BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Gambaran Persepsi Guru Terhadap Blended Learning Pada SMK Tritech Informatika Medan

12

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dunia pendidikan di zaman modern saat ini telah berkembang dengan
sangat pesat, salah satunya dalam bidang teknologi yang merupakan alat bantu
dalam proses pembelajaran. Perkembangan teknologi ini tentu sangat
berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, baik dalam hal kehidupan
sehari-hari hingga pendidikan seperti penggunaan internet yang kini banyak
diperbincangkan termasuk penggunaannya dibidang pendidikan. Sistem yang
terdapat di internet berisi jaringan komputer yang terhubung di seluruh dunia,
dan menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses oleh murid.
Internet juga mengandung informasi yang lebih baru ketimbang buku teks
(Santrock, 2007). Oleh sebab itu internet tidak hanya digunakan sebagai
sumber informasi tetapi juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran
yang dikenal dengan istilah e-learning.
Berbicara

e-learning,


kebanyakan

orang

akan

berpikir

bahwa

pembelajaran ini adalah pembelajaran dengan menggunakan komputer, seperti
menurut Clark dan Mayer (dalam Kose, 2010), e-learning adalah kegiatan
belajar yang dilakukan dengan menggunakan internet atau hanya komputer.
Model pembelajaran e-learning melibatkan semua aktivitas pembelajaran baik
secara offline maupun online dan dapat dilakukan secara synchronous atau

13

asynchronous melalui jaringan ataupun komputer pribadi dan perangkat

elektronik lainnya (Naidu, 2006).
Teknologi online juga memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk
mendapatkan tambahan informasi dalam rangka memenuhi tuntutan
kompetensi dan juga pengayaan. Untuk itu, pendidik/pengajar harus memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumbersumber digital untuk membantu peserta didik agar mencapai standar
akademik.

Awalnya,

pemanfaatan

e-learning

sangat

diunggulkan

dibandingkan dengan pembelajaran konvensional secara tatap muka
(Husamah, 2014).
Hal ini karena dengan e-learning, pembelajaran dapat lebih terbuka,

fleksibel dan dapat terjadi kapan saja, dan dengan siapa saja. Kendala terbesar
e-learning adalah interaktivitas langsung antara peserta didik dengan
instrukturnya. Peserta didik memerlukan umpan balik dari pengajar dan
sebaliknya pengajar juga memerlukan umpan balik dari peserta didiknya. Oleh
karena itu munculah model pendidikan yang baru yang disebut dengan
blended learning, yang menggabungkan model pendidikan e-learning dan
model pendidikan tatap muka. Blended learning adalah konsep yang relatif
baru dalam pembelajaran, dimana pengajaran disampaikan melalui gabungan
pembelajaran online dan tradisional yang dalam pelaksanaannya dilakukan
oleh instruktur atau pengajar (Bielawski dan Metcalf, dalam Husamah, 2014).
Blended learning adalah sebuah pendekatan yang mengintegrasikan
pengajaran tatap muka dan kegiatan pembelajaran berbasis komputer dalam

14

sebuah

lingkungan

pedagogis.


Hal

ini

mengungkapkan

bagaimana

pendidik/pengajar menjadi seorang literat pendidikan (sains), menemukan cara
memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan mempertimbangkan
dan berusaha mengintegrasikan keterampilan abad 21, yaitu kemampuan
berpikir kritis, menguasai teknologi informasi dan mampu bekerjasama ke
dalam proses belajar mengajar yang tepat untuk peserta didiknya (Graham
dalam Husamah, 2014).
Menurut Husamah (2014), blended learning memiliki empat komponen
yaitu pertama tatap muka (face-to-face), yang merupakan kegiatan
pembelajaran berupa proses interaksi langsung antara peserta didik dan
pendidik. Kedua, e-learning online yang merupakan kegiatan pembelajaran
yang memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode

penyampaian, interaksi dan fasilitasi serta didukung berbagai bentuk layanan
belajar lainnya. Ketiga, e-learning offline yang merupakan pembelajaran yang
dilaksanakan melalui media e-learning yang bersifat offline dapat diwujudkan
dalam bentuk CD atau DVD. Keempat, m-learning yang merupakan
pembelajaran memanfaatkan mobilitas dari perangkat handled/mobile, seperti
ponsel, laptop dan notebook untuk memberikan fungsi pembelajaran yang
dapat dilakukan dimana pun dan kapan pun.
Menurut Faizal (dalam Husamah, 2014), manfaat blended learning antara
lain proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka saja, tetapi ada
penambahan waktu pembelajaran dengan memanfaatkan media online,
mempermudah dan mempercepat komunikasi antara pengajar dan peserta

15

didik (mitra belajar), serta membantu memotivasi keaktifan peserta didik
untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Syarif (2012) mengenai pengaruh blended learning terhadap
motivasi dan prestasi belajar siswa SMK, menunjukkan bahwa motivasi dan
prestasi belajar siswa meningkat secara signifikan karena penerapan model
pembelajaran blended learning. Hal yang sama juga ditemukan dalam

penelitian yang dilakukan oleh Novitayati (2014) mengenai pengaruh metode
blended learning dan self-regulated terhadap hasil belajar kognitif IPS,
ditemukan bahwa metode blended learning dapat meningkatkan self-regulated
siswa dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
Menurut Husamah (2014), blended learning ini sejalan dengan enam unsur
pembelajaran abad 21 yaitu menekankan pada penerapan pelajaran utama
(core subject knowledge), menekankan pada pengembangan keterampilan
belajar, memanfaatkan alat belajar untuk mengembangkan keterampilan
belajar abad 21 (penggunaan teknologi) untuk mengembangkan keterampilan
belajar, memberikan pembelajaran kepada peserta didik dalam konteks abad
21 (penerapan dan pengalaman dunia nyata), memberikan pembelajaran
konten abad 21 (pemahaman dalam bermasyarakat dan dunia kerja), dan
menggunakan assesmen abad 21 yang mengukur keterampilan abad 21
(penggunaan teknologi dalam mengukur keterampilan siswa). Salah satu
penerapannya seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2014)
yang mengatakan bahwa penerapaan model pembelajaran blended learning
terbukti efektif dilihat dari

hasil belajar pada mata pelajaran KKPI


16

(Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi) dan peningkatan
keaktifan serta motivasi belajar siswa. Namun, Noer (dalam Husamah, 2014)
mengemukanan mengenai kekurangan blended learning salah satunya adalah
kurangnya pengetahuan sumber daya pembelajaran (pengajar, peserta didik,
dan orang tua) terhadap penggunaan teknologi.
Pada SMK Tritech (Triadi Teknologi) informatika, model pembelajaran
blended learning ini sudah diterapkan sejak berdirinya SMK tersebut pada
tahun 2010. SMK Tritech ini adalah SMK berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi yang memiliki tiga kompetensi keahlian yaitu Teknik
Keterampilan Jaringan, Multimedia dan Rekayasa Perangkat Lunak.
Penggunaan model pembelajaran blended learning pada SMK Tritech
Informatika Medan ini dapat dilihat dari terpenuhinya keempat komponen dari
blended learning sendiri yaitu pertama, tatap muka (face-to-face) yang mana
terjadi interaksi langsung antaara siswa dan guru di dalam kelas. Kedua, elearning online yang mana siswa menggunakan jaringan internet selama
proses

belajar


mengajar

berlangsung

dan

siswa

mengakses

materi

pembelajaran salah satunya dari website sekolah atau ebook. Ketiga, elearning offlline yang mana terkadang guru menggunakan video/DVD dalam
proses belajar mengajar di dalam kelas. Keempat, m-learning yaitu penggunan
perangkat mobile seperti laptop atau notebook dalam menyampaikan materi
atau mengakses materi ajar.
Di SMK Tritech Informatika Medan, penyampaian materi pelajaran
dilakukan oleh guru dengan menggunakan media laptop yang ditampilkan

17


pada TV LCD yang terdapat didalam kelas. Kemudian

siswa dapat

mengakses materi yang sedang diajarkan oleh guru melalui ebook, website
sekolah ataupun melalui flashdisk. Selain penyampaian dan mengakses materi
pembelajaran melalui website sekolah, penggunaan model pembelajaran
blended learning juga digunakan ketika siswa mengikuti ujian, yang mana
soal-soal ujiannya dapat diakses juga melalui website sekolah. Hal ini sesuai
dengan kutipan wawancara dengan wakil kepala sekolah SMK Tritech
Informatika Medan
“anak-anak disini diwajibkan satu orang satu membawa labtop, itu
paling lama tiga bulan pertama masuk sekolah mereka harus sudah
memiliki labtop masing-masing, karena guru akan menyampaikan
materi belajar melalui TV LCD yang terdapat dimasing-masing ruangan
kelas, dan anak-anak mengikuti proses belajar dengan membuka materi
pembelajaran melalui labtop mereka masing-masing.Ujian kita juga
udah pake sistem online, nanti semua soal mata pelajaran dimasukkan
ke dalam website, jadi ketika ujian siswa langsung buka dari website itu

soal-soalnya.” (komunikasi personal, November 2014)
Selama

proses

belajar

berlangsung,

siswa

diperbolehkan

untuk

menggunakan laptopnya. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengakses hal-hal yang tidak sesuai dengan materi yang sedang diajarkan
oleh gurunya. Selain itu, juga terdapat siswa yang sedang memainkan
handphone mereka ketika proses belajar di dalam kelas sedang berlangsung.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan wakil kepala sekolah

SMK Tritech Informatika, beliau juga mengatakan bahwa kendala yang
mereka hadapi adalah ketika siswa-siswanya diberi kesempatan untuk
mengakses internet dan diberikan kebebasan untuk menggunakan jaringan
internet yang disediakan oleh pihak sekolah. Sehingga ketika proses belajar

18

mengajar berlangsung, para siswa berkesempatan untuk mengakses hal-hal
yang tidak sesuai dengan isi materi yang sedang diajarkan. Berikut kutipan
wawancara yang kemukakan oleh wakil kepala sekolah dan guru SMK Tritech
Informatika Medan,
“ disini, kendala yang kami hadapi adalah kesempatan anak-anak
mengakases internet sepuasnya, yang setiap pagi mereka diberi voucher
Rp. 1000 untuk dipakai sepuasnya selama satu hari, terkadang
kesempatan ini yang digunakan anak-anak ketika di dalam kelas,
mereka membuka yang lain ketika guru sedang mengajar, makanya
sekarang saya dan beberapa anggota saya berpatroli untuk memantau
kegiatan belajar di kelas, jika ada yang ketahuan membuka yang lain,
maka langsung kami tutup laptopnya dan kami sita”. (komunikasi
personal, November 2014)
“kendala yang kami hadapi di dalam kelas, kadang anak-anak ini
suka membuka yang lain selain materi yang sedang kami ajarkan,
karena itu tadi mereka bebas mengakses internet, terkadang mereka
juga mengerjakan tugas dari mata pelajaran lain ketika guru sedang
menerangkan”. (komunikasi personal, Januari 2015)
Seorang guru yang memiliki perspektif mengajar adalah mereka yang
berpengalaman dalam pengaturan sekolah dan memiliki struktur konseptual
untuk memahami siswa di kelas. Guru seperti ini biasanya sudah
berpengalaman dan mampu mengelaborasi secara baik materi pembelajaran.
Mereka tahu cara “membaca” kelas, memahami detail materi pembelajaran,
mampu melihat apa yang terjadi di kelas dan mengetahui apa yang harus
dilakukan mengenai apa yang dilihat (Danim, 2010). Pada penerapaan blended
learning di SMK Tritech Informatika Medan, ada guru yang menggunakan
strategi, yang mana beliau tidak memperbolehkan siswanya membuka laptop
sebelum beliau memerintahkannya. Namun ada juga yang langsung
mengambil laptop siswanya, jika siswanya ketahuan membuka materi yang
lain selain materi yang sedang diajarkan oleh gurunya di dalam kelas.

19

Menurut Undang-undang No 14. Tahun 2005, mengatakan bahwa guru
wajib memiliki kualifikasi akademis, kompetensi (kompetensi pedagogi,
kepribadian, sosial, dan professional), sertifikat akademis, sehat jasmani dna
rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Selain itu, guru haruslah memiliki kemampuan atau keahlian sebagai
seorang pengajar dalam hal menjalankan tugas mereka. Untuk itu seorang
guru dituntut memiliki kemampuan pedagogis yang baik, yang mana guru
bertanggungjawab untuk mempromosikan pentingnya belajar bagi siswa, agar
dapat mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk
kemajuan dibidang pedagogi sendiri (Danim, 2010).
Salah satu kerangka kerja yang dimungkinkan oleh guru dapat
mengembangkan pendekatan mereka sendiri untuk pedagogi menurut Hallam
dan Ireson (dalam Danim, 2010). Pertama, pertimbangan tujuan pendidikan
dan nilai-nilai yang mendukung pengajaran. Kedua, pengetahuan tentang teori
belajar. Ketiga, pengetahuan tentang konsep yang berbeda dari mengajar.
Keempat, pengetahuan tentang model pengajaran dan pembelajaran serta
interaksi dinamis karakteristik siswa, karakteristik lingkungan belajar,
tuntutan tugas, proses pengajaran dan pembelajaran, dan jenis pembelajaran.
Kelima, memahami bagaimana pedagogi dapat dioperasionalkan di dalam
kelas. Keenam, pengetahuan dan keterampilan untuk mengevaluasi praktik,
penelitian, dan teori yang berkaitan dengan pendidikan.
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru di SMK
Tritech Informatika Medan, mereka mengatakan bahwa mereka tidak

20

mengetahui atau tidak pernah mendengar istilah blended learning, padahal
model pembelajaran blended learning ini sendiri sudah mereka jalankan atau
mereka terapkan sejak awal sekolah tersebut didirikan. Berikut ini kutipan
wawancaranya
“apa itu blended learning?. Mata pelajaran saya pake sistem online,
siswa-siswanya nanti ngambil materi yang udah dimasukkan di website
sekolah, kadang nanti mereka saya suruh cari bahan di internet, terus
mereka diskusi perkelompok, nanti baru mereka presentasikan hasil
diskusinya di depan kelas.”(komunikasi personal, Januari 2015)
“apa itu?. Kalau mata pelajaran saya materinya sudah ada di
website sekolah, karena guru-guru wajib memasukkan materi ajarnya ke
wbsite sekolah, jadi anak-anak bisa akses terus mereka bisa baca bahan
dulu sebelum masuk kelas” (komunikasi personal, Januari 2015)
“apa itu blended learning?, saya baru dengar. Mata pelajaran saya
sudah ada di website sekolah, jadi anak-anak tinggal akses materi yang
akan saya bawakan di dalam kelas, kadang mereka mencari informasi
tambahan dari sumber-sumber lain di internet juga” (komunikasi
personal, Januari 2016)
Informasi ini mengisyaratkan bahwa mereka tidak mengetahui model
pengajaran dan pembelajaran yang diterapkan oleh sekolah tempat mereka
mengajar. Hal ini juga berkaitan dengan bagaimana seorang guru
mempersepsikan sesuatu yang berdasarkan dengan pengetahuan dan
pengalaman mereka sebelumnya. Persepsi didefinisikan oleh Atkinson (2000)
sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan
dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun
negatif terhadap suatu benda, manusia, atau kejadian. Lahey (2007)
mendefinisikan persepsi sebagai proses pengorganisasian dan interpretasi
informasi yang kita dapatkan dari luar.
Menurut Itelson (dalam Bell, 2001) persepsi memiliki empat aspek, yaitu
kognitif, afektif, interpretatif dan evaluatif. Aspek kognitif meliputi bagaimana

21

individu berpikir, mengorgansasikan dan menyimpan informasi. Aspek afektif
meliputi perasaan yang mempengaruhi bagaimana individu mempersepsi
sesuatu. Aspek interpretatif meliputi sejaumana individu memaknai sesuatu.
Terkahir aspek evaluatif, meliputi bagaimana individu menilai sesuatu sebagai
aspek yang baik dan buruk.
Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan guru SMK Tritech
Informatika

Medan,

cenderung mendukung

penggunaan

dari

model

pembelajaran blended learning di sekolah mereka, seperti kemudahan yang
mereka rasakan ketika mengajar di dalam kelas, guru melihat bahwa siswasisnya menjadi lebih mandiri, dan dapat memperoleh informasi tambahan
melalui penggunaan jaringan internet, berikut kutipan wawancara
“menurut saya bagus, karena anak-anak tidak hanya mendapatkan
informasi dari guru, mereka dapat mencari informasi-informasi
tambahan diinternet, dan model seperti ini juga tidak membuat anakanak bosan, karena mereka tidak hanya mendapatkan ceramah dari
guru dan anak-anak menjadi aktif mencari informasi diinternet”.
(komunikasi personal, Januari 2015)
“menurut saya cukup bagus, karena anak-anak menjadi lebih
mandiri ya, tidak banyak bergantung dengan yang lain. Istilahnya
membuat anak-anak menjadi lebih aktif”. (komunikasi personal, Januari
2015)
“kalau menurut saya bagus ya, karena ketika di dalam kelas anakanak dapat mencari apa yang saya suruh pada saat itu juga, misalnya
saya suruh cari simufrasi, nah pada saat itu juga mereka bisa langsung
cari apa itu simufrasi”. (komunikasi personal, Januari 2015)
Pengetahuan atau pengalaman sebelumnya merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi bagaimana seseorang dalam mempersepsi sesuatu. Dalam
hal ini adalah pengetahuan atau pengalaman guru-guru yang ada di SMK
Tirtech informatika medan mengenai model pembelajaran blended learning
yang merupakan model pembelajaran yang diterapkan di SMK tersebut.

22

Dari

hasil penelitian yang dilakukan oleh Taiwo (2009) mengenai

persepsi guru terhadap peran media dalam mengajar di dalam kelas,
mengatakan bahwa guru-guru memerlukan pelatihan dalam penggunaan media
teknologi yang akan diterapkan di dalam kelas. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam penggunaan media teknologi di dalam kelas, guruguru masih memerlukan pelatihan dalam penerapan media teknologi di dalam
kelas yang notabennya mereka memiliki latar belakang pendidikan guru.
Sedangkan guru-guru yang ada di SMK Tritech Informatika Medan, sebagian
mereka sudah memiliki kompetensi dalam hal penerapan media teknologi di
dalam kelas, namun memiliki latar belakang pendidikan bukan guru, untuk itu
mereka memerlukan adanya pembinaan dan pengembangan dalam kompetensi
pedagogi. Hal ini sesuai dengan Undang-undang N0.14 Tahun 2005 pasal 32
yang berbunyi pembinaan dan pengembangan guru meliputi pengembangan
profesi dan karier yaitu pengembangan dan pembinaan kompetensi pedagogi,
kopetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi professional.
Berdasarkan pengamatan peneliti, SMK Tritech Informatika Medan adalah
SMK yang menggunakan model pembelajaran blended learning yaitu
gabungan model pembelajaran tatap muka dan e-learning. Hal ini dilihat dari
terpenuhinya keempat komponen blended learning itu sendiri yaitu face to
face, e-learning online, e-learning offline, maupun m-learning. Model
pembelajaran ini sudah diterapkan sejak awal berdirinya SMK Tritech
Informatika Medan, yang mana guru-guru di SMK ini telah memiliki
pengalaman dalam penerapan model pembelajaran blended learning hingga

23

saat ini. Namun, guru-guru yang ada di SMK Tritech ini tidak mengetahui
istilah blended learning yang merupakan model pembelajaran yang diterapkan
di SMK tersebut, dan model pembelajaran blended learning ini juga sudah
mereka

gunakan

walaupun

masih

terdapat

kekurangan

dalam

pelaksanaanyanya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana
gambaran persepsi para guru terhadap model pembelajaran blended learning
yang ada di SMK Tritech Informatika Medan .
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan “bagaimana persepsi guru
terhadap blended learning pada SMK Tritech Informatika Medan?.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran persepsi guru terhadap
blended learning pada SMK Tritech Informatika.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Secara

teoritis

penelitian

ini

diharapkan

dapat

bermanfaat

untuk

pengembangan ilmu psikologi terutama dalam psikologi pendidikan dan juga
untuk memperkaya wawasan ilmu pengetahuan mengenai blended learning.Selain
itu penelitian ini diharapkan menambah kepustakaan dalam bidang psikologi
pendidikan dan hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan untuk penelitian
selanjutnya.

24

2. Manfaat praktis
a) Pada pihak sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada
pihak sekolah mengenai bagaimana persepsi guru terhadap blended
learning pada SMK Tritech Informatika. Selain itu juga hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dalam
penerapan model pembelajaran blended learning di SMK Tritech
Informatika Medan. Sehingga dapat dilakukan adanya peningkatan
kualitas dalam penerapan model pembelajaran blended learning itu
sendiri.
b) Pada Guru
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada
para guru/staf pangajar mengenai persepsi mereka dan untuk lebih
meningkatkan pengetahuan mengenai model pembelajaran blended
learning dan mengoptimalkan proses belajar mengajar di dalam
kelas yang sesuai dengan pedagogis.
b) Pada penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
masukan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang ingin meneliti
mengenai blended learning.

25

E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah:
BAB I

: PENDAHULUAN
Pada bab ini, berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.

BAB II

: LANDASAN TEORI
Pada bab ini, berisi penguraian teori-teori yang berkaitan
dengan tujuan penelitian seperti teori persepsidan teori
belended learning.

BAB III

: METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang penggunaan pendekatan kuantitatif,
identifikasi variabel penelitian, definisi operasional,
populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan
sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisa data,
dan validas dan reliabilitas alat ukur.

BAB IV

: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil penelitian baik gambaran umum
maupun hasil utama dari penelitian. Pada Bab ini juga
terdapat pembahasan mengenai hasil penelitian yang
sudah didapatkan.

26

BAB V

: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil dari
penelitian, juga saran yang diberikan untuk penelitian
selanjutnya.

Dokumen yang terkait

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52