Studi kasus Dilema etika doc
Etika Filsafat
Komuniksi
Tugas Studi Kasus
Demonstrasi Warga tentang kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak. Terjadi pembakaran foto Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dan Bendera Merah Putih oleh para
demonstran.
Oleh : Nakkok / 110904079
1
Gambaran kasus dimana para pendemonstran yang melakukan kegiatan demo dalam
rangka penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi pada saat
itu dalam masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah hal yang
lumrah dikala keputusan yang kontroversial yang diambil pemerintah untuk rakyatnya.
Keputusan pemerintah untuk menaikan harga Bahan Bakar Minyak pastilah dilakukan untuk
tujuan bersama sesuai pemikiran pemerintah melalui perhitungan khusus dan kajian tiap sisi
aspek ekonomi yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat. Setiap pemerintah pastilah
melalukan hal yang terbaik untuk rakyatnya, hal ini dapat dikatakan karena pemerintahlah
yang bertanggung jawab untuk roda kesejahteraan rakyat baik dari segi ekonomi, sosial,
maupun budaya. Jika pada pemerintahan tersebut
terjadi hal hal yang merugikan dan
terkesan masif dalam arti bekaitan dengan hajat hidup banyak orang maka rakyat akan
mengetahui dan merasa bahwa pemerintah pastilah melakukan kesalahan.
Dalam negara demokrasi, demonstrasi damai adalah aktifitas legal untuk mengkritik
kebijakan pemerintah yang dinilai tidak populer atau guna menyuarakan aspirasi rakyat.
Kendati demikian, sebagai negara yang beradab, demonstrasi tentunya harus dilakukan
dengan aksi-aksi yang memiliki nilai etik kepatutan rakyat. Rasa keadilan serta keinginan
untuk hidup lebih sejahtera merupakan keinginan dari seluruh rakyat dimanapun dia berada.
Namun apabila rakyat tidak mendapatkan sesuai dengan apa yang telah dijanjikan oleh
penguasa ataupun pemerintah untuk hidup lebih baik, rakyat akan melakukan unjuk rasa atau
demonstrasi tujuannya adalah untuk mewujudkan keadilan dan ketertiban. Unjuk rasa atau
demonstrasi merupakan salah satu bagian dari kehidupan demokrasi di suatu negara, karena
demonstrasi merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan pendapat dimuka umum.
Tetapi aksi unjuk rasa atau demonstrasi yang terkadang disertai juga dengan tindakan yang
tidak bertanggungjawab tentunya bertentangan dengan tujuan dari unjuk rasa atau
demonstrasi itu sendiri.
Aksi demonstrasi bisa dikatakan merupakan cara penyampaian kekecewaan para
masyarakat terhadap pemerintah. Mengemukakan pendapat merupakan hal yang sah – sah
saja bila dilakukan dengan cara yang benar pula. Pengertian atas kebebasan mengemukakan
pendapat dimuka umum diterangan pada Pasal 1(1) UU No. 9 Tahun 1998, bahwa
kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan
pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai
2
dengan ketentuan peraturan perundang-undangyang berlaku. Selain itu . Pasal 28 UUD 1945
mengatakan “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
atau tulisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang – undang”.
1. Sanksi
Berdasarkan Berdasarkan Pasal 15 UU No. 9 Tahun 1998, sanksi terhadap
pelanggaran tata cara sesuai ketentuan undang-undang adalah pembubaran. Tidak ada
sanksi pidana ataupun sanksi lain terhadap pelanggaran tata cara tersebut.
Dalam praktek, kepolisian sering mengkriminalisasikan para pengunjuk rasa yang
menolak membubarkan diri ketika berunjuk rasa dengan beberapa pasal dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, yaitu:
Pasal 212 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, “Barang siapa dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan melawan seorang pejabat yang sedang menjalankan tugas
yang sah, atau orang yang menurut kewajiban undang-undang atau atas permintaan
pejabat memberi pertolongan kepadanya, diancam karena melawan pejabat, dengan
pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Namun hal ini berbeda jika demonstran memulai untuk membuat hal hal yang diluar
batas diantanya hingga pembakaran bendera merah putih ataupun kepala negara
yakni Susilo Bambang Yudhoyono karena hal tersebut sudah melewati batasan, etika
bahkan peraturan pemerintahan yang ada. Kita bisa saja mengeluarkan kebebasan
berpendapat kita namun haruslah bisa membatasinya agar tidak melewati jalur yang sudah
ada. Hal ini dikarenakan setiap negara memiliki kehormatan baik terhadap pemerintahnya
dalam hal ini kepala negara maupun lambang – lambang negara salah satunya adalah bendera
Merah Putih.
Membakar bendera merah putih dikenakan pasal 66 undang-undang tentang Lambang
Negara dan atau pasal 154a atau 406 KUHP dengan ancaman lima tahun penjara.
3
Kaitan Etika
Dalam (Bertens 2004: 4) Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat dan kebiasaan. Kata yang cukup dekat dengan etika adalah moral. Lebih
lanjut Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953) etika
dijelaskan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Jika dikaitkan dengan
etika Gambaran kasus dimana para pendemonstran yang melakukan kegiatan demo dalam
rangka penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi pada saat itu
dalam masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sampai dengan pembakaran
foto hingga bendera merah putih adalah hal yang melanggar nilai – nilai etika.
Dalam etika kita belajar mengenai Moralitas atau tentang manusia. Moralitas
merupakan suatu ciri khas manusia yang tidak dapat ditemukan pada mahkluk di bawah
tingkat manusiawi. (Bartens 2004: 13). Ada tiga cara pendekatan untuk mempelajari
moralitas manusia diantanya:
1. Etika Deskriptif
2. Etika Normatif
3. Metaetika
Dalam kaitanya dengan kasus ini maka Etika Normatif merupakan pendekatan yang
sesuai. Etika Normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang dimana
berlangsung diskusi-diskusi yang paling menarik tentang masalah – masalah moral. Penilaian
itu dbentuk atas dasar norma-norma diantaranya “Martabat manusia harus dihormati”.
(Bartens 2004: 17). Dikatakan demikian karena bila kita hubungkan dengan kasus
pembakaran foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dapat disimpulkan bahwa kita sudah
tidak menghormati martabat SBY sebagai manusia ataupun bahkan sebagai pemimpin negara
ini.
Jika kita melihat dalam kasus tersebut demonstrasi merupakan sebuah kebebsasan dan
juga merupakan Hak Azasi Manusia yang dijamin di Indonesia. Dalam etika kita juga
mempelajari hal mengenai Kebebasan dan Tanggung Jawab. Lebih lanjut Bartens pada
bukunya “Etika” mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada manusia yang tidak tahu apa itu
kebebasan, karena kebebasan merupakan kenyataan yang akrab dengan kita semua. Dalam
hidup setiap orang kebekasan adalah unsur yang hakiki. Kita semua mengalami kebebasan,
4
justru karena kita manusia. Kesulitanya baru mulai bila kita ingin mengungkapkan
pengalaman itu dalam tahap refleksi. Dan justru itulah yang menjadi usaha dan tanggung
jawab filsafat.
Tedapat beberapa arti kebebasan yang menjadi titik pangkal bagi suatu rnungan etika
mengenai kebebasan, diantaranya yaitu:
1. Kebebasan Sosial Politik
Pertama-tama harus dibedakan antara kebebasan sosial-politik dengan
kebebasan individual. Subjek politik artinya yang disebut bebas adalah suatu
bangsa atau rakyat. Sedangkan kebebasan individual memiliki manusia
sebagai subjeknya. Bentuk nyata atercapainya kebebasan politik adalah
membatasi kekuasaan absolut raja. (Bartens 2004: 94).
Jika demikian indonesia menjamin adanya kebebasan Sosial-Politik karena negara
demokrasi menjamin warga negaranya untuk mengeluarkan pendapat. Dalam hal ini maka
tercermin adanya kebebasan Sosial-Politik yakni dimana warga melakukan demonstrasi
untuk kenaikan harga Bahan Bakar Minyak.
2. Kebebasan individual
Kebebasan dalam arti sosial-politik berkaitan erat dengan etika, namun hal itu
dibahas dalam “etika politik” bukan lagi dalam “etika umum”. Etika umum
lebih penting adalah membahas kebebasan individual. (Bartens 2004: 99).
Didalam kebebasan indvidual lebih lanjut membahas Kesewenang-wenangan. Kadang
kebebasan disama artikan dengan kesewenang-wenangan (arbitrariness). Kalau begitu orang
disebut bebas bila dapat berbuat atau tidak berbuat sesuka hatinya. Karena arti kebebasan
dalam hal ini tidak bisa disama artikan dengan bebas. Dalam kasus tersebut kebebasan
digambarkan dengan demonstran dang di perbolehkan melakukan aksi namun
pembakaran bendera dan foto presiden merupakan kesewenang-wenangan yang tidak
bisa diterima secara etika dan kebebasan individual.
5
Kemudian dalam etika kita juga mempelajari dan mengkaji Tanggung Jawab.
Bertanggung jawab berarti dapat menjawab bila ditanyai tentang perbuatan perbuatan yang
dilakukan seta tidak bisa mengelak untuk diminta penjelasan mengenai perbuatanya.
Tanggung Jawab dan Kebebasan
Dalam “tanggung jawab” terkandung pengertian “Penyebab”. Orang bertanggung
jawab atas sesuatu yang disebabkan olehnya. Tetapi untuk bertanggung jawab tidak cukup
orang menjadi penyebab namun perlu juga adanya orang menjadi penyebab “bebas”. (Bartens
2004: 126).
Dalam kaitanya dengan kasus demonstrasi warga mengenai kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak yang berujung dengan pembakaran foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
hingga bendera merah putih maka “Penyebab” disini adalah kenaikan BBM yang menurut
warga sangat merugikan untuk kelangsungan hidupnya. Namun bukan menjadi alasan
melupakan batasan-batasan dalam etika yang ada hingga melanggarnya yaitu aksi
pembakaran. Dalam hal ini penyebab “bebas” adalah negara yang menjamin kebebasan
berpendapat.
Kesimpulan
Kesimpulan yang saya buat disini adalah demonstrasi merupakan hal yang wajar bila
kita mengalami suatu hal yang menurut kita merugikan atau tidak sesuai. Lebih lanjut negara
Republik Indonesia menjamin kita kebebasan untuk mengeluarkan pendapat maka hal itu
dapat kita lakukan dan baik jika masih dalam tahap kritik yang membangun kaena kita tidak
juga boleh menjadi masyarakat yang apatis yang dapat merugikan kita kemudian. namun jika
kita memandang etika yang ada pembakaran foto presiden dan bendera merah putih adalah
hal yang melewati batas dan disini demonstran haruslah bertanggung jawab. Kita bisa saja
melakukan kegiatan yang menyangkut hidup kita namun kita marus memandang dalam hal
ini apakah hal tersebut sesuai dengan etika yang ada atau tidak. Jika demikian permasalahan
yang terjadi dalam masyarakat dapat di minimalisir.
6
Mahasiswa Bakar Foto SBY dan
Bendera Demokrat
MINGGU, 23 FEBRUARI 2014 | 12:16 WIB
Peserta mengadakan aksi teaterikal saat mengadakan demo tolak kenaikan harga BBM di bundaran
Gladag, Solo (17/6). Aksi yang diikuti oleh ratusan mahasiswa dan masyarakat tersebut menuntut SBY
turun dari jabatan presiden jika tetap menaikan harga BBM. Tempo/Andry Prasetyo
(Sumber: Tempo.co.id)
7
Daftar Referensi
Bertens. 2004. Etika. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
Siagian, Matias & Edward. 2011. Etika Umum. Medan. PT Grasindo Monoratama
Sumber lain :
https://www.academia.edu/7764227/TUGAS_MAKALAH_ETIKA_TERAPAN_ETIKA_DEMONSTRASI_DI
TINJAU_DARI_DARI_PERSPEKTIF_TEOLOGIS_oleh_PITRI_SARTIKA_SIHOTANG
Diakses pada 29 mei 2015 pukul 20.00
http://hukum.kompasiana.com/2014/09/04/hak-asasi-manusia-kebebasan-berpendapat672671.html
Diakses pada 29 mei 2015 pukul 18.00
8
Komuniksi
Tugas Studi Kasus
Demonstrasi Warga tentang kenaikan harga Bahan Bakar
Minyak. Terjadi pembakaran foto Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dan Bendera Merah Putih oleh para
demonstran.
Oleh : Nakkok / 110904079
1
Gambaran kasus dimana para pendemonstran yang melakukan kegiatan demo dalam
rangka penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi pada saat
itu dalam masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah hal yang
lumrah dikala keputusan yang kontroversial yang diambil pemerintah untuk rakyatnya.
Keputusan pemerintah untuk menaikan harga Bahan Bakar Minyak pastilah dilakukan untuk
tujuan bersama sesuai pemikiran pemerintah melalui perhitungan khusus dan kajian tiap sisi
aspek ekonomi yang bertujuan untuk kesejahteraan rakyat. Setiap pemerintah pastilah
melalukan hal yang terbaik untuk rakyatnya, hal ini dapat dikatakan karena pemerintahlah
yang bertanggung jawab untuk roda kesejahteraan rakyat baik dari segi ekonomi, sosial,
maupun budaya. Jika pada pemerintahan tersebut
terjadi hal hal yang merugikan dan
terkesan masif dalam arti bekaitan dengan hajat hidup banyak orang maka rakyat akan
mengetahui dan merasa bahwa pemerintah pastilah melakukan kesalahan.
Dalam negara demokrasi, demonstrasi damai adalah aktifitas legal untuk mengkritik
kebijakan pemerintah yang dinilai tidak populer atau guna menyuarakan aspirasi rakyat.
Kendati demikian, sebagai negara yang beradab, demonstrasi tentunya harus dilakukan
dengan aksi-aksi yang memiliki nilai etik kepatutan rakyat. Rasa keadilan serta keinginan
untuk hidup lebih sejahtera merupakan keinginan dari seluruh rakyat dimanapun dia berada.
Namun apabila rakyat tidak mendapatkan sesuai dengan apa yang telah dijanjikan oleh
penguasa ataupun pemerintah untuk hidup lebih baik, rakyat akan melakukan unjuk rasa atau
demonstrasi tujuannya adalah untuk mewujudkan keadilan dan ketertiban. Unjuk rasa atau
demonstrasi merupakan salah satu bagian dari kehidupan demokrasi di suatu negara, karena
demonstrasi merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan pendapat dimuka umum.
Tetapi aksi unjuk rasa atau demonstrasi yang terkadang disertai juga dengan tindakan yang
tidak bertanggungjawab tentunya bertentangan dengan tujuan dari unjuk rasa atau
demonstrasi itu sendiri.
Aksi demonstrasi bisa dikatakan merupakan cara penyampaian kekecewaan para
masyarakat terhadap pemerintah. Mengemukakan pendapat merupakan hal yang sah – sah
saja bila dilakukan dengan cara yang benar pula. Pengertian atas kebebasan mengemukakan
pendapat dimuka umum diterangan pada Pasal 1(1) UU No. 9 Tahun 1998, bahwa
kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk menyampaikan
pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai
2
dengan ketentuan peraturan perundang-undangyang berlaku. Selain itu . Pasal 28 UUD 1945
mengatakan “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
atau tulisan, dan sebagainya ditetapkan dengan undang – undang”.
1. Sanksi
Berdasarkan Berdasarkan Pasal 15 UU No. 9 Tahun 1998, sanksi terhadap
pelanggaran tata cara sesuai ketentuan undang-undang adalah pembubaran. Tidak ada
sanksi pidana ataupun sanksi lain terhadap pelanggaran tata cara tersebut.
Dalam praktek, kepolisian sering mengkriminalisasikan para pengunjuk rasa yang
menolak membubarkan diri ketika berunjuk rasa dengan beberapa pasal dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, yaitu:
Pasal 212 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, “Barang siapa dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan melawan seorang pejabat yang sedang menjalankan tugas
yang sah, atau orang yang menurut kewajiban undang-undang atau atas permintaan
pejabat memberi pertolongan kepadanya, diancam karena melawan pejabat, dengan
pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Namun hal ini berbeda jika demonstran memulai untuk membuat hal hal yang diluar
batas diantanya hingga pembakaran bendera merah putih ataupun kepala negara
yakni Susilo Bambang Yudhoyono karena hal tersebut sudah melewati batasan, etika
bahkan peraturan pemerintahan yang ada. Kita bisa saja mengeluarkan kebebasan
berpendapat kita namun haruslah bisa membatasinya agar tidak melewati jalur yang sudah
ada. Hal ini dikarenakan setiap negara memiliki kehormatan baik terhadap pemerintahnya
dalam hal ini kepala negara maupun lambang – lambang negara salah satunya adalah bendera
Merah Putih.
Membakar bendera merah putih dikenakan pasal 66 undang-undang tentang Lambang
Negara dan atau pasal 154a atau 406 KUHP dengan ancaman lima tahun penjara.
3
Kaitan Etika
Dalam (Bertens 2004: 4) Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau
ilmu tentang adat dan kebiasaan. Kata yang cukup dekat dengan etika adalah moral. Lebih
lanjut Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953) etika
dijelaskan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Jika dikaitkan dengan
etika Gambaran kasus dimana para pendemonstran yang melakukan kegiatan demo dalam
rangka penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terjadi pada saat itu
dalam masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sampai dengan pembakaran
foto hingga bendera merah putih adalah hal yang melanggar nilai – nilai etika.
Dalam etika kita belajar mengenai Moralitas atau tentang manusia. Moralitas
merupakan suatu ciri khas manusia yang tidak dapat ditemukan pada mahkluk di bawah
tingkat manusiawi. (Bartens 2004: 13). Ada tiga cara pendekatan untuk mempelajari
moralitas manusia diantanya:
1. Etika Deskriptif
2. Etika Normatif
3. Metaetika
Dalam kaitanya dengan kasus ini maka Etika Normatif merupakan pendekatan yang
sesuai. Etika Normatif merupakan bagian terpenting dari etika dan bidang dimana
berlangsung diskusi-diskusi yang paling menarik tentang masalah – masalah moral. Penilaian
itu dbentuk atas dasar norma-norma diantaranya “Martabat manusia harus dihormati”.
(Bartens 2004: 17). Dikatakan demikian karena bila kita hubungkan dengan kasus
pembakaran foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dapat disimpulkan bahwa kita sudah
tidak menghormati martabat SBY sebagai manusia ataupun bahkan sebagai pemimpin negara
ini.
Jika kita melihat dalam kasus tersebut demonstrasi merupakan sebuah kebebsasan dan
juga merupakan Hak Azasi Manusia yang dijamin di Indonesia. Dalam etika kita juga
mempelajari hal mengenai Kebebasan dan Tanggung Jawab. Lebih lanjut Bartens pada
bukunya “Etika” mengatakan bahwa sebenarnya tidak ada manusia yang tidak tahu apa itu
kebebasan, karena kebebasan merupakan kenyataan yang akrab dengan kita semua. Dalam
hidup setiap orang kebekasan adalah unsur yang hakiki. Kita semua mengalami kebebasan,
4
justru karena kita manusia. Kesulitanya baru mulai bila kita ingin mengungkapkan
pengalaman itu dalam tahap refleksi. Dan justru itulah yang menjadi usaha dan tanggung
jawab filsafat.
Tedapat beberapa arti kebebasan yang menjadi titik pangkal bagi suatu rnungan etika
mengenai kebebasan, diantaranya yaitu:
1. Kebebasan Sosial Politik
Pertama-tama harus dibedakan antara kebebasan sosial-politik dengan
kebebasan individual. Subjek politik artinya yang disebut bebas adalah suatu
bangsa atau rakyat. Sedangkan kebebasan individual memiliki manusia
sebagai subjeknya. Bentuk nyata atercapainya kebebasan politik adalah
membatasi kekuasaan absolut raja. (Bartens 2004: 94).
Jika demikian indonesia menjamin adanya kebebasan Sosial-Politik karena negara
demokrasi menjamin warga negaranya untuk mengeluarkan pendapat. Dalam hal ini maka
tercermin adanya kebebasan Sosial-Politik yakni dimana warga melakukan demonstrasi
untuk kenaikan harga Bahan Bakar Minyak.
2. Kebebasan individual
Kebebasan dalam arti sosial-politik berkaitan erat dengan etika, namun hal itu
dibahas dalam “etika politik” bukan lagi dalam “etika umum”. Etika umum
lebih penting adalah membahas kebebasan individual. (Bartens 2004: 99).
Didalam kebebasan indvidual lebih lanjut membahas Kesewenang-wenangan. Kadang
kebebasan disama artikan dengan kesewenang-wenangan (arbitrariness). Kalau begitu orang
disebut bebas bila dapat berbuat atau tidak berbuat sesuka hatinya. Karena arti kebebasan
dalam hal ini tidak bisa disama artikan dengan bebas. Dalam kasus tersebut kebebasan
digambarkan dengan demonstran dang di perbolehkan melakukan aksi namun
pembakaran bendera dan foto presiden merupakan kesewenang-wenangan yang tidak
bisa diterima secara etika dan kebebasan individual.
5
Kemudian dalam etika kita juga mempelajari dan mengkaji Tanggung Jawab.
Bertanggung jawab berarti dapat menjawab bila ditanyai tentang perbuatan perbuatan yang
dilakukan seta tidak bisa mengelak untuk diminta penjelasan mengenai perbuatanya.
Tanggung Jawab dan Kebebasan
Dalam “tanggung jawab” terkandung pengertian “Penyebab”. Orang bertanggung
jawab atas sesuatu yang disebabkan olehnya. Tetapi untuk bertanggung jawab tidak cukup
orang menjadi penyebab namun perlu juga adanya orang menjadi penyebab “bebas”. (Bartens
2004: 126).
Dalam kaitanya dengan kasus demonstrasi warga mengenai kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak yang berujung dengan pembakaran foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
hingga bendera merah putih maka “Penyebab” disini adalah kenaikan BBM yang menurut
warga sangat merugikan untuk kelangsungan hidupnya. Namun bukan menjadi alasan
melupakan batasan-batasan dalam etika yang ada hingga melanggarnya yaitu aksi
pembakaran. Dalam hal ini penyebab “bebas” adalah negara yang menjamin kebebasan
berpendapat.
Kesimpulan
Kesimpulan yang saya buat disini adalah demonstrasi merupakan hal yang wajar bila
kita mengalami suatu hal yang menurut kita merugikan atau tidak sesuai. Lebih lanjut negara
Republik Indonesia menjamin kita kebebasan untuk mengeluarkan pendapat maka hal itu
dapat kita lakukan dan baik jika masih dalam tahap kritik yang membangun kaena kita tidak
juga boleh menjadi masyarakat yang apatis yang dapat merugikan kita kemudian. namun jika
kita memandang etika yang ada pembakaran foto presiden dan bendera merah putih adalah
hal yang melewati batas dan disini demonstran haruslah bertanggung jawab. Kita bisa saja
melakukan kegiatan yang menyangkut hidup kita namun kita marus memandang dalam hal
ini apakah hal tersebut sesuai dengan etika yang ada atau tidak. Jika demikian permasalahan
yang terjadi dalam masyarakat dapat di minimalisir.
6
Mahasiswa Bakar Foto SBY dan
Bendera Demokrat
MINGGU, 23 FEBRUARI 2014 | 12:16 WIB
Peserta mengadakan aksi teaterikal saat mengadakan demo tolak kenaikan harga BBM di bundaran
Gladag, Solo (17/6). Aksi yang diikuti oleh ratusan mahasiswa dan masyarakat tersebut menuntut SBY
turun dari jabatan presiden jika tetap menaikan harga BBM. Tempo/Andry Prasetyo
(Sumber: Tempo.co.id)
7
Daftar Referensi
Bertens. 2004. Etika. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama
Siagian, Matias & Edward. 2011. Etika Umum. Medan. PT Grasindo Monoratama
Sumber lain :
https://www.academia.edu/7764227/TUGAS_MAKALAH_ETIKA_TERAPAN_ETIKA_DEMONSTRASI_DI
TINJAU_DARI_DARI_PERSPEKTIF_TEOLOGIS_oleh_PITRI_SARTIKA_SIHOTANG
Diakses pada 29 mei 2015 pukul 20.00
http://hukum.kompasiana.com/2014/09/04/hak-asasi-manusia-kebebasan-berpendapat672671.html
Diakses pada 29 mei 2015 pukul 18.00
8