KEBERADAAN PEDAGANG DI TAMAN WISATA ALAM CIMANGGU BERDASARKAN TANGGAPAN PENGELOLA DAN WISATAWAN.

(1)

No.Daftar FPIPS:1381/UN.40.2.5.1/PL/2012

KEBERADAAN PEDAGANG DI TAMAN WISATA ALAM CIMANGGU BERDASARKAN TANGGAPAN PENGELOLA DAN WISATAWAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata

Program Studi Manajemen Resort & Leisure

Oleh

RINA SETIAWATI 1106028

PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Keberadaan Pedagang

di Taman Wisata Alam Cimanggu

Berdasarkan Tanggapan Pengelola dan Wisatawan

Oleh Rina Setiawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Rina Setiawati 2012 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

RINA SETIAWATI

KEBERADAAN PEDAGANG DI TAMAN WISATA ALAM CIMANGGU BERDASARKAN TANGGAPAN PENGELOLA DAN WISATAWAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Prof. Dr. H. Darsiharjo, M.Si. NIP 19620921. 198603. 1. 005

Pembimbing II,

Drs. H. Gumelar S.Sastrayuda., CTM

Diketahui oleh

Ketua Progam Studi Manajemen Resort & Leisure

Fitri Rahmafitria, SP., M.Si. NIP 19741018. 200812. 2. 001


(4)

ABSTRAK

Keberadaan Pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu Berdasarkan Tanggapan Pengelola dan Wisatawan

Oleh: Rina Setiawati

NIM 1106028

Taman Wisata Alam Cimanggu adalah salah satu kawasan pelestarian alam yang dijadikan sebagai daya tarik wisata alam. Jumlah pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu terus bertambah dan keberadaannya menjadi permasalahan karena kawasan menjadi kumuh, tidak tertib, dan merusak keindahan. Pengelola pun berupaya untuk mengatasi hal tersebut agar kondisi kawasan menjadi nyaman dan aman. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tanggapan pengelola dan wisatawan mengenai keberadaan pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu berdasarkan pelayanan prima.

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif melalui teknik wawancara, observasi, dokumentasi dan kuesioner. Objek penelitian yang digunakan sebagai sampel adalah pengelola sebanyak 2 orang dan wisatawan sebanyak 100 orang. Operasional variabel penelitian ini adalah pelayanan prima. Analisis data dilakukan secara deksriptif melalui alat ukur yaitu nominal dan ordinal. Selanjutnya analisis data dipaparkan dalam bentuk angka dan grafik sehingga mudah dibaca dan dapat ditarik pengertian atau makna tertentu.

Dari hasil penelitian, pengelola memberikan tanggapan positif yaitu pedagang cukup baik dalam memberikan pelayanan prima berdasarkan 6 indikator pelayanan prima yaitu kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan,dan tanggung jawab. Sementara rata-rata tanggapan wisatawan terhadap pelayanan pedagang menunjukkan tanggapan positif, dengan kata lain pedagang sudah mampu melayani dengan baik. Upaya pemberdayaan pedagang yang dapat dilakukan di Taman Wisata Alam Cimanggu seperti melakukan pembinaan kepada pedagang melalui penataan pedagang, penyediaan alat peraga berupa bangunan semi permanen untuk pedagang berjualan, membentuk forum paguyuban warung untuk menjembatani kebutuhan antara pedagang dan pengelola.


(5)

iii

ABSTRACT

Presence of Trader's at Natural Tourist Park Cimanggu Based Response The Managers and Tourists

By: Rina Setiawati

NIM 1106028

Natural Tourist Park Cimanggu is one of natural conservation areas made as a natural tourist attraction. The number of traders in Cimanggu Nature Park has been increasing and it becomes the problem since the uncontrolled number of traders make the area of Cimanggu Nature Park become dirty, disorder, and spol the beauty of the place. The managers tried to overcome the situation in order to make Cimanggu Nature Park become safe and comfortable for visitors. The

purpose of this study is to analyze the managers’ and visitors’ responses to the

existence of traders based on the quality of the service in Cimanggu Nature Park. The research method uses a descriptive quantitative method. As technique to gather the data, interviews, observations and docummentation and questionnaire were used. The objects of the research used as sample are two managers and 100 visitors. The operational variable in this research was the excellence of the service. The data analysis was descriptively used by a measuring tools called nominal and ordinal. The data were then presented in the form of numbers and graphics so it will make the interpretation of the data easier.

From the result of the research, the managers gave positive responses that traders are quite good in order to provide excellent service based on six indicators of service excellence, they are the ability, attitude, appearance, attention, action, and responsibility. While the visitors also gave positive responses that traders have given good service for them. The effort toward the

traders’ empowermet which can be done in Cimanggu Nature Park were

providing education for the traders in the case of trading arrangement, providing semi permanent building, and establishing a traders’ community as a way of communication between traders and managers.


(6)

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Pengertian Pariwisata dan Wisata ... 7

B. Pengertian Wisatawan ... 8

C. Taman Wisata Alam ... 9

D. Pariwisata Berbasis Masyarakat ... 1

E. Pariwisata dan Kreativitas (Creative Based Tourism) ... 13

F. Pemberdayaan Masyarakat ... 16


(7)

viii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Lokasi dan Waktu penelitian ... 29

B. Metode Penelitian ... 29

C. Definisi Operasional ... 30

D. Populasi dan Sampel ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 35

G. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ... 38

H. Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Kondisi Umum Taman Wisata Alam Cimanggu ... 45

1. Lokasi dan Aksesibilitas ... 45

2. Sejarah Taman Wisata Alam Cimanggu ... 46

B. Kondisi Fisik Taman Wisata Alam Cimanggu ... 48

1. Topografi dan Iklim ... 48

2. Flora ... 48

3. Fauna ... 49

4. Biota Perairan ... 49

5. Hidrologi ... 49

6. Tanah ... 50

C. Fasilitas Taman Wisata Alam Cimanggu ... 51

D. Kepengelolaan Taman Wisata Alam Cimanggu... 52

E. Kondisi Sosial Taman Wisata Alam Cimanggu ... 56

1. Wisatawan ... 56

2. Pedagang Taman Wisata Alam Cimanggu ... 56

F. Pembahasan ... 61

1. Tanggapan Pengelola Terhadap Keberadaan Pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu dilihat dari Pelayanan Prima ... 62

a. Kemampuan (ability) ... 62


(8)

c. Penampilan (appearance) ... 66

d. Perhatian (attention) ... 68

e. Tindakan (action) ... 69

f. Tanggung Jawab (accountability) ... 70

2. Data Karakteristik Wisatawan ... 71

3. Tanggapan Wisatawan Terhadap Keberadaan Pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu Dilihat dari Pelayanan prima ... 82

a. Kemampuan (ability) ... 82

b. Sikap (attitude) ... 84

c. Penampilan (appearance) ... 87

d. Perhatian (attention) ... 90

e. Tindakan (action) ... 93

f. Tanggung Jawab (accountability) ... 95

4. Upaya Pemberdayaan Pedagang Taman Wisata Alam Cimanggu ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

A. Kesimpulan ... 102

B. Rekomendasi... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 105

LAMPIRAN ... 108


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pariwisata sedang digalakkan oleh pemerintah dan merupakan andalan bagi Indonesia dalam meningkatkan devisa negara. Potensi sumber daya alam Indonesia menjadi salah satu unsur yang menunjang pertumbuhan pariwisata di Indonesia karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan hidup manusia di masa yang akan datang. Sumber daya alam tersebut kemudian dikelola pemerintah salah satunya dengan dibuatnya kawasan konservasi alam seperti hutan suaka alam, cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, taman nasional, taman buru dan taman laut. Begitu banyak manfaat dengan dibangunnya kawasan konservasi ini karena dapat menjaga kelestarian flora dan fauna, menjaga iklim agar tetap stabil, menjaga kondisi air tanah, menahan erosi, penyuplai oksigen, media pengetahuan, media pendidikan, penyeimbang lingkungan hidup, sebagai tempat daya tarik wisata dengan tujuan untuk kegiatan rekreasi, olahraga, adventure, dan menumbuhkan rasa cinta terhadap alam (http://bpkh8.net/pemolaan-kawasan-hutan/kawasan-konservasi/).

Salah satu kawasan konservasi yang dijadikan sebagai daya tarik wisata adalah Taman Wisata Alam Cimanggu yang dikelola oleh Perhutani. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat & Banten adalah Kesatuan Bisnis Mandiri Jasa Lingkungan dan Produksi Lainnya (KBM JLPL) yang mengelola lokasi wisata secara profesional dengan mengedepankan keaslian alami dan ekologi yang utuh.


(10)

Taman Wisata Alam Cimanggu berada di luas areal 154 Ha tepatnya di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung dengan ketinggian 1.225 - 1.350 meter dpl (www.unit3.perumperhutani.com). Kawasan Taman Wisata Alam Cimanggu termasuk dalam tipe iklim hujan tropis dataran tinggi dan memiliki hutan alam dengan pohon yang cukup banyak jenisnya. Taman Wisata Alam Cimanggu ini merupakan bagian dari industri pariwisata yang membuka usaha pariwisata dengan menyediakan jasa rekreasi yaitu terdapat pemandangan alam dengan sumber air panas yang digunakan untuk berendam dan pengobatan, kemudian terdapat fasilitas lainnya seperti pemondokan, area playing ground, areal flying fox, dan restoran.

Timbulnya industri pariwisata tersebut mendorong para pedagang untuk terlibat di dalamnya dengan memanfaatkan Taman Wisata Alam Cimanggu sebagai tempat untuk mencari mata pencaharian sebagai pedagang. Keberadaan pedagang tersebut tentunya selain membantu wisatawan untuk memenuhi kebutuhannya selama di tempat daya tarik wisata dengan menyediakan makanan dan minuman, tapi dapat berperan dalam mensukseskan suatu tempat daya tarik wisata apabila terkelola dengan baik salah satunya mereka ikut berpartisipasi memberikan pelayanan terhadap wisatawan. Dengan memberikan kualitas pelayanan yang baik terhadap wisatawan baik dari segi perilaku pedagang, penampilan, maupun tata krama akan berpengaruh terhadap citra tempat daya tarik wisata tersebut.


(11)

3

Setiap musim liburan, Taman Wisata Alam Cimanggu selalu dibanjiri wisatawan. Keadaan ini tentu mendatangkan berkah bagi para pedagang yang menjajakan dagangan di sekitar Taman Wisata Alam Cimanggu. Namun keberadaan para pedagang ini menimbulkan masalah tersendiri. Semakin ramainya wisatawan yang datang mengakibatkan pedagang tidak tertib dan sulit diatur keluar - masuk mencari sasaran yang lebih ramai untuk berdagang. Para pedagang ada yang memasuki area kolam renang, area pondokan yang sebenarnya adalah area yang dilarang dimasuki pedagang karena dikhawatirkan dapat mengganggu kenyamanan wisatawan dan merusak keindahan Taman Wisata Alam Cimanggu. Upaya yang dilakukan pengelola Taman Wisata Alam Cimanggu untuk menertibkan pedagang dengan membuat papan larangan dan himbauan agar para pedagang selain mencari keuntungan, dapat berpartisipasi aktif menjaga ketertiban, kebersihan dan memberikan pelayanan yang baik untuk kenyamanan wisatawan di Taman Wisata Alam Cimanggu, namun usaha tersebut tidak berdampak bagi seluruh pedagang, beberapa pedagang masih ada saja yang sulit diatur.

Kemudian upaya selanjutnya yang dilakukan oleh pengelola adalah dengan melakukan relokasi pedagang, di mana pedagang yang semula berjualan sembarangan tempat kemudian direlokasi ke area belakang Taman Wisata Alam Cimanggu. Relokasi ini merupakan upaya pengelola memberikan lokasi untuk pedagang dalam satu lahan sehingga memudahkan pengawasan, pembinaan dan meningkatkan status pedagang yaitu menjadi salah satu bagian dari Taman Wisata


(12)

Alam Cimanggu, sehingga diharapkan antara pengeloa dan pedagang dapat saling memberikan keuntungan satu sama lain.

Berdasarkan hasil pra penelitian awal dan melihat permasalahan yang terjadi di Taman Wisata Alam Cimanggu maka dalam penelitian ini penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul tentang “Keberadaan Pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu Berdasarkan Tanggapan Pengelola dan Wisatawan."

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggapan pengelola terhadap keberadaan pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu?

2. Bagaimana tanggapan wisatawan terhadap keberadaan pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu?

3. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk memberdayakan pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi tanggapan pengelola terhadap keberadaan pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu.


(13)

5

2. Mengidentifikasi tanggapan wisatawan terhadap keberadaan pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu.

3. Menganalisis upaya yang dapat dilakukan untuk memberdayakan pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, menambah wawasan mengenai pelayanan dan pemberdayaan pedagang di suatu kawasan daya tarik wisata dan melihat sejauh mana keberhasilan program yang diterapkan kepada pedagang.

2. Bagi Taman Wisata Alam Cimanggu, dapat membantu pihak pengelola dalam memberdayakan pedagang dan mengembangkan Taman Wisata Alam Cimanggu menjadi daya tarik wisata yang memberikan kenyamanan kepada wisatawan, menciptakan lingkungan yang bersih sehingga dapat menarik perhatian wisatawan lebih banyak di masa yang akan datang dengan bantuan pedagang.

3. Bagi Pembaca, dapat membantu memberikan wawasan mengenai pelayanaan dan pemberdayaan pedagang di suatu kawasan daya tarik wisata.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memudahkan membaca urutan penulisan laporan ini, penulis mencoba menyusunnya secara sistemastis sebagai berikut:


(14)

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Berisikan berbagai teori-teori yang berkaitan dengan topik bahasan penulis yang dikemukakan oleh beberapa ahli dari berbagai referensi yang kemudian menjadi landasan bagi penulis untuk menulis tugas akhir.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisikan lokasi penelitian, metode penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, alat yang digunakan untuk mengambil data, dan teknik analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisikan tentang hasil dari data-data yang telah diperoleh kemudian diolah menjadi suatu pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Cimanggu yang terletak di sebelah selatan Kota Bandung yang berjarak sekitar ± 50 km dari pusat Kota Bandung. Secara administratif Taman Wisata Alam Cimanggu berada di jalan Raya Ciwidey - Rancabali km 13, Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Waktu penelitian kurang lebih sekitar enam bulan, dilaksanakan terhitung April 2012 sampai September 2012.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan membuat deskripsi atas suatu fenomena sosial atau alam secara sistematis, faktual, dan akurat (Wardiyanta, 2006:5). Penelitian deskriptif dapat dimulai mencari permasalahan yang ada di lapangan yang menjadi objek penelitian yang kemudian merumuskan permasalahan tersebut, menentukan maksud dan tujuan dari penelitian, melakukan studi literatur dari beberapa referensi yang menjadi landasan penulisan laporan, menentukan metode penelitian, menganalisis data dan membuat laporan penelitian.

Pendekatan analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012:14) bahwa "analisis kuantitatif adalah suatu penelitian yang

berlandaskan filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan


(16)

data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan". Berdasarkan pengertian tersebut, penelitian kuantitatif adalah

metode penelitian dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner untuk mengumpulkan data yang selanjutnya dianalisis secara kuantitatif atau menggunakan statistik.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional yang dirumuskan untuk setiap variabel harus melahirkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti yang kemudian akan dijabarkan dalam instrumen penelitian. Menurut Sugiyono (2012:60),

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu berupa data baik berasal fisik maupun non fisik yang menjadi bahan penelitian penulis untuk kemudian dipelajari.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan variabel pelayanan prima untuk menganalisis tanggapan pengelola dan wisatawan mengenai keberadaan pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu dilihat dari sisi pelayanan prima. Menurut Barata (2004:27), Pelayanan prima adalah kepedulian kepada konsumen dengan memberikan layanan terbaik untuk memfasilitasi kemudahan pemenuhan kebutuhan dan mewujudkan kepuasannya, agar mereka selalu loyal kepada organisasi atau perusahaan. Beberapa sub variabel dari pelayanan prima adalah kemampuan (ability), sikap (atittude), penampilan (appearance), perhatian


(17)

31

indikator dari variabel pelayanan prima tersebut dapat dilihat pada pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Variabel Pelayanan Prima

Variabel Dimensi Indikator Bentuk Data

Pelayanan prima Atep Daya Barata (2004:31)

1. Kemampuan 1. Pedagang membina hubungan Data Primer (ability) baik dengan wisatawan 2. Pedagang memahami produk yang Data Primer

dijual

2. Sikap 1. Pedagang bersikap ramah Data Primer (atittude) kepada wisatawan 2. Pedagang bersikap sopan Data Primer

kepada wisatawan

3. Penampilan 1. Kerapihan dan kebersihan Data Primer (appearance) pedagang saat melayani 2. Kebersihan produk yang dijual Data Primer dan tempat usaha pedagang 4. Perhatian 1. Pedagang memahami kebutuhan Data Primer (attention) wisatawan 2. Pedagang memberikan rasa Data Primer

aman dan nyaman

3. Pedagang melayani tanpa Data Primer memandang status sosial 5. Tindakan 1. Ketepatan waktu dalam melayani Data Primer (action) 2. Pedagang mengucapkan terima Data Primer Kasih di akhir pelayanan 6. Tanggung jawab 1. Pedagang menerima keluhan Data Primer

(accountability) wisatawan

2. Pedagang membantu memberikan

solusi Data Primer

Sumber: Atep Adya Barata, (2004:31)

D. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2012:117), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari ; objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karateristik


(18)

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, dan kemudian ditarik

suatu kesimpulan”. Pada penelitian ini populasi yang digunakan ada dua yaitu populasi pengelola Taman Wisata Alam Cimanggu dan wisatawan. Untuk membatasi jumlah objek yang akan diteliti maka dari sekian banyaknya populasi maka akan diambil sampel. Menurut Sugiyono (2012:18)," Sampel adalah bagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut". Untuk

pengelola dan wisatawan teknik sampling yang digunakan adalah nonprobability

sampling. Menurut Sugiyono (2012:122), "nonprobability sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap

unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel".

Sampling yang digunakan untuk pengelola dan wisatawan adalah teknik sampling insidental yaitu penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2012:124). Untuk teknik sampling insidental ini, penulis mengambil sebanyak 2 orang pengelola Taman Wisata Alam Cimanggu sebagai sampel yang mana berkaitan langsung dengan pedagang di lapangan. Sementara untuk sampel wisatawan diambil berdasarkan data jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Wisata Alam Cimanggu dari tahun 2009 - 2011. Sementara jumlah kunjungan wisatawan yang dipakai untuk dijadikan sampel diambil dari jumlah wisatawan terbanyak yaitu pada tahun 2009 sebanyak 156.149 seperti pada Tabel 3.2, hal tersebut mengambil sampel lebih banyak agar data yang diperoleh nanti


(19)

33

lebih akurat. Untuk menentukan berapa jumlah sampel wisatawan yang dibutuhkan maka menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

Tabel 3.2

Jumlah Kunjungan Wisatawan Taman Wisata Alam Cimanggu

Tahun Jumlah Wisatawan

2009 156.149

2010 114.014

2011 126.762

Sumber: Dokumen Taman Wisata Alam Cimanggu, (2012)

Keterangan:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

e = Level signifikansi yang diinginkan

Berdasarkan rumus slovin di atas, dengan populasi sebanyak 156.149 orang dengan nilai kritis atau batas ketelitian yang diinginkan 10%, maka jumlah sampel yang diperoleh adalah

N = 156.149 D = 10%

n = 99,9 n = 100


(20)

Dari hasil perhitungan rumus slovin, maka jumlah sampel dari penelitian ini adalah 100 orang wisatawan yang berkunjung ke Taman Wisata Alam Cimanggu.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:203), "Instrumen Penelitian adalah

adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

agar pengerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih

cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah". Titik tolak dari

penyusunan adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator yang akan diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono, 2012:149). Untuk bisa menetapkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti, maka diperlukan wawasan yang luas dan mendalam tentang variabel yang diteliti, dan teori-teori yang mendukungnya. Penggunaaan teori untuk menyusun instrumen harus secermat mungkin agar diperoleh indikator yang valid (Sugiyono, 2012: 149). Dalam penelitian ini digunakan instrumen dengan metode kuesioner, wawancara, observasi, dokumentasi dan studi literatur.

Instrumen yang digunakan untuk mendapat data dari pengelola menggunakan metode wawancara dengan jenis instrumen yaitu pedoman wawancara yaitu dengan langka-langkah menentukan tujuan yang hendak dicapai


(21)

35

dari wawancara, kemudian menentukan aspek-aspek yang akan diungkap ketika wawancara, dan terakhir adalah membentuk pertanyaan apakah pertanyaan berstruktur atau pertanyaan bebas. Selanjutnya untuk mendapatkan data dari wisatawan menggunakan metode kuesioner dengan jenis instrumen menggunakan kuesioner dengan jawaban berbentuk skala yaitu jawaban alternatif yang disediakan merupakan sesuatu yang berjenjang.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen sebagai alat pengumpulan data perlu diuji. Pengujian instrumen ini melalui pengujian validitas dan uji reliabilitas. Menurut Sugiyono (2012: 173) ,"Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen yang reliabel berarti instrumen

yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama". Sebelum melakukan pengujian validitas dan

reliabilitas, penulis melakukan penyebaran kuesioner. Kuesioner yang digunakan untuk pelayanan menggunakan kuesioner tertutup yaitu dengan memilih alternatif jawaban yang disediakan. Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih besar atau sama dengan 0,700 (Kaplan & Saccuzo, 1993:135).

1. Uji Validitas Instrumen Pelayanan Prima

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:211)," validitas adalah suatu ukuran


(22)

Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan pada kuesioner yang harus dibuang atau diganti karena dianggap tidak relevan. Item instrumen dianggap valid bisa membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung > r tabel maka valid. Berdasarkan tabel r product moment (Sugiyono,2009:255), "syarat minimal untuk dianggap dapat memenuhi syarat adalah jika r ≥ 0,30 maka dinyatakan valid". Untuk mengukur tingkat validitas pada variabel pelayanan prima yang menggunakan skala likert, penulis menggunakan rumus korelasi pearson. Semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tersebut akan semakin mengenai sasarannya, atau semakin menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Adapun langkah-langkah untuk melakukan uji validitas kuesioner memberikan skor pada setiap butir pertanyaan kuesioner yang telah dijawab responden lalu menjumlahkan setiap skor tersebut. Setelah itu mencari korelasi skor tiap butir dengan skor total dengan memakai rumus korelasi pearson (Sugiyono:255):

 

 

2 2 2 2

n

XY

X

Y

r

n

X

X

n

Y

Y







  

 

 

Keterangan:

r = Nilai Korelasi

X

 = Jumlah skor keseluruhanuntuk item pernyataan X

Y

 = Jumlah skor keseluruhanuntuk item pernyataanY

XY

 = Jumlah skor hasil kali item pertanyaan X dan item pernyataan n

X

 = Jumlah skor keseluruhan untuk item pernyataan X yang telah dikuadratkan


(23)

37

n

Y

 = Jumlah skor keseluruhan untuk item pernyataan Y yang telah dikuadratkan

2. Uji Reliabilitas Instrumen Pelayanan

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:221), "reliabilitas menunjuk pada satu

pengertian sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai

alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik". Sementara menurut

Sugiyono (2012:183), "reliabilitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan

bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik". Oleh karena itu,

digunakan uji reliabilitas yang gunanya untuk mengetahui ketepatan nilai kuesioner, artinya instrumen penelitian bila diujikan pada kelompok yang sama walaupun pada waktu yang berbeda hasilnya akan sama.

Analisis reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat akurasi dan prosisi dari jawaban yang mungkin dari beberapa pertanyaan. Dengan kata lain reliabilitas, menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena alat intrumen tersebut baik.Untuk pengujian reliabilitas pada variabel pelayanan prima maka digunakan koefisien reliabilitas alpha cronbach. Sekumpulan pernyataan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur variabel-variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih dari sama dengan 0,70. Pengujian reabilitas dilakukan dengan menggunakan Koefisien Reliabilitas Alpha


(24)

Cronbach (Arikunto, 2010:239) yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:





2

2

1

1

x j

S

S

k

k

Dimana : a = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pernyataan ∑Sj² = Jumlah varians butir

Sx² = Varian total

Berikut adalah rekapitulasi hasil uji validitas dan uji reliabilitas pada Tabel 3.3 yang diolah menggunakan program SPSS 20 for windows.

Tabel 3.3

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Responden Item

Validitas Reliabilitas Koefisien

Validitas

Titik

Kritis Kesimpulan

Koefisien Reliabilitas

Titik

Kritis Kesimpulan

Wisatawan

1 0,586 0,300 Valid

0,821 0,700 Reliabel

2 0,403 0,300 Valid

3 0,468 0,300 Valid

4 0,468 0,300 Valid

5 0,701 0,300 Valid

6 0,679 0,300 Valid

7 0,739 0,300 Valid

8 0,789 0,300 Valid

9 0,473 0,300 Valid

10 0,568 0,300 Valid

11 0,473 0,300 Valid

12 0,527 0,300 Valid


(25)

39

G. Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitas data menjadi penentu kualitas penelitian, untuk itulah diperlukan teknik pengumpulan data dengan tujuan memperoleh fakta yang diperlukan guna mencapai tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Data yang digunakan dalam penelitian ada dua yaitu data primer dan data sekunder (Wardiyanta, 2006:27). Data primer adalah informasi yang diperoleh dari sumber primer, yakni yang asli, informasi dari tangan pertama atau responden. Sedangkan data sekunder adalah informasi yang diperoleh tidak secara langsung dari responden, tetapi dari pihak ketiga.

1. Data Primer

Data primer adalah informasi yang diperoleh dari sumber primer, yakni yang asli, informasi dari tangan pertama atau responden. Beberapa cara yang sering digunakan dalam mengumpulkan data primer yaitu dengan metode survei, metode observasi, wawancara dan kuesioner.

a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara tanya jawab dengan responden utama terhadap fakta yang terjadi di lokasi objek penelitian. Untuk penelitian ini dilakukan wawancara kepada pihak Perhutani, Pengelola Taman Wisata Alam Cimanggu, dan pedagang.

b. Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan sejumlah teori masalah yang diteliti. Data-data yang diperoleh berasal dari teori-teori buku, internet yang berhubungan dengan penulisan laporan.


(26)

c. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono 2012:199). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data karakteristik wisatawan dan tanggapan wisatawan terhadap pelayanan pedagang. Kuesioner yang digunakan untuk pemberdayaan adalah kuesioner terbuka dan untuk pelayanan kuesioner tertutup, dimana responden diminta menjawab pertanyaan dan menjawab dengan memilih dari sejumlah alternatif.

d. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan tujuan untuk melengkapi data dengan cara mencari informasi di lokasi objek penelitian. Terkait dengan ini, cara yang dilakukan dengan pengambilan foto dan di Taman Wisata Alam Cimanggu.

e. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengunjungi langsung dan melakukan pengamatan di Taman Wisata Alam Cimanggu sebagai objek penelitian tidak terbatas kepada orang saja, tapi juga obyek-obyek alam.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah informasi yang diperoleh tidak secara langsung dari responden tetapi pada bukti-bukti penelitian baik yang sudah dipublikasikan maupun yang belum dipublikasikan. Beberapa data sekunder yang didapat seperti brosur, data kunjungan wisatawam, dan profil perusahaan.


(27)

41

Sesuai dengan namanya, deskriptif hanya akan mendeskripsikan keadaan suatu gejala yang telah direkam melalui alat ukur kemudian diolah sesuai dengan fungsinya. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-angka sehingga memberikan suatu kesan lebih mudah ditangka-angkap maknanya. Dengan demikian hasil olahan data dengan statistik ini hanya sampai pada tahap deskripsi. Dengan kata lain, statistik deskriptif adalah statistik yang mempunyai tugas mengorganisasi dan menganalisa data angka, agar dapat memberikan gambaran secara teratur, ringkas dan jelas, mengenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan, sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu yang dalam dibantu dengan program microsoft excel for windows 2010 dan SPSS 20 for

windows.

Menurut Wardiyanta (2006:37), "analisis data pada dasarnya merupakan

proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi-kan, biasanya menggunakan statistik". Untuk mengidentifikasi

pelayanan prima maka kuesioner yang dibagikan kepada wisatawan menggunakan Skala Sikap yaitu Likert dengan skala pengukuran berbentuk ordinal, dimana wisatawan diminta memberikan tanda silang (x) pada salah satu item baik positif (+) atau negatif (-) menurut pendapat mereka masing-masing. Untuk yang memberikan respon jawaban positif akan diberikan skor tertinggi dan kebalikannya jika respon jawaban negatif (-) diberikan skor kecil. Adapun penilaian dan skor setiap butir yang dipakai untuk kuesioner seperti pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4


(28)

Alternatif Jawaban Skor Sangat setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak setuju 2 Sangat tidak setuju 1 Sumber: Sugiyono (2012:135)

Tahap selanjutnya menghitung masing-masing jawaban kuesioner yang telah dikelompokkan dengan menggunakan Analisis Deskriptif Persentase. Metode Analisis Deskriptif Pesentase digunakan menganalisis variabel yang ada pada penelitian. Perhitungan Analisis Deskriptif Persentase ini dilakukan dengan cara beberapa tahap yaitu mengkoreksi jawaban kuesioner dari setiap responden kemudian menghitung frekuensi jawaban responden dan terakhir setelah data didapat dimasukkan ke dalam rumus, maka akan diperoleh skor persentase. Dalam rentang sekian persen, jawaban yang kita peroleh tersebut memberikan keterangan apa sehingga dapat disimpulkan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan: P = Persentase f = Frekuensi

N = Jumlah responden 100% = Bilangan tetap

Selanjutnya dicari rata-rata dari setiap jawaban wisatawan dan menyajikan hasil analisis secara keseluruhan. Untuk memudahkan penilaian dari rata-rata


(29)

43

tersebut maka dibuat interval sebesar lima dengan gradasi jawaban sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik seperti pada Tabel 3.5. Rumus yang digunakan menurut Sudjana (2004:79) adalah sebagai berikut:

Ci =

Keterangan: Ci = Rentang nilai

R = Rentang (nilai tertinggi - nilai terendah) K = Kelas interval

Jadi rentang nilai adalah:

Nilai Indeks Minimum = Skor Minimum = 1

Nilai Indeks Maksimum = Skor Maksimum = 5

Interval = Nilai Indeks Maksimum – Nilai Indeks Minimum = 5 – 1

= 4

Jarak Interval = Interval : Jenjang ( 5 ) = 4 : 5

= 0,8

Setelah interval diketahui maka selanjutnya menghitung rata-rata jawaban berdasarkan skoring setiap jawaban dari responden. Berdasarkan skor yang telah ditetapkan maka untuk contoh perhitungan digunakan indikator pertama dari variabel pelayanan prima yaitu kemampuan (ability) mengenai kemampuan pedagang dalam menjaga hubungan baik dengan wisatawan sebagai berikut: Jumlah skor untuk menjawab SS = 26 x 5 = 130


(30)

Jumlah skor untuk menjawab RG = 0 x 3 = 0 Jumlah skor untuk menjawab TS = 0 x 2 = 0 Jumlah skor untuk menjawab STS = 0 x 1 = 0

Jumlah Total = 426

Jumlah skor ideal (kriterium) untuk seluruh item 426:100= 4,26. Maka dari indikator pertama diperoleh skor ideal sebesar 4,26. Selanjutnya untuk indikator kedua dari variabel pelayanan prima yaitu kemampuan (ability) mengenai kemampuan pedagang dalam memahami produk diperoleh skor ideal dari hasil perhitungan serupa sebesar 4,14. Kemudian untuk mengkategorikan kriteria dalam garis kontinum: 4,26 + 4,14 = 8,4 , setelah itu hasil jawaban dari tiap-tiap indikator dibagi jumlah item: 4,2 : 2 = 4,2, maka dalam garis kontinum, jawaban tersebut dikategorikan sangat baik seperti pada Tabel 3.5 mengenai kemampuan pedagang dalam pelayanan di antaranya menjaga hubungan baik dengan wisatawan dan memahami produk yang dijualnya.

Tabel 3.5

Alternatif Jawaban dan Skor

Interval Alternatif Jawaban 1,00 – 1,79 Tidak Baik 1,80 – 2,59 Kurang Baik 2,60 – 3,39 Cukup Baik

3,40 – 4,19 Baik

4,20 – 5,00 Sangat Baik Sumber : Pengolahan Rumus Interval (Sudjana, 2004:79)


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul, "

Keberadaan Pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu Berdasarkan Tanggapan Pengelola dan Wisatawan", maka penulis mencoba menarik

kesimpulan dari hasil analisis tanggapan pengelola mengenai keberadaan pedagang dilihat dari sisi pelayanan prima menunjukkan hal positif terhadap keberadaan pedagang setelah adanya relokasi. Hal tersebut dapat dilihat dari masing-masing indikator pelayanan prima yaitu kemampuan (ability), sikap (attitude), penampilan (appearance), perhatian (attention), tindakan (action), dan tanggung jawab (accountability), dari masing-masing indikator pengelola memberikan tanggapan cukup baik. Pengelola berharap pedagang tetap menjaga citra baiknya di mata wisatawan agar antara pedagang, pengelola, dan wisatawan merasa sama-sama nyaman dan saling menguntungkan satu sama lainnya.

Selanjutnya tanggapan wisatawan mengenai pelayanan pedagang berdasarkan teori pelayanan prima adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari tanggapan wisatawan yang menyatakan tanggapan yang positif. Dapat disimpulkan bahwa pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu selain mencari mata pencaharian mampu memberikan pelayanan terbaik terhadap wisatawan. Seperti pada prinsip pelayanan prima yang pertama yaitu kemampuan (ability), tanggapan wisatawan memberikan penilaian sangat baik menyatakan pedagang sudah memiliki kemampuan menjaga hubungan baik dengan wisatawan dan


(32)

mampu memahami produk yang dijualnya. Selanjutnya yang kedua adalah sikap (attitude), wisatawan memberikan penilaian baik menyatakan pedagang selalu bersikap ramah dan sopan kepada wisatawan. Kemudian yang ketiga penampilan (appearance), wisatawan memberikan penilaian baik yang menyatakan penampilan pedagang sudah bersih dan rapi, begitu juga dengan barang dagangan yang mereka jual.

Penilaian selanjutnya yang keempat adalah perhatian (attention), wisatawan memberikan penilaian baik yang menyatakan bahwa pedagang sudah berusaha memenuhi kebutuhan wisatawan, memberikan rasa nyaman dan aman, serta dapat melayani dengan baik tanpa memandang status sosial. Kemudian yang kelima penilaian terhadap tindakan (action), wisatawan memberikan penilaian baik yang menyatakan pedagang dapat melayani dengan tepat waktu dan selalu mengucapkan terimam kasih di akhir pelayanan. Terakhir kelima, penilaian terhadap tanggung jawab (accountability), wisatawan memberikan penilaian baik yang menyatakan pedagang dapat membantu menampung keluhan wisatawan dan membantu memberikan solusi.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Taman Wisata Alam Cimanggu, penulis mengemukakan rekomendasi dalam mewujudkan upaya pemberdayaan pedagang sebagai berikut:

1. Melakukan pendataan kepada para pedagang dengan diberikan tanda pengenal agar jumlah pedagang tidak bertambah dan diharapkan eksistensi


(33)

104

mendapat izin usaha menjadi legal dan bisa menjadi bagian dari anggota pedagang Taman Wisata Alam Cimanggu. Upaya lain yang dapat dilakukan agar penampilan pedagang lebih menarik dapat mengenakan pakaian seragam khusus bagi para pedagang seperti t-shirt, rompi, atau topi yang berbeda warnanya sesuai dengan jenis usahanya.

2. Untuk memberikan kesan kawasan yang tertata rapi dan bersih, pengelola dapat menyediakan alat peraga untuk berjualan yang dapat disewakan kepada pedagang. Alat peraga dapat berupa bangunan semi permanen atau gerobak yang dibuat dari bambu atau kayu dengan bentuk bangunan yang menarik.

3. Membentuk suatu forum untuk menjembatani kebutuhan semua pihak atau golongan khususnya antara pedagang dengan pengelola sehingga forum ini dapat menjadi penengah apabila terjadi konflik.

4. Pemerintah Kabupaten Bandung, Disbudparpora, dan Pengelola Taman Wisata Alam Cimanggu diharapkan dapat bekerja sama membantu mengelola keberadaan pedagang. Tidak membuat kebijakan yang tidak memberatkan satu sama lain selama kebijakan itu mampu dilaksanakan oleh semua pihak termasuk pedagang tapi harus berupaya menciptakan suasana tempat daya tarik wisata menjadi nyaman, tertib, indah dan aman. Jika diperlukan untuk mengembangkan sumber daya manusia para pedagang di kemudian hari dapat melakukan sosialisasi melalui pelatihan terhadap pedagang dengan mengirimkan ahli-ahli sehingga pedagang lebih aktif, kreatif dan memiliki pengetahuan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupannya sendiri, daya tarik wisata, dan daerahnya.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Daftar Harga Pondok Wisata Taman Wisata Alam Cimanggu. Dokumen Taman Wisata Alam Cimanggu.

Anonim. (2011). Data Pengunjung Taman Wisata Alam Cimanggu. Dokumen Taman Wisata Alam Cimanggu.

Anonim. (2011). Rencana Karya tahunan (RKT) Pengusahaan pariwisata Alam

di Taman Wisata Alam Cimanggu. Dokumen Perum Perhutani III Jawa

Barat & Banten.

Anonim. (2009). Rencana Pengembangan Taman Wisata Alam Cimanggu. KBM Agroforestry, Ekowisata dan Jasa Lingkungan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat & Banten.

Anonim. (2012). Sejarah Taman Wisata Alam Cimanggu. Dokumen Taman Wisata Alam Cimanggu.

Anonim. (2011). Struktur Organisasi Taman Wisata Alam Cimanggu. Dokumen Taman Wisata Alam Cimanggu.

Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Barata, Atep Adya. (2004). Dasar-dasar Pelayanan Prima. Jakarta: Gramedia. BPKH Wilayah VIII Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Kementrian

Kehutanan. [Online] Tersedia: http://bpkh8.net/pemolaan-kawasan-hutan/kawasan-konservasi/ [20 Juni 2012].

Hermantoro, Hengky. (2011). "Creative Based Tourism: Dari Wisata Rekreatif

Menuju Wisata Kreatif". Depok: Aditri.

Kaplan, R.M & Saccuzo, D.P. (1993).Psychological testing principles,

applications and Lissues, California Brooks / Cole Publishing Company,

Pacific Group.

Kartasasmita, Ginandjar. (1997). Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES Kusumaputra, Adhi R, (2011, 31 Desember). Pariwisata Kreatifitas Harus


(35)

106

Moenir. (2006). Manajemen Pelayanan Publik. Jakarta: Bina Aksara

Mulyana, Trisna. Duty Manager Taman Wisata Alam Cimanggu. Diwawancara oleh Rina Setiawati pada tanggal 19 Agustus 2012 pukul 10.54 WIB. Napitu, J.P. (2007). Pengelolaan Kawasan Konservasi. [Online]. Tersedia:

http://pt.scribd.com/doc/50598000/pengelolaan-kawasan-konservasi [5 Juli 2012].

Pendit, Nyoman. (1986). Ilmu Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No.28 (2011) Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

Perum Perhutani. (2010). Taman Wisata Alam Cimanggu. [Online] Tersedia: http://www.unit3.perumperhutani.com/old/index.php?option=com_content &view=article&id=133:taman-wisata-alam-cimanggu&catid=53:wisata-unit-iii-jawa-barat-dan-banten&Itemid=127 [30 Juni 2012].

Philip, Kotler. (2002). Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis,

Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.

Roesmidi dan Riza. (2008). Pemberdayaan Masyarakat. Jatinangor: Alqaprint. Suansri, P. (1998). "Public Participation Tourism Management". TAT Tourism

Journal, Vol 17, No 2. April-June: pp. 12-24. Bangkok: Tourism Authority

of Thailand. [Online] Tersedia:

http://naturevoices.blogspot.com/2009/07/wisata-berbasis-masyarakat.html [1 Juli 2009].

Subejo dan Supriyanto. (2004). Metodologi Pendekatan Pemberdayaan

Masyarakat, Short Paper Mata Kuliah Intensif Pemberdayaan Masyarakat

Pedesaan, Study On Rural Empowerment (SORem)-Dewan Mahasiswa Fakultas Pertanian UGM tanggal 16 Mei 2004. [Online] Tersedia: http://subejo.staff.ugm.ac.id/wpcontent/paper-bem-2004.pdf [5 Agustus 2012].

Sudjana. (2004). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhaeri, Dudung. Supervisor Pondokan Taman Wisata Alam Cimanggu. Diwawancara oleh Rina Setiawati pada tanggal 19 Agustus 2012 pukul 13.05 WIB.


(36)

Sukmaniar. (2007). Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat dalam

Pengelolaan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Pasca Tsunami di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Tesis pada Teknik

Pembangunan Wilayah dan Kota. [Online] Tersedia: http://eprints.undip.ac.id/18476/1/S_U_K_M_A_N_I_A_R.pdf.[8 Agustus 2012]

Sulistiyani, Ambar Teguh. (2004). Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gaya Media.

Sumodiningrat, Gunawan. (1999). Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring

Pengaman Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Surwantoro, Gamal. (2004). Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Tampubolon, Mangatas. (2006). Pendidikan Pola Pemberdayaan Masyarakat

Dan Pemberdayaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Sesuai Tuntutan Otonomi Daerah.[Online] http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/32/

pendidikan_pola_pemberdayaan_mas.htm. [13 Agustus 2012]. Tjiptono, Fandy. (1996). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.

Undang-Undang Republik Indonesia No.10. (2009) Tentang Kepariwisataan. Undang-Undang Republik indonesia No.20. (2008) Tentang Usaha Mikro Kecil

dan Menengah

UNESCO. (2006, 25-27 Oktober). Towards Sustainable Strategies for Creative

Tourism, Discussion Report of the Planning Meeting for 2008 International Conference on Creative Tourism. [Online] Tersedia: http://

http://unesdoc.unesco.org/images/0015/001598/159811e.pdf. (17 Januari 2013).

Wardiyanta. (2006). Metedologi Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Yoeti, A. Oka. (1983). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul, "

Keberadaan Pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu Berdasarkan Tanggapan Pengelola dan Wisatawan", maka penulis mencoba menarik

kesimpulan dari hasil analisis tanggapan pengelola mengenai keberadaan pedagang dilihat dari sisi pelayanan prima menunjukkan hal positif terhadap keberadaan pedagang setelah adanya relokasi. Hal tersebut dapat dilihat dari masing-masing indikator pelayanan prima yaitu kemampuan (ability), sikap (attitude), penampilan (appearance), perhatian (attention), tindakan (action), dan tanggung jawab (accountability), dari masing-masing indikator pengelola memberikan tanggapan cukup baik. Pengelola berharap pedagang tetap menjaga citra baiknya di mata wisatawan agar antara pedagang, pengelola, dan wisatawan merasa sama-sama nyaman dan saling menguntungkan satu sama lainnya.

Selanjutnya tanggapan wisatawan mengenai pelayanan pedagang berdasarkan teori pelayanan prima adalah baik. Hal ini dapat dilihat dari tanggapan wisatawan yang menyatakan tanggapan yang positif. Dapat disimpulkan bahwa pedagang di Taman Wisata Alam Cimanggu selain mencari mata pencaharian mampu memberikan pelayanan terbaik terhadap wisatawan. Seperti pada prinsip pelayanan prima yang pertama yaitu kemampuan (ability), tanggapan wisatawan memberikan penilaian sangat baik menyatakan pedagang sudah memiliki kemampuan menjaga hubungan baik dengan wisatawan dan


(2)

mampu memahami produk yang dijualnya. Selanjutnya yang kedua adalah sikap (attitude), wisatawan memberikan penilaian baik menyatakan pedagang selalu bersikap ramah dan sopan kepada wisatawan. Kemudian yang ketiga penampilan (appearance), wisatawan memberikan penilaian baik yang menyatakan penampilan pedagang sudah bersih dan rapi, begitu juga dengan barang dagangan yang mereka jual.

Penilaian selanjutnya yang keempat adalah perhatian (attention), wisatawan memberikan penilaian baik yang menyatakan bahwa pedagang sudah berusaha memenuhi kebutuhan wisatawan, memberikan rasa nyaman dan aman, serta dapat melayani dengan baik tanpa memandang status sosial. Kemudian yang kelima penilaian terhadap tindakan (action), wisatawan memberikan penilaian baik yang menyatakan pedagang dapat melayani dengan tepat waktu dan selalu mengucapkan terimam kasih di akhir pelayanan. Terakhir kelima, penilaian terhadap tanggung jawab (accountability), wisatawan memberikan penilaian baik yang menyatakan pedagang dapat membantu menampung keluhan wisatawan dan membantu memberikan solusi.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan di Taman Wisata Alam Cimanggu, penulis mengemukakan rekomendasi dalam mewujudkan upaya pemberdayaan pedagang sebagai berikut:

1. Melakukan pendataan kepada para pedagang dengan diberikan tanda pengenal agar jumlah pedagang tidak bertambah dan diharapkan eksistensi pedagang yang asal mulanya berdagang secara illegal karena tidak


(3)

104

mendapat izin usaha menjadi legal dan bisa menjadi bagian dari anggota pedagang Taman Wisata Alam Cimanggu. Upaya lain yang dapat dilakukan agar penampilan pedagang lebih menarik dapat mengenakan pakaian seragam khusus bagi para pedagang seperti t-shirt, rompi, atau topi yang berbeda warnanya sesuai dengan jenis usahanya.

2. Untuk memberikan kesan kawasan yang tertata rapi dan bersih, pengelola dapat menyediakan alat peraga untuk berjualan yang dapat disewakan kepada pedagang. Alat peraga dapat berupa bangunan semi permanen atau gerobak yang dibuat dari bambu atau kayu dengan bentuk bangunan yang menarik.

3. Membentuk suatu forum untuk menjembatani kebutuhan semua pihak atau golongan khususnya antara pedagang dengan pengelola sehingga forum ini dapat menjadi penengah apabila terjadi konflik.

4. Pemerintah Kabupaten Bandung, Disbudparpora, dan Pengelola Taman Wisata Alam Cimanggu diharapkan dapat bekerja sama membantu mengelola keberadaan pedagang. Tidak membuat kebijakan yang tidak memberatkan satu sama lain selama kebijakan itu mampu dilaksanakan oleh semua pihak termasuk pedagang tapi harus berupaya menciptakan suasana tempat daya tarik wisata menjadi nyaman, tertib, indah dan aman. Jika diperlukan untuk mengembangkan sumber daya manusia para pedagang di kemudian hari dapat melakukan sosialisasi melalui pelatihan terhadap pedagang dengan mengirimkan ahli-ahli sehingga pedagang lebih aktif, kreatif dan memiliki pengetahuan untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupannya sendiri, daya tarik wisata, dan daerahnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Daftar Harga Pondok Wisata Taman Wisata Alam Cimanggu. Dokumen Taman Wisata Alam Cimanggu.

Anonim. (2011). Data Pengunjung Taman Wisata Alam Cimanggu. Dokumen Taman Wisata Alam Cimanggu.

Anonim. (2011). Rencana Karya tahunan (RKT) Pengusahaan pariwisata Alam

di Taman Wisata Alam Cimanggu. Dokumen Perum Perhutani III Jawa

Barat & Banten.

Anonim. (2009). Rencana Pengembangan Taman Wisata Alam Cimanggu. KBM Agroforestry, Ekowisata dan Jasa Lingkungan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat & Banten.

Anonim. (2012). Sejarah Taman Wisata Alam Cimanggu. Dokumen Taman Wisata Alam Cimanggu.

Anonim. (2011). Struktur Organisasi Taman Wisata Alam Cimanggu. Dokumen Taman Wisata Alam Cimanggu.

Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Barata, Atep Adya. (2004). Dasar-dasar Pelayanan Prima. Jakarta: Gramedia. BPKH Wilayah VIII Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Kementrian

Kehutanan. [Online] Tersedia: http://bpkh8.net/pemolaan-kawasan-hutan/kawasan-konservasi/ [20 Juni 2012].

Hermantoro, Hengky. (2011). "Creative Based Tourism: Dari Wisata Rekreatif

Menuju Wisata Kreatif". Depok: Aditri.

Kaplan, R.M & Saccuzo, D.P. (1993).Psychological testing principles,

applications and Lissues, California Brooks / Cole Publishing Company,

Pacific Group.

Kartasasmita, Ginandjar. (1997). Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES Kusumaputra, Adhi R, (2011, 31 Desember). Pariwisata Kreatifitas Harus

Berbasis Budaya Lokal. Kompas [Online], Tersedia:


(5)

106

Moenir. (2006). Manajemen Pelayanan Publik. Jakarta: Bina Aksara

Mulyana, Trisna. Duty Manager Taman Wisata Alam Cimanggu. Diwawancara oleh Rina Setiawati pada tanggal 19 Agustus 2012 pukul 10.54 WIB. Napitu, J.P. (2007). Pengelolaan Kawasan Konservasi. [Online]. Tersedia:

http://pt.scribd.com/doc/50598000/pengelolaan-kawasan-konservasi [5 Juli 2012].

Pendit, Nyoman. (1986). Ilmu Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PP) No.28 (2011) Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

Perum Perhutani. (2010). Taman Wisata Alam Cimanggu. [Online] Tersedia: http://www.unit3.perumperhutani.com/old/index.php?option=com_content &view=article&id=133:taman-wisata-alam-cimanggu&catid=53:wisata-unit-iii-jawa-barat-dan-banten&Itemid=127 [30 Juni 2012].

Philip, Kotler. (2002). Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis,

Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.

Roesmidi dan Riza. (2008). Pemberdayaan Masyarakat. Jatinangor: Alqaprint. Suansri, P. (1998). "Public Participation Tourism Management". TAT Tourism

Journal, Vol 17, No 2. April-June: pp. 12-24. Bangkok: Tourism Authority

of Thailand. [Online] Tersedia:

http://naturevoices.blogspot.com/2009/07/wisata-berbasis-masyarakat.html [1 Juli 2009].

Subejo dan Supriyanto. (2004). Metodologi Pendekatan Pemberdayaan

Masyarakat, Short Paper Mata Kuliah Intensif Pemberdayaan Masyarakat

Pedesaan, Study On Rural Empowerment (SORem)-Dewan Mahasiswa Fakultas Pertanian UGM tanggal 16 Mei 2004. [Online] Tersedia: http://subejo.staff.ugm.ac.id/wpcontent/paper-bem-2004.pdf [5 Agustus 2012].

Sudjana. (2004). Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhaeri, Dudung. Supervisor Pondokan Taman Wisata Alam Cimanggu. Diwawancara oleh Rina Setiawati pada tanggal 19 Agustus 2012 pukul 13.05 WIB.


(6)

Sukmaniar. (2007). Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat dalam

Pengelolaan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Pasca Tsunami di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Tesis pada Teknik

Pembangunan Wilayah dan Kota. [Online] Tersedia: http://eprints.undip.ac.id/18476/1/S_U_K_M_A_N_I_A_R.pdf.[8 Agustus 2012]

Sulistiyani, Ambar Teguh. (2004). Kemitraan dan Model-model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gaya Media.

Sumodiningrat, Gunawan. (1999). Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring

Pengaman Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Surwantoro, Gamal. (2004). Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

Tampubolon, Mangatas. (2006). Pendidikan Pola Pemberdayaan Masyarakat

Dan Pemberdayaan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Sesuai Tuntutan Otonomi Daerah.[Online] http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/32/

pendidikan_pola_pemberdayaan_mas.htm. [13 Agustus 2012]. Tjiptono, Fandy. (1996). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.

Undang-Undang Republik Indonesia No.10. (2009) Tentang Kepariwisataan. Undang-Undang Republik indonesia No.20. (2008) Tentang Usaha Mikro Kecil

dan Menengah

UNESCO. (2006, 25-27 Oktober). Towards Sustainable Strategies for Creative

Tourism, Discussion Report of the Planning Meeting for 2008 International Conference on Creative Tourism. [Online] Tersedia: http://

http://unesdoc.unesco.org/images/0015/001598/159811e.pdf. (17 Januari 2013).

Wardiyanta. (2006). Metedologi Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: Andi. Yoeti, A. Oka. (1983). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.