PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT PARTISIPATIF - KOLABORATIF (PARKOL) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU BIOLOGI SMA.

(1)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

PERNYATAAN iii

KATA PENGANTAR iv

UCAPAN TERIMA KASIH vi

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah Penelitian 8

C. Definisi Operasional 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) 11

B. Pendekatan Pelatihan 13

C. Asas-Asas Umum Pelatihan 17

D. Model-Model Pelatihan 20

E. Pembelajaran Partisipatif 26

F. Pengembangan Kurikulum Diklat Partisipatif 32


(2)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian 40

B Desain Penelitian 41

C Prosedur Penelitian 43 D. Lokasi dan Subyek Penelitian 63 E. Teknik Pengumpulan Data 63 F. Pengembangan Instrumen Penelitian 64 G. Analisis Data 65 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil kebutuhan Diklat Guru Biologi SMA 66 B Pengembangan Model Diklat Partisispatif-Kolaboratif 68

C Implementasi Model Diklat 77 D. Hasil Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Model Diklat 99

E. Tanggapan Peserta terhadap Pelaksanaan Model Diklat 111

F. Karakteristik Model Diklat 117

G. Keterbatasan dan Hambatan Penelitian 126

BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 128

B. Saran 131

C. Rekomendasi 132

DAFTAR PUSTAKA 134


(3)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Jenis-Jenis Program diklat yang Dilaksanakan oleh LPMP

Kalimantan Timur(Kaltim)

46

Tabel 3.2 Kondisi Tenaga Fungsional/Widyaiswara LPMP Kaltim 47 Tabel 3.3 Struktur Program Diklat Guru Biologi SMA Pola 20 Jam 52 Tabel 3.4 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Metabolisme 54 Tabel 3.5 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Genetika 55 Tabel 3.6 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Bioteknologi 59 Tabel 3.7 Jenis Jenis Instrumen Penelitian yang Dikembangkan 64 Tabel 4.1 Hasil Studi Pendahuluan tentang Kebutuhan Diklat Berdasarkan

Kompetensi Profesional Guru Biologi SMA

67

Tabel 4.2 Hasil Studi Pendahuluan tentang Kebutuhan Diklat Berdasarkan Kompetensi Pedagoi Guru Biologi SMA

68

Tabel 4.3 Hasil Survey Pendapat Guru tentang Pelaksanaan Diklat yang Pernah diikuti

70

Tabel 4.4 Urutan Kebutuhan Diklat Berdasarkan Kompetensi Profesional Guru Biologi SMA

79

Tabel 4.5 Urutan Kebutuhan Diklat Berdasarkan Kompetensi Pedagoi Guru Biologi SMA

82

Tabel 4.6 Struktur Program Diklat Guru Biologi SMA Pola 30 Jam 86 Tabel 4.7 Hasil Observasi Pelaksanaan Model Diklat Partisipatif 88 Tabel 4.8 Uraian Peran Fasilitator dan Peserta pada setiap Tahapan

Implementasi Model Diklat

97


(4)

Diklat Berdasarkan Materi Metabolisme

Tabel 4.10 Nilai Pre dan Post Test Peserta pada Implementasi Model Diklat Berdasarkan Materi Genetika

101

Tabel 4.11 Nilai Pre dan Post Test Peserta pada Implementasi Model Diklat Berdasarkan Materi Bioteknologi

104

Tabel 4.12 Nilai Pre dan Post Test Peserta pada Implementasi Model Diklat Berdasarkan Materi Model-Model Pembelajaran

105

Tabel 4.13 Nilai Pre dan Post Test Peserta pada Implementasi Model Diklat Berdasarkan Materi Pendekatan Pembelajaran

107

Tabel 4.14 Nilai Pre dan Post Test Peserta pada Implementasi Model Diklat Berdasarkan Materi Media Pembelajaran

108


(5)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Model Critical Event (Nadler, 1982) 21

Gambar 2.2 Siklus Pelatihan Lima Tahap (Goad, 1982) 22

Gambar 2.3 Model Siklus Pelatihan Lima Tahap (Mayo & Du Bois, 1987) 23 Gambar 2.4 Tahapan Model Pelatihan Partisipatif (Sudjana, 2000) 24

Gambar 3.1 Skema Paradigma Penelitian 42

Gambar 3.2 Skema Tahapan Penelitian 45

Gambar 4.1 Tahapan Pelaksanaan Model Diklat 72

Gambar 4.2 Identifikasi Partisipasi Peserta pada Tahap Implementasi Model Diklat


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.1 Lampiran 1.2

Instrumen Analisis Kebutuhan Diklat Guru Biologi SMA Tahap I

Instrumen Analisis Kebutuhan Diklat Guru Biologi SMA Tahap II

139 142 Lampiran 1.3 Lembar Observasi Tahap Perencanaan Program Diklat Guru

Biologi SMA

147 Lampiran 1.4 Lembar Observasi Aktivitas Dalam Kegiatan Diklat 148 Lampiran 1.5 Angket Peserta Diklat Terhadap Pelaksanaan Model Diklat 149 Lampiran 1.6 Kisi-Kisi dan Soal Metabolisme Untuk Diklat Guru Biologi

SMA

152 Lampiran 1.7 Kisi-Kisi dan Soal Genetika Untuk Diklat Guru Biologi SMA 163 Lampiran 1.8 Kisi-Kisi dan Soal Bioteknologi Untuk Diklat Guru Biologi

SMA

172 Lampiran 1.9 Soal Pre & Post-Test Diklat Guru Biologi SMA 184 Lampiran 2.1 Hasil Instrumen Analisis Kebutuhan Diklat Guru Biologi

SMA Tahap I

196 Lampiran 2.2 Hasil Studi Pendahuluan Instrumen Analisis Kebutuhan

Diklat Guru Biologi SMA Tahap II

199 Lampiran 2.3 Hasil Instrumen Analisis Kebutuhan Diklat Guru Biologi

SMA Tahap II

201 Lampiran 2.4 Hasil Analisis Tanggapan Peserta Diklat Terhadap

Pelaksanaan Model Diklat Partisipatif

205

Lampiran 3 Panduan Diklat Guru Biologi SMA 206

Lampiran 4 Silabus Diklat Peningkatan Profesionalitas Guru Biologi SMA

216

Lampiran 5 Bahan Ajar Diklat Guru Biologi SMA 222

Lampiran 6 Modul Diklat 272


(7)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir ini berbagai perubahan, pengembangan dan transformasi telah berlangsung dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk sektor pendidikan. Perubahan mendasar dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah upaya peningkatan kesejahteraan bagi guru yang diimbangi dengan peningkatan profesionalisme guru. Berdasarkan fakta ini, keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dengan adanya sejumlah pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki dan dibutuhkannya. Dalam era kompetitif ini guru harus dapat mengembangkan dirinya baik secara profesi maupun secara individu, dalam rangka melaksanakan tanggung-jawabnya. Hal ini untuk memenuhi perannya, tuntutan profesi, dan kebutuhan dinamis yang berbeda dari siswanya serta lingkungan masyarakat. Guru harus menjadi pemrakarsa agen perubahan, pengembang, dan transformasi nilai-nilai keilmuan dalam masyarakat. Dalam kaitan dengan peran tersebut, sebagai agen perubahan dalam sistem manajemen mutu pendidikan, guru membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mendidik siswa dalam usaha meningkatkan ekspektasi dan standar kinerja (Ozen, 2008).

Sejalan dengan tuntutan tersebut, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mensyaratkan adanya empat standar kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang meliputi: (1) kompetensi


(8)

pedagogi, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional.

Guru adalah agen sentral pendidikan dalam keikutsertaan mencerdaskan bangsa dituntut memiliki kemampuan profesional yang memadai dan komitmen yang tinggi dalam menjalankan profesi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya kenyataan di lapangan bahwa siswa memperoleh pembelajaran sangat dipengaruhi oleh cara guru dalam membelajarkan siswanya (NRC,1996). Lebih lanjut dinyatakan bahwa guru sains yang efektif akan selalu menciptakan kondisi lingkungan yang memberikan guru dan para siswa kesempatan berintraksi sebagai pebelajar yang aktif. Siswa akan belajar berinteraksi langsung dengan berbagai sumber belajar, sementara guru sains akan belajar memahami berbagai perbedaan karakteristik siswa dalam minat, kemampuan, dan pengalaman belajar dalam sains serta belajar memberikan dukungan dan bimbingan kepada siswanya secara efektif. Dalam upaya peningkatan kompetensi guru sains, pengembangan profesional guru harus berlangsung secara berkelanjutan dan sepanjang hidup, paling tidak sejak menjadi seorang mahasiswa sampai akhir profesinya sebagai guru (NRC, 1996). Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa standar penyiapan guru sains meliputi tiga level yaitu preservice, guru pemula, dan guru profesional. Dengan demikian, guru harus selalu berusaha meningkatkan kemampuan dirinya untuk menjadi guru yang profesional (NSTA & AETS, 1998).


(9)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam tuntutan seperti tersebut di atas sangat esensial adanya suatu program pengembangan profesional guru yang berkelanjutan, efektif, dan efisien. Salah satu upaya pengembangan adalah melalui program In-service Education and Training (INSET) sebagai suatu pertimbangan yang menjadi peluang bagi guru untuk mengembangkan diri baik secara profesi maupun secara individu (Ozen, 2008). Hal tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa Pendidikan dan Pelatihan (diklat) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan profesionalisme guru (Noor, 2001).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap Guru Biologi SMA di tiga wilayah yaitu: Kota Samarinda, Kab Kuningan, dan Kab Subang dengan jumlah responden guru sebanyak 30 orang menunjukkan bahwa, sekitar 70% guru tidak dilibatkan dalam perencanaan program diklat, 20% dilibatkan dalam bentuk mengisi angket/kuesioner, sekitar 10% guru kadang terlibat kadang tidak. Lebih lanjut hasil studi tersebut menunjukkan sekitar 75 % menyatakan setuju kalau para peserta diklat terlibat/dikutsertakan sejak perencanaan program diklat, sekitar 20 % menyatakan sangat setuju dan 5% menyatakan tidak setuju. Hasil survei tersebut juga menunjukkan sekitar 95% adanya kesediaan guru untuk terlibat dalam penyusunan perencanaan program diklat (Darwangsa, 2011a). Hal ini semakin menguatkan dugaan bahwa diklat guru yang selama ini dilaksanakan masih lebih dominan bersifat

top down dan masih berorientasi proyek. Seperti yang diungkapkan bahwa program


(10)

massal dan top-down sehingga kurang memperhatikan sisi aspek motivasi dan kebutuhan individu guru (Widodo , Riandi, & Suprianto, 2011).

Perubahan paradigma pembinaan guru berimplikasi pada perubahan pendekatan pengembangan dan pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) yang partisipatif, proaktif, membangun willingness to change, dan membangun integritas pribadi yang tinggi dalam melaksanakan tugas profesi (Mariana, 2012). Oleh karena itu perlu adanya sistem diklat guru yang secara khusus melibatkan calon-calon peserta diklat untuk berpartisipasi secara aktif sejak tahap perencanaan diklat. Dengan adanya partisipasi dari calon-calon peserta diklat sejak tahap perencanaan diharapkan guru akan mampu merefleksikan apa yang telah mereka lakukan dalam menjalankan profesinya serta melakukan upaya-upaya perbaikan untuk meningkatkan kinerja profesi di masa yang akan datang. Partisipasi dan kolaborasi yang dimunculkan oleh guru pada setiap tahapan proses diklat diharapkan akan mampu meningkatkan peran serta dan tanggung jawab guru terhadap hasil program diklat yang telah dilaksanakan.

Dalam upaya memperbaiki sistem diklat tersebut, di Yogyakarta telah dikembangkan Pelatihan model demand driven (Soenarto, 2000). Model ini memiliki karakteristik antara lain: materi dikembangkan dari hasil analisis kebutuhan, proses seleksi peserta menerapkan sistem obyektifitas, pelaksanaan kegiatan memenuhi prinsip-prinsip profesionalitas, perbaikan dalam pemantauan dan evaluasi. Beberapa kelemahan model ini diantaranya: (1) hasil analisis kebutuhan bersifat umum, (2)


(11)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

melibatkan peserta yang banyak, (3) sosialisasinya dilaksanakan melalui birokrasi. Berbagai penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan di lapangan menyebabkan kurang berkembangnya model ini (Soenarto, 2000). Pelatihan dengan model pembelajaran IPA berbasis organisasi belajar bagi guru Sekolah Dasar (SD) menunjukkan bahwa model ini dapat meningkatkan profesionalisme secara signifikan pada penguasaan konsep, keterampilan proses, kemampuan melakukan pembelajaran IPA (Sarwanto, 2008).

Departemen Pendidikan Nasional melalui kegiatan Science Education

Quality Improvement Project (SEQIP) telah melakukan sistem diklat yang

memfokuskan pada pembaharuan metode pembelajaran IPA di tingkat Sekolah Dasar (Rusdi, 2007). Diklat SEQIP ini melibatkan guru Pemandu Bidang Studi (PBS) IPA dengan menggunakan pendekatan discovery/penemuan (Suwono, 2002). Kegiatan diklat yang dilaksanakan ini dapat meningkatkan pemahaman konsep IPA bagi PBS (Ibrohim, & Suwono, 2002). Lebih lanjut dikatakan bahwa berbagai kelemahan yang terjadi dari sistem SEQIP ini diantaranya; (1) orientasi pelatihan adalah dengan penggunaan alat peraga/kit SEQIP, sementara jumlah kit SEQIP terbatas; (2) materi pendalaman konten dirasakan cukup sulit, sehingga banyak guru PBS yang tidak melanjutkan program ini karena merasa tidak mampu mengikutinya. Sementara kelemahan lain dari program ini adalah pola waktu diklat yang terlalu lama (9 minggu dalam waktu 5 bulan) sehingga mengganggu aktivitas pembelajaran di


(12)

sekolah dan guru PBS enggan melakukan kegiatan pengimbasan pada guru-guru yang lain dalam satu gugus (Suwono, 2002).

Kelemahan dari sistem diklat guru selama ini adalah pada level manajemen pelaksanaan kegiatan. Diklat yang selama ini dilaksanakan menggunakan pembiayaan besar baik yang berasal dari anggaran pemerintah ataupun pinjaman dari luar negeri. Kegiatan diklat yang seharusnya menjadi bagian dari tugas dan kegiatan profesi rutin bagi guru-guru pun kegiatannya “diproyekkan”. Kelemahan dari manajemen pelaksanaan sistem diklat antara lain: (1) sering terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan diklat, (2) lemahnya sistem tindak lanjut, (3) tidak konsistensinya sistem monitoring dan evaluasi. Kondisi ini mengakibatkan inovasi lembaga/sekolah untuk meningkatkan profesionalisme berdasarkan kemampuan yang dimilikinya menjadi sangat rendah (Supriadi, 2003).

Model pelatihan partisipatif yang dikembangkan oleh Sudjana sejak tahun 1979 merupakan adaptasi dari model pelatihan yang dikembangkan oleh Centre for

International Education (CIE) University of Massachussetts yang dikenal dengan Model Sembilan Langkah. Model ini telah banyak diujicobakan pada berbagai jenis

pelatihan khususnya pada pendidikan non formal di berbagai instansi. Namun secara khusus pengembangan model ini pada guru untuk jenjang pendidikan formal belum dilakukan. Karakteristik model ini adalah adanya kegiatan pembelajaran partisipatif yang terdiri atas kegiatan membelajarkan dan kegiatan belajar yang mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan


(13)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menilai kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa model ini memiliki prinsip-prinsip pembelajaran yang berdasarkan kebutuhan belajar (learning need), berorientasi pada tujuan pembelajaran (learning objectives oriented), belajar berdasarkan pengalaman (expriential learning), dan berpusat pada peserta didik

(participant centred) (Sudjana, 2000a). Karakteristik model ini akan lebih efektif jika

diintegrasikan dengan pembelajaran kolaboratif untuk dapat melibatkan secara aktif calon peserta diklat sehingga sejak perencanaan calon peserta diklat merasa ikut bertanggung jawab terhadap program diklat yang akan dilaksanakan.

Pembelajaran kolaboratif menggunakan interaksi sosial sebagai sarana untuk membangun pengetahuan (Robert, 2004). Lebih lanjut dikemukakan pendapat tentang kolaboratif sebagai sebuah filosofi interaksi dan gaya hidup personal seseorang bertanggungjawab terhadap tindakannya, termasuk dalam pembelajaran dan menghargai kemampuan dan kontribusi temannya. Kolaboratif adalah adanya keterlibatan bersama dari seluruh partisipan dalam upaya terkoordinasi untuk memecahkan masalah, agak berbeda dengan kooperatif yang menyelesaikan tugas dengan pembagian kerja antar partisipan (Robert, 2004).

Konsep pembelajaran kolaboratif ini sangat sesuai dengan karakteristik pembelajaran partisipatif sehingga pengembangan model diklat partisipatif ini difokuskan pada desain program diklat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang melibatkan calon peserta diklat untuk secara bersama-sama


(14)

(berkolaborasi) dengan fasilitator menyusun rancangan progam yang akan diimplementasikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka karakteristik model partisipatif yang diintegrasikan dengan kolaboratif akan memberikan kesempatan bagi guru berkontribusi bagi pengembangan program diklat sejak perencanaan. Dengan demikian pengembangan model partisipatif-kolaboratif ini diharapkan akan mampu meningkatkan kemandirian belajar (self directed learning) bagi guru dalam mencapai profesionalisme berdasarkan standar-standar yang telah ditentukan.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang utama dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana model Diklat partisipatif-kolaboratif yang dapat meningkatkan kompetensi guru biologi SMA?”

Permasalahan tersebut di atas dapat diuraikan secara lebih khusus dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apa kebutuhan diklat Guru Biologi SMA untuk meningkatkan kompetensi? 2. Bagaimana kegiatan pada tahapan pengembangan Model Diklat Partisipatif

yang kolaboratif?

3. Apakah Model Diklat Partisipatif yang kolaboratif dapat meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogi Guru Biologi SMA?

4. Bagaimana respon/tanggapan guru terhadap pelaksanaan Model Diklat tersebut ?


(15)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5. Bagaimana Karakteristik Model Diklat Partisipatif yang kolaboratif?

C. Definisi Operasional

Untuk lebih memperjelas rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas dalam bentuk pertanyaan penelitian, maka berikut ini diuraikan definisi operasional yang berkaitan dengan beberapa istilah yang digunakan dalam rumusan masalah penelitian tersebut.

1. Partisipasi adalah keikusertaan peserta diklat untuk mengambil peran aktif secara bersama-sama (kolaborasi) dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program diklat yang dilaksanakan.

2. Kolaboratif adalah adanya keterlibatan bersama dari seluruh peserta dalam upaya terkoordinasi dengan fasilitator dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program diklat untuk memecahkan masalah pembelajaran di sekolah.

3. Pengembangan Model Diklat Partisipatif yang kolaboratif merupakan program diklat guru yang dikembangkan berdasarkan peran aktif peserta diklat secara bersama-sama (kolaborasi) dengan fasilitator, serta penyelenggara diklat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan diklat.

4. Kompetensi adalah kemampuan guru dalam menjalankan tugas atau profesinya berdasarkan standar-standar profesi guru yang meliputi


(16)

kompetensi profesional, pedagogi, sosial, dan kepribadian. Pada penelitian ini yang diukur hanya kompetensi profesional dan kompetensi pedagogi.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah mengembangkan model diklat partisipatif-kolaboratif yang dapat meningkatkan kompetensi Guru Biologi SMA.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai model acuan bagi stakeholder dalam melaksanakan diklat pengembangan profesi guru

2. Sebagai referensi dalam pengembangan model diklat yang akan dilaksanakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) atau Dinas Pendidikan Propinsi /Kab/Kota.

3. Menjadi model pengembangan profesionalitas guru-guru khususnya dalam pengelolaan MGMP guru-guru SMA pada Dinas Pendidikan Kab/Kota.


(17)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Membangun profesionalitas guru merupakan bagian dari sistem pendidikan yang harus dikelola secara sistematik dan berkelanjutan. Pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi guru merupakan salah cara dalam meningkatkan kemampuan dan kompetensi bagi seorang guru. Untuk mencapai tujuan pelaksanaan diklat yang efektif maka perencanaan diklat harus mengacu pada stándar kompetensi dan profesi guru yang ideal. Input, proses, output, dan outcomes sejak perencanaan hingga evaluasi diklat menjadi bagian yang tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya, sehingga sejak perencanaan profil kompetensi guru yang akan menjadi input dalam proses kegiatan diklat sudah dapat dipetakan secara baik. Dengan demikian proses selanjutnya akan lebih memudahkan dalam melakukan analisis kebutuhan bagi guru secara tepat.

Berdasarkan pada kebutuhan belajar bagi guru akan lebih mengefektifkan proses pelaksanaan diklat yang dilaksanakan, sehingga hasil yang diharapkan dari suatu kegiatan diklat akan menjadi optimal dan berdampak baik bagi pengembangan profesi guru secara berkesinambungan khususnya bagi individu guru atau pun rekan sejawat. Pengembangan program diklat yang berbasis pada partisipatif sejak tahap perencanaan, pelaksanaan , hingga evaluasi akan memberikan kesempatan kepada peserta diklat untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga terjadi interaksi yang dinamis antara peserta dan fasilitator.


(19)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Proses kolaborasi antara peserta dan fasilitator dimulai sejak analisis kebutuhan guru, penentuan tujuan program diklat dan desain program diklat dapat memberikan pemahaman yang sama terhadap apa dan bagaimanan rencana program diklat yang akan dilaksanakan. Terjadinya pemahaman dan harapan yang sama terhadap tujuan yang diinginkan dari suatu kegiatan diklat dapat mendorong terciptanya suasana kondusif dalam proses pembelajaran sehingga peserta dapat terlibat aktif dalam memberikan sumbang saran/pendapat dalam setiap tahapan kegiatan pembelajaran. Dengan semakin terciptanya suasana yang komunikatif antara peserta dengan fasilitator, permasalahan-permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran dapat diselesaikan dengan cepat dan dapat memberikan dampak yang baik terhadap peserta diklat. Secara skematik paradigma penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

B. Desain Penelitian

Seperti yang telah diungkapkan pada bab satu bahwa tujuan penelitaian ini adalah mengembangkan model diklat partisipatif yang efektif untuk meningkatkan kompetensi guru biologi SMA. Maka jenis penelitian yang digunakan adalah

Research and Development (R&D) dengan desain penelitian yang digunakan One group pretest postest yang dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu: 1) Studi

Pendahulauan, 2) Penyusuanan program yang meliputi perancangan dan pengembangan, 3) validasi dan revisi program, 4) implementasi program (Gall,et al. 2003).


(20)

Standar Kompetensi & Profesi Guru

Profil Kompetensi Profesional & Pedagogi

PROCESSES DESAIN PROGRAM

PERENCANAAN

PELAKSANAAN

EVALUASI

 Calon Peserta

 Fasilitator

 Penyelenggara

 Analisis Kebutuhan

 Tujuan Program Diklat

 Desain Program Diklat Partisipatif &

Kolaboratif  Peta Kompetensi

Profesional  Peta Kompetensi

Pedagogi Peserta INPUT  Penguasaan Kompetensi Profesional  Penguasaan Kompetensi Pedagogi  OUTPUT

 Desiminasi Rekan Sejawat

 Aktif dalam Kegiatan Pengembangan Profesi

 Pembelajaran Efektif OUTCOME Kondisi Lingkungan Sekolah Andragogi Monitoring dan Evaluasi OTHER INPUT dan Evaluasi


(21)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan (Creswell, 1998). Pendekatan pertama, yakni pendekatan kualitatif yang digunakan untuk mendeskripsikan bagaimana tingkat partisipasi guru-guru biologi dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan diklat serta bagaimana respon guru terhadap pola-pola kegiatan yang diberikan dalam diklat tersebut. Pendekatan ini digunakan untuk melukiskan keterlibatan guru dengan gambaran yang holistik dan kompleks, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan rinci informan dan melakukan studi dalam tatanan yang alami. Pendekatan kedua, yaitu pendekatan kuantitatif yang digunakan untuk penelitian pengembangan model diklat, khususnya dalam menelaah hasil studi eksprimental untuk melihat dampak Model Diklat Partisipatif tersebut terhadap guru-guru. Penelitian ini sebagai studi yang difokuskan untuk pengembangan Program Diklat yang berbasis pada partisipasi dan kolaborasi peserta, fasilitator dalam pelaksanaan program diklat tersebut, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu menghasilkan Model Diklat Partisipatif yang dapat meningkatkan profesionalitas guru biologi SMA. Rincian tahapan-tahapan kegiatan penelitian ini dapat ditunjukkan pada bagan gambar 3.2 dan diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Pertama : Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan yang dilakukan sebagai bagian dari analisis kebutuhan untuk pengembangan model diklat. Pada tahap awal penelitian ini dilakukan studi pendahuluan untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi yang diperlukan dalam mendukung pengembangan model diklat ini untuk meningkatkan


(22)

profesionalitas bagi guru-guru biologi SMA. Kegiatan studi pendahulun difokuskan pada pengumpulan informasi-informasi yang berkaitan dengan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan model yang akan dikembangkan, teori-teori yang mendukung terhadap pengembangan model diklat, bagaimana partisipasi guru-guru yang telah mengikuti diklat, bagaimana program-program diklat yang telah dilaksanakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur dan analisis kebutuhan awal diklat guru-guru biologi di lapangan berkaitan dengan kompetensi profesional dan kompetensi pedagogi. Hasil kegiatan pengumpulan informasi atau kajian teori serta hasil penelitian-peneltian yang relevan, dan hasil studi pendahuluan menjadi acuan dalam menganalisis dan merumuskan draf model awal diklat. Analisis kebutuhan yang dilakukan melalui studi literatur dan studi lapangan.

a. Studi Dokumentasi

Hasil studi dokumen tentang program diklat yang dilaksanakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur selama periode tahun 2007 sampai tahun 2010 terlihat pada Tabel 3.1. Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa program diklat yang dilaksanakan oleh LPMP sangat kurang bahkan jenis diklat yang khusus untuk guru-guru biologi SMA tidak ada. Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab program diklat dan Kepala LPMP Kaltim, beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya program diklat yang dilaksanakan oleh LPMP; (1) sumber pendanaan dari pusat sangat terbatas (2) program-program LPMP lebih difokuskan pada pemberdayaan MGMP/KKG melalui blockgrant, sehingga LPMP hanya berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh MGMP/KKG pada masing-masing Dinas Pendidikan Kab/Kota.


(23)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

TAHAP I STUDI PENDAHULUAN

TAHAP III VERIFIKASI MODEL

PROGRAM DIKLAT TAHAP II

PENGEMBANGAN MODEL PROGRAM DIKLAT

TAHAP IV IMPLEMENTASI MODEL

 Studi Literatur  Studi Dokumentasi  Studi Lapangan

 Perancangan Model  Perancangan Material

Diklat.  Perancanagn

Instrumen Evaluasi

 Validasi Model Diklat  Validasi Instrumen

Evaluasi(Soal Tset).  Revisi/Perbaikan

PERENCANAAN

 Identifikasi Kebutuhan  Identifikasi Bahan Ajar &

Narasumber  Desain Program

PELAKSANAAN

 Implementasi Program  Observasi

EVALUASI

 Pre & Post Test  Respon Peserta  Keterlasanaan Program

MODEL DIKLAT PARTISIPATIF YANG DIREKOMENDASIKAN


(24)

Tabel 3.1 Jenis Program Diklat yang dilaksanakan oleh LPMP Kaltim

No Nama Diklat Tahun Pelaksana Jumlah Peserta

1 Pembekalan Pendidikan Matematika Realistik

2007 LPMP Kaltim 100 orang

2 Pembekalan Guru Kelas Berkualifikasi Menjadi Guru Penjas SD

2007 LPMP Kaltim 40 orang

3 Workshop Diklat Sistem Jarak Jauh Bahasa Inggris

2007 LPMP Kaltim 20 orang

4 Pengembangan KTSP Bagi Guru SD

2007 LPMP Kaltim 80 orang

5 Pembekalan Penggunaan Alat Peraga Matematika Bagi Guru SD

2007 LPMP Kaltim 70 orang

6 TOT Peningkatan Kompetensi (CLCC SD,PUD,PLB)

2007 LPMP Kaltim 60 orang

7 Lesson Study 2007 LPMP Kaltim 20 orang

8 Pendidikan Matematika Realistik Indonesia

2008 LPMP Kaltim 100 orang

9 Pengelolaan sistem Jarak Jauh Bahasa Inggris

2008 LPMP Kaltim 20 orang

10 Workshop Peningkatan Mutu PTK SBI

2008 LPMP Kaltim 39 orang

11 Peningkatan Kompetensi Pengelola Laboratorium

2008 LPMP Kaltim 40 orang

12 Pembekalan Program KTSP 2009 LPMP Kaltim 40 orang

13 Peningkatan Kompetensi Tenaga Laboran

2009 LPMP Kaltim 40 orang

14 Workshop Peningkatan Mutu PTK SBI

2009 LPMP Kaltim 39 orang

15 Pembekalan Program Lesson Study(JICA)

2009 LPMP Kaltim 40 orang

16 Pembekalan Program CLCC 2009 LPMP Kaltim 60 orang

17 Pembekalan Kelompok Kerja(Lesson Study, KTSP,CLCC)

2010 LPMP Kaltim 40 orang

18 Peningkatan Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam Penilaian

2010 LPMP Kaltim 70 orang

19 Pembekalan Pengawas dan Kepala Sekolah

2010 LPMP Kaltim 40 orang

20 Workshop Peningkatan Mutu PTK SBI

2010 LPMP Kaltim 29 orang


(25)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasil studi literatur dan dokumen lain yang sangat relevan dalam perencanaan dan pengembangan program diklat adalah tersedianya tenaga-tenaga widyaiswara sebagai faslilitator/narasumber pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur yang memenuhi standar-standar kuantitas maupun kualitas. Dari data yang ada jumlah Widyaiswara (WI) serta kualifikasi pendidikan yang dimiliki terlihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kondisi Tenaga Fungsional/Widyaiswara LPMP Kaltim Tahun 2011

No Nama Pegawai Kualifikasi

Pendidikan

Jurusan Jabatan

1 Dra.Siti Fatmawati, MA S2 Bhs Indonesia WI Madya

2 Drs. Masdukizen S1 Pend.Biologi WI Madya

3 Dra.Pertiwi Tjitra, M.Pd S1 S2

Pend.Matematika Pendidikan Sains

WI Madya

4 Jarwoko, M.Pd S1

S2

PLS

Evaluasi Pendidikan

WI Muda

5 Haksan D, M.Si S1

S2

Biologi PLH

WI Muda

6 Wiwik Setiawati, M.Pd S1

S2

Pend.Kimia Pend.Kimia

WI Muda

7 Samudro,M.Si S1

S2

Biologi Bioteknologi

WI Pertama

8 Suharman, M.Pd S1

S2

Sospol PLS

WI Pertama

9 Wahyuni S1 Pend.Bhs Inggris WI Pertama

10 Ahmad Husain, M.Pd S2 Pend.KN WI Pertama

11 Tendas, S.Pd S1 Pend.Matematika WI Pertama

12 Hendro, ST S1 Teknik Informatika WI Pertama

13 Emi Juarni, M.Pd S1

S2

Pend.Fisika Penjaminan Mutu

WI Pertama

14 Kaolan, SP S1 Pertanian WI Pertama


(26)

Dari Tabel 3.2 tersebut di atas terlihat bahwa jumlah dan komposisi tenaga fungsional/WI yang ada pada LPMP Kaltim masih jauh dari kebutuhan yang ideal. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala LPMP, diperlukan bahwa secara matematis dengan jumlah Kab/Kota yang ada di Provinsi Kaltim yaitu sebanyak 14 Kab/Kota maka secara ideal jumlah tenaga fungsional yang seharusnya tersedia di LPMP Kaltim sebanyak 42 orang dengan asumsi tiga widyasiswara untuk satu Kab/Kota sehingga masih kekurangan tenaga widyaiswara sebanyak 28 orang. Dari jumlah tenaga fungsional yang ada rata-rata kualifikasi pendidikan yang dipersyaratkan untuk seoarang widyaiswara minimal S2 sebagian besar telah memenuhi ketentuan ini. Diharapkan dengan kualifikasi pendidikan yang dimiliki, seorang WI mampu berperan sebagai fasilitator bagi guru-guru yang ada di sekolah. Dari hasil wawancara dengan pimpinan LPMP Kalimantan Timur didapatkan informasi bahwa dalam mengatasi kekurangan tenaga fungsional yang ada selama ini, dilakukan kerjasama dengan Perguruan Tinggi setempat untuk mendapatkan tenaga-tenaga ahli yang memiliki kemampuan dan pengalaman dalam kegiatan-kegiatan pelatihan disamping itu juga tenaga-tenaga instruktur dari Dinas Pendidikan Propinsi/Kab/Kota yang berpengalaman dalam bidang studi/ mata diklat tertentu untuk dapat digunakan dalam kegiatan diklat-diklat yang diselenggarakan oleh LPMP Kaltim dan Dinas Pendidikan Kab/Kota secara kemitraan.


(27)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Studi Lapangan

Studi lapangan ini dilakukan untuk memperoleh informasi dari guru-guru Biologi SMA terkait dengan partisipasinya dalam melakukan perencanaan program diklat dan kebutuhan diklat guru untuk meningkatkan profesionalitasnya. Dalam kegiatan ini peneliti melakukan identifikasi awal pada tiga lokasi/daerah yaitu; Kota Samarinda, Kab Kuningan, Kab Subang dengan menyebarkan angket / kuesioner dan melakukan wawancara kepada guru-guru Biologi SMA (n = 30). Hasil identifikasi kebutuhan diklat selanjutnya dianalisis sebagai acuan dalam melakukan rancangan pengembangan model diklat yang akan diterapkan.

Dari hasil studi tersebut didapatkan data dan informasi bahwa jumlah guru biologi SMA/SMK telah mengikuti diklat memperoleh jenis Diklat Mata Pelajaran sebesar 25%, dan jenis Diklat Profesi/Kependidikan sebesar 75%. Diperoleh informasi juga bahwa sekitar 70% guru tidak dilibatkan dalam perencanaan program diklat, 20% dilibatkan dalam bentuk mengisi angket/kuesioner, sekitar 10% guru kadang terlibat kadang tidak. Lebih lanjut hasil studi tersebut menunjukkan sekitar 75% menyatakan setuju kalau para peserta diklat terlibat/dikutsertakan sejak perencanaan program diklat, sekitar 20% menyatakan sangat setuju dan 5 % menyatakan tidak setuju. Hasil studi tersebut juga menunjukkan adanya kesediaan guru untuk terlibat dalam penyusunan perencanaan program diklat yaitu, menyatakan bersedia sekitar 95 %, dan tidak setuju 5% (Darwangsa, 2011) . Berdasarkan data tersebut semakin memperkuat dugaan bahwa diklat yang selama ini dilaksanakan


(28)

oleh lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan untuk itu hanya berdasarkan pada asumsi-asumsi yang tidak didukung oleh data dan informasi yang valid mengenai apa yang dibutuhkan oleh guru-guru di lapangan. Materi diklat yang selama ini didapatkan oleh guru-guru pada saat mengikuti kegiatan lebih didominasi oleh materi-materi yang ditentukan oleh fasilitator pada institusi tersebut yang belum dibutuhkan oleh guru. Institusi penyelenggara diklat lebih mengutamakan materi yang sesuai dengan latar belakang fasilitator yang dimiliki tanpa menyesuaikan kebutuhan guru dengan narasumber yang sesuai dengan kebutuhan tersebut.

Pada beberapa instansi penyelenggara diklat di daerah-daerah kalau pun dilakukan identifikasi kebutuhan diklat hanya sebatas menjadi informasi yang tidak digunakan pada saat kegiatan diklat. Fenomena ini semakin menjadikan guru hanya sebagai obyek kegiatan proyek sehingga kegiatan diklat yang dilakukan belum mempunyai dampak yang baik terhadap pengembangan profesionalitas guru. Dari hasil analisis studi pendahuluan ditemukan ada sekitar 95% bersedia jika calon peserta diklat dilibatkan/diikutsertakan dalam perencanaan dan penyusunan program diklat. Hal ini menunjukkan bahwa antusiasme guru untuk ikut berpartisipasi dalam suatu program diklat sangat tinggi. Kondisi ini menjadi hal yang positif untuk lebih mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan dari suatu kegiatan diklat.

2. Tahap Kedua: Pengembangan Model Diklat

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah penyusunan Draf Model Diklat dengan langkah-langkah sebagai berikut:


(29)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1) Merancang model program diklat berbasis partisipasi yang didasarkan pada hasil studi pendahuluan, kondisi objektif lapangan, hasil-hasil kajian yang relevan, analisis kebijakan, serta hasil kajian terhadap kebutuhan profesi guru yang mendesak.

2) Mendeskripsikan struktur Program Diklat yang dapat meningkatkan profesionalitas guru serta kerangka model pembelajarannya yang didasarkan pada analisis guru biologi SMA di tiga Kab/Kota.

3) Merancang dan mempersiapkan material diklat yang meliputi modul-modul pembelajaran, panduan kegiatan diklat, bahan ajar, media serta keperluan lain berdasarkan saran dan masukan guru biologi SMA di tiga Kab/Kota.

4) Merancang alat evaluasi berupa soal-soal untuk pre dan post test serta instrumen-instrumen lainnya yang terkait dengan tujuan penelitian.

Dari hasil analisis kebutuhan tersebut selanjutnya dilakukan verifikasi ulang kepada guru-guru biologi SMA terkait hasil tersebut dan melakukan diskusi untuk meminta saran dan masukan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan materi-materi tersebut. Dari hasil diskusi dan wawancara terhadap beberapa guru diperoleh informasi bahwa materi-materi tersebut dirasakan sulit bagi guru-guru di lapangan baik dari aspek pemahaman konsep maupun dalam hal membelajarkan kepada siswa. Guru-guru mengalami kesulitan dalam penggunaan media dan model pembelajaran yang sesuai dengan materi-materi tersebut. Guru-guru selama ini mengajarkan materi-materi tersebut dengan ceramah, tanya jawab kepada siswanya,


(30)

guru belum pernah membelajarkan materi-materi tersebut dengan menggunakan pendekatan atau model pembelajaran khusus.

Berdasarkan saran-saran dan masukan serta harapan-harapan yang terungkap dalam diskusi dan wawancara tersebut, selanjutnya disusun rancangan struktur program diklat secara kolaborasi dengan calon peserta diklat. Hasil rancangan struktur program diklat tersebut terlihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Struktur Program Diklat Guru Biologi SMA Pola 20 Jam

Keterangan : KA = Kepala LPMP Kaltim

PJA = Penanggung Jawab Akademik FAS = Fasilitator/Narasumber

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan diklat dan desain struktur program diklat yang disepakati secara bersama-sama antara peserta dan fasilitator, maka disusun dan disiapkan modul-modul diklat, panduan pelaksanaan diklat, bahan ajar, serta media- media pembelajaran yang diperlukan untuk memperlancar kegiatan pelaksanaan diklat yang akan datang. Ada tiga modul diklat yang dipersiapkan berdasarkan

MATERI PROGRAM

MATA SAJIAN JML JP NARA

SUMBER UMUM 1. Kebijakan Kelembagan

2. Orientasi Program

1 1

KA PJA

POKOK 3. Bioteknologi 4 FAS

4. Metabolisme 3 FAS

5. Genetika 3 FAS

6. Media Pembelajaran

7. Pengelolaan Laboratorium Biologi 8. Model-Model Pembelajaran

2 3 2

FAS FAS FAS

PENUNJANG 9. Tindak Lanjut/Action Plan 1 FAS


(31)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kebutuhan calon peserta yaitu: (1) Modul diklat Metabolisme, (2) Modul diklat Bioteknologi, dan (3) Modul diklat Genetika. Materi – materi pedagogi/kependidikan digunakan buku/bahan-bahan ajar yang telah tersedia. Salah satu judul buku / bahan ajar tersebut adalah Strategi Belajar Mengajar Biologi.

3. Tahap Ketiga: Verifikasi Model Diklat Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Melakukan validasi teoritik konseptual model program diklat kepada para ahli 2) Melakukan validasi kelayakan model program kepada praktisi di lapangan 3) Merevisi model program diklat berdasarkan berdasarkan pertimbangan para

ahli dan praktisi

4) Melakukan validasi terhadap soal-soal yang telah dirancang melalui uji coba kepada guru-guru biologi.

Dari hasil verifikasi yang dilakukan ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dan perbaikan berdasarkan saran dan masukan para ahli dan praktisi di lapangan antara lain: (1) waktu pelaksanaan diklat, (2) modul-modul serta bahan ajar mengalami beberapa perubahan dan perbaikan, (3) fasilitator/narasumber yang sesuai dengan keahliannya, (4) pola rekrutmen peserta diklat.

Hasil validasi terhadap soal-soal yang telah dirancang juga mengalami berbagai perubahan komposisi berdasarkan uji validitas yang diperoleh di lapangan. Secara rinci hasil validasi butir soal-soal tersebut dapat terlihat pada Tabel 3.46, Tabel 3.5, dan Tabel 3.6.


(32)

Tabel 3.4 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Metabolisme

No. Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.

Soal KS (%) Ket IDP (%) Ket Pengecoh Skor Ket Baru

1 47.37 Sedang 20 Cukup Buruk 0.2 TOLAK -

2 47.37 Sedang 60 Baik Baik 0.541 DITERIMA 1

3 63.16 Sedang -40 Kurang Baik -0.189 TOLAK -

4 57.89 Sedang 40 Baik Sangat Baik 0.353 DITERIMA 2 5 21.05 Sukar 20 Cukup Baik 0.204 TOLAK -

6 63.16 Sedang 0 Kurang Sangat Baik -0.032 TOLAK -

7 57.89 Sedang 60 Baik Baik 0.603 DITERIMA 3 8 57.89 Sedang 0 Kurang Buruk 0.008 TOLAK -

9 47.37 Sedang 40 Baik Sangat Baik 0.275 DITERIMA 4 10 21.05 Sukar 20 Cukup Buruk 0.088 TOLAK -

11 52.63 Sedang 20 Cukup Sangat Baik 0.274 DITERIMA 5 12 47.37 Sedang 40 Baik Baik 0.262 DITERIMA 6 13 57.89 Sedang 0 Kurang Sangat Baik -0.126 TOLAK -

14 42.11 Sedang 20 Cukup Sangat Baik 0.376 DITERIMA 7 15 26.32 Sukar 20 Cukup Sangat Baik 0.403 DITERIMA 8 16 52.63 Sedang 20 Cukup Baik 0.331 DITERIMA 9 17 47.37 Sedang 0 Kurang Sangat Baik -0.047 TOLAK -

18 42.11 Sedang 0 Kurang Buruk -0.085 TOLAK -

19 57.89 Sedang 40 Baik Baik 0.526 DITERIMA 10 20 52.63 Sedang -20 Kurang Sangat Baik 0.142 TOLAK -

21 63.16 Sedang 60 Baik Baik 0.302 DITERIMA 11 22 15.79 Sukar 20 Cukup Baik 0.375 DITERIMA 12 23 57.89 Sedang 40 Baik Sangat Baik 0.433 DITERIMA 13 24 63.16 Sedang 20 Cukup Sangat Baik 0.262 DITERIMA 14 25 21.05 Sukar 40 Baik Baik 0.46 DITERIMA 15 26 52.63 Sedang 0 Kurang Baik 0.161 TOLAK -

27 52.63 Sedang 40 Baik Sangat Baik 0.331 DITERIMA 16 28 31.58 Sedang 40 Baik Sangat Baik 0.32 DITERIMA 17 29 36.84 Sedang 40 Baik Sangat Baik 0.268 DITERIMA 18 30 31.58 Sedang 20 Cukup Buruk 0.136 TOLAK -

31 42.11 Sedang 60 Baik Sangat Baik 0.433 DITERIMA 19 32 26.32 Sukar 20 Baik Baik -0.006 TOLAK -

33 42.11 Sedang -20 Kurang Sangat Baik -0.104 TOLAK -

34 15.79 Sukar 20 Cukup Sangat Baik 0.275 DITERIMA 20 35 31.58 Sedang 40 Baik Sangat Baik 0.544 DITERIMA 21 36 31.58 Sedang 20 Baik Buruk 0.197 TOLAK -

37 36.84 Sedang 0 Kurang Baik 0.032 TOLAK -

38 31.58 Sedang 20 Cukup Baik 0.279 DITERIMA 22 39 42.11 Sedang 20 Cukup Baik 0.268 DITERIMA 23


(33)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.

Soal KS (%) Ket IDP (%) Ket Pengecoh Skor Ket Baru

40 47.37 Sedang 80 S.Baik Sangat Baik 0.446 DITERIMA 24 41 36.84 Sedang 20 Baik Baik 0.15 TOLAK -

42 52.63 Sedang 60 Baik Sangat Baik 0.369 DITERIMA 25 43 57.89 Sedang 40 Baik Sangat Baik 0.277 DITERIMA 26 44 47.37 Sedang 60 Baik Sangat Baik 0.37 DITERIMA 27 45 31.58 Sedang -20 Kurang Buruk -0.251 TOLAK -

46 26.32 Sukar 40 Baik Baik 0.375 DITERIMA 28 47 36.84 Sedang 20 Baik Buruk 0.052 TOLAK -

48 47.37 Sedang 20 Cukup Sangat Baik 0.427 DITERIMA 29 49 68.42 Sedang 20 Cukup Baik 0.231 TOLAK -

50 52.63 Sedang 60 Baik Sangat Baik 0.521 DITERIMA 30 51 52.63 Sedang 20 Baik Buruk 0.047 TOLAK -

52 21.05 Sukar 20 Cukup Sangat Baik 0.274 DITERIMA 31 53 42.11 Sedang -20 Kurang Baik -0.085 TOLAK -

54 57.89 Sedang 0 Kurang Buruk 0.142 TOLAK -

55 36.84 Sedang 80 S.Baik Sangat Baik 0.641 DITERIMA 32 56 47.37 Sedang 20 Baik Sangat Baik 0.2 TOLAK -

57 52.63 Sedang 60 Baik Sangat Baik 0.256 DITERIMA 33

Berdasarkan Tabel 3.4 tampak bahwa dari hasil validasi buitr soal pre-postest pada materi metabolisme dari jumlah 57 butir soal yang diujicoba terdapat 33 butir soal yang dapat diterima sesuai dengan kriteria yang ada, 24 butir soal dinyatakan ditolak atau tidak valid untuk digunakan dalam instrumen ini.

Hasil uji validasi butir soal untuk materi Genetika secara rinci terlihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Genetika

No. Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.

Soal KS (%) Ket IDP (%) Ket Pengecoh Skor Ket Baru

1 38.46 Sedang 25 CUKUP Baik 0.306 DITERIMA 1

2 30.77 Sedang -25 KURANG Baik 0.168 TOLAK - 3 92.31 S.Mudah 25 CUKUP Baik 0.769 DITERIMA 2

4 61.54 S.Sukar 25 CUKUP Sangat Baik 0.262 DITERIMA 3


(34)

No. Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.

Soal KS (%) Ket Pengecoh Ket Baru Skor Ket Baru

6 53.85 Sedang 25 CUKUP Sangat Baik 0.39 DITERIMA 4

7 46.15 Sedang 0 KURANG Baik 0.33 DITERIMA 5

8 69.23 Sedang 25 KURANG Baik 0.378 DITERIMA 6

9 76.92 Mudah 25 CUKUP Sangat Baik 0.441 DITERIMA 7

10 53.85 Sedang 50 BAIK Baik 0.196 TOLAK - 11 46.15 Sedang 25 CUKUP Sangat Baik 0.441 DITERIMA 8

12 92.31 Sedang -25 KURANG Baik -0.215 TOLAK - 13 23.08 Sukar 50 BAIK Baik 0.441 DITERIMA 9

14 92.31 S.Mudah 0 KURANG Buruk -0.008 TOLAK - 15 38.46 Sedang 75 S.BAIK Baik 0.476 DITERIMA 10

16 46.15 Sedang 100 S.BAIK Baik 0.533 DITERIMA 11

17 38.46 Sedang 100 S.BAIK Baik 0.533 DITERIMA 12

18 30.77 Sedang -25 KURANG Buruk -0.071 TOLAK - 19 69.23 Sedang 25 CUKUP Baik 0.221 TOLAK - 20 84.62 Mudah 50 BAIK Sangat Baik 0.447 DITERIMA 13

21 46.15 Sedang 25 CUKUP Baik 0.081 TOLAK - 22 76.92 Mudah 50 BAIK Baik 0.378 DITERIMA 14

23 100 S.Mudah 0 KURANG Buruk NAN TOLAK -

24 84.62 Mudah 25 CUKUP Sangat Baik 0.562 DITERIMA 15

25 30.77 Sedang 25 CUKUP Baik -0.071 TOLAK - 26 92.31 Sedang 25 CUKUP Baik 0.769 DITERIMA 16

27 7.69 S.Sukar 25 CUKUP Baik 0.215 TOLAK - 28 23.08 Sukar 0 KURANG Buruk 0.179 TOLAK - 29 15.38 Sukar 25 CUKUP Baik 0.165 TOLAK - 30 92.31 S.Mudah 25 CUKUP Sangat Baik 0.769 DITERIMA 17

31 38.46 Sedang 75 S.BAIK Baik 0.533 DITERIMA 18

32 69.23 Sedang 25 CUKUP Baik 0.221 TOLAK -

33 100 S.Mudah 0 KURANG Baik NAN TOLAK -

34 69.23 Sedang 75 S.BAIK Sangat Baik 0.729 DITERIMA 19

35 30.77 Sedang 50 BAIK Baik 0.317 DITERIMA 20

36 23.08 Sukar 50 BAIK Sangat Baik 0.376 DITERIMA 21

37 100 S.Mudah 0 KURANG Buruk NAN TOLAK -

38 76.92 Mudah 50 BAIK Baik 0.444 DITERIMA 22

39 92.31 S.Mudah 25 CUKUP Baik 0.769 DITERIMA 23

40 92.31 S.Mudah 25 CUKUP Sangat Baik 0.769 DITERIMA 24

41 92.31 S.Mudah 25 CUKUP Baik 0.769 DITERIMA 25

42 92.31 S.Mudah 25 CUKUP Sangat Baik 0.769 DITERIMA 26

Berdasarkan Tabel 3.5 tersebut di atas tampak dari hasil analisis validasi butir soal pre-post tes utuk materi Genetika dari jumlah 42 butir soal yang diujicobakan


(35)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

terdapat 26 butir soal yang dinyatakan diterima atau valid untuk dapat digunakan sebagai instrumen, sedangkan sisanya 16 butir soal dinyatakan ditolak atau tidak valid untuk digunakan sebagai instrumen sesuai dengan kriteria yang ada.

Hasil uji validasi soal untuk materi Bioteknologi secara rinci terlihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Hasil Analisis Validasi Butir Soal Materi Bioteknologi

No. Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.

Soal KS (%) Ket IDP (%) Ket Pengecoh Skor Ket Baru

1 84.62 Mudah 25 CUKUP Sangat Baik 0.346 DITERIMA 1

2 76.92 Mudah 0 KURANG Baik -0.037 TOLAK - 3 63.16 Mudah 25 CUKUP Baik 0.185 TOLAK - 4 15.38 S.Sukar 25 CUKUP Sangat Baik 0.417 DITERIMA 2

5 30.77 Sedang 0 KURANG Baik 0.244 TOLAK - 6 38.46 Sedang 50 BAIK Sangat Baik 0.252 DITERIMA 3

7 30.77 Sedang 0 KURANG Baik 0.087 TOLAK - 8 30.77 Sedang 0 KURANG Buruk -0.196 TOLAK - 9 46.15 Sedang 25 CUKUP Sangat Baik 0.353 DITERIMA 4

10 38.46 Sedang 50 BAIK Baik 0.55 DITERIMA 5

11 69.25 Sedang 25 CUKUP Sangat Baik 0.258 DITERIMA 6

12 53.85 Sedang 0 KURANG Baik 0.17 TOLAK - 13 30.77 Sedang 0 KURANG Buruk -0.07 TOLAK - 14 38.46 Sedang 25 CUKUP Sangat Baik 0.282 DITERIMA 7

15 38.46 Sedang -75 KURANG Baik -0.701 TOLAK - 16 7.69 S.Sukar 25 CUKUP Baik 0.418 DITERIMA 8

17 76.69 Mudah 25 CUKUP Baik 0.238 TOLAK - 18 76.92 Mudah 0 KURANG Buruk 0.066 TOLAK - 19 57.89 Sedang 25 CUKUP Baik 0.176 TOLAK - 20 61.54 Sedang 100 S.BAIK Sangat Baik 0.85 DITERIMA 9

21 69.23 Sedang 50 BAIK Baik 0.227 TOLAK - 22 84.62 Mudah 25 CUKUP Baik 0.266 DITERIMA 10

23 76.92 Mudah 50 BAIK Sangat Baik 0.444 DITERIMA 11

24 7.69 S.Sukar 0 KURANG Buruk -0.017 TOLAK - 25 69.23 Sedang 0 KURANG Baik 0.07 TOLAK - 26 61.54 Sedang 50 BAIK Baik 0.314 DITERIMA 12

27 23.08 Sukar -25 KURANG Baik -0.135 TOLAK - 28 23.08 Sukar -25 KURANG Buruk -0.341 TOLAK - 29 38.46 Sedang 75 S.BAIK Sangat Baik 0.43 DITERIMA 13


(36)

No Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Kualitas Korelasi No.

Soal KS (%) Ket IDP (%) Ket Pengecoh Skor Ket Baru

31 30.77 Sedang 50 BAIK Sangat Baik 0.307 DITERIMA 14

32 30.77 Sedang 25 CUKUP Baik 0.338 DITERIMA 15

33 15.38 Sukar -25 KURANG Baik -0.346 TOLAK - 34 61.54 Sedang 50 BAIK Sangat Baik 0.403 DITERIMA 16

35 76.92 Mudah 50 BAIK Sangat Baik 0.513 DITERIMA 17

36 76.92 Mudah 25 CUKUP Sangat Baik 0.307 DITERIMA 18

37 69.23 Sedang 0 KURANG Baik 0.039 TOLAK - 38 69.23 Sedang 75 S.BAIK Baik 0.603 DITERIMA 19

39 61.54 Sedang -25 KURANG Baik -0.163 TOLAK - 40 76.92 Mudah 50 BAIK Sangat Baik 0.479 DITERIMA 20

41 76.92 Mudah 0 KURANG Buruk 0.238 TOLAK - 42 30.77 Sedang 50 BAIK Sangat Baik 0.307 DITERIMA 21

43 38.46 Sedang 50 BAIK Sangat Baik 0.282 DITERIMA 22

44 7.69 S.Sukar 25 CUKUP Baik 0.201 TOLAK - 45 30.77 Sedang 50 BAIK Baik 0.558 DITERIMA 23

46 30.77 Sedang 50 BAIK Baik 0.495 DITERIMA 24

47 61.54 Sedang -25 KURANG Buruk -0.222 TOLAK - 48 53.85 Sedang 25 CUKUP Sangat Baik 0.431 DITERIMA 25

49 69.23 Sedang 25 CUKUP Baik 0.29 DITERIMA 26

50 61.54 Sedang -25 KURANG Buruk -0.192 TOLAK - 51 69.23 Sedang 75 S.BAIK Baik 0.792 DITERIMA 27

52 69.23 Sedang 0 KURANG Baik 0.056 TOLAK - 53 92.31 S.Mudah 25 CUKUP Baik 0.56 DITERIMA 28

54 0 S.Sukar 0 KURANG Buruk 0.192 TOLAK - 55 84.62 Mudah 50 BAIK Sangat Baik 0.747 DITERIMA 29

Berdasarkan pada Tabel 3.6 di atas tampak bahwa hasil analisis validasi soal untuk materi Bioteknologi dari 55 jumlah butir soal yang diujicobakan terdapat 29 butir soal yang dinyatakan diterima atau valid untuk digunakan sebagai instrumen pada penelitian ini, sisanya sebanyak 26 butir soal dinyatakan ditolak atau tidak valid digunakan sebagai instrumen


(37)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.Tahap Keempat: Melakukan Implementasi Model Diklat Partisipatif a. Tahap Perencanaan

Tahap ini dilakukan dengan pengisian format identifikasi kebutuhan oleh masing-masing calon peserta yang telah disiapkan oleh fasilitator serta melakukan wawancara terhadap beberapa calon peserta untuk menggali beberapa informasi yang terkait dengan alasan-alasan yang dijadikan sebagai dasar dalam menentukan pilihan materi-materi yang sangat dibutuhkan dalam diklat tersebut. Setelah pengisian kuesioner dan wawancara selanjutnya dilakukan analisis terhadap identifikasi kebutuhan dan hasil analisis tersebut kemudian dilakukan verifikasi ulang terhadap calon peserta dan meminta saran serta tanggapan terhadap hasil identifikasi tersebut. Berdasarkan hasil kesepakatan bersama antara peserta dan fasilitator dilakukan penentuan materi-materi yang akan disajikan pada kegiatan diklat tersebut.

Setelah menentukan materi-materi pokok yang akan disajikan dalam kegiatan diklat tersebut peserta diberikan kesempatan untuk memberikan masukan/saran terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan terkait dengan materi-materi yang akan disajikan. Selanjutnya peserta diminta juga untuk memberikan masukan-masukan terhadap harapan-harapan untuk mengatasi permasalahan di sekolah yang terkait dengan pembelajaran materi tersebut untuk menjadi bahan pertimbangan dan persiapan dalam pelaksanaan diklat. Pada tahap ini juga fasilitator meminta masukan-masukan peserta mengenai narasumber/fasilitator yang akan menyajikan materi-materi yang tersebut terkait dengan keahlian/kepakarannya. Harapan dari calon peserta diklat terhadap


(38)

narasumber/fasilitator adalah agar penyelenggara diklat menyiapkan narasumber/fasilitator yang sesuai dengan keahlian dari materi yang akan disajikan.

Dari materi-materi yang telah disepakati, fasilitator bersama-sama dengan peserta mendiskusikan rancangan struktur program diklat yang disiapkan kemudian dirumuskan tujuan dan pendekatan yang akan diterapkan sesuai dengan karakteristik materi diklat. Selanjutnya desain program ini yang menjadi landasan bagi fasilitator untuk mempersiapkan pembelajaran diklat yang dilaksanakan sesuai dengan komitmen bersama antara fasilitator dengan peserta diklat. Kegiatan pada tahap ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan diklat bagi-bagi guru yang akan mengikuti program diklat tersebut.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:

1) Melakukan implementasi model diklat khususnya merancang tahap perencanaan berkolaborasi dengan guru-guru yang aktif dalam kegiatan MGMP Mata Pelajaran Biologi SMA di Kota Samarinda sebanyak 18 orang selama 1 hari 2) Melakukan diskusi mengenai hasil perencanaan tersebut untuk mendapatkan

saran dan pendapat dalam mempersiapkan program pelaksanaan diklat selanjutnya.

3) Merancang dan mendesain ulang struktur program berdasarkan hasil analisis identifikasi kebutuhan diklat guru dan masukan dari praktisi.

4) Hasil revisi/penyempurnaan struktur program diklat dianggap sudah siap untuk diimplementasikan dalam uji lapangan.


(39)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Tahap Pelaksanaan

Sebelum melakukan kegiatan diklat, terlebih dahulu diinformasikan kepada calon peserta melalui surat pemanggilan peserta kepada masing-masing Kepala Sekolah. Daftar nama-nama calon peserta yang akan mengikuti kegiatan ini terlampir dalam surat pemanggilan tersebut sesuai dengan kesepakatan pada tahap perencanaan, bahwa peserta yang bisa ikut dalam kegiatan diklat adalah guru-guru yang ikut dalam tahap perencanaan diklat. Sesuai surat panggilan kepada calon peserta diklat, jumlah calon peserta diklat yang rencananya diundang sebanyak 15 orang dengan cadangan tiga orang dari jumlah yang diskenariokan untuk mengantisipasi adanya calon peserta yang berhalangan pada saat kegiatan dilaksanakan. Dari hasil konfirmasi peserta diklat yang direncanakan untuk ikut dalam kegiatan ini ternyata tak satu pun yang mengundurkan diri atau berhalangan untuk mengikuti kegiatan ini, sehingga surat untuk tiga orang cadangan yang namanya tercantum dalam daftar surat pemanggilan tersebut tidak jadi dikirim ke sekolah agar tidak terjadi jumlah peserta yang melebihi target peneliti. Ada hal yang tidak terduga pada hari pelaksanaaan kegiatan, semua calon peserta yang terlampir dalam surat panggilan termasuk yang menjadi cadangan hadir semua walaupun terlambat dan tidak mengikuti pre test. Setelah peneliti berdiskusi dengan fasilitator dan panitia lainnya, diputuskan peserta yang terlambat dan tidak ikut pre test tetap diikutkan hingga akhir program. Hal ini menunjukkan bahwa antusias guru-guru untuk mengikuti kegiatan ini sangat tinggi. Implementasi model diklat pada tahap ini


(40)

merupakan uji lapangan/uji empirik yang dilkukan pada subyek penelitian (guru-guru yang aktif dalam MGMP Biologi Kota Samarinda).

c. Tahap Evaluasi

Pada tahap ini evaluasi yang dilakukan peneliti melibatkan peserta terhadap keseluruhan aspek program mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai pada tahap evaluasi. Dalam memperoleh gambaran tentang tanggapan peserta terhadap pelaksanaan model yang dilaksanakan, dilakukan penilaian dengan menggunakan angket pendapat peserta tentang rangkaian seluruh tahapan kegiatan.

Kegiatan evaluasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pelatihan (implementasi model) meliputi:

1) Sebelum pelaksanaan pembelajaran diklat, dilakukan tes awal/pre-test. Pada saat pre-test peserta yang ikut sebanyak 15 orang, setelah pre-test selesai peserta bertambah tiga orang sehingga jumlah peserta yang mengikuti kegiatan diklat ini sampai selesai sebanyak 18 orang. Pre-test ini dilakukan untuk menjaring kemampuan awal terkait dengan konsep dan pembelajaran.

2) Melaksanakan evaluasi proses pembelajaran (keterlaksanaan program) melalui observasi kegiatan pelaksanaan diklat.

3) Melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran pasca kegiatan diklat melalui post-test, dan pengisian angket tertutup dan terbuka mengenai respon peserta terhadap pelaksanaan model diklat.


(41)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Samarinda dengan tempat pelaksanaan diklat Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kalimantan Timur. Subyek penelitian adalah para Guru Biologi SMA se-Kota Samarinda yang terhimpun dan aktif mengikuti kegiatan MGMP sebanyak 18 orang. Subyek dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Guru Biologi yang berijazah sarjana (S1) pendidikan biologi atau non pendidikan biologi yang telah mendapatkan akta IV

2. Guru tersebut mengajar di kelas XII E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya:

a. Pada tahap penelitian pendahuluan digunakan teknik wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi.

b. Pada tahap pengembangan model konseptual diklat digunakan teknik analisis, diskusi, saran pendapat.

c. Pada tahap implementasi model digunakan angket dan catatan kejadian serta dokumentasi pembelajaran diklat.

d. Pada tahap evaluasi program diklat digunakan angket, soal test, wawancara, dan observasi kegiatan.


(42)

F. Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, ada yang perlu diuji-cobakan terlebih dulu sebelum digunakan dan ada pula yang tak memerlukan ujicoba. Instrumen yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan untuk setiap tahapan-tahapan penelitian. Jenis-jenis instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini terlihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Jenis – Jenis Instrumen Penelitian yang Dikembangkan

No Tahapan Penelitian

Jenis Instrumen Sasaran Aspek Kajian

1 Studi Pendahuluan Pedoman Wawancara, Dokumentasi, angket

Beberapa guru biologi dengan pengalaman mengajar yang bervariasi anatara 5 sampai 15 tahun

- Analisis kebutuhan profesi di lapangan. - Analsis program

diklat yang telah dilaksnakan

2 Rancangan Model Diklat Partisipatif

Angket, wawancara - Peserta Diklat - Fasilitator

- Rancangan Diklat (Berdasarkan Kebutuhan diklat) - Materi pelatihan - Metode pembelajaran - Bahan-bahan

pengajaran. - Media pembelajaran - Rancangan evaluasi 3 Validasi Model

diklat

Lembar Validasi Model Diklat

- Pakar kurikulum diklat.

- Praktisi pelatihan

- Relevansi model dengan kebutuhan guru.

- Kesederhanaan model - Sistematika penyajian - Representasi model

4 Tahap Implementasi Model

Angket(pretest-post test), format observasi

- Peserta diklat - Pelaksana diklat - Fasilitator/instruktur

- Perubahan

kemampuan peserta diklat.

- Peran fasilitator dalam mengaktifkan peserta.

- Peran peserta dalam mengikuti

pembelajaran 5 Tahap Evaluasi Angket - Peserta diklat

- Fasilitator

- Pelaksanaan Pembelajaran - Hasil peserta diklat


(43)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

G. Analisis Data

Data yang diperoleh pada panelitian ini terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa: (1) Profil analisis kebutuhan guru biologi berdasarkan level pengalaman mengajar; (2) Karakteristik model diklat partisipatif (3) peran guru dan fasilitator dalam pengembangan program diklat partisipatif (4) tanggapan guru terhadap pelaksanaan model diklat partisipatif. Data-data kualitatif tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data kuantitatif meliputi peningkatan kompetensi profesional dan pedagogi guru Biologi SMA sesudah mengikuti diklat.

Analisis peningkatan kompetensi profesional dan pedagogi ditentukan dari gain(g) test yang dicapai dari penggunaan model Diklat Partisipatif. Gain test ditentukan dari skor posttest dan pretest yang dinormalisasi dengan rumus Meltzer (2002).

Keterangan :

Nilai (g) : ≥ 0.7 , kategori tinggi Nilai (g) : 0.3 < g < 0.7, kategori sedang

Nilai (g) : ≤ 0.3, kategori rendah

Skor posttest – Skor Pretest (g) =


(44)

BAB V

KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model diklat partisipatif-kolaboratif yang dapat meningkatkan kompetensi Guru Biologi SMA adalah pada tahap perencanaan dimulai dari identifikasi kebutuhan peserta, menentukan tujuan, mendesain program, dan struktur program diklat yang dilakukan dengan melibatkan seluruh peserta diklat secara bersama-sama. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan pembelajaran, narasumber berperan sebagai fasilitator dalam memotivasi dan melibatkan secara aktif peserta dalam mengungkapkan pengalaman-pengalaman belajar, permasalahan-permasalahan pembelajaran di sekolah serta mendorong peserta lebih aktif dalam memberikan tanggapan-tanggapan dalam diskusi untuk pemecahan masalah yang terkait dengan pembelajaran dan permasalahan yang dihadapi di sekolah. Pada tahap evaluasi fasilitator mengarahkan peserta untuk secara bersama-sama menyusun program tindak lanjut dari kegiatan yang telah dilaksanakan untuk melakukan program desiminasi kepada rekan-rekan sejawat di sekolah atau di MGMP serta mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dan tanggapan peserta terhadap pelaksanaan model diklat.

Kebutuhan diklat guru-guru Biologi SMA berdasarkan kompetensi profesional yang menjadi prioritas utama secara berurutan adalah (1) Metabolisme, (2) Genetika, dan (3) Bioteknologi. Prioritas kebutuhan kompetensi profesional ini sesuai dengan kerumitan konsep topik tersebut dan kesulitan dalam membelajarkan


(45)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kepada siswanya. Sedangkan berdasarkan kompetensi pedagogi yang menjadi prioritas kebutuhan diklat adalah (1) model-model pembelajaran, (2) pendekatan pembelajaran, dan (3) media pembelajaran. Prioritas kebutuhan kompetensi profesional ini didasarkan pada kurangnya pemahaman dalam mengimplementasikan topik-topik tersebut dalam pembelajaran.

Penerapan model diklat ini berjalan dengan baik sesuai dengan karakteristik-karakteristik yang dikembangkan mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai tahap evaluasi. Hal ini ditandai dengan rata-rata skor hasil observasi sebesar 2.6 dari skor maksimal 3. Tahap perencanaan meliputi kegiatan-kegiatan ; identifikasi kebutuhan diklat, menentukan tujuan program, mendesain program, membuat struktur program diklat. Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan implementasi pembelajaran diklat yang dimulai dengan orientasi program, pembelajaran dengan berbagai pendekatan yang bersifat partisipatif. Tahap evaluasi meliputi kegiatan penyusunan program tindak lanjut, pre & post test, serta respon/tanggapan peserta terhadap pelaksanaan model diklat.

Model diklat ini dapat meningkatkan kompetensi profesional dan pedagogi bagi guru-guru biologi SMA. Peningkatan kompetensi ini dapat dilihat dari hasil pre- test dan post-test dengan peroleh nilai N gain rata-rata untuk kompetensi profesional sebesar 0.46 dan kompetensi pedagogi sebesar 0.67, yang berarti peningkatan dengan kategori sedang. Peningkatan kompetensi profesional terlihat dari pemahaman terhadap konsep-konsep mengenai Siklus Krebs dan proses Glikolisis pada materi Metabolisme yang semakin jelas. Pada Materi Genetika


(46)

peningkatan pemahaman terlihat konsep-konsep mengenai struktur DNA, alel, gen, dan sintesis protein. Sedangkan pada materi Bioteknologi peningkatan pemahaman terlihat pada konsep-konsep mengenai plasmid, kloning, kultur jaringan, DNA sintesis, dan antibodi monoklonal. Hasil observasi juga menunjukkan adanya pemahaman yang sama antara fasilitator dengan peserta terhadap konsep-konsep tersebut yang sebelumnya menjadi perdebatan dan perbedaan pemahaman konsep. Sedangkan peningkatan pada kompetensi pedagogi terlihat pada pemahaman konsep yang sudah dapat membedakan dengan jelas antara model-model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran pada saat mengerjakan tugas kelompok dalam menyusun RPP untuk kegiatan peer teaching.

Tanggapan peserta diklat terhadap pelaksanaan model ini mempunyai kecenderungan sangat setuju ( skala nilai rata-rata 3.4 dari skala 4). Hal ini berarti bahwa model ini secara umum sangat positif terhadap peningkatan kompetensi guru-guru biologi SMA. Respon peserta juga menunjukkan bahwa model ini merupakan hal baru bagi peserta terutama dalam keterlibatan peserta dalam menentukan kebutuhan diklat yang akan dilaksanakan dan juga sesuai dengan apa yang mereka rencanakan secara bersama-sama dengan pelaksanaan diklat tersebut.

Karakteristik dari model diklat ini adalah Pertama, materi diklat berbasis pada kebutuhan. Keterlibatan dan partisipasi aktif calon peserta diklat dalam merumuskan kebutuhannya dengan berkolaborasi sesama peserta dan fasilitator dapat memberikan gambaran kebutuhan keadaan nyata (actual condition) dan keadaan yang diinginkan (what should be). Kedua, pembahasan materi diklat terfokus pada


(47)

Haksan Darwangsa, 2013

Pengembanagn Model Diklat Participation Kolaboratif (Parkol) Untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Biologi SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

permasalahan yang dialami peserta di sekolah. Proses pembelajaran model diklat partisipatif ini dikembangkan dari permasalahan yang telah dialami oleh peserta diklat baik berupa pengetahuan maupun keterampilan yang telah dimiliki berdasarkan pengalaman mereka dengan siswanya. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran dalam kegiatan diklat ini lebih difokuskan pada pendekatan pemecahan masalah.

Ketiga, pola perencanaan diklat yang intensif dan kolaboratif dengan melibatkan

secara aktif calon peserta diklat dalam merencanakan kebutuhan yang diinginkan pada penyusunan program diklat tersebut semakin memberikan motivasi kepada peserta diklat untuk lebih berpartisipasi aktif dan memberikan rasa tanggung jawab dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan program diklat. Keempat berpusat pada peserta (participant centered). Model ini berorientasi pada pencapaian kebutuhan belajar bagi peserta diklat, maka desain diklat ini sejak perencanaan calon peserta menjadi fokus utama dalam menentukan langakah-langkah strategis untuk persiapan pelaksanaan diklat tersebut. Proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan didasarkan dan disesuaikan dengan latar belakang peserta diklat, sehingga peran utama yang diharapkan dalam proses pembelajaran adalah adanya keterlibatan secara aktif bagi peserta dalam proses pembelajaran tersebut untuk mencapai tujuan belajar yang telah disepakati secara bersama-sama. Jika fokus model pengembangan profesional ini adalah peserta diklat/guru, maka sasaran pembelajaran guru secara tidak langsung adalah untuk tujuan pembelajaran siswanya.


(48)

B. Saran-Saran

Saran-saran dan masukan untuk peningkatan dan pengembangan model diklat ini adalah pertama, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan model diklat ini untuk materi-materi biologi yang lain khususnya yang dianggap bermasalah/sulit sehingga permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru dalam membelajarkan materi-materi tersebut dapat teratasi dengan cepat. Kedua, diperlukan adanya konsistensi para penyelenggara diklat sejak tahap perencanaan diklat sampai tahap pelaksanaan terutama dari identifikasi kebutuhan diklat , sasaran calon peserta diklat, narasumber/fasilitator. Ketiga, diperlukan koordinasi yang sinergis dari berbagai pihak dalam pelaksanaan model diklat menjadi sangat penting terutama yang terkait langsung dengan penyiapan dan pembinaan profesi guru-guru Biologi yaitu lembaga

– lembaga pendidikan pre service (LPTK), lembaga pendidikan in service (LPMP, Badan diklat), Dinas Pendidikan Kab/Koata dan Propinsi yang terlibat langsung ataupun tidak langsung dalam pengembangan profesionalisme guru. Keempat, dalam menerapkan model ini perlu memperhatihan kebutuhan guru-guru berdasarkan kompetensi yang dimilikinya sehingga dapat diintegrasikan antara materi yang dibutuhkan dengan standar kompetensi yang dimiliki.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini maka pengembangan model diklat ini untuk dapat efektif meningkatkan kompetensi guru perlu merekomendasikan beberap hal kepada pihak-pihak yang terkait antara lain; pertama, lembaga-lembaga penyelenggara diklat (in service), dalam penyelenggaraan diklat yang efektif dan


(1)

efisiensi bagi guru hendaknya materi-materi diklat yang diberikan harus betul-betul menjadi bagian dari kebutuhan guru. Oleh karena itu ketelibatan guru-guru dalam ikut merencanakan dan menentukan desain progaram diklat akan sangat mempengaruhi keberhasilan pengembangan model diklat ini. Kedua, lembagalembaga pendidikan (pre service) yang mempersiapkan calon-calon guru dalam pengembangan kurikulumnya senantiasa mengikuti kebutuhan guru-guru di lapangan, sehingga tidak terjadi kesenjangan yang dipelajari pada LPTK dengan apa yang akan mereka kelak hadapi ketika menjadi seorang guru di sekolah.

Ketiga, Untuk Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Dinas-Dinas Pendidikan Kab/Kota dan Propinsi dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan perlu melakukan kerjasama dengan LPTK dalam hal penyediaan narasumber agar dalam pendalaman materi-materi tertentu yang dibutuhkan oleh guru-guru sesuai dengan ahlinya. Keempat, lembaga-lembaga yang memiliki tugas dan fungsi dalam pembinaan profesionalisme guru-guru dapat melakukan adopsi dan adaptasi untuk pengembangan model diklat ini serta melakukan pengembangan kepada guru-guru selain mata pelajaran Biologi dan satuan pendidikan lainnya dengan tetap memperhatikan tahapan-tahapan model yang telah dikembangkan dan memperbaiki hal-hal yang masih kurang. Kelima, mengingat materi yang diberikan dalam model ini berdasarkan pada pilihan peserta diklat, maka dalam pengembangan model ini perlu mengitegrasikan materi-materi penting seperti assesmen pembelajaran.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I. (1996). Strategi Membangun Motivasi dalam Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Agta Manunggal Utama.

Abdulhak, I. (2000). Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: CV Andira Atmodiwirio, S. (2005). Manajemen Pelatihan. Jakarata : Ardadizya Jaya.

Bal, S., Samanci, N. K., & Bozkurt, O. (2007). University Student Knowledge and Attitude about Genetic Engineering. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 3, (2) 119 – 126.

Clark D. & Holt, J. (2001) Philosophy: a key to open the door to critical thinking. Nurse Education Today. 21, (1), 71-78.

Colavito, M.C. (2000). Integrating Biotechnology into a Non-majors Biology Curriculum. Journal of Industrial Microbiology & Biotechnology. 24, (3), 308 -309.

Crag, L.R. (1987). Training and Development Handbook: A Guide to Human Resources Development. New York: McGraw-Hill Book Company.

Creswell, J.W. (1998). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions. Amerika: Sage Publications International Educational and Professional Publisher.

Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R.W. & Siregar, N. (2000). Pedagogi Materi Subyek: Meletakkan Dasar Keilmuan dari PBM. Makalah pada Seminar Staf Dosen FPMIPA dalam rangka Mensosialisasikan Pedagogi Materi Subyek. UPI. Bandung.

Darwangsa, H. (2011a). Identifikasi Kebutuhan Guru Biologi SMA. Proceeding Seminar Nasional Pendidikan IPA. F.KIP MIPA. Universitas Sriwijaya Palembang tanggal 17 September 2011.

Darwangsa, H. (2011b). Desain Program Diklat Partisipatif Untuk meningkatkan Profesionalisme Guru Biologi SMA. Prosiding Seminar Nasional MIPA. FMIPA. Universitas Negeri Semarang tanggal 29 Oktober 2011.

Depdiknas. (2005a). Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta : Fokus Media.

Depdiknas. (2005b). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Fokus Media.

Depdiknas. (2007c). Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta : Fokus Media.


(3)

Devi, P.K., Hinduan.A., & Liliasari. (2011). ”Penerapan Partisipatif dan Andragogi pada Program Pelatihan untuk Meningkatkan Kompetensi dan Aktivitas Guru

Kimia di MGMP Wilayah”. Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. 9, (12). 26 – 40.

Direktorat Tenaga Kependidikan. (2004). Hasil Uji Kompetensi Guru. Jakarta : Depdiknas.

Dubois, D.D., & Rothwell, W.J. (2004). Competency – Based Human Resources Management. Palo Alto, Cal.:Davies Black Publishing.

ETU. (2000). Educationla and Training Guide. [on-line].tersedia: http://www.etu.org.za/toolbox/docs/building/webtraining.

htm [19 Juni 2008].

Enfield, M. (2007). Content and Pedagogy: Intersection in the NSTA a Standards for Science Teacher Education.[online].tersedia:http:[email protected] Fauzi, I.K.A. (2011) Mengelola Pelatihan Partisipatif. Bandung: Penerbit Alfabeta. Fritz, S.M., Ward, S.M., Byrne, P.F., Namuth, D.M., Egger, V.A. (2004). “Short and

Long-Term Impact of Biotecnology Education of Professionals who Communicate Science to the Public”. J.Nat.Resour.Life.Sci Educ. 33, (7), 111-115.

Gall, M.D., Gall, J.P., & Borg, W.R., (2003). Educational Research an Introduction. 7th.ed. Boston : Pearson Education, Inc.

Goad, T. W. (1982). Delivering effective training. San Diego, CA:University Associates.

Halim, A. & Ali, M. (1993) Training and Professional Development. (on-line) tersedia :http://www.fao.org/docrep [12 Juni 2009].

Hamidah, D. (2011). Pengembangan Program Peningkatan Profesional Guru Biologi SMA Melalui Pelatihan Pedagogical Content Knowledge Pada Materi Genetika. Disertasi Sekolah Pascasarjan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Tidak diterbitkan.

Ibrohim dan Hariadi. (2002). Potensi Akademik dan Pandangan Guru IPA dalam Peningkatan Pembelajaran IPA Sekolah Dasar di Situbondo, Kediri, dan Tegal. Proceeding National Science Education Seminar. Universitas Negeri Malang.

Johnson, D.W., Johnson, R. T., & Smith, K. A. (1991). Active learning: Cooperation in

the college classroom. Interaction book co. Edina, MN.

Kelly, L. (1995). The ASTD Technical and Skills Training Handbook, New York, N.Y : McGraw-Hill, Inc.


(4)

Knowles, M.S. (1980). The Modern Practice of Adult: From Pedagogy to Andragogy. NewYork: Association Press.

Knowles, M.S., et al. (1984). Andragogy in Action: Applying Modern Principles of Adult Learning. San Francisco: Jossey-Bass Inc.

Laird, D. (1985). Approaches to Training and Development.2nd ed. Reading, Mass: Addison-Wesley Publishing Company Inc.

Lorson, K., Goodway, J.D., & Hovatter, R. (2007). Using Goal-Directed Reflection to Make Reflection More Meaningful. Journal of Physical Education, Recreation & Dance. 78, (4), 102 – 121.

Loucks-Horsley, S., Stiles, K.E., Mundry, S., Love, N., & Hewson, P.W. (2010). Designing Professional Development Teachers of Science and Mathematics. (3rd ed). Thousand Oaks, CA: Corwin.

Mariana, I.M.A. (2012). Roadmap Program Pengembangan dan Pemberdayaan KKG dan MGMP (P2KM). Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (P4TKIPA).

Mayo, P., & Du Bois, P.H. (1987). The Complete Book of Training. California University, CSU.

Meltzer, D.E. (2002) The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores. American Journal of Physics. 70, (12), 259-268. Montgomery, B.L. (2004). Teaching The Nature of Biotechnology Using

Service-Learning Instruction. J.Nat.Resour.Life.Sci.Educ. 15 (34), 32 – 38.

Nadler, L. (1982). Designing Training Program: The Critical Event Model. MA: Addison-Wesley,Reading.

Noor, I. (2001). Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Indonesia di SMU Berdasarkan Kurikulum 1994. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 32, (18), 25.

NRC. (1996). National Science Education Standards. Washington: National Academic Press.

NSTA. (1998). Standards for Science Teacher Preparation.

Ozen, R. (2008) Inservice Training(INSET) Program Via Distance Education: Primary School Teacher’ Opinions. Turkish Journal Online of Distance Education-TODJE. 9, (1), 15.

Polkinghorne, J.C. (2000). Ethical Issues in Biotechnology: Trend in Biotechnology. J.Nat.Resour.Life.Sci.Educ. 18, (5), 8 – 10.


(5)

Rae, L. (2005). The Art of Training and Development: Effective Planning. Jakarta : PT Gramedia.

Resnick, L. B. (2005). Teaching Teacher: Professional Development to Improve Student Achievement. Research Point. 3, (5), 56.

Robert, T. S. (2004). Online Collaborative Learning: Theory and Practice. Hershey: Information Science Publishing.

Rothaar, R., Pittendirgh B.R., & Orvis K.S. (2006). The Lego Analogy Model for Teaching Gene Sequencing and Biotechnology. J.Biological Education. 40, (4), 25 – 30.

Rusdi. (2007). Sistem Pelatihan Peningkatan Mutu Pembelajaran IPA. Makalah Rakor Peningkatan Mutu Pembelajaran IPA. Yogyakarta 5 – 8 April 2007. Sarwanto. (2008) Pelatihan Pembelajaran IPA Berbasis Organisasi Belajar bagi

Guru Sekolah Dasar. Disertasi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Tidak diterbitkan.

Shulman, L. S. (1986). Those who understand: Knowledge Growth in Teaching. Educational Researcher. 15, (2), 4 -14.

Smith, G. (2008). Education vs.Training vs.Certifikation. J Phys.Taech.Educ.Online. 2, (3), 64.

Soenarto. (2000). Model Pelatihan demand driven: Peningkatan Kualitas Pendidikan Berbasis Sekolah. Proceeding Seminar Nasional. Depdiknas Universitas Negeri Yogyakarta F.MIPA.

Sudjana, D. (2000a). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Bandung: Falah Production

--- (2000b). Strategi Pembelajaran, Bandung: Falah Production.

--- (2000c). Pendidikan Luar Sekolah Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Falah Production.

--- (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Supriadi, D. (2003). Guru di Indonesia: Pendidikan, Pelatihan, dan Perjuangannya Sejak Zaman Kolonial hingga Era Refoemasi. Jakarta : Depdiknas.

Susilana, R. (2006). Kurikulum Pembelajaran. Bandung: Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Suwono, H. (2002). Profil Kemampuan Mengajar PBS IPA Sekolah Dasar di Kab.Situbondo Jawa Timur. Proceeding National Science Education Seminar on New Paradigm in Mathematics and Science Education in Order to Enhance


(6)

the Development and Mastery of Science and Technology. Malang: State University Malang, August 5,2002.

Taylor, P. (2003). How to Design a Training Course: A Guide to Participatory Curriculum Development. London : Continum & VSO.

Widodo, A., Riandi., & Suprianto, B. (2011). “Pengembangan Paket Program Berbasis Video untuk Peningkatan Kompetensi Mengajar Guru Sains”. Cakrawala Pendidikan, 30, (1), 58 – 72.