Pengaruh Kebiasaan Mencontek terhadap Pe

Pengaruh Kebiasaan Mencontek
terhadap Pembentukan Karakter Mahasiswa

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun:
Erlita
Nyimas Halimah Tusyakdiah

061230600506
061230600517

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2013

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kejujuran merupakan hal yang mutlak diperlukan, hampir dalam setiap aspek kehidupan. Normanorma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat menekankan pentingnya kejujuran. Adapun manfaat
dari kejujuran itu ialah menjadikan hidup seorang itu positif, secara intern maupun ekstern. Seseorang

yang terbiasa jujur, tidak akan mendapatkan kekhawatiran atas akibat kebohongan yang dilakukannya.
Selain itu, orang yang terbiasa jujur juga akan mendapat pandangan baik dari lingkungan.
Namun dewasa ini, dalam hal-hal tertentu, kejujuran menjadi dikesampingkan. Dikarenakan
adanya tuntutan lain yang dirasa lebih penting. Orang akan mengabaikan kejujuran apabila adanya tujuan
yang bisa dicapai, sekalipun harus melakukan kecurangan ataupun kebohongan.
Setiap mahasiswa tentunya menginginkan perkuliahan mereka berjalan dengan lancar dan
mendapat hasil yang memuaskan. Hal yang memuaskan tersebut dapat bersifat subjektif. Ada sebagian
yang menyatakan bahwa kepuasan dalam perkuliahan akan didapat apabila mereka mendapatkan nilai
yang bagus dari setiap kegiatan perkuliahan yang mereka lakukan, walaupun ada sebagian lagi yang
mengatakan bahwa nilai bukanlah segalanya. Aspek keterampilan dan pengaplikasian ilmu yang
dirasakan penting, menjadi tolak ukur bahwa tidak selamanya kegiatan di perkuliahan itu berorientasi
pada nilai yang bagus. Apapun bentuknya, hal-hal yang memuaskan tersebut tentunya perlu dicapai
dengan cara yang baik dan sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku.
Istilah mencontek, adalah hal yang biasa terdengar, bahkan sudah tidak aneh lagi untuk dilakukan.
Adanya hasrat untuk mendapatkan nilai yang bagus membuat sebagian dari kaum intelektual ini
mengesampingkan kejujuran. Walaupun sebenarnya hasil mencontek tidak menjamin nilai yang didapat
kelak akan bagus. Dosen yang telah berpengalaman biasanya dapat membedakan hasil yang didapat
dengan cara yang benar dan cara yang salah, misalnya mencontek.
Sintijak (2013:1) pernah menyatakan bahwa mencontek merupakan suatu proses yang menidurkan
otak, sehingga otak malas berpikir dan tidak terbiasa dengan segala sesuatu yang rumit. Kesadaran

mahasiswa untuk tidak mencontek diperlukan untuk membentuk kualitas diri sebagai generasi intelektual
yang jujur.Sebagai kaum intelektual, mahasiswa dituntut memiliki kepercayaan diri yang baik. Karena
mahasiswa lah generasi selanjutnya yang akan membawa nasib suatu bangsa. Perilaku jujur perlu dilatih
sejak dini, karena kebiasaan baik atau buruk tentunya akan mempengaruhi karakter mereka kedepan.
Mencontek adalah salah satu kebiasaan buruk yang akan mendatangkan dampak negatif terhadap
pembentukan karakter. Kepercayaan diri mereka saat kuliah, akan dapat memberikan motivasi bahwa
nilai yang di dapat dengan usaha yang baik akan membawa kepada hasil yang baik pula nanti. Nilai
bagus tidak menjamin seorang mahasiswa akan memiliki masa depan yang baik. Lagipula, jawaban yang
didapat dengan mencontek masih memiliki peluang untuk salah. Tidak selamanya hasil mencontek itu
benar.

Namun, mahasiswa yang tidak percaya diri, tidak akan mempercayai kemampuan yang mereka
miliki sendiri. Jawaban yang sama persis seperti dari buku atau jawaban teman, dipercaya sebagai
jawaban yang benar dan akan memberikan nilai yang bagus.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah ini ialah “Bagaimanakah pengaruh
dari kebiasaan mencontek terhadap pembentukan karaker mahasiswa?”.
Secara rinci, masalah yang akan dibahas ialah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh kebiasaan mencontek terhadap pembentukan karakter dalam jangka

pendek?
2. Bagaimanakah pengaruh keibasaan mencontek terhadap pembentukan karakter dalam jangka
panjang?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ialah untuk menjelaskan pengaruh dari kebiasaan
mencontek terhadap pembentukan karakter mahasiswa.
Secara rinci, tujuan yang akan dicapai dalam penulisan makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Menjelaskan pengaruh kebiasaan mencontek terhadap pembentukan karakter dalam jangka
pendek.
2. Menjelaskan pengaruh kebiasaan mencontek terhadap pembentukan karakter dalam jangka
panjang.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ialah agar dapat memberikan
informasi dan masukan pada pihak-pihak terkait, yaitu:
1. Mahasiswa
Dengan mengetahui pengaruh dari kebiasaan mencontek terhadap pembentukan karakter,
mahasiswa diharapkan agar membiasakan diri untuk menggunakan cara-cara yang baik dan benar
dalam proses mendapatkan nilai.

2. Orang tua
Dengan mengetahui pengaruh dari kebiasaan mencontek terhadap pembentukan karakter, orang
tua diharapkan menjadi lebih arif mendidik anaknya untuk senantiasa membiasakan kejujuran.

3. Tenaga pengajar/dosen
Dengan mengetahui pengaruh dari kebiasaan mencontek terhadap pembentukan karakter, para
tenaga pengajar/dosen diharapkan dapat menerapkan kebiasaan bersikap jujur melalui sistem
kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan.

1.5 Metode Penulisan
Dalam melakukan penulisan makalah ini, penulis mengumpulkan data dengan dua jenis metode,
yaitu:
1. Metode studi pustaka
Metode ini dilakukan dengan mengkaji beberapa buku untuk mendapatkan data yang terkait
dengan judul.
2. Metode kuesioner
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner pada seratus orang
reponden homogen yaitu mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya, untuk mendapatkan informasi
terkait kebiasaan mencontek.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ma’rifah pernyah menyampaikan dampak buruk dari mencontek melalui karya tulisnya yang
berjudul “Masalah Budaya Mencontek, Dampak dan Cara Mengatasinya. Ia menjelaskan bahwa dampak
yang timbul dari praktek menyontek yang secara terus menerus dilakukan akan mengakibatkan
ketidakjujuran Jika tidak, niscaya akan muncul malapetaka: peserta didik akan menanam kebiasaan
berbuat tidak jujur, yang pada saatnya nanti akan menjadi kandidat koruptor.
Selain itu kebiasaan mencontek juga akan mengakibatkan seseorang tidak mau berusaha sendiri
dan selalu mengandalkan orang lain. Sehingga seseorang tersebut tidak mau mempergunakan otaknya
sendiri dan tentu saja akan muncul generasi-generasi yang bodoh dan tidak jujur. Bahkan yang lebih
parah lagi pendidikan tidak akan maju.

2.1 Mencontek
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyontek berasal dari kata sontek yang berarti
melanggar, menocoh, menggocoh yang artinya mengutip tulisan, dan lain sebagainya sebagaimana
aslinya, menjiplak. Menurut Webster’s New Universal Unabridged Dictionary Schmelkin (dikutip
Riadi:1) menyontek diartikan sebagai perilaku yang menipu yaitu dengan dengan kecurangan. Menurut
Eric (dikutip Riadi:1) menyontek berarti upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan
keberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur.

Riadi menyatakan bahwa perilaku menyontek sebagai perilaku yang kompleks (rumit) dapat
disebabkan berbagai macam faktor, juga dapat terlihat dalam berbagai bentuk perilaku yang terkadang
tidak kita sadari bahwa sebenarnya kita sudah melakukan perilaku menyontek.
Lebih lanjut, Hetherington dan Feldman (dikutip Riadi:2) mengelompokkan empat bentuk perilaku
menyontek, yaitu:
1. Individualistic-opportunistic dapat diartikan sebagai perilaku dimana siswa mengganti suatu
jawaban ketika ujian atau tes sedang berlangsung dengan menggunakan catatan ketika guru atau
guru keluar dari kelas.
2. Independent- planned dapat diidentifikasi sebagai menggunakan catatan ketika tes atau ujian
berlangsung, atau membawa jawaban yang telah lengkap atau telah dipersiapkan dengan
menulisnya terlebih dahulu sebelum ujian berlangsung.
3. Social-active yaitu perilaku menyontek dimana siswa mengkopi, melihat atau meminta jawaban
dari orang lain.
4. Social-passive adalah mengizinkan seseorang melihat atau mengkopi jawabannya.

2.2 Karakter
Juansyah (2013:1) menyatakan bahwa karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark”
atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang
berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan

berkarakter mulia.
Aditya (2013:1) pernah menyatakan bahwa ada tiga point yang seharusnya melekat dalam jiwa
mahasiswa, yaitu :
1. Muda
Kata ‘muda’ selalu diidentikkan dengan jiwa yang bersemangat dan bergelora.Jiwa Muda
inilah yang seharusnya menjadi identitas mahasiswa, dimana-mana pergerakan sebuah
revolusi/perubahan dimulai dari yang muda-muda, maka dari itu ikrarkanlah mulai sekarang
untuk dapat berkontribusi bagi sebuah pergerakan walaupun itu masih dalam skala kecil.
2. Intelektual
Seorang manusia pastinya diberi pemikiran dan intelektual yang sama ketika mereka
lahir. Proses pembelajaran dan pendewasaan mereka lah yang membuat perbedaan intelektual
mereka, begitu juga dengan mahasiswa dimana mereka pasti mempunyai tingkat intelektual yang
berbeda antara mahasiswa. Disinilah peran mahasiswa dengan perbedaan intelektualnya agar
“tidak hanya diam” terseret arus globalisasi yang merajalela seperti saat sekarang ini. Mahasiswa
pun jangan hanya menggunakan intelektualnya di bidang akademik saja, tetapi kalau bisa juga
menggunakan dalam bidang-bidang lainnya seperti dalam hal berorganisasi, berwirausaha, seni
ataupun bidang lainnya. Alangkah baiknya jika kita memaksimalkan kedua fungsi otak kita yaitu,
otak kiri yang identik dengan bidang akademik, dan otak kanan yang identik non akademik.
3. Idealisme
Seseorang yang kokoh akan fondasi Idealismenya , maka idealismenya tidak akan lekang

oleh yang namanya zaman. Idealisme berdasarkan agama akan pengendali diri untuk melakukan
hal-hal yang terlarang.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Pengaruh kebiasaan mencontek terhadap pembentukan karakter
Mencontek merupakan perbuatan buruk yang patut dihindari karena merupakan perbuatan tercela

yang mengesampingkan kejujuran. Disamping sifatnya yang tercela, perbuatan tersebut juga memiliki
banyak sisi negatif dalam proses pembentukan karakter mahasiswa.
Berdasarkan jangka waktu pembentukannya, penulis membagi pengaruh-pengaruh tersebut
menjadi dua bagian, yaitu:
1. Jangka pendek
Jangka waktu yang dikatakan pendek di sini ialah selama masa perkuliahan masih berlangsung.
Adapun pengaruh yang ditimbulkan oleh perbuatan mencontek dalam jangka pendek ialah:
a. Malas
Bagi mahasiswa, kebiasaan mendapatkan nilai dengan cara mencontek akan membuat

mereka berpikir untuk mengesampingkan proses belajar. Mereka akan berpikir, “Untuk apa
belajar, kalau nilai bisa didapatkan dengan cara yang lebih mudah?”.
Hal itulah yang dinamakan kemalasan. Sikap malas merupakan sebuah kebiasaan buruk.
Orang-orang yang malas biasanya tidak mengoptimalkan waktu-waktu mereka. Mereka
akan merasa sungkan untuk melakukan pekerjaannya dengan upaya yang baik dan memilih
b.

cara-cara yang instan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Tidak dapat mengukur kemampuan diri
Nilai adalah cerminan tentang kemampuan akademik yang sebenarnya. Baik atau tidaknya
kemampuan akademik seorang mahasiswa akan dapat diukur dengan nilai yang
didapatkannya. Seorang mahasiswa yang mendapatkan nilai dengan mencontek, tidak dapat
mengetahui dan mengukur kemampuan mereka yang sebenarnya.

2. Jangka panjang
a. Hilangnya kepercayaan diri
Kebiasaan mencontek dari teman ataupun dari buku, akan membuat mahasiswa menjadi
tidak percaya dengan kemampuannya sendiri. Jika perbuatan tersebut menjadi suatu
kebiasaan, maka lama kelamaan rasa percaya diri mereka akan luntur. Sikap tidak percaya
diri tersebut akan menjadi hal yang negatif dalam pembentukan karakter seorang mahasiswa

ke depan.
b. Ketidakjujuran
Setiap mahasiswa akan merasa bangga dengan nilai yang bagus. Oleh karena itulah, mereka
selalu berupaya untuk mendapatkannya. Upaya tersebut dilakukan dengan jalan masingmasing, dan tidak sedikit mahasiswa yang menggunakan strategi yang tidak jujur, seperti
mencontek.
Jika perbuatan mencontek terus dilakukan, maka secara tidak langsung mahasiswa telah
membentuk karakter yang tidak jujur dalam diri mereka.
c. Tidak mandiri

Seorang mahasiswa yang biasa ‘terbantu’ dengan contekan, akan merasa kerepotan saat
mengerjakan segala sesuatu sendiri. Ia akan selalu memerlukan bantuan karena merasa tidak
mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
d. Kebodohan
Perilaku mencontek memiliki pengaruh terhadap otak.
Sebenarnya, otak manusia tidak pernah berhenti berpikir dalam kondisi apapun. Saat
seseorang melakukan pencontekan, pada saat itu juga orang tersebut memaksa otaknya
untuk berhenti berpikir. Jika hal tersebut dilakukan secara terus menerus, dampak yang
ditimbulkan ialah berupa melemahnya otak. Dalam jangka panjang, lemahnya otak akan
mengakibatkan kebodohan.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kejujuran merupakan hal yang diperlukan dalam setiap sisi kehidupan. Sebagai kaum yang
berpendidikan, mahasiswa dituntut menjadi teladan demi terciptanya kejujuran dalam masyarakat.
Kebiasaan tersebut perlu dilatih mulai dari hal-hal terkecil, termasuk dari kegiatan belajar di bangku
kuliah.
Mencontek adalah perbuatan yang akan melunturkan nilai-nilai kejujuran. Membiasakan diri untuk
mencontek akan menyebabkan berbagai pengaruh buruk, baik bagi mahasiswa itu sendiri, maupun pada
lingkungan. Mencontek adalah hal yang dianggap ringan, tapi dalam kenyataannya, mencontek itu sendiri
ternyata mendatangkan banyak dampak buruk, baik secara langsung dalam jangka pendek, ataupun
jangka panjang.

4.2 Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis bermaksud menyampaikan saran pada beberapa pihak
terkait masalah “Pengaruh Kebiasaan Mencontek terhadap Pembentukan Karakter Mahasiswa”.
Pihak pertama yakni bagi para mahasiswa, termasuk penulis sendiri. Sebagai kaum berpendidikan,
sudah seharusnyalah kita memiliki kesadaran penuh terhadap pentingnya kejujuran. Sesuatu yang
dibangun

dengan

ketidakjujuran

tidak

akan

mendatangkan

manfaat

yang

berarti.

Dengan

mengembangkan kejujuran, kita akan dapat membentuk diri sebagai insan yang tidak hanya pintar dari
segi akademik, namun juga diiringi dengan keelokan perilaku.
Pihak selanjutnya yaitu orang tua. Sebagai pihak yang berperan besar dalam pembentukan karakter
seorang anak, diharapkan orang tua dapat lebih menyadari pentingnya pendidikan tentang kejujuran pada
anak serta mendidik anak untuk terbiasa jujur dalam segala tindakan. Kebiasaan berperilaku jujur yang
diterapkan di lingkungan keluarga tersebut dapat menjadi penyumbang besar dalam membentuk karakter
jujur pada diri mahasiswa.
Saran selanjutnya, penulis sampaikan pada para tenaga pendidik di lingkungan perkuliahan.
Penulis menyarankan agar para tenaga pengajar mendidik para mahasiswa dengan disiplin kejujuran yang
tinggi. Selama ini, mahasiswa melakukan pencontekan karena berorientasi dengan nilai yang tinggi. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan agar para tenaga pengajar/dosen menerapkan pendidikan dengan
mengutamakan keterampilan sebagai orientasi, bukan justru nilai yang besar tanpa adanya bukti berupa
keterampilan yang dimiliki mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Kompasiana. 2012. “Menyontek” membahayakan Otak??!!. (http://edukasi.kompasiana.com/2012/12/06/
menyontek-membahayakan-otak-514576.html, diakses 15 Juni 2013).

Blogspot.2012. “Budaya Mencontek”. (http://neng-noey.blogspot.com/2012/05/budaya-mencontek.html,
diakses 03 Juli 2013)

Wordpress.2012. “Pengertian Karakter”. (http://juansyah.wordpress.com/2012/07/29/pengertian-karakter.
diakses 03 Juli 2013)

Wordpress.2011. “Karakter Mahasiswa Ideal”. (http://adityaemozha.wordpress.com/2011/03/23/karaktermahasiswa-ideal. diakses 03 Juli 2013)