Article Text 255 1 10 20171223
PENGARUH PROFESIONALISME DAN KEDISIPLINAN TERHADAP KINERJA GURU DI SMK KELAUTAN SUNAN DRAJAT KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN
Moh. Asykuri Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah Lamongan, Indonesia E-mail: [email protected]
Abstract: Professionalism of a teacher is very influential on improving the quality of education success to learners, because the professionalism of teachers is a device of ability that must be owned by a teacher so that he can carry out his teaching duties properly and successfully, therefore to become a professional teacher who has accountability in carry out pengelolahan learning requires determination and a strong desire in each prospective teacher or teacher to make it happen. In addition, teachers are required for discipline in the profession of work as educators. According Nitisemito (1986: 1990) states the problem of work discipline is a matter that needs to be considered, because with the discipline, can be affected effectiveness and efficiency in achieving educational goals. This means that Discipline is one of the success factors of organizational goals in the education environment of SMK Sunan Drajat. An organization must have a purpose, so that the organization's wheels run smoothly and directed.
Keywords: Professionalism, Professional Teacher, Discipline
Pendahuluan
Dasar dari Pendidikan Nasional yaitu Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa hal tersebut sesuai dengan Undang-undang No.20 Tahun 2003. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan serta meningkatkan mutu atau kualitas kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional. Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pembangunan Nasional Indonesia dalam bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta mampu mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Tidak ada upaya lain yang tepat untuk meningkatkan sumber daya manusia selain melalui peningkatan pendidikan, yaitu pengetahuan dan ketrampilan bangsa Indonesia yang lebih merata. Dengan peningkatan ketrampilan dan pengetahuan Pembangunan Nasional Indonesia dalam bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta mampu mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Tidak ada upaya lain yang tepat untuk meningkatkan sumber daya manusia selain melalui peningkatan pendidikan, yaitu pengetahuan dan ketrampilan bangsa Indonesia yang lebih merata. Dengan peningkatan ketrampilan dan pengetahuan
Sangat berbeda apabila pendidikan diposisikan sebagai alat untuk memecahkan masalah bangsa sekarang ini, sesunggunnya kita tidak terlalu banyak menuntut dari apa yang dihasilkan oleh pendidikan selama ini. Atau dengan kata lain, terjadi keterlambatan memposisikan pendidikan sebagai alat untuk mengatasinya. Mengapa demikian? Sebab untuk mengarahkan pendidikan kita yang dapat mengatasi masalah bangsa selama diperlukan produk pendidikan yang bukan otoritarisme, melainkan pendidikan yang dibangun pada budaya bangsa Indonesia yang mendunia atau kalau kita meminjam istilah dari tokoh pendidikan kita Ki Hadjar Dewantara, pendidikan harus dibangun dengan menggunakan strategi Tri-Kon (Konvergen, Konsentris, dan Kontinuitasi). Bagaimana mengembangkan pendidikan dengan strategi Tri-Kon tersebut? Pelaksanaan otonomisasi pendidikan merupakan tawaran yang perlu diterapkan dan dikembangkan dengan baik.
Desentralisasi, demokrasi, dan otonomi merupakan isu yang amat populer akhir- akhir ini. Walaupun isu tersebut telah lama dikemukakan berbarengan dengan keinginan mengganti sistem pemerintahan otoriter yang melanda Eropa Tengah dan Timur pada akhir tahun 1989 dan awal 1990 (David Held, 1995).
Sekarang ini telah terjadi perubahan paradigma dalam menata manajemen pemerintahan, termasuk di dalamnya menata manajemen pendidikan. Dalam manajemen pemerintahan, salah satu aspek yang amat menonjol yang dapat dijadikan indikator apakah manajemen pemerintahan itu dijalankan secara otoriter atau demokratis adalah dilihat sampai seberapa jauh lokus dan fokus kekuasaan itu diaplikasikan. Di sisi lain, indikator peran rakyat atau masyarakat juga ikut menentukan tentang demokratisasi manajemen pemerintahan. Kekuasaan dan peran mesyarakat amat menentukancorak dan demokrasi atau pelaksanaan sistem desentralisasi.
Di dalam manajemen pendidikan kita harus melihat seberapa jauh kekuasaan pembuatan kebijaksanaan penididikan itu tersentralisasi atau terdesentralisasi. Demikian juga kita harus mengamati seberapa jauh masyarakat ter,ibat dan ikut berperan dalam proses pengelolaan pendidikan. Berperannya masyarakat dalam pendidikan berarti memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengontrol pelaksanaan pendidikan. Dengan pengontrolan ini pendidikan tidak akan dikebiri prosesnya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Secara kuantitatif kita dapat mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia telah mengalami kemajuan. Indikator keberhasilan pendidikan ini dapat dilihat dari kemampuan baca tulis masyarakat yang meningkat. Hal ini sebagai akibat dari program pemerataan pendidikan, terutama melalui INPRES SD yang dibangun pada rezim orde baru. Namun demikian, keberhasilan dari segi kualitatif pendidikan di Indonesia belum berhasil membangun karakter bangsa yang cerdas dan kreatif, apalagi yang unggul. Banyaknya lulusan lembaga pendidikan formal, baik tingkat sekolah menengah maupun perguruan tinggi, terkesan belum mampu mengembangkan kreativitas dalam kehidupan mereka. Lulusan sekolah menengah sukar untuk bekerja disektor formal, karena belum memiliki keahlian khusus. Bagi sarjana mereka yang dapat berperan secara aktif dalam bekerja di sektor formal terbilang hanya sedikit. Keahlian dan perfesionalisasi yang melekat pada lembaga pendidikan tinggi terkesan hanyalah simbol belaka.
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan serta meningkatkan mutu atau kualitas kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan serta meningkatkan mutu atau kualitas kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran agar berguna untuk masa yang akan datang. Pemerintah dengan berbagai daya dan upaya sejak tahun 1993 mencanangkan program wajib belajar 9 tahun, menurut GBHN (1999-2004).
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi rakyat di seluruh Indonesia. Menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan anggaran pendidikan secara berarti.
2. Meningkatkan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan.
3. Memperdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan serta diversivikasi jenis pendidikan secara profesional.
4. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai keluarga,dan masyarakat yang didukung oleh saran dan prasarana yang memadai.
5. Melakukan pembaharuan dan pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan prinsip desentralisasi, otonomi hukum dan manajemen.
6. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan system pendidikan yang efektif dan efisien dalam mengahadapi perkembangan dan pengetahuan, teknologi dan seni.
Mengembangkan kualitas sumber daya menusia sendiri mungkin secara terarah, terpadu, dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa dan generasi muda dapat mendukung berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lingkungan sesuai dengan potensinya. Memasuki era globalisasi yang semakin canggih, dewasa ini dunia pendidikan di sekolah juga mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring dengan kemajuan teknologi tersebut. Misalnya pendataan siswa yang dulu dilakukan secara manual, sekarang pada beberapa sekolah sudah melakukan beberapa pendataan secara komputerisasi. Pengenalan program komputer sudah dilakukan sejak anak-anak pada tingkat pendidikan pra sekolah. Selain itu program bahasa asing sebagai bahasa penghubung dalam komunikasi antar bangsa juga sudah diterapkan mulai sekolah dasar. Hal ini menyebabkan setiap Mengembangkan kualitas sumber daya menusia sendiri mungkin secara terarah, terpadu, dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa dan generasi muda dapat mendukung berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lingkungan sesuai dengan potensinya. Memasuki era globalisasi yang semakin canggih, dewasa ini dunia pendidikan di sekolah juga mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring dengan kemajuan teknologi tersebut. Misalnya pendataan siswa yang dulu dilakukan secara manual, sekarang pada beberapa sekolah sudah melakukan beberapa pendataan secara komputerisasi. Pengenalan program komputer sudah dilakukan sejak anak-anak pada tingkat pendidikan pra sekolah. Selain itu program bahasa asing sebagai bahasa penghubung dalam komunikasi antar bangsa juga sudah diterapkan mulai sekolah dasar. Hal ini menyebabkan setiap
Hal tersebut berhubungan dengan peranan yang sangat penting dalam opersional organisasi di sekolah. Karena semakin pesatnya perkembangan di bidang tehnologi, menuntut peingkatan kemampuan dan ketrampilan sumber daya manusia. Untuk itu di dalam suatu organisasi faktor manusia tetap merupakan penentu keberhasilan suatu organisasi, sebab manusialah yang menggerakkan faktor-faktor lain dalam sekolah tersebut. Oleh karena itu, setiap unsur atau komponen yang ada di setiap pendidikan sekolah harus di daya gunakan seoptimal mungkin sehingga mampu bekerja secara optimal guna mencapai tujuan pendidikan sekolah di atas. Hal ini dapat dikatakan bahwa keberhasilan sebuah organisasi di sekolah tergantung dari banyak faktor.
Mengingat bahwa faktor manusia merupakan penggerak sumber daya yang lain dalam meningkatkan kinerja secara keseluruhan, maka yang menjadi tantangan utama dalam pembangunan adalah pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas pada setiap sektor pembangunan dan mempunyai cakrawala pandang yang luas. Tantangan ini menuntut adanya perubahan sikap manajemen terhadap tenaga kerja. Kalau semula tenaga kerja dipandang sebagai biaya jangka pendek, maka untuk sekarang dipandang sebagai investasi jangka panjang yang keberadaannya diperlukan untuk kelancaran aktifitas organisasi.
Setiap organisasi baik itu organisasi pemerintah, swasta, dalam bentuk manufaktur, jasa ataupan dagang bahkan pendidikan akan dihadapkan pada permasalahan mengenai pengelolahan sumber daya manusia (human resources). Hal itu disebabkan karena pengelolahan sumber daya manusia ini sangat erat kaitannya dengan pengelolaan sumber daya lainnya. Semakin baik pengelolaan sumber daya manusia (tenaga kerja) maka semakin baik pula pengelolaan sumber daya yang lain, sebaliknya semakin buruk pengelolaan sumber daya manusia maka hal itu berakibat pengelolaan sumber daya yang lain semakin tidak baik.
Pentingnya mengelolah sumber daya manusia diatas menunjukkan pula bahwa sukses atau tidaknya organisasi sangat tergantung kepada tenaga kerja yang dimiliki organisasi tersebut, meskipun organisasi memiliki sumber daya lain yang baik, misalnya sumber daya alam atau bahan baku yang melimpah, sumber daya energi yang memadai, mesin dan peralatan yang canggih, metode dan sistem operasi yang bagus maupun modal dana yang banyak tetapi apabila tenaga kerjanya tidak berkualitas maka organisasi akan mengalami permasalahan dan kesulitan dalam mencapai tujuannya. Sumber daya manusia merupakan inventaris yang penting bagi organisasi. Mengingat pentingnya unsur sumber daya manusia dalam pertumbuhan dan pengembangan organisasi karena didalamnya terdapat bakat, kreatifitas, keinginan, dan aktifitas kerja. Oleh karenanya sumber daya manusia atau tenaga kerja harus mendapatkan perhatian khusus dari organisasi sehingga apabila organisasi itu merasa puas maka berakibat kinerjanya akan meningkat dan pada akhirnya tujuan oraganisasi akan tercapai.
Berdasarkan penelitian para pakar umumnya seorang guru dan karyawan akan berprestasi dan menunjukkan kinerja yang tinggi bila guru dan karyawan terdorong atau Berdasarkan penelitian para pakar umumnya seorang guru dan karyawan akan berprestasi dan menunjukkan kinerja yang tinggi bila guru dan karyawan terdorong atau
Disamping itu peran penting seorang guru juga yang paling menentukan keberhasilan dalam pendidikan. Guru yang kita kenal sehari-hari adalah bahwa guru merupakan orang yang harus di gugu dan tiru, dalam arti orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan di teladani. Guru adalah mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelolah kelas, mereka yang secara sadara mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seseorang individu hingga hingga dapat terjadi pendidikan. Jadi guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang progaram pembelajaran serta mampu menata dan megelolah kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir proses pendidikan.
Profesionalisme seorang guru sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan keberhasilan terhadap peserta didik karena profesionalisme guru adalah perangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan baik dan berhasil, karena itu untuk mejadi seorang guru profesional yang memiliki akuntabilitas dalam melaksanakan pengelolahan pemblajaran dibutuhkan tekad dan keinginan yang kuat dalam diri setiap calon guru atau guru untuk mewujudkannya.
Selain itu guru dituntut untuk disiplin dalam profesinya kerja sebagai pendidik. Menurut Nitisemito (1986: 1990) menyatakan masalah kedisiplinan kerja merupakan masalah yang perlu diperhatikan, sebab dengan adanya kedisiplinan, dapat terpengaruh efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan pendidikan. Hal ini berarti bahwa Kedisiplinan merupakan salah satu faktor keberhasilan tujuan organisasi di lingkungan pendidikan SMK Kelautan Sunan Drajat. Suatu organisasi memang harus mempunyai tujuan, agar roda organisasi itu berjalan dengan lancar dan terarah.
Profesionalisme dan kedisiplinan dalam meningkatkan kinerja kerja guru akan diteliti dan dianalisis dalam penelitian ini. Dengan menggunakan obyek penelitian SMK Kelautan Sunan Drajat Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang merupakan salah satu sekolah kejuruan dengan kopetensi siswa yang baik. Peningkatan kinerja dari guru tentu akan berdampak pada perubahan prestasi siswa SMK Kelautan Sunan Drajat Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Dengan mengambil judul “Pengaruh Profesionalisme dan Kedisiplinan terhadap Kinerja Guru di SMK Kelautan Sunan Drajat Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan”, penyeleksian profesioanalisme dan kedisiplinan yang tepat untuk meningkatkan kinerja kerja guru akan diteliti.
Tinjauan Teori Profersionalisme
Untuk mendapatkan landasan berpikir yang benar dan terarah maka diperlkan landasan teori-teori yang berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Teori-teori tersebut harus mampu mendukung dan menjelaskan tiap-tiap variabel yang terkandung dalam penelitian. Teori-teori ini diperoleh berdasarkan studi kepustakaan yang dilakukan oleh penulis.
Hakekat Profesi Guru
Guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagia guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan. Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, yaitu sebagai berikut:
1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik peada materi pelajarn yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi.
2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berpikir serta mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
3. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran dan penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik.
4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik (apersepsi), agar peserta didik menjadi mudah dalam memahami pelajaran yang diterimanya.
5. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik menjadi jelas.
6. Guru wajib memerhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata pelajaran dan/atau praktiknya dalam akehidupan sehari-hari.
7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati/meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatkannya.
8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas.
9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut.
Guru dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya untuk mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta dapat melakukan perbaikan dan pengembangan. Seiring dengan kamjuan teknologi informasi yang telah demikian pesat, guru tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengelolah sendiri informasi. Dengan demikian, keahlian guru harus terus menerus dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar seperti telah diuaraikan.
Guru Sebagai Contoh (Suri Tauladan)
Pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan oleh peserta didik harus dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang guru. Atau dengan perkataan lain, guru mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku peserta didik. Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh (suri tauladan) bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan, yang dapat di gugu dan di tiru.
Seorang guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang dapat ditunjukkan oleh peserta didiknya. Untuk itu, apabila seseorang ingin menjadi guru yang profesional maka sudah seharusnya ia dapat selalu meningkatkan wawasan pengetahuan akademis dan praktis melalui jalur pendidikan berjenjang ataupun up grading dan/atau pelatihan yang bersifat in service training dengan rekan-rekan sejawatnya. Perubahan dalam cara mengajar guru dapat dilatihkan melalui peningkatan kemampuan mengajar sehingga kebiasaan lama yang kurang efektif dapat segera terdeteksi dan perlahan-perlahan dihilangkan. Untuk itu, maka perlu adanya perubahan kebiasaan dalam cara mengajar guru yang diharapkan akan berpengaruh pada cara belajar siswa, diantaranya sebagai berikut:
1. Memperkecil kebiasaan cara mengajar guru baru (calon guru) yang cepat merasa puas dalam mengajar apabila banyak menyajikan informasi (ceramah) dan terlalu mendominasi kegiatan belajar peserta didik.
2. Guru hendaknya berperan sebagai pengarah, pembimbing, pemberi kemudahan dengan menyediakan berbagai fasilitas belajar, pemberi bantuan bagi peserta didik yang mendapat kesulitan belajar, dan pencipta kondisi yang merasng dan menantang peserta didik untuk berfikir da bekerja (melakukan).
3. Mengubah dari sekedar ceramah dengan berbagai variasi metode yang lebih relavan dengan tujuan pembelajaran, memperkecil kebiasaan cara belajar beserta yang baru merasa belajar dan puas kalau banyak mendengarkan dan menerima informasi (diceramah) guru, atau baru belajar kalau ada guru.
4. Guru hendaknya mampu menyiapkan berbagai jenis sumber belajar sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri dan berkelompok, percaya diri, terbuka untuk saling memberi dan menerima pendapat orang lain, serta membina kebiasaan mencari dan mengelolah sendiri informasi.
Kompetensi dan Tugas Guru
Perfesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar (Kariman : 2002). Pada umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi profesional akan menerapkan “pembelajaran dengan melakukan” untuk menggantikan cara mengajar dimana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya mendengarkan.Dalam suasana seperti itu, peserta didik secara aktif dilibatkan dalam memecahkan masalah, mencari sumber informasi, data evaluasi, serta menyajikan dan mempertahankan pandangan dan hasil kerja mereka kepada teman sejawat dan lainnya. Sedangkan para guru dapat bekerja secara intensif dengan guru lainnya dalam merencanakan pembelajaran, baik individual maupun tim, membuat keputusan tentang desain sekolah, kolaborasi tentang pengembangan kurikulum, dan partisipasi dalam proses penilaian. Berikut akan diuaraikan tentang kompentensi profesional yang harus menjadi andalan guru dalam melaksanakan tugasnya.
Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, terdiri dari 3 (tiga), yaitu kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keberhasilan guru dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan oleh ketiganya dengan penekanan Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, terdiri dari 3 (tiga), yaitu kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keberhasilan guru dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan oleh ketiganya dengan penekanan
a. Kompetensi Pribadi Berdasarkan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk Tuhan, ia wajib menguasai pengetahuan yang akan diajarkannya kepada peserta didik secara benar dan bertanggungjawab. Ia harus memiliki pengatahuan penunjang tentang kondisi fisiologis, psikologis, dan pedagogis dari peserta didik yang dihadapinya. Beberapa kompetensi pribadi yang semestinya ada pada seorang guru, yaitu memiliki pengetahuan yang dalam tentang materi pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu, mempunyai pengetahuan tentang perkembangan peserta didik serta kemampuan untuk memperlakukan mereka secara individual.
b. Kompetensi Sosial Berdasarkan kodrat manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk etis. Is harus dapat memperlakukan peserta didiknya secara wajar dan bertujuan agar tercapai optimalisasi potensi pada diri masing-masing peserta didik. Ia harus memahami dan menerapkan prinsip belajar humanistik yang beranggapan bahwa keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan yang ada pada diri peserta didik tersebut. Instruktur hanya bertugas melayani mereka sesuai kebutuhan mereka mesing- masing. Kompetensi sosial yang dimiliki seorang guru adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka (seperti orang tua, tetangga, dan sesama teman).
c. Kompetensi Profesional Mengajar Berdasarkan peran guru sebagai pengelolah proses pembelajaran, harus memiliki kemampuan:
1. Merencanakan sistem pembelajaran - Merumuskan tujuan - Memilih prioritas materi yang akan diajarkan - Memilih dan menggunakan metode - Memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada - Memilih dan menggunakan media pembelajaran
2. Melaksanakan sistem pembelajaran - Memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat.
3. Menyajikan urutan pembelajaran secara tepat
4. Mengevaluasi sistem pembelajaran - Memilih dan menyusun jenis evaluasi - Melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses - Mengadministrasikan hasil evaluasi
5. Mengembangkan sistem pembelajaran - Mengoptimalkan potensi peserta didik - Meningkatkan wawasan kemampuan diri sendiri - Mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut.
Sedangkan kompetensi guru yang telah dibakukan oleh Dirjen Dikdasmen Depdiknas (1999) sebagai berikut:
1. Mengembangkan kepribadian
2. Menguasai landasan pelajaran
3. Menguasai program pengajaran
4. Menyusun program pengajaran
5. Melaksanakan program pengajaran
6. Menilai hasil dalam PBM yang telah dilaksanakan
7. Menyelenggarakan penelitian untuk keperluan pengajaran
8. Menyelenggarakan program bimbingan
9. Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat
10. Menyelenggarakan administrasi sekolah. Dengan demikian, dapat disimpulakan bahwa untuk menjadi guru profesional yang memiliki akuntabilitas dalam melaksanakan ketiga kompetensi tersebut, dibutuhkan tekad dan keinginan yang kuat dalam diri setiap calon guru atau guru untuk mewujudkannya.
Seperangkat Tugas Guru
Pada dasarnya terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru berhbungan dengan profesinya sebagai pengajar. Tugas guru ini sangat berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Secara garis besar, tugas guru dapat ditinjau dari tugas-tugas yang langsung berhubungan dengan tugas utamanya, yaitu menjadi pengelola adalam proses pembelajaran dan tugas-tugas lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran, tetapi akan menunjang kebehasilannya menjadi guru yang andal dan dapat diteladani.
Menurut Uzer (1990) terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Uraian dari penjelasan Uzer dapat dijabarkan sebagai berikut: tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik dalam arti meneruskan dan mengembangkan nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan iptek, sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan pada peserta didik. Tugas guru dalam bidang kemanusian meliputi bahwa guru di sekolah harus dapat menjadi orang tua kedua, dapat memahami peserta didik dengan tugas perkembangannya mulai sebagai makhluk bermain (homoludens), sebagai makhluk remaja/berkarya (homopither), dan sebagai makhluk berpikir/dewasa (homosapiens). Membantu peserta didik dalam mentranformasikan dirinya sebagai upaya pembentukan sikap dan membantu peserta dalam mengidentifikasikan diri peserta itu sendiri.
Masyarakat menempatkan guru pada tempatnya yang lebih terhormat di lingkungannya karena seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan bangsa Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila. Sedangkan secara khusus tugas guru dalam proses pembelajaran tatap muka sebagai berikut:
1) Tugas pengajar sebagai pengelola pembelajaran
a. Tugas manajerial Menyangkut fungsi administrasi (memimpin kelas), baik internal maupun eksternal. - Berhubungan dengan peserta didik - Alat perlengkapan kelas (meterial) - Tindakan-tindakan profesional
b. Tugas edukasional Menyangkut fungsi pendidik, bersifat: - Motivasional - Pendisiplinan - Sanksi sosial (tindakan hukuman) b. Tugas edukasional Menyangkut fungsi pendidik, bersifat: - Motivasional - Pendisiplinan - Sanksi sosial (tindakan hukuman)
2) Tugas pengajar sebagai pelaksana (Executive Teacher) Secara umum tugas guru sebagai pengelola pembelajaran adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas yang kondusif bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengaja agar mencapai hasil yang baik. Lingkungan belajar yang kondusif adalah lingkungan yang bersifat menantang dan merangsang peserta didik untuk mau belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Sedangkan secara khusus, tugas guru sebagai pengelola proses pembelajaran sebagai berikut:
a. Menilai kemajuan program pembelajaran.
b. Mampu menyediakan kondisi yang memungkinkan peserta didik belajar sambil kerja (learning by doing).
c. Mampu mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menggunakan alat- alat belajar.
d. Mengkoordinasikan, mengarahkan, dan memaksimalkan kegiatan kelas.
e. Mengkomunikasikan semua informasi dari dan/atau ke siswa.
f. Membuat keputusan instruksional dalam situasi tertentu.
g. Bertindak sebagai manusia sumber.
h. Membimbing pengalaman peserta didik sehari-hari.
i. Mengarahkan peserta didik agar mandiri (memberi kesempatan pada peserta didik untuk sedikit demi sedikit memngurangi ketergantungannya pada guru). j. Mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal.
Peranan Guru dalam Pembelajaran Tatap Muka
Terdapat beberapa peran guru dalam pembelajaran tatap muka yang dikemukakan oleh Moon (1989), yaitu sebagai berikut:
1. Guru sebagai perancang pembelajaran (designer of instruction) Pihak departemen pendidikan nasional telah memprogramkan bahan pembelajaran yang harus diberikan guru kepada peserta didik pada suatu waktu tertentu. Di sini guru di tuntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM tersebut dengan memperhatikan berbagai komponen dalm sistem pembalajaran yang meliputi:
a. Membuat dan merumuskan TIK.
b. Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komperhensif, sistematis, dan fungsional efektif.
c. Merancang metode yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.
d. Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dalam pengajaran.
e. Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan memperhatikan relevansi (seperti juga materi), efektif dan efisien, kesesuaian dengan metode, serta pertimbangan praktis.
Jadi, dengan waktu yang sedikit atau terbatas tersebut, guru dapat merancang dan mempersiapkan semua komponen agar berjalan dengan efektif dan efisien. Untuk Jadi, dengan waktu yang sedikit atau terbatas tersebut, guru dapat merancang dan mempersiapkan semua komponen agar berjalan dengan efektif dan efisien. Untuk
2. Guru sebagai pengelola pembelajaran (manager of instruction) Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Selain itu, guru juga berperan dalam membimbing pengalaman sehari-hari kearah pengenalan tingkah laku dan kepribadiannya sendiri. Salah satu ciri manajemen kelas yang baik adalah tersedianya kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru hingga mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri. Sebagai manajer, guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar mengajar dari teori perkembangan hingga memnungkinkan untuk menciptakan situasi belajar yang baik mengendalikan pelaksanaan pengajaran dan pencapaian tujuan.
3. Guru sebagai pengarah pembelajaran Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubugan ini, guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Empat hal yang dapat dekerjakan guru dalam memberikan motivasi adalah sebagai berikut: - Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar. - Menjelaskan secara konkret, apa yang dapat dilakukan pada pengajaran. - Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merangsang
pencapaian prestasi yang lebih baik di kemudian hari. - Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Pendekatan yang dipergunakan oleh guru dalam hal ini adalah pendekatan pribadi, di mana guru dapat mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam hingga dapat membantu dalam keseluruhan PMB, atau kata lain, guru berfungsi sebagai pembimbing. Sebagai pembimbing dalam PBM, guru diharapkan mampu untuk: - Mengenal dan memahami setiap perserta didik, baik secara individu maupun secara
kelompok. - Membantu tiap peserta didik dalam mengatasi masalah pribadi yang dihadapinya.
- Memberikan kesempatan yang memadai agar tiap peserta didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya.
- Mengevaluasi keberhasilan rancangan acara pembelajaran dan langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
Untuk itu, guru hendaknya memahami prinsip-prinsip bimbingan dan menerapkannya dalam proses pembelajaran.
4. Guru sebagai evaluator (evaluator of student learning) Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan, efektivitaf, dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui kedudukan peserta dalam kelas kelompoknya. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan menjadi umpan balik terhadap proses pembelajaran. Umpan balik akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan 4. Guru sebagai evaluator (evaluator of student learning) Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan, efektivitaf, dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui kedudukan peserta dalam kelas kelompoknya. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didik, guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan menjadi umpan balik terhadap proses pembelajaran. Umpan balik akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan
5. Guru sebagai konselor Sesuai dengan peran guru sebagai konselor adalah ia diharapkan akan dapan merespons segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dipersiapkan agar: - Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul antara
peserta didik dengan orang tuanya. - Bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yang manusiawi dan dapat
mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan bermacam-macam manusia.
Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya sendiri, baik itu motivasi, harapan, praangka, ataupun keinginannya. Semua hal itu akan memberikan pengaruh pada kemampuan guru dalam berhubungan dengan orang lain, terutama siswa.
1. Guru sebagai pelaksana kurikulum Kurikulum adalah perangkat pengalaman belajar yang akan didapat leh peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan. Secara resmi kurikulum sebenarnya merupakan sesuatu yang diidealisasikan atau dicita-citakan (Ali: 1985;30). Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat tergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya, guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam upaya mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi. Bahkan pandangan mutakhir menyatakan bahwa meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut pada akhirnya terletak di tangan pribadi guru. Untuk menyatakan tersebut terdapat beberapa alasan, yaitu:
a. Guru adalah pelaksana langsung dari kurikulum di suatu kelas.
b. Gurulah yang bertugas mengembangkan kurikulum pada tingkat pembelajaran, karena ia melakukan tugas sebagai berikut:
1) Menganilisis tujuan berdasarkan apa yang tertuang dalam kurikulum resmi.
2) Mengembangkan alat evaluasi berdasarkan tujuan.
3) Merumuskan bahan sesuai dengan isi kurikulum.
4) Merumuskan bentuk kegiatan belajar yang dapat melaksanakan pengalaman belajar bagi peserta didik dalam melaksanakan apa yang telah diprogramkan.
c. Gurulah yang langsung menghadapi berbagai permasalahan yang muncul sehubungan dengan pelasanaan kurikulum di kelas.
d. Tugas gurulah yang mencarikan upaya memecahkan segala permasalahan yang dihadapi dan melaksanakan upaya itu.
Sehubungan dengan pembinaan dan pengembangan kurikulum, permasalahan yang serig kali mincul dan harus dihadapi oleh guru yaitu:
a. Permaalahan yang berhubungan dengan tujuan dan hasil-hasil yang diharapkan dari suatu lembaga pendidikan.
b. Permasalahn yang berhubungan dengan isi/materi/bahan pelajaran dan organisasi atau cara pelaksanaan dari kurikulum.
c. Permasalahan dalam hubungan dengan proses penyusunan kurikulum dan revisi/perbaikan kurikulum.
Sedangkan peranan guru dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum secara aktif dijabarkan sebagai berikut:
a. Dalam perencanaa kurikulum
Kurikulum di tingkat nasional dirancang dan dirumuskan oleh para pakar dari berbagai bidang disiplin ilmu yang terkait, sedangkan guru-guru yang sudah berpengalaman biasanya terlibat untuk memberikan masukan berupa saran, ide, dan/atau tanggapan terhadap kemungkinan pelaksanaannya di sekolah.
b. Dalam pelaksanaan di lapangan Para guru bertanggung jawab sepenuhnya dalam pelaksanaan kurikulum, baik secara keseluruhan kurikulum maupun tugas sebagi penyampaian mata pelajaran sesuai dengan GBPP yang telah dirancang dalam suatu kurikulum.
c. Dalam proses penilaian Selama pelaksanaan kurikulum akam dinilai seberapa jauh tingkat ketercapaiannya. Biasanya guru diminta saran atau pendapat maupun menilai kurikulum yang sedang berjalan guna melihat kebaikan dan kelemahan yang ada, dilihat dari berbagai aspek, seperti aspek filosofis, sosiologis, dan metodologis.
d. Pengadministrasian Guru harus menguasai tujuan kurikulum, isi program (pokok bahasan/sub pokok bahasan) yang harus di berikan kepada peserta didik. Misalnya pada kelas dan semester beberapa suatu pokok bahasan diberikan dan bagaimana memberikannya. Biasanya dengan menyusun suatu bagan analisis tugas pembelajaran dan rencana pembelajaran.
e. Perubahan kurikulum Guru sebagai pelaku kurikulum mau tadak mau akan selalu terlibat dalam pembaruan yang sedang dilakukan sebagai suatu usaha untuk mencari format kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman. Masukan sebagai input berupa saran, ide, dan kritik berdasarkan pengalaman yang telah dilakukan oleh guru sangat besar artinya bagi perubahan dan pengembangan suatu kurikulum.
Sebagai kesipulan dapat dijelaskan bahwa seorang guru haruslah memiliki tangung jawab untuk mengembangkan kurikulum, selain tugas utamanya sebagai pembina kurikulum. Ini berarti bahwa guru dituntut untuk selalu mencari gagasan baru demi penyempurnaan praktik pendidikan dan praktik pembelajaran pada khususnya.
Hal ini harus dilakukan agar hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu. Untuk itu, seorang guru harus menganggap bahwa kurikulum sebagai program pembelajaran yang harus diberikan kepada peserta didik bukan sebagai barang mati, sehingga apa yang terdapat dalam kurikulum dapat di jabarkan oleh guru menjadi suatu materi yang menarik untuk disajikan pada peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
2. Guru dalam pembelajaran yang menerapkan kurikurum berbasis lingkungan Peranan guru dalam kurikulum berbasis lingkungan tidak kalah aktifnya dengan peserta didik sehubungan dengan tugas guru untuk mengaktifkan peserta didik dalam belajar maka guru dituntut untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang memadai. Pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang dituntut dari guru dalam proses pembelajaran yang memiliki kadar pembelajaran tinggi didasarkan atas posisi dan peranan guru, tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang profesional.
1. Posisi dan peran guru Posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis lingkungan dalam proses pembelajaran, di mana guru harus menempatkan diri sebagai:
a. Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi, pelaksana, dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik.
b. Fasilitator belajar, dalam arti guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya melalui upaya dalam berbagai bentuk.
c. Moderator belajar, dalam arti guru sebagai pengatur arus kegiatan belajar peserta didik. Guru sebagai mederator tidak hanya mengatur arus kegiatan belajar, tetapi juga bersama peserta didik harus menarik kesimpulan atau jawaban masalah sebagai hasil belajar peserta didik, atas dasar semua pendapat yang telah dibahas dan diajukan peserta didik.
d. Motivator belajar, dalam arti guru sebagai pendorong peserta didik agar mau melakukan kegiatan belajar. Sebagai motivator guru harus dapat menciptakan kondisi kelas yang merangsang peserta didik untuk mau melakukan kegiatan belajar, baik individual maupun kelompok.
e. Evaluator belajar, dalam arti guru sebagai penilai yang obyektif dan komprehensif. Sebagai evaluator, guru berkewajiban mengawasi, memantau proses pembelajaran peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya. Guru juga berkewajiban untuk melakukan upaya perbaikan proses belajar peserta didik, menunjukkan kelemahan dan cara memperbaikinya, baik secara individual, kelompok, maupun secara klasik.
2. Tugas dan tanggung jawab guru Proses pembelajaran yang bernafaskan lingkungan kebih menekan pada pentingnya proses belajar peserta dari pada hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Karena itu, pengendalian proses pembelajaran peserta didik merupakan tugas dan tanggung jawab guru. Ada beberapa kemampuan yang dituntut dari guru agar dapat menunmbuhkan minat dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a. Mampu menjabarkan bahan pembelajaran kedalam berbagai bentuk cara penyampaian.
b. Mampu merumuskan tujuan pembelajaran kognitif tingkat tinggi, seperti analisis, sintesis, dan evaluasi. Melalui tujuan tersebut meka kegiatan beljar peserta didik akan lebih aktif dan komprehensif.
c. Menguasai beberapa cara belajar efektif sesuai dengan tipe dan gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik secara individual.
d. Memiliki sikap yang positif terhadap tugas profesinya, mata pelajaran yan dibinanya sehingga selalu berupaya untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan tugasnya sebagai guru.
e. Termpil dalam membuat alat peraga pembelajaran sederhana sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan mata pelajaran yang dibinanya serta penggunaannya proses pembelajaran.
f. Terampil dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal.
g. Terampil dalam melakukan interaksi dengan peserta didik, dengan mempertimbangkann tujuan dan materi pelajaran, kondisi peserta didik suasana belajar, jumlah peserta didik, waktu yang tersedia, dan faktor yang berkenan dengan diri guru itu sendiri.
h. Memahami sifat dan karakteristik peserta didik, terutama kemampuan belajarnya, cara dan kebiasaan belajar, minat terhadap pelajaran, motivasi untuk belajar, dan hasil belajar yang telah dicapai.
i. Terampil dalam menggunakan sumber-sumber belajar yang ada sebagai bahan ataupun media belajar bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.
j. Terampil dalam mengelolah kelas atau memimpin peserta didik dalam belajar sehingga suasana belajar menjadi menarik dan meyenangkan. (Sudjana dan Arifin, 1989: 31-39).
3. Syarat guru yang baik dan berhasil Tidak sembarangan orang dapat melaksnakan tugas profesional sebagai seorang guru. Utnuk menjadi guru yang baik haruslah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh pemerintah (Ngalim Purwanto, 1985: 170-175). Syarat utama untuk menjadi seorang guru, selain berijzah dan syarat-syarat mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah mempunyai sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan pembelajaran. Selanjutnya, dari syarat-syarat tersebut dapat dijabarkan secara lebih terperinci, yaitu sebagai berikut.
a. Guru harus berijazah, Yang dimaksud ijazah di sini adalah ijazah yang dapat memberi wewenang untuk menjalankan tugas sebagai guru di suatu sekolah tertentu.
b. Guru harus sehat rohani dan jasmani Kesehatan jasmani dan rohani merupakan salah satu syarat penting dalam setiap pekerjaan. Karena, orang tidak akan dapat melakasanakan tugasnya dengan baik jika ia dersng suatu penyakit. Sebagai seorang guru syarat tersebut merupakan syarat mutlak yang tidak dapat diabaikan. Misalnya saja guru yang sedang terkena penyakit menular tentu akan membahayakan bagi peserta didik.
c. Guru harus bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik, sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu membentuk manusia susila yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa maka sudah selayaknya guru sebagai pendidik harus dapat menjadi contoh dalam melaksanakan ibadah dan berkelakuan baik.
d. Guru haruslah orang yang bertanggung jawab Tugas dan tanggung jawab seorang guru sebagai pendidik, pembelajar, dan pembimbing bagi peserta didik selama proses pembelajaran langsung yang telah dipercayakan orang tua/wali kepadanya hendaknya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Selain itu, guru juga bertanggung jawab terhadap keharmonisan perilaku masyarakat dan lingkungan di sekitarnya.
e. Guru di Indonesia harus berjiwa nasional. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang mempunyai bahasa dan adat- istiadat berlainan. Untuk menanamkan jiwa kebangsaan merupakan tugas utama seorang guru, karena itulah guru harus lebih dahulu berjiwa nasional.
Syarat-syarat di atas adalah syarat umum yang berhubungan dengan jabatan sebagai guru. Selainitu, ada pula syarat lain yang sangat erat hubungannya dengan tugas guru di sekolah, sebagai berikut:
a. Harus adil dan dapat dipercaya.
b. Sabar, rela berkorban, dan menyayangi peserta didik.
c. Memiliki kewibawaan dan tanggung jawab akademis.
d. Bersikap baik pada rekan guru, staf di sekolah, dan masyarakat.
e. Harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan menguasai benar mata pelajaran yang dibinanya.
f. Harus selalu intropeksi diri dan siap menerima kritik dari siapapun.