PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT-BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT-BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP

(Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Cibalong)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

Riyanti

0800568

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

(PROJECT-BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP

(Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Cibalong)

Oleh

Riyanti

0800568

Disetujui dan disahkan oleh Pembimbing I

Prof. H. Yaya S. Kusumah, M. Sc., Ph. D NIP.195909221983031003

Pembimbing II

Ririn Sispiyati, S. Si., M. Si NIP.198106282005012001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Drs. Turmudi, M.Ed, M.Sc, Ph.D.


(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

(

PROJECT-BASED LEARNING

) UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP

Oleh Riyanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Riyanti 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

i

Riyanti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk

ABSTRAK

Riyanti. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek

(Project-Based Learning) untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa

SMP.

Penelitian dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan penalaran adaptif siswa. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui apakah siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis proyek

(Project-Based Learning) pencapaian kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik

daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional; 2) Mengetahui apakah siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis proyek

(Project-Based Learning) peningkatan kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik

daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional; 3) Mengetahui apakah siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap penerapan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen desain “pretest posttest control group design”, dengan populasi kelas VIII SMP Negeri 1 Cibalong, Garut. Indikator kemampuan penalaran adaptif yang diukur dalam penelitian ini adalah 1) kemampuan mengajukan dugaan; 2) memberikan alasan mengenai jawaban yang diberikan; 3) menarik kesimpulan dari suatu pernyataan; 4) memeriksa kesahihan suatu argumen; 5) menemukan pola dari suatu masalah matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) pencapaian kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional; 2) Siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) peningkatan kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional; 3) Siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap penerapan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning).

Kata kunci: Model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning), Penalaran adaptif


(5)

ii

Riyanti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adiktif Siswa Smp

ABSTRACT

Riyanti. 2013. Application of Project-Based Learning Model (Project-Based Learning) To Improve Adaptive Reasoning Ability Junior High School Students.

The research is motivated by low adaptive reasoning abilities of students. The purpose of this study were: 1) determine whether students who received mathematics instruction with project-based learning model (Project-Based Learning) achievement of the adaptive reasoning skills are better than students who received mathematics learning with conventional learning model, 2) Knowing whether a student is learning mathematics with project-based learning model (Project-Based Learning) to improve adaptive reasoning better than students who received mathematics learning with conventional learning models; 3) Knowing whether students showed a positive attitude towards the application of mathematical learning using project-based learning model (Project- Based Learning). This study uses experimental design "pretest posttest control group design", with a population of eighth grade SMP Negeri 1 Cibalong, Garut. Indicators of adaptive reasoning abilities as measured in this study are 1) the ability to submit allegations; 2) give reasons for the answers given; 3) draw conclusions from a statement; 4) examine the validity of an argument; 5) found the pattern of a mathematical problem. The results showed that: 1) Students who receive mathematics instruction with project-based learning model (Project-Based Learning) achieving adaptive reasoning skills are better than students who received mathematics learning with conventional learning models; 2) Students who received the learning of mathematics with a teaching model based project (Project-Based Learning) to improve adaptive reasoning better than students who received mathematics learning with conventional learning models; 3) Students showed positive attitudes toward math learning application using project-based learning model (Project-Based Learning).

Keywords: Project-Based Learning Model (Project-Based Learning), Adaptive Reasoning


(6)

iii

Riyanti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk


(7)

v

Riyanti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adiktif Siswa Smp

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 9

C.Tujuan Penelitian ... 10

D.Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Operasional ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Penalaran ... 14

B.Penalaran Adaptif ... 20


(8)

vi

Riyanti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk

D.Pembelajaran Konvensional ... 34

E. Sikap Siswa ... 39

F. Penelitian yang Relevan ... 40

G.Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A.Metode dan Desain Penelitian ... 44

B.Populasi dan Sampel ... 45

C.Variabel Penelitian ... 46

D.Instrumen Penelitian ... 46

E. Prosedur Penelitian ... 56

F. Teknik Pengolahan Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 69

1. Deskriptif Kegiatan Pembelajaran ... 69

2. Data Hasil Penelitian ... 73

3. Analisis Data Pretes ... 76

4. Analisis Data Pencapaian Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa ... 78

5. Analisis Data Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa ... 82


(9)

vii

Riyanti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adiktif Siswa Smp

6. Analisis Data Kualitas Peningkatan Kemampuan

Penalaran Adaptif Siswa ... 85

7. Analisis Data Lembar Observasi ... 86

8. Analisis Data Jurnal Harian ... 87

9. Analisis Data Angket ... 87

B. Pembahasan ... 94

1. Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa ... 94

2. Sikap Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek ... 98

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102


(10)

viii

Riyanti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1. Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 48

3.2. Hasil Analisis Validitas Butir Soal Instrumen Tes ... 49

3.3. Klasifikasi Reliabilitas Soal ... 50

3.4. Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 51

3.5. Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal ... 52

3.6. Klasifikasi Daya Pembeda ... 53

3.7. Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 53

3.8. Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 54

3.9. Kriteria Indeks Gain ... 65

3.10. Panduan Pemberian Skor Skala Sikap Siswa ... 65

3.11. Interpretasi Jawaban Angket Siswa ... 66

4.1. Deskriptif Statistik Skor Pretes dan Skor Postes Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 75

4.2. Hasil Uji Normalitas Data Pretes ... 76


(11)

ix

Riyanti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adiktif Siswa Smp

4.4. Hasil Uji Normalitas Data Postes ... 79

4.5. Hasil Uji Homogenitas Data Postes ... 80

4.6. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Postes ... 81

4.7. Deskriptif Statistik Skor N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 82

4.8. Hasil Uji Normalitas Data N-Gain ... 83

4.9. Hasil Uji Mann-Whitney Data N-Gain ... 84

4.10. Kriteria Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 85

4.11. Persentase Sikap Siswa Untuk Setiap Pernyataan Dalam Angket ... 88

4.12. Deskriptif Statistik Rata-rata Skor Sikap Siswa ... 91

4.13. Hasi Uji Normalitas Data Skor Rata-rata Sikap Siswa ... 92

4.14. Hasil Uji One Sample t Test Data Skor Rata-rata Sikap Siswa... 93

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Aktivitas Guru dalam Penugasan ... 70

4.2. Aktivitas Siswa dalam Merencanakan Kegiatan ... 70

4.3. Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Investigasi ... 71

4.4. Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Presentasi ... 72

4.5. Aktivitas Guru dalam Kegiatan Evaluasi ... 72


(12)

x

Riyanti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk

DAFTAR DIAGRAM

Diagram

4.1. Skor Pretes Kelas Proyek dan Kelas Kovensional ... 73 4.2 Skor Postes Kelas Proyek dan Kelas Kovensional ... 74


(13)

xi

Riyanti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adiktif Siswa Smp


(14)

xii

Riyanti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. Alat dan Bahan Ajar ... 109

LAMPIRAN B. Instrumen Penelitian ... 154

LAMPIRAN C. Hasil Uji Coba Uji Instrumen ... 169

LAMPIRAN D. Hasil Pengolahan Data ... 175

LAMPIRAN E. Contoh Hasil Data ... 192

LAMPIRAN F. Surat-surat... 229


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sangat membantu mempermudah kegiatan dan keperluan kehidupan manusia. Namun manusia tidak bisa menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa teknologi mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak tepat akan membawa manusia ke dalam kemerosotan akhlak dan kualitas kehidupannya, sehingga perlu adanya upaya mencetak SDM yang baik agar dapat menghadapi segala kemungkinan yang terjadi akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

Menurut Anita (2007: 1), SDM yang baik sangat dipengaruhi oleh pendidikan yang baik pula. Pendidikan yang baik mampu menciptakan SDM yang berkualitas, baik dalam segi keilmuan, kepribadian, maupun kehidupan sosial.

Melihat pendidikan di Indonesia yang sejak dari Taman Kanak-kanak (TK) telah diperkenalkan dengan matematika, matematika adalah salah satu bidang studi yang perlu diperhatikan untuk menciptakan SDM yang baik. Sejalan dengan pendapat Anita (2007: 1) bahwa matematika adalah bidang studi yang menunjang terciptanya SDM yang baik; SDM yang mampu menghadapi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sejalan dengan tujuan diberikannya pendidikan matematika di sekolah


(16)

sebagaimana tercantum dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) (Irpan, 2010: 1) bahwa diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum antara lain untuk mempersiapkan siswa agar mampu menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematis dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Di dalam tujuan kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, yaitu KTSP (Nurhanifah, 2010: 1) dijelaskan bahwa pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Kemampuan memahami konsep, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau diagram untuk memperjelas keadaan atau masalah.

3. Kemampuan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

4. Kemampuan strategis dalam membuat (merumuskan), menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah.


(17)

3

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan tujuan KTSP tersebut, kemampuan penalaran merupakan salah satu kemampuan yang penting dan harus dimiliki siswa melalui proses pembelajaran matematika. Hal ini juga dijelaskan dalam Depdiknas (2003: 6) bahwa materi matematika dan penalaran matematis merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran siswa dilatih melalui belajar matematika.

Menurut Sumarmo (Nufus, 2012: 24), secara garis besar penalaran dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif diartikan sebagai penarikan kesimpulan yang bersifat umum atau khusus berdasarkan data yang teramati. Nilai kebenaran dalam penalaran induktif dapat bersifat benar atau salah. Dalam prosesnya, langkah-langkah penarikan kesimpulan dalam penalaran induktif meliputi analogi, generalisasi, dan hubungan sebab-akibat (kausalisme).

Sumarmo (Anggraini, 2012: 25) mengemukakan bahwa penalaran induktif dibagi menjadi tiga bagian, yaitu generalisasi, analogi dan sebab-akibat. Penalaran generalisasi adalah suatu proses penalaran yang berawal dari pemeriksaan terhadap hal tertentu untuk memperoleh kesimpulan dari hal-hal tersebut. Sementara penalaran analogi merupakan suatu penalaran dari suatu hal untuk hal lain yang serupa kemudian menyimpulkan hal yang benar dari suatu hal harus berlaku benar juga untuk hal lain, sedangkan penalaran


(18)

sebab-akibat pada dasarnya hampir sama dengan penalaran generalisasi, hanya dalam pengambilan kesimpulan penalaran sebab-akibat berdasarkan pada karakteristik objek yang memungkinkan terjadinya keserupaan atau ketidakserupaan objek.

Penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan berdasarkan aturan yang disepakati. Nilai kebenaran dalam penalaran deduktif bersifat mutlak benar atau salah dan tidak keduanya bersama-sama. Penalaran deduktif meliputi modus ponens, modus tollens dan silogisme. Beberapa kegiatan yang tergolong pada penalaran deduktif diantaranya adalah :

1. Melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan atau rumus tertentu.

2. Menarik kesimpulan logis berdasarkan aturan inferensi, memeriksa validitas argumen, membuktikan dan menyusun argumen yang valid.

3. Menyusun pembuktian langsung, pembuktian tak langsung, dan pembuktian dengan induksi matematika.

National Research Council (NRC) (Rahadyan, 2011: 6) memperkenalkan satu penalaran yang menurut penelitinya mencakup kemampuan penalaran induktif dan penalaran deduktif yang kemudian diperkenalkan dengan istilah kemampuan penalaran adaptif.

Kilpatrick, Swafford dan Findel (Rahadyan, 2011: 6) menjelaskan bahwa kemampuan penalaran adaptif adalah kemampuan siswa untuk menarik kesimpulan secara logis, memperkirakan jawaban yang digunakan, serta menilai kebenarannya secara matematis. Untuk selanjutnya, penalaran yang dibahas dalam penelitian ini adalah penalaran adaptif.


(19)

5

Pentingnya penalaran dalam pembelajaran matematika juga terdapat di dalam NCTM (Budiarto, 2008: 2), yang merumuskan 5 tujuan pembelajaran matematika yang disebut mathematical power, yaitu:

1. Belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication) 2. Belajar untuk bernalar (mathematical reasoning)

3. Belajar untuk memecahkan masalah (mathematical problem solving) 4. Belajar untuk mengaitkan ide (mathematical connection)

5. Pembentukan sikap positif terhadap matematika (positive attitudes toward

mathematics)

Selain itu, dijelaskan di dalam Depdiknas (2003: 17) bahwa pembelajaran matematika dan hubungannya dengan penalaran bertujuan untuk: 1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya:

melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten.

2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran yang divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengomunikasikan gagasan secara matematis antara lain: melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.


(20)

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa kemampuan penalaran siswa merupakan salah satu bagian yang penting dan strategis dalam peningkatan hasil belajar matematika siswa, sehingga kemampuan penalaran siswa perlu ditingkatkan dalam pembelajaran matematika.

Menurut hasil penelitian Sumarmo (Suratman, 2005: 6), keterampilan pemecahan masalah matematis siswa SMA masih rendah. Kurangnya kemampuan penalaran dan pemahaman matematis merupakan salah satu penyebab siswa tidak mampu menyelesaikan masalah matematika dengan baik. Kemudian Sastrosudirjo (Suratman, 2005: 2) dari hasil penelitiannya terhadap siswa SMP di Yogyakarta menemukan bahwa adanya korelasi positif antara kemampuan penalaran matematis dengan prestasi belajar matematikanya. Sejalan dengan pendapat Suratman (2005) yang mengemukakan bahwa penalaran matematis merupakan salah satu tolak ukur kemampuan dan kinerja matematika siswa.

Kenyataannya, kemampuan penalaran siswa masih rendah, sebagaimana Sumarmo (Rahadyan, 2011: 4) mengemukakan bahwa baik secara keseluruhan maupun dikelompokkan menurut tahap kognitif siswa, skor siswa dalam kemampuan penalaran matematis masih rendah. Kenyataan ini diperkuat oleh pendapat Behr (Rizkianto, 2005: 4) yang mengemukakan bahwa banyak penelitian menunjukkan remaja awal dan orang dewasa mempunyai kesulitan dalam memecahkan masalah yang melibatkan penalaran. Sejalan dengan kenyataan tersebut, the Trends in International Mathematics and


(21)

7

Science Study (TIMSS) (2011) memberikan hasil bahwa rata-rata skor

matematika siswa di Indonesia untuk setiap kemampuan yang diteliti yaitu kemampuan pengetahuan, penerapan, dan penalaran masih di bawah skor matematika siswa internasional. Skor rata-rata siswa Indonesia berada pada rangking 38 dari 42 negara dengan skor rata-rata 386 dari skor tertinggi 613. Pada tahun 2011, skor rata-rata siswa Indonesia juga mengalami penurunan sebanyak 11 poin jika dibandingkan dengan perolehan skor rata-rata pada tahun 2007 yaitu sebesar 397. Fakta ini menunjukkan bahwa kemampuan penalaran siswa di Indonesia masih rendah, sehingga perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

Dalam proses pembelajaran dengan doing mathematics, siswa dibiasakan aktif dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan konsepnya sehingga diharapkan belajar yang dialaminya itu menjadi bermakna (Suratman, 2005: 4). Proses doing mathematics melibatkan kegiatan bernalar, sehingga melalui proses doing mathematics kemampuan penalaran matematis siswa dapat dikembangkan. Oleh karena itu, proses doing mathematics sudah selayaknya mendapat posisi yang cukup dalam proses pembelajaran matematika kita sekarang ini.

Menurut Hudojo (1990: 54), belajar menjadi bermakna bila informasi yang dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif yang telah dimilikinya, sehingga siswa dapat membangun pengetahuan dengan mengaitkan informasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki. Selanjutnya juga diungkapkan bahwa menghafal berlawanan dengan belajar bermakna.


(22)

Hudojo (1990: 49) menambahkan bahwa cara berpikir terbaik bagi siswa untuk memulai belajar konsep dan prinsip dalam matematika adalah dengan mengkonstruksi sendiri konsep dan prinsip-prinsip itu sendiri.

Hasil studi yang dilakukan oleh Sumarmo, et al. (Nuraeni, 2005: 2) menunjukkan bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah masih didominasi oleh pembelajaran yang bersifat konvensional serta memiliki karakteristik yaitu pembelajaran lebih berpusat pada guru dan aktivitas belajar masih didominasi oleh guru, latihan-latihan yang diberikan masih bersifat rutin dan siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Di samping itu, Mullis, et al. (Rizkianto, 2005: 4) menjelaskan bahwa sebagian besar pembelajaran matematika belum berfokus pada penalaran matematis, dan secara umum pembelajaran matematika masih bersifat konvensional.

Mempertimbangkan bahwa penalaran merupakan salah satu tujuan yang ada dalam kurikulum kita saat ini. Selain itu, penalaran juga merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa, yang tentunya menjadi dasar terbentuknya kemampuan-kemampuan yang lain misalnya pemecahan masalah. Kenyataannya kemampuan penalaran siswa di Indonesia masih rendah, sehingga setiap pendidik dituntut untuk bisa menerapkan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa adalah model pembelajaran berbasis proyek. Model pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran yang diadopsi dari pembelajaran berbasis masalah, yang menekankan pada pembelajaran


(23)

9

kontekstual (Purnawan, 2007). Pendekatan pembelajaran berbasis proyek juga didukung oleh teori belajar konstruktivistik (Khamdi, 2008). Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa siswa membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri. Hal ini sangat membantu siswa meningkatkan penalaran siswa sebagaimana menurut Suratman (2005) bahwa kemampuan penalaran matematis siswa dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran dengan doing mathematics. Pembelajaran dengan doing mathematics menjadikan belajar yang dialami siswa bermakna bagi mereka, karena siswa dibiasakan aktif dan membangun sendiri pengetahuannya. Hal ini menegaskan bahwa model pembelajaran berbasis proyek diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa perlu melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang tercantum dalam latar belakang, maka beberapa rumusan masalah yang disajikan dalam penelitian ini diantaranya yaitu:

1. Apakah siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) pencapaian


(24)

kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional?

2. Apakah siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) peningkatan kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional?

3. Apakah siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap penerapan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian ini diantaranya yaitu:

1. Mengetahui apakah siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) pencapaian kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional. 2. Mengetahui apakah siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan

model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) peningkatan kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional. 3. Mengetahui apakah siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap

penerapan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning).


(25)

11

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi nyata bagi beberapa kalangan berikut ini :

1. Bagi siswa

Pengalaman belajar melalui model pembelajaran berbasis proyek dapat merangsang siswa untuk belajar aktif dan lebih bermakna sehingga dapat meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa.

2. Bagi guru

Penggunaan model pembelajaran berbasis proyek sebagai suatu alternatif meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa.

3. Bagi peneliti

Sebagai suatu pembelajaran karena peneliti dapat mengaplikasikan segala pengetahuan yang didapatkan selama perkuliahan maupun di luar perkuliahan.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya pemahaman yang berbeda tentang istilah-istilah yang digunakan di dalam penelitian ini, ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan penalaran adaptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk menarik kesimpulan secara logis, memperkirakan jawaban yang digunakan, memberikan penjelasan mengenai konsep dan prosedural jawaban, serta menilai kebenarannya secara matematis. Indikator yang tercakup dalam kemampuan penalaran adaptif antara lain kemampuan


(26)

mengajukan dugaan, memberikan alasan mengenai jawaban yang diberikan, menarik kesimpulan dari suatu pernyataan, mampu memeriksa kesahihan suatu argumen, dan mampu menemukan pola dari suatu masalah matematika.

2. Pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran yang salah satu unsurnya memanfaatkan kegiatan lapangan dengan objek di lingkungan sekitar dan menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya. Pembelajaran berbasis proyek dalam penelitian ini memiliki langkah-langkah sebagai berikut (Astuti, 2011: 10):

a. Persiapan

b. Penugasan/menentukan topik c. Merencanakan kegiatan d. Investigasi dan penyajian e. Finishing

f. Monitoring/evaluasi

3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang berpusat pada guru dengan metode yang banyak digunakan saat ini adalah metode ekspositori dimana metode ini mengkombinasikan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.

4. Sikap siswa dalam penelitian ini adalah tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning). Aspek yang diteliti meliputi:


(27)

13

a. Sikap siswa terhadap pelajaran matematika.

b. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning).

c. Sikap siswa terhadap LKS dan permasalahan-permasalahan yang diberikan.


(28)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Arifin (2011:68), metode eksperimen merupakan cara praktis untuk mempelajari sesuatu dengan mengubah-ubah kondisi dan mengamati pengaruhnya terhadap hal lainnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh atau hubungan sebab-akibat (cause and effect

relationship) dengan cara membandingkan hasil kelompok eksperimen yang

diberikan perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Penelitian ini akan menguji pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) terhadap peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa SMP. Penelitian ini melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Siswa pada kelas eksperimen memperoleh perlakuan berupa model pembelajaran berbasis proyek

(Project-Based Learning), sedangkan siswa pada kelas kontrol memperoleh

pembelajaran konvensional. Kedua kelompok tersebut akan dibandingkan kemampuan penalaran adaptif siswanya. Pengelompokan subjek pada penelitian ini dilakukan secara acak (kelas). Adapun desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut (Ruseffendi, 2005: 50):

A O X O


(29)

45

Keterangan : A = Pengambilan sampel (kelas) secara acak

O = Pretes dan Postes kemampuan penalaran adaptif X = Perlakuan berupa pembelajaran berbasis proyek

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Arifin (2011: 215) populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi, sedangkan menurut Sugiono (2011: 117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini yang menjadi populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Cibalong, Garut.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2011: 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang baik adalah sampel yang dapat mewakili karakteristik dari populasi atau bersifat representatif. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan simple random sampling yaitu pemilihan sampel secara acak (kelas). Hal ini dilakukan karena siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Cibalong dianggap sebagai populasi yang homogen, sehingga kemampuan akademik siswa setiap kelasnya hampir sama. Dari sampel yang dipilih tersebut terpilih kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-E sebagai kelas kontrol.


(30)

C. Variabel Penelitian

Variabel merupakan objek atau titik perhatian dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebasnya adalah pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning), sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan penalaran adaptif siswa.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes dan nontes. Adapun instrumen yang berbentuk tes adalah tes penalaran adaptif, sedangkan instrumen penelitian yang berbentuk nontes adalah angket, lembar observasi dan jurnal harian.

1. Instrumen Tes

Menurut Arifin (2011: 226) tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden. Instrumen tes penalaran adaptif ini berbentuk soal-soal uraian yang disusun untuk mengumpulkan informasi mengenai kemampuan penalaran adaptif para siswa yang menjadi subjek penelitian. Penggunaan tipe tes uraian dikarenakan tes uraian lebih dapat mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya (Suherman, 2003: 78). Selain itu, Ruseffendi (2005: 118) menyatakan bahwa dalam tes uraian hanya siswa yang telah menguasai materi dengan baik yang bisa memberikan jawaban yang baik dan benar,


(31)

47

sehingga melalui tes uraian dapat diketahui strategi atau langkah siswa dalam menyelesaikan soal.

Sesuai dengan desain penelitian yang telah dipaparkan, tes kemampuan penalaran adaptif diberikan pada saat siswa belum mendapatkan perlakuan (pretes) dan setelah mendapatkan perlakuan (postes), hal ini karena:

a. Pretes diberikan untuk mengukur kemampuan awal penalaran adaptif

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Postes diberikan untuk melihat kemampuan penalaran adaptif siswa

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah pembelajaran selesai. Sebelum tes diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, terlebih dahulu instrumen tersebut diujicobakan kepada siswa di luar sampel. Instrumen diujicobakan kepada siswa yang telah mempelajari materi Teorema Pythagoras, yakni kelas IX-9 SMP Negeri 9 Bandung. Setelah data hasil uji coba diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya pembedanya.

a. Validitas Butir Soal

Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) jika alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003: 102). Oleh karena itu, untuk mengetahui instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid maka dilakukan analisis validitas empiris soal. Untuk mengetahui validitas tiap butir soal


(32)

digunakan rumus produk momen memakai angka kasar (raw score), yaitu:

Keterangan : = Validitas empirik soal

n = Jumlah siswa

X = skor tiap butir soal masing-masing siswa

Y = Skor total masing-masing siswa

Koefisien validitas menurut Suherman (2003:113) diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.1

Klasifikasi Validitas Butir Soal

Koefisien validitas Kriteria

Tidak valid Validitas sangat rendah

Validitas rendah Validitas sedang Validitas tinggi Validitas sangat tinggi

Untuk mengetahui signifikansi nilai validitas digunakan uji-t sebagai berikut:

Keterangan: rxy : koefisien korelasi n : jumlah siswa


(33)

49

Berdasarkan hasil uji instrumen yang telah dilaksanakan, diperoleh hasil perhitungan analisis validitas tiap butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.2 sebagai berikut.

Tabel 3.2

Hasil Analisis Validitas Butir Soal Instrumen Tes No.

Soal

Validitas

rxy Interpretasi

1 0,63 Sedang 2 0,71 Tinggi 3 0,71 Tinggi 4 0,68 Sedang 5 0,66 Sedang

b. Reliabilitas

Suatu alat evaluasi dikatakan reliabel apabila hasil evaluasi tersebut memberikan hasil yang tetap sama jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, dan tempat yang berbeda pula. Tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliabel (Suherman, 2003: 131).

Untuk mencari koefisien reliabilitas digunakan rumus alpa:

Keterangan: = Koefisien reliabilitas


(34)

= Jumlah varians skor setiap item, dan = Varians skor total

Untuk mencari varians digunakan rumus :

Keterangan: s2 = Varians tiap butir soal

= Jumlah kuadrat skor tiap butir soal = Kuadrat jumlah skor tiap soal

n = Banyak siswa/responden uji coba

Menurut Guilford (Suherman, 2003: 139) koefisien reliabilitas diinterpretasikan dengan kriteria yang terdapat dalam Tabel 3.3 sebagai berikut:

Tabel 3.3

Klasifikasi Reliabilitas Soal

Koefisien reliabilitas Kriteria

Reliabilitas sangat rendah Reliabilitas rendah Reliabilitas sedang Reliabilitas tinggi Reliabilitas sangat tinggi

Dari hasil perhitungan diperoleh koefisein reliabilitas tes adalah 0,68 yang berarti derajat reliabilitasnya sedang.


(35)

51

c. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran butir soal merupakan bilangan yang menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal (Suherman, 2003: 169). Suatu soal dikatakan memiliki tingkat kesukaran yang baik bila soal tersebut tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang testi untuk meningkatkan usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar dapat membuat testi menjadi putus asa dan enggan untuk memecahkannya (Suherman, 2003: 169). Untuk mencari indeks kesukaran digunakan rumus:

Keterangan : IK = Indeks Kesukaran

= Rata-rata skor jawaban soal ke-i

SMI = Skor maksimum ideal soal ke-i

Untuk menginterpretasikan indeks kesukaran, digunakan kriteria seperti terdapat dalam Tabel 3.4 sebagai berikut (Suherman, 2003: 170):

Tabel 3.4

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Kriteria

Sangat sukar Sukar Sedang Mudah Sangat mudah


(36)

Hasil perhitungan indeks kesukaran butir soal disajikan pada Tabel 3.5 berikut:

Table 3.5

Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Soal No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

1 0,48 Sedang

2 0,39 Sedang

3 0,17 Sukar

4 0,54 Sedang

5 0,36 Sedang

d. Daya Pembeda

Daya Pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (menjawab salah). Galton (Suherman, 2003:159) mengasumsikan bahwa suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata, dan yang bodoh karena dalam suatu kelas biasanya terdiri dari ketiga kelompok tersebut. Dengan perkataan lain, daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara testi (siswa) yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Untuk menentukan daya pembeda, digunakan rumus sebagai berikut:


(37)

53

Keterangan : DP = Daya Pembeda

= Rata-rata kelompok atas = Rata-rata kelompok bawah

SMI = Skor maksimum ideal

Untuk menginterpretasikan daya pembeda digunakan kriteria berikut ini (Suherman, 2003: 161):

Tabel 3.6

Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Kriteria

Sangat jelek Jelek Cukup

Baik Sangat baik

Hasil perhitungan daya pembeda butir soal, disajikan pada Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7

Daya Pembeda Tiap Butir Soal

No. Soal Daya Pembeda Interpretasi

1 0,54 Baik

2 0,83 Sangat baik

3 0.63 Baik

4 0,70 Baik

5 0,43 Baik

Adapun rekapitulasi hasil analisis butir soal disajikan dalam Tabel 3.8 berikut:


(38)

Tabel 3.8

Rekapitulasi Analisis Butir Soal

2. Instrumen Nontes

a. Angket

Angket adalah jenis evaluasi yang berisikan daftar pernyataan yang harus diisi oleh siswa untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan. Angket yang digunakan adalah angket skala Likert dengan memilih empat jawaban, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Pernyataan pada angket terbagi menjadi dua pernyataan, yaitu pernyataan positif dan negatif. Pernyataan ini dibuat berdasarkan aspek-aspek yang diteliti. Aspek tersebut meliputi sikap siswa terhadap pelajaran matematika, sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning), sikap siswa terhadap LKS dan permasalahan-permasalahan yang diberikan. Pengisian Reliabilitas = 0,68 (sedang)

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran

Kesimpulan Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi Nilai Interpretasi

1 0,63 Sedang 0,54 Baik 0,48 Sedang Digunakan 2 0,71 Tinggi 0,83 Sangat

baik 0,39 Sedang Digunakan 3 0,71 Tinggi 0,63 Baik 0,17 Sukar Digunakan 4 0,68 Sedang 0,70 Baik 0,54 Sedang Digunakan 5 0,66 Sedang 0,43 Baik 0,36 Sedang Digunakan


(39)

55

b. Lembar Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Dalam penelitian ini lembar observasi ditujukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran yang sedang berlangsung serta untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi, yang pada akhirnya akan dievaluasi dan direvisi untuk pembelajaran selanjutnya. Sehingga pembelajaran yang akan dilakukannya menjadi lebih baik.

c. Jurnal Harian

Jurnal harian adalah karangan yang dibuat siswa pada setiap akhir pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based learning), yang berisi tentang hal-hal yang membuat mereka tertarik atau tidak tertarik terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Jurnal harian dalam penelitian ini juga digunakan sebagai reflektif pembelajaran yaitu mengenai apa yang telah diperoleh dalam aktivitas belajar siswa serta untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan pada saat pembelajaran.


(40)

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri atas empat tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, analisis data, dan pembuatan kesimpulan.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan pada penelitian ini terdiri dari: a. Menyusun proposal penelitian.

b. Mengadakan seminar proposal. c. Membuat instrumen penelitian.

d. Melakukan perizinan tempat untuk penelitian.

e. Melakukan uji coba instrumen penelitian. Uji coba ini diberikan terhadap subjek lain di luar subjek penelitian.

f.Melakukan analisis atau kriteria instrumen.

g. Menentukan dan memilih sampel dari populasi yang telah ditentukan. h. Menghubungi kembali pihak sekolah untuk mengkonsultasikan waktu

dan teknis pelaksanaan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. Memberikan pretes kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

c. Melaksanakan observasi kelas, baik terhadap guru maupun siswa dan pengisian jurnal harian siswa pada kelas eksperimen.


(41)

57

d. Memberikan angket pada siswa kelas eksperimen di pertemuan terakhir untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based

Learning).

e. Mengadakan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai evaluasi hasil pembelajaran.

3. Tahap Analisis Data

Pada penelitian ini, tahap analisis data terdiri dari:

a. Mengumpulkan hasil data kuantitif dan kualitatif dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh dengan tujuan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian.

c. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan.

4. Tahap Pembuatan Kesimpulan

Pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan. Kemudian diinterpretasikan dan dibuktikan pada laporan penelitian (skripsi).

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian terbagi menjadi dua bagian, yaitu data yang bersifat kuantitatif dan data yang bersifat kualitatif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan SPSS 16.0 for Windows dan Microsoft


(42)

1. Pengolahan Data Kuantitatif

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data pretes dan

postes. Pengolahan data kuantitatif ini bertujuan untuk menjawab hipotesis

yang diajukan. Namun sebelum dilakukan uji hipotesis, data yang telah terkumpul diberikan skor terlebih dahulu.

Langkah-langkah selanjutnya dalam melakukan analisis data kuantitatif adalah sebagai berikut.

a. Analisis data pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol 1) Menganalisis data secara deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil pretes, dilakukan terlebih dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi

mean, deviasi standar, dan median. Hal ini diperlukan sebagai

langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis. 2) Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data

pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh berasal dari

populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hal ini penting diketahui berkaitan dengan ketetapan pemilihan uji statistik yang akan digunakan. Misalnya uji parametrik, yang mengisyaratkan data harus berdistribusi normal. Apabila distribusi data tidak normal, maka digunakan uji non-parametrik.


(43)

59

Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol karena masing-masing kelas memiliki data lebih dari 30.

Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : Data berasal dari populasi berdistribusi tidak normal,

dengan kriteria pengujian (Uyanto, 2009: 40): i) H0 ditolak, apabila nilai Sig. < 0,05

ii) H0 diterima, apabila nilai Sig. ≥ 0,05

3) Uji homogenitas

Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varians kelompok dengan menggunakan uji Levene. Pengujian homogenitas ini mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang homogen.

Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H0 : Kedua kelompok penelitian mempunyai varians populasi yang

sama.

H1 : Kedua kelompok penelitian mempunyai varians populasi berbeda.

Dengan kriteria pengujian:

i) H0 ditolak, apabila nilai Sig. < 0,05


(44)

4) Uji kesamaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata skor pretes kedua kelas sama. Untuk data yang memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, maka menggunakan uji t yaitu

Independent Sample T-Test dengan asumsi kedua variansnya

homogen.

Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H0 : �1 = �2 (kemampuan awal penalaran adaptif siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol adalah sama)

H1 : �1  �2 (kemampuan awal penalaran adaptif siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol adalah tidak sama) dengan kriteria pengujian:

i) H0 ditolak, apabila nilai Sig. < 0,05

ii) H0 diterima, apabila nilai Sig. ≥ 0,05,

Untuk data dengan asumsi normalitas tetapi tidak homogen, maka pengujiannya menggunakan t’, sedangkan uji data yang tidak memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik dengan uji Mann-Whitney.

b. Analisis data pencapaian kemampuan penalaran adaptif siswa

Data yang digunakan untuk mengetahui pencapaian kemampuan penalaran adaptif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah data

postes. Dalam penelitian ini, untuk melihat pencapaian kemampuan


(45)

61

software SPSS 16.0 for windows dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Menganalisis data secara deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data hasil postes, dilakukan terlebih dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi

mean, deviasi standar, dan median. Hal ini diperlukan sebagai

langkah awal dalam melakukan pengujian hipotesis. 2) Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk.

Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : Data berasal dari populasi berdistribusi tidak normal,

dengan kriteria pengujian (Uyanto, 2009: 40): i) H0 ditolak, apabila nilai Sig. < 0,05

ii) H0 diterima, apabila nilai Sig. ≥ 0,05

3) Uji homogenitas

Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varians kelompok dengan menggunakan uji Levene. Sedangkan jika tidak berdistribusi normal,


(46)

maka pengujian dilakukan dengan pengujian non-parametrik yaitu uji

Mann-Whitney.

Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H0 : Kedua kelompok penelitian mempunyai varians populasi yang

sama.

H1 : Kedua kelompok penelitian mempunyai varians populasi berbeda.

Dengan kriteria pengujian:

i) H0 ditolak, apabila nilai Sig. < 0,05

ii) H0 diterima, apabila nilai Sig. ≥ 0,05

4) Uji perbedaan dua rata-rata

Uji kesamaan dua rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata skor postes kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol atau sebaliknya. Untuk data yang memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, maka menggunakan uji t yaitu Independent Sample

T-Test dengan asumsi kedua varians homogen, sedangkan untuk data

yang memenuhi asumsi normalitas tetapi tidak homogen, maka pengujiannya menggunakan t’ yaitu Independent Sample T-Test.

Uji data yang tidak memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik dengan uji

Mann-Whitney.

Perumusan hipotesisnya sebagai berikut:

H0 : �1 ≤ �2 (rata-rata skor postes kelas eksperimen tidak lebih


(47)

63

H1 : �1 > �2 (rata-rata skor postes kelas eksperimen lebih baik

daripada kelas kontrol) dengan kriteria pengujian:

i) H0 ditolak, apabila nilai ( Sig.) < 0,05

ii) H0 diterima, apabila nilai ( Sig.) ≥ 0,05.

c. Analisis data peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa

Data yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran adaptif adalah data N-gain. Gain dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Gain = skor postes – skor pretes

Sedangkan N-gain dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: N-Gain =

Dalam penelitian ini, untuk melihat peningkatan kemampuan penalaran adaptif kedua kelompok tersebut menggunakan bantuan

software SPSS 16.0 for windows dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1) Menganalisis data secara deskriptif

Sebelum melakukan pengujian terhadap data N-gain, dilakukan terlebih dahulu perhitungan terhadap deskripsi data yang meliputi

mean, deviasi standar, dan median. Hal ini diperlukan sebagai


(48)

2) Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi skor

N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas data menggunakan uji statistik Shapiro-Wilk.

3) Uji homogenitas

Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas varians kelompok dengan menggunakan uji Levene. Sedangkan jika tidak berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan pengujian non-parametrik yaitu uji

Mann-Whitney.

4) Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata digunakan untuk mengetahui apakah rata-rata skor N-gain kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol atau sebaliknya. Untuk data yang memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas, maka menggunakan uji t yaitu Independent Sample

T-Test dengan asumsi kedua varians homogen, sedangkan untuk data

yang asumsi normalitas tetapi tidak homogen, maka pengujiannya menggunakan t’ yaitu Independent Sample T-Test dengan asumsi

kedua varians tidak homogen. Uji data yang tidak memenuhi asumsi normalitas dan homogenitas maka pengujiannya menggunakan uji non-parametrik dengan uji Mann-Whitney.


(49)

65

d. Analisis data kualitas peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa Kualitas peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa diketahui melalui perhitungan indeks gain. Menurut Hake (Suwarni, 2011), kualitas peningkatan yang terjadi dihitung dengan rumus

Normalized Gain sebagai berikut:

N-Gain =

Adapun kriteria indeks gain menurut Hake (Suwarni, 2011) adalah sebagai berikut.

Tabel 3.9 Kriteria Indeks Gain

g Kriteria

g < 0,30 Rendah 0,30 g < 0,70 Sedang

g ≥0,70 Tinggi

2. Pengolahan Data Kualitatif

a. Angket

Data yang diperoleh melalui angket akan dianalisa dengan menggunakan cara pemberian skor butir skala sikap model Likert. Perhitungan skor sikap siswa dilakukan dengan memberikan skor pada setiap jawaban siswa. Penskoran yang digunakan menurut Suherman (2003) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.10

Panduan Pemberian Skor Skala Sikap Siswa

Jenis Pernyataan

Bobot Pendapat

SS S TS STS Positif 5 4 2 1 Negatif 1 2 4 5


(50)

Skor siswa dihitung dengan cara menjumlahkan bobot skor setiap pernyataan dari alternatif jawaban yang dipilih. Kemudian data dipersentasekan dengan menggunakan rumus perhitungan persentase (Rahayu, 2011:37) sebagai berikut.

Keterangan: = persentase jawaban = frekuensi jawaban = banyaknya responden

Persentase yang diperoleh ditafsirkan berdasarkan kriteria (Rahayu, 2011: 38) sebagai berikut.

Tabel 3.11

Interpretasi Jawaban Angket Siswa

Persentase Jawaban Interpretasi

0% Tak seorang pun 1%-25% Sebagian kecil 25%-49% Hampir setengahnya

50% Setengahnya 51%-74% Sebagian besar 75%-99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya

Skala likert merupakan skala dalam bentuk ordinal. Karena skor yang digunakan untuk operasi hitung adalah berupa skala interval, maka


(51)

67

skala ini harus dikonversikan terlebih dahulu dari skala ordinal ke skala interval dengan bantuan program Metode Succecive Interval (MSI).

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan perumusan statistik deskriptifnya. Skor ideal adalah skor yang ditetapkan dengan asumsi bahwa setiap siswa memberi jawaban setiap pernyataan dengan skor sempurna. Selanjutnya, uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah sikap positif siswa signifikan atau tidak. Sikap siswa dikatakan positif jika rata-rata skor sikap siswa lebih dari skor netral dan dikatakan negatif jika rata-rata skor sikap siswa kurang dari skor netral. Dalam hal ini skor netral adalah skor yang ditetapkan sebagai skor tidak berpendapat, yaitu bernilai 3 atau 60% dari skor ideal per-item pernyataan.

Adapun hipotesis uji sepihak yang diuji adalah H0: � = 3

H1: � > 3

Dengan kriteria pengujian

i) H0 ditolak, apabila nilai ( Sig.) < 0,05

ii) H0 diterima, apabila nilai ( Sig.) ≥ 0,05.

Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, tanpa perlu melakukan uji homogenitas. Hal ini karena pada uji satu rata-rata tidak ada pembanding, berbeda dengan uji dua rata-rata. Jika data berdistribusi normal, maka pengujian dilakukan dengan uji One


(52)

Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan bantuan software SPSS 16.0 for windows.

b. Lembar Observasi

Data hasil observasi merupakan data pendukung yang menggambarkan suasana pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based

Learning). Data yang diperoleh dari hasil observasi mengenai aktivitas

guru dan siswa dianalisis secara deskriptif. c. Jurnal Harian

Jurnal ini dianalisis setiap hari untuk mengetahui aktivitas siswa setelah pembelajaran. Selanjutnya, jurnal harian dianalisis secara deskriptif.


(53)

Riyanti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adiktif Siswa Smp

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis terhadap hasil penelitian yang dilaksanakan mengenai penggunaan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) terhadap peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa SMP di SMP Negeri 1 Cibalong diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) pencapaian kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional.

2. Siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) peningkatan kemampuan penalaran adaptifnya lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan model pembelajaran konvensional.

3. Siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap penerapan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran berbasis proyek


(54)

Riyanti, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning) Untuk

B. Saran

Berdasarkan temuan penulis di lapangan dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka saran yang dapat disampaikan antara lain sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) mampu meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa, sehingga model pembelajaran tersebut dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika oleh guru di kelas pada pembelajaran selanjutnya.

2. Untuk penelitian selanjutnya mengenai penggunaan model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) dapat dilakukan pada materi, indikator, dan kompetensi matematis yang berbeda dengan subjek penelitian yang lebih luas.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y. (2012). Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi

Matematis Siswa SMP Melalui Reciprocal Teaching. Tesis Sekolah

Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Anita, T. (2007). Pembelajaran Matematika Dengan Metode Proyek Untuk

Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Pemecahan Masalah. Skripsi

Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Ardiansyah, H. (2011). Penerapan Pembelajaran Menggunakan Pemberian

Tugas Bentuk Superitem Pada Metode Diskusi Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Matematis Siswa SMA. Skripsi Jurusan

Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan. Ariezona dan Abdurahman, A. (2011). Aplikasi Pembelajaran dan Informasi

Berbasis WEB Pada SMP Muhammadiyah1 Palembang. [Online].

Tersedia:

http://eprints.mdp.ac.id/459/1/APLIKASI%20PEMBELAJARAN%20 DAN%20INFORMASI%20BERBASIS%20WEB%20PADA%20SMP %20MUHAMMADIYAH%201%20PALEMBANG.pdf [25 September 2012]

Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan, Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Astuti, T. (2010). Perbandingan Metode Pembelajaran Konvensional dengan

Metode Pembelajaran Hyphnoteaching. [Online]. Tersedia:

http://iyas-phunkalfreth.blogspot.com/2010/06/perbandingan-metode-pembelajaran .html [08 September 2012]


(56)

Budiarto. (2008). Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Metode

Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Depdiknas. (2003). Kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Direktorat Menengah Umum.

Gulbahar, Y. (2006). Implementing Project-Based Learning And E-Portfolio

Assessment In an Undergraduate Course. Journal of Research on Technology in Education. Baskent University. Turkey. [Online]. Tersedia: http://www.iste.org/ [7 Januari 2013]

Hudojo, H. (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Indriyani, E. (2010).Pengaruh Penerapan Strategi ”PAIKEM” Dengan

Pendekatan Indirect Instruction Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP.

Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Irpan, U. (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dalam

Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Problem Posing Pada Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Jannah, N. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Dalam

Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika


(57)

104

Juliantara, K. (2009). Pendekatan Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia:

http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembelajaran-konvensional/ [10 Oktober 2012]

Kholik, M. (2011). Metode Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia:

http://muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/evaluasi-pembelajaran/ [10 Oktober 2012]

Miswanto. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Materi Program Linier Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Singosari. Jurnal

Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan. STAIN Tulungagung.[Online]. Tersedia:

http://nces.ed.gov/whatsnew/commissioner/remarks2012/12_11_2012.a sp. [7 Januari 2013]

Muliawati, L. (2010). Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa SMP Menggunakan

Pembelajaran Dengan Model PBL. Skripsi Jurusan Pendidikan

Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mustahik. (2011). Efektifitas penggunaan pendekatan kontekstual terhadap

prestasi dan aktifitas belajar matematika pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung pada siswa kelas IX SMP NW Kalijaga. [Online].

Tersedia:

http://thathamustahik.blogspot.com/2011_05_01_archive.html [11 Oktober 2012]

Nufus, H. (2012). Penerapan Aktivitas Quick On The Draw Dalam Tatanan

Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa. Tesis Sekolah Pasca Sarjana UPI


(58)

Nuraeni, A. (2005). Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual

Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP.

Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nurhanifah, S. (2010). Penerapan Model Experiental Learning Dalam Upaya

Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMA. Skripsi

Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Pangastuti, S. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Kemandirian Belajar Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Provasnik, et. al. (2012). Highlights From TIMSS 2011. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/whatsnew/commissioner/remarks2012/12_11_2012.a sp/ [7 Januari 2013]

Purnawan, Y. (2007). Pengenalan Pembelajaran Berbasis Proyek. [Online]. Tersedia: http://yudipurnawan.wordpress.com/2007/11/17/pengenalan-pbl/ [21 Februari 2011]

Rahadyan, A. (2011). Penerapan Pendekatan Problem Based Learning Dengan

teknik Probing-Prompting Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika

FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rahmawati, A (2009). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa

Sekolah Menengah Atas melalui Pemodelan Berbasis Realistic Mathematics Education (RME). Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika


(59)

106

Rais, M. (2010). Model Project Based-Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran

Universitas Negeri Makassar. [Online]. Tersedia: http://jurnaljpp.files.wordpress.com/[28 Desember 2012]

Rizkianto, L. (2005). Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan

Open Ended Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Sa’dijah, C. (2009). Asesmen Kinerja Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Inovatif. [Online]. Tersedia:

http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-4-no-2-cholis-sadijah.pdf/[28 Desember 2012]

Sanjaya, W. (2008). KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN, Teori Praktik

Pengembangan Kurikulum Timgkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: Kencana.

Sriningsih. (2011). Perbedaan prestasi belajar matematika dengan pembelajaran

geometri Van Hiele dan konvensional pada materi kubus dan balok kelas VIII SMP Negeri 2 Malang. [Online]. Tersedia:

http://library.um.ac.id/free-contents/download/pub/pub.php/48911.pdf [11 Oktober 2012]

Sugianti, J. (2009). Pengaruh Model Brain Based Learning Terhadap

Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan

Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sugiono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitaif,


(60)

Suharsih, R. (2011). Pembelajaran Matematika Melalui Model Generatif Untuk

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMA. Skripsi

Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA FPMIPA UPI.

Sunarto. (2009). Pengertian Metode Ekspositori. [Online]. Tersedia: http://sunar-tombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian-metode-ekspositori/ [11 Oktober 2012]

Suratman, A. (2005). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa

Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Terstruktur. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Suwarni. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi

Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Matematika Berbantuan Wingeom. Tesis Sekolah Pasca Sarjana UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Turgut, H. (2008). Prospective Science Teachers’ Conceptualizations About Project Based Learning. International Journal of Instruction. Marmara

University. [Online]. Tersedia:

http://www.iste.org/ [10 Februari 2011]

UPI. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Uyanto, S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(61)

108

Wayan, S. (2006). Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Berbasis Proyek

dan Orientasi. [Online]. Tersedia:

http://www.freewebs.com/santyasa/PDF_file/COLLABORATIVE-MODEL-Project-Based-Dan-Orientasi.pdf. [06 Oktober 2012]

Yasa, D. (2008). Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia: http://ipotes.wordpress.com/2008/05/14/pembelajaran-kovensional/[06 Oktober 2012]


(1)

Budiarto. (2008). Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Metode

Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Depdiknas. (2003). Kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Direktorat Menengah Umum.

Gulbahar, Y. (2006). Implementing Project-Based Learning And E-Portfolio

Assessment In an Undergraduate Course. Journal of Research on Technology in Education. Baskent University. Turkey. [Online]. Tersedia: http://www.iste.org/ [7 Januari 2013]

Hudojo, H. (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Indriyani, E. (2010).Pengaruh Penerapan Strategi ”PAIKEM” Dengan

Pendekatan Indirect Instruction Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP.

Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Irpan, U. (2010). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dalam

Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Problem Posing Pada Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Jannah, N. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Interaktif Dalam

Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika


(2)

Juliantara, K. (2009). Pendekatan Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia:

http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/20/pendekatan-pembelajaran-konvensional/ [10 Oktober 2012]

Kholik, M. (2011). Metode Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia:

http://muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/evaluasi-pembelajaran/ [10 Oktober 2012]

Miswanto. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Materi Program Linier Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Singosari. Jurnal

Penelitian Dan Pemikiran Pendidikan. STAIN Tulungagung.[Online]. Tersedia:

http://nces.ed.gov/whatsnew/commissioner/remarks2012/12_11_2012.a sp. [7 Januari 2013]

Muliawati, L. (2010). Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa SMP Menggunakan

Pembelajaran Dengan Model PBL. Skripsi Jurusan Pendidikan

Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mustahik. (2011). Efektifitas penggunaan pendekatan kontekstual terhadap

prestasi dan aktifitas belajar matematika pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung pada siswa kelas IX SMP NW Kalijaga. [Online].

Tersedia:

http://thathamustahik.blogspot.com/2011_05_01_archive.html [11 Oktober 2012]

Nufus, H. (2012). Penerapan Aktivitas Quick On The Draw Dalam Tatanan

Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa. Tesis Sekolah Pasca Sarjana UPI


(3)

Nuraeni, A. (2005). Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual

Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP.

Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Nurhanifah, S. (2010). Penerapan Model Experiental Learning Dalam Upaya

Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMA. Skripsi

Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Pangastuti, S. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Berdasarkan Kemandirian Belajar Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Provasnik, et. al. (2012). Highlights From TIMSS 2011. [Online]. Tersedia: http://nces.ed.gov/whatsnew/commissioner/remarks2012/12_11_2012.a sp/ [7 Januari 2013]

Purnawan, Y. (2007). Pengenalan Pembelajaran Berbasis Proyek. [Online]. Tersedia: http://yudipurnawan.wordpress.com/2007/11/17/pengenalan-pbl/ [21 Februari 2011]

Rahadyan, A. (2011). Penerapan Pendekatan Problem Based Learning Dengan

teknik Probing-Prompting Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika

FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rahmawati, A (2009). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa

Sekolah Menengah Atas melalui Pemodelan Berbasis Realistic Mathematics Education (RME). Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika


(4)

Rais, M. (2010). Model Project Based-Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran

Universitas Negeri Makassar. [Online]. Tersedia:

http://jurnaljpp.files.wordpress.com/[28 Desember 2012]

Rizkianto, L. (2005). Penerapan Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan

Open Ended Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Sa’dijah, C. (2009). Asesmen Kinerja Dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Pendidikan Inovatif. [Online]. Tersedia:

http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2009/09/vol-4-no-2-cholis-sadijah.pdf/[28 Desember 2012]

Sanjaya, W. (2008). KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN, Teori Praktik

Pengembangan Kurikulum Timgkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: Kencana.

Sriningsih. (2011). Perbedaan prestasi belajar matematika dengan pembelajaran

geometri Van Hiele dan konvensional pada materi kubus dan balok kelas VIII SMP Negeri 2 Malang. [Online]. Tersedia:

http://library.um.ac.id/free-contents/download/pub/pub.php/48911.pdf [11 Oktober 2012]

Sugianti, J. (2009). Pengaruh Model Brain Based Learning Terhadap

Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan

Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sugiono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitaif,


(5)

Suharsih, R. (2011). Pembelajaran Matematika Melalui Model Generatif Untuk

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMA. Skripsi

Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA FPMIPA UPI.

Sunarto. (2009). Pengertian Metode Ekspositori. [Online]. Tersedia: http://sunar-tombs.wordpress.com/2009/03/09/pengertian-metode-ekspositori/ [11 Oktober 2012]

Suratman, A. (2005). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Induktif Siswa

Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Terstruktur. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Suwarni. (2011). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Komunikasi

Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Matematika Berbantuan Wingeom. Tesis Sekolah Pasca Sarjana UPI

Bandung: tidak diterbitkan.

Turgut, H. (2008). Prospective Science Teachers’ Conceptualizations About Project Based Learning. International Journal of Instruction. Marmara

University. [Online]. Tersedia:

http://www.iste.org/ [10 Februari 2011]

UPI. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Uyanto, S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(6)

Wayan, S. (2006). Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Berbasis Proyek

dan Orientasi. [Online]. Tersedia:

http://www.freewebs.com/santyasa/PDF_file/COLLABORATIVE-MODEL-Project-Based-Dan-Orientasi.pdf. [06 Oktober 2012]

Yasa, D. (2008). Pembelajaran Konvensional. [Online]. Tersedia: http://ipotes.wordpress.com/2008/05/14/pembelajaran-kovensional/[06 Oktober 2012]