Sejarah PAUD di Indonesia dan Perkembang

Sejarah PAUD di Indonesia dan Perkembangan Asal Usul PAUD
Sejarah PAUD di Indonesia dan Perkembangannya. Memahami sejarah PAUD di
Indonesia sama halnya dengan memaharni perjalan panjang dinamika dan pasang-surut
pendidikan

di

Indonesia.

Kehadiran PAUD di Indonesia sesungguhnya dimulai sejak sebelum kemerdekaan. Pada
masa ini setidaknya dapat ditelusuri melalui dua periode, yaitu pada masa pergerakan
nasional pada penjajahan Belanda (1908-1941) dan masa penjajahan Jepang (19421945).

Namun

demikian,

perkembangan

keberadaan


PAUD

PAUD
di

di

Indonesia

tidak

terlepas

dunia

dari

internasional.

Pada tahun 1840 Friedrich Wilhelm August Frobel mendirikanKindergarten di kota

Blankerburg, Jerman, yang merupakan pelopor pendidikan anak usia dini di dunia.
Kinder

berarti

anak

dan

garten

berarti

taman.

Menurut Frobel, anak usia dini diibaratkan seperti tunas tumbuh-tumbuhan, masih
memerlukan

pemeliharaan


dan

perhatian

sepenuhnya

dari

si

"juru

tanam".

Berdirinya Kindergarten yang juga dikenal sebagai Frobel School berpengaruh terhadap
perkembangan PAUD di seluruh dunia. Konsep Kindergarten dengan cepat menyebar
keseluruh penjuru dunia. PAUD versi lain pun muncul. Pada tahun 1907 di pemukiman
kumuh San Lorenzo, Italia, Maria Montessori, seorang yang berlatar belakang dokter,
mendirikan Casa dei Bambini yang ditujukan bagi perawatan anak-anak dari keluarga
miskin dan kaum buruh. Casa dei Bambini artinya rumah untuk perawatan anak yang

selanjutnya

dikenal

sebagai

Rumah

Anak.

Di Indonesia, pemerintah Hindia Belanda membawa konsep ini dan mendirikan Frobel
School

bagi

anak-anaknya.

Seiring dengan kebangkitan nasional yang diawali berdirinya pergerakan pemuda Budi
Utomo, kesadaran akan pentingaya pendidikan bagi kaum bumi putera semakin
dirasakan. Frobel School yang awalnya hanya diperuntukkan bagi anak-anak keturunan

Belanda, Eropa, dan Bangsawan, mulai dikenal oleh cendekiawan muda pribumi.

Pada tahun 1919 Persatuan Wanita Aisyiyah mendirikan Bustanul Athfal yang pertama
di Yogyakarta. Kurikulum dan materi pendidikannya menanamkan sikap nasionalisme
dan nilai-nilai ajaran agama. Bustanul Athfal ditujukan untuk merespon popularitas
lembaga PAUD yang berorientasi Eropa. Pada tahun 1922, Ki Hajar Dewantoro, sepulang
diasingkan dari Belanda selama dua tahun (1913 - 1915), mendirikan Taman Lare atau
Taman Anak atau Kindertuin yang akhirnya berkembang menjadi Taman Indria.
Pada masa penjajahan Jepang, lembaga pendidikan sejenis PAUD, terus berlanjut namun
semakin

berkurang.

Pemerintah

Jepang

tidak

mengawasi


secara

formal

penyelenggaraan pendidikan setingkat PAUD, namun melengkapi kegiatan kelasnya
dengan

nyanyian-nyanyian

Jepang.

Periode berikutnya adalah periode setelah kemerdekaan. Periode ini setidaknya terbagi
menjadi 6 periode, yaitu periode 1945-1965; 1965-1998; 1998-2003; 2003-2009; dan
periode

2010-sekarang.

Periode 1945-1965 ditandai dengan berdirinya Yayasan Pendidikan Lanjutan Wanita.
Yayasan tersebut mendirikan Sekolah Pendidikan Guru TK Nasional di Jakarta dan

merupakan gerakan nasionalis dalam melawan kembalinya Belanda. Di era ini
pemerintah

dan

swasta

mulai

nnembangun

banyak

TK.

Pada tahun 1950, melalui UU No. 4 tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan
Pengajaran di Sekolah keberadaan TK resmi diakui sebagai hagian dari sistem

pendidikan nasional. Pada tahun itu pula, tepatnya tanggal 22 Mei 1950 berdiri IGTKI.
Pada tahun 1951 berdiri Yayasan Bersekolah Pada Ibu yang menyumbang pendirian TK

hingga

menyebar

ke

luar

pulau

Jawa.

Tahun 1951-1955, pemerintah berupaya mengembangkan kurikulum, menyediakan
fasilitas, dan mengedakan supervisi ke TK-TK. Pada perode itu pula didirikan SPG-TK
Nasional di Jakarta dengan pemberian subsidi, dan pengembangannya yang terus
berlanjut

hingga

ke


luar

pulau

Jawa.

Pada tahun 1957 berdiri GOPTKI (Gabungan Organisasi Penyelenggara TK Indonesia)
yang melaksanakan kongres pertamanya pada tahun 1959. Pada awal tahun 1960-an,
mulai

didirikan

TK

yang

berstatus

negeri.


Tahun 1960-1963, pemerintah mulai melakukan pengiriman SDM untuk belajar ke mar
negeri, diantaranya ke Australia, USA, dan New Zealand. Dampak dari pengiriman SDM
tersebut, terjadi modernisasi pendidikan di tingkat PAUD berskala besar dan merupakan
jawaban

atas

ketidakpuasan

sebelumnya.

Sebagai penghujung, di periode tersebut, yaitu tahun 1963-1964 lahirlah Proyek
(Kurikulum) Gaya Baru. Inti kurikulum tersebut berorientasi pada fasilitasi anak
mendekati kecakapan, kebutuhan dan minat individual. Ciri khasnya tersedia pusat
minat (sudut), seperti: sudut rumah tangga, sudut seni, pusat musik, dan sebagainya.
Periode 1965-1998 ditandai dengan diperkenalkannya silabus kurikulum baru tahun
1968 yang menggantikan kurikulum versi 1964 (Kurikulum Gaya Baru). Pada bulan
November 1968, pemerintah Indonesia bekerjasama dengan UNICEF dalam bentuk
penyediaan konsultan dan pendanaan untuk penataran guru dan administrator

pendidikan

di

tingkat

TK.

Pada tahun 1970, mulai dijalin kerjasama nyata antara Pemerintah dengan GOPTKI,
IGTKI, dan PGRI. Kerjasama tersebut melahirkan kegiatan workshop bersama, dengan
tema "Konsolidasi Gerakan Prasekolah". Kegiatan yang sama dilakukan tahun 1973,
dengan tema: "Membakukan Organisasi dan Manajemen Program-Program Prasekolah".

Pada tahun 1974, diberlakukan kurikulum baru yang merupakan pembaharuan dari
kurikulum 1968. Isi kurikulum meliputi: PMP, kegiatan bermain bebas, pendidikan
bahasa, PLH, ungkapan kreatif, pendidikan olah raga, pendidikan dan pemeliharaan
kesehatan,

serta

pendidikan

skolastik.

Pada tahun 1984, diberlakukan kurikulum baru dengan isi kurikulum meliputi bidang
pengembangan

agama,

PMP,

daya

cipta,

jasmani

dan

kesehatan,

daya

fikir/pengetahuan, serta perasaan kemasyarakatan dan lingkungan. Berlakunya UU
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diikuti terbitnya PP No.
27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah, semakin mempertegas cksistensl clan
kedudukan

pendidikan

prasekolah

di

Indonesia.

Selanjutnya pada tahun 1993, diberlakukan kurikulum TK 1993. Dalam kurikulum 1993
tersebut terdapat dua kegiatan utama, yaitu: 1) Program pembentukan perilaku, dan 2)
Program

pengembangan

kemampuan

keterampilan

dasar:

daya

cipta,

bahasa,

dan

daya

pikir,

jasmani.

Terkait dengan penyiapan pendidik oleh perguruan tinggi, mulai tahun 1979 di IKIP
Jakarta

didirikan

jurusan

Pendidikan

Prasekolah

dan

Dasar

jenjang

S-1,

yang

terselengara hingga tahun 1998 (yang setelah tahun 1998 berubah menjadi Program
S-1

Pendidikan

anak

usia

dini

hingga

sekarang).

Upaya lebih luas dalam pengadaan pendidik PAUD oleh perguruan tinggi 'terjadi pada
tahun 1993/1994-1996/1997 peningkatan kualifikasi guru prasekolah dari SPG ke D-2
PGTK yang penyelenggaraanya dimulai dari IKIP Jakarta, IKIP Medan, IKIP Yogyakarta,
dan

kemudian

IKIP

Bandung.

Pada tahun 1998 menguatkan berbagai upaya di bidang pendidikan anak usia dini,
maka diadakan Semiloka Tingkat Nasional tentang Pendidikan Anak Usia Dini di IKIP
Jakarta. Peserta terdiri dari 10 LPTK dan unsur dinas pendidikan dari seluruh Indonesia.
Periode 1998-2003 ditandai dengan otonomi pendidikan, yang beipengaruh terhadap

tata kelola penanganan PAUD di pusat maupun di daerah-daerah. Pada periode ini
pemerintah mulai mendukung berkembangnya PAUD jalur pendidikan nonformal dalam
bentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan Satuan PAUD Sejenis
dalam

bentuk

Melalui

dukungan

pengintegrasian
Bank

Dunia

pada

layanan

PAUD

dengan

1998-2004

pemerintah

merintis

Posyandu.
program

Pengembangan Anak Dini Usia di 4 propinsi, yaitu Jawa Barat, Banten, Bali, dan
Sulawesi Selatan. Program dilanjutkan pada tahun 2008-2013 dengan nama program
Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini (PPAUD) dengan dukungan pembiayaan
pinjaman

dari

Bank

Dunia

dan

hibah

dari

pernerintah

Belanda.

Pada tahun 2001 dibentuk Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) yang
mengemban mandat melakukan pembinaan satuan PAUD nonformal. Pada tahun 2002
terbentuk konsorsium PAUD yang membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan.
Pada bulan Februari 2002, terbentuk forum PADU/PAUD tingkat Nasional yang turut
berkontribusi dalam pengembangan dan pembangunan PAUD di Indonesia. Di periode
ini pula terjadi pendirian PGTK/PGPAUD jenjang S-1 di beberapa perguruan tinggi (PGTK
S-I

di

UPI,

PGTK

S-1

IKIP

Yogyakarta,

dll).

Periode 2003-2009, ditandai dengan keluarnya Undang-undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan jawaban atas tuntutan reformasi
dalarn semua aspek kehidupan. Melalui UU ini untuk pertama kali PAUD diatur secara
khusus dalam sebuah undang-undang, yaitu pada pasal 1 butir 14 tentang pengertian
PAUD; pasal 28 yang secara khusus mengatur tentang PAUD; dan pasal-pasal terkait
lainnya.
Pada tahun 2003 diselenggarakan Seminar dan Lokakarya Nasional (Semiloknas) di IKIP
Bandung yang menghadirkan para akademisi dari perguruan tinggi, forum PAUD, dan
praktisi PAUD dari berbagai daerah. Semiloknas ini menghasilkan `blue print' tentang
kerangka akadernik dan rujukan pengembangan PAUD di Indonesia yang mengawali
konseptualisasi

pembangunan

PAUD

Indonesia.

Selanjutnya pada tahun 2005 berdiri organisasi profesi, himpunan pendidik dan tenaga
kependidikan PAUD Indonesia (HIMPAUDI) yang menggerakkan seluruh potensi pendidik
dan tenaga kependidikan PAUD yang tersebar di seluruh Indonesia. Pembentukan
HIMPAUDI di tingkat pusat ini dengan cepat diikuti dengan pembentukan HIMPAUDI
tingkat

provinsi

dan

Kabupaten/Kota.

Pada tahun 2004-2009 program PAUD menjadi salah satu dari 10 prioritas program
Depdiknas sehingga PAUD menjadi salah satu program pokok dalam pembangunan
pendidikan di Indonesia (tertuang dalam RPJM Tahun 2004-2009 dan Renstra Depdiknas
Tahun 2004-2009). Pada penghujung tahun 2009, diterbitkan Permendiknas No. 58
Tahun

2009

tentang

Standar

PAUD

(formal

dan

nonformal).

Periode 2010-sekarang, ditandai dengan kebijakan penggabungan pembinaan PAUD
formal dan PAUD nonformal di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Nonformal dan Informal (PAUDNI) melalui Peraturan Presiden No. 24 tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik Indonesia
sebagaimana

diubah

dengan

Peraturan

Presiden

No.

67

Tahun

2010.

Pada perjalanan sejarah pembinaan PAUD di Indonesia, akhirnya terjadi kristalisasi
bentukbentuk satuan PAUD dengan berbagai karakteristiknya yang meliputi TK
(termasuk Taman Kanak-kanak Bustanul Athfal/TK-BA), RA, KB, TPA, Satuan PAUD
Sejenis, serta PAUD berbasis keluarga dan/atau lingkungan.

Lintas sejarah PAUD di Indonesia II
D I P O S K A N O L E H P E S A N T R E N B U D AYA O N S E N I N , 0 7 O KT O B E R 2 0 1 3
L ABEL: EDUKASI

Periode Awal kemerdekaan dan Gerakan Yayasan Bersekolah pada Ibu

Friedrich Froebel
Pada tahun awal kemerdekaan tahun 1950-an, karena pemerintah lebih focus terhadap upaya
mempertahankan kemerdekaan dan keamanan Negara; sektor pendidikan masih terabaikan
dan pendidikan bagi anak usia dini belum tergarap. Pada waktu itu, kondisi pendidikan di
Indonesia pada kondisi kritis. Akan tetapi para tokoh wanita Indonesia bersama-sama
masyarakat tidak tinggal diam, dengan berbagai usaha meraka mengatasi krisis pendidikan
melaui perkumpulan-perkumpulan atau organisasi-organisasi wanita. Salah satu organisasi
yang paling terkenal dan berpengarus sampai keluar pulau Jawa tetapi jarang dipublikasikan
adalah usaha yang dilakukan Yayasan Bersekolah pada Ibu (Yayasan Beribu. Sebagaimana
tulisan Solehuddin (1997, 2000):

“….diantara organisasi-organisasi tersebut, yang terbesar dan paling berpengaruh saat itu adalah
Yayasan Bersekolah pada Ibu (Yayasan Beribu), dengan mulai menyelenggarakan pendidikannya di
Bandung tahun 1951, pengaruh dari yayasan ini meluas hingga keluar pulau Jawa:”

Pada saat kondisi krisis ini, Yayasan Bersekolah pada Ibu sebagai pembawa obor penerang
pendidikan di Indonesia. Yayasan ini besar dan sangat berpengaruh karena didirikan oleh
hampir seluruh organisasi atau perkumpulan para tokoh wanita di Indonesia kala itu. Dalam

arsip sejarah, tertulis paling tidak ada 12 organisasi wanita yang bersepakat mendirikan
Yayasan Beribu, yaitu Perkiwa Pusat, Budi Istri Pusat, Budi Istri cabang Bandung, Muslimat,
Rukun Wanita Cilentah, Perwari cabang Bandung, Persatuan Wanita Cicendo, Persatuan
Wanita Kristen Indonesia, Persatuan Putri Indonesia, Bank Cooperatie Wanita Indonesia,
Women’s International Club. Dapat dikatakan lahirnya yayasan bersekolah pada Ibu merupakan
persatuan ide kekuatan untuk memperjuangkan pendidikan Indonesia yang sangat terpuruk.

Dari seluruh tokoh wanita tersebut, akhirnya terpilih tiga tokoh utama priangan yang memimpin
lembaga ini. yaitu, Ny. Emma Poeradireja, Ny. Mary E. Saleh, dan Ny. Emma Soemanegara.
Yayasan Beribu telah menorehkan sejarah dalam pendidikan usia dini di Indonesia. Yayasan
inilah yang menggagas lahirnya konsep” system pusat minat/system unit yang dulu sangat
terkenal”, “Ibu rumah tangga jadi guru TK”, “sekolah garasi”, alat permainan edukatif,
hingga parent cooperative. Parent cooperative bahkan diajarkan kepada tokoh wanita Thailand
oleh tokoh Yayasan Beribu atas undangan raja Thailand pada tahun 1972.

Selain terkenal dengan konsep pendidikan taman kanak-kanak dengan system pusat minat,
sekolah garasi, dan alat permainan edukatif-nya; Yayasan Beribu merupakan salah satu
lembaga tertua di Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan untuk guru taman kanakkanak berupa kursus (KPGTK) yang dimulai pada 8 Juni 1981. Pendidikan KPGTK dengan
lama pendidikan satu tahun saat itu didasarkan kepada sulitnya mencari huru TK/PAUD yang
memiliki pengetahuan dan ketrampilan mengajar sesuai perkembangan anak, lagi pula jarang
ada wanita yang mau jadi guru TK.

Keberhasilan Yayasan Beribu mengembangkan sebuah pengajaran yang khas, yang diberi
nama system pusat minat bagi anak usia dini mendapat respons positif dari Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Prof. Dr. Priyono ketika mengunjungi TK yang menggunakan system Yayasan
Beribu pada 16 Agustus 1962. Pada 12 Desember 1962 Sistem Pusat Minat Yayasan Beribu
mendapat pengakuan resmi dari Kementerian Pendidika dan kebudayan Pusat Jakarta; pada
tanggal 12 Maret 1963, Sistem Pusat Minat yang dikembangkan oleh Yayasan Beribu dijadikan
pilot projek nasional oleh Departemen pendidikan dan kebudayaan (PDK). Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Jakarta juga mengakui dan menganjurkan agar seluruh
SGTK negeri mempelajari system pusat minat yang dikembangkan oleh Yayasan Beribu.

Foto Yayasan Beribu depan gedung WHO tahun 1958

Perhatian dunia internasional terhadap perjuangan Yayasan Beribu ditunjukkan dengan
diikutsertakannya dalam berbagai konferensi internasional, seperti International Conference on
the Family, di India, 1967; pertemuan pemimpin wanita Asia di New York, 1958; pertemuan
dengan Direktur Organisasi Internasional untuk kesehatan , pendidikan, dan kesejahteraan,
New York, 1953; Workshop di Filipina (1953). Disamping kunjungan dari beberapa badan dunia
untuk mempelajari system pembelajaran anak usia dini Yayasan Beribu dilakukan oleh
UNESCO (1960); Director of Associated Country Women of the Word (ACWW) (1961); UNICEF,
1962, 1969, 1971; Canadian Brodcasting Corporation (1964); ACCW South Asia (1071); Konrad
Adenauer Stiftung dan Terre des Hommes, Jerman (1974, 1976).

Disamping terkenal dengan system pusat minat, Yayasan Beribu juga dikenal sebagai :



Pemprakasa parent cooperative di Indonesia, tahun 1971. Bahkan Ibu Mary saleh
adalah salah seorang penggagas parent cooperative di Thailand, sehingga mendapat
penghargaan tinggi dari raja Thailand.



Pemprakasa berdirinya Taman Penitipan Anak (TPA), untuk pertama kalinya dibuka di
jalan Cipaganti 107 dan diresmikan oleh ibu Mashudi, istri Gubernur Jawa Barat, tanggal
8 Januari 964.



Pengembang disain produksi dan pemasaran alat permainan edukatif (APE) pertama di
Indonesia tahun 1961. Usaha ini melibatkan anak-anak putus sekolah dan sampai
sekarang produksi APE Yayasan Beribu telah dikenal diseluruh wilayah Indonesia.



Penyelenggara pendidikan inklusi untuk anak berkebutuhan khusus sejak tahun 1991.

Periode Orde Baru/Taman Kanak-Kanak Alqur’an

Salah satu gerakan yang tak boleh diabaikan dalam sejarah perkembangan pendidikan anak
usia dini di Indonesia dan mendapat sambutan luas dan apresiasi dari masyarakat dilakukan
oleh LPPTKA-BKPRMI (Badan Keluarga Pemuda Remaja Masjid Indonesia) yang pada
awalnya berkembang pesat di Bandung, Jawa barat, sekitar tahun 1990-an. sebelumnya di
Yogyakarta berkembang merode Iqro’, yaitu cara cepat belajar membaca Alqur’an untuk anakanak

usia

dini.

Lembaga

tersebut

memanfaatkan

serambi

masjid

sebagai

tempat

menyelenggarakan taman kanak-kanak Alqur’an (TKA) dan Taman Pendidikan Alqur’an (TPA).
Perkembangan gerakan ini termasuk sangat cepat sebab hampir di seluruh pelosok daerah
terdapat masjid sebagai tempat ibadah, kemudia menyebar dan berkembang ke propinsi lain di
seluruh Indonesia. Berdasarkan nomor unit yang dilekuarkan LPPTKA, di Jawa Barat saja pada
tahun 1997 telah terdaftar 100-an TKA.

Disamping memiliki kurikulum sendiri, LPPTKA juga menyiapkan bahan ajar khusus untuk anak
didik dan para kader. Mereka juga secara periodic menyelenggarakan kepelatihan kepada
remaja dan pemuda masjid untuk dididik menjadi guru TPA atau TKA.

Gerakan ini mulai menurun justru sejak keluarnya gebrakan PAUD oleh pemerintah sekitar
tahun 2003; namun demikian sampai saat ini perjuangan LPPTKA-BKPRMI sampai saat ini
terus berlanjut.

Periode lahirnya PAUD tahun 2003 sampai sekarang

PAUD tak lain untuk menjawab persoalan masih banyaknya anak usia dini yang belum
mendapatkan layanan pendidikan; meskipun sudah ada taman kanak-kanak (TK). Keberadaan
TK dan kelompok bermain (play group) selama ini dianggap belum mampu menampung anak
usia dini yang seyogyanya memperoleh pendidikan.

Sejak gerakan PAUD dicanangkan Presiden pada 23 Juli 2003, secara kuantitas jumlah PAUD
yang berdiri memang meningkat sangat drastis. Namun demikian banyak hal yang perlu
mendapat perhatian khusus dari pemerintah, seperti kualitas guru, program belajar atau
kurikulum, tata kelola, dan hubungan haarmonis dengan taman kanak-kanak yang sudah lebih
dulu berkembang.

Sampai dengan satu dasawarsa sejak dicanangkan Presiden tahun 2003, perkembangan
PAUD terus mengalami perubahan dan peningkatan. Perubahan yang terasa adalah gencarnya
upaya pengembangan PAUD yang saat ini berada di bawah Direktoral Jenderal (Ditjen
PAUDNI), terutama upaya pemeratan lembaga PAUD untuk menjangkau anak usia dini hingga
ke pelosok, pengembangan model PAUD berbasis budaya local, upaya pengembangan
pembelajaran, peningkatan kualitas guru. Lahirnya permendiknas no. 16/2007 dan No. 58/2009
tentang standar pendidikan anak usia dini merupakan salah satu dasar hukum dalam
pengembangan PAUD dan peningkatan kompetensi pendidik PAUD. Atas dasar Permendiknas

itu kemudian diselenggarakan Diklaat berjenjang pendidik PAUD, tempat uji kompetensi, dan
sebagainya.

Sejarah Pendidikan Prasekolah dan
Taman Kanak Kanak di Indonesia

Sangat jarang ditemukan orang
yang tidak mengetahui tentang Taman Kanak-Kanak (TK) di
Indonesia, bahkan bisa dibilang mayoritas orang Indonesia
pernah mencicipi bangku TK, ya minimal tahu tentang
“makhluk” tersebut. Namun yang jadi pertanyaan tahukah
anda tentang sejarah perkembangan Taman Kanak Kanak di
Indonesia? mungkin akan banyak orang yang akan
mengernyitkan dahinya pertanda tidak tahu. Taman Kanak
Kanak sebagai sebuah institusi pendidikan mungkin masih
tergolong baru dibandingkan sekolah lainnya. Menurut
sejarahnya tercatat Freidrich Froebel (21 April 1782-21 Juni
1852) seorang berkebangsaan Jerman, sebagai salah satu
pengagas
pendidikan
untuk
anak
dengan
membuka
kindergarten (kinder=anak; garten=taman) pertama di dunia
pada 28 Juni 1840 di Thuringia-Jerman. Salah satu pemikiran
tentang pendidikan anak dituangkan bukunya The Education Of
Man (Die Nenschenerziehung):
The purpose of education is to encourage and guide man as a
conscious, thinking and perceiving being in such a way that he
becomes a pure and perfect representation of that divine inner
law through his own personal choice; education must show him
the ways and meanings of attaining that goal. (Friedrich Froebel
1826 Die Nenschenerziehung, pp. 2)

Pentingnya peran pendidikan terhadap perkembangan manusia
tersebut menjadi prioritas utama dari pendidikannya dan
pendidikan harus diberikan secara lebih dini kepada anak-anak.
Bagaimanakah sejarah perkembangan Taman KanakKanak di indonesia?
Kalau kita kilas balik perkembangan Taman Kanak-Kanak di
Tanah Air ini maka kita patutnya bersyukur, dimana Pendidikan
Taman Kanak-Kanak (Prasekolah) di Negara ini tidak tertinggal
jauh dengan taman Kanak-kanak yang pertama di dunia yakni
pada abad ke-19. Demi memudahkan penulisan maka sejarah
Taman kanak Kanak di Indonesia akan dibagi menjadi beberapa
periode:
1. Zaman Belanda, tampaknya kita harus “berterima kasih”
terhadapPemerintah
kolonial
Belanda
dengan
mulai
didirikannya pendidikan prasekolah di Indonesia secara
terbatas. Meskipun pada umumnya diperuntukkan Pemerintah
Belanda mendirikan lembaga-lembaga pendidikan presekolah
tersebut terbatas untuk kalangan “londo” namun segelintir
priboemi juga beruntung dapat mencicipi pendidikan
prasekolah tersebut yakni mereka yang berketurunan ningrat
atau yang bergelar bangsawan.
Kurikulum pendidikan prasekolah yang diberlakukan pada masa
itu diimpor dari belanda. Kurikulum tersebut sangat diwarnai
oleh pengaruh pendiikan ala Froebel yang sanat menekankan
penggunaan
bermain
dan
kegiatan-kegiatan
yang
menyenangkan sebagai media kegiatan belajar anak.
Pendidikan Taman Kanak-Kanak dalam zaman Belanda dikenal
sebagai Frobelschool. Pendidikan tersebut didirikan dengan
tujuan agar anak dapat melakukan adat baru yang baik; anakanakpandai membaca, menulis dan berbahasa Belanda dan
dengan persiapan tersebut anak dapat masuk ke sekolah
belanda.
Disamping menerapkan sistem pendidikan Froebel secara
dominan hingga akhir masa kekuasaannya, pemerintah

Belanda juga memperkenalkan metode Montessori pada tahun
1938 melalui sekolah-sekolah pendidikan guru TK. Metode
pendidikan Montessori menekankan kebebasan yang lebih
besar kepada anak untuk mengembangkan gaya individualnya.
Sasaran pendidikannya terutama diarahkan untuk mebantu
perkembangan
kepribadian
anak
yang
spontan
dan
membangun
rasa
kompeten
yang
berkisar
pada
pengembangan tujuan-tujan internal perkembangan seperti
kemandirian, kepercayaan diri, disiplin dari dalam diri dan
kecakapan untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan sendiri.
2. Zaman Jepang.
Nama Frobelschool diganti dengan nama Taman Kanak-kanak.
Pada waktu itu guru-guru belum mengenal kehidupan dan
kebutuhan anak yaitu tentang permainan, ketangkasanketangkasan seperti yang ada di desa-desa. Pada pendidikan
Taman Kanak-Kanak diberikan nyanyian nyanyian, permainan
dan cerita Jepang.
Tahun 1913 Ki Hajar Dewantara (yang bernama asli RM
Soewardi Soejaningrat) karena aktivitas politiknya yang
semakin mengkhawatirkan pemerintah Belanda, maka beliau
diasingkan ke negeri Belanda.,. Artikelnya yang berjudul “als ik
eens Nederlander was” (Seandainya aku orang Belanda) pada
sebuah surat kabar yang dipublikasikan secara luas sangat
menyinggung pemerintah Belanda. Dalam artikel ini ia
mengungkapkan bahwa seandainya ia orang belanda, ia akan
merasa malu karena sementara merayakan hari
kemerdekaannya, dan pada saat yang bersamaan Belanda
justru menjajah Indonesia.
Untungnya selama di Belanda Ki Hajar Dewantara banyak
belajar tentang pendidikan, khususnya pendekatan Froebel dan
Montessori. Ia memanfaatkan masa hidupnya di Belanda untuk
belajar ilmu jurnalistik dan pendidikan sehingga mendapat akte
mengajar pada tahun 1915. Setelah kembali dari Belanda, Ki
Hajar Dewantara mendirikan suatu perguruan nasional dengan
nama Taman Siswa. Organisasi pendidikan ini mensponsori

sekolah-sekolah yang memadukan metode-metode dan isi
pendidikan terbaik Eropa dengan budaya terbaik Indonesia.
Dengan kata lain sistem pendidikan ini adalah memodifikasi
metode Froebel dengan metode Montessori yang disesuaikan
dengan adat timur. Program pendidikan ini ditujukan untuk
anak di bawah usia 7 tahun dan didirikan pada tanggal 3 Juli
1922 mendirikan Taman Lare (anak) atau Taman Anak atau
Sekolah Fröbel Nasional atau Kindertuin yang akhirnya
disepakati dengan nama Taman Indria (Taman Indra). Sejalan
dengan prinsip-prinsip Froebel dan Montessori, Taman Indria ini
memfokuskan arah pendidikannya kepada penajaman
keterampilan-keterampilan sensorik anak. Ki Hajar Dewantara
(1889-1959) seorang tokoh pendidikan nasional dan pendiri
perguruan Taman Siswa pada tanggal 3 Juli 1922
Pada sekitar tahun-tahun yang sama, suatu organisasi Islam
yang dikenal dengan Persatuan Wanita Aisyiyah juga
membangun lembaga pendidikan prasekolah Bustanul
Athfal yang pertama. Pembangun Bustanul Athfal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan sikap nasionalisme dan
tujuan-tujuan keagamaan dalam merespon popularitas
lembaga-lembaga prasekolah yang berorientasi Eropa. Selain
itu, selama periode pemerintahan kolonial Belanda ini,
sejumlah organisasi Islam lainnya dan pesantren juga turut
membangun dan merancang program-program prasekolahnya
masing-masing. Nama Frobelschool diganti dengan nama
Taman Kanak-kanak. Pada waktu itu guru-guru belum mengenal
kehidupan dan kebutuhan anak yaitu tentang permainan,
ketangkasan-ketangkasan seperti yang ada di desa-desa. Pada
pendidikan Taman Kanak-Kanak diberikan nyanyian-nyanyian,
permainan dan cerita Jepang.
3. Zaman Kemerdekaan
Sejak Menteri Ali Sastro Amidjoyo melalui kementerian
Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, selalu memukakan
sifat-sifat budaya nasional. Untuk melaksanakan sifat-sifat

budaya nasional tersebut guru-guru TK perlu mempelajari
tentang:
‐ Kehidupan anak-anak di desa-desa dan di kampung (anak
bermain dengan lingkungannya,yang dikemukakan oleh Frobell)
‐ Memperbaiki dan menyesuaikan permainan, nyanyian dan
cerita-cerita anak sesuai dengan pronsip Frobel.
‐ Kebudayaan barat dapat diambil untuk perkembangan dan
kekayaan budaya Indonesia
Pendidikan TK dimaksudkan untuk memelihara tumbuhnya
kebudayaan bangsa yang merdeka, terutama melalui sistem
pendidikan dan pengajaran. Seiring dengan perkembangan
Taman Indria, berkembang pula Taman Kanak-kanak (TK) yang
merupakan adaptasi dari konsepKindergarten dan Taman Indria.
Perkembangan TK jauh lebih pesat dari pada Taman Indria.
Dalam perjalannya, lahir pula Raudhatul Athfal atau RA yang
merupakan penyelenggaraan program pendidikan bagi anak
usia dini dengan kekhasan agama Islam.
Baik Taman Indria, Taman Kanak-kanak, maupun Raudhatul
Athfal, sasarannya baru mencakup anak di atas usia 4 tahun
sampai memasuki pendidikan dasar. Dengan demikian anak
usia 0-4 tahun belum terlayani program PAUD dalam bentuk
apapun. Seiring dengan perkembangan kebutuhan akan
pengasuhan terutama bagi anak yang kedua orangtuanya
bekerja di luar rumah, muncullah program Taman Penitipan
Anak atau TPA yang awalnya hanya berfungsi sebagai tempat
titip/pengasuhan anak. Sejak tahun 1980-an, seiring dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat dan dunia internasional
tentang arti pentingnya pendidikan, mulai dibuka lembaga
untuk anak usia 3-4 tahun dalam bentuk Kelompok Bermain
atau Kober atau KB. Saat itu pula kesadaran akan pentingnya
stimulasi pendidikan di lingkungan TPA mulai muncul, sehingga
TPA yang awalnya hanya berfungsi sebagai tempat titip atau
pengasuhan anak ditambah menu lanyannya dengan layanan
stimulasi pendidikan. Keluarnya PP No. 27 Tahun 1990 tentang

Pendidikan Prasekolah telah mempertegas pelaksanaan
pendidikan anak usia dini (saat itu disebut pendidikan
prasekolah) yang dimulai sejak usia 3 tahun melalui TPA dan
KB. Dalam pengelolaannya TK di bawah pembinaan Kemdiknas
(saat itu Depdikbud) dan RA di bawah pembinaan Departemen
Agama. Sedangkan TPA dan KB di bawah pembinaan Depsos
dan
Depdikbud.
Depsos
bertanggungjawab
melakukan
pembinaan di bidang usaha kesejahteraan anak, sedangkan
Depdikbud bertanggungjawab melakukan pembinaan di bidang
pendidikannya.
Hal lain yang mewarnai perkembangan dunia pendidikan
prasekolah pada dekade 1980/90-an ini adalah diberlakukannya
Undang-undang No. 2/1989 tentang sistem pendidikan nasional
dan peraturan pemerintah No. 27/1990 tentang system
pendidikan prasekolah. Diberlakukannya dua produk hukum ini
semakin mempertegas kedudukan dan eksistensi pendidikan
prasekolah dalam system pendidikan di Indonesia. Secara
yuridis formal, pendidikan prasekolah diakui sebagai bagian
yang tak terpisahkan dari keseluruhan system pendidikan
nasional.
Begitupun lahirnya gerakan TK Al-Qur’an terpadu dan jenisjenis TK lainnya yang dikelola oleh yayasan-yayasan swasta
pada dekade 1980/90-an ini menambah gairah dan semaraknya
penyelenggaraan program pedidikan prasekolah di tanah air. Ini
sekaligus merupakan suatu indikasi dari meningkatanya
kesadaran dan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan
prasekolah ini. Selain itu, sekitar tahun 2000-an Departemen
Pendidikan Nasional mendirikan berbagai jenis TK alternatif.
Tujuan didirikan TK alternatif ini adalah untuk pemerataan
pendidikan
prasekolah
artinya
pemerintah
melakukan
perluasan layanan pendidikan yang dapat menjangkau anak
usia TK dari seluruh lapisan maasyarakat. Model TK alternatif
tersebut adalah (1) TK satu atap, (2) TK anak panggung, (3) TK
Alam, (4) TK Anak pantai, (5) TK Al Quran, (6) TK Tempat
ibadah, (7) TK asuh, (8) TK Bina Anaprasa, (9) TK Lingkungan
kerja, (10) TK keliling, (11) TK Kuliah Kerja Nyata mahasiswa.

Secara umum pengertian dari setiap jenis TK alternatif tersebut
adalah TK Alam adalah TK yang diselenggarakan sesuai dengan
situasi dan kondisi masyarakat setempat sebagaimana adanya.
TK Keliling adalah TK yang dirintis oleh mahasiswa yang sdang
melaskanakan program Kuliah kerja Nyata (KKN) yang
selanjutnya diselenggarakan dan dikelola oleh masyarakat
setampat melalui proses pendampingan yang berkelanjutan,
yakni melalui program-program KKN berikutnya atau program
lain
yang
sejenis
sampai
masyarakat
mampu
menyelenggarakannya secara mandiri. TK alternatif lainnya
adalah model TK anak pantai. Model ini diselenggarakan dan
dikelola untuk menberikan pendidikan bagi anak usia TK di
daerah pantai terutama dari keluarga nelayan yang
penyelenggaraannya disesuaikan dengan kondisi dan situasi
masyarakat pantai/pesisir. Model TK Al Qur’an adalah model TK
alternatif yang merupakan lembaga pendidikan TK di luar TK
regular yang diselengggarakan di lingkungan masyarakat
muslim sebagai wahana pembinaan dasar-dasar keimanan,
keilmuan dan akhlak yang Qur’aini, sesuai taraf perkembangan
kejiwaan dan karakteristik anak. Model TK Bina Anaprasa
adalah jeni TK alternative yang bermaksud untuk membina
anak usia prasekolah di desa maupun di kota bagi mereka yang
belum memiliki kesempatan memasuki TK regular. Model TK
alternative lainnya adalah TK lingkungan kerja yang merupakan
salah satu bentuk TK yang diselenggarakan di lingkungan
tempat bekerja untuk melayani anak-anak yang berumur 4-6
tahun dari keluarga karyawan dan masyarakat lingkungan
sekitar agar memperoleh pendidikan TK. TK tempat ibadah
adalah salah satu model TK alternatif yang diselenggarakan di
tempat-tempat ibadah dengan memanfaatkan sebagian dari
ruangan ssuai dengan situasi dan kondisi masyarakat
setempat.(Depdiknas 2001)

SEJARAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI INDONESIA
Sejarah berdirinya Taman Kanak-kanak atau yang disebut prasekolah telah dimulai pada
tahun 1900. Tokoh seperti Froebel adalah yang paling berpengaruh, pada tahun 1837 Froebel
telah menggunakan istilah kindergarten atau taman kanak-kanak. Pola perkembangan
Pendidikan anak usia dini di Indonesia dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu pada zaman
kerajaan, penjajahan Belanda, Jepang, dan zaman Kemerdekaan.
Sekolah pada zaman kerajaan di Indonesia umumnya anak-anak raja belajar dari empu.
Para empu tersebut mengajarkan membaca ,menulis, berhitung, kesastraan, ilmu kanu ragan dan
filsafat pembelajaran yang digunakan pada zaman kerajaan adalah pembelajaran menggunakan
sistem cantrik, yaitu mereka bekerja sebagaimana yang dikerjakan keluarga gurunya, yaitu
seperti mencangkul, mencuci baju dll.

Pada abad ke 19 bangsa Belanda, yang waktu itu masih menjajah di Indonesia dengan
mulai mendirikan sekolah di lndonesia terutama untuk anak-anak mereka sendiri dan anak-anak
lndonesia dari golongan tertentu saja yang dapat diizinkan untuk masuk sekolah yang didirikan
oleh Belanda. Ada dua tipe sekolah yang di dirikan oleh Belanda, yaitu tipe Europese Lagere
School (ELS) dan Froebel School. Pada awal mulanya Belanda mendirikan Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah dan akhirnya Sekolah Tinggi serta Taman Kanak-kanak pada waktu itu
disebut Bewaarschool (bewaar berasal dari kata bewaren artinya menitipkan) Usaha pendidikan
anak prasekolah di Indonesia telah berlangsung sejak tahun l9l4 pada saat Pemerintah Hindia
Belanda membuka kelas persiapan (voorklas) yang fungsinya menyiapkan anak- anak memasuki
HIS (bentuk Sekolah Dasar di Indonesia pada zaman penjajahan Belanda Dari kedua sekolah
tersebut hanya anak-anak Indonesia dari golongan tertentu yang dapat memasuki sekolah
tersebut. Anak-anak yang masuk dalam sekolah tersebut harus bisa berbahasa Belanda, karena
bahasa Belanda adalah bahasa sebagai kata pengantar.
Setelah Belanda sudah tidak lagi menguasai Indonesia, kemudian Jepang menggantikan
kekuasaan tersebut. Jepang telah menguasai Indonesia, pada zaman kekuasaan Jepang sistem
pembelajaran TK di Indonesia beralih ke sistem Nippon. Sistem Nippon digunakan Jepang untuk
mengubah budaya Indonesia menjadi budaya Jepang, banyak materi di sekolah TK yaitu tentang
nyanyian jepang, cerita, dan permainan ala Jepang.
Bentuk pendidikan prasekolah atau Taman Kanak-kanak di Indonesia sudah berdiri
sebelum kemerdekaan, ini terbukti dengan berdirinya lembaga-lembaga pendidikan yang
mengkhususkan perhatian terhadap usia Taman Kanak-kanak yang berdasarkan pada UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989. Kemudian dijabaran dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990 tentang Prasekolah menyatakan bahwa bentuk satuan
pendidikan dini meliputi Taman Kanak-kanak di jalur pendidikan Sekolah , Kelompok Bermain
dan Penitipan Anak serta bentuk sejenis di jalur pendidikan luar sekolah.
Salah satu pelopor pendidikan di Indonesia adalah Ki Hadjar Dewantara, ia berperan
penting dalam perkembangan TK di Indonesia, jauh dari sebelum Indonesia merdeka, Ki Hadjar
Dewantara sudah memikirkan sistem pendidikan nasional, termasuk TK. Pada tahun 1922 beliau
mendirikan Taman Indria di Kota Gede, Yogyakarta. Bersamaan dengan berdirinya Taman Indria,
berdiri pula Taman Kanak-Kanak dengan nama Bustanul Atfal yang disponsori oleh organisasiorganisasi Islam. Pada tahun 1941, sekolah-sekolah Froebel dilanjutkan dengan nama Taman
Kanak-Kanak. Hari lahirnya Taman Siswa yaitu tanggal 3 Juli 1922 merupakan hari penting
untuk anak lndonesia, karena mulai hari itu anak Indonesia diakui haknya untuk tumbuh dan
berkembang menurut bakat dan pembawaanya. Taman Indria memberikan layanan pendidikan
bagi anak berusia dibawah 7 tahun. Nama Taman Indria digunakan dengan harapan bahwa TK
itu bagaikan taman yang nyaman dan menyenangkan bagi anak. sistem pembelajran yang
digunakan adalah sistem among. Sistem among adalah suatu gabungan antara kodrat dan iradat.
Tokoh-tokoh anak prasekolah pada masa lalu sangat mempengaruhi perkembangan
pendidikan prasekolah atau Taman Kanak-kanak :

Friederich Wilhelm Froebel (1782-1852) mendirikan kindergarten pertama pada
tahun 1837, Kurikulum yang dirancang Froebel meliputi pekerjaan atau kegiatan seni, keahlian
dan pembangunan. Semua kegiatan yang dirancang dilakukan dalam bermain seperti bermain
lilin, meronce, menggunting kertas, bernyanyi, permainan, bahasa dan aritmetika.


Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh gerakan di lingkungan Perguruan Taman
Siswa mendirikan Taman Indria, yaitu suatu sarana pendidikan untuk anak prasekolah

Dewey meyakini bahwa anak harus diberikan kegiatan yang bermanfaat sesuai
tahap perkembangannya

Montesori menekankan bahwa alat bermain sangat urgen untuk dirancang pada
saat kegiatan bermain anak

Bloom menyatakan bahwa perkembangan mental yaitu perkembangan
intelegensi, kepribadian, dan tingkah laku sosial, sangat pesat ketika anak masih berusia dini
separuh dari perkembnagan intelektual anak berlangsung sebelum anak berusia 4 tahun

Landshears menyebutkan bahwa tingkat perkembnagan kognitif pada usia 17
tahun merupakan suatu akumulasi perkembngan anak sampai usia 4 tahun sebanyak 50%, usia 46 tahun sebanyak 30% dan 20% yang lain dicapai pada usia 9-17 tahun

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24