Jurnal Skripsi Pengaruh Komunikasi Kelom

PENGARUH KOMUNIKASI KELOMPOK TEMAN SEBAYA (PEER GROUP)
TERHADAP PERILAKU BELAJAR MAHASISWA DI BANDUNG

INFLUENCE OF PEER GROUP COMMUNICATION ON STUDENTS’ LEARNING
BEHAVIOR IN BANDUNG

Wahyu Wijaksana Mulyana
Universitas Telkom
wahyu.w.mulyana@gmail.com
Rah Utami Nugrahani, S.Sos, MBA
Universitas Telkom

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komunikasi kelompok teman sebaya dan perilaku belajar
mahasiswa di Bandung. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh komunikasi
kelompok teman sebaya terhadap perilaku belajar mahasiswa di Bandung. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kausalitas. Penelitian ini dilakukan di Bandung pada bulan Maret
sampai dengan Juni 2014, sebanyak 391 sample didapatkan dengan menggunakan metode sampling insidental.
Untuk mengetahui pengaruh antara komunikasi kelompok teman sebaya terhadap perilaku belajar mahasiswa
digunakan pengujian statistik yaitu analisis regresi sederhana dengan menggunakan aplikasi SPSS 21.0. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa, komunikasi kelompok teman sebaya memiliki pengaruh signifikan

positif terhadap perilaku belajar mahasiswa di Bandung.
Kata kunci: Komunikasi kelompok teman sebaya, perilaku belajar
ABSTRACT
This study aims to analyze peer group communication and students’ learning behavior in Bandung. This
study also aims to knowing the peer group communication on students’ learning behavior in Bandung. The
Methods that was used in this study is a descriptive and causality analysis. This study conducted in Bandung on
March to June 2014, as many as 391 samples were obtained using accidental sampling methods. This study used
simple regression analysis using SPSS 21.0 Application, to examine influence of peer group communication on
students’ learning behavior in Bandung. The results show that variables such as peer group communication
have a significant effect to students’ learning behavior in Bandung.
Keywords: peer group communication, students’ learning behavior

PENDAHULUAN
Berdasarkan data dari Universitas Padjajaran (www.unpad.ac.id), pada tahun 2013 terdapat sekitar 300
orang mahasiswa Unpad tidak dapat melakukan herregistrasi dikarenakan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif)
kurang dari 2.00. Sementara itu di tahun yang sama, terdapat 221 orang dari 2.044 wisudawan Institut Teknologi
Bandung yang dinyatakan cumlaude (www.pikiran-rakyat.com). Perbedaan yang terlihat jelas dari kedua data
tersebut bukan untuk membedakan prestasi kedua Universitas, tetapi fenomena tersebut dapat menunjukkan
bahwa prestasi belajar dapat dipengaruhi dan disebabkan oleh perbedaan perilaku belajar mahasiswa, perilaku
belajar yang baik akan menghasilkan prestasi belajar yang baik, begitu pula sebaliknya.

Agar sukses dalam pendidikan dan berhasil menerapkan ilmu yang diperolehnya, mahasiswa harus
menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya serta manajemen waktu yang tepat. Namun sayangnya, banyak
juga mahasiswa gagal dalam perkuliahannya. Padahal mahasiswa yang duduk di perguruan tinggi telah terseleksi
kemampuan akademisnya pada jenjang yang telah dilaluinya. Jarang mahasiswa gagal karena kurangnya
kemampuan akademis, sebaliknya hal tersebut berkaitan dengan masalah lingkungan belajar mahasiswa itu
sendiri. Pola perilaku ini sering kali terbawa arus dari lingkungan kelompoknya, yang dapat mendukung perilaku
yang baik atau pun sebaliknya. Sehingga berdampak pada perilaku dan prestasi belajar mahasiswa itu sendiri.

Dari banyaknya perbedaan prestasi belajar mahasiswa tersebut, salah satu faktor penyebabnya adalah
perilaku belajar mahasiswa itu sendiri, karena prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari perilaku belajar.
Belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar merupakan hasil dari proses pembelajaran tersebut
(Putra, 2012). Salah satu faktor lingkungan yang paling dekat dengan mahasiswa adalah kelompok teman
sebaya. “Teman merupakan lingkungan sosial pertama mahasiswa untuk belajar berinteraksi dengan orang lain
selain anggota keluarganya, pada masa tersebut hubungan dengan teman sebaya lebih dekat daripada dengan
keluarganya sendiri, hal ini dikarenakan mahasiswa jauh dari keluarganya. Kelompok teman sebaya merupakan
sekelompok anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang hampir sama” (Mu’tadin dalam
Handayani, 2009: 10)
Proses pembelajaran di perguruan tinggi berbeda dengan pembelajaran di sekolah. Di perguruan tinggi
mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri dalam belajar. Mahasiswa harus mampu mengarahkan diri sendiri agar
dapat memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan pembelajarannya. Perilaku belajar menurut Ade dalam Sari

(2013) adalah : peristiwa ikatan antara stimulus respon dan melibatkan proses kognitif. Selanjutnya Ade
menjelaskan yang mendasari orang berperilaku menjadi tiga komponen yang saling menunjang, yaitu:
1. Kognitif, menyangkut pengetahuan yang biasanya digunakan dalam proses berfikir.
2. Afektif, menyangkut kehidupan emosional seseorang yang mewarnai pengetahuan serta gagasan yang
terdapat dalam komponen kognitif yang meliputi nilai rasa baik atau tidak baik, suka atau tidak suka.
3. Konatif, merupakan kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu terhadap suatu keadaan.
Saat ini jumlah mahasiswa di Indonesia tergolong meningkat, berdasarkan data terbaru Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi pada tahun 2012 terdapat sekitar 4.273.000 orang mahasiswa di seluruh Indonesia. Angka ini
kemudian meningkat pada tahun 2013 sebesar 4.673.000 orang mahasiswa (Jawa Pos National Network www.jpnn.com).
Penulis memilih kota Bandung sebagai tempat pelaksanaan penelitian sebab kota Bandung memiliki PTN
(Perguruan Tinggi Negeri) dan PTS (Perguruan Tinggi Swasta) dengan jumlah yang lumayan besar. Pada tahun
2013, terdapat 8 Perguruan Tinggi Negeri dan 123 Perguruan Tinggi Swasta di Bandung (data kopertis Wilayah
IV – www.kopertis4.or.id).
Menurut data dikti pada tahun 2010 (dp2m.dikti.go.id) kopertis wilayah IV adalah wilayah dengan jumlah
Perguruan Tinggi Swasta terbanyak di Indonesia yaitu sebanyak 470 PTS, lalu kopertis wilayah IV juga
memiliki PTS jenis Sekolah Tinggi terbanyak di Indonesia yaitu sejumlah 240 Sekolah Tinggi. Kota Bandung
merupakan penyumbang Perguruan Tinggi Swasta terbanyak dari kopertis wilayah IV yaitu sejumlah 123
Perguruan Tinggi Swasta, berdasarkan data dikti pada tahun 2010 (dp2m.dikti.go.id).
Dengan jumlah mahasiswa di kota Bandung yang juga tergolong banyak, berdasarkan data Badan Pusat
Statistik Kota Bandung, pada tahun 2013 jumlah mahasiswa di Bandung mencapai 251.639 orang mahasiswa

(www.bandung.bps.co.id). Karena faktor jumlah Perguruan Tinggi dan mahasiswa Bandung, hal inilah yang
menyebabkan penulis memilih untuk meneliti tentang perilaku belajar mahasiswa di kota Bandung, melihat
potensinya yang menarik.
Fokus Penelitian
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Seberapa baik komunikasi kelompok teman sebaya (peer group) pada mahasiswa di Bandung?
2. Seberapa baik perilaku belajar mahasiswa di Bandung?
3. Seberapa besar pengaruh komunikasi kelompok teman sebaya (peer group) terhadap perilaku belajar
mahasiswa di Bandung?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui seberapa baik komunikasi kelompok teman sebaya (peer group) pada mahasiswa di
Bandung.
2. Untuk mengetahui seberapa baik perilaku belajar mahasiswa di Bandung.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh komunikasi kelompok teman sebaya (peer group) terhadap
perilaku belajar mahasiswa di Bandung.
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
Komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan
pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau diantara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Menurut Carl
I Hovland (Effendy, 2005: 10) ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas

asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.
Menurut (Effendy, 2005: 10) mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Laswell yaitu bahwa cara
yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which
Channel To Whom With What Effect?. Paradigma tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur
sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu:
1. Komunikator / Sumber (Communicator / Source) adalah pihak yang mempunyai kepentingan untuk
berkomunikasi.

2. Pesan (Message) adalah apa yang dikomunikasikan sumber kepada penerima, atau apa yang diterima dari
kegiatan komunikasi antar pihak yang bersangkutan.
3. Media (Channel) adalah suatu alat yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima.
4. Penerima (Receiver) adalah orang yang menerima pesan yang disampaikan oleh sumber.
5. Efek (Effect) adalah apa yang terjadi pada penerima setelah menerima pesan dari sumber.
Komunikasi Kelompok
Definisi Komunikasi kelompok menurut (Mulyana, 2007: 82) Kelompok adalah sekumpulan orang yang
mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya saling
kebergantungan), mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut,
meskipun setiap anggota boleh jadi punya peran berbeda.
Teman Sebaya (peer group)
Menurut (Santrock, 2002: 44) peer group adalah sekumpulan remaja sebaya yang punya hubungan erat dan

saling tergantung. Minat untuk berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh dan berkembang yang di alami
pada masa remaja. Yang dimaksud di sini bukan sekedar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang
memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam
kelompok tersebut. Atau yang biasa disebut geng. Biasanya kelompok semacam ini memiliki usia sebaya atau
biasa disebut peer group.
Fungsi Komunikasi Kelompok Teman Sebaya
Pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek yang terpenting
dalam kehidupan mereka. Beberapa remaja akan melakukan apapun, agar dapat dimasukkan sebagai anggota.
Menurut (Santrock, 2003: 219) salah satu fungsi utama dari kelompok teman sebaya adalah untuk menyediakan
berbagai informasi mengenai dunia luar keluarga.
Secara umum, rekan-rekan, seperti teman-teman dan teman sekelas, merupakan sumber motivasi, aspirasi
dan interaksi langsung dalam belajar serta berperilaku. Selain itu, hal tersebut mempengaruhi kebiasaan belajar
dan kinerja di kelas baik itu di tingkat sekolahan maupun di tingkat universitas. Merangsang belajar melalui
pertanyaan dan jawaban, memberikan kontribusi bagi laju pelajaran, dan lain-lain. (Scorcu, 2012). Menurut
(Rakhmat, 2011: 149) terdapat tiga macam pengaruh komunikasi kelompok terhadap perilaku, yaitu konformitas,
fasilitasi sosial, dan polarisasi.
Perilaku Belajar
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan
tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan

pengubahan kelakuan (Hamalik, 2010: 27). Belajar menurut pandangan Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat
orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun
(Dimyati, 2006: 9). Perilaku belajar adalah kebiasaan belajar yang dilakukan yang dilakukan oleh individu
secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau berlangsung secara spontan. Menurut Suwardjono dalam
Putra (2012) perilaku belajar yang baik terdiri dari: kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku,
kunjungan ke perpustakaan, dan kebiasaan menghadapi ujian.
KERANGKA PEMIKIRAN
Dasar pemikiran yang melandasi penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor kelompok teman
sebaya yang diduga memiliki hubungan dengan perilaku belajar mahasiswa. Asumsi dasarnya bahwa semakin
positif pengaruh faktor kelompok teman sebaya maka semakin baik pula perilaku belajarnya. Berdasarkan
teori-teori di atas, dapat dikatakan bahwa mahasiswa termasuk individu yang berusia 18-21 tahun, dimana dalam
tahap ini mahasiswa termasuk dalam fase remaja akhir. Masa remaja merupakan fase penuh ketidakseimbangan
emosi yang membuat remaja mudah terkena pengaruh lingkungan.
Salah satu faktor lingkungan yang paling dekat dengan mahasiswa adalah faktor teman sebaya. Teman
merupakan lingkungan sosial pertama mahasiswa untuk belajar berinteraksi dengan orang lain selain anggota
keluarganya, pada masa tersebut hubungan teman sebaya lebih dekat daripada dengan keluarganya sendiri, hal
ini dikarenakan mahasiswa jauh dari keluarganya. Proses pembelajaran di perguruan tinggi berbeda dengan
pembelajaran di sekolah. Di perguruan tinggi mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri dalam belajar. Mahasiswa
harus mampu mengarahkan diri sendiri agar dapat memiliki kemampuan untuk mengoptimalkan
pembelajarannya.

Menurut (Surakhmad, 2003: 14) waktu belajar dapat dilakukan dengan berinteraksi sosial dengan temannya
dengan cara sebagai berikut : Dalam proses berinteraksi dengan teman sebaya sangat mungkin dapat
mempengaruhi hal-hal yang positif, bertukar pikiran, berbagi info ataupun pendapat. Oleh karena itulah,
mahasiswa dapat mengembangkan pola pikir dan pengetahuannya dengan cara berdiskusi bersama temantemannya. Maka dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran yang akan digunakan penulis untuk meneliti
pengaruh faktor kelompok teman sebaya (peer group) terhadap perilaku belajar mahasiswa dapat digambarkan
sebagai berikut:

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Hipotesis Penelitian
Dari uraian kerangka pemikiran, maka pengembang hipotesis yang ada antara lain :
1. Komunikasi kelompok teman sebaya tidak berpengaruh signifikan terhadap perilaku belajar mahasiswa
di Bandung.
2. Komunikasi kelompok teman sebaya berpengaruh signifikan terhadap perilaku belajar mahasiswa di
Bandung.
POPULASI DAN SAMPEL
Menurut Sugiyono (2013: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di Bandung yang berasal dari luar kota
Bandung.
Sedangkan Sampel menurut Sugiyono (2013: 81) adalah bagian dari jumlah dan katakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling insidental,
yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data (Sugiyono, 2011: 85).
VARIABEL OPERASIONAL
Variabel Independen
Menurut Sugiyono (2013: 39) variabel independen atau variabel bebas adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah komunikasi kelompok teman sebaya (X), dengan sub variabel:
konformitas, fasilitasi sosial, polarisasi.
Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (2013: 39), variabel dependen atau variabel terikat variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen pada penelitian ini adalah perilaku belajar (Y)
dengan sub variabel: kebiasaan mengikuti pelajaran, kebiasaan membaca buku, kunjungan ke perpustakaan,
kebiasaan menghadapi ujian.
TEKNIS ANALISIS DATA
Dalam penelitian ini terlebih dahulu melakukan uji validitas dan uji reliabilitas . Menurut Ghozali (2013: 52)
uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid
jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Sedangkan
uji reliabilitas menurut Ghozali (2013: 47) sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dinyatakan handal jika jawaban seseorang
terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dan analisis regresi
linier sederhana. Menurut Sugiyono (2013: 147) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.
Menurut Ghozali (2011;160) sebelum melakukan analisis regresi, perlu dilakukan uji asumsi klasik terlebih
dahulu untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias karena mengingat bahwa tidak semua data dapat
diterapkan dengan menggunakan analisis regresi. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk membuktikan ada
atau tidaknya hubungan kausal antara variabel bebas yaitu Komunikasi Kelompok Teman Sebaya (X) terhadap
variabel terikat yaitu Perilaku Belajar (Y). Setelah melakukan uji asumsi klasik, dilakukan uji hipotesis, yaitu uji
statistik T (pengujian parsial).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden pada Mahasiswa di Bandung
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 391 sampel, yang seluruhnya berprofesi
sebagai mahasiswa di Bandung. Berdasarkan identitas responden dapat dilihat paling banyak berjenis kelamin
wanita sebesar 52%, atau sebanyak 205 orang. Kebanyakan responden berusia 20 – 21 tahun sebanyak 177
orang. Dan paling banyak jenjang pendidikan yang sedang ditempuh S1 sebanyak 319 orang.

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Hasil uji validitas menunjukan terdapat 22 pernyataan dari 22 pernyataan dinyatakan valid, dengan
Corrected Item-Total Correlation diatas 0,306 (r-tabel). Sedangkan hasil uji reliabilitas menunjukan nilai
Cronbach’s Alpha hitung lebih dari 0,60, sehingga instrumen dapat digunakan untuk mengukur variabel
penelitian, karena telah memenuhi syarat reliabilitas.
Statistik Desktiptif
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 391 sampel, yang seluruhnya berprofesi
sebagai mahasiswa di Bandung.
1.

Deskripsi Komunikasi Kelompok Teman Sebaya pada Mahasiswa di Bandung.
Hasil perhitungan keseluruhan jawaban responden menunjukan bahwa komunikasi kelompok
teman sebaya pada mahasiswa di Bandung telah baik. Terbukti pada perhitungan jawaban kuesioner
menyatakan bahwa secara keseluruhan komunikasi kelompok teman sebaya memang telah
mempengaruhi kehidupan mahasiswa di Kota Bandung, pengaruh yang terjadi dapat dikatakan
merupakan pengaruh yang baik, seperti teman-temannya mempengaruhi mahasiswa kepada hal yang
positif, teman-temannya memberi pengaruh positif terhadap aktifitas belajar mahasiswa, kelompok
teman sebayanya banyak memotivasi proses belajar mahasiswa, mahasiswa lebih merasa percaya diri
jika mengerjakan tugas dengan teman-temannya, dan juga jika setelah berdiskusi dengan temantemannya, mahasiswa akan memiliki pendapat yang lebih kuat akan suatu hal.

2.

Deskripsi Perilaku Belajar pada Mahasiswa di Bandung.
Dari hasil data penelitian ini dapat dikatakan bahwa perilaku belajar mahasiswa di Kota Bandung
telah cukup baik. Hal ini dapat disebabkan dimensi kunjungan ke perpustakaan memiliki rata-rata skor
paling rendah, ini dapat terjadi karena keberadaan teknologi yang semakin meningkat. Pada saat ini
internet telah menyuguhkan berbagai macam kebutuhan referensi yang dibutuhkan mahasiswa,
sehingga dapat menimbulkan berkurangnya minat mahasiswa untuk mengunjungi perpustakaan.
Namun, pada kenyataannya masih banyak pula mahasiswa yang mengunjungi perpustakaan untuk
mencari referensi berupa buku pelajaran dan penelitian-penelitian ilmiah. mahasiswa masih
menganggap memperhatikan dosen di kelas, dan tidak melakukan aktifitas yang mengganggu aktivitas
belajar untuk mendukung proses pembelajaran mereka. Saat menjelang ujian pun mereka cenderung
akan bersungguh-sungguh belajar dalam mempersiapkan ujian dan bahkan belajar bersama dengan
temannya untuk mendukung proses belajarnya. Dari hal-hal di atas maka perilaku belajar mahasiswa di
Kota Bandung dapat dikatakan telah cukup baik.

UJI ASUMSI KLASIK
1.

Uji Normalitas
Hasil pengujian normalitas nenunjukan bahwa nilai residu untuk variable independen dan variable
dependen yaitu sebesar 0,523 lebih besar dari 0,05. Dari hasil uji normalitas tersebut dapat disimpulkan
bahwa nilai residual terdistribusi secara normal, sehingga model penelitian ini dinyatakan telah memenuhi
syarat asumsi normalitas.

2.

Uji Heterokedastisitas
Hasil garis scatterplot pada penelitian ini memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas pada model regresi linier sederhana yang digunakan, sehingga model regresi layak
dipakai untuk mengetahui perilaku belajar mahasiswa di Bandung berdasarkan variabel independen yaitu
komunikasi kelompok teman sebaya.

3.

Uji Autokorelasi
Berdasarkan tabel Durbin-Watson pada taraf signifikansi 0,05 dengan jumlah responden 391 orang dan
jumlah variable independen 1 (k=1), maka tabel Durbin-Watson akan memberikan nilai du = 1,7785, nilai
dw sebesar 2,045. Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai dw sebesar 2,045 lebih besar
dari pada nilai du 1,7785 dan kurang dari 4-du sehingga 1,779 < 2,045 < 2,222 (du < d < 4 – du) maka
dengan demikian tidak terjadi autokorelasi pada model regresi pada penelitian ini.

UJI HIPOTESIS PENELITIAN
Pengujian Secara Parsial
Pengujian hipotesis menggunakan model regresi linear sederhana dengan tingkat signifikan (∝) 5% dan T
hitung > T tabel.
Tabel 1 Uji Statistik T
Coefficientsa
Model

Unstandardized
Coefficients
B

1

Std. Error

Standardized
Coefficients

t

Sig.

Beta

(Constant)

1.442

.148

9.773

.000

Komunikasi
Kelompok

.557

.043

.546 12.870

.000

a. Dependent Variable: Perilaku Belajar

Dari tabel tersebut maka dapat dilihat persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut :
Perilaku Belajar = 1,442 + 0,557 Komunikasi Kelompok Teman Sebaya
Pengaruh Komunikasi Kelompok Teman Sebaya terhadap Perilaku Belajar Mahasiswa di Bandung
Berdasarkan tabel 1 terlihat thitung = 12,870 dibandingkan dengan t tabel = 1,649. Terlihat bahwa thitung > ttabel,
yaitu 12,870 > 1,649, dan terlihat pula signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak
dan Ha diterima, artinya komunikasi kelompok teman sebaya berpengaruh signifikan terhadap perilaku belajar.
Dapat diketahui pula variabel komunikasi kelompok teman sebaya memiliki koefisien regresi sebesar 0,557 yang
berarti bahwa setiap penambahan satu komunikasi kelompok teman sebaya, maka akan menambah perilaku
belajar 0,557. Penelitian ini juga menunjukan arah hubungan yang positif, yaitu komunikasi kelompok teman
sebaya berpengaruh positif terhadap perilaku belajar mahasiswa di Kota Bandung. Artinya semakin tinggi atau
baiknya komunikasi kelompok teman sebaya pada mahasiswa, maka semakin tinggi atau baik pula perilaku
belajar mahasiswa di Kota Bandung.
Menurut (Effendy, 1993: 61) Sifat kelompok menentukan sifat dari pengaruhnya terhadap kemajuan
anggota kelompok. Nilai kelompok, stabilitas dari nilai-nilai tersebut, suasana kelompok, dan sifat dari
kesesuaian yang dikehendaki oleh kelompok menentukan apakah suatu kelompok menimbulkan pengaruh positif
atau negatif terhadap pertumbuhan dan tingkah laku anggota-anggotanya. Berdasarkan hasil penelitian ini
membuktikan bahwa sifat kelompok maupun pengaruh kelompok dapat menimbulkan pengaruh terhadap
perilaku belajar mahasiswa di Kota Bandung. ini juga memperlihatkan bahwa bagaimanapun lingkungan teman
mahasiswa memang akan dapat mempengaruhi sifat maupun perilaku mahasiswa, terutama dalam hal perilaku
belajar.

KESIMPULAN
Secara parsial perilaku belajar dipengaruhi oleh komunikasi kelompok teman sebaya yang berpengaruh
signifikan positif terhadap perilaku belajar mahasiswa, artinya komunikasi kelompok teman sebaya yang tinggi
dan positif akan menghasilkan perilaku belajar mahasiswa yang baik.
SARAN
Penelitian ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari komunikasi kelompok teman sebaya terhadap perilaku
belajar mahasiswa. Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah:
a. Karena telah diketahui bahwa perilaku belajar dapat dipengaruhi oleh komunikasi kelompok teman sebaya,
maka sebaiknya mahasiswa dapat memilih lingkungan sosial yang kondusif untuk belajar, dengan mencari
teman yang memiliki minat untuk mengembangkan pengetahuan dan pencapaian dalam proses menuntut
ilmu di masa kuliah.
b. Diharapkan mahasiswa mampu menggunakan lingkungan sosialnya sebagai acuan untuk meningkatkan
prestasi belajarnya melalui perilaku belajar yang baik.
c. Karena pembelajaran di perguruan tinggi berbeda dengan pembelajaran pada masa sekolah, diharapkan
mahasiswa mampu mengembangkan kemampuan mengatur waktu yang dimiliki dengan teman-teman
sebayanya. Karena sebaiknya mahasiswa tetap mengingat tujuan awal pergi ke perguruan tinggi, yaitu
belajar.
d. Objek penelitian selanjutnya diharapkan melihat dari objek penelitian yang berbeda agar dapat
memperlihatkan hasil yang bervariasi dari penelitian ini.
e. Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel independen lain yang dianggap berpengaruh misalnya
komunikasi interpersonal, Game Online, banyaknya tempat wisata, Interaksi dengan keluarga dan
pengendalian diri.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung. CV. Alfabeta
Dimyati & Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan Ketiga. Jakarta. Rineka Cipta
Djaali. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara
Djojodibroto, R.D., 2004. Tradisi Kehidupan Akademik. Yogyakarta. Galang press
Effendy,Onong Uchjana. 1993. Human Relations dan Public Relations. Bandung. Mandar Maju.
Effendy,Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Effendy,Onong Uchjana. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21. Semarang. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Gie, The Liang. 1998. Cara Belajar Yang Baik. Yogyakarta. Pusat Belajar Ilmu Berguna.
Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Cetakan Kesebelas. Jakarta. Bumi Aksara.
Hurlock, Elizabeth B. 1991. Perkembangan anak. Edisi keenam. Alih bahasa : Meitasari Tjandrasa. Jakarta.
Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi
Kelima. Jakarta. Penerbit Erlangga.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono S.R. 2004. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai
Bagiannya. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
Noor, Juliansyah. 2011. Metode Penelitian. Jakarta. PT. Bhuana Ilmu Populer.
Parke, Ross D & Gauvain, M. 2009. Child Psychology: A Contemporary Viewpoint (Seventh Edition). New
York. Mc Graw Hill Companies.
Rakhmat, Jalaludin. 2011. Psikologi Komunikasi.Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Cetakan empat. Bandung. Alfabeta.

Santrock. J. W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (edisi kelima). Jakarta. Erlangga.
Santrock. J. W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja (edisi keenam). Jakarta. Erlangga.
Sekaran, Uma. 2006. Research Method For Business 4th Edition. New York. Jhon Willey & Sons Inc.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Cetakan Kelima. Edisi Revisi. Jakarta.
Rineka Cipta.
Sugiyono.2009. Statistik dan Penelitian. Bandung. Alfabeta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta.
Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta. Media Pressindo.
Surakhmad, Winarno. 2003. Pengantar Interaksi Belajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung.
Tarsito.
Suryabrata, Sumadi. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT Rajawali.
SKRIPSI
Halimah. 2013. Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Terhadap Kenakalan Remaja (Studi Korelasional
pada Siswa Kelas XII SMA PGRI 2 Sindang Indramayu). Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
Wulan, Dewi Sri Nawang. 2007. Hubungan Antara Peranan Kelompok Teman Sebaya (peer group) dan
Interaksi Siswa dalam Keluarga Dengan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas XI MAN 1 Sragen Tahun
Ajaran 2006/2007. Surakarta. Universitas Sebelas Maret.
Wulandari, Maulina. 2007. Pengaruh Faktor Kelompok Teman Sebaya (peer group) Terhadap Proses
Pengambilan Keputusan Pembelian Handphone pada Remaja Usia 15-24 Tahun di Kota Bandung.
Bandung. Universitas Telkom.
JURNAL
Bester, Garfield. 2007. Personality Development of The Adolescent: Peer Group versus Parents. Gauteng.
University of South Africa.
Handayani, Aprilia. 2009. Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya dengan Perilaku Sosial Anak di TK Lab.
Percontohan UPI Tahun Ajaran 2008/2009. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.
Huda, Ainil. 2013. Pengaruh Peranan Teman Sebaya, Disiplin Belajar dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil
Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat. Padang.
Universitas Negeri Padang.
Lisdi, P, Siregar, M. Iqbal. 2013. Groupthink dalam komunikasi kelompok. Medan. Universitas Sumatera Utara.
Paola, Maria De. & Scoppa Vincenzo. 2009. Peer Group Effects on the Academic Performance of Italian
Students.Arcavacata. University of Calabria.
Poldin, Oleg., Valeeva, D., Yudkevich, M. 2013. How Social Ties Affect Peer-Group Effects: A Case of
University Students. Moscow. National Research University Higher School of Economics.
Putra, Handyka Galuh Iriana. 2012. Perilaku Belajar Mahasiswa Akuntansi: Aktivis, Hedonis, dan Study
Oriented. Malang. Universitas Brawijaya.
Sari, Yora Komala. 2013. Pengaruh Pengendalian Diri dan Perilaku Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman
Pengantar Akuntansi (Studi Empiris pada Mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Padang). Padang. Universitas Negeri Padang.
Scorcu, Antonello E. & Laura V. 2012. Cultural Habits and Peer Group Effects in Students’ Behavior. Bologna.
University of Bologna.
Sihotang, Artledia. 2009. Hubungan Antara Konformitas Terhadap Kelompok Teman Sebaya Dengan Pembelian
Impulsif Pada Remaja. Semarang. Universitas Diponegoro.
Sukmawati, Siswati & Achmad, M. 2009. Konsep Diri Dengan Konformitas Terhadap Kelompok Teman Sebaya
Pada Aktivitas Clubbing (Sebuah Studi Korelasi pada siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Purwokerto yang
melakukan Clubbing). Semarang. Universitas Diponegoro.
Tome, Gina et. al. 2012. How Can Peer Group Influence the Behavior of Adolescents: Explanatory Model.
Lisbon. University of Lisbon.

INTERNET
www.bandung.bps.co.id diakses tanggal 9 Maret 2014.
www.jpnn.com diakses tanggal 9 Maret 2014.
www.kopertis4.or.id diakses tanggal 9 Maret 2014.
www.unpad.ac.id, diakses tanggal 9 Maret 2014.
www.dp2m.dikti.go.id diakses tanggal 8 Agustus 2014.