Studi Deskriptif Mengenai Tipe Iklim Sekolah yang Dipersepsi Oleh Guru di Sekolah Dasar Alam Bandung.

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Beberapa model pembelajaran yang berbeda dengan sekolah reguler mulai bermunculan di Indonesia, dengan iklim sekolah yang berbeda-beda pula. Penelitian ini menggunakan Teori Iklim Sekolah (Hoy dan Miskel, 1987) untuk mengetahui gambaran mengenai tipe iklim sekolah yang dipersepsi oleh guru di Sekolah Dasar Alam Bandung.

Terdapat 32 guru yang berpartisipasi sebagai responden di dalam penelitian ini. Setiap responden melengkapi kuesioner yang merupakan hasil terjemahan dari OCDQ-RE (Organizational Climate Description Questionaire – Revised), yang kemudian diadaptasi dan dimodifikasi oleh peneliti menjadi 48 item. OCDQ-RE ini adalah hasil revisi dari OCDQ yang disusun oleh Halpin bersama dengan rekannya Crofit (1962). Skor total dibandingkan dengan norma mutlak untuk menentukan derajat masing-masing dimensi, sehingga dapat menentukan tipe iklim sekolah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 81,3% guru di Sekolah Dasar Alam Bandung memersepsi tipe iklim sekolah open climate. Selain itu, terdapat pula 15,6% guru yang memersepsi engaged climate dan 3,1% guru memersepsi disengaged climate.

Kesimpulan yang diperoleh adalah tipe yang paling dominan dipersepsi oleh guru di Sekolah Dasar Alam Bandung adalah tipe open climate. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa guru di Sekolah Dasar Alam Bandung memersepsi kepala sekolah memiliki perilaku supportive yang tinggi, dan memersepsi rekan sesama guru memiliki perilaku collegial dan intimate yang tinggi. Untuk selanjutnya, terbuka peluang untuk meneliti tipe iklim sekolah di sekolah reguler untuk mendapat gambaran yang lebih menyeluruh tentang tipe iklim sekolah di semua setting sekolah.


(2)

viii Universitas Kristen Maranatha Abstract

Several different learning models from regular schools are starting to emerge in Indonesia, with different school climate. This study uses School Climate Theory (Hoy and Miskel, 1987) to discover the description of the type of school climate that is perceived by teachers at Bandung Elementary School of Nature.

There were 32 teachers who participated as respondents in this study. Each respondent completed a questionnaire that was translated from OCDQ-RE (Organizational Climate Description Questionaire - Revised), which was then adapted and modified by the researcher into 48 items. This OCDQ-RE is a revised of OCDQ compiled by Halpin and Crofit (1962). The total score is compared to the absolute norm to determine the degree of each dimension, so it can determine the type of school climate.

The results showed that 81.3% teachers at Bandung Elementary School of Nature perceived open climate. In addition, there are also 15.6% teachers who perceived the engaged climate and 3.1% teachers perceived disengaged climate.

The conclusion obtained is the most dominant type perceived by the teacher at Bandung Elementary School of Nature is open climate. From these results, it can be said that teachers perceive the principal has a high supportive behavior, and perceive fellow teachers have high collegial and intimate behavior. Furthermore, there is an opportunity to examine the type of school climate in regular schools to get a more comprehensive picture of the type of school climate in all school settings.


(3)

ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR ORISINALITAS ... iii

LEMBAR PUBLIKASI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1. Maksud Penelitian ... 8

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1. Kegunaan Teoretis ... 8

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 8

1.5. Kerangka Pemikiran ... 9


(4)

x Universitas Kristen Maranatha BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Iklim Sekolah ... 15

2.2. Dimensi Iklim Sekolah ... 16

2.3. Tipe-tipe Iklim Sekolah ... 18

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ... 22

3.2. Bagan Prosedur Penelitian ... 22

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 23

3.3.1. Variabel Penelitian ... 23

3.3.2. Definisi Konseptual ... 23

3.3.3. Definisi Operasional ... 23

3.4. Alat Ukur ... 25

3.4.1. Alat Ukur Iklim Sekolah ... 25

3.4.1.1. Prosedur Pengisian Kuesioner ... 26

3.4.1.2. Sistem Penilaian ... 27

3.4.2. Data Sosiodemografis ... 28

3.4.3. Validitas dan Reliabiltas Alat Ukur ... 28

3.4.3.1. Validitas Alat Ukur ... 28

3.4.3.2. Reabilitas Alat Ukur ... 29

3.5. Populasi Penelitian ... 30


(5)

xi Universitas Kristen Maranatha BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Gambaran Responden ... 32

4.1.1. Usia Responden ... 32

4.1.2. Jenis Kelamin Responden ... 32

4.1.3. Pendidikan Responden ... 33

4.1.4. Masa Kerja Responden ... 33

4.1.5. Status Marital Responden ... 33

4.2. Hasil Penelitian ... 34

4.2.1. Gambaran Tipe Iklim Sekolah... 34

4.2.2. Gambaran Dimensi Iklim Sekolah ... 34

4.3. Hasil Uji Statistik Data dengan Tipe Iklim Sekolah ... 35

4.4. Pembahasan ... 36

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 40

5.2. Saran ... 40

5.2.1. Saran Teoretis ... 40

5.2.2. Saran Praktis ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

DAFTAR RUJUKAN ... 42 LAMPIRAN


(6)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tipologi Iklim Sekolah ... 18

Tabel 2.2. Prototipe Iklim Sekolah ... 19

Tabel 3.1. Gambaran Alat Ukur Iklim Sekolah ... 26

Tabel 3.2. Skor Jawaban ... .27

Tabel 3.3. Norma Mutlak Dimensi ... 27

Tabel 4.1. Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 32

Tabel 4.2. Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32

Tabel 4.3. Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan ... .33

Tabel 4.4. Gambaran Responden Berdasarkan Masa Kerja ... .33

Tabel 4.5. Gambaran Responden Berdasarkan Status Marital ... 33

Tabel 4.6. Gambaran Tipe Iklim Sekolah ... 34

Tabel 4.7. Gambaran Dimensi Iklim Sekolah ... 34


(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran ... 13 Bagan 3.1. Prosedur Penelitian ... 22


(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 – Kisi-kisi Alat Ukur L-1

Lampiran 2 – Kata Pengantar Kuesioner L-7

Lampiran 3 – Letter of Consent L-8

Lampiran 4 – Data Sosiodemografis L-9

Lampiran 5 – Kuesioner Iklim Sekolah L-10

Lampiran 6 – Validitas dan Reliabilitas L-14

Lampiran 7 – Data Hasil Kuesioner L-17

Lampiran 8 – Data Hasil Tipe Iklim Sekolah L-23 Lampiran 9 – Data Sosiodemografis Responden L-25 Lampiran 10 – Chisquare Tipe Iklim Sekolah dengan Data Sosiodemografis L-26 Lampiran 11 – Profil Sekolah Dasar Alam Bandung L-27


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri, berakhlak mulia, kecerdasan, dan keterampilan yang diperlukan oleh dirinya dan masyarakat (UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003). Pendidikan ditujukan bagi siswa untuk memelajari pengetahuan, kebiasaan, dan keterampilan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pelatihan, pembelajaran, atau penelitian di bawah bimbingan orang lain ataupun dengan cara otodidak. Tujuan-tujuan pendidikan di atas dapat tercapai dengan adanya organisasi yang bertugas untuk mengatur bidang pendidikan secara sistematis yang disebut lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan adalah suatu tempat atau wadah berlangsungnya proses pendidikan yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku seseorang ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan lingkungan sekitar, serta wawasan dan pengetahuan yang diperoleh. Lembaga pendidikan formal merupakan salah satu lembaga pendidikan yang sistematis dan memiliki aturan-aturan. Lembaga pendidikan formal memiliki jenjang pendidikan yang dimulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Sekolah Dasar (SD) merupakan satuan pendidikan yang ada pada jenjang pendidikan dasar. Dikatakan sebagai Sekolah Dasar karena sekolah pada jenjang ini merupakan sekolah yang mendasari untuk ke jenjang-jenjang berikutnya, yaitu ke jenjang menengah (www.seputarpengetahuan.com).


(10)

2

Universitas Kristen Maranatha Pada umumnya, anak yang dimasukkan ke Sekolah Dasar, belum mengetahui tujuan dasarnya bersekolah. Biasanya orangtuanya akan memilihkan sekolah yang terbaik bagi anaknya dengan standar nasional maupun internasional (www.kompasiana.com). Beberapa model pembelajaran yang berbeda dengan sekolah reguler mulai bermunculan di Indonesia, salah satunya yang berkembang pesat saat ini adalah sekolah alam. Laporan dari Harian Suara Merdeka (2010), sampai tahun 2010 lebih dari 1000 sekolah alam telah terbentuk di Indonesia. Bagi anak-anak yang kurang cocok dengan sekolah reguler dan segala aturan yang ada, sekolah alam hadir sebagai jalan keluar untuk mengatasi kebosanan ketika belajar sekaligus mewujudkan cita-cita bagi siapa saja yang peduli akan perubahan dunia pendidikan di Indonesia.

Sekolah alam merupakan salah satu model pendidikan yang berupaya untuk melakukan pengembangan pendidikan secara alami, berupa belajar dari alam semesta. Di samping itu, sekolah alam juga merupakan suatu bentuk alternatif pendidikan yang menggunakan alam untuk tempat belajar, sebagai bahan dan media ajar, dan untuk objek pembelajaran. Berbeda dengan sekolah reguler yang kebanyakan menggunakan model metode pembelajaran di dalam kelas tanpa membiarkan para siswanya belajar lebih banyak di alam bebas. Sementara pada sekolah alam, metode belajarnya lebih banyak dengan melakukan active learning (siswa diajak untuk fun, fresh and friendly dalam belajar dan aktif dengan kegiatan observasi dan eksplorasi).

Sekolah alam mengajak para siswanya untuk mengartikan konsep yang berbeda, dalam hal ini sekolah tidak lagi dijadikan sebagai beban namun lebih sebagai realitas kehidupan yang ilmunya bisa diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Sekolah alam hadir sebagai jalan ke luar untuk mengatasi kebosanan bagi anak-anak ketika belajar sekaligus mewujudkan cita-cita bagi siapa saja yang peduli akan perubahan dunia pendidikan di Indonesia yang lebih baik. Perubahan tersebut tidak hanya pada lokasi atau tempat belajar


(11)

3

Universitas Kristen Maranatha saja, namun juga cara pandangnya terhadap dunia pendidikan secara mendasar dan menyeluruh (www.informasi-pendidikan.com).

Lokasi belajar di sekolah alam biasanya terletak di alam bebas, sehingga pihak sekolah tidak menyediakan bangunan layaknya sekolah reguler. Para siswa di sekolah alam bisa belajar sekaligus merasakan keindahan alam dan juga menghirup udara yang segar setiap harinya. Di sekolah alam semua siswa bisa bebas berekspresi, termasuk melakukan berbagai eksperimen seperti mengenal bagian-bagian tumbuhan secara langsung dan menyusun puzzle gambar anggota tubuh manusia. Selain itu, siswa juga bisa mengeksplorasi segala yang ada di sekitarnya untuk memenuhi rasa ingin tahu siswa. Siswa lebih sadar dan peduli terhadap lingkungan, sehingga bisa memahami betapa pentingnya menghargai alam.

Ada beberapa keunggulan sekolah alam yang tidak dimiliki oleh sekolah reguler, dan itu merupakan salah satu cara perubahan yang lebih baik untuk diterapkan di dunia pendidikan. Beberapa perbedaan sekolah alam dan sekolah reguler dapat dilihat dari hal-hal berikut, seperti ruang kelas sekolah reguler tertutup, sedangkan ruang kelas sekolah alam terbuka dan terbuat dari saung kayu. Siswa sekolah regular memakai seragam, sedangkan siswa sekolah alam memakai pakaian bebas. Kegiatan pembelajaran sekolah reguler cenderung dilakukan di dalam kelas dengan menggunakan sistem pembelajaran konvensional, yaitu para guru menerangkan dan siswa mendapatkan pengetahuan dengan mengandalkan buku panduan, dan jarang diberi kesempatan untuk mengalami langsung pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan kegiatan pembelajaran sekolah alam lebih bervariasi dan tidak terpaku pada teori saja, sebab siswa juga dapat mengalami langsung atau melihat langsung bentuk pengetahuan yang dipelajarinya (Dien, Karini, dan Agustin, 2015).

Peraturan yang diberlakukan di sekolah alam biasanya tidak seketat peraturan sekolah reguler, misalnya siswa di sekolah reguler harus duduk rapi mendengarkan guru dan mendapatkan hukuman jika tidak mengerjakan tugas atau PR, sedangkan siswa di sekolah


(12)

4

Universitas Kristen Maranatha alam jarang diberikan tugas atau PR (www.tentangsekolahalam.wordpress.com). Akan tetapi, bukan berarti siswa tidak diajarkan bentuk tanggung jawab. Jika PR merupakan wujud tanggung jawab dari sekolah reguler, pengajaran tentang disiplin diri dan tanggung jawab di sekolah alam diajarkan melalui cara dan kegiatan yang berbeda, misalnya merapikan barang-barang yang telah digunakan di kelas, menghabiskan makan siang, dan mencuci tempat bekal makanan sendiri.

Salah satu sekolah alam yang terdapat di Bandung adalah Sekolah Alam Bandung. Sekolah alam ini berangkat dari gagasan konsep pendidikan Sekolah Alam Bang Lendo Novo. Lokasi bangunan dengan model saung di atas perbukitan sebagai tempat belajar, memungkinkan perbukitan tetap terjaga kesuburan dan penghijauannya. Kurikulum Sekolah Dasar Alam Bandung meliputi 3 kurikulum khas sekolah alam dengan kurikulum Diknas sebagai pelengkap. Materi Pendidikan Dasar terdiri atas Akhlaqul Karimah (sikap hidup), Falsafah Ilmu Pengetahuan (logika berpikir), dan Latihan Kepemimpinan (leadership) (www.sekolahalambandung.sch.id).

Implementasi kurikulum dilakukan dengan pedoman pelaksanaan sebagai berikut : fun learning dan exciting learning, exploring alam, konsep belajar 70% eksplorasi dan 30% literatur, penguasaan dan pendalaman ilmu, pelajaran yang diberikan merupakan pelajaran yang terintegrasi melalui spider web (dengan berbasis tema ataupun proyek, proses belajar dikembangkan secara menyeluruh ke semua bidang ilmu), guru sebagai fasilitator dan motivator, mengajari anak bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat, learning by experience, dan memanfaatkan media barang bekas dan multimedia. Setiap kegiatan yang dilakukan siswa di dalam maupun di luar sekolah, mengarah pada pelaksanaan kurikulum Sekolah Dasar Alam Bandung, dengan menyelipkan kurikulum Diknas. Misalnya siswa mengunjungi kebun binatang, di dalamnya tercakup pelajaran IPA dengan tujuan mengenal jenis-jenis hewan dan bagian-bagian tubuh hewan, tercakup juga pelajaran IPS dengan


(13)

5

Universitas Kristen Maranatha ditugaskannya siswa untuk bekerjasama dengan teman dan berinteraksi dengan orang-orang yang ada di sekitar mereka.

Melihat pemaparan mengenai kurikulum dan sistem pembelajaran di Sekolah Dasar Alam Bandung, maka kualitas dan peranan guru serta persepsi guru tentang lingkungan kerjanya sangat penting. Hal tersebut dikarenakan guru adalah kreator proses pembelajaran, artinya seorang guru harus mampu mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa yang menarik dan mampu mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Upaya guru dalam menghadapi dan menjalankan tantangan sebagai tenaga pendidik profesional memerlukan suatu pemahaman terhadap kondisi lingkungan kerjanya, atau yang dikenal sebagai iklim sekolah. Iklim sekolah secara langsung memengaruhi kinerja guru, yaitu iklim sekolah yang sejuk dan harmonis akan memberikan gairah dan inspirasi bagi guru dalam bekerja.

Iklim sekolah adalah istilah yang mengacu pada persepsi guru terhadap lingkungan kerja mereka secara umum (Hoy & Miskel, 1987). Oleh karena itu, iklim sekolah dapat dipahami sebagai karakteristik yang menggambarkan ciri-ciri psikologis dari suatu sekolah, yang membedakan sekolah tersebut dari sekolah lain. Iklim sekolah terdiri atas enam dimensi yang terbagi menjadi dua kategori umum, yaitu : perilaku kepala sekolah dan perilaku guru. Perilaku kepala sekolah dibagi ke dalam tiga dimensi, yaitu perilaku kepala sekolah supportive, directive, dan restrictive. Sedangkan perilaku guru dibagi ke dalam tiga dimensi yaitu, perilaku guru collegial, intimate, dan disengaged. Kombinasi dari dimensi iklim sekolah tersebut akan menghasilkan empat tipe yaitu, iklim terbuka (open climate), iklim terikat (engaged climate), iklim tidak terikat (disengaged climate), dan iklim tertutup (closed climate).

Menurut survei awal yang dilakukan peneliti kepada delapan orang guru di Sekolah Dasar Alam Bandung, sebanyak dua orang guru berpendapat bahwa program-program di


(14)

6

Universitas Kristen Maranatha Sekolah Dasar Alam Bandung tidak dijalankan dengan konsisten, misalnya tidak semua guru baru mendapatkan training sehingga tidak jarang menimbulkan kebingungan pada para guru baru karena belum mengetahui gambaran kurikulumnya. Hal ini berkaitan dengan persepsi guru terhadap perilaku kepala sekolah yang kurang supportive. Oleh karena itu, para guru berharap sekolah memberikan kejelasan kepada guru dengan cara memberikan indikator-indikator dalam bentuk buku mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa, dan setiap guru baru diberikan training untuk mendukung pencapaian visi dan misi di Sekolah Dasar Alam Bandung. Kepala sekolah dianggap hanya sekedar formalitas karena setiap keputusan tetap dibuat oleh pihak yayasan. Kepala sekolah juga kurang memberi pengarahan kepada guru dan terlalu membebaskan guru dalam mengajar. Hal ini berkaitan dengan persepsi guru terhadap perilaku kepala sekolah yang kurang directive. Guru merasa bahwa rapat diadakan bukan sebagai kesempatan bagi para guru untuk menyampaikan pendapat, melainkan untuk menyampaikan keputusan yang sudah ditetapkan oleh yayasan melalui kepala sekolah. Hal ini berkaitan dengan persepsi guru terhadap perilaku kepala sekolah yang kurang supportive.

Sebanyak dua orang guru berpendapat bahwa para guru di Sekolah Dasar Alam Bandung dituntut untuk kreatif dan bisa mengidentifikasi kebutuhan masing-masing siswa. Siswa di Sekolah Dasar Alam Bandung mudah teralihkan, oleh karena itu guru harus menjalin kerjasama yang baik dengan partner mengajarnya dalam hal mendidik siswa. Guru senior memiliki kewajiban untuk mentransfer ilmu atau berbagi pengalaman kepada guru baru. Kesulitan kadang terjadi jika partner-nya pendiam. Terkadang partner-nya lebih suka bekerja sendiri, oleh karena itu sebagai guru baru harus lebih sering bertanya-tanya kepada partner-nya yang lebih senior. Hal ini berkaitan dengan persepsi guru terhadap perilaku rekan sesama guru yang collegial.

Sebanyak empat orang guru berpendapat bahwa kepala sekolah cukup bijaksana dan mau mempertimbangkan masukan dari guru. Kepala sekolah sering memberi kritik yang


(15)

7

Universitas Kristen Maranatha membangun kepada guru, misalnya guru yang terlambat diberi teguran dan guru yang tidak pernah terlambat diberi reward berupa bonus. Hal ini berkaitan dengan persepsi guru terhadap perilaku kepala sekolah yang supportive. Program sekolah membuat para guru di Sekolah Dasar Alam Bandung menjadi kompak. Para guru dan kepala sekolah memiliki kebersamaan yang erat dan segala sesuatunya mudah dikomunikasikan, termasuk juga membuat tabungan bersama dan sering mengadakan outing di luar program sekolah. Hal tersebut membuat guru merasa betah mengajar di Sekolah Dasar Alam Bandung karena gaji dan fasilitas yang juga terus mengalami peningkatan. Hal ini berkaitan dengan persepsi guru terhadap perilaku rekan sesama guru yang intimate.

Melihat pemaparan mengenai tugas dan kewajiban guru terkait dengan kurikulum yang ada di Sekolah Dasar Alam Bandung, dapat dikatakan peluang guru untuk berkreasi dalam mengajar sangat tinggi. Walaupun kepala sekolah memberi keleluasaan kepada guru untuk berkreasi dalam mengajar, para guru tetap membutuhkan dukungan dan arahan dari kepala sekolah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika guru membutuhkan kerjasama yang baik dengan sesama staf pengajar dan juga kepala sekolah.

Mencermati hasil survei awal terhadap guru di Sekolah Dasar Alam Bandung, peneliti tertarik untuk mengetahui tipe iklim sekolah yang dipersepsi oleh guru di Sekolah Dasar Alam Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penelitian ini ingin diketahui tipe iklim sekolah yang dipersepsi oleh guru di Sekolah Dasar Alam Bandung.


(16)

8

Universitas Kristen Maranatha 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memeroleh gambaran mengenai persepsi guru terhadap tipe iklim sekolah di Sekolah Dasar Alam Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tipe iklim sekolah yang dipersepsi oleh guru di Sekolah Dasar Alam Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoretis

1) Memberi masukan bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang Psikologi Pendidikan mengenai tipe iklim sekolah yang dipersepsi oleh guru di Sekolah Dasar Alam Bandung. 2) Sebagai referensi bagi peneliti lain yang tertarik dan membutuhkan bahan acuan untuk

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran dan perbedaan tipe iklim sekolah. 1.4.2. Kegunaan Praktis

1) Memberikan gambaran kepada Sekolah Dasar Alam Bandung mengenai tipe iklim sekolah yang dipersepsi guru, sehingga bisa menjadi pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan dan pola hubungan di dalam sekolah tersebut.

2) Memberikan manfaat dan sebagai bahan masukan kepada guru Sekolah Dasar Alam Bandung mengenai tipe iklim sekolah yang dipersepsi guru, sehingga para guru bisa mempertahankan hal-hal baik yang sudah dicapai dan terus mengembangkan potensinya. 3) Memberikan informasi bagi sekolah-sekolah lain mengenai tipe iklim sekolah yang

dipersepsi oleh guru di Sekolah Dasar Alam Bandung dan menjadi acuan untuk mengoptimalkan potensi dalam menghadapi berbagai tuntutan dan tanggung jawab sebagai guru.


(17)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.5. Kerangka Pemikiran

Guru berperan sebagai pembimbing dalam melaksanakan proses pembelajaran. Menurut UU No. 14 Tahun 2005, guru ialah seorang pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dalam pengertian yang sederhana, guru merupakan orang yang memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik. Guru memiliki peranan penting dalam pembelajaran. Peserta didik memerlukan peran seorang guru untuk membantunya dalam proses pengembangan diri dan pengoptimalan bakat serta kemampuan yang dimiliki peserta didik. Guru merupakan salah satu unsur masukan instrumental yang sangat menentukan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualifikasi, kompetensi, dan kesejahteraan yang memadai untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik (Suparlan, 2008).

Di Sekolah Dasar Alam Bandung, peran guru dalam proses pengajaran di sekolah alam adalah sebagai mediator, evaluator, pengelola kelas, dan sebagai model. Guru dituntut untuk kreatif, komunikatif baik terhadap siswa maupun partner mengajar, dan juga peka dalam mengidentifikasi kebutuhan siswa. Guru berperan menuntun anak untuk bersikap kritis, kreatif, bertanggung jawab, problem solving, peduli dengan teman-temannya, dan melatih sikap leadership. Guru juga turut membimbing dan mengawasi siswa dalam kegiatan yang dilakukan di luar sekolah, seperti outbond, berenang, dan berbagai aktivitas yang berhubungan dengan alam. Oleh karena itu, guru yang berkualitas sangat diperlukan untuk menunjang pembelajaran sekolah alam ini.

Menurut Wayne K. Hoy, iklim sekolah adalah persepsi guru terhadap lingkungan kerja mereka secara umum. Iklim sekolah terdiri atas enam dimensi yang terbagi menjadi dua


(18)

10

Universitas Kristen Maranatha kategori umum, yaitu perilaku kepala sekolah dan perilaku guru. Perilaku kepala sekolah dibagi ke dalam tiga dimensi, yaitu perilaku kepala sekolah supportive, directive, dan restrictive. Perilaku supportive adalah perilaku kepala sekolah yang mendengarkan rencana pembelajaran dari para guru dan memberikan kritik yang membangun dengan menjabarkan keunggulan dan kelemahan dari rencana tersebut, dan sebaliknya akan memuji guru atas hasil kreatifnya dalam menyusun rencana mengajar. Perilaku directive adalah perilaku kepala sekolah yang memantau apapun yang para guru lakukan di kelas, turut mengatur guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas, dan memeriksa rencana pembelajaran secara detil. Perilaku restrictive adalah perilaku kepala sekolah yang membebani guru dengan pekerjaan yang sangat padat, memberikan tugas rutin dan tuntutan yang mengganggu kegiatan mengajar guru. Perilaku guru di Sekolah Dasar Alam Bandung dibagi ke dalam tiga dimensi yaitu: perilaku guru collegial, intimate, dan disengaged. Perilaku collegial mendukung terjadinya interaksi profesional diantara para guru Sekolah Dasar Alam Bandung sebagai kolega, para guru saling membantu dan mendukung satu sama lain dalam kegiatan kelasnya masing-masing, para guru menghargai kompetensi profesional dari rekan kerja mereka dengan meminta pendapat dari guru yang lebih mengerti tentang kegiatan kelas yang akan dilaksanakan, dan para guru bekerja dengan semangat dan senang. Perilaku intimate menggambarkan kualitas pribadi para guru, seperti bersosialisasi satu sama lain, teman-teman terdekat para guru adalah guru lainnya di sekolah ini, saling bertukar pikiran dan saling mendukung satu sama lain. Perilaku disengaged menggambarkan perasaan keterasingan dan keterpisahan secara umun diantara para guru di dalam sekolah, seperti halnya para pengajar menganggap pertemuan antar staf pengajar tidak berguna. Adanya sebuah kelompok minoritas yang selalu menentang kelompok mayoritas, dan para guru berbicara tidak teratur saat berada dalam rapat, dengan saling menjelek-jelekan, dan memberikan kritik yang tidak membangun terhadap kegiatan guru yang lain.


(19)

11

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan kombinasi dari perilaku kepala sekolah (supportive, directive, restrictive) dan perilaku guru (collegial, intimate, disengaged), akan tercipta empat tipe iklim sekolah menurut Hoy & Miskel (1987) yaitu iklim terbuka (open climate), iklim terikat (engaged climate), iklim tidak terikat (disengaged climate), dan iklim tertutup (closed climate). Iklim terbuka (open climate) dengan ciri khasnya adalah kerjasama, rasa hormat dan keterbukaan yang ada pada guru dan kepala sekolah di Sekolah Dasar Alam Bandung. Kepala sekolah mendengarkan dan menerima ide-ide guru merupakan bentuk perilaku supportive yang tinggi. Kepala sekolah memberikan kebebasan guru dalam memandu berjalannya kegiatan belajar mengajar tanpa melakukan pengawasan merupakan bentuk perilaku directive yang rendah, dan memberikan fasilitas yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut merupakan bentuk perilaku restrictive yang rendah. Demikian juga guru saling mendukung dan membantu satu sama lain merupakan bentuk perilaku collegial tinggi. Para guru berhubungan dekat dan saling bersoisalisasi satu sama lain merupakan bentuk perilaku intimate yang tinggi. Mereka bekerjasama dan berkomitmen agar seluruh kegiatan berjalan lancar, sukses, dan mencapai tujuan merupakan bentuk perilaku disengaged yang rendah. Singkatnya, perilaku kepala sekolah dan guru-guru di Sekolah Alam Dasar Bandung bersifat tulus dan terbuka.

Iklim terikat (engaged climate) ditandai oleh usaha-usaha kepala sekolah di Sekolah Dasar Alam Bandung yang tidak efektif untuk memimpin. Di sisi lain, guru Sekolah Dasar Alam Bandung memiliki kinerja yang profesional. Kepala sekolah yang menentukan tema dan mengatur seluruh prosedur dalam kegiatan belajar mengajar setiap harinya merupakan bentuk perilaku supportive yang rendah dan perilaku directive yang tinggi. Selain itu, kepala sekolah tidak memberikan kesempatan guru untuk berkreasi mengembangkan kegiatan belajar mengajar dalam tema yang sudah ditentukan merupakan bentuk perilaku restrictive yang tinggi. Guru menghargai tugas yang sudah ditentukan kepala sekolah merupakan bentuk perilaku collegial yang tinggi. Mereka saling membantu jika terjadi kesulitan dalam


(20)

12

Universitas Kristen Maranatha melaksanakan kegiatan merupakan bentuk perilaku intimate yang tinggi. Para guru melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi tuntutan dari kepala sekolah merupakan bentuk perilaku disengaged yang rendah. Singkatnya, para guru Sekolah Dasar Alam Bandung tetap produktif meskipun kepemimpinan kepala sekolah lemah, dan guru berkomitmen dan saling mendukung.

Iklim tidak terikat (disengaged climate) ditandai oleh perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang kuat dan mendukung. Kepala sekolah di Sekolah Dasar Alam Bandung mendukung guru dan memberikan kebebasan tanpa ikut campur untuk menentukan kegiatan dalam mengaplikasikan tema setiap harinya merupakan bentuk perilaku supportive yang tinggi dan perilaku directive yang rendah. Kepala sekolah memberikan guru izin dan fasilitas yang memadai dalam kegiatan belajar megajar merupakan bentuk perilaku restrictive yang rendah. Di antara guru Sekolah Dasar Alam Bandung tidak saling membantu dan mendukung, mereka hanya mengerjakan kegiatan yang menjadi tugasnya tanpa peduli dengan kegiatan guru lainnya merupakan bentuk perilaku intimate dan perilaku collegial yang rendah, serta perilaku disengaged yang tinggi. Meskipun kepala sekolah mendukung, fleksibel, dan tidak ketat dalam pengawasan, guru terpecah-belah, tidak toleran dan tidak terikat.

Iklim tertutup (closed climate) adalah kebalikan dari iklim terbuka. Kepala sekolah di Sekolah Dasar Alam Bandung menuntut guru untuk setiap harinya melaksanakan kegiatan di ruang terbuka, namun tidak memberikan fasilitas yang mendukung di ruang terbuka, melainkan hanya membebani guru untuk mencari sendiri tempat belajar di ruang terbuka, merupakan bentuk perilaku supportive yang rendah, perilaku restrictive dan directive yang tinggi. Guru Sekolah Dasar Alam Bandung hanya mengutamakan kepentingan kegiatan kelasnya masing-masing tanpa peduli dengan guru yang lainnya. Guru tidak saling membantu dan mendukung kegiatan rekannya, melainkan hanya terpatok untuk menyelesaikan kegiatan mereka masing-masing, merupakan bentuk perilaku intimate dan collegial yang rendah, serta


(21)

13

Universitas Kristen Maranatha perilaku disengaged yang tinggi. Singkatnya, pada closed climate memiliki pemimpin yang tidak suportif, tidak fleksibel, menghambat, dan terlalu mengendalikan, serta guru Sekolah Dasar Alam Bandung yang berperilaku tidak terikat, apatis, dan tidak toleran.

Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran Guru

Sekolah Dasar Alam

Bandung

Tipe Iklim Sekolah Dimensi :

1. Perilaku Kepala Sekolah

Supportive Directive Restrictive 2. Perilaku Guru

Collegial Intimate Disengaged

Closed Climate Open Climate

Engaged Climate

Disengaged Climate Data Sosiodemografis :

1) Usia

2) Jenis Kelamin 3) Masa Kerja 4) Pendidikan 5) Status Marital


(22)

14

Universitas Kristen Maranatha 1.6. Asumsi Penelitian

1) Guru Sekolah Dasar Alam Bandung memiliki persepsi terhadap perilaku kepala sekolah yang berbeda-beda, yang diukur melalui tiga dimensi yaitu supportive, directive, dan restrictive. Sedangkan persepsi terhadap perilaku rekan sesame guru diukur melalui tiga dimensi yaitu collegial, intimate, dan disengaged.

2) Setiap guru di Sekolah Dasar Alam Bandung memersepsi tipe iklim sekolah yang berbeda-beda.

3) Usia, jenis kelamin, masa kerja, pendidikan, dan status marital dapat memengaruhi persepsi guru terhadap tipe iklim sekolah.


(23)

40 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa tipe iklim sekolah yang paling dominan yang dipersepsi oleh guru di Sekolah Dasar Alam Bandung adalah tipe iklim sekolah open climate. Artinya, melalui peran yang dijalankan sebagai kepala sekolah, dipersepsi oleh para guru sebagai perilaku supportive yang tinggi, sedangkan para guru memersepsi rekan sesama guru memiliki perilaku collegial dan intimate yang tinggi. Tipe iklim lain yang juga ditemukan adalah engaged climate dan disengaged climate.

5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoretis

Terbuka peluang untuk meneliti tipe iklim sekolah di semua setting sekolah, mengingat tipe iklim sekolah akan memberikan dampak positif pada kinerja para guru, yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi akademik siswa. Untuk itu, disarankan pada penelitian lanjutan untuk meneliti juga kinerja para guru dan prestasi akademik siswa secara empirik.

5.2.2. Saran Praktis

Melalui penelitian ini, terindikasi bahwa masih terdapat sebagian kecil guru yang memersepsi perilaku kepala sekolah yang kurang supportive, dan perilaku directive dan restrictive yang tinggi. Untuk itu, disarankan kepala sekolah melakukan self-correction agar penilaian yang cenderung negatif dari para guru dapat diminimalisir.


(24)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI TIPE IKLIM SEKOLAH YANG DIPERSEPSI OLEH GURU DI SEKOLAH DASAR ALAM BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh:

MELIANA H. SEREPINA NRP: 1230153

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(25)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan outline penelitian ini yang berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Tipe Iklim Sekolah yang Dipersepsi Oleh Guru di Sekolah Dasar Alam Bandung”. Outline penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh siding Sarjana Strata 1 (S1) di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan outline

penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan penulisan outline penelitian ini. Peneliti beharap dalam segala kekurangannya, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi Fakultas Psikologi khususnya bagi mahasiswa lain yang ingin melanjutkan penelitian ini.

Selama menyusun penelitian ini, peneliti mengalami banyak hambatan dan kesulitan, tetapi hal tersebut dapat diatasi berkat adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Oej Irene Prameswari Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Dr. Ria Wardani, M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing utama yang telah

menyediakan waktu, tenaga, pikiran, serta memberikan motivasi bagi peneliti selama penyusunan Skripsi ini.

3. Destalya Anggrainy M. P., S.Psi., M.Pd. selaku dosen pembimbing pendamping yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran, serta memberikan motivasi bagi peneliti selama penyusunan Skripsi ini.


(26)

iii

4. M. Yuni Megarini C., M.Psi., Psikolog selaku konsulen yang telah banyak membantu memberikan bimbingan, arahan, dan masukan-masukan yang berguna bagi peneliti untuk menyelesaikan Skripsi ini.

5. Kepala sekolah dan para guru di Sekolah Dasar Alam Bandung yang telah

memberikan izin dan membantu peneliti dalam hal pengambilan data.

6. Kedua orangtua peneliti yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan moril, dan memberikan fasilitas yang dibutuhkan oleh peneliti.

7. Tiffani, Puspa, Maria, Yusni, Verin, Rizky, Karin, Hajeng, Febri, selaku teman-teman terdekat peneliti yang senantiasa mendukung dan selalu menjadi teman diskusi selama penyusunan Skripsi ini.

8. Bayu Agung Baskara selaku orang terdekat peneliti yang telah setia mendampingi dan memberi semangat dalam menyelesaikan Skripsi ini.

9. Thomas Gabe selaku teman peneliti yang telah memberikan banyak bantuan, saran, dan motivasi kepada peneliti selama penyusunan Skripsi ini.

10.Teman-teman seperjuangan di Fakultas Psikologi Univesitas Kristen Maranatha yang telah mendukung dan memberikan semangat kepada peneliti.

Semoga Tuhan senantiasa memberikan perlindungan dan balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang Bapak, Ibu, serta rekan-rekan berikan. Akhir kata, peneliti berharap outline penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Bandung, Mei 2017


(27)

41 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bafadal. (2004). Peningkatan Profesionalisme Guru SD. Jakarta: Bumi Aksara.

Hoy, W. K., Tarter, C. J., & Kottkamp. (1991). Open School/Healthy School; Measuring Organizational Climate. Thousand Oaks, CA: Sage.

Hoy and Miskel. (2001). Educational Administration, Theory, Research and Practice. Mc Graw–Hill: North America.

Imron, Ali. (1995). Pembinaan Guru Di Indonesia . Cetakan 1, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Mulyasa,E. (2009). Implementasi Kurikulum Satuan Pendidikan Kemandirian Guru Cetakan II, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nazir, Moh., Ph.D. (2009). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.

Salamah. (2004). Efektivitas Guru Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta. Jurnal Dinamika Pendidikan, Volume 2 Nomor 2. Hlm. 79-155.

Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Sudjana. (1995). Metode Statistika Edisi Keenam. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2005). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono dan Eri Wibowo. (2004). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suparlan. (2006). Guru sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Suparlan. (2008). Menjadi Guru Efektif, Jakarta: Hikayat Publishing.

Sutedja, Made Wahyu. (1988). Bagaimana Membangun Semangat Staf Pengajar. Bandung: Rosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wirawan. (2007). Budaya dan Iklim Organisasi, Teori aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.


(28)

42 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Agustiani, N. (2015). Pentingnya Peran Guru dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. (Online). (http://www.kompasiana.com/nia1714/pentingnya-peran-guru-dalam-peningkatan-mutu-pendidikan_552915326ea8345b3f8b4587, diakses 15 Agustus 2016).

Dien, A, N., Karini, S. M., Agustin, R. W. (2015). Perbedaan Kecerdasan Emosi Siswa Sekolah Dasar Ditinjau dari Model Pembelajaran Sekolah Reguler, Sekolah Alam, dan Homeschooling. (Vol. 4, No. 1). Diunduh dari http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrajiwa/article/view/98/0

Informasi Pendidikan. (2014). Mengenal sekolah Alam. (Online). (http://www.informasi-pendidikan.com/2014/09/mengenal-sekolah-alam.html, diakses 15 Agustus 2016).

Parenting. (2015). Keuntungan Anak Belajar Di Sekolah Alam. (Online). (http://www.parenting.co.id/usia sekolah/keuntungan+anak+belajar+di+sekolah+alam, diakses 19 September 2016).

Premita, A. (2016). Studi Deskriptif Mengenai Tipe Iklim Sekolah pada Staf Pengajar Sekolah

Dasar Alam ‘X’ di Kota Bogor (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen

Maranatha: Bandung.

Sekolah Alam Bandung. (2016). Kurikulum SD. (Online).

(http://www.sekolahalambandung.sch.id/kurikulum-sd, diakses 15 Agustus 2016).

Seputar Pengetahuan. (2015). Macam-macam Lembaga Pendidikan dan Fungsinya Lengkap. (Online). (http://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/macam-macam-lembaga-pendidikan-dan-fungsinya.html, diakses 15 Agustus 2016).

Seputar Pengetahuan. (2015). Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli. (Online). (http://www.seputarpengetahuan.com/2015/02/15-pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html, diakses 15 Agustus 2016).

Suara Merdeka. (2010). Sekolah Alam, Sebuah Alternatif Pendidikan. (Online). (http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/02/12/98766/Sekolah-Alam-Sebuah-Alternatif-Pendidikan-, diakses 15 Agustus 2016).

Suci, Rahayu. (2007). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Organisasi, Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Tegal (Tesis). Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Manajemen Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang: Semarang.

Tentang Sekolah Alam. (2012). Sistem Belajar Mengajar Di Sekolah Alam. (Online). (https://tentangsekolahalam.wordpress.com/category/system-belajar-mengajar-di-sekolah-alam/, diakses 19 September 2016).


(1)

40 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa tipe iklim sekolah yang paling dominan yang dipersepsi oleh guru di Sekolah Dasar Alam Bandung adalah tipe iklim sekolah open climate. Artinya, melalui peran yang dijalankan sebagai kepala sekolah, dipersepsi oleh para guru sebagai perilaku

supportive yang tinggi, sedangkan para guru memersepsi rekan sesama guru memiliki

perilaku collegial dan intimate yang tinggi. Tipe iklim lain yang juga ditemukan adalah

engaged climate dan disengaged climate.

5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoretis

Terbuka peluang untuk meneliti tipe iklim sekolah di semua setting sekolah, mengingat tipe iklim sekolah akan memberikan dampak positif pada kinerja para guru, yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi akademik siswa. Untuk itu, disarankan pada penelitian lanjutan untuk meneliti juga kinerja para guru dan prestasi akademik siswa secara empirik.

5.2.2. Saran Praktis

Melalui penelitian ini, terindikasi bahwa masih terdapat sebagian kecil guru yang memersepsi perilaku kepala sekolah yang kurang supportive, dan perilaku directive dan

restrictive yang tinggi. Untuk itu, disarankan kepala sekolah melakukan self-correction agar


(2)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI TIPE IKLIM SEKOLAH YANG DIPERSEPSI OLEH GURU DI SEKOLAH DASAR ALAM BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh:

MELIANA H. SEREPINA NRP: 1230153

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan outline penelitian ini yang berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Tipe Iklim Sekolah yang Dipersepsi Oleh Guru di Sekolah Dasar Alam Bandung”. Outline penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh siding Sarjana Strata 1 (S1) di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan outline penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan penulisan outline penelitian ini. Peneliti beharap dalam segala kekurangannya, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi Fakultas Psikologi khususnya bagi mahasiswa lain yang ingin melanjutkan penelitian ini.

Selama menyusun penelitian ini, peneliti mengalami banyak hambatan dan kesulitan, tetapi hal tersebut dapat diatasi berkat adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Oej Irene Prameswari Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Dr. Ria Wardani, M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing utama yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran, serta memberikan motivasi bagi peneliti selama penyusunan Skripsi ini.

3. Destalya Anggrainy M. P., S.Psi., M.Pd. selaku dosen pembimbing pendamping yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran, serta memberikan motivasi bagi peneliti selama penyusunan Skripsi ini.


(4)

iii

4. M. Yuni Megarini C., M.Psi., Psikolog selaku konsulen yang telah banyak membantu memberikan bimbingan, arahan, dan masukan-masukan yang berguna bagi peneliti untuk menyelesaikan Skripsi ini.

5. Kepala sekolah dan para guru di Sekolah Dasar Alam Bandung yang telah memberikan izin dan membantu peneliti dalam hal pengambilan data.

6. Kedua orangtua peneliti yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan moril, dan memberikan fasilitas yang dibutuhkan oleh peneliti.

7. Tiffani, Puspa, Maria, Yusni, Verin, Rizky, Karin, Hajeng, Febri, selaku teman-teman terdekat peneliti yang senantiasa mendukung dan selalu menjadi teman diskusi selama penyusunan Skripsi ini.

8. Bayu Agung Baskara selaku orang terdekat peneliti yang telah setia mendampingi dan memberi semangat dalam menyelesaikan Skripsi ini.

9. Thomas Gabe selaku teman peneliti yang telah memberikan banyak bantuan, saran, dan motivasi kepada peneliti selama penyusunan Skripsi ini.

10.Teman-teman seperjuangan di Fakultas Psikologi Univesitas Kristen Maranatha yang telah mendukung dan memberikan semangat kepada peneliti.

Semoga Tuhan senantiasa memberikan perlindungan dan balasan atas segala kebaikan dan bantuan yang Bapak, Ibu, serta rekan-rekan berikan. Akhir kata, peneliti berharap outline penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Bandung, Mei 2017


(5)

41 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bafadal. (2004). Peningkatan Profesionalisme Guru SD. Jakarta: Bumi Aksara.

Hoy, W. K., Tarter, C. J., & Kottkamp. (1991). Open School/Healthy School; Measuring

Organizational Climate. Thousand Oaks, CA: Sage.

Hoy and Miskel. (2001). Educational Administration, Theory, Research and Practice. Mc Graw–Hill: North America.

Imron, Ali. (1995). Pembinaan Guru Di Indonesia . Cetakan 1, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Mulyasa,E. (2009). Implementasi Kurikulum Satuan Pendidikan Kemandirian Guru Cetakan II, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Nazir, Moh., Ph.D. (2009). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.

Salamah. (2004). Efektivitas Guru Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta. Jurnal Dinamika

Pendidikan, Volume 2 Nomor 2. Hlm. 79-155.

Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Sudjana. (1995). Metode Statistika Edisi Keenam. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2005). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono dan Eri Wibowo. (2004). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suparlan. (2006). Guru sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Suparlan. (2008). Menjadi Guru Efektif, Jakarta: Hikayat Publishing.

Sutedja, Made Wahyu. (1988). Bagaimana Membangun Semangat Staf Pengajar. Bandung: Rosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wirawan. (2007). Budaya dan Iklim Organisasi, Teori aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.


(6)

42 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Agustiani, N. (2015). Pentingnya Peran Guru dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. (Online). (http://www.kompasiana.com/nia1714/pentingnya-peran-guru-dalam-peningkatan-mutu-pendidikan_552915326ea8345b3f8b4587, diakses 15 Agustus 2016).

Dien, A, N., Karini, S. M., Agustin, R. W. (2015). Perbedaan Kecerdasan Emosi Siswa

Sekolah Dasar Ditinjau dari Model Pembelajaran Sekolah Reguler, Sekolah Alam, dan Homeschooling. (Vol. 4, No. 1). Diunduh dari http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrajiwa/article/view/98/0

Informasi Pendidikan. (2014). Mengenal sekolah Alam. (Online). (http://www.informasi-pendidikan.com/2014/09/mengenal-sekolah-alam.html, diakses 15 Agustus 2016).

Parenting. (2015). Keuntungan Anak Belajar Di Sekolah Alam. (Online). (http://www.parenting.co.id/usia sekolah/keuntungan+anak+belajar+di+sekolah+alam, diakses 19 September 2016).

Premita, A. (2016). Studi Deskriptif Mengenai Tipe Iklim Sekolah pada Staf Pengajar Sekolah Dasar Alam ‘X’ di Kota Bogor (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung.

Sekolah Alam Bandung. (2016). Kurikulum SD. (Online).

(http://www.sekolahalambandung.sch.id/kurikulum-sd, diakses 15 Agustus 2016).

Seputar Pengetahuan. (2015). Macam-macam Lembaga Pendidikan dan Fungsinya Lengkap. (Online). (http://www.seputarpengetahuan.com/2015/03/macam-macam-lembaga-pendidikan-dan-fungsinya.html, diakses 15 Agustus 2016).

Seputar Pengetahuan. (2015). Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli. (Online). (http://www.seputarpengetahuan.com/2015/02/15-pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html, diakses 15 Agustus 2016).

Suara Merdeka. (2010). Sekolah Alam, Sebuah Alternatif Pendidikan. (Online). (http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/02/12/98766/Sekolah-Alam-Sebuah-Alternatif-Pendidikan-, diakses 15 Agustus 2016).

Suci, Rahayu. (2007). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Iklim Organisasi, Kepuasan

Kerja terhadap Kinerja Guru SMA Negeri di Kota Tegal (Tesis). Program Studi

Manajemen Pendidikan Fakultas Manajemen Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang: Semarang.

Tentang Sekolah Alam. (2012). Sistem Belajar Mengajar Di Sekolah Alam. (Online). (https://tentangsekolahalam.wordpress.com/category/system-belajar-mengajar-di-sekolah-alam/, diakses 19 September 2016).