STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK S

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2012 (SENTIKA 2012)
Yogyakarta, 10 Maret 2012

ISSN: 2089-9815

STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK SARUNG BLIKONBLEWUT
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Petrus Wolo1, Imelda Dua Reja2, Andia Dekrita3
Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Nusa Nipa
3
Program Studi Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Nusa Nipa
Jl. Kesehatan No. 3, Maumere 86111, INDONESIA
Email: pwunipa@gmail.com1, imeldareja@gmail.com2, andiadekrita@yahoo.com3
1,2

ABSTRAKS
Perusahaan sarung tenun Sikka Blikonblewut merupakan salah satu perusahaan yang merasakan persaingan
dalam industri sarung yang sangat ketat, sehingga perlu adanya pengukuran untuk mengetahui kebutuhan
konsumen. Selama ini perusahaan sarung tenun Sikka Blikonblewut belum pernah melakukan pengukuran
terhadap kebutuhan konsumen terhadap produk sarung dan kompetitor, yang dapat mempengaruhi kebutuhan
konsumen dengan mempertimbangkan pemilihan produk yaitu harga yang kompetitif, merek, kemasan, ukuran

dan kualitas sarung yang sesuai dengan pemakainya. Pada makalah ini akan dipaparkan strategi peningkatan
daya saing produk sarung Blikonblewut dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Metode ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang akan menguraikan masalah multi faktor atau
multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Penelitian ini berupa penentuan atribut kualitas produk
dalam meningkatkan daya saing produk perusahan Blikonblewut. Dari kuisioner yang disebarkan sebanyak 20
kuisioner dan setelah dilakukan pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa terjadi beberapa elemen yang
menjadi kebutuhan konsumen dalam pemilihan produk sarung tenun Blikonblewut yaitu harga -0,62, kekuatan
0,45,warna -0,66, panjang -0,91, lebar -0,55 dan kemasan -0,23. Sehingga faktor utama yang paling penting
dalam perbaikan pembuatan sarung tenun Blikonblewut yaitu kekuatan yaitu dengan perbaikan mensetting alat
tenun dan pemilihan bahan baku benang yang baik sehingga akan membuat umur sarung lebih awet.
Kata Kunci: Analytical Hierarchy Proces, Pengambilan Keputusan, Kualitas Produk.
merupakan suatu model pendukung keputusan yang
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Metode AHP
telah banyak digunakan untuk membantu
pengambilan keputusan, misalkan untuk ”Pemilihan
Karyawan Berprestasi” (Amborowati, Armadiyah.,
2006), ”Pengembangan Produktivitas Hotel”(Yulia,
dkk., 2006), “Penentuan Pemilihan Calon Pejabat
Struktural”(Supriyono dkk., 2007), “Penentuan
Sertifikasi Guru” (Rochmasari dkk., 2007),

“Menentukan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi
Pegawai Negeri”(Arifin, Zainal., 2010), ”Penentuan
Kinerja Dosen” (Wolo, Petrus., 2011).
Pada makalah ini penulis melakukan penelitian
menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) dalam pengambilan keputusan
untuk mendapatkan kualitas produk sarung tenun
sikka yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Pengambilan keputusan tersebut didasarkan atas
beberapa kriteria-kriteria yang digunakan dalam
menentukan kualitas produk, sarung yakni harga
yang kompetitif, merek, kemasan, ukuran dan
kualitas sarung yang sesuai dengan pemakainya.
Tujuan penelitian adalah menentukan strategi solusi
pengambilan keputusan untuk peningkatan daya
saing produk dengan menggunakan metode
analytical hierarchy process.

1.


PENDAHULUAN
Dalam menghadapi persaingan yang sangat
ketat menuntut perusahaan harus dapat memenuhi
keinginan konsumen. Upaya untuk dapat bersaing
dengan industri yang telah ada ,perlu adanya upaya
peningkatan kualitas sehingga dapat menghasilkan
produk yang berkualitas dan produk yang diminati
oleh konsumen. Perusahaan dapat memilih cara
bersaing, yaitu melalui harga yang paling rendah
atau produk yang paling berkualitas. Bila
perusahaan sulit bersaing dalam harga, maka
perusahaan lebih baik menggunakan kualitas
produk atau kualitas layanan dalam memenangkan
persaingan (Zeithaml, V.A., M. J. Bitner, 1990).
Perusahaan
tenun
sarung
Blikonblewut
merupakan perusahaan yang memproduksi sarung
tenun sikka yang didirikan sejak tahun 1999 di usia

perusahaan yang sudah 12 tahun, perusahaan
dituntut untuk dapat memenuhi keinginan
konsumen. Dengan adanya persaingan dalam
industri sarung yang sangat ketat, sehingga perlu
dilakukan pengukuran pada kebutuhan konsumen
terhadap produk tenun sarung Blikonblewut.
Sehingga perlu dilakukan suatu pengukuran untuk
mengetahui sejauh mana konsumen menyukai
produk sarung tenun sikka produksi perusahaan
tenun sarung Blikonblewut dan bagaimana
keinginan konsumen terhadap pengembangan
produk tenun sarung sikka Blikonblewut.
Analytical
Hierarchy
Process
(AHP)

2.

80


SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
(DECISION SUPPORT SYSTEM)
Konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2012 (SENTIKA 2012)
Yogyakarta, 10 Maret 2012

atau Decision Support System (DSS) pertama kali
diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh
Michael S. Scott Morton dengan istilah Manajemen
Decision Systems (Daihani, D. U., 2001).
Selanjutnya, sejumlah perusahaan, lembaga
penelitian dan perguruan tinggi mulai melakukan
penelitian dan membangun SPK. Penerapan SPK
bertujuan untuk membuat keputusan dan
meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan
dalam memecahkan masalah-masalah semi
terstruktur.
Karakteristik dan kapabilitas kunci dari Sitem

Pendukung Keputusan yaitu (Turban, E., et.al.,
2005) dukungan untuk pengambilan keputusan,
dukungan untuk semua level manajerial, dukungan
untuk individu dan kelompok, dukungan untuk
keputusan independen dan atau sekuensial,
dukungan di semua fase pengambilan keputusan,
dukungan dari berbagai proses dan gaya
pengambilan keputusan, adaptasi sepanjang waktu,
pengguna merasa seperti dirumah, peningkatan
terhadap keefektifan pengambilan keputusan,
kontrol penuh oleh pengambil keputusan dalam
memecahkan masalah, kemudahan pengembangan
sistem oleh pengguna akhir, pemodelan dan
analisis, akses data, standlone, integrasi dan
berbasis web. Adapun struktur karakteristik dan
kapabilitas kunci dari SPK ditampilkan pada
Gambar 1.

ISSN: 2089-9815


subsistem
antarmuka
pengguna,
subsistem
manajemen knowledge atau manajemen berbasis
pengetahuan. Skematik dari sistem pendukung
keputusan dan komponennya ditunjukan pada
Gambar 2.
3.

METODE
AHP
(ANALYTICAL
HIERARCHY PROCESS)
AHP adalah teori pengukuran melalui
perbandingan berpasangan dan bergantung pada
penilaian para pakar untuk mendapatkan skala
prioritas (Saaty., 2008). AHP pertama kali
dikembangkan oleh Thomas L.Saaty dari Wharton
School of Business pada tahun 1970-an untuk

mengorganisasikan informasi dan keputusan dalam
memilih alternatif yang paling disukai. Dengan
menggunakan AHP, suatu persoalan yang kompleks
yang tidak terstruktur, stratejik dan dinamik dapat
dibuat menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana
dalam bentuk suatu hirarki. Adapun struktur hirarki
AHP ditampilkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur Hirarki AHP (Saaty, 2008)
Prinsip dasar dan prosedur dari metode AHP
adalah dengan cara (1) mendefinisikan masalah dan
menentukan solusi yang diinginkan, (2) membuat
struktur hirarki dengan menetapkan tujuan umum,
(3) menyusun kriteria tersebut dalam bentuk
matriks
perbandingan
berpasangan(Pairwise
Comparison), (4) menentukan sintesis dengan cara
menghitung matriks normalisasi yang terdiri dari
menghitung nilai elemen kriteria dan jumlah nilai

prioritas elemen, (5) mengukur nilai konsistensi
yang terdiri dari:
a. Menghitung lamda maks (λ ) dengan rumus:

Gambar 1. Karakteristik Dan Kapabilitas Kunci
Dari SPK (Turban et.al, 2005)

λ

maks

maks=ߝߙ/∩ (1)

b. Menghitung consistency index (CI) dengan
rumus:
CI=((ߣ ݉ܽ݇‫ݏ‬−݊)/݊ (2)
c. menghitung consistency ratio (CR) dengan
rumus:
CR=‫ܫܥ‬/‫( ܴܫ‬3)
Setelah menghitung consistency ratio (CR) akan

dilakukan pengecekan konsistensi hirarki dengan
cara jika nilai consistency ratio > 0,1 maka
penilaian data judgement harus diperbaiki dengan
mengulang langkah 3,4 dan 5 untuk seluruh tingkat
hirarki. Namun jika nilai consistency index (CI)
dibagi indeks random consistency (IR) hasil yang

Gambar 2. Skematik SPK (Turban et.al, 2005)
Dalam penerapan SPK ada beberapa komponen
subsistem yang digunakan yakni subsistem
manajemen data, subsistem manajemen model,

81

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2012 (SENTIKA 2012)
Yogyakarta, 10 Maret 2012

ISSN: 2089-9815

mempertajam pembahasan serta untuk memberi

alasan yang tepat dalam proses penelitian yang
dilakukan secara keseluruhan. Dengan demikian
penelitian akan lebih terarah pada kegiatan yang
telah ditentukan.

diperoleh kurang atau sama dengan 0,1 maka hasil
perhitungan bisa dinyatakan benar atau konsisten.
Dalam mengitung consistency ratio (CR), harus
mengetahui standar baku indeks random
consistency (IR) yang disesuaikan berdasarkan
jumlah kriteria. Adapun daftar index random
consistency (IR) ditampilkan pada tabel 1 [10].

4.3

Studi kepustakaan
Untuk memecahkan masalah yang ada sampai
pada tahap analisis berdasarkan wawancara dalam
pengambilan data-data dan langkah mengambil
kesimpulan. Studi kepustakaan dimaksud untuk
menguasai konsep teori yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.

Tabel 1. Daftar Index Random Consistency (IR)

4.

METODOLOGI PENELITIAN
Sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini
langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut:

4.4

Wawancara
Bertujuan untuk mengetahui kondisi-kondisi
sebenarnya dari obyek yang akan diteliti sehingga
peneliti mempunyai gambaran yang jelas tentang
obyek penelitian. Dalam wawancara penulis akan
melakukan kontak dengan pihak manajemen
Perusahan Blikonblewut untuk mengumpulkan
data-data yang diperlukan untuk mengetahui
kualitas produk sarung yang akan jadi masukan
untuk wawancara dan studi kepustakaan dengan
mengidentifikasi
atribut-atribut
yang
akan
digunakan sebagai pengukur kualitas produk di
Perusahan Blikonblewut.
4.5

Menentukan Atribut Kualitas Produk
Atribut adalah segala sesuatu yang menjadi
obyek pengamatan penelitian. Faktor– faktor yang
dianggap mempengaruhi kualitas produk sarung
digunakan untuk menentukan atribut penelitian.
Atribut dalam penelitian ini adalah atribut produk
sarung yang dipentingkan oleh konsumen untuk
menentukan karakteristik kualitas produk sarung.
Atribut tersebut diperoleh dari beberapa literature,
wawancara langsung dengan konsumen, distributor
dan kuisioner awal.
Penentuan atribut kualitas produk sarung
mengacu pada beberapa kerangka teoritis yang
telah ada yaitu kerangka teoritis yang disampaikan
oleh (Kotler, P., and Amstrong, G., 2004). Terdapat
enam atribut produk yang disampaikan oleh Kotler,
atribut yang dipilih mewakili kualitas produk
sarung. Penentuan atribut kualitas produk adalah
sebagai berikut:
a. Harga meliputi harga jual produk sarung (V1)
Yang dimaksud dengan harga adalah, harga jual
eceran yang digunakan untuk konsumen.
b. Merek meliputi tanda, symbol dan desain atau
kombinasi semuanya untuk mengidentifikasi
produk kepada konsumen sarung (V2).
c. Kemasan meliputi bungkus sarung (V3).
d. Kualitas meliputi kekuatan (V4) yang dimaksud
kekuatan adalah sarung tidak mudah robek ,
warna (V5) yang dimaksud warna adalah
pewarnaan sarung yang tidak luntur dan awet ,
Jaitan (V6) yang dimaksud jaitan yaitu jaitan
yang terdapat pada sisi tengah sarung.

Gambar 4. Langkah-langkah Penelitian
4.1

Perumusan Masalah
Perumusan Masalah Merupakan Tahap awal
dalam Penelitian ini. Tahap ini merumuskan
permasalahan yang akan diteliti dan dianalisis.
Perumusan masalah yang diteliti berdasarkan pada
latar belakang masalah yang telah diuraikan
sebelumnya.
4.2

Tujuan Penelitian
Pada tahap ini menetapkan tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian. Tujuan dimaksud untuk
82

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2012 (SENTIKA 2012)
Yogyakarta, 10 Maret 2012

ISSN: 2089-9815

indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur
dapat dipercaya atau diandalkan bila alat ukur
tersebut digunakan dua kali untuk mengukur gejala
yang sama, maka hasil pengukuran yang diperoleh
relatif konsisten.

e. Ukuran meliputi panjang sarung (V7) dan lebar
sarung (V8)
4.6 Menentukan Sample Penelitian
Untuk melakukan analisis statistik diperlukan
data, karenanya data perlu dikumpulkan untuk
mengetahui tentang karakteristik populasi, yang
pada umumnya dilakukan berdasarkan pada data
sampel yang diambil dari populasi yang
bersangkutan. Populasi adalah totalitas semua nilai
yang mungkin, baik hasil menghitung maupun
pengukuran, kualitatif maupun kuantitatif, daripada
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek
yang lengkap dan jelas. Sampel adalah sebagian
yang diambil dari populasi dengan menggunakan
cara-cara dan jumlah tertentu (Montgomery, D.C.,
1996). Dalam penelitian ini target populasi yang
diambil adalah pemakai sarung tenun Blikonblewut.
Penentu jumlah sampel tersebut berdasarkan
persamaan yaitu dengan menetapkan tingkat/level
kesalahan (e) sebesar 10% tingkat keyakinan
sebesar 95% dan proporsi responden puas dan tidak
puas sebesar 0,5, maka jumlah sampel minimum
yang harus diambil dalam penelitian adaaah 50
responden.

4.10 Pengolahan Data
Data diolah menggunakan aplikasi Microsoft
Visual Basic 6.0 dan basisdata Microsoft Acces
2003. Pengolahan data yang dilakukan pada
penelitian ini ada 2 yaitu pengolahan data data
kualitatif dan pengolahan data kuantitatif .
pengolahan data kualitatif didapat dari hasil
kuisioner pendahuluan berupa atribut-atribut yang
dibutuhkan dan diinginkan responden. Sedangkan
pengolahan data kuantitatif berupa data importance
to
customer,
data
customer
satisfaction
performance dan data competitive satisfaction
performance.
4.11 Penyusunan Analitycal Hierarchy Process
(AHP)
Prosedur-prosedur dalam penyusunan AHP
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan kriteria dan bobot masing-masing
kriteria kualitas produk dengan mengikuti
aturan standar dalam menentukan kualitas
produk [11].
b. Menyusun hirarki dari permasalahan dan jenisjenis
kriteria
yang
dihadapi
dengan
menggunakan prosedur dari metode AHP.
c. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam
bentuk matriks perbandingan berpasangan
(Pairwise Comparison).
d. Menjumlah nilai-nilai dari setiap kolom matriks
perbandingan berpasangan.
e. Menghitung nilai elemen kolom kriteria.
f. Menghitung nilai prioritas kriteria.
g. Mengukur dan menghitung nilai konsistensi
yaitu dengan menghitung lamda max (value
eigen), consistency index (CI) dan consistency
ratio (CR).

4.7

Penyusunan Kuisioner
Kuisioner digunakan untuk alat pengumpul data
yang akan dianalisi, kuisioner tingkat kepuasan
konsumen disusun atas dua bagian yaitu kuisioner
tingkat kepentingan konsumen dan kuisioner
tingkat kepuasan konsumen atas atribut-atribut
yang mendasari pemilihan produk sarung.
4.8

Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan untuk
menggali berbagai informasi dari sumber-sumber
yang
merupakan
bagian
dari
penelitian.
Pengumpulan data didapat dari hasil penyebaran
kuisioner kepada pemakai sarung maupun
konsumen sarung serta agen-agen maupun toko
yang menjual produk sarung. Kemudian data
tersebut dikumpulkan dan diolah sesuai dengan
langkah-langkah yang telah ditetapkan.

4.12 Analisa dan Interpretasi Hasil
Interpretasi akan dilakukan berdasarkan hasilhasil yang telah dicapai dalam penelitian.
Interpretasi merupakan penterjemah dari setiap
nilai yang diperoleh dalam pengolahan data serta
deskripsi
dari
pengambilan
keputusan
menggunakan metode AHP dalam bentuk pohon
keputusan yang dapat lebih bernilai dan bermanfaat
untuk menjelaskan fenomena yang diamati.

4.9 Pengujian Data
4.9.1 Uji Validitas
Uji validitas ditujukan untuk mengetahui sejauh
mana instrument yang digunakan sudah memadai
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
dengan cara meminta pendapat atau penilaian orang
lain yang berkompeten dengan masalah yang
sedang diteliti. Pengujian validitas alat ukur yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pendekatan korelasi pearson product
moment.

4.13 Rekomendasi Pelaksanaan Respon Teknis
Hasil dari analisa dijadikan acuan dalam
membuat rekomendasi dan sebagai hasil dari
penelitiaan ini adalah berupa usulan perbaikan
deskripsi dari respon teknis.

4.9.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu
hasil pengukuran relative konsisten jika diulangi
beberapa kali. Dengan demikian, reliabilitas adalah
83

Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2012 (SENTIKA 2012)
Yogyakarta, 10 Maret 2012

ISSN: 2089-9815

Vol.1, No.1, University of Pittsburgh. Jandric,Z.
Supriyono dkk., 2007, Sistem Pemilihan Pejabat
Struktural Dengan Metode AHP, Seminar
Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI
2007), Jurusan Teknik Informatika UII,
Yogyakarta.
Turban, E., et.al., 2005, Sistem Pendukung
Keputusan dan Sistem Cerdas, Edisi 7, Andi.
Wolo, Petrus., 2011, Analisis dan Usulan Solusi
Sistem Untuk Mendukung Keputusan Penilaian
Kinerja Dosen Menggunakan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) , Seminar Nasional
Manajemen Teknologi XIV Program Studi
MMT-ITS, Surabaya.
Yulia, dkk., 2006, Perancangan dan Pembuatan
Sistem
Pengambilan
Keputusan
untuk
Pengembangan Produktivitas Hotel X dengan
menggunakan Metode AHP dan OMAX,
Seminar Ilmiah Nasional KOMMIT, Universitas
Gunadarma Jakarta.
Zeithaml, V.A., M. J. Bitner, 1990, Service
Marketing, New Jersey: The McGraw-Hill
Companies, Inc.

5.

KESIMPULAN DAN SARAN
Tahap terakhir dalam penelitian adalah menarik
kesimpulan berdasarkan hasil analisa serta saran
dalam usulan perbaikan kualitas produk pihak
manajemen perusahaan sarung tenun Blikonblewut
dimasa mendatang dan saran bagi penelitian lebih
lanjut.
Penelitian ini berusaha mengembangkan model
keinginan konsumen yang diterapkan dengan
pengembangan produk baru. Dengan melihat
faktor-faktor dari konsumen dalam pemilihan
produk sarung tenun Blikonblewut maka prioritas
dalam pengembangan produk sarung yaitu pada
kualitas kekuatan sarung , karena konsumen sarung
tenun Blikonblewut menyukai produk yang awet ,
dan yang kedua dari harga sarung yang kompetitif
dan lebih murah dibanding kompetitor, warna yang
tidak mudah luntur sehingga motif sarung tenun
Blikonblewut tidak cepat pudar, panjang sarung
sehingga konsumen dengan postur tinggi badan
yang tinggi maupun yang pendek dapat memakai
sarung ini dengan nyaman , lebar sarung juga
merupakan pertimbangan dalam pemilihan sarung
tenun Blikonblewut dengan semakin lebar maka
dengan postur tubuh yang gemuk dapat nyaman
memakai sarung ini. Dan faktor lain dalam
penunjang pemilihan sarung tenun Blikonblewut
yaitu kemasan karena dengan packing yang
menarik maka konsumen akan lebih tertarik dalam
pemilihan sarung tenun Blikonblewut.

PUSTAKA
Amborowati, Armadiyah., 2006, Sistem Pendukung
Keputusan Pemilihan Karyawan Berprestasi
Berdasarkan Kinerja dengan Metode AHP,
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi
(SNATI 2007), Jurusan Teknik Informatika UII,
Yogyakarta.
Arifin, Zainal., 2010, Penerapan Metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) Untuk Menentukan
Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Pegawai
Negeri, Jurnal Informatika Mulawarman, Vol. 5
No.2.
Daihani, D. U., 2001, Komputerisasi Pengambilan
Keputusan,
Jakarta:
PT
Elex
Media
Komputindo Gramedia.
Kotler, P., and Amstrong, G. (2004). Priciples of
Marketing. New York: Prentice Hall Inc, New
York.
Montgomery,
D.C.
(1996).
Pengantar
Pengendalian Kualitas Statistik. Edisi keempat.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Rochmasari dkk., 2007, Penentuan Prioritas
Usulan Sertifikasi Guru dengan metode AHP,
Jurnal Teknologi Informasi, Volume 6 Nomor
1.
Saaty., 2008, Decision making with the analytical
hierarchy process, Int. J. Services Sciences,
84