TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN ANDIR KOTA BANDUNG.

(1)

No. Daftar FPIPS : 1765/UN.40.2.4/PL/2013

TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN ANDIR KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh :

Agung Hadi Prasetyo 0901309

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN

DI KECAMATAN ANDIR KOTA

BANDUNG

Oleh

Agung Hadi Prasetyo 0901309

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Agung Hadi Prasetyo 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Tingkat Kekumuhan Permukiman di Kecamatan Andir Kota Bandung Oleh

Agung Hadi Prasetyo (0901309) Pembimbing

Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd Drs. H. Wahyu Eridiana, M. Si

Penelitian ini berjudul “Tingkat Kekumuhan Permukiman di Kecamatan Andir Kota Bandung”. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Andir Kota Bandung. Berdasarkan data yang diperoleh dari Tripologi Tahun 2013, Kecamatan Andir memiliki perumahan tidak permanen berjumlah 1.160 unit yang cenderung kumuh. Kawasan ini memiliki luas 370,74Ha dengan kepadatan 52,91 bangunan/Ha. Dengan keadaan demikian maka akan menciptakan kondisi permukiman yang padat. Daya tarik ekonomi yang kuat menjadikan Kecamatan Andir dipenuhi pendatang, sehingga pertumbuhan penduduk melonjak, melonjaknya penduduk akan berpengaruh pada padatnya penduduk yang mengakibatkan tingkat kriminalitas yang tinggi. Permasalahan lainnya adalah berbaurnya bangunan rumah yang mewah sampai sederhana dengan bangunan sektor formal dan informal, kondisi sanitasi dan drainase masih kurang baik, dan Masyarakat yang kurang mampu masih banyak dan perlu dibantu di bidang perekonomian dan kesehatan. Hal ini sangat menarik untuk dikaji. Sehingga, adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi fisik dan sosial-ekonomi serta tingkat kekumuhan permukiman di Kecamatan Andir Kota Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif Kuantitatif dengan pendekatan Survey. Populasi pada penelitian ini yaitu sebanyak 104.882 jiwa penduduk Kecamatan Andir dengan jumlah KK sebanyak 23.208. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 74 responden,yang diambil dengan teknik stratified random sampling. Instrument yang digunakan berupa pedoman observasi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi lapangan, wawancara, dan studi dokumentasi.

Analisis data menggunakan persentase dan pembobotan berdasarkan Kriteria Tingkat Kekumuhan DisTarCip Tahun 2002. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Kondisi fisik Bangunan dan Sarana Prasarana pelayanan air bersih, sanitasi lingkungan, drainase, ruang terbuka, MCK, dan jalan masih rendah dengan angka 2,36. Kondisi sosial-ekonomi yang di dalamnya termasuk kependudukan, kesehatan, dan kesejahteraan penduduk di Kecamatan Andir Kota Bandung cukup baik dengan angka 0,64. Berdasarkan hasil dari penjumlahan nilai kondisi fisik dan sosial-ekonomi didapat angka 3, berdasarkan kriteria DisTarCip Tahun 2002 tingkat kekumuhan permukiman di Kecamatan Andir berada pada kategori sedang. Adapun rekomendasi yang dapat diambil adalah perbaikan dan peremanjaan serta peningkatan kondisi lingkungan baik fisik dan sosial di Kecamatan Andir Kota Bandung kea rah yang lebih baik lagi.

Kata Kunci : Kawasan Kumuh, Kondisi Fisik, Kondisi Sosial, Tingkat Kekumuhan


(5)

ABSTRACT

Level of Slum Settlements at Andir sub-district in Bandung city

By

Agung Hadi Prasetyo (0901309)

Advisers

Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd Drs. H. Wahyu Eridiana, M. Si

This study entitled Level of slum settlements at Andir sub-district in Bandung city. Research is located at Andir sub-district in Bandung. Based on the data obtained from Tripologi in 2013, Andir sub-district have impermanent housing totaled 1160 units which tend to be dirty. This region has an area of 370,74 hectares with a building density of 52,91 per hectare. Thus, it will cause a dense settlement. A strong economic appeal results newcomer to come to Andir and increase population growth. The increase of population will affect the population density which result high crime rate. Other problems are melting pot of the luxurious till simple houses with sector building formal and informal, sanitation and drainage condition not proper enough and many communities poor who need help in terms of economy and health. This is very interested to research. Therefore, purpose of this study is to identify physical condition and socio-economic as well as the level of slum settlements at Andir sub-district in Bandung city.

The method employed in this research is descriptive quantitative with survey approach. The population in this study is 104.882 inhabitants of Andir sub-district with 23.208 households. The sample in this study is 74 respondents chosen by using stratified random sampling. Instrument used is guidance of observation. Data collection technique use field observation, interview, and documentation.

Data analysis use percentage and weight based on criteria of level of slums in Dis TarCip 2002. The result indicates that physical condition of building, facilities and infrastructure of clean water, sanitation, drainage, open space, public toilet, and street are still low which is 2,36. Socio-economic condition which includes demographic, health, and welfare of residents at Andir sub-district are good enough which is 0,64. Based on the result of sum of the physical and socio-economic, it is obtained to be 3 relevant with the criteria of DisTarCIp 2002 slum settlements at Andir sub-district which is categorized medium. The recommendations which can be taken are repair and rejuvenation as well as improvement of the condition of both physical and social environment at Andir sub-district in Bandung towards better way.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Implikasi Terhadap Mata Pelajaran Geografi ... 6

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Permukiman, Kumuh, dan Permukiman Kumuh ... 8

1. Pengertian Permukiman ... 8

2. Pengertian Kumuh ... 9

3. Permukiman Kumuh ... 10

B. Pembagian Kriteria Permukiman Kumuh ... 15

C. Penyebab Utama Tumbuhnya Permukiman Kumuh ... 15

D. Karakteristik Permukiman Kumuh ... 17

E. Indikator Kependudukan ... 18

1. Tingkat Pendidikan ... 18

2. Tingkat Pendapatan ... 19

3. Kesehatan ... 21

4. Penduduk ... 22

5. Identitas Penduduk ... 23

F. Tingkat Kekumuhan ... 24

G. Kerangka Pemikiran ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Lokasi Penelitian ... 30

B. Metode Penelitian... 31

C. Definisi Operasional... 32

D. Variabel Penelitian ... 35

E. Populasi dan Sampel ... 36

1. Populasi ... 36

2. Sampel ... 37

F. Alat Pengumpul Data ... 40

G. Teknik Pengumpulan Data ... 41

H. Design Penelitian ... 42


(7)

J. Analisis Data ... 44

1. Analisis Persentase ... 44

2. Perhitungan Tingkat Kekumuhan ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Kondisi Umum Daerah penelitian ... 47

B. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ... 50

1. Iklim ... 50

2. Kondisi Geologi ... 51

3. Topografi ... 51

4. Kondisi Hidrologi ... 52

5. Penggunaan Lahan ... 52

C. Kondisi Sosial Ekonomi Kecamatan Andir ... 55

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 55

2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia ... 57

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 60

5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 62

6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Agama ... 63

D. Analisis Data Lapangan ... 65

1. Kondisi Fisik Kawasan Kumuh di Kecamatan Andir ... 65

a. Lokasi ... 65

1) Legalitas Tanah ... 65

2) Status Penguasaan Bangunan ... 66

3) Frekuensi Kebencanaan ... 68

b. Kondisi Bangunan ... 69

1) Tingkat Kualitas Bangunan ... 69

2) Kepadatan Bangunan ... 71

3) Jenis Atap Rumah ... 72

4) Jenis Dinding Rumah ... 74

5) Jenis Lantai Rumah ... 75

6) Keadaan Ventilasi Udara... 76

7) Tingkat Kelayakan Bangunan ... 76

8) Luas Bangunan Rumah ... 77

9) Kepemilikan Luas Lahan ... 78

10)Kepemilikan Jumlah Kamar ... 79

11)Kepadatan Penghuni Kamar ... 80

12)Kepemilikan Ukuran Kamar ... 81

c. Kondisi Sarana dan Prasarana ... 82

1) Pelayanan Air Bersih... 82

2) Kondisi Sanitasi Lingkungan ... 83

3) Kondisi Persampahan ... 85

4) Kondisi Salurah Air/Drainase ... 86

5) Kondisi Jalan ... 87

6) Ruang Terbuka ... 88

7) Kepemilikan Sarana Komunikasi dan Informasi ... 89


(8)

2. Kondisi Sosial Ekonomi Kawasan Kumuh Kecamatan Andir ... 92

a. Kondisi Kependudukan ... 92

1) Tingkat Kepadatan Penduduk ... 92

2) Tingkat Pendapatan Penduduk ... 93

3) Rata-rata Anggota Rumah Tangga ... 94

4) Rata-Rata Kepala Keluarga (KK) ... 95

5) Tingkat Pertumbuhan Penduduk ... 96

6) Angkat Kematian Kasar ... 97

7) Jarak Responden Ketempat Kerja ... 98

b. Kesehatan Penduduk ... 99

1) Kesehatan Penduduk ... 99

2) Cara Pengobatan Responden ... 100

3) Jumlah Balita di Bawah Garis Merah... 101

4) Kesakitan Malaria, Diare dan DBD ... 102

c. Keadaan Sosial Penduduk ... 103

1) Tingkat Pendidikan... 103

2) Tingkat Kerawanan Sosial... 105

d. Keadaan Ekonomi Penduduk ... 106

1) Tingkat Kemiskinan ... 106

2) Mata Pencaharian ... 107

3) Pendapatan... 108

4) Tanggungan Keluarga ... 111

3. Tingkat Kekumuhan Kecamatan Andir Kota Bandung ... 111

a. Tingkat Kekumuhan Kelurahan Kebon Jeruk ... 112

b. Tingkat Kekumuhan Kelurahan Ciroyom ... 113

c. Tingkat Kekumuhan Kelurahan Garuda ... 115

d. Tingkat Kekumuhan Kecamatan Andir ... 117

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 119

A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121

LAMPIRAN ... 124


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Pengukuran Tingkat Kekumuhan ... 27

3.1 Variabel dalam Penelitian ... 35

3.2 Jumlah Penduduk, KK, Kepadatan Penduduk dan Kepadatan KK Menurut Kelurahan di Kecamatan Andir ... 37

3.3 Tingkatan Kepadatan Penduduk dan KK Kecamatan Andir Kota Bandung ... 39

3.4 Jumlah Sampel Penelitian ... 40

3.5 Design Penelitian ... 42

3.6 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 43

3.7 Kriteria Penilaian Skor ... 44

3.8 Pengukuran Tingkat Kekumuhan ... 46

4.1 Jumlah RT / RW Tiap Kelurahan... 48

4.2 Penggunaan Jenis Lahan di Kecamatan Andir Kota Bandung... 53

4.3 Penggunaan Lahan di Kecamatan Andir Kota Bandung ... 53

4.4 Jumlah Kepala Keluarga dan Penduduk Kecamatan Andir ... 55

4.5 Kepadatan Penduduk dan Kepadatan KK/ Ha ... 56

4.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 58

4.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59

4.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 61

4.9 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 63

4.10 Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Agama ... 64

4.11 Status Kepemilikan Lahan di Kawasan Kumuh Kecamatan8 Andir Kota Bandung ... 66

4.12 Status Kepemilikan Bangunan di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 67

4.13 Frekuensi Bencana Kebakaran, Kebanjiran dan Tanah Longsor di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 68

4.14 Tingkat Kualitas Bangunan di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 70

4.15 Tingkat Kepadatan Bangunan di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 71

4.16 Jenis Atap Rumah Responden di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 73

4.17 Jenis Dinding Rumah Responden di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 74

4.18 Jenis Lantai Rumah Responden di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 75

4.19 Ventilasi di Dalam Rumah Responden di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 76

4.20 Kualitas Bangunan di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 77 4.21 Luas Bangunan Rumah di Kawasan Kumuh Kecamatan


(10)

Andir Kota Bandung ... 78 4.22 Kepemilikan Luas Lahan di Kawasan Kumuh

Kecamatan Andir Kota Bandung ... 79 4.23 Jumlah Kamar Responden di Kawasan Kumuh

Kecamatan Andir Kota Bandung ... 79 4.24 Banyaknya Penghuni Kamar Responden

di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 80 4.25 Kepemilikan Ukuran Kamar di Kawasan Kumuh

Kecamatan Andir Kota Bandung ... 81 4.26 Kondisi Pelayanan Air Bersih di Kawasan Kumuh

Kecamatan Andir Kota Bandung ... 82 4.27 Kepemilikan MCK Responden di Kawasan Kumuh

Kecamatan Andir Kota Bandung ... 83 4.28 Pembuangan Limbah MCK Responden

di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 84 4.29 Kondisi persampahan Responden di Kawasan

Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 85 4.30 Kondisi Saluran Air Hujan/Drainase di Kawasan

Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 86 4.31 Kondisi Jalan di Kawasan Kumuh Kecamatan

Andir Kota Bandung ... 87 4.32 Ruang Terbuka di Kawasan Kumuh Kecamatan

Andir Kota Bandung ... 89 4.33 Kepemilikan Sarana Komunikasi Responden

di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 90 4.34 Kondisi Sarana Informasi Responden di Kawasan

Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 90 4.35 Jenis Penerangan Rumah Responden di Kawasan

Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 91 4.36 Tingkat Kepadatan Penduduk di Kawasan

Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 92 4.37 Tingkat Pendapatan Responden di Kawasan

Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 93 4.38 Rata-rata Anggota Keluarga Responden

di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir kota Bandung ... 94 4.39 Jumlah KK Responden di Kawasan Kumuh

Kecamatan Andir Kota Bandung ... 95 4.40 Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Kawasan

Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 96 4.41 Angka Kematian Kasar di Kawasan

Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 97 4.42 Jarak Responden Ketempat Kerja di Kawasan

Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 98 4.43 Kesehatan Responden di Kawasan Kumuh

Kecamatan Andir Kota Bandung ... 99 4.44 Status Pengobatan Responden di Kawasan


(11)

Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 100

4.45 Jumlah Balita yang Berada di Bawah Garis Merah di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 102

4.46 Kesakitan Diare, DBD dan Maralia di Kecamatan Andir Kota Bandung ... 103

4.47 Tingkat Pendidikan Responden di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 104

4.48 Jenis Gangguan Umum Kamtibmas di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 105

4.49 Tingkat Kemiskinan Penduduk di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 106

4.50 Mata Pencaharian Responden di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 107

4.51 Tingkat Pendapatan Responden di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 109

4.52 Tanggungan Keluarga Responden di Kawasan Kumuh Kecamatan Andir Kota Bandung ... 110

4.53.Tingkat Kekumuhan Kelurahan Kebon Jeruk ... 112

4.54 Tingkat Kekumuhan Kelurahan Ciroyom ... 113

4.55.Tingkat Kekumuhan Kelurahan Garuda ... 115


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 kerangka berfikir ... 26

4.1 Peta Administrasi Kecamatan Andir ... 49

4.2 Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Andir ... 54

4.3 Grafik Persentase Jumlah Penduduk di Kecamatan Andir ... 57

4.4 Grafik Persentase Jumlah Penduduk Kecamatan Andir Berdasarkan Usia ... 59

4.5 Grafik Persentase Jumlah Penduduk Kecamatan Andir Kota Bandung Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

4.6 Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Andir ... 62

4.7 Jenis Pekerjaan Penduduk Kecamatan Andir Kota Bandung ... 63

4.8 Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Status Agama ... 64

4.9 Keadaan Rumah Permanen ... 70

4.10 Keadaan Rumah Tidak Permanen ... 70

4.11 Kepadatan Bangunan Kec Andir ... 72

4.12 Jenis Atap Rumah Responden ... 73

4.13 Jenis Dinding Rumah Responden ... 75

4.14 Keadaan MCK Responden ... 84

4.15 Kondisi Persampahan ... 85

4.16 Kondisi Drainase ... 87


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Lampiran I ... 125

1. Lampiran Gambar / Foto ... 126

2. Lampiran Tabel Kriteria Tingkat Kekumuhan ... 128

B. Lampiran II ... 129

1. Surat Izin Penelitian dari Kampus... 130

2. SK Penelitian ke Puskesmas Garuda... 131

3. SK Perbaikan Skripsi ... 132

4. Surat Penelitian ke BKBPM ... 136

5. SK Sidang ... 138

6. SK Pembimbing Skripsi ... 141


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring berjalannya waktu wilayah perkotaan semakin berkembang diberbagai sektor, sehingga perkembangan wilayah kota yang dinamis membawa berbagai macam dampak bagi pola kehidupan masyarakat kota itu sendiri. Perkembangan pusat kota yang merupakan sentra dari kegiatan ekonomi menjadi daya tarik bagi masyarakat yang dapat membawa pengaruh bagi tingginya arus tenaga kerja baik dari dalam kota itu sendiri maupun dari luar wilayah kota, sehingga menyebabkan pula tingginya arus urbanisasi. Urbanisasi telah menyebabkan ledakan jumlah penduduk kota yang sangat pesat, yang salah satu implikasinya adalah terjadinya penggumpalan tenaga kerja di kota-kota besar di Indonesia. Dampak lain dari tingginya arus urbanisasi kota adalah dalam hal permukiman kota. Namun urbanisasi yang terkonsentrasi seperti diuraikan di atas, disamping merugikan juga mempunyai keuntungan. Perlengkapan infrastruktur bagi modernisasi ongkosnya menjadi murah. Perkembangan ekonomi lebih cepat.

Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat. Bandung adalah kota jasa dimana sebagian besar pergerakan ekonominya berkenaan dengan jasa, baik jasa pariwisata, bisnis, pendidikan, kesehatan dll. Selain itu Bandung yang merupakan kota besar memiliki fasilitas yang baik untuk kenyamanan penduduknya. Hal inilah yang mengakibatkan banyak orang yang berdatangan ke Kota Bandung untuk bekerja dan mengadu nasib meskipun tidak memiliki keahlian dan cenderung bergerak ke sektor informal.

Tingginya jumlah penduduk perkotaan khususnya Bandung mengimplikasikan kurang terpenuhinya hunian yang layak untuk dijadikan tempat tinggal, khususnya bagi kaum urban yang datang ke kota untuk mengadu nasib dan mencari penghidupan yang lebih baik. Pada umumnya mereka bergerak dibidang perdagangan dan jasa di kawasan komersial yang


(15)

2

ada di pusat kota, karena kota merupakan pusat perputaran ekonomi dan menjadi daya tarik bagi pendatang. Hal itulah yang mengakibatkan arus urbanisasi di Kota Bandung yang pada akhirnya menambahnya penduduk di Kota Bandung.

Dickenson. JP, dkk (1986:68) menyatakan bahwa ketidakpuasan dengan taraf hidup yang rendah di wilayah pedesaan dan prospek atau harapan akan taraf hidup yang lebih baik di manapun merupakan faktor utama bagi mengalirnya penduduk pedesaan ke kota-kota di Dunia.

Berdasarkan data dari BPS Kota Bandung (2009) pada Tahun 2004 jumlah kepadatan penduduk di Kota Bandung adalah 13.346 Jiwa/km2. Kemudian pada Tahun 2005 jumlah kepadatan penduduk meningkat menjadi 13.505 jiwa/km2, pada Tahun 2006 jumlah kepadatan penduduk meningkat kembali menjadi 13.730 jiwa/km2. Pada Tahun 2007 kepadatan penduduk meningkat menjadi 13.928 jiwa/km2, kemudian pada Tahun 2008 menjadi 14.192 jiwa/km2. Hal ini menunjukkan pertumbuhan penduduk Kota Bandung tiap Tahunnya. Dan dari data tersebut mengimplikasi kebutuhan lahan untuk dijadikan permukimanpun akan bertambah.

Seiring bertambahnya penduduk otomatis kebutuhan untuk tempat tinggal pun akan bertambah. Tidak heran bagi orang-orang yang memiliki penghasilan rendah dan tidak memiliki keahlian akan mencari tempat tinggal di daerah yang kurang baik. Berdasarkan Surat Kabar Seputar Indonesia pada Sabtu 12 februari 2011, sebanyak 5.869 rumah di Kota Bandung berada di wilayah kumuh. Hal ini berdasarkan hasil survey lapangan yang dilakukan oleh Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya tahun 2010.

Berdasarkan data yang dimiliki, hampir semua kecamatan di Kota Bandung memiliki wilayah kumuh, kecuali Kecamatan Panyileukan yang tidak memiliki rumah dan wilayah kumuh. Sementara itu, dari 30 kecamatan Kota Bandung, Kecamatan Andir memiliki jumlah rumah kumuh terbanyak yaitu 1.187 unit dengan kondisi bangunan tidak permanen. Disusul Kecamatan Astanaanyar sebanyak 863; Bojongloa Kidul 355; Cibeunying 631; dan Kecamatan Sumur Bandung sebanyak 298 rumah kumuh.


(16)

3

Disamping itu kurang terpeliharanya kebersihan lingkungan kawasan menyebabkan kawasan terlihat kumuh, kotor, tidak sehat dan tidak nyaman lagi untuk dijadikan tempat hunian yang layak. Pada umumnya selain dampak fisik lingkungan, muncul pula beberapa dampak sosial yang dirasakan oleh masyarakat, khususnya yang tinggal di lingkungan permukiman padat tersebut antara lain kesehatan yang tidak terjamin, banyak terjadi kejahatan karena lingkungan yang tidak nyaman.

Menurut Undang-undang No.1 Tahun 2011 Pasal 2 menyatakan bahwa:

“Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan dengan berasaskan: kesejahteraan, keadilan dan pemerataan, kenasionalan, keefisienan dan kemanfaatan, keterjangkauan dan kemudahan, kemandirian dan kebersamaan, kemitraan, keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, kesehatan, kelestarian dan keberlanjutan, dan keselamatan, keamanan”.

Berdasarkan hasil observasi keberadaan pemukiman kumuh di Kecamatan Andir Kota Bandung menimbulkan berbagai permasalahan, berikut adalah permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini :

a. Berbaurnya bangunan rumah yang mewah sampai sederhana dengan bangunan sektor formal dan informal

b. Munculnya bangunan-bangunan liar disepanjang jalan dan sungai sebagai tempat tinggal dan pusat perekonomian

c. Pemanfaatan daerah sungai oleh masyarakat untuk kegiatan ekonomi, yang menjadikan terganggunya fungsi sungai secara maksimal,

d. Tidak adanya jarak antar bangunan yang mengakibatkan rumah menjadi tidak sehat,

e. Kumuhnya permukiman akibat aktivitas kawasan yang terlalu berlebihan, sehingga menyebabkan lingkungan hunian menjadi tidak sehat dan tidak nyaman untuk ditinggali,

f. Tidak berfungsinya saluran drainase kota di kawasan tersebut secara optimal,


(17)

4

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kecamatan Andir didapat bahwa banyaknya perumahan permanen di kawasan tersebut berjumlah 11.215 unit, dan banyaknya perumahan semi permanen sebanyak 7.244 unit, serta banyaknya perumahan tidak permanen berjumlah 1.160 unit. Hal ini mengimplikasikan bahwa kawasan tersebut dengan luas 370,74Ha merupakan kawasan yang padat dengan kepadatan bangunan mencapai 52,91 bangunan/Ha. Selain itu berdasarkan data dari Kecamatan tahun 2012 bahwa permasalahan pembangunan di Kecamatan Andir adalah sebagai berikut ;

a. Usulan dan kebutuhan yang menyangkut program pembangunan di RW / Kelurahan belum terealisir antara lain Penataan/perbaikan Terminal Ciroyom dll

b. Sarana/prasarana jalan /drainase belum tertata baik, sehingga dimusim hujan sering banjir

c. Pelaksanaan Pembanguan di RW/Kelurahan belum merata, seperti masih ada rumah kumuh yang perlu perbaikan.

d. Tingkat kerawanan Sosial /masyarakat penyandang masalah sosial masih banyak.

e. Masyarakat yang kurang mampu masih banyak dan perlu dibantu di bidang perekonomian dan kesehatan.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan peneliti mengangkat judul

“Tingkat Kekumuhan Permukiman di Kecamatan Andir Kota Bandung”.

Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

Setelah pemaparan tentang fenomena yang ada, muncul beberapa pertanyaan mengenai permasalahan yang ada, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi fisik Kecamatan Andir berdasarkan kriteria tingkat kekumuhan ?


(18)

5

2. Bagaimana kondisi sosial-ekonomi Kecamatan Andir berdasarkan kriteria tingkat kekumuhan ?

3. Bagaimana tingkat kekumuhan dari permukiman di Kecamatan Andir Kota Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi kondisi fisik Kecamatan Andir Kota Bandung berdasarkan kriteria tingkat kekumuhan.

2. Mengidentifikasi kondisi sosial-ekonomi Kecamatan Andir Kota Bandung berdasarkan kriteria tingkat kekumuhan.

3. Menganalisis tingkat kekumuhan dari Permukiman di Kecamatan Andir Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi mengenai kondisi fisik di Kecamatan Andir Kota Bandung.

2. Memberikan informasi mengenai kondisi sosial di Kecamatan Andir Kota Bandung.

3. Memberikan informasi mengenai keadaan kekumuhan permukiman di Kecamatan Andir Kota Bandung.

4. Bagi Peneliti dapat memberikan pendalaman dalam penelitian lapangan.

5. Dapat dijadikan sebagai pengayaan perkuliahan pada pembahasan Geografi Desa Kota, sub “Permasalahan Perkotaan”

6. Dapat dijadikan sebagai refesrensi pembelajaran Geografi di SMA kelas XII semester 2, tentang menganalisis wilayah dan pewilayahan. 7. Dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti berikutnya.


(19)

6

E. Implikasi Terhadap Mata Pelajaran Geografi

Adapun implikasi dari penelitian ini adalah sebagai contoh nyata dari fenomena objek kajian geografi. Pembahasan ini dapat dimasukan kedalam pelajaran geografi kelas XII semester 2 pada Standar Kompetensi menganalisis wilayah dan pewilayahan dalam Kompetensi Dasar menganalisis pola persebaran, spasial, hubungan, serta interaksi spasial antara desa dan kota dan menganalisis wilayah dan pewilayahan Negara maju dan berkembang.

F. Struktur Organisasi Skripsi ABSTRAK

KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISIS

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Permukiman, Kumuh, dan Permukiman Kumuh B. Pembagian Kriteria Permukiman Kumuh

C. Penyebab Utama Tumbuhnya Permukiman Kumuh D. Karakteristik Permukiman Kumuh

E. Indikator Kependudukan F. Tingkat Kekumuhan BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian B. Metode Penelitian C. Definisi Operasional D. Variabel Penelitian E. Populasi dan Sampel F. Alat Pengumpul Data G. Teknik Pengumpulan Data H. Design Penelitian

I. Kisi-kisi Instrumen Penelitian J. Analisis Data


(20)

7

A. Kondisi Umum Daerah Penelitian B. Kondisi Fisik Daerah Penelitian

C. Kondisi Sosial Ekonomi Daerah Penelitian D. Analisis Data Lapangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kecamatan Andir Kota Bandung yang merupakan salah satu kecamatan dari 30 kecamatan di wilayah Kota Bandung dengan letak astronomis 60 33’ 35” LS dan 1070 53’ 45” BT sampai 60 35’ 45” dan 1070 55’ 20” BT. Dengan luas wilayah 370, 174 Ha, Secara geografis Kecamatan Andir memiliki bentuk wilayah datar atau sebesar 100 % dari total keseluruhan luas wilayah.

Ditinjau dari sudut topografi Kecamatan Andir berada pada ketinggian 627-700 meter diatas permukaan air laut. Suhu maksimum dan minimum di Kecamatan .Andir berkisar 31-18 Co, sedangkan dilihat dari segi hujan berkisar 2020 mm/th dan jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak sebesar 25 hari.

Adapun batas wilayah dari Kecamatan Andir adalah sebagai berikut : o Bagian Utara : Kecamatan Cicendo

o Bagian Selatan : Kecamatan Bandung Kulon Kecamatan Babakan Ciparay Kecamatan Bojongloa Kaler Kecamatan Astana Anyar o Bagian Timur : Kecamatan Sumur Bandung o Bagian Barat : Kecamatan Cimahi

Menurut administrasi pembangunan, Kecamatan Andir memiliki 6 Kelurahan yakni :

a) Kelurahan Kebon Jeruk b) Kelurahan Ciroyom c) Kelurahan Dunguscariang d) Kelurahan Garuda

e) Kelurahan Maleber f) Kelurahan Campaka


(22)

31

Jumlah Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) dari keenam Kelurahan tersebut di atas berjumlah 54 RW dan 381 RT.

Menurut pembagian iklim Junghuhn bahwa Kecamatan Andir Kota Bandung berdasarkan ketinggiannya termasuk kedalam Iklim sedang sehingga tidak heran banyak masyarakat yang bertempat tinggal disana dikarenakan keadaan iklim yang nyaman untuk dijadikan tempat tinggal.

Andir Kota Bandung memiliki sumber air untuk pemenuhan kebutuhan hidup penduduknya selain air tanah (sumur) karena di kecamatan ini dialiri oleh tiga sungai yakni sungai ci Bereum, Ci Limus dan Ci Tepus.

Berdasarkan Peta Penggunaan lahan Kecamatan Andir dapat dilihat bahwa hampir seluruh Kecamatan merupakan pemukiman yang padat dengan sedikit ruang kosong, bahkan tidak dilihat ruang terbuka hijau di Kawasan tersebut. Sehingga membuat lingkungan kurang asri dan nyaman.

B. Metode Penelitian

Pada dasarnya penggolongan jenis serta metodelogi penelitian oleh beberapa ahli berbeda-beda, tergantung dari data dan jenis penelitian itu sendiri. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode Kuantitatif termasuk di dalamnya penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan survey.

Metode kuantitatif digunakan oleh penulis karena menggunakan sampel, dan data yang dikumpulkan serta analisisnya berupa angka yang dilakukan setelah semua data terkumpul. Pendapat ini sesuai dengan yang di kemukakan oleh Arikunto (2006:12) bahwa “penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya , banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dari hasilnya”.

Penulis menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini karena dapat mengungkapkan suatu permasalahan dan fenomena sebagaimana adanya dilapangan. Penelitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis. Penelitian deskriptif perlu memanfaatkan ataupun menciptakan konsep-konsep ilmiah,


(23)

32

sekaligus berfungsi dalam mengadakan suatu spesifikasi mengenai gejala-gejala fisik maupun sosial yang dipersoalkan. Disamping itu, penelitian inik harus mampu merumuskan dengan tepat apa yang ingin diteliti dan teknik penelitian apa yang tepat dipakai untuk menganalisisnya. Hasil penelitiannya adalah difokuskan untuk memberikan gambaran keadaan sebenarnya dari objek yang diteliti ( Tika 2005:4).

Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan mengenai kondisi fisik dan sosial serta tingkat kekumuhan permukiman di Kecamatan Andir Kota Bandung.

Survei adalah suatu metode dalam melakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan. Data dikumpulkan melalui individu atau sampel fisik tertentu dengan tujuan agar menggeneralisasikan terhadap apa yang diteliti. Variabel yang dikumpulkan dapat bersifat fisik maupun sosial. Bersifat fisik misalnya tanah, geomorfologi, faktor iklim, dan sebagainya, sedangkan yang bersifat sosial dapat berupa kependudukan , agama, mata pencaharian, pendapatan penduduk, dan sebagainya. Survei dapat dipakai untuk tujuan deskriptif maupun untuk menguji suatu hipotesis. Disamping itu, survei juga dipakai dalam penelitian eksploratif yang bertujuan menguji suatu hipotesis atau lebih umum lagi menjelaskan hubungan antara variabel-variabel (Tika 2005:6).

C. Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Tingkat Kekumuhan Pemukiman di Kecamatan Andir Kota Bandung”.

Adapun definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kondisi Fisik merupakan indikator untuk menentukan kondisi kekumuhan suatu permukiman, kondisi fisik disini tidak berbicara mengenai kondisi alam, melainkan kondisi bangunan rumah, serta sarana dan prasarana yang menunjang; indikator kondisi fisik diantaranya adalah sebagai berikut : a. Legalitas tanah, yaitu perbandingan jumlah rumah yang dibangun di


(24)

33

dibandingkan dengan yang dibangun pada tanah yang diperuntukkan bagi perumahan sesuai RUTR.

b. Status penguasaan bangunan, yaitu status kepemilikan dan penggunaan bangunan.

c. Frekuensi bencana kebakaran, yaitu banyaknya kejadian kebakaran pada suatu kawasan dalam satu tahun.

d. Frekuensi bencana banjir, yaitu banyaknya kejadian bencana banjir pada suatu kawasan dalam satu tahun.

e. Frekuensi bencana tanah longsor, yaitu banyaknya kejadian tanah longsor pada suatu kawasan dalam satu tahun akibat penempatan bangunan pada daerah labil.

f. Tingkat kualitas bangunan, yaitu persentase banyaknya bangunan rumah yang tidak permanen dalam suatu lingkungan kawasan.

g. Tingkat kepadatan bangunan, yaitu jumlah unit bangunan per satuan luas (Ha) dalam suatu lingkungan kawasan.

h. Tingkat kelayakan bangunan, yaitu persentase jumlah rumah yang tidak layak atau sehat dalam konteks penggunaan material untuk dinding, lantai, plafon.

i. Tingkat penggunaan luas bangunan, yaitu rata-rata luas ruang yang dipergunakan oleh penghuni rumah.

j. Tingkat pelayanan air bersih, yaitu persentase jumlah KK yang tidak mendapat pelayanan PDAM baik berasal dari kran rumah tangga maupun umum dalam suatu wilayah.

k. Kondisi sanitasi lingkungan, yaitu persentase jumlah KK yang tidak menggunakan fasilitas jumban keluarga atau jamban umum.

l. Kondisi persampahan, yaitu persentase jumlah KK yang tidak mendapatkan pelayanan pengangkutan sampah oleh pemerintah daerah, swasta atau swadaya (terkoordinir).

m. Kondisi saluran air hujan/drainase, yaitu persentase jumlah drainase yang tidak layak dalam suatu wilayah.

n. Kondisi jalan, yaitu persentase jalan yang rusak dibandingkan dengan panjang jalan seluruhnya dalam suatu wilayah.

o. Ruang terbuka, yaitu persentase luas ruang terbuka dalam suatu wilayah.

2. Kondisi Sosial-Ekonomi merupakan indikator untuk menentukan kekumuhan suatu tempat, disini kita dapat melihat bagaimana kondisi kependudukan dan kesejahteraan penduduk yang berada di lokasi penelitian, adapun indikatornya adalah sebagai berikut :

a. Tingkat kepadatan penduduk, yaitu perbandingan jumlah penduduk dengan luas wilayah dalam suatu hektar pada batas wilayah administrative.

b. Rata-rata anggota rumah tangga, yaitu rata-rata banyaknya anggota keluarga pada tiap-tiap kepala keluarga (KK).


(25)

34

c. Jumlah kepala keluarga (KK) per rumah, yaitu jumlah KK pada tiap satu rumah.

d. Tingkat pertumbuhan penduduk, yaitu pertambahan penduduk tiap tahun pada satu wilayah yang dilihat dari jumlah penduduk pada awal tahun dan akhir tahun tiap 100 penduduk.

e. Angka kematian kasar, yaitu jumlah kematian pada tahun tertentu tiap 1000 penduduk pada suatu wilayah.

f. Status gizi, yaitu jumlah balita yang berada di bawah garis merah akibat menderita kekurangan gizi.

g. Angka kesakitan malaria, yaitu jumlah penduduk yang menderita penyakit malaria dalam satu tahun.

h. Angka kesakitan diare, yaitu jumlah penduduk yang menderita penyakit diare dalam satu tahun.

i. Angka kesakitan demam berdarah, yaitu jumlah penduduk yang menderita penyakit demam berdarah dalam satu tahun.

j. Tingkat kemiskinan, yaitu persentase jumlah keluarga miskin dalam kategori pra-sejahtera dan keluarga sejahtera I dalam suatu lingkungan kawasan.

k. Tingkat pendapatan, yaitu presentase jumlah penduduk usia produktif dengan pendapatan di bawah UMK.

l. Tingkat pendidikan, yaitu presentase jumlah penduduk yang menamatkan pendidikan dasar 9 tahun.

m. Tingkat kerawanan keamanan, yaitu jumlah terjadinya tindak criminal dalam suatu lingkungan kawasan yang terjadi dalam kurun waktu satu tahun.

3. Tingkat kekumuhan Menurut Dirjen Perumahan dan Pemukiman (2002) adalah ukuran kekumuhan suatu kawasan kumuh dibandingkan dengan kawasan lainnya. Dalam hal ini akan membahas mengenai tingkat kekumuhan yang ada di Kecamatan Andir dengan berdasarkan indikator-indikator yang ada.

Langkah-langkah untuk melakukan perhitungan tingkat kekumuhan adalah sebagai berikut :

a. Mendapatkan nilai untuk masing-masing indikator kekumuhan, yaitu sebanyak 28 indikator dan kemudian mengkonversikan nilai tersebut dengan nilai yang ada pada tabel pembobotan. Nilai tersebut terdiri dari atas 1 sebagai nilai yang paling kecil;2;3;4; dan 5 sebagai nilai besar. b. Mencari nilai untuk tingkat kekumuhan.

Untuk menghitung nilai tingkat kekumuhan digunakan rumus berikut (Dirjen Perumahan dan permukiman 2002) :


(26)

35

Keterangan ;

TK = Tingkat Kekumuhan

nk = nilai kekumuhan, diperoleh dari nilai masing-masing indikator yang dikonversikan

Bobot = persen untuk masing-masing indikator yang telah ditetapkan Nilai TK adalah 1≤ x ≤ 5, dengan perincian sebagai berikut :

1,0-1,4 = Tidak Kumuh 1,5-2,4 = Kumuh Ringan 2,5-3,4 = Kumuh Sedang 3,5-4,4 = Kumuh Berat 4,5-5,0 = Sangat Kumuh

D. Variable Penelitian

Menurut Arikunto (2012:118) “Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.

Tabel 3.1

Variabel dalam Penelitian

Variabel Bebas Indikator Variabel Terikat 1. Kondisi

Fisik

1. Lokasi

a. Legalitas Tanah

b. Status Penguasaan bangunan c. Frekuensi bencana kebakaran d. Frekuensi bencana banjir

e. Frekuensi bencana tanah longsor 2. Kondisi bangunan

a. Tingkat kualitas bangunan b. Tingkat kepadatan bangunan c. Tingkat kelayakan bangunan d. Tingkat penggunaan luas

bangunan

3. Kondisi saranan dan prasaranan a. Tingkat pelayanan air bersih b. Kondisi sanitasi lingkungan

1. Tingkat Kekumuhan :

a. Sangat kumuh b. Kumuh berat c. Kumuh sedang d. Kumuh bringan e. Tidak kumuh


(27)

36

c. Kondisi persampahan d. Kondisi saluran air

hujan/drainase e. Kondisi jalan f. Ruang terbuka 2. Kondisi

Sosial Ekonomi

1. Kependudukan

a. Tingkat kepadatan bangunan b. Rata-rata anggota rumah tangga c. Jumlah kepala keluarga (KK) per

rumah

d. Tingkat pertumbuhan penduduk e. Angka kematian kasar

f. Status gizi

g. Angka kesakitan malaria h. Angka kesakitan diare i. Angka kesakitan demam

berdarah

2. Kesejahteraan Penduduk a. Tingkat kemiskinan b. Tingkat pendapatan c. Tingkat pendidikan

d. Tingkat kerawanan keamanan

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dalam melakukan pengumpulan data dan analisis data penelitian maka yang terpenting adalah menentukan populasinya, dikarenakan populasi merupakan sumber data kajian bagi peneliti. Sugiyono (2012:49) mengemukakan “populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”.

Menurut Tika (2005:24) “populasi adalah himpunan atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas”.

Berdasarkan pada batasan yang tertera di atas, maka yang dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah populasi wilayah dan populasi manusia. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh kelurahan dan penduduk yang berada di Kecamatan Andir yang terdiri atas 6 Kelurahan, dengan rincian sebagai berikut ini :

a. Kelurahan Campaka b. Kelurahan Maleber


(28)

37

c. Kelurahan Garuda

d. Kelurahan Dungus Carlang e. Kelurahan Ciroyom

f. Kelurahan Kebon Jeruk

Dapat dilihat bahwa Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) dari keenam Kelurahan tersebut di atas berjumlah 54 RW dan 381 RT.

Tabel 3.2

Jumlah Penduduk, KK, Kepadatan Penduduk dan Kepadatan KK Menurut Kelurahan di Kecamatan Andir.

No Kelurahan Luas Penduduk

Kepadatan/

Ha KK

Kepadatan KK

Ha (jiwa) (jiwa) (jiwa)

1 Campaka 64,24 16.864 263 2.421 38 2 Maleber 53 23.105 436 4.181 79 3 Garuda 44,6 11.931 268 2.978 67

4 Dungus

Carlang 69 16.987 246 4.529 66 5 Ciroyom 60 20.659 344 5.218 87 6 Kebon Jeruk 79,9 15.336 192 3.881 49 Jumlah 370,74 104.882 283 23.208 63 Sumber : Tripologi Kecamatan Andir 2013

2. Sample

Untuk membatasi objek penelitian maka penulis melakukan pembatasan populasi yakni dengan menggunakan sampel penelitian. Menurut Sumaatmadja (1988:112) “sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang bersangkutan, kriteria yang mewakili ini diambil dari keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi yang ada pada populasi dan harus mewakili sampel”. Sedangkan menurut Tika (2005:24) “Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi”.

Sampel dalam penelitian ini adalah beberapa orang penduduk yang tinggal di 6 Kelurahan yang berada di Kecamatan Andir. Jumlah sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus Dixion dan B. Leach dalam Pambudu Tika (2005:25) dengan langkah-langkah sebagai berikut :


(29)

38

1) Menghasilkan persentase karakteristik dengan menggunkan rumus :

P

P = 23208 x 100% 104882 P = 22

Keterangan :

P = Persentase Karakteristik

2) Menentukan Variabilitas (dalam %) dengan menggunakan rumus : V = √P (100-P)

V = √22 (100-22) V = 44

Keterangan : V = Variabilitas

3) Menentukan Jumlah Sample dengan menggunakan rumus : n = 2

n =

2

n = (8,624)2 n = 74,37

Keterangan ;

n = Jumlah Sample

z = Convidence level atau tingkat kepercayaan 95% dilihat dalam Tabel z hasilnya (1,96)

v = Variabel yang diperoleh dengan rumus variabilitas c = Convidence Limit atau batas kepercayaan (10) 4) Menentukan jumlah sampel yang dikoreksi (dibetulkan) dengan

rumus : N’ =

N’ = N’ = N’ = 74 (dibulatkan)


(30)

39

Keterangan :

N’ = Jumlah sampel yang telah dikoreksi

n = Jumlah sampel yang dihitung dalam rumus sebelumnya N = Jumlah populasi/yang menjadi populasi yaitu jumlah kepala

keluarga

Berdasarkan perhitungan sebelumnya, sampel yang diambil yaitu sebanyak 74 orang KK. Adapun metode pengambilan sampelnya dilakukan dengan menggunakan sampel acak berstrata (stratified random sampling) yakni pengambilan sampel dengan terlebih dahulu membuat penggolongan populasi menurut ciri geografi tertentu dan setelah digolongkan lalu ditentukan gambaran mengenai cara penggolongan dan pemilihan secara acak. Kemudian menggunakan

1. Menentukan tingkatan Jumlah kepadatan Penduduk (Tinggi, sedang dan rendah)

Ket : 3 = konstanta

Selisih = Nilai tertinggi-nilai terendah 3

= 87-38= 16 3

Maka dapat dikelompokan bahwa rentang antara 38-54 termasuk ke dalam tingkatan rendah, rentang 55-71 termasuk tingkatan sedang, dan rentang 72-88 termasuk ke dalam tingkatan tinggi.

Tabel 3.3

Tingkatan Kepadatan Penduduk dan KK Kecamatan Andir Kota Bandung

Nama Kelurahan

Kepadatan KK

Tingkatan Kepadatan Penduduk

Campaka 38 Rendah

Maleber 79 Tinggi

Garuda 67 Sedang

Dungus

Cariang 66 Sedang

Ciroyom 87 Tinggi

Kebon Jeruk 49 Rendah


(31)

40

Dari perhitungan diatas, maka sampel yang akan diambil adalah Kelurahan Maleber, Ciroyom dan Garuda.

Maka sampel yang diambil adalah yang merupakan memiliki nilai tertinggi dari tiap kriterianya, antara lain :

Kelurahan Ciroyom : 87 Kelurahan Garuda : 67 Kelurahan Kebon Jeruk : 49

Total : 203

Maka :

Kelurahan Ciroyom :

Kelurahan Garuda :

Kelurahan Kebon Jeruk :

Jadi sampel yang diambil adalah :

Tabel 3.4 Jumlah Sampel Penelitian

No Nama Kelurahan Jumlah Sampel (KK)

1 Ciroyom 24

2 Garuda 32

3 Kebon Jeruk 18

Jumlah 74

Sumber : Hasil Perhitungan 2013 F. Alat Pengumpul Data

Dalam melakukan penelitian, penulis membagi alat-alat yang dapat digunakan dalam observasi lapangan menjadi dua bagian, yakni untuk observasi ke masyarakat (kondisi sosial) dan kepada kajian fisik. Berikut ini merupakan pembagiannya :

Alat pengumpul data sosial diantaranya adalah : 1) Pedoman observasi

2) Pedoman wawancara

3) Dokumentasi ( Tripologi Kecamatan dan Kelurahan, Data Kesehatan Puskesmas)


(32)

41

4) Kamera digital

Sedangkan alat pengumpul data fisik diantaranya adalah : 1) Kamera digital

2) Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) 25.000 Lembar 1209-311 Bandung 3) Global Positioning System (GPS)

4) Perangkat PC LED LCD Intel Atom G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun Teknik dalam pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Observasi

Observasi adalah cara atau teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian (Tika 2005:44). Dalam hal ini penulis melakukan observasi pada masyarakat dan kondisi fisik permukiman di Kecamatan Andir Kota Bandung.

2) Wawancara

Menurut Prof. Dr. S. Nasution , M.A., dalam Tika (2005:49) wawancara (interview) adalah suatu bentuk komunikasi verbal”. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kondisi sosial penduduk di Kecamatan Andir.

3) Studi dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto 2012:231).

Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan data sekunder dari kantor Kecamatan, Kelurahan, Puskesmas serta pengambilan foto/gambar dari objek penelitian yang bertempat di Kecamatan Andir Kota Bandung dengan menggunakan kamera digital.


(33)

42

H. Design Penelitian

Dalam setiap penelitian harus memiliki rancangan atau disebut juga design penelitian, hal ini dilakukan guna mempermudah peneliti saat melakukan penelitian dan juga agar penelitian dapat terarah sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Berikut ini adalah design dalam penelitian, yang dapat dilihat pada Tabel 3.5.:

Tabel 3.5 Design Penelitian

Langkah

Penelitian Kegiatan

Pra Penelitian

1. Perumusan masalah, tujuan, dan sasaran penelitian

2. Penentuan lokasi penelitian 3. pengumpulan Data Sekunder

a. Data Monografi Kecamatan Andir b. Data Kependudukan

c. Data Kesehatan Penduduk Kecamatan Andir

4. Perancangan Instrumen Penelitian

a. Studi Pustaka Tentang materi terkait judul penelitian

b. Membuat instrument penelitian (pedoman penelitian)

c. Mempersiapkan peta RBI lembar Bandung untuk pembuatan peta administrasi dan penggunaan lahan Kecamatan Andir. Lapangan

Mencari Data Primer : 1. Melakukan Observasi 2. Wawancara

3. Dokumentasi

Pasca Lapangan

Pengolahan Data:

1. Editing: penelitian kembali data yang telah dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut cukup baik atau sudah relevan untuk diproses atau diolah lebih lanjut

2. Koding : usaha mengklasifikasi jawaban dari para responden menurut macamnya.

3. Tabulasi : proses penyusunan dan analisis data dalam bentuk Tabel.


(34)

43

I. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Tabel 3.6

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel

Indikator Nomor Butir Aspek Fisik

1. Lokasi

2. Kondisi Bangunan

3. Kondisi Sarana dan Prasarana

a. Legalitas Tanah

b. Status Penguasaan Bangunan c. Frekuensi Bencana Kebakaran d. Frekuensi Bencana Banjir

e. Frekuensi Bencana Tanah Longsor

22,68 21 47 48 49

a. Tingkat Kualitas Bangunan b. Tingkat Kepadatan Bangunan c. Tingkat Kelayakan Bangunan d. Tingkat Penggunaan Luas Bangunan

45 50 46 24 a. Tingkat Pelayanan Air Bersih

b. Kondisi Sanitasi Lingkungan c. Kondisi Persampahan

d. Kondisi Saluran Air Hujan/Drainase e. Kondisi Jalan

f. Ruang Terbuka

g. Kondisi Sarana Komunikasi dan Informasi

h. Kondisi Sarana Penerangan

35,65 37,38,66 39,67 43,44 40,41 51 32,33 34 Aspek Sosial-Ekonomi 1. Kependudukan 2. Kesehatan 3. Sosial 4. Ekonomi

a. Tingkat pendapatan pendduduk b. Rata-rata anggota rumah tangga c. Jumlah kepala keluarga (KK) per rumah d. Tingkat pertumbuhan penduduk e. Angkat kematian kasar

7,8,9,62 15,63 14,64 53 54 a. Kesehatan

b. Status gizi balita c. Angka kesakitan malaria d. Angka kesakitan diare

e. AngkAa kesakitan demam berdarah

16,17,18,19,20 55

56 57 58 a. Tingkat pendidikan

b. Tingkat kerawanan keamanan

11,61 60 a. Tingkat kemiskinan

b. Mata pencaharian c. Tingkat pendapatan

59 5,6 7,8,9,62 4. Analisis : untuk melakukan analisis data hasil

penelitian penulis menggunakan persentase dan pembobotan berdasakan kriteria tingkat kekumuhan. Setelah itu dijabarkan dengan menggunakan metode deskriptif guna mengungkapkan fenomena-fenomena yang ada dilapangan secara faktual.


(35)

44

J. Analisis Data

Analisis data yang digunakan penulis untuk penelitian ini adalah teknik analisis data secara deskriptif. Tika (2005:116) mengungkapkan bahwa analisis data deskriptif penting untuk menjelaskan data yang bersifat kualitatif baik dalam geografi sosial maupun geografi fisik.

1. Analisis Persentase

Untuk mengukur kecenderungan jawaban responden digunakan analisis persentase dengan menggunakan formula dari Santoso (2002:57) sebagai berikut :

100% Keterangan :

P : Persentase

f : Frekuensi setiap kategori jawaban

n : Seluruh responden

100 : Bilangan konstanta

Untuk mengetahui jawaban responden, peneliti menggunakan angka indeks untuk membandingkan suatu objek atau data baik yang bersifat faktual maupun perkembangan. Kriteria tersebut diungkapkan oleh Effendi dan Manning (1991) sebagai berikut :

Tabel 3.7

Kriteria Penilaian Skor

No Prosentase Skor Kriteria 1 100 Seluruhnya 2 75-99 Sebagian besar

3 51-74 Lebih dari setengahnya 4 50 Setengahnya

5 25-49 Kurang dari setengahnya 6 1-24 Sebagian kecil

7 0 Tidak ada


(36)

45

2. Perhitungan Tingkat kekumuhan Menurut Dirjen Ciptakarya 2002

Langkah-langkah untuk melakukan perhitungan tingkat kekumuhan adalah sebagai berikut :

1) Mendapatkan nilai untuk masing-masing indikator kekumuhan,. yaitu sebanyak 28 indikator dan kemudian mengkonversikan nilai tersebut dengan nilai yang ada pada Tabel 3.8 berikut. Nilai tersebut terdiri dari atas 1 sebagai nilai yang paling kecil;2;3;4; dan 5 sebagai nilai besar.

2) Mencari nilai untuk tingkat kekumuhan.

Untuk menghitung nilai tingkat kekumuhan digunakan rumus berikut (Dirjen Perumahan dan permukiman 2002) :

Keterangan ;

TK = Tingkat Kekumuhan

nk = nilai kekumuhan, diperoleh dari nilai masing-masing indikator yang dikonversikan

Bobot = persen untuk masing-masing indikator yang telah ditetapkan

Nilai TK adalah 1≤ x ≤ 5, dengan perincian sebagai berikut : 1,0-1,4 = Tidak Kumuh

1,5-2,4 = Kumuh Ringan 2,5-3,4 = Kumuh Sedang 3,5-4,4 = Kumuh Berat 4,5-5,0 = Sangat Kumuh


(37)

46

Tabel 3.8

Pengukuran Tingkat Kekumuhan

Sumber : Dirjen Perumahan dan Permukiman , 2002. No Indikator

Nilai Bobot (%) SK (5) KB (4) KS (3) KR (2) TK (1)

1 Legalitas tanah >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 6 2 Status penguasaan bangunan >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 5

3 Frekuensi bencana

kebakaran >7 kali/th 5-6 kali/th 3-4 kali/th 1-2 kali/th 0 kali/th 4 4 Frekuensi bencana tanah

longsor

>7

kali/3th 5-6 kali/3th

3-4 kali/3th

1-2

kali/3th <1kali/3th 3 5 Frekuensi bencana banjir >7 kali/th 5-6 kali/th 3-4 kali/th 1-2 kali/th 0 kali/th 2 6 Tingkat kepadatan

penduduk >250/Ha 250-225/Ha

225-200/Ha

200-150/Ha

150-100/Ha 3 7 Rata-rata anggota rumah

tangga >13 jiwa/KK 11-13 jiwa/KK 8-10 jiwa/KK 5-7 jiwa/KK <5

jiwa/KK 1,5 8 Jumlah KK tiap rumah >4

KK/rumah 4 KK/rumah 3 KK/rumah

2 KK/rumah

1

KK/rumah 2,25 9 Tingkat pertumbuhan

penduduk >2,5% 2,1-2,5% 1,6-2,0% 1,0-1,5% <1,0% 0,75 10 Angka kematian kasar >40% 31-40% 21-30% 11-20% <10% 0,75 11 Tingkat kesehatan gizi

balita >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 2,25 12 Angka kesakitan malaria >20% 16-20% 11-15% 6-10% <5% 1,5 13 Angka kesakitan demam

berdarah >20% 16-20% 11-15% 6-10% <5% 1,5 14 Angka kesakitan diare >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 1,5 15 Tingkat kualitas bangunan >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 8,75 16 Tingkat kepadatan

bangunan >200/Ha 151-200/Ha

101-150/Ha 51-100/Ha <50/Ha 7,5 17 Tingkat kelayakan

bangunan >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 6,25 18 Tingkat penggunaan luas

lantai

<4,5 m2/0rg

4,6-6,5 m2/0rg

6,6-8,5 m2/0rg

8,6-10,5 m2/0rg

>10,5

m2/0rg 2,5 19 Tingkat pelayanan air bersih >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 7,5 20 Kondisi sanitasi lingkungan >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 7,5 21 Kondisi persampahan >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 6 22 Kondisi jalan >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 3 23 Kondisi saluran air

hujan/drainase >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 3 24 Besarnya ruang terbuka <2,5% 2,5-5,0% 5,0-7,5% 7,5-10,0% >10,0% 3 25 Tingkat kemiskinan >35% 26-35% 16-25% 6-15% <6% 4 26 Tingkat pendidikan >15% 11-15% 6-10% 1-5% 0% 1,5 27 Tingkat pendapatan >35% 26-35% 16-25% 6-15% <6% 3,5 28 Tingkat kerawanan


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Adapun yang menjadi alasan dan indikator permukiman tersebut menjadi kumuh jika dilihat dari kondisi fisik adalah tingkat kepemilikan tanah yang rendah, hak kepemilikan bangunan tempat tinggal masih rendah Karena cenderung penduduk memilih mengontrak dan menumpang, seringnya terjadi bencana kebakaran, kepadatan penduduk yang tinggi, jumlah KK dalam satu rumah yang banyak, pertumbuhan penduduk yang tinggi, banyaknya kematian dalam satu tahun, banyaknya balita yang memiliki gizi buruk, terdapat banyak bangunan yang tidak permanen dan dibangun secara sembarangan, terdapat beberapa bangunan yang kurang layak huni, penggunaan luas lantai yang sempit, pelayanan air bersih (PDAM) yang masih kurang dan penduduk menggunakan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari, keadaan sanitasi lingkungan yang buruk dengan penggunaan MCK umum dengan kondisi yang kurang baik, keadaan sampah yang menumpuk dijalanan, terjadinya banjir insedental ketika hujan deras karena kondisi drainase yang tersumbat sampah dan sedimen, kondisi jalan yang sempit dan jelek, ruang terbuka yang sempit dikarenakan padatnya bangunan. Jika dilihat dari hasil pembobotannya kondisi fisik berada pada angka 2,36. Sedangkan jika dilihat dari kondisi sosial yang menjadi indikator kumuh adalah tingkat kemiskinan yang tinggi dan pendapatan yang rendah, masih adanya penduduk yang memiliki pendidikan yang rendah, serta seringnya terjadi tindak kriminalitas. Jika dilihat dari hasil pembobotannya kondisi sosial berada pada angka 0,64. Tingkat kekumuhan Kecamatan Andir berada pada angka 3. Berdasarkan kriteria Dirjen Perumahan dan Permukiman Tahun 2002, tingkat kekumuhan permukiman di Kecamatan Andir Kota Bandung pada kategori Kumuh sedang.

B. Saran

Adapun rekomdasi bagi pembaca dan atau peneliti selanjutnya, adalah sebagai berikut :


(39)

120

a. Perlu adanya penyediaan lahan yang sesuai guna dijadikan tempat tinggal untuk penduduk, sehingga penduduk yang ada tidak membangun rumah dilahan yang tidak diperuntukan untuk didirikan bangunan.

b. Perlu adanya program KB sehingga pertumbuhan penduduk dapat ditekan.

c. Perlu adanya perbaikan dan peremanjaan pasar Ciroyom agar tidak terjadi kebakaran dan terpeliharanya lingkungan.

d. Perlu adanya penertiban lingkungan sehingga orang pendatang tidak membuat bangunan liar dan tidak permanen, karena akan menimbulkan permukiman kumuh.

e. Perlu adanya perbaikan dan pembersihan saluran air/ drainase dari sampah dan sedimentasi, guna menanggulagi meluapnya air ke jalanan. f. Perlunya menjaga kebersihan sanitasi lingkungan dalam hal ini adalah

MCK umum agar terhindar dari penyakit. g. Perbaikan kondisi jalan yang rusak

h. Skripsi ini dapat juga digunakan sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa guna mendapatkan informasi mengenai kondisi fisik dan sosial suatu daerah yang berkaitan dengan pembahasan Geografi Desa Kota

yang menyangkut sub “Permasalahan Perkotaan”.

i. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian alangkah baiknya mengikuti prosedur dan membuat schedule terlebih dahulu. Dan melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing secara rutin dan berkala.

j. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti ditempat kajian yang sama alangkah baiknya mengkaji mengenai persebaran dan pemetaan permukiman kumuh di Kota Bandung.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif”. Bandung : ALFABETA.

Arikunto, S. (2006). “Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktik”. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.

Abdurachman, M. (1988), “Geografi Perilaku, Suatu Pengantar Studi tentang Persepsi Lingkungan”. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Agung, IGN. (1992). “Metode Penelitian Sosial Pengertian dan

Pemakaian Praktis”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Artikel. Ringkasan Eksekutif Kajian Penataan Rumah Kumuh Di Kota Bandung. Kantor Litbang Dengan Pt. Mapalus Menggala Engineering. Bandung. 2004.

Badan Pusat Skatistik (Kecamatan Andir Dalam Angka 2011).

Daldjoeni, N. (1998). ”Geografi Desa Kota”. Bandung : P.T.ALUMNI. Doxiadis, Constantinos A. (1968), “An Introduction To The Science Of

Human Settlements-Ekistics”. London: Hutchinson of London. Ginintasas, R. (….),”Metodologi Penelitian Psikologi”. Presentasi

PowerPoint.

Herlianto. 1986. Urbanisasi dan pembangunan kota. ---. Alumni Heryanti. (2008) “Identifikasi dan Penanganan Pemukiman Kumuh Kota

Gorontalo”. Jurnal Ichsan Gorontalo.3, (4), 2076-2087.

Iskandar, TB .Z. (2012), “Psikologi Lingkungan, Teori dan Konsep”. Bandung : PT Reflika Aditama.

Johan Silas. (1996). Kampung Surabaya menuju metropolitan” . Surabaya. Yayasan Keluarga Bhakti dan Surabaya.

Khomarudin, (1997), Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman, Yayasan Realestatet Indonesia.


(41)

122

Manning, Chris dan Tadjuddin Noer Effendi. 1991. Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal di Kota, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Nova, E.L. (2010). “Peremajaan Permukiman Kumuh Di Kelurahan

Gunung Elai, Lok Tuan Dan Guntung Kota Bontang”. Tesis Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Prayitno, (2009). “Dasar Teori DAN Praktisi Pendidikan”. Jakarta : Grasindo.

Rahayu, R (2007), “Studi Kawasan Kumuh di Kota Pontianak”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI. Bandung.

Sarwono, S. W. (1992). “Psikologi Lingkungan”. Jakarta : PT Grasindo. Sianturi, E. (2011). “Persepsi Masyarakat Kawasan Kumuh Terhadap

Upaya Perbaikan Lingkungan Permukiman di Kecamatan Cidadap Kota Bandung”. Skripsi Jurdik Geografi. FPIPS UPI. Bandung.

Sukamto, S. (1982). “Sosiologi Suatu Pengantar” . Jakarta: Rajawali. Sumaatmadja, N.(1988). Studi Geografi: “Suatu Pendekatan dan Analisa

Keruangan”. Bandung : Alumni.

Surahman , U. (2008). “Perbaikan Daerah Kumuh (Slum) Dan Liar (Squatter) Kasus Kampung Neglasari Selatan Kecamatan Padasuka - Kota Bandung”. Bandung : Jurusan Pendi Dikan Teknik Bangunan. Fakultas Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan. Uni Versitas Pendidikan Indonesia. Artikel.

Surtiani, E. E. (2006). “Faktor-Faktor Yangmempengaruhi Terciptanya Kawasan Permukiman Kumuh Di Kawasan Pusat Kota (Studi Kasus: Kawasan Pancuran, Salatiga)”. Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota . Program Pasca Sarjana-Universitas Diponegoro. Semarang. Tesis .

Susanto, A (1984). “Sosiologi Pembangunan”. Jakarta : Bina Cipta.

Sutanto, (1995). “Mengenali dan Memetakan Permukiman Kumuh

berdasarkan Foto Udara Skala Besar”: Operasionalisasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk penanganan Dta Dasar Pembangunan dalam Pembangunan Jangka


(42)

123

Panjang II, Makalah Seminar Nasional 19 – 20 April 1995 di UGM, Yogyakarta.

Tika, P (2005).”Metode Penelitian Geografi”. Jakarta. PT Bumi Aksara. Utomo, I.H. (2000). “Pemberdayaan Masyarakat Miskin Dalam

Implementasi Proyek Peremajaan Pemukiman Kumuh Di Bantaran Sungai Kali Anyar Mojosongo”. Surakarta ;F.Isip-Universitas Sebelas Maret;2000.

Vernanto ,Y. (….) “Dampak penggusuran pemukiman liar di perkotaan”. Fakultas : Ilmu Sosial Ilmu PolitikProgram Studi : Sosiologi. Skripsi.

Vredenbrect J.(1983). “Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat”. Jakarta : PT Gramedia.

--- , Slum, Squatter Areas and Informal Settlement, 9th International Conference On Sri Lanka Studies, Matara, Sri Lanka, Arawinda Nawagamuwa and Nils Viking.

--- , (2011). “Tingkat Pemukiman Kumun Kota Bandung”..Surat Kabar Seputar Indonesia pada Sabtu 12 februari 2011.

---. (2006). “Administrasi Kependudukan”. Undang- Undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2006.

---. (2011). “Perumahan Dan Kawasan Permukiman “. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011.


(1)

46

Tabel 3.8

Pengukuran Tingkat Kekumuhan

Sumber : Dirjen Perumahan dan Permukiman , 2002.

No Indikator

Nilai Bobot (%) SK (5) KB (4) KS (3) KR (2) TK (1)

1 Legalitas tanah >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 6 2 Status penguasaan bangunan >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 5 3 Frekuensi bencana

kebakaran >7 kali/th 5-6 kali/th 3-4 kali/th 1-2 kali/th 0 kali/th 4 4 Frekuensi bencana tanah

longsor

>7

kali/3th 5-6 kali/3th

3-4 kali/3th

1-2

kali/3th <1kali/3th 3 5 Frekuensi bencana banjir >7 kali/th 5-6 kali/th 3-4 kali/th 1-2 kali/th 0 kali/th 2 6 Tingkat kepadatan

penduduk >250/Ha 250-225/Ha

225-200/Ha

200-150/Ha

150-100/Ha 3 7 Rata-rata anggota rumah

tangga >13 jiwa/KK 11-13 jiwa/KK 8-10 jiwa/KK 5-7 jiwa/KK <5

jiwa/KK 1,5 8 Jumlah KK tiap rumah >4

KK/rumah 4 KK/rumah 3 KK/rumah

2 KK/rumah

1

KK/rumah 2,25 9 Tingkat pertumbuhan

penduduk >2,5% 2,1-2,5% 1,6-2,0% 1,0-1,5% <1,0% 0,75 10 Angka kematian kasar >40% 31-40% 21-30% 11-20% <10% 0,75 11 Tingkat kesehatan gizi

balita >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 2,25 12 Angka kesakitan malaria >20% 16-20% 11-15% 6-10% <5% 1,5 13 Angka kesakitan demam

berdarah >20% 16-20% 11-15% 6-10% <5% 1,5 14 Angka kesakitan diare >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 1,5 15 Tingkat kualitas bangunan >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 8,75 16 Tingkat kepadatan

bangunan >200/Ha 151-200/Ha

101-150/Ha 51-100/Ha <50/Ha 7,5 17 Tingkat kelayakan

bangunan >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 6,25 18 Tingkat penggunaan luas

lantai

<4,5 m2/0rg

4,6-6,5 m2/0rg

6,6-8,5 m2/0rg

8,6-10,5 m2/0rg

>10,5

m2/0rg 2,5

19 Tingkat pelayanan air bersih >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 7,5 20 Kondisi sanitasi lingkungan >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 7,5 21 Kondisi persampahan >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 6 22 Kondisi jalan >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 3 23 Kondisi saluran air

hujan/drainase >70% 51-70% 31-50% 11-30% <10% 3 24 Besarnya ruang terbuka <2,5% 2,5-5,0% 5,0-7,5% 7,5-10,0% >10,0% 3 25 Tingkat kemiskinan >35% 26-35% 16-25% 6-15% <6% 4 26 Tingkat pendidikan >15% 11-15% 6-10% 1-5% 0% 1,5 27 Tingkat pendapatan >35% 26-35% 16-25% 6-15% <6% 3,5 28 Tingkat kerawanan


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Adapun yang menjadi alasan dan indikator permukiman tersebut menjadi kumuh jika dilihat dari kondisi fisik adalah tingkat kepemilikan tanah yang rendah, hak kepemilikan bangunan tempat tinggal masih rendah Karena cenderung penduduk memilih mengontrak dan menumpang, seringnya terjadi bencana kebakaran, kepadatan penduduk yang tinggi, jumlah KK dalam satu rumah yang banyak, pertumbuhan penduduk yang tinggi, banyaknya kematian dalam satu tahun, banyaknya balita yang memiliki gizi buruk, terdapat banyak bangunan yang tidak permanen dan dibangun secara sembarangan, terdapat beberapa bangunan yang kurang layak huni, penggunaan luas lantai yang sempit, pelayanan air bersih (PDAM) yang masih kurang dan penduduk menggunakan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari, keadaan sanitasi lingkungan yang buruk dengan penggunaan MCK umum dengan kondisi yang kurang baik, keadaan sampah yang menumpuk dijalanan, terjadinya banjir insedental ketika hujan deras karena kondisi drainase yang tersumbat sampah dan sedimen, kondisi jalan yang sempit dan jelek, ruang terbuka yang sempit dikarenakan padatnya bangunan. Jika dilihat dari hasil pembobotannya kondisi fisik berada pada angka 2,36. Sedangkan jika dilihat dari kondisi sosial yang menjadi indikator kumuh adalah tingkat kemiskinan yang tinggi dan pendapatan yang rendah, masih adanya penduduk yang memiliki pendidikan yang rendah, serta seringnya terjadi tindak kriminalitas. Jika dilihat dari hasil pembobotannya kondisi sosial berada pada angka 0,64. Tingkat kekumuhan Kecamatan Andir berada pada angka 3. Berdasarkan kriteria Dirjen Perumahan dan Permukiman Tahun 2002, tingkat kekumuhan permukiman di Kecamatan Andir Kota Bandung pada kategori Kumuh sedang.

B. Saran

Adapun rekomdasi bagi pembaca dan atau peneliti selanjutnya, adalah sebagai berikut :


(3)

120

a. Perlu adanya penyediaan lahan yang sesuai guna dijadikan tempat tinggal untuk penduduk, sehingga penduduk yang ada tidak membangun rumah dilahan yang tidak diperuntukan untuk didirikan bangunan.

b. Perlu adanya program KB sehingga pertumbuhan penduduk dapat ditekan.

c. Perlu adanya perbaikan dan peremanjaan pasar Ciroyom agar tidak terjadi kebakaran dan terpeliharanya lingkungan.

d. Perlu adanya penertiban lingkungan sehingga orang pendatang tidak membuat bangunan liar dan tidak permanen, karena akan menimbulkan permukiman kumuh.

e. Perlu adanya perbaikan dan pembersihan saluran air/ drainase dari sampah dan sedimentasi, guna menanggulagi meluapnya air ke jalanan. f. Perlunya menjaga kebersihan sanitasi lingkungan dalam hal ini adalah

MCK umum agar terhindar dari penyakit. g. Perbaikan kondisi jalan yang rusak

h. Skripsi ini dapat juga digunakan sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa guna mendapatkan informasi mengenai kondisi fisik dan sosial suatu daerah yang berkaitan dengan pembahasan Geografi Desa Kota

yang menyangkut sub “Permasalahan Perkotaan”.

i. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian alangkah baiknya mengikuti prosedur dan membuat schedule terlebih dahulu. Dan melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing secara rutin dan berkala.

j. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti ditempat kajian yang sama alangkah baiknya mengkaji mengenai persebaran dan pemetaan permukiman kumuh di Kota Bandung.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif”. Bandung : ALFABETA.

Arikunto, S. (2006). “Prosedur Penelitian Suatu PendekatanPraktik”. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.

Abdurachman, M. (1988), “Geografi Perilaku, Suatu Pengantar Studi tentang Persepsi Lingkungan”. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Agung, IGN. (1992). “Metode Penelitian Sosial Pengertian dan Pemakaian Praktis”. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Artikel. Ringkasan Eksekutif Kajian Penataan Rumah Kumuh Di Kota Bandung. Kantor Litbang Dengan Pt. Mapalus Menggala Engineering. Bandung. 2004.

Badan Pusat Skatistik (Kecamatan Andir Dalam Angka 2011).

Daldjoeni, N. (1998). ”Geografi Desa Kota”. Bandung : P.T.ALUMNI. Doxiadis, Constantinos A. (1968), “An Introduction To The Science Of

Human Settlements-Ekistics”. London: Hutchinson of London. Ginintasas, R. (….),”Metodologi Penelitian Psikologi”. Presentasi

PowerPoint.

Herlianto. 1986. Urbanisasi dan pembangunan kota. ---. Alumni Heryanti. (2008) “Identifikasi dan Penanganan Pemukiman Kumuh Kota

Gorontalo”. Jurnal Ichsan Gorontalo.3, (4), 2076-2087.

Iskandar, TB .Z. (2012), “Psikologi Lingkungan, Teori dan Konsep”. Bandung : PT Reflika Aditama.

Johan Silas. (1996). Kampung Surabaya menuju metropolitan” . Surabaya. Yayasan Keluarga Bhakti dan Surabaya.

Khomarudin, (1997), Menelusuri Pembangunan Perumahan dan Permukiman, Yayasan Realestatet Indonesia.


(5)

122

Manning, Chris dan Tadjuddin Noer Effendi. 1991. Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal di Kota, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Nova, E.L. (2010). “Peremajaan Permukiman Kumuh Di Kelurahan Gunung Elai, Lok Tuan Dan Guntung Kota Bontang”. Tesis Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota Program Pascasarjana Universitas Diponegoro.

Prayitno, (2009). “Dasar Teori DAN Praktisi Pendidikan”. Jakarta : Grasindo.

Rahayu, R (2007), “Studi Kawasan Kumuh di Kota Pontianak”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI. Bandung.

Sarwono, S. W. (1992). “Psikologi Lingkungan”. Jakarta : PT Grasindo. Sianturi, E. (2011). “Persepsi Masyarakat Kawasan Kumuh Terhadap

Upaya Perbaikan Lingkungan Permukiman di Kecamatan Cidadap Kota Bandung”. Skripsi Jurdik Geografi. FPIPS UPI. Bandung. Sukamto, S. (1982). “Sosiologi Suatu Pengantar” . Jakarta: Rajawali. Sumaatmadja, N.(1988). Studi Geografi: “Suatu Pendekatan dan Analisa

Keruangan”. Bandung : Alumni.

Surahman , U. (2008). “Perbaikan Daerah Kumuh (Slum) Dan Liar (Squatter) Kasus Kampung Neglasari Selatan Kecamatan Padasuka - Kota Bandung”. Bandung : Jurusan Pendi Dikan Teknik Bangunan. Fakultas Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan. Uni Versitas Pendidikan Indonesia. Artikel.

Surtiani, E. E. (2006). “Faktor-Faktor Yangmempengaruhi Terciptanya Kawasan Permukiman Kumuh Di Kawasan Pusat Kota (Studi Kasus: Kawasan Pancuran, Salatiga)”. Magister Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota . Program Pasca Sarjana-Universitas Diponegoro. Semarang. Tesis .

Susanto, A (1984). “Sosiologi Pembangunan”. Jakarta : Bina Cipta.

Sutanto, (1995). “Mengenali dan Memetakan Permukiman Kumuh berdasarkan Foto Udara Skala Besar”: Operasionalisasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk


(6)

Panjang II, Makalah Seminar Nasional 19 – 20 April 1995 di UGM, Yogyakarta.

Tika, P (2005).”Metode Penelitian Geografi”. Jakarta. PT Bumi Aksara. Utomo, I.H. (2000). “Pemberdayaan Masyarakat Miskin Dalam

Implementasi Proyek Peremajaan Pemukiman Kumuh Di Bantaran Sungai Kali Anyar Mojosongo”. Surakarta ;F.Isip-Universitas Sebelas Maret;2000.

Vernanto ,Y. (….) “Dampak penggusuran pemukiman liar di perkotaan”. Fakultas : Ilmu Sosial Ilmu PolitikProgram Studi : Sosiologi. Skripsi.

Vredenbrect J.(1983). “Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat”. Jakarta : PT Gramedia.

--- , Slum, Squatter Areas and Informal Settlement, 9th International Conference On Sri Lanka Studies, Matara, Sri Lanka, Arawinda Nawagamuwa and Nils Viking.

--- , (2011). “Tingkat Pemukiman Kumun Kota Bandung”..Surat Kabar Seputar Indonesia pada Sabtu 12 februari 2011.

---. (2006). “Administrasi Kependudukan”. Undang- Undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2006.

---. (2011). “Perumahan Dan Kawasan Permukiman “. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011.