HUBUNGAN PERILAKU GURU DALAM MENGAJAR PENJAS DENGAN DISIPLIN SISWA.

(1)

SKRIPSI

DiajukanUntukMemenuhiSebagian Dari SyaratMemperolehGelarSarjanaPendidikan Program StudiPendidikanJasmaniKesehatan Dan Rekreasi

Oleh:

Luksy Bass Hussein 0807736

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN


(2)

ABSTRAK

Luksy Bass Hussein NIM 0807736. Skripsi : Hubungan Perilaku Guru Dalam Mengajar Penjas Dengan Disiplin Siswa (Studi Deskriptif Di SMP Negeri 29 Bandung Kelas IX). Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Dr. Hj. Tite Juliantine, M. Pd dan Pembimbing II Dra. Lilis Komariyah, M. Pd Program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Pendidikan Indonesia.

Disiplin sangat menunjang keberhasilan belajar. Siswa belajar menghargai waktu, datang tepat waktu dan memanfaatkan waktu belajar sehingga penelaahan tentang disiplin dapat mendormg upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran. penerapan disiplin perlu ada contoh seseorang yang berinteraksi langsung dalam proses pembelajaran seperti guru. Guru tidak hanya berperan sebagai fasilitator pembelajaran. Guru menunjukkan perilaku yang layak dicontoh. Disiplin kadang berubah jika tidak ada pembelajaran tentang disiplin.

Tujuan Penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan perilaku guru dalam mengajar penjas dengan disiplin siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan teknik korelasional. Sampel adalah siswa kelas IX F SMP Negeri 29 Bandung sebanyak 40 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel random.

Hasil penghitungan menunjukan besarnya hubungan perilaku guru dalam mengajar penjas dengan disiplin siswa adalah 0.67 atau kuat. Hasil uji signifikansi t hitung yaitu 5.5 > t tabel dengan tingkat kepercayaan 95 % dengan jumlah sampel 40 adalah (2.021). Berarti hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan perilaku guru dengan disiplin siswa diterima.

Diperoleh kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku guru dalam mengajar penjas dengan disiplin siswa.


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... ... 7

E. Batasan Penelitian ... 8

F. Anggapan Dasar ... ... 9

G. Definisi Operasional ... ... 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perilaku Secara Umum ... 12

B. Perilaku Guru ... 16

C. Disiplin Secara Umum ... 25

D. Disiplin Siswa ... 28

E. Hubungan ... 30

F. Hipotesis ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 33

B. Penentuan Populasi dan Sampel ... 33

C. Teknik Pengumpulan Data ... 37

D. Kisi-kisi Instrumen Penelitian... 41

E. Metode Pengumpulan Data ... 43

F. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 43

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 49 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


(4)

B. Hasil Analisis Data ... 70 C. Diskusi Temuan ... 75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 79 B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani tidak hanya mengedepankan pengetahuan yang digambarkan dengan kemampuan siswa memahami materi pelajaran penjas. Penjas menekankan adanya realisasi nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Baley dan Field (Abduljabar, 2010:4) menyatakan bahwa “Pendidikan jasmani adalah poses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, cultural, emosonal, dan estetika yangdihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani’.

Pengertian pendidikan jasmani menurut Husdarta (2011:3) adalah ”Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental dan emosional”. Guna mencapai tujuan penjas maka diperlukan input, proses dan output yang mendidik. Input terdiri dari siswa yang termotivasi untuk belajar. Proses terdiri dari pembelajaran dan outpun terdiri dari hasil pembelajarannya tersebut yakni siswa yang disiplin dalam pembelajaran dan juga kesehariannya di luar maupun di dalam sekolah.

Pada proses diperlukan sejumlah kondisi pembelajaran yang baik terutama guru, lingkungan serta dukungan sarana agar menghasilkan output sesuai yang


(6)

kehidupan sehari-hari. Guru dengan kualifikasi yang dibutuhkan adalah

instrumental input yang akan mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran,

seperti dinyatakan Sudjana (2008:90) ”Pendidik sebagai unsur tenaga pembelajaran memiliki perillaku yang mencakup kemampuan dasar, akademik, personal sosial dan professional”.

Guru adalah peran utama dalam pembelajaran di sekolah yang dibutuhkan untuk mendukung proses pembelajaran bagi siswa. Oleh karena itu guru harus memiliki kualifikasi perilaku yang dapat dicontoh oleh siswa karena guru tidak hanya berperan sebagai pengajar. Guru adalah pendidik yang memberikan contoh bagaimana berperilaku dalam kehidupan sosial dan dalam proses pembelajaran. Guru yang memiliki perilaku baik akan dicontoh oleh siswa untuk ditiru. Guru adalah model yang ditiru oleh siswa melalui interaksi dalam proses pembelajaran . Tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik dan mendidik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seorang guru. Guna melaksanakan sejumlah tugas pendidikan guru harus memiliki perilaku yang tercermin dari pola perilaku keseharian maupun dalam proses pembelajaran. Seorang guru yang tidak memiliki perilaku baik tidak akan mampu menjalankan tugas mendidik dan tidak dapat menjadi model yang ditiru oleh peserta didik. Guru dengan perangai yang baik, berpakaian rapi, berbicara dengan sopan serta mengarahkan siswa agar berperilaku baik sangat dibutuhkan dalam membentuk perilaku siswa.

Perilaku adalah tingkah laku yang ditampilkan dengan cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Azwar (2010:9) menjelaskan perilaku merupakan reaksi yang bersifat sederhana atau kompleks. Perilaku tampil karena adanya


(7)

respon serta adanya aktivitas mental yang berlangsung dalam suatu kondisi. Perilaku guru yang ditampilkan dalam proses pembelajaran didasarkan pada sikap dan nilai yang dimiliki. Semakin baik sikap dan nilai yang dimiliki maka guru memiliki kecenderungan tinggi untuk berperilaku baik.

Seorang pendidik dengan perilaku yang baik akan menjadi model bagi siswa. Peserta didik akan meniru perilaku guru termasuk disiplin yang dimiliki guru. Dinamika perubahan lingkungan serta terjadinya pergeseran nilai-nilai yang mempengaruhi perilaku siswa telah mendorong pentingnya peran guru untuk dimiliki terlebih perilaku guru dalam mengajar. Beberapa hari terakhir terdengar di berbagai media televisi tentang tawuran yang menyebabkan tewasnya seorang siswa di Jakarta. ( http://www.antaranews.com/berita/334907/satu-tewas-dalam-tawuran-siswa-sman-6-dengan-sman-70 diakses 5 Oktober).

Berita yang dilansir jelas memprihatinkan. Pelajar telah menjadi seorang “pembunuh”. Berita tersebut menimbulkan pertanyaan besar ada apa dengan dunia pendidikan.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa salah satu yang mempengaruhi perilaku siswa dalam tawuran tersebut adalah sekolah melalui peran guru dalam memberikan pembelajaran. Seperti ditegaskan bahwa (pai.go.id/publikasi-mainmenu-33/artikel/258-tawuran-pelajar-memprihatinkan-dunia-pendidikan.html diaskes 5 oktober) :

Faktor sekolah. Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga

yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang


(8)

monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik” siswanya.

Tawuran antar pelajar jelas menunjukkan adanya penyimpangan perilaku yang dimiliki para siswa, dan siswa menunjukkan eksistensinya melalui jalan yang keliru. Oleh karena itu peran guru sebenarnya berat yaitu membentuk perilaku siswa terutama pada saat berinteraksi dengan lingkungannya.

Seorang guru yang berperilaku baik memiliki pandangan dan nilai yang baik terhadap lingkungannya termasuk pandangannya tentang disiplin. Guru memahami pentingnya disiplin dalam pembelajaran. Guru yang berperilaku baik mampu mendorong disiplin siswa dalam belajar. Selain berperan sebagai fasilitator siswa dengan sumber belajar, guru penjas bertindak sebagai motivator. Seorang anak yang termotivasi memiliki peluang yang lebih besar untuk berhasil baik dalam pelajaran atau dalam menghadapi tugas sekolah. Disiplin akan mendorong siswa untuk belajar, datang lebih awal, belajar lebih giat, memperhatikan guru, mencari sumber referensi pengetahuan tentang penjas atau bertanya untuk lebih memahami materi. Dalam bahasa yang sederhana disiplin belajar adalah faktor yang mendorong siswa untuk belajar dan taat pada peraturan yang diterapkan guru maupun sekolah.

Peningkatan kualitas pendidikan baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif yang harus dilakukan terus menerus, sehingga pendidikan dapat di


(9)

gunakan sebagai wahana dalam membangun watak bangsa. Guru sebagai main

person memiliki perillaku guna mewujudkan proses, dan hasil belajar yang

diharapkan sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 (Sisdiknas Pasal 3) yaitu :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban banngsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab

Belajar tanpa sikap disiplin akan kurang terarah dan sulit mencapai tujuan. Disiplin artinya mengikuti peraturan dan tata tertib. Sebagai seorang siswa disiplin yang diharapkan adalah disiplin yang dilandasi kesadaran bahwa mengikuti aturan dan tata tertib akan mendukung terciptanya proses pembelajaran yang kondusif.

Hasil observasi terhadap Siswa SMPN 29 Kota Bandung persoalan dan disiplin merupakan persoalan yang umum terjadi pada sekolah yang lain. Disiplin siswa dalam belajar kadang menurun seperti terlambat masuk kelas, absensi atau tidak hadir, keterlambatan penyerahan tugas, dan tidak mengerjakan PR. Siswa jarang membaca buku pelajaran penjas. Pada ujian dadakan yang diberikan siswa terkadang kurang siap dan tidak mengulang pelajaran penjas di rumah. Persoalan-persoalan tersebut akan menghambat proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran penjas. Disiplin menjadi kendala terlebih pada saat pembelajaran penjas dilakukan di luar lapangan dengan kondisi cuaca yang cukup panas, dan membutuhkan persiapan fisik yang baik.


(10)

Perubahan lingkungan serta pengaruh pergaulan mempengaruhi perilaku disiplin siswa dalam belajar penjas. Keterlambatan mengikuti jam pelajaran penjas sering terjadi, ada siswa yang tidak menggunakan sepatu olahraga, tidak mengikuti pelajaran di luar kelas seperti renang, serta terlambat menyelesaikan tugas. Persoalan disiplin akan semakin berdampak negatif bagi perkembangan belajar siswa jika tidak ditangani dengan cara yang mendidik.

Persolan disiplin dalam belajar penjas merupakan persoalan yang perlu mendapatkan telaah ilmiah. Persoalan yang ditimbulkan akibat tindakan tidak disiplin akan berakibat negatif pada pencapaian tujuan pembelajaran. Jika persoalan disiplin dapat diatasi sejak dini maka tujuan pendidikan tidak akan terhambat. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu acuan bagi peningkatan disiplin. Gambaran yang jelas akan diperoleh guru penjas untuk melakukan penguatan, hukuman, atau pemberian penghargaan bagi siswa yang memiliki disiplin yang tinggi. Menurut Ibrahim dan Komarudin (2007:52) diungkapkan bahwa terdapat dua jenis disiplin yaitu :

a) Disiplin semu yaitu disiplin yang dilakukan para atlet dalam suatu kegiatan hanya karena terpaksa, takut dihukum, hanya karena diperintah, atau tanpadisertai kesadaran. b) Disiplin diri adalah disiplin yang disertai kesadaran untuk berlatih sendiri, untuk meningkatkan keterampilan dan menjaga kondisi fisik dan kesegaran jasmani , dapat menguasai diri untuk tidak melakukan kegiatan yang bertentangan dengan peraturan datau dapat merugikan kesehatan, hidup dengan sebaik-baiknya dan memiliki citra diri sebagai atlet maupun pelajar ideal

Disiplin sangat menunjang keberhasilan belajar. Siswa belajar menghargai waktu, datang tepat waktu dan memanfaatkan waktu belajar sehingga penelaahan tentang disiplin dapat mendormg upaya peningkatan kualitas proses pembelajaran


(11)

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Perilaku Guru Dalam Mengajar Penjas Dengan Disiplin Siswa” (Studi Deskriptif di SMP Negeri 29 Bandung)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini akan diuraikan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku guru dalam mengajar penjas dengan disiplin siswa di SMPN 29 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Mengenai tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara perilaku guru dalam mengajar penjas dengan Disiplin Siswa Di SMPN 29 Bandung

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah : 1. Secara Teori

Hasil penelitian dapat menjadi salah satu referensi bagi pengembangan aspek psikologis siswa yaitu disiplin dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran Penjas pada usia remaja. Hasil penelitian dapat dijadikan salah satu landasan pengetahuan mengenai disiplin sehingga diperoleh pemahaman yang lebih luas serta


(12)

memberikan gambaran di lapangan tentang kompetensi guru dan perannya dalam membangun disiplin

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Pengalaman meneliti akan menjadi sumber belajar yang berharga untuk meningkatkan kemampuan baik dalam penelitian maupun pada aspek-aspek yang diteliti seperti perilaku dan disiplin.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat menjadi referensi bagi pengembangan kemampuan mengajar guru penjas serta sebagai salah satu bahan bagi pelaksanaan evaluasi guru dalam mengajar penjas.

c. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi penelitian mengenai penjas dalam aspek nilai dan perilaku guru dalam mengajar penjas.

E. Batasan Penelitian

1. Penelitian ini hanya meneliti variabel perilaku guru dalam mengajar penjas dan disiplin siswa

2. Populasi penelitian adalah Kelas IX SMPN 29 Bandung


(13)

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah jawaban penelitian yang tidak perlu dibuktikan kebenarannya. anggapan dasar penelitian ini adalah

Guru yang memiliki perilaku yang baik akan mengatakan sesuatu yang baik kepada siswa termasuk tentang nilai disiplin dan pentingnya motivasi. Guru akan mampu mendorong motivasi belajar siswa dan menjadi model yang ditiru perilakunya oleh siswa. Mulyasa (2008:5) mengemukakan sebagai berikut:

Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal disekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar.

Perilaku guru yang terpuji akan mendorong siswa melakukan peniruan dan menjadikan guru sebagai model yang ditiru dalam kehidupan para siswa. Mulyasa (2008:5) menegaskan bahwa “Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas”. Perilaku guru tergambar dalam benak siswa melalui proses interaksi dalam pembelajaran sehingga perilaku yang ditampilkan harus mencerminkan sikap sebagai guru termasuk disiplin dan sikapnya terhadap pentingnya keteraturan dan waktu.

Perilaku guru dalam proses pembelajaran akan mendiukung suasana kondusif dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah menerima materi pembelajaran termasuk pada saat diajarkan untuk berdisiplin. Perilaku guru yang ditampilkan akan ditiru melalui proses imitasi oleh siswa


(14)

termasuk perilaku disiplin. Guru yang berperilaku baik akan memotivasi siswa meniru perilakunya. Kecenderungan tersebut akan menggerakan guru melakukan sejumlah kegiatan yang dapat merangsang tumbuhnya disiplin seperti meminta PR di kerjakan tepat waktu, memotivasi siswa untuk belajar dan berprestasi.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional dan variabel dirumuskan agar tidak terjadi salah tafsir. ”Variabel adalah satu atribut yang dianggap mencerminkan atau menungkapkan pengertian atau bangunan-bangunan” (Ary et al (alihbahasa

Furchan, 2011:45). lebih lanjut dijelaskan bahwa: ”Batasan operasional adalah batasan yang memberikan arti kepada suatu pengertian atau bangunan-bangunan dengan jalan menetapkan tindakan (operasi) yang akan dilakukan untuk mengukur pengertian tersebut”.

Perumusan operasionalisasi variabel pada penelitian ini adalah:

1. Perilaku adalah aspek sikap disiplin yang ditampilkan oleh guru penjas dalam proses pembelajaran di sekolah. Tegas dalam mengajar, tutur bahasa yang baik, disiplin waktu saat memulai pembelajaran. Perilaku adalah reaksi yang bersifat sederhana maupun bersifat kompleks (Azwar 2010:9)

2. Disiplin dalam penelitian ini adalah disiplin dalam belajar terutama waktu, mentatati peraturan di sekolah dan kehadiran sesuai ketentuan. Disiplin pada hakekatnya adalah taat dan rasa tanggung jawab untuk


(15)

tidak melanggar ketentuan, tata tertib, dan nilai-nilai yang dianggap baik oleh masyarakat. (Sudibyo seperti dikutif Ibrahim dan Komarudin, 2007:49).


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian dipilih berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yaitu mengetahui hubungan perilaku guru dalam mengajar penjas dan disiplin siswa. Sugiyono (2010:3) menjelaskan bahwa: “Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Penelitian ini disebut penelitian deskriptif jenis studi korelasional. Nazir (2003:54) menjelaskan bahwa: “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. Ari et al (2011:447) menjelaskan bahwa : ” studi korelasi adalah penelitian deskriptif yang sering digunakan yang bertujuan menetapkan”.

Pada penelitian ini peneliti ingin memperoleh gambaran mengenai perilaku guru dan gambaran disiplin siswa serta mengetahui korelasi antara perilaku guru dengan disiplin siswa dalam proses pembelajaran penjas.

B. Penentuan Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang


(17)

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:117)

Populasi merupakan sumber data penelitian tentang variabel yang diteliti yaitu variabel perilaku dan guru. Populasi menurut Ridwan (2009:6) yaitu: ”Populasi merupakan subjek atau objek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.” Lutan et al (2011:83) menegaskan bahwa: ”Populasi selalu merupakan sekelompok orang-orang, siswa, guru-guru, atau individu lain yang mempunyai karakteristik tertentu.” Populasi pada penelitian ini adalah siswa SMPN 29 Bandung Kelas IX. Total populasi adalah siswa kelas IX yang berjumlah 392.

2. Sampel

Meneliti jumlah populasi besar membutuhkan biaya dan kesempatan yang lebih besar. Untuk mempermudah penelitian maka digunakan sejumlah sampel penelitian yang representative. Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili dalam penelitian. Arikunto (2002: 112) menyatakan mengenai teknik pengambilan sampel yaitu: “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, bila jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.”

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang terdapat pada populasi. Sifat sampel haruslah representatif atau mewakili populasi.


(18)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling. Probability sampling adalah pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2008:120).

Peneliti mengambil salah satu teknik pengambilan sampel dari probability yaitu simple random sampling karena pengambilan sampel diambil secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi. Cara ini ditujukan untuk populasi bersifat homogen atau relatif homogen.

Jumlah populasi siswa kelas IX SMPN 29 Bandung adalah 392 siswa. Karena jika diambil 10% dari keseluruhan populasi, maka jumlah sampel penelitian 40 siswa kelas IX untuk dijadikan sampel karena populasi bersifat homogen, sampel diambil dengan teknik sampel

probability sampling (acak). Sampel penelitian ini adalah kelas IX F SMP


(19)

3. Langkah-langkah Penelitian

Gambar 3.1

Langkah-langkah Penelitian Sumber (Lutan, 2007: 201)

Pemilihan Masalah

Penentuan Sampel penelitian

Pengumpulan Data Menentukan Instrumen

penelitian

Prosedur dan Desain Penelitian

Analisis dan Interpretasi data

Analisis dan Interpretasi data


(20)

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat bantu untuk mendapatkan data atau alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket atau kuesioner, dan sebagai tambahannya observasi dan wawancara.

a. Kuesioner/Angket

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2008:199)

Angket yang digunakan merupakan bentuk angket yang tertutup, yaitu angket yang didalamnya terdapat butir-butir pernyataan dan kolom-kolom untuk alternatif jawaban. Responden hanya menceklist salah satu dari alternatif jawaban pada kolom yang disediakan sesuai dengan pernyataan yang dipilih oleh responden. Suharsimi arikunto (2003:137) menjelaskan tentang angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga hanya memberikan tanda centang (V) pada kolom atau tempat yang sesuai.

Instrumen berisi pernyataan yang menggambarkan perilaku guru berdasarkan persepsi peserta didik. Perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Setiawan, 2010:versi1.1 diakses 3 november). Yang artinya guru itu sebagai pendidik


(21)

dan mengajar, pelatih, pemimpin, administrator dan pengelola pembelajaran. Sebagai pendidik dan pengajar yang berarti memiliki emosi stabil yang artinya memiliki tutur bahasa yang baik, tidak cepat marah, datang tepat waktu dan juga memahami bahan ajar yang akan diajarkan. Sebagai pelatih yang artinya membiasakan siswa melakukan hal-hal yang positif di dalam sekolah. Sebagai pemimpin yang berarti menguasai pembelajaran kelas dengan baik, pandai berkomunikasi dengan siswa sehingga siswa hormat kepada guru. Sebagai administrator yang artinya guru selalu menyiapkan administrasi pembelajaran dengan baik, contohnya absensi kelas setiap pembelajaran. Sebagai pengelola pembelajaran yang artinya mampu menguasai keadaan siswa dalam keadaan apapun (sumber konsep mulyasa, 2008:20).

Angket berisi gambaran disiplin siswa berdasarkan persepsi siswa dalam menilai disiplin diri sendiri yang diartikan sebagai kepatuhan terhadap tata tertib dalam proses pembelajaran penjas. Disiplin itu sendiri diartikan ketaatan (kepatuhan kepada peraturan (Setiawan, 2010:versi1.1 diakses 3 november). Siswa harus mentaati peraturan tata tertib sekolah (disiplin. Siswa harus datang tepat waktu, mengerjakan instruksi guru dalam setiap pembelajaran ataupun tugas dari guru yang dikerjakan dirumah, hadir sesuai ketentuan seperti memakai pakaian olahraga saat pembelajaran penjas berlangsung (Ibrahim dan Komarudin (2007:51). b. Observasi


(22)

Observasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh melalui angket. “Observasi adalah teknik yang digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2010: 203). Lebih lanjut Nazir (2003:175) menjelaskan bahwa:

Kriteria observasi yang dilakukan adalah a) pengamatan digunakan untuk penelitian dan direncanakan secara sistematik b)pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang direncanakan c) pengamatan tersebut dicatat secara sistematis dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu set yang menarik perhatian saja d) pengamatan dapat dicek dan dikontrol validitas dan reliabilitas

Dalam penelitian ini pengamatan yang dilakukan terstruktur. Aspek yang menjadi pengamatan adalah gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran serta situasi di sekolah. Observasi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu observasi nonperan serta, artinya pengamat tidak melibatkan diri pada objek penelitian

c. Wawancara

Wawancara dilakukan guna menunjang hasi pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner skala psikologi. Wawancara dilakukan terhadap sampel penelitian yaitu siswa atau guru penjas untuk memperjelas kondisi disiplin atau bagaimana perilaku guru dimata siswa.

Wawancara informal berlangsung secara spontan baik dalam pengamatan, olahraga bersama atau dalam perjumpaan yang tidak direncanakan dengan siswa di sekolah. Kerlingger (alihbahasa Simatupang, 2006:770) menyatakan :


(23)

Wawancara adalah situasi peran antar pibadi bersemuka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang yang diwawancara atau responden.

2. Cara Menyusun Instrumen

Untuk mendapatkan data-data atau fakta lapangan, perlu disusun suatu instrumen yang valid dan reliabel agar hasil penelitian yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan, mempunyai tingkat kepercayaan dan keabsahan yang tinggu sebagai suatu hasil karya ilmiah. Instrumen penelitian melalui langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menetapkan variabel-variabel yang hendak diteliti b. Buat definisi operasional

c. Tentukan indikator yang akan diukur dari setiap variabel dan sub variabel yang telah ditentukan

d. Dari indikator tersebut kemudian dijabarkan kedalam butir-butir pernyataan yang akan dibentuk dalam sebuah angket.

e. Menentukan skala penelitian

Untuk memudahkan dalam pembuatan angket, peneliti membuat kisi-kisi angket disesuaikan dengan variabel yang diteliti yaitu perilaku guru dalam mengajar penjas dan disiplin siswa, sebagai berikut


(24)

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Dimensi Indikator

No Soal

+ -

Perilaku (azwar, 2010)

Tingkah laku yang

ditampilkan guru dalam mengajar penjas (sumber konsep mulyasa, 2008:20) 1. Sebagai pendidik dan pengajar

Memiliki emosi yang stabil,

1, 41 2, 42

Datang tepat Waktu 5, 45 6, 46

Jujur dan terbuka 9, 77 10, 78

Menyudahi pembelajaran sesuai ketentuan

13, 87

14, 88

Pengetahuan yang luas tentang jenis bahan pelajaran,

17, 91

18, 92

Memahami Teori dan praktek pendidikan serta kurikulum 21, 81 22, 82 Mengerti metodologi pembelajaran. 25, 95 26, 96 2. Sebagai pelatih

Membiasakan peserta didik melakukan hal yag positif

29, 49 30, 50 3. Sebagai pemimpin Mempunyai kepribadian positif 33, 53 34, 54 Menguasai ilmu kepemimpinan

dalam proses pembelajaran

37, 57

38, 58

Pandai berkomunikasi 43,

63


(25)

Menguasai berbagai kegiatan organisasi sekolah. 47, 67 48, 68 4. Sebagai adminstrat or Membuat administrasi pembelajaran sekolah 51, 71 52, 72 5. Sebagai pengelola pembelajar an

Mampu dan menguasai

metode pembelajaran

83, 85

84, 86

Memahami keadaan belajar mengajar didalam maupun diluar kelas. 99, 75 100, 76 Disiplin Belajar (Y1) (Ibrahim dan Komarudin (2007:51) Disiplin adalah kepatuhan dalam mengikuti prose pembelajaran

1. Waktu Datang tepat waktu sesuai

ketentuan

3, 89 4, 90

Pulang sesuai dengan

ketentuan habis masa

pembelajaran

7, 93 8, 94

2. Tugas/ instruksi belajar

Mengikuti instruksi Guru dalam pembelajaran

11, 97

12, 98

Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru

15, 79

16, 80

mengikuti tata tertib dalam pembelajaran baik tertulis maupun tidak

19, 55

20, 56

Bersedia mendemonstrasikan tugas atau teknik bermain

23, 59

24, 60

Melakukan belajar tambahan di rumah 27, 61 28, 62 3. Kehadiran

Hadir sesuai ketentuan 31,

65

32, 66

Mengikuti kegiatan sampai selesai

35, 69


(26)

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipakai oleh peneliti untuk memperoleh data yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Observasi terhadap kegiatan belajar mengajar penjas

2. Studi kepustakaan (library research) terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yanngdilakukan

3. Kuesioner berupa angket sebagai instrumen utama dibagikan kepada responden untuk mengukur perilaku guru dalam mengajar dengan disiplin siswa

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

Diperlukan alat ukur untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian yang dapat memberikan kontribusi bagi penelitian yang dilaksanakan.

1. Observasi

Observasi dilakukan ke lokasi penelitian yaitu pada saat pembelajaran penjas serta lingkungansekolah untuk mengetahui keadaan di lapangan lebih lanjut menurut Basuki (2006: 86) bahwa :

Observasi adalah penyeleksian dan pencatatan perilaku manusia dalam lingkungannya. Observasi digunakan untuk menghasilkan penjelasan yang sangat mendalam mengenai organisasi dan peristiwa, untuk mendapatkan informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain, dan untuk melakukan penelitian di saat metode-metode lain tidak memadai.

Aktif dalam berlatih di lapangan

39, 73


(27)

2. Studi Kepustakaan

Studi pustaka dilakukan yaitu dengan cara mempelajari, meneliti, menelaah bahan bacaan, buku, dan literatur yang berhubungan dengan objek penelitian terutama literatur penelitian terdahulu dengan objek yang sama mengenai perilaku guru penjas, dan disiplin siswa dalam pembelajaran penjas. Studi pustaka bersifat teoritis dengan membaca, mempelajari buku-buku, literatur, catatan-catatan, dan peraturan tertulis yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Kemudian menelaah literatur-literatur yang mendukung penelitian.

3. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk mengetahui jawaban responden atas pernyataan yang diajukan.

Alternatif jawaban menggunakan Skala Likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. seperti pada tabel 3.1 sebagai berikut :


(28)

Tabel 3.2 Skala Likert

NO Alternatif Jawaban Bobot Nilai Bila Positif Bila Negatif 1. 2. 3. 4. 5.

SS (Sangat Setuju) S (Setuju)

KS ( kurang setuju) TS (Tidak Setuju)

STS (Sangat Tidak Setuju)

5 4 3 2 1 1 2 3 4 5

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Metode skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang diilhami oleh model skala Likert sebelum instrument angket digunakan maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya

1. Uji Validitas Instrumen Data

Untuk menguji validitas konstruk dapat dipergunakan pendapat para ahli (judgement expert) seperti diungkapkan dalam sugiyono (2010: 176) bahwa : “bila bangunan teorinya sudah benar maka , maka hasil pengukuran dengan alat (instrument) yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid”. Nilai validitas konstruk instrument angket dicari dengan cara mengkorelasikan t hitung dan t tabel. Jumlah kelompok yang tinggi diambil 27% dan kelompok yang rendah 27% dari sampel uji coba, kemudian dianalisis menggunakan uji t (t test).


(29)

Langkah-langkah analisis data untuk mengetahui validitas item instrumen, sebagai berikut :

a. Menjumlahkan skor pada masing-masing butir pernyataan sesuai dengan jawaban responden, menjadi skor keseluruhan semua butir instrumen yang dijawab responden.

b. Skor yang telah dihitung kemudian disusun menggunakan sistem rangking dari skor yang tertinggi sampai skor terendah.

c. Menentukan 27% jumlah kelompok yang tinggi (kelompok atas) dan 27% jumlah kelompok yang rendah (kelompok bawah).

Mencari rata-rata ( ̅) untuk setiap butir angket kelompok atas dan nilai rata-rata ( ̅) untuk setiap butir angket kelompok bawah dengan rumus (Arikunto, 2003:371), sebagai berikut :

̅ ∑

Keterangan rumus:

̅ = nilai rata-rata yang dicari ∑ = tanda jumlah

X = nilai mentah yang dimiliki subjek (skor)

N = jumlah subjek yang memiliki nilai (responden)

d. Mencari varians (pangkat dua dari simpangan baku) pada setiap butir angket kelompok atas dan kelompok bawah, dengan rumus (Sudjana, 1992: 93), sebagai berikut :

∑ ̅


(30)

Keterangan rumus:

S2 = Varians

∑ = tanda jumlah

(Xi - ̅) = skor Xi dikurangi rata-rata ( X ) yang dikuadratkan

n = jumlah responden

e. Nilai simpangan baku (S) dapat dicari dengan mengakarkan hasil akhir dari perhitungan varians atau hasil varians (S2) yang diambil harga akarnya yang positif.

f. Mencari simpangan baku gabungan (Sgab) dengan menggunakan rumus (Sugiyono, 2003: 181), yaitu:

Keterangan rumus :

= variansi kelompok atas = variansi kelompok bawah

n1 = jumlah responden kelompok atas

n2 = jumlah responden kelompok bawah

g. Mencari nilai t-hitung setiap butir pernyataan kelompok atas maupun kelompok bawah dengan rumus (Sugiyono, 2003:181), yaitu:

̅ ̅

Keterangan rumus:


(31)

̅ = rata-rata kelompok atas

̅ = rata-rata kelompok bawah

S2 = variansi gabungan

n1 = jumlah responden kelompok atas

n2 = jumlah responden kelompok bawah

h. Membandingkan nilai (harga) t hitung dengan harga t tabel untuk melihat perbedaan signifikan atau tidak. Dengan taraf kesalahan 5% atau tingkat kepercayaan 95% dan derajat kesahihan (dk = n1+n2 – 2) yaitu (5+5-2 = 8) dan nilai t-tabel 1,860. bila t hitung lebih besar dari pada t tabel, maka perbedaan itu signifikan, sehingga instrumen dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas Instrumen Data

Pengujian dapat dilakukan secara eksternal dan internal. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini dilakukan secara internal. Secara internal reliabilitas instrument dapat diuji dengan menganalisa konsistensi butir-butir yang ada pada instrument dengan teknik belah dua dua dari spearman Brow (split half) ( sugiyono, 2010: 185).

] ) ( ][ ) ( [ ) )( ( .

. 2 2 2

1 2 1 1 1 1

 

  y y n x x n y x y x n y x r =

Keterangan : r1 = Reliabilitas internal seluruh instrumen


(32)

n x

x

G. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah Analisis data pada penelitian ini adalah :

1. Mencari nilai rata-rata dari setiap variabel, digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

x = Nilai rata-rata yang dicari x = Skor mentah n = Jumlah sampel

2. Jumlah kuadrat simpangan baku dapat dihitung dengan rumus

1 2 1

    

n x x S

Keterangan:

S = Simpangan baku yang dicari

 = Jumlah dari x1 = Nilai data mentah

x = Nilai rata-rata n = Jumlah sample

3. Uji normalitas menggunakan uji Lilliefors dari setiap butir tes baik kelompok. Tujuan uji normalitas untuk mengetahui apakah data tersebut


(33)

 

n

Z Z

BanyaknyaZ Z

S 1, 2... n

1 

berdistribusi normal atau tidak. Langkah uji normalitas Liliefors adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan X1, X2,…….., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ……., Zn

dengan mempergunakan rumus :

S x x

Z  1

1

(xdan S merupakan rata-rat dan simpangan baku setiap kelompok butir tes).

b. Untuk setiap bilangan baku ini, menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung pula F ( Zi ) = P ( Z < Zi )

c. Selanjutnya dihitung proporsi Zi , Z2 ,………, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Z1), maka:

d. Hitung selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Hitung harga paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut,

harga terbesar ini disebut (Lo).

f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka dibandingkan Lo ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors, dengan taraf nyata  = 0.05. Kriterianya adalah: tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar nilai kritis uji Liliefors.


(34)

Uji homogenitas variansi yang sederhana karena cukup membandingkan variansi terbesar dengan variansi tekecil. Hasil F hitung (max) dibandingkan dengan F table dengan kriteria sebagai berikut :

Terima H0 jika F (Max) hitung < F (max)table Tolak H0 jika F (Max) hitung > F (max)table

H0 menyatakan variansi homogen, sedangkan H1 menyatakan variansi tidak homogen.

5. Menghitung Hubungan antara variabel X dan Y dengan menggunakan uji parametric atau non parametric sesuai dengan hasil uji normalitas dan homogenitas. Jika data homogeny dan berdistribusi normal maka uji hipotesis menggunakan uji parametric. jika data tidak berdistribusi normal atau homogen maka uji statistika menggunakan uji non parametric. Untuk mengetahui tingkat korelasi antara variabel X san Variabel Y digunaan pedoman sebagai berikut:

Tabel 3.3

Interpretasi Nilai Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0.199

0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat


(35)

6. Menguji signifikansi hubungan dengan menggunakan uji t dengan asumsi data adalah interval. Oleh karena itu data ditransformasikan dari ordinal ke interval agar dapat dilakukan uji signifikansi t. Langkah tranformasi data adalah sebagai berikut:

Skala ordinal tersebut dapat dirubah menjadi skala pengukuran interval dengan Methode of successive interval (MSI),langkah kerja sebagai berikut :

a. Memperhatikan tiap butir pertanyaan/pernyataan untuk butir tersebut, tentukan berapa banyak responden (frekuensi) yang mendapatkan (menjawab) skor 1,2,3,4, dan 5

b. Setiap frekwensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut dengan proporsi, kemudian tentukan proporsi kumulatif c. Gunakan tabel distribusi normal baku, hitung nilai Z tabel untuk

setiap proporsi kumulatif yang diperoleh, tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dari tabel normal),

d. Menentukan nilai skala dengan menggunakan rumus :

Nilai Skala

=

(Density at Lower Limit – Density at Upper Limit)

(Area Below Upper Limit – Area Below Lower Limit)


(36)

e. Menentukan nilai transpormasi (Y) yang berskala interval

f. Mengganti nilai ordinal (hasil angket) menjadi nilai interval sesuai dengan nilai transformasi yang diperoleh


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji statistik maka dapat disimpulkan bahwa, terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku guru dalam mengajar penjas dengan disiplin siswa di SMPN 29 Bandung

B. Saran

1. Bagi Siswa

Disiplin sangat penting guna menunjang keberhasilan dalanm belajar. Siswa sebaiknya menerapkan disiplin mulai dari hal-hal yang kecil. proses pembiasaan dan latihan akan meningkatkan kebiasaan siswa mengenai perilaku disiplin. Disiplin perlu dipahami dan diterapkan dalam bentuk perilaku sehari-hari terutama dalam proses pembelajaran. Latihan dan pembiasaan disiplin akan mendorong proses realisasi sikap disiplin dalam bentuk perilaku.

2. Bagi Guru

Perilaku guru adalah perilaku yang selalu menjadi perhatian terutama dilingkungan sekolah. Siswa mengamati, memperhatikan dan meniru perilaku guru. Jika perilaku guru yang ditiru adalah perilaku negatif maka


(38)

hal ini akan berdampak pada menurunnya moral siswa seperti disiplin. Guru memberikan apresiasi, pujian atau penghargaan bagi siswa yang memiliki disiplin tinggi agar menjadi contoh bagi siswa lain. Dan jadilah kondisi seperti yang disemboyankan oleh Ki Hajar Dewantara. Yaitu, ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Dalam tut wuri terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya sementara guru memperhatikannya. Dalam handayani berarti guru mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing atau mengajarnya. Dengan demikian membimbing mengandung arti bersikap menentukan ke arah pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila, dan bukanlah mendikte peserta didik, apalagi memaksanya menurut kehendak sang pendidik. Mottto tut wuri handayani sekarang telah diambil menjadi motto dari Departemen Pendidikan Nasional RI.

3. Bagi Peneliti

Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penelitian dengan variabel yang lebih banyak terutama pada aspek motivasi berprestasi dengan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih representatif. Dan bila perlu dilakukan penelitian treatment untuk meningkatkan disiplin siswa di sekolah.


(39)

Arikunto,S. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Aunurahman (2010). Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar (2010). Sikap dan Perilaku. Yogyakarta Pustaka Pelajar

David O. Sears, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau. 1992. Psikologi Social.

Jakarta:Erlangga.Husdarta (2011). Manajemen pendidikan Jasmani.Bandung : Alpabeta

Ibrahim, Komarudin (2007). Psikologi Kepelatihan. bandung UPI

Mulyasa (2007). Standar kompetensi guru dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurhasan, Hasanudin (2007). Tes dan Pengukuran keolahragaan. Bandung: F POK UPI Rahmat (2009) Super Teacher. Bandung MQS

Ridwan (2009). Pengantar Statistika Sosial. Bandung : Alfabeta

Robbins (2006). Perilaku Organisasi. Alih bahasa Molan. Jakarta. Indeks Santoso, (2010). Psikologi Sosial. Bandung : Aditama

Setiawan (2011) Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi I.I Setyobroto, Sudibyo (1989). Psikologi Olahraga. Jakarta.Anem Sudjana,n(2008) Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Sujanto, B. (2007). Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum Mengorek Kegelisahan Guru. Jakarta.: CV Sagung Seto

Sumardiayanto (2007) Psikologi kepelatihan. Bandung FPOK


(40)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I Ketentuan Umum

Universitas Pendidikan Indonesia. (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia


(1)

6. Menguji signifikansi hubungan dengan menggunakan uji t dengan asumsi data adalah interval. Oleh karena itu data ditransformasikan dari ordinal ke interval agar dapat dilakukan uji signifikansi t. Langkah tranformasi data adalah sebagai berikut:

Skala ordinal tersebut dapat dirubah menjadi skala pengukuran interval dengan Methode of successive interval (MSI),langkah kerja sebagai berikut :

a. Memperhatikan tiap butir pertanyaan/pernyataan untuk butir

tersebut, tentukan berapa banyak responden (frekuensi) yang mendapatkan (menjawab) skor 1,2,3,4, dan 5

b. Setiap frekwensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya

disebut dengan proporsi, kemudian tentukan proporsi kumulatif

c. Gunakan tabel distribusi normal baku, hitung nilai Z tabel untuk

setiap proporsi kumulatif yang diperoleh, tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dari tabel normal),

d. Menentukan nilai skala dengan menggunakan rumus :

Nilai Skala

=

(Density at Lower Limit – Density

at Upper Limit)

(Area Below Upper Limit – Area


(2)

53

Luksy Bass Hussein, 2013

Hubungan Perilaku Guru Dalam Mengajar Penjas Dengan Disiplin Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

e. Menentukan nilai transpormasi (Y) yang berskala interval

f. Mengganti nilai ordinal (hasil angket) menjadi nilai interval sesuai dengan nilai transformasi yang diperoleh


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji statistik maka dapat disimpulkan bahwa, terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku guru dalam mengajar penjas dengan disiplin siswa di SMPN 29 Bandung

B. Saran

1. Bagi Siswa

Disiplin sangat penting guna menunjang keberhasilan dalanm belajar. Siswa sebaiknya menerapkan disiplin mulai dari hal-hal yang kecil. proses pembiasaan dan latihan akan meningkatkan kebiasaan siswa mengenai perilaku disiplin. Disiplin perlu dipahami dan diterapkan dalam bentuk perilaku sehari-hari terutama dalam proses pembelajaran. Latihan dan pembiasaan disiplin akan mendorong proses realisasi sikap disiplin dalam bentuk perilaku.

2. Bagi Guru

Perilaku guru adalah perilaku yang selalu menjadi perhatian terutama dilingkungan sekolah. Siswa mengamati, memperhatikan dan meniru perilaku guru. Jika perilaku guru yang ditiru adalah perilaku negatif maka


(4)

80

Luksy Bass Hussein, 2013

Hubungan Perilaku Guru Dalam Mengajar Penjas Dengan Disiplin Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

hal ini akan berdampak pada menurunnya moral siswa seperti disiplin. Guru memberikan apresiasi, pujian atau penghargaan bagi siswa yang memiliki disiplin tinggi agar menjadi contoh bagi siswa lain. Dan jadilah kondisi seperti yang disemboyankan oleh Ki Hajar Dewantara. Yaitu, ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Dalam tut wuri terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya sementara guru memperhatikannya. Dalam handayani berarti guru mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing atau mengajarnya. Dengan demikian membimbing mengandung arti bersikap menentukan ke arah pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila, dan bukanlah mendikte peserta didik, apalagi memaksanya menurut kehendak sang pendidik. Mottto tut wuri handayani sekarang telah diambil menjadi motto dari Departemen Pendidikan Nasional RI.

3. Bagi Peneliti

Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan penelitian dengan variabel yang lebih banyak terutama pada aspek motivasi berprestasi dengan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih representatif. Dan bila perlu dilakukan penelitian treatment untuk meningkatkan disiplin siswa di sekolah.


(5)

Arikunto,S. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Aunurahman (2010). Belajar dan Pembelajaran Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar (2010). Sikap dan Perilaku. Yogyakarta Pustaka Pelajar

David O. Sears, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau. 1992. Psikologi Social.

Jakarta:Erlangga.Husdarta (2011). Manajemen pendidikan Jasmani.Bandung :

Alpabeta

Ibrahim, Komarudin (2007). Psikologi Kepelatihan. bandung UPI

Mulyasa (2007). Standar kompetensi guru dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nazir, M. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurhasan, Hasanudin (2007). Tes dan Pengukuran keolahragaan. Bandung: F POK UPI Rahmat (2009) Super Teacher. Bandung MQS

Ridwan (2009). Pengantar Statistika Sosial. Bandung : Alfabeta

Robbins (2006). Perilaku Organisasi. Alih bahasa Molan. Jakarta. Indeks Santoso, (2010). Psikologi Sosial. Bandung : Aditama

Setiawan (2011) Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi I.I Setyobroto, Sudibyo (1989). Psikologi Olahraga. Jakarta.Anem Sudjana,n(2008) Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Alfabeta Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Sujanto, B. (2007). Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum Mengorek Kegelisahan Guru. Jakarta.: CV Sagung Seto

Sumardiayanto (2007) Psikologi kepelatihan. Bandung FPOK

sumber http://www.sarjanaku.com/2010/11/sikap-profesional-keguruan.html sumber http://www.sarjanaku.com/2010/11/etika-guru-profesional.html


(6)

Luksy Bass Hussein, 2013

Hubungan Perilaku Guru Dalam Mengajar Penjas Dengan Disiplin Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

sumber http. Wikipedia diakses 15 oktober 2012

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I Ketentuan Umum

Universitas Pendidikan Indonesia. (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia


Dokumen yang terkait

Hubungan disiplin kinerja guru dengan kualitas hasil belajar mengajar di SMP Negeri 169 Jakarta

0 5 97

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DAN INTERAKSI SISWA - GURU DENGAN DISIPLIN Hubungan anatara Manajemen Diri dan Interaksi Siswa-Guru dengan Disiplin Belajar.

0 1 18

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH OTORITER DENGAN PERILAKU DISIPLIN AKADEMIK PADA SISWA SMP Hubungan Antara Pola Asuh Otoriter dengan Perilaku Disiplin Akademik Pada Siswa SMP.

0 2 15

PERILAKU GURU DALAM MENGAJAR Perilaku guru dalam mengajar dan motivasi belajar siswa (studi kasus di smp al-irsyad surakarta tahun ajaran 2013-2014).

0 2 14

PERILAKU GURU DALAM MENGAJAR Perilaku guru dalam mengajar dan motivasi belajar siswa (studi kasus di smp al-irsyad surakarta tahun ajaran 2013-2014).

0 1 14

KONTRIBUSI TAKTIK MENGAJAR, PENAMPILAN GURU, DAN DISIPLIN GURU DALAM KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI Kontribusi Taktik Mengajar, Penampilan Guru, Dan Disiplin Guru Dalam Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri Gondangrejo Kabup

0 3 22

KONTRIBUSI TAKTIK MENGAJAR, PENAMPILAN GURU, DAN DISIPLIN GURU DALAM KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI Kontribusi Taktik Mengajar, Penampilan Guru, Dan Disiplin Guru Dalam Kelas Terhadap Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri Gondangrejo Kabup

0 0 14

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Guru Sebagai Model Perilaku Disiplin Dengan Perilaku Disiplin Siswa - Ubaya Repository

0 0 1

HUBUNGAN DISIPLIN DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA GURU DALAM MENGAJAR IPS - repository UPI S PD 1201574 Title

0 0 3

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR GURU, DISIPLIN SISWA, MOTIVASI BELAJAR SISWA, DAN FASILITAS BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

0 0 177