Konsep Pelaporan auditing Perspektif Pem

Konsep Pelaporan auditing Perspektif Pemikiran Arthur Schopenhauer
Oleh: Muhammad Aras Prabowo
Audit adalah salah satu cabang pengetahuan dalam ilmu akuntansi, selain perpajakan, keuangan,
akuntansi manajemen, Corporate Social Resposibility, dan akuntansi syariah. Auditing adalah suatu
proses yang sistematis untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti secara objektif, yang berkaitan dengan
asersi-asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi. Ilmu auditit juga memiliki siklus
sama seperti keuangan. Siklus akuntansi mulai dari analisis transaksi-pencatatan-buku besarpengikhtisaran-laporan keuangan, sedangkan siklus audit kebalikan dari siklus akuntansi yaitu dimulai
dengan menganalisis laporan keuangan apakah sesuai dengan kaidah pelaporan dan transaksi yang
terjadi pada suatu perusahaan. Audit terbagi jadi dua, yaitu audit internal yang dimiliki oleh suatu
perusahan dan audit eksternal yang berasal dari luar perusahaan yang dikenal dengan kantor akuntan
publik.
Peran seorang auditor dalam melakukan pemeriksaan sangatlah penting, khususnya pihak-pihak yang
berkepentingan dalam laporan keuangan. Opini audit sangatlah penting guna mengukur kinerja
perusahan dan keabsahan transaksi yang tersadi dalam priode tertentu. Didalam melakukan proses
audit, seorang auditor (pemeriksa keuangan) tidak mengalami kendala saat melakukan proses audit.
Mulai dari keterbatasan dokumen laporan keuangan sampai dengan penyalagunaan keuangan (fraud).
Untuk itu perlu perencanaan yang matang bagi seorang auditor sebelum melakukan pemeriksaan. Sebab
keandalan opini suatu KAP akan membuat kantornya semakin diperhitungkan oleh klien.
Konsep pelaporan auditing sangatlah penting guna menunjang keberhasilan auditor dalam menghasilkan
opini. Untuk itu saya akan berusaha memberikan konsep pelaporan audit dengan memakai pendekatan
Arthur Schopenhauer. Arthur Schopenhauer adalah seorang filsuf Jerman yang melanjutkan tradisi

filsafat pasca-Kant. Ia lahir pada 22 Februari 1788 di Danzig, Polandia. Keluarga Schopenhauer sangat
kental dengan tradisi Belanda. Ayahnya, Heinrich Floris Schopenhauer (1747 – 1805) dan Johanna
Schopenhauer adalah seorang pengusaha sukses yang mengontrol keluarganya dengan gaya bisnis.
Nama Arthur Schopenhauer mencerminkan luasnya jaringan sang ayah dalam perdagangan
internasional, sehingga ia memilihkan nama untuk anak pertamanya itu dengan kolaborasi kosa kata
Jerman, Perancis, dan Inggris. Pada bulan Maret 1793, ketika Schopenhauer masih berusia 5 tahun,
keluarga pindah ke Hamburg, setelah Danzig diduduki oleh Prussia.
Lahir di tengah keluarga pengusaha kaya, Schopenhauer sering melakukan kunjungan wisata ke berbagai
negara di Eropa. Pada tahun 1797 – 1799 ia tinggal di Perancis. Pada tahun 1809, Schopenhauer memulai
studi di University of Gottingen di bidang Kedokteran, kemudian mengambil Filsafat. Di Gottingen, dia
terpikat dengan pandangan seorang “skeptical philosopher”, Gottlob Ernst Schulze (1761 – 1833). Lewat
Schulze-lah Schopenhauer mengenal pemikiran Plato dan Immanuel Kant. Setelah melewati masa studi 2
tahun di Gottingen, Schopenhauer kemudian mendaftarkan diri di Universitu of Berlin. Di sana ia diajar
oleh Johann Gottlieb Fichte (1762 – 1814), dan Friedrich Schleiermacher (1768-1834). Di dua universitas
ini, Schopenhauer mempelajari banyak bidang keilmuan, antara lain: fisika, psikologi, astronomi, zoology,
arkeologi, fisiologi, sejarah, sastra dan syair. Pada umur 25 tahun ia berhasil menyelesaikan disertasi

dengan judul “The Fourfold Root of the Principle of Sufficient Reason”. Pada tahun 1813, ia memutuskan
pindah ke Rudolstadt, dan pada tahun yang sama ia menyampaikan disertasinya di University of Jena,
kemudian dianugerahi gelar doktor filsafat.

Pada tahun 1814, Schopenhauer memulai pekerjaannya sebagai penulis dengan judul bukunya The
World as Will and Representation (Die Welt als Wille und Vorstellung), Dunia sebagai Kehendak dan
Gagasan. Perspektif inilah yang akan saya gunakan untuk membuat sebuah pelaporan auditing, dengan
membagi jadi tiga pendekatan. Yaitu ontology, epistemology, dan dari sisi pragmatism sebagai berikut.
Dari perspektif ontology dalam mempersiapkan laporan audit kemudian dikaitkan dengan pemikiran
Arthur Schopenhauer mengenai pemikiran “The World as Will and Representation” yaitu seorang auditor
menyusun laporan audit berdasarkan gagasan dan kehendak atas fenomena yang didapatkan saat proses
audit. Dukungan berbagai bukti akan membuat opini audit semakin kuat. Sehingga apa yang disajikan
dalam laporan audit sesuai dengan realita yang ada. Perspektif ontology lebih kepada penguatan
kebenaran dan keandalan atas opini audit yang dihasilkan.
Perspektif epistimologi lebih kepada metode dan pendekatan yang akan dipakai oleh sorang auditor
dalam melaksanakan proses audit. Kaitannya dengan pemikiran Arthur Schopenhauer, seorang auditor
memiliki kehendak penuh atas metodologi yang akan diterapkan dalam proses audit. Tentunya dengan
dukungan gagasan dan pengalaman yang pernah ia lalui dalam pengauditan. Pengalaman akan sengat
berpengaru dalam menyusun langkah-langkah untuk melaksanakan proses audit.
Pemikiran Arthur Schopenhauer mengenai dunia sebagai kehendak dan gagasan sangat mengedepankan
unsur subjektifitas manusia, untuk itu ketika dikaitkan dengan persiapan laporang audit dapat ditinjau
dari beberap perspektif. Diantanya, dari segi pragmatism dalam mempersiapkan laporan audit. Tinjauan
ini tidak terlalu menekankan pada metodologi atau pun konsep realitas, tapi lebih mengedepankan hasil
akhir laporan audit. Sesuai dengan kehendak sang auditor. Hal ini bisa saja menjadikan laporan yang

dihasilkan tidak kuat secara kualitas. Tapi lebih mengutamakan kepentingan atas hasil audit tersebut.
Berikut hasil analisis saya mengenai konsep pelaporan auditing Perspektif Pemikiran Arthur
Schopenhauer

Dari uaraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pemikiran Arthur Schopenhauer dapat digunakan
seorang auditor saat menyusun pelaporan auditing. Hal ini meberikan penjelasan bahwa ilmu audit tidak
sesempit yang kita kira. Tapi beberapa teori pemikiran filosuf dapat dijadikan sebuah landasan pemikiran
dalam membati proses audit.
Sember : seputarsulawesi.com