KTI bahasa indonesia lonjak konsep. doc

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, sebagai makhluk sosial ia tak dapat hidup
sendiri, karena itu ia selalu berhubungan dan berkomunikasi dengan orang
lain, baik lisan maupun tertulis.
Dalam pemakaian bahasa lisan, seseorang relatif tidak mengalami
kesulitan, karena bahasa lisan dapat dibantu dengan gerak-gerik, gaya, mimik
dan sebagainya. Berbeda dengan bahasa tulis, dalam pemakaian bahasa tulis,
seseorang hanya terbatas dengan menggunakan kata-kata, tidak dibantu
dengan gaya dan mimik.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai banyak kekeliruan dalam
menggunakan bahasa tulis, terutama bahasa tulis yang tertuang dalam bentuk
surat, sebab pada zaman sekarang ini surat dapat memiliki peranan penting
dalam komunikasi. Surat dipergunakan sebagai alat komunikasi, dapat
berfungsi sebagai penyebar informasi, pemberi kabar, maupun sebagai media
tertulis. Dalam lingkup kampus, penggunaan surat memiliki perhatian yang
lebih tinggi.
Banyaknya Organisasi di kalangan IAIN Sunan Ampel Khususnya di

fakultas Syariah membuat daya saing kualitas positif yang sangat besar.
Organisasi merupakan sarana penyebar informasi intern. Penggunaan bahasa
surat yang diterbitkan oleh organisasi HIMA PRODI Ekonomi Syariah IAIN
Sunan Ampel Surabaya menarik perhatian peneliti untuk mengkajinya lebih
mendalam.
1.2. Rumusan Masalah

2

Sehubungan dengan itu, masalah pokok yang hendak dijawab dalam
penelitian yang berkaitan dengan latar belakang diatas, antara lain:
1. Bagaimanakah penggunaan bahasa baku pada surat resmi di Organisasi
HIMAPRODI Ekonomi Syariah IAIN Sunan Ampel ?
2. Bagaimanakah Standar Penulisan Surat Resmi di Organisasi HIMAPRODI
Ekonomi Syariah IAIN Sunan Ampel ?
1.3. Tujuan Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui penggunaan Bahasa Baku pada Surat Resmi di Organisasi
HIMAPRODI Ekonomi Syariah IAIN Sunan Ampel.
2. Mengetahui Standar Penulisan Surat Resmi di Organisasi HIMAPRODI

Ekonomi Syariah IAIN Sunan Ampel.
1.4. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini diantaranya adalah:
1. Bagi Penulis
Dapat Meningkatkan kemampuan penulisan dalam membuat karya
tulis, serta menambah wawasan tentang standar penulisan surat resmi dan
efsiensi dalam pembuatan surat resmi.
2. Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan serta dapat menjadikan karya tulis ini
sebagai bahan penelitian yang lebih komprehensif demi mengembangkan
Tekhnik-tekhnik penulisan surat resmi yang efisien dan efektif sehingga
dapat menjadi rujukan peneliti selanjutnya.

3

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Bahasa Baku
2.1.1. Pengertian Bahasa Baku
Bahasa baku dapat dipahami sebagai salah satu ragam bahasa yang telah

ditetapkan penggunaannya dan dijadikan tolak ukur sebagai bahasa yang baik
dan benar dalam komunikasi yang bersifat resmi, baik lisan maupun tulisan.
Dengan kata lain ragam bahasa baku dapat dikatakan sebagai bahasa yang
digunakan dalam situasi formal atau resmi. Secara tertulis misalnya, dalam

4

surat menyurat dinas, lamaran pekerjaan, karangan ilmiah, buku pelajaran,
undang-undang, peraturan-peraturan, dan sebagainya. Secara lisan misalnya,
sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, rapat-rapat dinas, pidato
kenegaraan, khotbah, penerangan, dan sebagainya.
Menurut Halim (dalam Cahyono, 1995: 251) bahwa bahasa baku adalah
ragam bahasa yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat
pemakainya sebagai ragam resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa
dan penggunaannya. Sedangkan ragam yang tidak baku adalah ragam yang
tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma
bahasa baku.
2.1.2. Fungsi Bahasa Baku
1. Fungsi Pemersatu
2. Fungsi Pemberi Kekhasan

3. Fungsi Pembawa Kewibawaan
4. Fungsi Sebagai Kerangka Acuan

2.1.3. Contoh Bahasa Baku
1. Menggunakan awalan me- atau ber- pada kata kerja yang menjadi
predikat didalam kalimat. Misalnya :
Bahasa Tidak Baku

Bahasa Baku

Serang

: Menyerang

5

Jalan

: Berjalan


Tinjau

: Meninjau

Sudah dibaca oleh saya

: Sudah saya baca

Nggak

: Tidak

2. Selalu menggunakan fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek, dan
sebagainya). Misalnya :
Bahasa Tidak Baku
Bahasa Baku
Ghofar akan ke Australia
Ghofar akan berangkat ke Australia
Adikku ini dari Mesir
Adikku ini datang dari Mesir

3. Selalu menggunakan kata penghubung bahwa atau karena didalam
kalimat majemuk. Misalnya :
Bahasa Tidak Baku
Bahasa Baku
Ia tahu anaknya tidak lulus
Ia tahu bahwa anaknya tidak lulus
Ani tidak sekolah hari hujan
Ani tidak sekolah karena hari hujan
4. Selalu dalam bentuk sintesis, misalnya :
Bahasa Tidak Baku
Bahasa Baku
Dia punya harga
Harganya
Bikin bersih
Membersihkan
Dia orang
Mereka
Kasih tau
Memberitahukan
5. Tidak menggunakan unsur-unsur leksikal dan gramatikal dari dialek

regional, atau bahasa-bahasa daerah yang belum dianggap unsur bahasa
indonesia. Misalnya :
Bahasa Tidak Baku
Gue

Bahasa Baku
Aku

Situ

Anda, Saudara

Gini

Begini

Gimana

Bagaimana


Sama (dia)

Dengan (dia)

6

Bilang
Mengatakan
Kasih
Memberi
Coba
Harap
Di malam itu
Pada malam itu
Tapi
Tetapi
Nggak
Tidak
6. Dalam bahasa tulis selalu menggunakan ejaan resmi seperti yang diatur
dalam pedoman Ejaan Yang Disempurnakan, baik dalam penulisan kata,

penulisan gabungan kata, maupun penulisan kalimat. Misalnya :
Bahasa Tidak Baku
Bahasa Baku
Administratip
Administratif
Akhli
Ahli
Anarkhi
Anarki
Anggauta
Anggota
Anjlog
Anjlok
Apotik, apothek
Apotek
Antar-kota, antar kota
Antarkota
Bapa’
bapak
Berl-lari2

berlari-lari
Ketemu
bertemu
Detil
detail
Do’a
Doa
Ghaib, ghoib
Gaib
Hadlir
Hadir
Para hadirin
Hadirin
Hadits, hadist
Hadis
Horison
Horizon
Khewan
Hewan
Ijasah, izazah

Ijazah
Idzin, ijin
Izin
Insyaf
Insaf
Khusuk
Khusyuk
Kwalitas
Kualitas
Kwatintas
Kuantitas
Komplek
Kompleks
Lafat, lafaz, lapadz, lapal
lafal
Almari
lemari
Mas’alah
Masalah
Ma’af, maap
maaf
Kenapa
mengapa
Mengesampingkan
Menyampingkan
Metoda
Metode
Musykil
Muskil
Obyek
Objek
Faham
Paham
Panitiya
Panitia

7

Prilaku
Perilaku
Fihak
Pihak
Fikir
Pikir
Theather
Teater
Wal’afiat
Walafiat
Jaman
Zaman
Sistim
Sistem
Suka dengan
Suka akan
Sukur
Syukur
Sub-judul, sub judul
Subjudul
Tatabahasa
Tata bahasa
Tapi
Tetapi
Thema
Tema
Meng-indonesiakan
Mengindonesiakan
7. Dalam bahasa lisan selalu menggunakan lafal baku. Sesungguhnya lafal
baku Indonesia belum pernah ditetapkan. Namun, ada konsesus di
kalangan para pakar bahwa lafal baku bahasa Indonesia adalah lafal yang
bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafal bahasa daerah.
Misalnya:
Lafal Bahasa Tidak Baku
[Atep]
[Gajih]
[Kalo?], [Kalo]
[Subo], [Subueh]
[Mangkin]
[Aken]
[Siyapah], [Siape]
[Saptu]

Lafal Bahasa Baku
[Atap]
[Gaji]
[Kalaw]
[Subuh]
[Makin]
[Akan]
[Siyapa]
[Sabtu]

2.1.4 Kaidah Ejaan dalam Aspek Penulisan Tanda Baca
Ejaan merupakan keseluruhan peraturan sistem penulisan bunyi-bunyi
bahasa. Sedangkan penulisan tanda baca menurut Gorys Keraf (1997:1-30)
membagi tanda baca ke dalam beberapa macam, yaitu, tanda baca titik, koma,
titik dua, tanda utip, tanda tanya, tanda seru, tanda hubung, tanda pisah, tanda
elipsis(titik-titik), tanda kurung, tanda kurung siku, tanda garis dan garis
miring.
(1) Tanda Baca Titik (.)

8

Titik atau perhentian akhir biasanya dilambangkan dengan (.). Tanda baca ini
umumnya dipakai pada :
a. Akhir kalimat yang bukan pertanyaan. Misalnya :
Bapak sudah pergi ke kantor.
Tidak ada yang perlu ditakuti.
b. Singkatan nama orang, gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan. Misalnya :
A.S. Sumbawa adalah nama cerpenis asal Lamongan.
Dr. Saiful Munir adalah suami Ny. Faizah.
Kol. Suparmin memimpin rapat.
c. Singkatan kata atau ungkapan kata yang sudah umum. Pada singkatan
yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu titik.
Misalnya :
a.n.
(atas nama)
dkk. (dan kawan-kawan)
dst.

(dan seterusnya)

pjs.
(pemegang jabatan sementara)
Tgl. (tanggal)
d. Di belakang angka atau huruf dalam satu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya :
Kata Asal
Kata Jadian
1. Kata Ulang
2. Kata Berimbuhan
2.1. Awalan (presifiks)
2.2. Sisipan (infiks)
3. Kata Majemuk
e. Untuk memisahkan angka, jam, menit, detik yang menyatakan waktu.
Misalnya :
Pukul 6.35.50 (pukul enam lewat 35 menit 50 detik)
f. Untuk memisahkan angka, jam, menit, yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya :
2.40.23 (2 jam, 40 menit, 23 detik)
g. Diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda
tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya :
Khoiruddin, Alang. 2007

9

2.2 Teori Penulisan Surat
Surat adalah salah satu alat komunikasi tertulis berasal dari salah
satu pihak yang ditujukan kepada pihak lain untuk menyampaikan pesan
atau warta (Marjo, 1994:15), sedangkan menurut Ahmad Muliadi (1983 :
9), surat adalah sarana komunikasi tertulis atau alat untuk mengadakan
hubungan dengan orang lain yang menggunakan kertas dan tulisan sebagai
medianya. Menurut Bratawidjaja (1995:5) menyebutkan surat sebagai
salah satu sarana untuk menyampaikan informasi tertulis dari satu pihak ke
pihak yang lain. Informasi itu bisa berupa pemberitahuan, pernyataan,
pertanyaan, permintaan, laporan pemikiran, sanggahan, dan sebagainya.

2.2.1 Jenis Surat
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat mengenalberbagai
macam jenis surat. Secara garis besar, Bratawidjaja (1995:6-7)
menyebutkan surat sebagai berikut :
a. Menurut isi dan asalnya :
Surat Resmi atau dinas pemerintah, Surat Niaga, Surat Pribadi.
b. Menurut maksud dan tujuannya :
Surat Pemberitahuan, Surat Keputusan, Surat Perintah, Surat
Permintaan, Surat Peringatan, Surat Panggilan, Surat Penawaran, Surat

10

Perjanjian, Surat Pesanan, Surat Laporan, Surat Pengantar, Surat
Lamaran Kerja.
c. Menurut wujudnya :
Kartu Pos, Warkat Pos, Surat Bersampul, Telegram, Teleks, Faksimili.
d. Menurut sasaranya :
Surat Biasa, Surat Edaran, Surat Pengumuman.
e. Menurut jaminan dan keamanan isinya :
Surat Sangat Rahasia, Surat Rahasia, Surat Konfidesil(terbatas), Surat
Biasa.
f. Menurut urgensinya :
Biasa, Penting, Sangat Rahasia.
g. Menurut cara penyampainnya :
Biasa, Kilat, Kilat Khusus.

2.2.2 Bentuk Tubuh Surat
Menurut Y.S. Marjo (1994:49) menyebut istilah “bentuk tubuh
surat” ialah Masing-masing bagian surat mempunyai posisis tertentu
sesuai dengan fungsi dan perananya maksudnya ialah pola atau tata letak
(lay out) susunan kalimat-kalimat dengan segala materi yang terdapat pada
keseluruhan bagian-bagiannya yang lengkap. Pada dasarnya bentuk tubuh

11

surat itu ada dua macam (Bratawidjaja, 1995:7), yaitu bentuk lurus atau
bentuk balok dan bentuk lekuk atau bentuk gerigi. Sedangkan bentuk yang
lain merupakan bentuk varian atau perkembangan dari kedua bentuk
tersebut. Bentuk tubuh surat tersebut antara lain : bentuk lurus penuh,
bentuk lurus, bentuk setengah lurus, bentuk sederhana, bentuk persegi,
bentuk alinea gantung, bentuk lekuk, bentuk resmi dinas pemerintah
(Marjo, 1994:49-51).

2.2.3 Ciri-ciri surat yang baik
Menurut Marjo (1994:23-24) menjelaskan bahwa surat yang baik
itu harus objektif, sistematis susunannya, singkat dan tidak bertele-tele,
jelas maksud dan asalnya, lengkap isinya, sopan bahasanya, dan menarik
wujud fisiknya. Wujud surat dapat dilihat dari mutu kertas, bentuk surat,
ketikan dan sebagainya. Dalam tulisan ini wujud fisik surat dibatasi pada
kualitas kertas, bentuk lipatan, kerapian, dan kebersihan tulisan.

2.2.4 Bagian Surat dan Fungsinya
1. Bagian Surat
Penempatan bagian-bagian surat tersebut bergantung pada bentuk
tubuh surat yang dipakai. Apabila seseorang yang memakai bentuk tubuh
(bentuk lurus), maka letak atau bagian-bagiannya akan berbeda dengan
orang yang memakai bentuk tubuh (bentuk lekuk).

12

Menurut (Brawidjaja, 1995:17) Pada dasarnya, surat resmi dan surat bisnis
bagian-bagiannya adalah sebagai berikut :
b. Kepala surat,
c. Nomor surat,
d. Tanggal, bulan, dan tahun surat,
e. Lampiran,
f. Hal atau perihal,
g. Alamat,
h. Salam pembuka,
i. Isi surat,
j. Salam penutup,
k. Nama organisasi,
l. Nama terang dan tanda tangan penanggung jawab surat,
m. Tembusan,
2. Fungsi Bagian Surat
Secara

garis

besar,

Thomas

Wiyasa

Bratawidjaja

(1995)

menjelaskan tentang fungsi bagian surat. Begitu pula Y.S.Marjo (1994)
dan Caca Sudarsa dkk. (1999) juga menyinggung tentang fungsi bagian
surat. Penjelasannya sebagai berikut :

13

2.1. Kepala Surat
Setiap surat resmi biasanya mencantumkan kepala surat. Kepala
surat ini gunanya sebagai identitas diri lembaga atau instansi yang
mengirim surat. Di dalam kepala surat terdapat nama dan alamat instansi
atau lembaga tersebut.
Contoh :
DEPARTEMEN AGAMA
JALAN LAPANGAN BANTENG 3-4 JAKARTA PUSAT
KONTAK POS 46 KODE POS 12590

2.2. Nomor Surat
Setiap surat resmi yang keluar biasanya diberi nomor surat. Pada
nomor surat sering menggunakan nomor dan kode tertentu. Nomor
surat berguna untuk : memudahkan pengaturan dan penyimpanan
arsip, alat pengukur kegiatan, memudahkan mencari surat itu,
mengetahui jumlah surat keluar masuk pada periode, sebagai
refrensi bila diperlukan.
Contoh :

14

Nomor : 085/DP-PJ/VI/08
Penjelasan :

085 = Nomer surat : 085
DP = Direktur Pemasaran yang menandatangani
PJ = Singkatan nama PT Purnama Jaya
VI = Bulan surat dibuat : bulan mei
08 = Tahun surat dibuat : 2008

2.3. Tanggal Surat
Dalam surat resmi, penulisan tanggal surat tidak perlu
didahului nama tempat/ kota karena nama itu telah tercantum
pada kepala surat, sedangkan pada surat pribadi perlu
dicantumkan nama kota atau tempat surat itu ditulis. Tanggal,
bulan, dan tahun harus ditulis lengkap dan dibelakang angka
tahun diberi titik. Misalnya :
24 Maret 2008
Surabaya, 24 Maret 2008.
Fungsinya : refrensi, alat pemberi informasi tentang waktu kapan
surat itu dibuat.

2.4. Lampiran

15

Surat yang melampirkan sesuatu, misalnya proposal,
kuitansi, akte notaris, brosur dan sebagainya, dalam bagian
surat perlu dituliskan kata “lampiran” yang diikuti jumlah
yang dilampirkan. Contoh :
Lampiran : 2(dua) bendel proposal
Lampiran berfungsi sebagai petunjuk tentang dokumen
yang harus disertakan bersama surat yang bersangkutan.

2.5. Hal atau Perihal Surat
Setiap surat resmi, baik dinas pemerintah maupun surat
swasta (bisnis), selalu dicantumkan pokok atau inti surat tersebut
yang lazim disebut “Hal atau Perihal”. Dengan membaca hal atau
perihal yang ada dalam surat, pembaca akan langsung mengetahui
apa yang dibicarakan dalam surat tersebut, sedangkan penulisannya
lebih baik singkat asal cukup bagi pembaca mengetahui persoalan
pokok meskipun belum membaca lengkap seluruh isi surat.
Contoh:
Nomor

: 132/A/UKKI/XI/99

Lampiran

: 1 (satu) bendel proposal

Hal

: Permohonan Dana

16

2.6. Alamat Surat
Pada umumnya alamat surat ada dua macam, yakni alamat
yang tertera pada sampul dan alamat yang tercantum pada surat itu
sendiri. Dalam menuliskan alamat surat, sebaiknya disebut nama
orang yang dituju dan di depan nama dicantumkan sebutan “
Saudara, Bapak, Ibu, Nyonya, Tuan, Nona”, tergantung kepada
siapa surat itu dikirim. Namun, apabila pengirim surat menyebut
secara resmi dengan jabatan atau gelar akademis, maka ditulis
tanpa didahului sebutan Bapak, Nyonya, Saudara, dan sebagainya.
Contoh :
Alamat yang ditujukan kepada perorangan
Contoh : Yth. Bapak Haris Supratno
Jln. Kenanga 102A
Jakarta 10410
Alamat yang ditujukan kepada nama jabatan
Contoh : Yth. Direktur PT SINDU UTAMA
Jln. Raya Sawunggaling 614
Madiun.
Fungsinya : Petunjuk kemana surat harus dikirim, petunjuk petugas
filing, Adsminitrasi, petunjuk alamat luar pada amplop.

17

2.7. Salam Pembuka
Dalam kehidupan sehari-hari, jika seseorang bertemu
dengan orang lain lazimnya memberi salam terlebih dahulu, lebihlebih terhadap orang yang belum dikenalnya. Pemberian salam itu
sebagai tanda hormat terhadap orang tersebut. Demikian pula
halnya dengan “salam pembuka”. Salam pembuka dalam surat
merupakan tanda hormat kepada penerima surat sebelum memulai
pembicaraan.
Contoh : Dengan hormat, Salam Hormat, Assalamualaikum
Wr. Wb., Salam Sejahtera.

2.8. Tubuh Surat atau Isi Surat
Isi surat disebut juga tubuh surat yang terdiri atas alinea pembuka,
isi surat yang sesungguhnya, dan alinea penutup.
a. Alinea pembuka
Alinea pembuka merupakan pengantar ke isi surat yang
sesungguhnya. Alinea pembuka berfungsi untuk menarik
pembaca kepada pokok pembicaraan dalam surat tersebut.
Contohnya : Dengan ini kami memberitahukan bahwa .............
Bersama ini kami lampirkan..................................

18

b. Isi surat sesungguhnya
Isi

surat

yang

sesungguhnya

memuat

suatu

yang

disampaikan penulis kepada penerima surat. Sesuatu itu dapat
berupa laporan, pemberitahuan, pernyataan, dan lain-lain.
Dalam hal ini, Isi surat hendaknya ditulis secara singkat dan
jelas. Hal ini untuk menghindarkan salah tafsir dan efisiensi.
Ungkapan-ungkapanya harus tepat dan hormat. Untuk itu,
penulis surat perlu menghindari pemakaian kata-kata atau
istilah-istilah yang belum lazim dan belum dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengakibatkan tujuan dan sasaran
surat tidak tercapai. Rumusan surat harus disusun sebaik
mungkin dan tidak membosankan, akan tetapi tetap hormat dan
sopan.
c. Alinea penutup
Alinea penutup merupakan simpulan dari isi surat. Alinea
ini berfungsi sebagai kunci atau penegas isi surat. Selain itu,
alinea penutup biasanya mengandung harapan penulis atau
ucapan terima kasih kepada penerima surat. Adanya alinea
penutup menandakan pembicaraan telah selesai.
Contohnya :
Atas perhatian saudara, kami ucapkan terima kasih.
2.9. Salam Penutup

19

Salam penutup terdapat diantara alinea penutup dan tanda
tangan. Salam penutup berfungsi untuk menunjukkan rasa hormat
dan keakraban pengirim terhadap penerima surat.
Contoh : Hormat kami, Salam kami, Wassalam, Salam takzim,
2.10. Tanda Tangan, Nama Jelas, dan Jabatan
Surat resmi dianggap sah jika telah ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang untuk itu, yaitu pemegang pimpinan suatu
instansi, lembaga, atau organisasi. Nama jelas penanda tangan
dicantumkan dibawah tanda tangan dengan huruf awal setiap kata
ditulis dengan huruf kapital, tanpa diberi kurung, dan tanpa diberi
tanda apa pun. Di bawah nama penanda tangan dicantumkan nama
jabatan sebagai identitas penanda tangan tersebut.
Contoh :

Hormat kami,
ttd
Ir. Purbaya
Kepala

2.11. Tembusan
Kata tembusan diletakkan di sebelah kiri pada bagian
bawah surat, lurus dengan kata nomor, lampiran, dan hal. Kata
tembusan diikuti tanda titik dua dan tanpa digarisbawahi. Jika
pihak yang diberi tembusan lebih dari satu, nama-nama instansi itu

20

diberi bernomor urut. Dalam tembusan tidak perlu digunakan kata
Yth., sebagai laporan, sebagai undangan, dan sebagainya kata arsip
tidak perlu dicantumkan, sebab surat dinas sudah pasti mempunyai
arsip.
Contoh :
1. Direktur Sarana Perhubungan
2. Kepala Bagian Tata Usaha
3. Sdr. Lusia Patria
2.12. Inisial
Inisial atau bentuk sandi surat, yaitu kode pengenal yang
berupa singkatan nama pengonsep dan pengetikan surat, sehingga
bila terjadi kesalahan dalam surat tersebut, pengonsep dan pengetik
surat dapat dihubungi dengan mudah. Letaknya dibagian bawah
sebelah kiri.
Contoh :
AS/AN
AS singkatan nama pengonsep surat : Amin Suudi
AN singkatan nama pengetik surat : Alim Noor
2.3. Organisasi HIMAPRODI
2.4. Surat Resmi

21

BAB III
METODE PENULISAN
3.1. Metode Pengumpulan Data
Karya tulis ini menggunakan metode pengumpulan data dengan studi
literatur, yaitu memperoleh informasi dan data kualitatif dengan memperkaya
bacaan dari berbagai literatur seperti buku, internet, jurnal penelitian,
makalah, bahan ajar kuliah, artikel-artikel ilmiah dan sebagainya, yang dapat
mendukung atau menjawab masalah yang telah dirumuskan.
3.2. Metode Analisis Data
Berdasarkan karakteristiknya, penelitian ini menggunakan pendekatan
analisis deskriptif. Penelitian deskriptif mempunyai sifat-sifat tertentu, yaitu
bahwa penelitian itu: 1) memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah
yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual, 2) data
yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis,
pelaksanaan penelitian-penelitian deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada
pengumpulan dan penyusunan data, namun data yang diperoleh kemudian
dipaparkan, dan penulis melakukan interpretasi data untuk mendapatkan
pemahaman yang memadai (Surakhmad, 1994) dalam (Wijaya, 2003).

22

BAB IV
ANALISIS DATA

1. Mengetahui penggunaan Bahasa Baku pada Surat Resmi di Organisasi
HIMAPRODI Ekonomi Syariah IAIN Sunan Ampel.
Berdasarkan pembahasaan pada bahasa baku dapat dipahami sebagai salah
satu ragam bahasa yang telah ditetapkan penggunaannya dan dijadikan tolak ukur
sebagai bahasa yang baik dan benar dalam komunikasi yang bersifat resmi, baik
lisan maupun tulisan.

2. Mengetahui Standar Penulisan Surat Resmi di Organisasi HIMAPRODI
Ekonomi Syariah IAIN Sunan Ampel.

23

24

25

BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat dibuat
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemiskinan banyak terjadi di daerah pedesaan. Hal tersebut diakibatkan
karena belum maksimalnya distribusi pendapatan yang dilakukan oleh
pemerintah terhadap masyarakat.
2. Salah satu instrumen ekonomi yang dapat meminimalisir ekonomi adalah
zakat. Zakat mempunyai potensi yang besar untuk membantu pemerintah
mengentaskan kemiskinan yang ada di Indonesia. Kemiskinan yang perlu

26

ditekan adalah di daerah desa, karena hampir 60 persen kemiskinan
terjadi di desa.
3. Lembaga pengelolaan zakat yang ada di Indonesia masih belum berjalan
dengan sempurna, hal tersebut disebabkan beberapa faktor. Faktor
utamanya adalah kurang percayanya masyarakat untuk membayar zakat
kepada lembaga tersebut.
4. Lembaga Bina Zakat Mandiri Desa (BAZMADA) adalah salah satu
lembaga yang menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat untuk
membayar zakat yang mereka miliki. Lembaga ini dibentuk dengan
menyatukan pihak ta’mir masjid dan pemerintah desa, serta orang yang
mempunyai kompetensi dalam bidangnya untuk mengelola zakat yang
ada di desa. Lembaga ini juga sebagai media sosialisasi pentingnya
membayar zakat bagi masyarakat yang sudah mampu membayarnya.

5.2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan melalui karya tulis ini adalah:
1. Perlu adanya upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh
pemerintah terhadap masyarakat miskin yang ada di Negara Indonesia,
terutama di desa melaui sektor zakat.
2. Perlu adanya lembaga pengelolaan zakat yang dapat menarik masyarakat
untuk membayar zakat di lembaga tersebut. Sehingga pengelolaan zakat
bisa terdistribusi secara maksimal kepada mustahiq. Lembaga tersebut

27

berupa lembaga Bina Zakat mandiri Desa (BAZMADA) yang
menyatukan antara pihak ta’mir masjid pemerintah desa serta masyarakat
yang mempunyai kompetensi dalam bidangnya untuk mengelola zakat di
desa. Sehingga lembaga tersebut dapat menjadi mitra kerja bagi
pemerintahan desa untuk membangun desa dalam beberapa bidang kerja.
Seperti bidang pendidikan, ekonomi dan kesehatan yang pada akhirnya
kemiskinan yang ada di Indonesia bisa diminimalisir dan kesejahteraan
masyarakat bisa tercapai.
3. Diperlukan dukungan dan perhatian dari berbagai pihak baik pemerintah
maupun masyarakat dalam rangka peningkatan pengelolaan zakat demi
tercapainya kesejahteraan masyarakat.

28

DAFTAR PUSTKA

Almahera, Lilis. 2010. Analisis Kondisi Ekonomi Indonesia Tahun 1945-2010.
(www.bebyhaney.blogspot.com, diakses Mei 2011).

Badan

Pusat

Statistik

No.

12/02/Th.

XIII,

10

Februari

2010.

(http://www.bps.go.id, diakses Mei 2011).
Beik,

Irfan Syauqi dan Raditya Sukmana. 2009.

Mengakselerasi

Pertumbuhan Zakat. (www.muchroji.multiply.com, diakses Mei 2011).
Gamal, Merza. 2008. Memahami Zakat Sebagai Sarana Distribusi Kesejahteraan
PKPU . (http://hariaeconomy.blogspot.com, diakses Mei 2011)
Hardianto, Dicky. Analisis kebijakan BAZIS DKI Jakarta untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat membayar zakat. (www.lontar.ui.ac.id, diakses
Mei 2011).

29

Hasani Ahmad Said. 2010. Peran Strategis Zakat dalam Pengentasan
Kemiskinan. (www.hasanibanten.blogspot.com, diakses Mei 2011)
Hidayat, Ach. Syaful. 2010. Analisis Tata Kelola dan Distribusi Zakat Pada
Lembaga Zakat, Infaq dan Shadaqoh (LAGZIZ) di Malang. (www.researchreport.umm.ac.id, diakses Mei 2011)
Hertina. Pemberdayaan Eknomi Masyarakat Melalui Zakat (Studi Tentang Upaya
BAZDA

Kebupaten

Kampar

dalam

Menghimpun

dan

Mengelola).

(www.uinsuska.info, diakses Mei 2011).

Mulana, Ilham. 2007. Pemberdayaan Mayarakat Desa Melalui Penyadaran alokasi
Dana Desa (ADD). (www.formala.multyply.com, diakses Mei 2011).

Prasetyo, Djoko dan Dofa Purnomo .2010. BBM Bersubsidi dan Masyarakat
Terpencil. (www.mediaindonesia.com, diakses Mei 2011).

Qardawi, Yusuf. 1999. Hukum Zakat. Bandung: Mizan.

Rahayu,

MG

Ana

Budi.

2011.

Pemberdayaan

Masyarakat

Desa.

(www.ebookbrowse.com, diakses Mei 2011).
Waidl, Abdul. 2011. Islam dan Upaya Mendorong Pro Poor Budget.
(www.nujombang.org, diakses Mei 2011).
Yustik, Ahmad Erani dan Jati Adrianto. 2008. .Zakat, Keadilan, dan
Keseimbangan Sosial. (www.isjd.pdii.lipi.go.id, diakses Mei 2011).

30

__________. 2009. Jadikan Desa sebagai Ujung Tombak Kemakmuran.
(www.bataviase.co.id, diakses Mei 2011).

__________. 2011. 98, 5 Persen Potensi Zakat Belum Tergali. (www.krjogja.com,
diakses Mei 2011).

___________. Pemerintah Daerah dan Organisasi Perangkat Daerah. Bandung:
Fokusindo Mandiri.

___________.

Mengenal

Lebih

Dekat

(www.data.tp.ac.id, diakses Mei 2011

Rumah

Zakat

Indonesia.