Zona Integritas Kementerian Agama

Edisi 1/ Tahun I/ Januari 2015 media pemersatu umat media pemersatu umat

  Zona Integritas Zona Integritas Kementerian Kementerian Agama Agama

  10

  21

  31 Bidang & Bimas Dinamika Daerah Art ikel

  Pokok-pokok Penyusunan

Nilai-nilai dan Persepsi Kemenag Launching

  KTSP Kurikulum 2013

Budaya Kerja

  

Radio Dakwah RKA FM

di Madrasah

  Edisi 1/ Tahun I/ Januari 2015

  1

Dari Redaksi Assalamu’alaikum wr wb

  Para pembaca yang budiman. Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Jateng mulai Januari 2015 menerbitkan ma- jalah Sejahtera. Berbagai persiapan dilakukan untuk menerbitkan majalah milik Kemenag Jateng ini. Dan, alhamdulillah setelah melalui rapat redaksi, penggalian berita dan penyuntingan naskah, akhirnya majalah Sejahtera edisi perdana dapat disajikan ke tan- gan pembaca.

  Kami menyadari, majalah ini dimungkinkan banyak kekuran- gan di sana sini. Apalagi, pada edisi perdana ini. Karena itu, saran, masukan dan kritik konstruktif sangat kami harapkan dalam rangka

  Daftar Isi perbaikan pada edisi-edisi mendatang.

  Salam Redaksi ...................... 2 Sesuai dengan rapat redaksi beberapa waktu lalu, rencanan- Kolom ....................................

  3 ya majalah Sejahtera akan terbit bulanan tepatnya tanggal 1 atau

  Laporan Utama ..................... 4 minggu pertama tiap bulan. Adapun materi atau rubrik tetap yang

  Bidang Penma ..................... 10 disajikan tiap edisi antara lain Salam Redaksi, tulisan Kolom para

  Bidang PAIS ......................... 13 tokoh terkait, Laporan Utama (Laput), Berita/Dinamika Daerah, Ki-

  Bimas Kristen ....................... 16 nerja, Karya Umat, dan Artikel. Rubrikasi itu akan dievaluasi secara

  Bimas Budha ........................ 17 berkala. Hal ini dilakukan agar isi majalah Sejahtera sesuai dengan

  Bimas Hindu ........................ 18 harapan pembaca. Bimas Katolik ....................... 19

  Rubrik Kinerja misalnya, akan menyampaikan berbagai in- Dinamika Daerah ................. 20 formasi terbaru terkait dengan kedinasan di jajaran Kementerian

  Prestasi .................................. 31 Agama. Pada edisi perdana memuat tulisan Kabag TU Kanwil Ke-

  KUB ...................................... 34 menag Jateng Andewi Susetyo tentang Lima (5) Tata Nilai Budaya

  Karya Umat .......................... 36 Kerja di Lingkungan Kementerian Agama. Kemudian rubrik Lapo-

  Galeri Foto ............................ 39 ran Utama, pada edisi ini menurunkan tulisan tentang Zona Integ- ritas. Hal ini sebagaimana diketahui, zona integritas ini akan terus didorong agar Kementerian Agama benar-benar menuju wilayah bebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisma serta mampu se- bagai instansi yang melayani masyarakat secara prima.

  Pembaca yang budiman, pengelola majalah Sejahtera se- bagian besar diisi oleh tenaga-tenaga mantan pengelola majalah Rindang. Sebagaimana diketahui, majalah Rindang mengakhiri

  Majalah Bulanan SEJAHTERA

  terbitan setelah ada kebijakan dari pusat bahwa pegawai di ling-

  Diterbitkan oleh :

  kungan Kemenag tidak boleh dipungut untuk tujuan apa pun dan-

  Bagian Humas Kanwil Kemenag

  gan besaran berapa pun, termasuk pungutan untuk berlangganan Provinsi Jawa Tengah. majalah Rindang. Padahal “napas” utama majalah Rindang selama ini hanya mengandalkan kontribusi dana dari pembaca.

  Penaggung Jawab : Badrus Salam ;

  Karena itu sebagian pihak ada yang menyatakan majalah Se-

  Redaktur : Budiawan, Durrotun Nafi sah,

  jahtera sebenarnya “reinkarnasi” majalah Rindang karena sama-

  Gentur Rachma Indriadi, Martina Wulan- dari, Ahmad Faiq, M Fachri ; Penyunting

  sama terbit bulanan di Kanwil Kemanag Jateng. Bedanya, kalau

  / Editor : Saronji, Djati Prasetyo ; Design

  majalah Rindang murni didanai oleh para pelanggan, sedangkan

  Grafi s / Fotografer : Hery Basuki, Mu-

  majalah Sejahtera murni dibiayai DIPA. Kemudian oplah majalah hammad Khoirulloh ; Sekretariat : Yudi

  Prasetyo, Amin Sri Widodo

  Rindang mencapai 27.000-an eksemplar, sedangkan majalah Se- jahtera belum menyentuh angka itu dan oplahnya masih terbatas

  Penerbit:

  pada pejabat eselon tertentu di seluruh instansi/lembaga, termasuk

  Humas Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah

  instansi di luar Kemenag. Ke depan, diharapkan terbitan majalah Sejahtera dapat diterima dan dibaca seluruh pegawai di lingkun-

  Alamat Redaksi :

  gan Kemenag Provinsi Jateng.(ms)

  Jalan Sisingamangaraja 5 Semarang

  • 50232 Telp : 024-8412547, 8412548, Wassalamu’alaikum wr wb.

  8412552 Fax. 024-8315418

  Edisi 1/ Tahun I/ Januari 2015

  Kolom Mengimplementasikan Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama

  dan pelayanan yang lebih baik. Kita yakin eraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 bahwa lima budaya kerja di Kementerian tentang Penilaian Kinerja Pegawai, antara Agama para pegawai akan berfungsi menjadi lain dijelaskan bahwa sistem penilaian presta-

P

  pembangun dan penggerak seluruh potensi si kerja PNS bersifat komprehensif dan objektif. untuk bekerja dan melayani lebih baik, men-

  Melalui penilaian sasaran (kinerja) pegawai (SKP) jalin kerjasama yang harmonis dan agamis. yakni tidak hanya sebatas menilai perilaku saja,

  Selanjutnya Kementerian Agama dengan melainkan juga kinerja yang dihasilkan dengan motto “Ikhlas beramal” tidak hanya sekedar ukuran-ukuran tertentu. Dengan SKP ini diharap- motto namun harus mampu melakukan dan kan akan meningkatkan kompetensi dan profe- menerapkan dalam sikap sebagai pelayan sionalitas pegawai negeri sipil dalam melaksana- yang prima kepada masyarakat/pengguna kan tugas dan fungsi sebagai abdi masyarakat. jasa (customer), minimal sesuai dengan stan-

  Penilaian prestasi kerja PNS bertujuan untuk dar pelayanan sehingga orang yang dilayani menjamin objektifitas pembinaan PNS yang di- merasa puas, gembira atau senang. lakukan berdasarkan sistem prestasi kerja & sistem

  Agar nilai budaya kerja tersebut bisa karier, yang dititikberatkan pada sistem prestasi berhasil, maka hendaknya dilakukan dengan kerja. Penilaian prestasi kerja PNS secara strategis hati nurani, dan keikhlasan sampai hati yang diarahkan sebagai pengendalian perilaku kerja dalam. Sebagai insan aparatur pemerintah, produktif yang disyaratkan untuk mencapai hasil diharapkan mampu melakukannya secara kerja yang disepakati. konsisten dengan mengintegrasikan nilai

  “SKP sebagai konsekuensi Refor- dan perilaku yang tetap merujuk aturan yang

  ma m m masi Birokrasi menjadi isu nasional assi i B B ir rokrasi menjadi

  di dukung dengan dengan langkah-langkah

  da d dan tidak bisa kita hindari, karena a an n ti t id da ak bisa kita hin

  pembakuan instrumen pelayanan dan Iain-

  P PN PNS dibutuhkan mempunyai kom- NS N S S d di ibutuhkan mem lain. p pe petensi teknis manajemen dan pro- ete e en ns si i teknis manajem

  Membangun budaya kerja juga dapat

  f fesionalisme serta komitmen yang fe essi io on na n alisme serta kom

  dilakukan melalui pendekatan kasih sayang,

  ti t tinggi dalam memberikan pelayan- in ng gg g gi i dalam memberi

  tolong-menolong, keseimbangan, toleransi an. Revolusi mental yang dicanan- an a a n. . R Re e evolusi mental y antar sesama. Dengan diterapkannya nilai

  gk g gkan oleh Presiden Republik In- ka k an n oleh Presiden

  budaya dimaksud wujud nyata yang akan

  d do donesia diperuntukan bagi semua o on ne e s sia diperuntuka

  diperoleh antara lain; pertama, akan mampu

  le lembaga Kementerian untuk l em mbaga Kement m

  meningkatkan kompetensi personal, saling membumikan nilai-nilai membumikan memberikan kontribusi yang positif sebagai kebaikan dan kemasla- kebaikan d pengembang dan modal penguatan Sumber hatan bag hatan bagi aparatnya. Daya Manusia. Kedua, mampu melaksanaan

  Sejalan Sejalan dengan re- tugas dan fungsi secara lebih tepat dan ce- formasi birokrasi ini formasi pat. Ketiga, tercapainya visi sebagai ruh un-

  Kement Kementerian Agama tuk menggerakkan dinamika organisasi Ke- telah telah meluncurkan menterian Agama, Keempat, dapat terhindar lima n lima nilai budaya sifat tidak produktif bagi keberlangsungan kerja kerja yaitu integri- birokrasi sebagai pelayan masyarakat. tas, profesionali- tas, tas, i tas, inovasi, tang-

  Akhirnya, semoga kita dapat mengim- gungjawab, dan gun plementasikan nilai budaya kerja menjadi k e t e l a d a n a n , k e bangunan karakter manusia yang bera- d i m a k s u d k a n d i m khlaqul karimah, dan pada akhirnya mampu un untuk mendor- melaksanakan zona integritas. Amiin. ong aparaturnya ong

  Drs. H. Ahmadi, M.Ag

  agar memiliki aga

  KaKanwil Kemenag Jateng

  mental kerja me Edisi 1/ Tahun I/ Januari 2015

  3 Edisi 1/ Tahun I/ Januari 2015

  ika ditilik ke belakang, komitmen Kemenag untuk mewujudkan zona integritas di seluruh tingka- tan ssebenarnya sudah dimulai sejak

  18 Desember 2012. Pada saat itu Ke- menag mencanangkan zona integritas menuju wilayah bebas dari korupsi. Pencanangan tersebut dilakukan oleh Menteri Agama (waktu itu) Suryad- harma Ali, disaksikan Men PAN-RB Azwar Abubakar, pimpinan KPK dan Ombudsman, dalam suatu acara di Au- ditorium HM Rasjidi, Kantor Keme- nag Jalan MH Thamrin Jakarta.

  “Wilayah bebas korupsi merupak- an keharusan bagi Kementerian Agama. Saya berharap dengan pencanangan zona integritas ini maka kami akan ber- hasil menjadi institusi bersih korupsi dan benar-benar melayani publik,” kata Menag Suryadharma Ali dalam sambu- tannya, saat itu.

  Menurut Menag, dengan pen- canangan zona ini, maka diharapkan tidak aka nada lagi berkeliaran pejabat dan aparat yang korup, menyalahguna- kan jabatan dan tidak melayani publik. Aparat dan pejabat yang berkelakuan buruk seperti itu akan tersingkir dengan sendirinya oleh sistem yang ada.

  Untuk menuju instansi Negara yang berintegritas memang harus didu- kung oleh penerapan zona integritas dari jajaran instansi terkait secara sung- guh-sungguh. Dengan demikian maka tetap harus ada pengawasan internal, eksternal serta pengawasan masyarakat. Dengan kata lain, jangan sampai set- elah menerapkan zona integritas suatu instansi justru malah menutup diri dari pengawasan masyarakat atau penga- wasan publik. Kalau itu sampai terjadi maka publik tentu akan menilai bahwa zona dimaksud tidak serius. Sebagai konsekuensinya maka institusi yang sudah mencanangkan zona integri- tas maka harus membuka pengaduan masyarakat seluas-luasnya.

  Posisi Kemenag sebagai lembaga yang mengurus umat beragama dan pendidikan keagamaan sangat strategis untuk menjadi contoh pemberlakuan zona integritas. Karena itu seluruh aparatur Kemenag harus bersungguh- sungguh untuk menyukseskan pakta integritas dan zona integritas tersebut. Untuk mendukung pencanangan zona integritas, Menteri Agama Lukman Ha- kim Saifuddin pada puncak perayaan Hari Amal Bakti Ke-69 Kementerian Agama, Sabtu 3 Januari 2015, meneka- nkan kembali pentingnya menanamkan lima (5) tata nilai sebagai ruh budaya kerja PNS Kemenag. Lima budaya ker- ja tersebut arahnya adalah sangat sin- ergi dengan komitmen penerapan zona integritas.

  20 Indikator Terkait dengan kebijakan pen- erapan zona integritas tersebut, Ins- ika ditilik ke belakang, komitmen kan jabatan dan tidak melayani publik.

  Zona Integritas Zona Integritas

Kementerian Agama Kementerian Agama

  Perang melawan koru- psi, kolusi dan nepotisme (KKN) terus digelorakan oleh pemerintah, ter- masuk jajaran Kemente- rian Agama (Kemanag) di seruluh tingkatan. Di sisi lain, upaya memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat luas juga terus ditingkatkan. Jika kedua upaya tersebut benar-benar bisa terwujud maka diharapkan Kemenag akan menjadi atau menuju

  Wilayah Bebas dari Koru- psi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Me- layani (WBBM)---atau seka- rang lebih popular disebut “Zona Integritas”.

  Laporan Utama M Jasin

J

  Edisi 1/ Tahun I/ Januari 2015

  5

  pektur Jenderal Kementerian Agama melalui surat Nomor IJ/Set.IJ/2.b/ Kp.07.6/0006/2015 tanggal 8 Januari 2015 juga telah memerintahkan kepa- da seluruh Kakanwil Kemenag untuk melaksanakan item atau indikator zona integritas untuk menuju WBK dan WBBM, serta mengimplementasikan lima (5) tata nilai budaya kerja di ling- kungan Kementerian Agama. Adapun indikator zona integritas dalam upaya mencegah dan menutup peluang koru- psi di tubuh Kemenag—sesuai dengan yang dikeluarkan Inspektur Jenderal Kemenag M Jasin—ada 20 item/in- dikator. Indikator zona integritas terse- but harus ditaati oleh seluruh pegawai di lingkungan Kemenag. “Zona Integri- tas ini merupakan bagian dari program Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM),” kata M Jasin.

  Dijelaskan, pelaksanaan zona integritas tersebut dimulai dengan pen- andatanganan pakta integritas, Lapo- ran Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), menyusun indikator kinerja dan membuat laporan penggu- naan keuangan negara sesuai dengan standar akuntansi. Di samping itu, para pegawai Kemenag juga bertugas mem- buat unit pengendali gratifikasi (UPI), membuat kode etik khusus, membuat wistle blower system, melaksanakan pendidikan antikorupsi dan membuat laporan yang ditugaskan oleh undang- undang.

  Selain itu, pendidikan menjelang purnatugas, melakukan perekrutan pegawai secara terbuka dan promosi secara terbuka. Keterbukaan juga di- lakukan dalam pengukuran kinerja dan penberian informasi publik. Kemudian Itjen mengawal satker sejak tahap per- encanaan, melakukan pendampingan pembuatan laporan keuangan, melaku- kan audit kinerja terhadap satker-satker yang berisiko karena memiliki dana be- sar, termasuk melakukan audit investi- gasi dan audit tujuan tertentu.

  Dengan begitu, pintu masuk koru- psi diharapkan benar-benar tertutup ra- pat, maka otomatis pencegahan dapat dilakukan. Caranya dengan pencega- han melalui pendekatan agama, pem- berian konsultasi ke satker agar tidak melakukan pelanggaran serta mendor- ong layanan publik di bawah Kemenag agar meningkatkan kualitas layanannya agar transparan dan akuntabel. “Layan- an tersebut misalnya penyelenggaraan haji, layanan nikah, layanan pendidi- kan, layanan perizinan penyelengga- raan haji khusus, dan KBIH,” jelas M Jasin.

  Kemenag Jateng Bagaimana pelaksanaan zona integritas di Kemenag Jateng? Kabag

  TU Kanwil Kemenag Provinsi Jateng Andewi Susetyo menjelaskan, untuk menuju zona integritas instansi yang bersangkutan harus melaksanakan 20 item indicator sebagaimana dikeluar- kan oleh Irjen Kemenag. Di antaranya penandatanganan pakta integritas, me- laporkan kekayaan bagi pejabat struk- tural, perekrutan pegawai dan pejabat secara transparan.

  Untuk tingkat Kemenag Jateng, lanjut Andewi, pihaknya telah menyo- sialisasikan surat dari Irjen dan Sekjen tentang kriteria membangun zona in- tegritas. Intinya, kriteria apa saja yang harus dipersiapkan oleh Kanwil dan Kantor Kemenag se-Jateng. “Kami mendorong semua satker Kemenag di seluruh Jateng harus menuju ke arah sana (zona integritas,” tandasnya.

  Lebih dari itu, Kanwil Kemenag Jateng akan menunjuk dua satker untuk dijadikan pilot project (satker perconto- han) dalam menerapkan zona integritas di Jateng. Satker percontohan ini nanti- nya akan didatangi oleh Irjen pada Juni mendatang. Untuk menentukan dua satker percontohan tersebut pihaknya mendasarkan pada pantauan pelaksan- aan 20 item zona integritas, dan potensi adanya pengaduan dari masyarakat.

  “Kalau pengaduan masyarakat ban- yak, berarti manajemen instansi terkait kurang bagus.”

  Setelah pelaksanaan zona integ-

  Laporan Utama Prosesi akad nikah. Penertiban biaaya nikah salah satu aspek yang didorong Kemenag untuk menuju zona integritas

  Salah seorang guru mengajar. Tunjangan profesi guru tidak dipotong berapapun nominalnya. Komitmen ini untuk menuju zona integritas.

Laporan Utama

B

  Begitu cepatnya informasi terse- bar ke seluruh pelosok, sehingga tata nilai tersebut sudah sangat familiar dan mudah dihafal oleh PNS Kementerian Agama, lebih-lebih para pimpinan satk- er baik di pusat maupun daerah karena sering menyosialisasikan pada setiap kesempatan saat pembinaan pegawai.

  Oleh : Andewi Susetyo

  Dapat kita bayangkan betapa in- dahnya Indonesia, jika visi, misi dan tata nilai budaya kerja Kemenag ditaati

  Program pembangunan manusia Indonesia di bidang agama (mental spir- itual) sudah dilakukan oleh Kementeian Agama sejak berdirinya Kementerian Agama tanggal 3 Januari 1946.

  Sesungguhnya istilah revolusi mental bukan hal yang baru, mengin- gat jauh hari sebelum lahirnya Kabi- net Kerja, Kemenag telah melakukan evolusi mental secara berkesinambun- gan, yaitu memiliki visi untuk mewu- judkan masyarakat Indonesia yang taat beragama, rukun, cerdas, mandiri dan dan tata nilai budaya kerja yang meli- puti kerja keras, kerja cerdas, kerja tun- tas dan kerja ikhlas.

  Karena itu Kemenag memandang perlu melakukan perubahan mendasar dengan meletakkan nilai-nilai moral terhadap PNS, yaitu menanamkan pola pikir, watak, sikap dan perilaku PNS agar bepedoman pada norma-norma/ nilai-nilai/aturan-aturan dalam tugas pekerjaannya (mind set) serta men- gubah pikiran dan tindakan dengan menempatkan dirinya berfungsi sebagai pelayan masyarakat (cultur set).

  Pengenalan dan penanaman tata nilai budaya kerja pada era saat ini sangat tepat, mengingat di tengah- tengah persaingan global dan kecang- gihan teknologi menuntut adanya ke- cepatan dalam bekerja dan merespons perkembangan zaman, di sisi lain perlu diimbangi dengan nilai-nilai etika dan religius agar tidak terjebak oleh irama yang semata-mata untuk kepentingan duniawi.

  Puncaknya pada Hari Amal Bakti Ke-69 Kementerian Agama yang jatuh pada hari Sabtu 3 Januari 2015, Men- teri Agama menekankan kembali pent- ingnya menanamkan 5 tata nilai seba- gai ruh budaya kerja PNS Kemenag. Hal ini disampaikan pada pidato tertu- lis yang disebarkan ke seluruh satker Kemenag di Tanah Air.

  Edisi 1/ Tahun I/ Januari 2015

  Mengur Mengu Buday Buda

  Langkah Menteri Agama tersebut sebagai jawaban atas gagasan Presiden Jokowi untuk melakukan perubahan mind set dan cultur set bangsa Indo- nesia tanpa kecuali, secara cepat dan mendasar, atau yang diistilahkan den- gan “revolusi mental”.

  Drs H Lukman Hakim Saefuddin me- lounching lima (5) tata nilai sebagai ruh budaya kerja Kementerian Agama yang wajib dipedomani oleh seluruh PNS di lingkungan Kementerian Agama. Lima budaya kerja itu adalah integritas, pro- fesionalisme, inovasi, tanggung jawab dan keteladanan.

  eberapa waktu lalu setelah dilan- tik menjadi Menteri Agama oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi),

  (Mohammad Saronji)

  Di sisi lain, kalau ada pegawai atau warga masyarakat yang dipungli agar segera melapor langsung ke Kan- wil Kemenag Jateng, Jl Sisingaman- garaja No 5 Semarang. Laporan pasti akan ditindaklanjuti. “Sampai sekarang laporan sudah banyak yang masuk. Saat ini laporan itu dalam proses analisis. Kalau dari laporan yang masuk tersebut terbukti ada pungutan liar, termasuk pungutan kepada guru sertifikasi, maka akan ada sanksi atau tindakan tegas. Mari kita wujudkan zona integritas di Kemenag Jateng,” tandasnya.

  Menurutnya, Kanwil Kemenag akan melakukan pengecekan secara bertahap dan melakukan sidak ke sat- ker-satker. Kalau ada pejabat/pegawai yang menerima gratifikasi, pasti ada tindakan tegas. Pertimbangannya, para pegawai Kemenag sudah mendapatkan tunjangan kinerja, termasuk kepala KUA dan penghulu. Jadi, sudah tidak ada alasan lagi untuk melakukan pung- utan dan gratifikasi.

  Untuk merealisasikan zona integ- ritas, jelas Andewi, Kemenag Jateng telah membentuk Satgas Pengendalian Gratifikasi Tingkat Provinsi Jateng. Penanggung jawab satgas ini adalah Kepala Kantor Wilayah Kemenag Jateng. Selain itu, Kemenag Jateng juga sudah membuat pemetaan dengan cara melakukan inspeksi mendadak (sidak) serta melihat dan menganalisis adanya pengaduan masyarakat (dumas). Sidak dan Dumas tersebut khususnya me- nyangkut biaya nikah. “Kami tegaskan, tidak boleh ada biaya nikah di luar ke- tentuan yang berlaku.”

  ritas pada satker percontohan, lanjut Andewi, maka ke depan seluruh sat- ker Kemenag di Jateng harus mampu menunjukkan realisasi zona integri- tas. “Dalam hal ini, Kanwil Kemenag Jateng sudah membuat edaran ke se- luruh satker di bawah Kemenag. Bah- kan secara khusus, kami juga sudah membuat surat edaran berupa larangan gratifikasi di Kantor Urusan Agama (KUA), larangan pungutan tunjangan profesi/sertifikasi guru, serta peneka- nan pengelolaan kepegawaian. Kami juga melarang kegiatan yang tidak di- anggarkan dalam DIPA untuk tidak dilaksanakan. Intinya, tidak boleh ada pungutan ke para pegawai berapa pun besarnya,” tuturnya.

  Dengan kemajuan media elek- tronik saat ini, pesan Menteri Agama tersebut sangat mudah diakses oleh PNS Kemenag di manapun berada, mulai KUA, madrasah, Kankemenag kabupaten/kota, Kanwil Kemenag, perguruan tinggi hingga di pusat.

  Laporan Utama gurai Makna Tata Nilai rai Makna Tata Nilai daya Kerja Kemenag aya Kerja Kemenag dalam pengelolaan keuangan negara.

  Kita masih ingat bagaimana neg- eri yang dulunya terkenal di dunia se- bagai bangsa yang berbudaya, beretika dan menjunjung tinggi sopan santun, dan diistilahkan sebagai bangsa yang “gemah ripah lohjinawi” kini menjadi sarang narkoba, teroris, korupsi, krimi- nalitas dan kejahatan seksual. Semua jenis kejahatan telah menjangkiti ma- nusia Indonesia tidak terbatas pada profesi atau kelas tertentu, tetapi sudah lintas profesi , lintas ekonomi dan lin- tas agama. Penyakit bangsa ini sungguh sangat memprihatinkan, dan anehnya oknum pelakunya kebanyakan berlatar belakang pendidikan tinggi, tokoh, pe- jabat, kaya dan beragama.

  Setelah Orde Baru runtuh dan era reformasi mulai terbangun di negeri ini, seluruh lapisan masyarakat, baik mela- lui ormas keagamaan, parpol, lembaga

  Kakanwil Kemenag Jateng Drs H Ahmadi MAg menyampaikan 5 budaya kerja Kemenag kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo pada acara audiensi di ruang kerja gubernur. tinggi negara, maupun aparatur pemer-

  intah sepakat untuk berperang melawan Sangat beralasan kenapa Presiden KKN dan menghukum berat terhadap dan dilaksanakan secara konsisten oleh

  Jokowi meneriakkan revolusi mental pelakunya. Lahirnya regulasi mengenai seluruh masyarakat Indonesia di ten- untuk negeri ini, apakah Jokowi-JK tindak pidana korupsi, kejahatan kerah gah-tengah kemajemukan dan keaneka- melihat bahwa mentalitas bangsa ini su- putih (white collar crime), pencucian ragaman agama, budaya, suku bangsa, dah membahayakan sehingga menjadi uang, dan berdirinya lembaga-lembaga ekonomi, profesi dan lain-lain. Insya bangsa yang sangat terpuruk moralitas- pendamping kepolisian dan kejaksaan

  Allah kesejahteraan lahir dan batin nya di antara bangsa-bangsa di dunia, seperti KPK, PPATK, Komisi Om- yang diridloi Allah Swt akan terwujud atau lebih sempit lagi di antara negara budsman, LSM, dan penguatan sistem dengan sendirinya tanpa melakukan kawasan Asia Tenggara? pengawasan melalui pengawasan oleh revolusi mental.

  BPK, BPKP dan Inspektorat Jenderal Barangkali Jokowi sudah meng-

  Namun sayangnya, motivasi ke- merupakan upaya untuk berperang umpulkan dan mempunyai bukti-bukti pentingan duniawi untuk saling berebut melawan KKN. dan informasi yang konkret bahwa tahta, harta dan kenikmatan duniawi bangsa ini sudah terancam moralitas- Tidak ada satu pun dari lembaga- lainnya telah melupakan kehidupan nya, atau bisa dikatakan bahwa manu- lembaga di atas termasuk di antaranya akhirat. sia Indonesia sudah hilang rasa malu- partai politik yang tidak meneriakkan

  Moralitas bangsa nya untuk melakukan tindakan tidak antikorupsi untuk menjual dagangan Hakikat revolusi mental adalah terpuji? Sudah banyak dijumpai oknum- politiknya kepada masyarakat, melalui mengubah cara berpikir, bertindak dan oknum tokoh agama, politikus, pejabat iklan layanan masyarakat baik di media berperilaku (mind set) sesuai dengan publik, PNS, aparat penegak hukum, elektronik dan cetak maupun spanduk- norma-norma, tata nilai, aturan yang pengusaha dan profesi lainnya yang spanduk di pinggir-pinggir jalan. berlaku yang telah ditetapkan secara ce- tidak jujur dan selama pemerintahan

  Tetapi bagaimana kenyataannya? pat dan mendasar. sebelumnya telah terjadi pemborosan Sepuluh tahun terakhir ini KPK dan

  Edisi 1/ Tahun I/ Januari 2015

  7 Edisi 1/ Tahun I/ Januari 2015 aparat penegak hukum lainnya disibuk- kan dengan perkara-perkara korupsi, akibat dari tidak konsistenannya para pejabat, politikus, bahkan aparatur pen- egak hukum untuk menjaga amanah dan menaati aturan hukum. Mereka yang seharusnya melakukan pencega- han dan menjadi teladan justru malah sebaliknya menjadi pelaku perbuatan pidana yaitu telah merugikan keuan- gan negara, menyalahgunakan jabatan dan kewenangan, pengguna narkoba, melakukan perbuatan amoral dan keja- hatan lainnya.

  Masih segar dalam ingatan kita, bagaimana anggota dewan yang ter- hormat baik secara individu maupun berjamaah melakukan tindak pidana korupsi, bagaimana aparat birokrasi tersangkut berbagai kasus dalam pen- gadaan barang dan jasa di kemente- riannya, bagaimana dengan rekening gendut pejabat negara, mafia peradilan, belum lagi masalah narkoba , terorisme, tawuran, pembunuhan dan bentuk keja- hatan lainnya yang semua itu menyang- kut rendahnya moralitas bangsa ini.

  Mengingat belum adanya penjaba- ran lebih lanjut dalam bentuk petunjuk pelaksanaan/teknis untuk mengimple- mentasikan tata nilai tersebut, berikut definisi sederhana yang mudah dipa- hami sebagai berikut :

  c) Suatu perbuatan baik seseorang yang patut ditiru atau diikuti orang lain.

  Kelima, Keteladanan : a)Sesuatu yang patut ditiru untuk dicontoh ten- tang perbuatan, kelakuan dan sifat; b) Perilaku seseorang yang sengaja atau tidak sengaja dilakukan atau dijadikan contoh bagi orang yang mengetahuinya;

  Keempat, Tanggung jawab : Keadaan wajib menanggung segala ses- uatunya/perbuatan sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya, terh- adap diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara serta Allah Swt.

  Ketiga, Inovasi : a) Proses kreatif dalam melakukan penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada; b)Proses mengubah peluang menjadi suatu ga- gasan dan ide-ide.

  Kedua, Profesionalisme : a). Memiliki keahlian dan kemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan standar tinggi; b) Memiliki skill (benar- benar ahli di bidangnya), knowledge (memiliki wawasan tentang ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan bidan- gnya), dan attitude (pintar, cerdas dan memiliki etika yang diterapkan dalam bidangnya).

  Pertama, Integritas: a) Konsis- tensi dan keteguhan yang tak tergoyah- kan dalam menjunjung tingginilai-nilai luhur; b)Tindakan sesuai dengan nilai, keyakinan dan prinsip yang dipegang; c)Tindakan kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang; d)Satunya kata dan perbuatan. Kriteria intregritas lebih utama setelah itu baru kapabilitas intelektual dan manajerial .

  Ruh Budaya Kerja Sebelumnya telah dijelaskan pent- ingnya penanaman nilai-nilai budaya kerja untuk memberikan motivasi ke- pada PNS di lingkungan Kementerian Agama dalam meningkatkan kinerjan- ya. Harapannya dengan pemahaman terhadap tata nilai tersebut setiap PNS memiliki komitmen untuk mengimple- mentasikan ke dalam pelaksanaan tu- gasnya secara konsisten.

  Dalam hal ini Kemenag merasa ikut bertanggung jawab terhadap pem- bangunan mental masyarakat Indo- nesia ini, karena salah satu visi Ke- menag yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang taat beragama melalui tugas dan fungsinya dalam melakukan pembinaan, bimbingan dan pelayanan masyakat di bidang agama.

  Sejalan dengan hal tersebut Ins- pektur Jenderal Kementerian Agama melalui surat Nomor IJ/Set.IJ/2.b/ Kp.07.6/0006/2015 tanggal 8 Januari 2015 juga telah memerintahkan kepa- da seluruh Kakanwil Kemenag untuk melaksanakan item indikator ZI menu- ju WBK dan WBBM serta mengimple- mentasikan 5 nilai-nilai budaya kerja Kementerian Agama.

  Pada tanggal 18 Desember 2012 Kementerian Agama telah menanda- tangani komitmen di hadapan Menpan, KPK dan Ombudsman untuk pemban- gunan Zona Integritas (ZI) menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Me- layani (WBBM).

  Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 01 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi, ditarget- kan 3 sasaran hasil utama yaitu pening- katan dan akuntabilitas organisasi, pe- merintah yang bersih dan bebas KKN, dan peningkatan pelayanan publik. Un- tuk tercapainya sasaran tersebut maka secara konkret dilaksanakan program reformasi birokrasi melalui upaya pem- bangunan zona integritas.

  Di samping itu, Kementerian Agama telah melakukan reformasi birokrasi dengan melakukan pena- taan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang baik, efektif dan efisien, meskipun dalam perjalanannya masih ada kendala di antaranya peny- alahgunaan wewenang, praktik KKN dan lemahnya pengawasan.

  Kita patut bangga dan bersyukur bahwa Menteri Agama memiliki kon- sep dan arah kebijakan yang jelas da- lam membangun sumber daya manusia di Kementerian Agama dan mampu menangkap harapan dari pemerin- tahan pimpinan Jokowi-JK. Tentu saja masyarakat dan PNS di lingkungan Kemenag sangat antusias dan banyak mengharap kepada Menag yang baru untuk melakukan perubahan dan per- baikan pelayanan terutama dalam pe- layanan ibadah haji, pelayanan NR, kerukunan umat beragama, dan pen- didikan agama dan keagamaan.

  Dengan potret bangsa kita yang demikian, kita tidak boleh pesimistis dan justru harus terus-menerus melaku- kan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dan lebih meningkatkan kuali- tas dan kuantitas pembinaan kepada masyarakat, untuk membangkitkan kembali menjadi bangsa yang sehat dan kuat.

  Laporan Utama Drs H Lukman Hakim Saefuddin

  Edisi 1/ Tahun I/ Januari 2015

  9 Komitmen Bersama

  Keprihatinan terhadap kondisi bangsa, telah menggugah Menteri Agama untuk mengajak seluruh Apara- tur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Kemenag yang merupakan bagian dari komponen bangsa ini untuk melaksana- kan 5 tata nilai sebagai ruh budaya ker- ja dalam rangka merevolusi mental dan membangun mentalitas bangsa yang lebih baik.

  Sekarang tinggal bagaimana diri pribadi kita masing-masing mampu menerjemahkan, memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai mu- lia tersebut dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai aparatur sipil negara sebagai perilaku kerja, untuk mewu- judkannya diperlukan komitmen ber- sama, mulai dari pribadi PNS, pimpi- nan secara berjenjang, dan dukungan masyarakat.

  Meskipun mudah diucapkan, di- teriakkan dan disampaikan pada set- iap petemuan-pertemuan, namun yang sangat penting adalah bagaimana kita tetap istiqomah dalam menjaga tata nilai tersebut agar tidak luntur dan ce- pat masuk angin dari berbagai ujian, co- baan baik kepentingan pribadi maupun kepentingan lainnya saat memegang kedudukan/jabatan.

  Ada beberapa pertanyaan men- dasar untuk mengukur kesiapan melak- sanakan 5 tata nilai tersebut, mari kita renungkan di bawah ini:

  Pertama, sudahkah kita totalkan niat kita untuk menjalankan tugas kedi- nasan sesuai dengan aturan, nilai-nilai agama, etika dan prosedur kerja secara konsisten, jujur, berani, teguh pendirian dalam menegakkan kebenaran meskip- un sendiri, bukan karena ikut-ikutan dan tuntutan jabatan ( integritas).

  Kedua, sudah siapkah kita bahwa dalam penempatan pegawai/pejabat telah sesuai dengan keahliannya, kom- petensinya (the right man on the right place), bukan karena KKN, dan mela- lui uji kompetensi (profesionalitas). Ke- tiga, sudah siapkah kita untuk berani mengubah mind set dan culture set di lingkungan kerja pada hal yang baru dari sebelumnya, berani melakukan inovasi dan perubahan ke arah lebih baik sesuai dengan aturan yang ber- laku, nilai-nilai agama dan kepatutan (inovasi).

  Keempat, sudah siapkah kita berani mempertanggungjawabkan sikap dan perbuatan kita terhadap diri sendiri, keluarga, masyakat, lembaga dan Allah Swt, dan menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku jika melakukan pelanggaran disiplin PNS (tanggung jawab). Kelima, sudah siapkah kita menjadi contoh yang baik bagi masyarakat dan pegawai di ling- kungan satker masing-masing, bukan hanya pandai berpidato, pandai men- cari pencitraan di mata pimpinan dan masyarakat, namun benar-benar berani tidak menerima pemberian dan meno- lak gratifikasi dari siapa pun (ketela- danan).

  Keenam, sudah adakah kesunggu- han dan keberanian pimpinan Kemen- terian Agama, mulai Menteri Agama, eselon I Pusat, Kanwil, Kemenag Kab/ Kota dan kepala madrasah untuk mem- beri contoh nyata pada sistuasi apa pun untuk menegakkan 5 tata nilai dengan tegas serta memberikan reward dan punishment apabila terdapat aparatur Kemenag yang melanggar tata nilai tersebut tanpa pandang bulu, bukan se- baliknya bahwa antara kata dan tinda- kannya bertentangan.

  Cita-cita Bersama Mewujudkaan pemerintahan yang bersih dan baik (clean goverment dan good governence) adalah menjadi cita-cita bersama setiap lembaga pemer- intahan. Untuk itu perlu ada kekuatan dari dalam sebuah organisasi pemerin- tahan, masing-masing individu aparatur mulai pucuk pimpinan sampai bawah harus kompak menjaga harmonisasi, komunikasi dan koordinasi kerja. Se- lain itu, harus saling bersinergi, me- nyatukan langkah untuk mewujudkan visi dan misi Kemenag, mengefektifkan pengendalian intern/pengawasan oleh atasan langsung secara berjenjang, dan berfungsinya lembaga pengawasan se- bagai pengendali dan penjamin kualitas kinerja Kementerian Agama.

  Organisasai yang tidak sehat be- rakibat tujuan organisasi tidak terca- pai, saling menjatuhkan, saling meny- alahkan, suburnya nepotisme, teman menjadi rival, kepemimpinan otoriter, saling mencari-cari kesalahan, dan sal- ing mengadukan kelemahan/kejelekan kepada pihak luar.

  Mari kita bersama-sama men- gevaluasi dengan menggunakan analisis SWOT, selanjutnya menguatkan bari- san untuk mewujudkan visi dan misi Kemenag dengan semangat 5 tata nilai sebagai ruh budaya kerja dalam rangka membangun zona integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani.

  Semoga Allah Swt akan senan- tiasa memberikan kekuatan dan per- lindungan kepada hamba-Nya yang taat menjalankan perintah dan men- jauhi larangan-Nya serta menjaga ama- nah untuk menyampaikan kebenaran. Amin. (ms)

  Penulis adalah Kabag TU Kanwil Keme- nag Provinsi Jateng.

  Laporan Utama Drs. H. Ahmadi, M.Ag menyerahkan DIPA tahun 2015 kepada Kepala Bagian, Kepala Bidang dan Pembimas di lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah. (gt)

  • Pasal 77A ayat (1) menyebutkan bahwa Kerangka Dasar Kurikulum berisi landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis sesuai dengan Standar Nasional Pendidi- kan.
  • Pasal 77A ayat (2) menyebutkan bahwa Kerangka Dasar Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai: a. acuan dalam Pengembangan Struktur Kurikulum pada tingkat nasional;
  • Pasal 36 ayat (2) menyebutkan bah- wa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
  • Pasal 36 ayat (3) menyebutkan bahwa kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Repub- lik Indonesia dengan memperha- tikan: (a) peningkatan iman dan takwa; (b) peningkatan akhlak mu- lia; (c) peningkatan potensi, kecer- dasan, dan minat peserta didik; (d) keragaman potensi daerah dan ling- kungan; (e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; (f) tuntutan dunia kerja; (g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (h) agama; (i) dinamika perkem- bangan global; dan (j) persatuan na- sional dan nilai-nilai kebangsaan.
  • Pasal 38 ayat (2) mengatur bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kel- ompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pen- didikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota untuk pen- didikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.

  Edisi 1/ Tahun I/ Januari 2015

  urikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan men- genai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan keg- iatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. ( Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19). Dalam rangka implementasi Kurikulum 2013, pada tahun 2014 telah disusun 16 dokumen perangkat Kuriku- lum 2013 yang dikeluarkan Kemendik- bud dan 1 dokumen dari Keputusan Menteri Agama tahun 2014 tentang Kurikulum Madrasah.

  Dokumen-dokumen itu diharap- kan dapat menjadi acuan dan arah se- tiap satuan pendidikan dan siapa pun yang terkait dengan implementasi Kuri- kulum 2013.

  Dalam implementasi kurikulum 2013, setiap satuan pendidikan dituntut menyusun KTSP. Hal ini didasarkan karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau be- sar dan kecil yang berjumlah sekitar 17.504. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2010, penduduk Indone- sia berjumlah 237.641.326 jiwa dengan berbagai keragaman. Keragaman yang menjadi karakteristik dan keunikan In- donesia antara lain geografis, potensi sumber daya, ketersediaan sarana dan prasarana, latar belakang dan kondisi sosial budaya, dan keragaman lainnya yang terdapat di setiap daerah. Keraga- man tersebut selanjutnya melahirkan pula tingkatan kebutuhan dan tantan- gan pengembangan yang berbeda an- tardaerah dalam rangka meningkatkan mutu dan mencerdaskan kehidupan masyarakat di setiap daerah.

  Terkait dengan pembangunan

  Pokok-pokok Penyusunan KTSP Kurikulum 2013 di Madrasah

  pendidikan, tiap-tiap daerah memer- lukan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik daerah. Kurikulum seba- gai jantung pendidikan perlu dikem- bangkan dan diimplementasikan secara kontekstual untuk merespon kebutuhan daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik di masa kini dan masa menda- tang.

  Hal tersebut sesuai dengan keten- tuan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut.

  Selain dasar di atas, Peraturan Pemerin- tah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemer- intah Nomor 19 Tahun 2005 ten- tang Standar Nasional Pendidikan sebagai berikut.

  b. acuan dalam Pengembangan muatan lokal pada tingkat daerah; dan c. pedoman dalam Pengem- bangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

  Berdasarkan amanat undang-un- dang dan peraturan pemerintah terse- but ditegaskan bahwa 1) kurikulum dikembangkan dengan prinsip diversi- fikasi, untuk melakukan penyesuaian program pendidikan pada satuan pen- didikan dengan kondisi dan ciri khas potensi yang ada di daerah serta peserta didik dan 2) kurikulum dikembangkan dan diimplementasikan pada tingkat satuan pendidikan. Karena itu, kuriku- lum operasional yang dikembangkan dan diimplementasikan oleh satuan pendidikan diwujudkan dalam bentuk Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

  

Oleh Dr.H. Nur Abadi, M. Pd

Bidang

  Penma

K

  Edisi 1/ Tahun I/ Januari 2015

  11 APA ITU KTSP?

  KTSP adalah kurikulum opera- sional yang disusun oleh dan dilak- sanakan di tiap-tiap satuan pendidikan. Pengembangan KTSP jenjang pen- didikan dasar dan menengah mengacu pada Standar Nasional Pendidikan, Kerangka Dasar dan Struktur Kuri- kulum, dan pedoman implementasi Kurikulum. KTSP dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan melibat- kan komite sekolah/madrasah, dan kemudian disahkan oleh kepala dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota se- suai dengan kewenangannya.

  Apa Isi KTSP? Isi KTSP atau disebut juga kom- ponen KTSP meliputi 3 dokumen. Per- tama, dokumen 1 yang disebut den- gan Buku I KTSP. Buku I KTSP berisi sekurang-kurangnya visi, misi, tujuan, muatan, pengaturan beban belajar, dan kalender pendidikan. Penyusunan Buku

  I KTSP menjadi tanggung jawab kepala sekolah/madrasah. Kedua, dokumen 2 yang disebut dengan Buku II KTSP. Buku II KTSP berisi silabus. Buku II KTSP ini sudah disusun oleh Pemerin- tah. Ketiga, dokumen 3 yang disebut dengan Buku III KTSP. Buku III KTSP berisi rencana pelaksanaan pembelaja- ran (RPP) yang disusun sesuai potensi, minat, bakat, dan kemampuan peserta didik di lingkungan belajar. Penyusu- nan Buku III KTSP ini menjadi tang- gung jawab tiap-tiap tenaga pendidik (Permendikbud No. 61/2014).

  Apa Isi Buku I KTSP? Satuabn Pendidikan menyusun buku I KTSP berisi sekurang-kurang- nya yang harus dituangkan adalah 1) visi, misi, dan tujuan; 2) muatan kuri- kuler; 3) pengaturan beban belajar; dan 4) kalender pendidikan. Pertama Visi adalah Visi adalah cita-cita bersama pada masa mendatang dari warga sat- uan pendidikan, yang dirumuskan ber- dasarkan masukan dari seluruh warga satuan pendidikan. Berkaitan dengan pengertian tersebut, satuan pendidikan diwajibkan merumuskan, menetapkan, dan mengembangkan visinya. Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau harus dilaksanakan sebagai pen- jabaran visi yang telah ditetapkan da- lam kurun waktu tertentu untuk men- jadi rujukan bagi penyusunan program jangka pendek, menengah, dan jangka panjang, dengan berdasarkan masukan dari seluruh warga satuan pendidikan. Setiap satuan pendidikan wajib meru- muskan, menetapkan, dan mengem- bangkan misinya, dan Tujuan pendidi- kan adalah gambaran tingkat kualitas yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu maksimal 4 (empat) tahun oleh setiap satuan pendidikan dengan mengacu pada karakteristik dan/atau keunikan setiap satuan pendidikan se- suai dengan peraturan perundang-un- dangan. Untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan, satuan pendidikan dapat melakukan evaluasi. Setiap satu- an pendidikan wajib merumuskan, me- netapkan, dan mengembangkan tujuan pendidikannya.

  Kedua Muatan Kurikuler, muatan KTSP terdiri atas muatan nasional dan muatan lokal. Muatan KTSP diwujud- kan dalam bentuk struktur kurikulum satuan pendidikan dan penjelasannya.

  Ketiga pengaturan Beban Belajar dan Beban Kerja sebagai Pendidik, Dalam Pengaturan Beban belajar diatur dalam Sistem Paket atau Sistem Kredit Se- mester, serta Beban Belajar Tambahan, keempat adalah Kalender Pendidikan, Kurikulum satuan pendidikan pada se- tiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidi- kan. Kalender pendidikan merupakan pengaturan waktu untuk kegiatan pem- belajaran peserta didik selama satu ta-

  Bidang Penma Kegiatan yang diselenggarakan Kantor Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah beberapa waktu lalu. Edisi 1/ Tahun I/ Januari 2015 hun ajaran yang mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur.

  Apa Saja Acuan Konseptual dalam Penyusunan KTSP? Berdasarkan Permendikbud No. 61/2014, Satuan pendidikan dalam menyusun KTSP harus memperhati- kan acuan konseptual sebagai berikut; Peningkatan Iman, Takwa, dan Akhlak Mulia. toleransi dan Kerukunan Umat Beragama. Persatuan Nasional dan Nilai-Nilai Kebangsaan. Peningkatan Potensi, Kecerdasan, Bakat, dan Minat sesuai dengan Tingkat Perkembangan dan Kemampuan Peserta Didik. Ke- setaraan Warga Negara Memperoleh Pendidikan Bermutu. Kebutuhan Kom- petensi Masa Depan. Tuntutan Dunia Kerja. Perkembangan Ipteks, Keraga- man Potensi dan Karakteristik Daerah serta Lingkungan. Tuntutan Pemban- gunan Daerah dan Nasional. Dinamika Perkembangan Global. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat Setempat. Karak- teristik Satuan Pendidikan.

  Prinsip Pengembangan Satuan pendidikan dalam me- ngem bangkan KTSP harus memper- hatikan prinsi-prinsip pengembangan KTSP. Adapun menurut Permendikbud No. 61/2014, prinsip-prinsip pengem- bangan KTSP sebagai berikut. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebu- tuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya pada masa kini dan yang akan datang. Kurikulum dikem- bangkan berdasarkan prinsip bahwa pe- serta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

  Belajar sepanjang hayat, Kuriku- lum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, non- formal, dan informal dengan memper- hatikan kondisi dan tuntutan lingkun- gan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

  Menyeluruh dan berkesinambun- ga, yaitu Substansi kurikulum men- cakup keseluruhan dimensi kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) bidang kajian keilmuan dan mata pela- jaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarjenjang pendidikan.

  Prosedur Operasional Penyusu- nan KTSP Prosedur operasional (langkah operasional) pengembangan KTSP sekurang-kurangnya mencakupi kegian 1) analisis, 2) penyusunan, 3) peneta- pan, dan 4) pengesahan.

  1. Analisis. Pada tahap analisis, hal yang perlu dianalisis, yaitu 1) anali- sis ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai kurikulum; 2) analisis kebutuhan peserta didik, satuan pendidikan, dan lingkungan; dan 3) analisis ketersediaan sumber daya pendidikan.

  2. Penyusunan. Pada tahap penyusu- nan KTSP, hal-hal yang harus dis- usun mencakupi: 1) perumusan visi, misi, dan tujuan satuan pendidikan; 2) pengorganisasian muatan kurikul- er satuan pendidikan; 3) pengaturan beban belajar peserta didik dan be- ban kerja pendidik tingkat kelas; 4) penyusunan kalender pendidikan satuan pendidikan; 5) penyusunan silabus muatan atau mata pelajaran muatan lokal; dan 6) penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran setiap muatan pembelajaran.

  3. Penetapan. Penetapan KTSP di- lakukan kepala sekolah/madrasah berdasarkan hasil rapat dewan pen- didik satuan pendidikan dengan me- libatkan komite sekolah/madrasah.

  4. Pengesahan. Pengesahan KTSP di- lakukan oleh pemerintah daerah se- suai dengan kewenangannya.

  Apa Perbedaan KTSP Kuriku- lum 2013 dan KTSP Kurikulum 2006 Setelah mencermati dan mengua- sai berbagai hal berkaitan pokok-pokok yang harus diperhatikan dalam peny- usunan KTSP Kurikulum 2013 pada paparan di atas, tentunya Saudara dapat menjelaskan perbedaan KTSP Kuriku- lum 2013 dan KTSP Kurikulum 2006. Apa perbedaan mendasarnya?