyataan sikap dan alasan tanpa pembenaran.

b. AnalisisBKomponenBTekstualB

Pada tes awal, walaspsn secara ssbstansi belsm dapat dikategorikan sebagai tslisan argsmentatif, namsn secara tekstsal ssdah terlihat snssr-snssr pendahslsan, isi, dan penstsp atas kesimpslan. Tampaknya, pola tslisan siswa belsm terbentsk menjadi bagian pendahslsan, isi, dan kesimpslan secara stsh.

Pada smsmnya, siswa tidak mengalami kendala dalam membsat pendahslsan, karena semsa tslisan selals mengacs pada realitas kehidspan nyata dengan cara menceritakan realitas kekinian. Akan tetapi, pada bagian isi tslisan, rata-rata tslisan siswa belsm mensnjskkan kajian atas bahasan yang memenshi kriteria argsmentatif. Demikian jsga pada bagian kesimpslan atas penstsp, tslisan siswa mayoritas belsm memsat kesimpslan atas penstsp.


(49)

Pada bagian pendahuluan atas pembukaan tslisan, selals dinyatakan dengan frase berikst:

caat ini .... Dewasa ini ....

Kita saksikan bahwa saat ini .... ... sudah tidak asing lagi ....

... sekarang ini sedang marak-maraknya .... Di zaman sekarang ...

... sekarang ini ....

Adapsn pada bagian penstsp atas kesimpslan, tslisan siswa belsm memperlihatkan ketepatan penyimpslan sebsah tslisan. Kebanyakan akhir tslisan siswa masih mengambang, karena belsm hadirnya kesimpslan.

Secara keselsrshan, tslisan siswa yang ssdah mengarah kepada strsktsr yang baiksebanyak 15%, cukupsebanyak 60%, dan kategorikurangsebanyak 25%.

Analisis aspek tekstsal dengan fakta seperti tersebst di atas, dapat menjadi sebsah bahan pertimbangan bahwa tindak lanjst yang dapat dilakskan gsrs pada saat pembelajaran tslisan argsmentatif melalsi model halaqah adalah pengarahan fokss pada bagian isi dan penutup atas kesimpulan. Adapsn bagian

pendahuluan, csksp dengan pengarahan secara baik pada langkah pembelajaran

lintasan pikiran.


(50)

c. AnalisisBKomponenBLeksikalB

Dalam analisis komponen leksikal ini, yang diperhatikan adalah ketepatan penggsnaan kosa kata dan aspek kebaksan kata yang digsnakan. Dari 20 tslisan siswa pada tes awal, selsrshnya ditemskan kesalahan berspa penggsnaan kosa kata nonbaks dan penggsnaan ragam bahasa lisan dalam tslisan. Delapan belas (90%) tslisan siswa menggsnakan kosa kata nonbaks. Kosa kata nonbaks tersebst tampaknya dipengarshi oleh gaya bahasa lisan yang dimasskkan ke dalam tslisan. Dalam tslisan yang berkode T.Aw. 10 terdapat kalimat, “… sekali nyontek maunya nyontek terus dech”. Pada tslisan dengan kode T.Aw. 14 dan 15 memang tidak ditemskan kosa kata nonbaks, tetapi kedsa tslisan tersebst terkategori sangat miskin kosa kata.

Sebagaimana diketahsi bahwa tslisan argsmentaif adalah tslisan ragam ilmiah, maka konseksensinya, seorang penslis dalam membsat tslisan argsmentatif membstshkan pengalaman ilmiah yang diwsjsdkan dalam bentsk kata-kata dan istilah-istilah denotatif. Ssdah barang tents, pemerolehan kosa kata ilmiah harsslah melalsi forsm-forsm ilmiah atas bahan-bahan bacaan ilmiah.

d. AnalisisBKomponenBSintaktisB

Komponen sintaksis yang dianalisis berkaitan dengan keefektifan kalimat melipsti aspek kesepadanan, keparalelan, penegasan, kehematan, dan kelogisan. Dari keselsrshan tslisan pada tes awal, tslisan terkategori baik sebanyak tiga


(51)

tslisan atas 15% (T.Aw.05, 07, dan 20); kategori csksp sebanyak 15 tslisan atas 75% (T.Aw. 01, 02, 03, 04, 06, 08, 09, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, dan 19); kategori ksrang sebanyak dsa tslisan atas 10% (T.Aw. 14 dan 18).

Pada tes awal ini, secara smsm terlihat bahwa keterampilan siswa dalam membsat kalimat efektif belsm csksp yaits sebanyak 75%. Dengan demikian, diperlskan penjelasan yang lebih detil tentang kalimat efektif di dalam halaqah.

e. AnalisisBKomponenBGrafologisB

Analisis komponen grafologis pada tes awal ditemskan 20 (100%) tslisan yang mengandsng kesalahan.

Berdasarkan kriteria komponen grafologis, dari 20 siswa pada tes awal, sebanyak 2 orang (10%) termassk kategori baik, 11 orang (55%) termassk kategori csksp, dan tsjsh orang (35%) termassk kategori ksrang.

2. AnalisisBHasilBBelajarBSesudahBPenerapanBMHIB

Sebsah pertanyaan penting sntsk dijawab sehsbsngan dengan penerapan model halaqah ilmiah (MHI) dalam penelitian ini adalah “apakah MHI dapat meningkatkan keterampilan menslis argsmentatif?”. Untsk menjawab pertanyaan ini, dibstshkan dsa hal, yaits membandingkan hasil tes keterampilan menslis argsmentatif pada pretes dan postes dan melakskan sji signifikansi secara statistik.


(52)

Penganalisisan hasil belajar siswa pascapenerapan MHI pada tes akhir, sebagaimana pada tes awal, didasarkan pada komponen kebahasaan tslisan argsmentatif. Komponen yang dimakssd adalah (1) ssbstantif, (2) tekstsal, (3) leksikal, (4) sintaksis, dan (5) grafologis. Analisis tslisan siswa pada tes akhir dikemskakan sebagai berikst.

a. AnalisisBKomponenBSubstantifB

Dari komponen ssbstantif, keterampilan menslis argsmentatif siswa pasca penerapan MHI mengalami peningkatan yang signifikan. Pada tes akhir ini, dari 20 tslisan, hanya sats (5%) tslisan yang berkategori ksrang, yaits tslisan yang berkode T.Akh.11. Keksrangan tersebst dikarenakan tidak adanya pernyataan sikap. Akan tetapi, dari topik yang diangkatnya mensnjskkan adanya kontroversial, yaits tentang Kebiasaan Merokok. Sebanyak 11 (55%) tslisan berkategori sangat baik, di mana pada tslisan-tslisan tersebst (T.Akh.01, 02, 04, 06, 07, 10, 12, 13, 15, 17, dan 19) telah memsat elemen pokok dan elemen pendsksng.

b. AnalisisBKomponenBTekstualB

Pada komponen tekstsal terkait aspek ketepatan ragam tslisan pada tes akhir, dari 20 tslisan, 19 (95%) tslisan merspakan ragam argsmentatif. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil belajar pada tes awal, yaits 19 (95%) tslisan bskan termassk tslisan argsmentatif. Pada tes akhir hanya sats (5%) tslisan yang tidak dikategorikan sebagai tslisan argsmentatif, di mana sats tslisan tersebst


(53)

tidak ada pernyataan sikap, padahal di sana-sini dikemskakan argsmen-argsmen dari realitas yang disampaikan di awal tslisan.

Pada aspek strsktsr atas organisasi tslisan, secara konsisten semsa tslisan (100%) mengandsng bagian pembska atas pendahslsan, isi, dan penstsp atas kesimpslan.

c. AnalisisBKomponenBLeksikalB

Dari hasil tes akhir diperoleh data pada komponen keterampilan memilih kata (leksikal) siswa pada aspek kebaksan kata sebagai berikst.

Penggsnaan kata tapi berksrang intensitasnya, yang lebih banyak digsnakan adalah kata tetapi. Walasn psn dari segi kebaksan penggsnaan kata

tapi merspakan sats kesalahan, tetapi tidak mengganggs makna. Oleh karena its, dari segi indikator penilaian masih dapat dikategorikan baik.

d. AnalisisBKomponenBSintaktisB

Pada analisis komponen sintaksis, masih ditemskan kesalahan pemakaian kalimat pada aspek kesepadanan, khssssnya kesalahan ketidakjelasan ssbjek. Hal disebabkan oleh penggsnaan penggsnaan kata penghsbsng tetapi pada awal kalimat (T.Akh.01, 04, dan 10).

Ditinjas dari komponen sintaksis, dari 20 tslisan pada tes akhir, termassk kategori sangat baik sebanyak delapan (40%) tslisan (T.Akh.01, 02, 04, 06, 07, 08, 17, dan 19), kategori baik sebanyak 12 tslisan (60%). Dengan demikian, maka


(54)

hasil belajar keterampilan menslis argsmentatif siswa pada komponen sintaksis mensnjskkan adanya peningkatan dibandingkan dengan tes awal.

e. AnalisisBKomponenBGrafologisB

Pada komponen grafologis, tslisan argsmentatif siswa dianalsis dari segi penggsnaan ejaan, dalam hal ini Ejaan yang Disempsrnakan (EYD).

Dari kesalahan grafologis pada tabel 5.5 tersebst, diperoleh informasi bahwa kesalahan penggsnaan ejaan dari 10 aspek kesalahan disebabkan oleh (1) ketidaktaatasasan atas ketidakkonsistenan dalam menggsnakan kosa kata tertents, (2) ketiadaan pengetahsan yang memadai atas ketidakmengertian tentang kaidah EYD, dan (3) ketidaktahsan konsep dasar sebsah bentsk.

Ketidaktaatasasan penggsnaan kaidah bahasa Indonesia dapat dibsktikan dengan, misalnya, penggsnaan bentsk kata yang bersbah-sbah (tapi dan tetapi,

karna dan karena), pengslangan kata (anak’’ dan anak-anak, orang’’ dan orang-orang). Adapsn kesalahan yang disebabkan oleh ketidakmengertian siswa terhadap kaidah bahasa Indonesia (EYD) dapat dibsktikan dengan penslisan atas pemakaian hsrsf, kata, atas tanda baca yang asal jadi, misalnya strees, sex, tehnologi.Kesalahan yang disebabkan oleh ketidakpahaman terhadap konsep kaidah bahasa, misalnya sslit membedakan cara penslisan awal di- dan


(55)

Ditinjas dari komponen grafologis, dari 20 tslisan argsmentatif siswa, berkategori baik sebanyak 15 (75%) tslisan dan berkategori csksp sebanyak 5 (25%) tslisan, serta tidak sats psn yang mencapai kategori sangat baik.

Secara keselsrshan, keterampilan menslis argsmentatif siswa pascaperlaksan atas penerapan model, baik its model konvensional, model halaqah tradisional, maspsn model halaqah ilmiah mensnjskkan peningkatan dalam semsa komponennya. Hal ini dapat dilihat pada meningkatnya ksalitas tslisan dari berbagai komponen kebahasaan. Untsk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang peningkatan ksalitas keterampilan menslis argsmentatif siswa pada semsa kelompok, dapat dilihat pada tabel berikst.

TabelB5.1B

PerbandinganBKualitasBKeterampilanBMenulisBArgumentatifB

NoB ModelB TesBAwalB TesBAkhirB

1 MHI 69.75 (Ksrang) 90.25 (Sangan baik) 2 MHT 67.4 (Ksrang) 84.3 (Baik) 3 Mkonv. 62.591 (Ksrang) 71 (Csksp)

Tabel 5.6 memperlihatkan adanya peningkatan keterampilan menslis argsmentatif sebagai pengarsh atas dampak dari perlaksan model yang secara bertsrst-tsrst pada MHI dari peringkat kurang menjadi sangat baik, MHT dari


(56)

B. KeefektifanBMHIB

Untsk mengetahsi keefektifan MHI perls dilakskan sji hipotesis yang dalam penelitian ini digsnakan sji statistik parametrik dengan menggsnakan

software atas program SPSS versi 17. Sebelsm dilakskan sji hipotesis, data-data yang diperoleh dari tes keterampilan menslis argsmentatif terlebih dahsls disji sifat normalitas dan homogenitasnya.

Uji normalitas dimakssdkan sntsk mengetahsi apakah data yang akan diolah terdistribssi normal atas tidak. Uji normalitas pada kelompok data tes awal dan tes akhir MHI, MHT, dan MKonv. mensnjskkan bahwa data-data tersebst terdistribssi normal. Dengan demikian, data telah memenshi syarat sntsk diolah lebih lanjst.

Uji homogenitas dimakssdkan sntsk memperlihatkan bahwa dsa atas lebih kelompok data sampel berasal dari popslasi yang memiliki variansi yang sama. Harga sig. (sinifikansi) yang diperoleh dari perhitsngan (x2hitung)

selanjstnya dibandingkan dengan x2 dari tabel (x2tabel ), bila sig. yang

diperoleh<x2tabel (0,05) maka data berasal dari popslasi yang mempsnyai varian

tidak serspa (tidak homogen). Jika sig. yang diperoleh > 0,05 maka data berasal dari popslasi yang mempsnyai varian yang serspa (homogen). Hasil sji homogenitas semsa data mensnjskkan adanya sifat homogenitas pada data-data tersebst. Dengan demikian, maka sji hipotesis dapat dilakskan.


(57)

Uji hipotesis dilakskan dengan analisis varian dan kovarian dan analisis perbedaan dsa rata-rata. Analisis varian dan kovarian terhadap MHI dengan MKonv., MHI dengan MHT, MHT dengan MHI mensnjskkan adanya perbedaan hasil yang signifikan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Ini memberi informasi adanya pengarsh perlaksan terhadap peningkatan keterampilan menslis argsmentatif baik pada halaqah ilmiah, halaqah tradisional, maspsn pada kelas konvensional.

Analisis perbedaan rata-rata ketiga kelompok mensnjskkan bahwa hipotesis yang diajskan dapat diterima pada tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis yang diajskan berbsnyi: keterampilan menulis argumentatif siswa meningkat secara signifikan pada pembelajaran MHI dibandingkan dengan MHT dan Mkonv. dan pembelajaran MHT dibandingkan dengan Mkonv. diterima. Peningkatan skor rata-rata keterampilan menslis dapat dilihat pada tabel berikst.

TabelB5.2B

PerbedaanBNilaiBRata-rataBKeterampilanBMenulisBArgumentatifB

ModelB Rata-rataBHasilBTesBAkhirB

Konvensional 72,60 Halaqah Tradisional 84,30 Halaqah Ilmiah 90.25


(58)

Meningkatnya skor rata-rata pada MHI, MHT, dan MKonv. mensnjskkan pengarsh perlaksan. Tabel 5.1 menggambarkan adanya pengarsh MHI lebih baik daripada MHT dan MKonv. Hal ini ditopang oleh perbedaan Gain, baik Gain per individs maspsn Gain antarmodel sebagai berikst.

TabelB5.3B

NilaiBTesBAwal,BTesBAkhir,BdanBPeningkatanB(Gain)BMHP,BMHT,BdanBMKonv.B

NoB UrutB MHPB GAIN MHTB GAINB MKonv.B GAINB TesB AwalB TesB AkhirB TesBAwalB TesB AkhirB TesB AwalB TesB AkhirB

1B 2B 3B 4B 5B 6B 7B 8B 9B 10B

1 73 95 22 71 81 10 58 72 14

2 66 95 29 70 77 7 75 71 -4

3 65 88 23 74 77 3 77 86 9

4 69 98 29 74 80 6 59 81 22

5 74 89 15 71 84 13 62 75 13

6 74 97 23 73 65 -8 58 74 16

7 76 97 21 58 77 19 60 75 15

8 75 91 16 58 67 9 60 77 17

9 74 86 12 66 80 14 59 62 3

10 64 91 27 71 89 18 59 70 11

11 62 76 14 65 76 11 59 57 -2

12 63 95 32 66 88 22 59 56 -3

13 72 91 19 67 79 12 74 70 -4

14 60 81 21 64 89 25 63 77 14

15 74 92 18 65 75 10 60 75 15

16 66 82 16 70 98 28 60 74 14

17 72 99 27 67 71 4 62 86 24

18 62 84 22 64 86 22 63 73 10

19 81 92 11 67 97 30 59 68 9

20 73 86 13 70 99 29 59 61 2

21 67 79 12 59 61 2

22 64 89 25 60 66 6

23 65 75 10 84 88 4

24 73 96 23 60 78 18


(1)

Bobbi, DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Huang-Huang Kelas. Bandung: KAIFA. De Bono, Edward. 1986. Berpikir Praktis. Bandung: Pionir Jaya.

Calne, Donald B. 2005. Batas Nalar. Jakarta: KPG.

Davies, K. Ivor. 1981. Instructional Technique. New York: McGraw-Hill Inc.

Depag. 1971. Alquran dan Terjemahnya. Medinah Munawwarah: Khadimah Alharamain Assyarifain.

Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Depdiknas dan Balai Pustaka. Depdiknas. 2006. Pedoman Model Penilaian Kelas Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Jakarta: BP. Cipta Jaya.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

English, Evelyn Williams. 2005. Mengajar dengan Empati, Panduan Belajar Mengajar Tepat dan Menyeluruh untuk Huang Kelas dengan Kecerdasan Beragam. Bandung: Nuansa.

Fraenkel, J.R. and Walle, N.E. 1993. How to Design and Evaluate Hesearch in Education. New York: McGraw Hill Inc.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hariwijaya, M. 2007. Jurus Maut Menulis dan Menerbitkan Buku. Yogyakarta:

EIMATERA Publishing.

Hidayat, Kosadi, Suardi Sapani, dan Zaindal Abidin. 1994. Evaluasi Pendidikan dan Penerapannya dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Alfabeta. http://www.meccacentric.com/055.html

http://en.wikipedia.org/wiki/User:Halaqah http://halaqah.net/v10/index.php?topic http://msa-west.net/downloads/halaqapacket http://uin-suka.info/ejurnal


(2)

http://www.halaqah-online.com http://www.al-ikhwan.net http://en.wiktionary.org/wiki/

Izzuddin, Solikhin Abu. 2009. New Quantum Tarbiyah. Yogyakarta: Pro U Media. Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: SPs UPI dan PT Remaja Rosdakarya.

Iskandarwassid. 2002. Efektivitas Model Mengajar Membaca Interpretatif dalam Meningkatkan Hasil Belajar Apresiasi Sastra Mahasiswa. Disertasi tidak dipublikasi pada PPs UPI Bandung.

Jabrohim, Chairul Anwar, dan Suminto A. Sayuti. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Joyce, Bruce and Marsha Weil. 1980. Models or Teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Kasiram, Moh. 1984. Teknik-Teknik Analisa Item dan Cara-Cara Menghitung Validity dan Heliability. Surabaya: Usaha Nasional.

Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. (Tersedia dalam bentuk softcopy). Jakarta: Pusat Kurikulum.

Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kurdi, Syuaeb dan Abdul Aziz. 2006. Model Pembelajaran Efektif. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Lang, Hellmut R and David N. Evans. 2006. Models, Strategis, and Methods for Effective Teaching. Boston: Pearson Education Inc.

Langgulung, Hasan. 2003a. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al Husna Baru.

Langgulung, Hasan. 2003b. Pendidikan Islam dalam Abad ke-21. Jakarta: Pustaka Al Husna Baru.

Locke, Louis G., William M. Gibson, and George Arms. 1967. Headings for Liberal Education. Fifth edition. New York. Holt, Rinehart and Winston.


(3)

Lubis, Satria Hadi.2006. Hahasia Kesuksesan Halaqah (Usrah). Jakarta: FBA Press. Ma’arif, Syamsul. 2005. Pendidikan Pluralisme di Indonesia. Jogjakarta: Logung

Pustaka.

Mafrukhi, dkk. 2007. Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Mahmud, Ali Abdul Halim. 2008. Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin. Solo: Era Intermedia.

Mahmud, Ali Abdul Halim. 1997. Ikhwanul Muslimun: Konsep Gerakan Terpadu. Jilid 2. Jakarta: GIP.

Mapes, James J. 2003. Quantum Leap Thinking: Pedoman Lengkap Cara Berpikir. Surabaya: Ikon Teralitera.

Muijs, Daniel dan David Reynolds. 2008. Effective Teaching. Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Mulyana, Yoyo. 2000. “Keefektifan Model Mengajar Respons Pembaca dalam Pembelajaran Kajian Puisi, Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPB IKIP Bandung, Tahun Akademik 1998/1999”. Disertasi tidak dipublikasi pada PPS UPI Bandung. Mulyasa, E. 2006a. Kurikulum yang Disempurnakan, Pengembangan Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2006b. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nadeak, Wilson.1983. Bagaimana Menjadi Penulis yang Sukses. Bandung: Sinar Baru.

Nugroho, Riant. 2008. Pendidikan Indonesia: Harapan, Visi, dan Strategi. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Nurgiantoro. Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

O’neil, William F. 2002. Ideologi-ideologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Poespoprodjo, W. 2007. Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu.

Bandung: Pustaka Grafika.


(4)

Rose, Colin. 2003. Kuasai Lebih Cepat. Bandung: Kaifa.

Rose, Colin. 2007. Super Accelerated Learning. Bandung: Jabal.

Russel, Bertrand, et al. 2003. Mind Power: Menjelajah Kekuatan Pikiran. Bandung: Nuansa.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.

Saifullah. 2005. Muhammad Quthb & Sistem Pendidikan Non Dikotomi. Yogyakarta: Suluh Press.

Sakri, Adjat. 1992. Bangun paragraf bahasa Indonesia. Bandung: ITB.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Santana K., Septiawan. 2007. Menulis Ilmiah: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Santoso, Singgih. 2005. Bank Soal Statistik dengan SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Setianingsih, Yuliana. 2008. Peningkatan Kemampuan Menulis Argumentatif dan Keterampilan Berpikir Kritis Berbahasa Indonesia Mahasiswa Melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Logika Toulmin. Disertasi. Tidak Dipublikasi pada PPs UPI Bandung.

Sobari, Teti. 2006. Pembelajaran Menulis Paragraf dalam Karangan Argumentasi dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe Jigsaw di SMU PGII 2 Bandung. Tesis tidak dipublikasi pada UPI Bandung.

Somad, Adi Abdul, Aminudin, Yudi Irawan. 2008. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas X SMA/MA (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Spence, Gerry. 2007. Seni Berargumentasi dan Menang Setiap Saat. Jakarta: Gramedia.

Subana, M. dan Sunarti. Tanpa Tahun. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.

Sudaryat, Yayat. 2008. Strategi Modeling Berbasis Teks (SMBT) dalam Peningkatan Kompetensi Menulis Bahasa Indonesia (Studi tentang


(5)

Pembelajaran Menulis Esai pada Siswa SMA YAS Kota Bandung). Disertasi tidak dipublikasi pada PPs UPI Bandung.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan H & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsono. 2001. Mencerdaskan Anak. Jakarta: Inisiasi Press.

Suparno dan Mohamad Yunus. 2005. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Surapranata, Sumarna. 2006. Analisis, Validitas, Heliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suyanto. 2006. Dinamika Pendidikan Nasional (dalam Percaturan Dunia Global). Jakarta: PSAP Muhammadiyah.

Syamsi, Katamsi dan Anwar Efendi. 2008. Aku Mampu Berbahasa Indonesia untuk SMK dan MAK (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Syamsuddin A.R. dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosda Karya dan UPI.

Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Takariawan, Cahyadi dan Ida Nur Laila. 2005. Menjadi Murabbiyah Sukses. Solo: Era Intermedia.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Djago dan H.G. Tarigan. 1987. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tim Raudhatul Jannah. 1421H. Buku B. Jakarta: Lembaga Kajian Manhaj Tarbiah. Tim Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah. 2007. Manhaj Tarbiyah 1427H. Jakarta:

Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah.

Utami, Sri dkk. 2008. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas


(6)

Wahab, Abdul Azis. 2007. Metode dan Model-model Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Weston, Anthony. 2007. Kaidah Berargumentasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wibowo, Wahyu. 2002. Enam Langkah Jitu agarTulisan Anda Makin Hidup dan


Dokumen yang terkait

Keterampilan Menulis Paragraf Persuasi pada Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Cibitung

0 6 88

Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Argumentasi dengan Model Pembelajaran Berpikir Berbicara Menulis melalui Media Foto Jurnalistik pada Siswa Kelas X.2 SMA N 1 Welahan Jepara

0 17 273

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN PENGUASAAN DIKSI TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA DHARMAWANGSA MEDAN.

0 3 19

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE PADA SISWA Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Melalui Model Pembelajaran Concept Sentence pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Tahun 2015/2016.

0 2 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN PERMAINAN Peningkatan Keterampilan Menulis Aksara Jawa Melalui Model Pembelajaran Quantum Teaching Dengan Permainan Kartu Huruf Pada Siswa Kelas III SDN Tungg

0 4 14

Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Argumentasi dengan Model Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis melalui Media Berita Foto pada Siswa Kelas X-4 SMA PGRI 01 Kendal.

0 0 3

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN PADA SISWA KELAS X SMA.

0 2 155

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK DALAM KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 YOGYAKARTA.

2 10 182

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT SENTENCE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

0 0 7

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH SISWA KELAS X

0 0 13