Aliran Atau Gaya Dalam Seni Rupa
Aliran Atau Gaya Dalam Seni Rupa
Aliran atau gaya dalam seni rupa dibedakan berdasarkan prinsip pembuatannya.
Kemunculan suatu gaya atau kreativitas dalam rangka mendapatkan keunikan
bisa relatif bersamaan atau meneruskan gaya sebelumnya secara selaras atau
bertentangan. Seorang seniman seni rupa dalam proses perkembangannya
bisa saja berkreasi lebih dari satu gaya.
Aliran atau gaya dalam seni rupa yaitu:
Realisme (1800-an)
Aliran ini memandang dunia sebagai sesuatu yang nyata. Lukisan adalah sejarah
bagi zamannya. Pelukis/pembuat karya seni bekerja berdasarkan kemampuan
teknis dan realitas yang diserap oleh indera penglihatannya. Fantasi dan
imajinasi harus dihindari.
Namun, pada perkembangannya terjadi dua kecenderungan. Ada yang memilih
objek yang bagus/enak dilihat, ada pula yang memilih objek yang jelek/tidak
enak dilihat (kumuh, mengerikan). Dari aliran ini berkembang aliran:
Realisme Cahaya: Impresionisme.
Realisme Baru/Sosial: Menggunakan objek dampak industri di perkotaan.
Realisme Fotografis: Dikaitkan dengan keberadaan dan kekuatan untuk menyamai
hasil fotografi yang sangat detail dalam menangkap objek.
Tokohnya: Annibale Carracci, Gustave Courbert, Theodore Chasseriau,
Thomas Couture.
Thomas Couture "A Realist"
Annibale Carracci "Butchers Shop"
Gustave Courbet "The Wrestlers"
Theodore Chasseriau "Me Contracter"
Naturalisme
Aliran ini dianggap bagian dari realisme yang memilih objek yang indah dan
membuai saja, secara visual seperti objek aslinya (fotografis).
Dalam perkembangannya cenderung memperindah objek secara berlebihan.
Tokoh: Rembrandt, George Cole, John Constable, Luis Alvarez Catala,
William Callow, Paul Alfred Curzon.
Rembrandt "The Anatomy Lesson of Dr. Tulp"
Paul Alfred Curzon "The Afternoon Pasttime"
Luis Alvarez Catala "Woman Before A Mirror"
George Cole "Harvest Field"
Romantisme (1818)
Aliran ini mengembalikan seni pada emosi yang lebih bersifat imajiner. Awalnya
melukiskan kisah atau kejadian yang dramatis ataupun aktualitas piktorialnya
selalu melebihi kenyataan. Warna lebih meriah, gerakan lebih lincah, emosi lebih
tegas.
Tokohnya: Theodore Gericault, Eugene Delacroix
Eugene Delacroix "Liberty Leading the People"
Theodore Gericault "Raft of Medusa"
Yong Cao "Santa Monica"
Impresionisme/Realisme Cahaya/Light Painting (1874)
Aliran yang menggunakan konsep melukiskan berdasarkan usaha merekam efek
atau kesan cahaya yang jatuh/memantul pada suatu objek/benda, sehingga
menghindari garis atau kejelasan kontur. Cahaya yang dimaksud terutama
berasal dari matahari yang memiliki banyak spektrum warna. Cara melukisnya
harus cepat karena cahaya matahari yang terus bergerak/berubah dan
dipengaruhi oleh cahaya. Hal ini bisa membuat lukisan hanya selintas/tidak
detail.
Tokohnya: Claude Monet, Aguste Renoir, Camille Pissarro, Paul Cezane.
Selanjutnya aliran ini berkembang menjadi Post Impresionis. Ini bukan aliran,
melainkan kelompok untuk menamai karya-karya pelukis yang mengembangkan
perenungan problem cahaya dengan lebih mendalam, sehingga mencari jalan
sendiri-sendiri.
Mereka menggabungkan keindahan alam dengan keindahan seni. Untuk itu
harus mengubah dulu unsur-unsurnya menjadi sesuatu yang lebih mengena.
Misalnya Henri Rosseaumengupayakan efek cahaya dengan stilasi. Paul
Signac atau George Seurat dengan kesabarannya membuat titik-titik warna
yang bervariasi dan berdekatan sehingga menimbulkan efek/kesan warna yang
baru (Pointilisme). Vincent van Gogh mengembangkan teknik ini secara
ekspresif dengan menggunakan teknik variasi garis-garis pendek berwarna.
George Seurat "Sunday Afternoon on the Island of La Grande Jatte"
Clark "Town Dock Alexandria Bay"
Vincent van Gogh "Prisoners Exercing"
Henri Rousseau "The Snake"
Paul Cezane "View of Auvers"
Claude Monet "Red Water Lilies"
Ekspresionisme
(1900-an)
Aliran ini berusaha mengekspresikan aktualitas bukan hanya berdasarkan indera
penglihatan, tetapi juga dengan pengalaman batin. Luapan perasaan berupa
kesedihan atau tekanan batin lainnya yang mengalir deras menyebabkan
kebebasan teknik dalam melukiskannya, sehingga cenderung terjadi distorsi dan
sensasi.
Kesempurnaan bentuk objek yang biasa dilakukan berdasarkan pengamatan
secara
visual
tidak
lagi
menjadi
pertimbangan
estetika.
Tokohnya: Edward Munch, Ernst Barlach.
Edward Munch "Scream"
Ernst Barlach "Wanderer I'm Wind"
Oskar Kokoschka "Selft Portrait"
Fauvisme
(1900-an)
Aliran yang dipelopori oleh sekelompok seniman muda untuk membebaskan diri
dari
batasan
aliran
sebelumnya,
sehingga
mendapat
julukan Les
Fauves (binatang jalang) dari kritikus Prancis Louis Vauxcelles. Julukan
tersebut malah dijadikan nama aliran mereka. Namun, aliran ini tidak bertahan
lama.
Aliran ini menekankan pada penggunaan garis kontur yang tegas dan berusaha
mengembalikan warna pada peranannya yang mutlak (tidak harus sesuai
kenyataan). Dasarnya adalah kegemaran melukis apa saja tanpa memikirkan isi
dan
maknanya.
Tokohnya: Henri Matisse, Andre Derain, George Rouault, Maurice de
Vlaminck.
Andre Derain "Drying Sail"
George Rouault "Three Clowns"
Henri Matisse "Harmony in Red"
Kubisme
(1907)
Aliran ini menyederhanakan bentuk-bentuk alam secara geometris (segitiga, segi
empat, lingkaran , oval, silinder, bola, kerucut, kubus, balok) dengan intuisi dan
rasionalitas.
Konsep dasarnya adalah menghadirkan tampilan secara serempak dan simultan
berbagai bagian objek, baik yang dilihat dari depan atau belakang yang tampak
atau tersembunyi. Tujuannya adalah untuk menunjukkan hubungan di antara
bagian-bagian
itu.
Tokohnya: Pablo Picasso, Max Beckman, Henri Moore, Fernand Leger, A.
Archipenko,
Juan
Gris.
Selanjutnya berkembang menjadi dua konsep sebagai berikut.
Kubisme Analitis
Objek dianalisis, dipecah, dan dipandang dari berbagai sudut kemudian
dilukis atau dibentuk sekaligus.
A. Archipenko "Boxer" (Terakota)
Max Beckman "The Night"
Pablo Picasso " Head" (Perunggu)
Pablo Picasso "Les demoiselles d'Avignon"
Kubisme Sintesis
Objek seakan-akan disusun dari bidang/bentuk yang berlainan, saling
tumpah tindih sehingga membentuk tampilan yang unik.
Fernand Leger "The Bagerman"
Futurisme
(1909)
Seniman futuris berpandangan bahwa derajat kehidupan dapat dicapai melalui
aktivitas. Tema yang mengandung kesibukan dan kesimpangsiuran diangkat ke
dalam karyanya dalam bentuk kesan keindahan gerak yang dinamis
Tokohnya: Umberto Boccioni, Carlo Carra, Giacomo Balla, Marchel
Duchamp.
Carlo Carra "Cio Che M'ha Detto Il Tram"
Marchel Duschamp "Nude Descending"
Umberto Boccioni "Unique Form Continuity in Space"
(Perunggu)
Dadaisme
(1916)
Istilah ini berasal dari bahasa anak-anak Perancis yang artinya kuda mainan.
Aliran ini mendukung Surealisme karena muncul dari alam bawah sadar sebagai
protes tidak adanya polarisasi nilai (baik/buruk) sosial dan etika akibat perang
dunia.
Hal inilah yang menyebabkan karya Dadaisme memiliki ciri sinis, konyol,
menggambarkan benda atau mesin sebagai manusia, mengikuti kemauan
sendiri, dan menolak estetika dalam karyanya. Kolase adalah salah satu dari
sekian
teknik
yang
digunakan.
Tokohnya: Marchel Duschamp, Jean (Hans) Arp, Lazlo Mohoyi Nagy.
Jean Arp "Constellation"
Lazlo Mohoyi Nagy "Light Display Machine"
Marchel Duschamp "The bride and Bachelor" (Kaca)
Robert Gober "Untitled"
Man Ray "Cadeau" (Logam)
Surealisme
(1937)
Aliran ini dipengaruhi oleh teori psikoanalisis Sigmund Freud yang menyatakan
bahwa alam pikiran manusia terdiri dari alam sadar (dalam kontrol
kesadaran/ingatan)
dan
bawah
sadar
(tidak
dalam
kontrol
kesadaran/terlupakan).
Dalam karya aliran ini, alam nyata dan keserbabisaan mimpi terpadu, sehingga
menampakkan kesan aneh atau fantastik. Selanjutnya terdapat dua
kecenderungan, yaitu:
Surealisme Figuratif
Penampakannya masih realistik, meskipun tidak wajar, sehingga
penguasaan teknik masih diperlukan. Tokohnya: Carlo Carra, Gino
Severini, Giorgio de Chirico, Marc Chagal, Salvador Dali.
Carlo Carra "Lot's Daughter"
Gino Severini "Soggiorno Romantico Toscana"
Giorgio de Chirico "The Disquieting Muses"
Marc Chagal "The Cattle Dealer"
Salvador Dali "Metamorphosis"
Surealisme Abtraktisme
Sudah digayakan mendekati abstrak.Tokohnya: Joan Miro, Paul Klee,
Wilfredo Lam.
Isamu Noguchi "Kouros"
Joan Miro "Harlequin Carnival"
Wilfredo Lam "The Jungle"
Abtrakisme
(1940-an)
Aliran seni yang menggambarkan sebuah bentuk yang tidak berwujud atau
nonfiguratif. Sebenarnya kesan abstrak sudah nampak pada gaya Kubisme,
Futurisme, atau Surealisme,tapi mereka memiliki perbedaan konsep yang
mendasar
Dalam aliran ini karya yang ada terdiri dari susunan garis, bentuk, dan warna
yang
terbebas
dari
ilusi
atas
bentuk
alam.
Secara
lebih
umum Abtrakisme merupakan seni saat bentuk-bentuk di alam tidak lagi
berfungsi sebagai objek atau tema, tetapi sebagai motif saja.
Abstrak Ekspresionisme/Non-Figuratif
Ekspresi gejolak jiwa yang digambarkan secara spontan dan
abstrak. Tokoh: Ashile Gorky, Wassily Kandinsky, Roberto Matta.
Ashile Gorky "The Liver is the Cock's Comb"
Roberto Matta "Personages Rythmiques"
Selanjutnya terbagi lebih spesifik menjadi:
Color Field Painting
Menampilkan bidang-bidang yang relatif lebar berwarna. Tokoh:Francis
Picabia, Ben Nicholson.
Ben Nicholson "Celestial Blue"
Jackson Pollock "Number 4"
Action Painting
Lebih mengutamakan aksi atau cara melukis daripada
Tokoh: Jakson Pollock, Paul Klee, Therese Oulton.
bentuk.
Abstrak Geometris/Abstraksionisme/Non-Objektif
Konsepnya adalah mengabstraksikan objek geometris menjadi bentuk
non-objektif. Tokoh: Wassily
Kandinsky. Selanjutnya berkembang
menjadi lebih spesifik. Terbagi menjadi:
Suprematis
Lebih mengutamakan supremasi perasaan murni dengan objek yang
tidak memusingkan. Tokoh: Kasimir Malevich.
Neoplastisisme
Konsepnya adalah pembebasan esensi atau unsur seni rupa seperti garis
dan warna dari beban peniruan alam. Bidang datar tidak untuk
memanipulasi gambaran ruang. Pemurnian dan penyederhanaan ini
diusahakan untuk mencapai universalitas. Tokoh: Piet Mondrian.
Kasimir Malevich "Suprematism"
Piet Mondrian "Composition with Red, Yellow, and Blue"
Wassily Kandisky "Contrasting Sounds"
Konstruktivisme
Penganut
aliran
ini
berusaha
mengonstruksi
bentuk
tiga
dimensi/trimatra yang abstrak menggunakan bahan bangunan modern
dari besi, kawat, kayu, dan plastik. Tokoh: Vladimir Tatlin, Antonie
Pevner, Naum Gabo, Alexander Calder, Max Bill.
Alexander Calder "Red Pointed Iron"
Naum Gabo "Column"
Optical Art
Unsur yang dipakai adalah bentuk geometris yang berulang. Garis,
bentuk,, dan warna diatur dengan akurasi yang tepat untuk
memunculkan kesan tekstur atau ruang yang dapat mengelabu
penglihatan. Mengutamakan kesan ilmiah dan kurang memperhatikan
ekspresi. Tokoh: Victor Vasarely, Richard Anuszkiewicz.
Richard Anuszkiewicz "Entrance to Green"
Victor Vasareli "Vega Kontosh"
Pop
Art
(1970-an)
Pop Art merupakan perkembangan seni yang dipengaruhi oleh transformasi
budaya populer yang terjadi di masyarakat. Budaya materialisme dan komersial
pada kota metropolis seperti: fotografi, film, model/desain, iklan tokoh idola,
merupakan
sumber
inspirasi
yang
memotivasi
gerakan
ini.
Pop Art sering menggunakan media campuran dalam karyanya. Misalnya lukisan
dengan gaya foto, berbagai kombinasi antara lukisan, ukiran, atau patung kayu,
logam,
plastik,
gibs,
rongsokan,
dan
bahan
lainnya.
Pengaruh Dadaisme membuat kita kadang tersenyum jika melihat tampilan
karya
seninya.
Tokoh: Audrey Flack, Bill Woodrow, James Rosenquist, Klimt Gustaf,
Peter Blake, Richard Hamilton, Robert Rouschenberg, Vladimir Baranov.
Richard Hamilton "Interior II"
Vladimir Baranov "Simphony
Number 1"
Bill Woodrow "Selft Portrait in The Nuclear Age"
Audrey Flack "Queen"
James Rosenquist "Passion Flowers"
Post
Modern/Kontemporer
Hingga kini masih terdapat perbedaan pendapat dalam menglasifikasikan gaya
dalam seni rupa sesudah periode modern. Kita akan menyederhanakan konsep
penglasifikasian tersebut bagi kepentingan pengetahuan siswa dengan
kecenderungan
praktis.
Secara umum kontemporer berarti seni rupa yang berkembang sezaman dengan
penulis atau pengamat masa kini. Istilah ini merujuk pada waktu ketika banyak
terjadi trend yang mewarnai suatu masa. Pada periode ini juga terdapat
pembagian seni menurut konsumennya yaitu untuk kelas atas (high art) dan
untuk kelas bawah (low art). Adapun karya seni rupa post modern/posmodern
dapat dibagi menjadi sebagai berikut.
Posmodern Terapan/Modernisme
Dalam posmodern terapan, penampilan seni murni (lukisan, patung)
tetap ada. Namun, pada akhirnya keindahan motif dan desain menjadi
inspirasi dan cenderung digunakan untuk karya seni pakai keperluan
manusia. Misalnya berupa arsitektur bangunan, perabot rumah tangga,
maupun benda-benda teknologi baru. Sementara, klasifikasi seni
modernisme antara lain sebagai berikut.
Art Nouveau/Art Deco
Gaya ini berkembang didasarkan dekorasi garis lengkung meliuk baik
simestris atau asimetris sebagai adaptasi bentuk ornamen dan wujud
keterampilan membentuk barang dengan mesin.
Gerbang Kemenangan Paris
Teko dan Cangkir
Kursi Oval
Estetika Mesin
Konsepnya agak bertentangan dengan art deco. Benda atau karya yang
dibentuk dengan bantuan alat atau mesin tampil apa adanya tanpa
ornamen yang rumit.
Gaya Internasional
Merupakan pengembangan konsep
diterapkan pada arsitektur bangunan.
sebelumnya
yang
cenderung
Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa
Gaya Aerodinamis
Gaya ini diterapkan untuk mendesain kendaraan berkecepatan tinggi
agar diperoleh tingkat aerodinamis yang maksimal. Namun, kemudian
berkembang pada benda seni pakai yang lain.
Ferrari
Kereta Cepat
Wuhan Greenland Center
Hi-Tec
Desain dengan gaya ini dirancang praktis untuk kebutuhan barangbarang teknologi tingkat tinggi agar mencapai tingkat efisiensi yang
maksimal.
Bio Desain
Gaya bio desain merupakan desain hi-tec yang lebih fleksibel atau luwes
karena diadaptasikan dengan bentuk yang ada di alam (hewan,
tumbuhan, dan sebagainya).
The Big Bug
Posmodern Murni/Ekspresif
Gaya ini mungkin dapat diterapkan pada seni pakai, tetapi
kecenderungannya lebih digunakan untuk berekspresi/sensasi. Berikut
ini adalah contoh seni posmodern ekspresif.
Seni Instalasi secara teknis merupakan pengembangan dari proses
pembuatan seni patung yaitu teknik asembling (assemblage). Objek
karya seni (biasanya tiga dimensi) dikreasikan dengan cara
mengonstruksi, merakit, atau mengombinasikan berbagai media secara
bersamaan. Teknik ini merupakan pengembangan dari periode Dadais
yang membebaskan segala media dan cara untuk berkreasi.
Louise Nevelson "Royal Tide IV"
David Mach "Polaris"
Tersusun dari tumpukan ban
Aliran atau gaya dalam seni rupa dibedakan berdasarkan prinsip pembuatannya.
Kemunculan suatu gaya atau kreativitas dalam rangka mendapatkan keunikan
bisa relatif bersamaan atau meneruskan gaya sebelumnya secara selaras atau
bertentangan. Seorang seniman seni rupa dalam proses perkembangannya
bisa saja berkreasi lebih dari satu gaya.
Aliran atau gaya dalam seni rupa yaitu:
Realisme (1800-an)
Aliran ini memandang dunia sebagai sesuatu yang nyata. Lukisan adalah sejarah
bagi zamannya. Pelukis/pembuat karya seni bekerja berdasarkan kemampuan
teknis dan realitas yang diserap oleh indera penglihatannya. Fantasi dan
imajinasi harus dihindari.
Namun, pada perkembangannya terjadi dua kecenderungan. Ada yang memilih
objek yang bagus/enak dilihat, ada pula yang memilih objek yang jelek/tidak
enak dilihat (kumuh, mengerikan). Dari aliran ini berkembang aliran:
Realisme Cahaya: Impresionisme.
Realisme Baru/Sosial: Menggunakan objek dampak industri di perkotaan.
Realisme Fotografis: Dikaitkan dengan keberadaan dan kekuatan untuk menyamai
hasil fotografi yang sangat detail dalam menangkap objek.
Tokohnya: Annibale Carracci, Gustave Courbert, Theodore Chasseriau,
Thomas Couture.
Thomas Couture "A Realist"
Annibale Carracci "Butchers Shop"
Gustave Courbet "The Wrestlers"
Theodore Chasseriau "Me Contracter"
Naturalisme
Aliran ini dianggap bagian dari realisme yang memilih objek yang indah dan
membuai saja, secara visual seperti objek aslinya (fotografis).
Dalam perkembangannya cenderung memperindah objek secara berlebihan.
Tokoh: Rembrandt, George Cole, John Constable, Luis Alvarez Catala,
William Callow, Paul Alfred Curzon.
Rembrandt "The Anatomy Lesson of Dr. Tulp"
Paul Alfred Curzon "The Afternoon Pasttime"
Luis Alvarez Catala "Woman Before A Mirror"
George Cole "Harvest Field"
Romantisme (1818)
Aliran ini mengembalikan seni pada emosi yang lebih bersifat imajiner. Awalnya
melukiskan kisah atau kejadian yang dramatis ataupun aktualitas piktorialnya
selalu melebihi kenyataan. Warna lebih meriah, gerakan lebih lincah, emosi lebih
tegas.
Tokohnya: Theodore Gericault, Eugene Delacroix
Eugene Delacroix "Liberty Leading the People"
Theodore Gericault "Raft of Medusa"
Yong Cao "Santa Monica"
Impresionisme/Realisme Cahaya/Light Painting (1874)
Aliran yang menggunakan konsep melukiskan berdasarkan usaha merekam efek
atau kesan cahaya yang jatuh/memantul pada suatu objek/benda, sehingga
menghindari garis atau kejelasan kontur. Cahaya yang dimaksud terutama
berasal dari matahari yang memiliki banyak spektrum warna. Cara melukisnya
harus cepat karena cahaya matahari yang terus bergerak/berubah dan
dipengaruhi oleh cahaya. Hal ini bisa membuat lukisan hanya selintas/tidak
detail.
Tokohnya: Claude Monet, Aguste Renoir, Camille Pissarro, Paul Cezane.
Selanjutnya aliran ini berkembang menjadi Post Impresionis. Ini bukan aliran,
melainkan kelompok untuk menamai karya-karya pelukis yang mengembangkan
perenungan problem cahaya dengan lebih mendalam, sehingga mencari jalan
sendiri-sendiri.
Mereka menggabungkan keindahan alam dengan keindahan seni. Untuk itu
harus mengubah dulu unsur-unsurnya menjadi sesuatu yang lebih mengena.
Misalnya Henri Rosseaumengupayakan efek cahaya dengan stilasi. Paul
Signac atau George Seurat dengan kesabarannya membuat titik-titik warna
yang bervariasi dan berdekatan sehingga menimbulkan efek/kesan warna yang
baru (Pointilisme). Vincent van Gogh mengembangkan teknik ini secara
ekspresif dengan menggunakan teknik variasi garis-garis pendek berwarna.
George Seurat "Sunday Afternoon on the Island of La Grande Jatte"
Clark "Town Dock Alexandria Bay"
Vincent van Gogh "Prisoners Exercing"
Henri Rousseau "The Snake"
Paul Cezane "View of Auvers"
Claude Monet "Red Water Lilies"
Ekspresionisme
(1900-an)
Aliran ini berusaha mengekspresikan aktualitas bukan hanya berdasarkan indera
penglihatan, tetapi juga dengan pengalaman batin. Luapan perasaan berupa
kesedihan atau tekanan batin lainnya yang mengalir deras menyebabkan
kebebasan teknik dalam melukiskannya, sehingga cenderung terjadi distorsi dan
sensasi.
Kesempurnaan bentuk objek yang biasa dilakukan berdasarkan pengamatan
secara
visual
tidak
lagi
menjadi
pertimbangan
estetika.
Tokohnya: Edward Munch, Ernst Barlach.
Edward Munch "Scream"
Ernst Barlach "Wanderer I'm Wind"
Oskar Kokoschka "Selft Portrait"
Fauvisme
(1900-an)
Aliran yang dipelopori oleh sekelompok seniman muda untuk membebaskan diri
dari
batasan
aliran
sebelumnya,
sehingga
mendapat
julukan Les
Fauves (binatang jalang) dari kritikus Prancis Louis Vauxcelles. Julukan
tersebut malah dijadikan nama aliran mereka. Namun, aliran ini tidak bertahan
lama.
Aliran ini menekankan pada penggunaan garis kontur yang tegas dan berusaha
mengembalikan warna pada peranannya yang mutlak (tidak harus sesuai
kenyataan). Dasarnya adalah kegemaran melukis apa saja tanpa memikirkan isi
dan
maknanya.
Tokohnya: Henri Matisse, Andre Derain, George Rouault, Maurice de
Vlaminck.
Andre Derain "Drying Sail"
George Rouault "Three Clowns"
Henri Matisse "Harmony in Red"
Kubisme
(1907)
Aliran ini menyederhanakan bentuk-bentuk alam secara geometris (segitiga, segi
empat, lingkaran , oval, silinder, bola, kerucut, kubus, balok) dengan intuisi dan
rasionalitas.
Konsep dasarnya adalah menghadirkan tampilan secara serempak dan simultan
berbagai bagian objek, baik yang dilihat dari depan atau belakang yang tampak
atau tersembunyi. Tujuannya adalah untuk menunjukkan hubungan di antara
bagian-bagian
itu.
Tokohnya: Pablo Picasso, Max Beckman, Henri Moore, Fernand Leger, A.
Archipenko,
Juan
Gris.
Selanjutnya berkembang menjadi dua konsep sebagai berikut.
Kubisme Analitis
Objek dianalisis, dipecah, dan dipandang dari berbagai sudut kemudian
dilukis atau dibentuk sekaligus.
A. Archipenko "Boxer" (Terakota)
Max Beckman "The Night"
Pablo Picasso " Head" (Perunggu)
Pablo Picasso "Les demoiselles d'Avignon"
Kubisme Sintesis
Objek seakan-akan disusun dari bidang/bentuk yang berlainan, saling
tumpah tindih sehingga membentuk tampilan yang unik.
Fernand Leger "The Bagerman"
Futurisme
(1909)
Seniman futuris berpandangan bahwa derajat kehidupan dapat dicapai melalui
aktivitas. Tema yang mengandung kesibukan dan kesimpangsiuran diangkat ke
dalam karyanya dalam bentuk kesan keindahan gerak yang dinamis
Tokohnya: Umberto Boccioni, Carlo Carra, Giacomo Balla, Marchel
Duchamp.
Carlo Carra "Cio Che M'ha Detto Il Tram"
Marchel Duschamp "Nude Descending"
Umberto Boccioni "Unique Form Continuity in Space"
(Perunggu)
Dadaisme
(1916)
Istilah ini berasal dari bahasa anak-anak Perancis yang artinya kuda mainan.
Aliran ini mendukung Surealisme karena muncul dari alam bawah sadar sebagai
protes tidak adanya polarisasi nilai (baik/buruk) sosial dan etika akibat perang
dunia.
Hal inilah yang menyebabkan karya Dadaisme memiliki ciri sinis, konyol,
menggambarkan benda atau mesin sebagai manusia, mengikuti kemauan
sendiri, dan menolak estetika dalam karyanya. Kolase adalah salah satu dari
sekian
teknik
yang
digunakan.
Tokohnya: Marchel Duschamp, Jean (Hans) Arp, Lazlo Mohoyi Nagy.
Jean Arp "Constellation"
Lazlo Mohoyi Nagy "Light Display Machine"
Marchel Duschamp "The bride and Bachelor" (Kaca)
Robert Gober "Untitled"
Man Ray "Cadeau" (Logam)
Surealisme
(1937)
Aliran ini dipengaruhi oleh teori psikoanalisis Sigmund Freud yang menyatakan
bahwa alam pikiran manusia terdiri dari alam sadar (dalam kontrol
kesadaran/ingatan)
dan
bawah
sadar
(tidak
dalam
kontrol
kesadaran/terlupakan).
Dalam karya aliran ini, alam nyata dan keserbabisaan mimpi terpadu, sehingga
menampakkan kesan aneh atau fantastik. Selanjutnya terdapat dua
kecenderungan, yaitu:
Surealisme Figuratif
Penampakannya masih realistik, meskipun tidak wajar, sehingga
penguasaan teknik masih diperlukan. Tokohnya: Carlo Carra, Gino
Severini, Giorgio de Chirico, Marc Chagal, Salvador Dali.
Carlo Carra "Lot's Daughter"
Gino Severini "Soggiorno Romantico Toscana"
Giorgio de Chirico "The Disquieting Muses"
Marc Chagal "The Cattle Dealer"
Salvador Dali "Metamorphosis"
Surealisme Abtraktisme
Sudah digayakan mendekati abstrak.Tokohnya: Joan Miro, Paul Klee,
Wilfredo Lam.
Isamu Noguchi "Kouros"
Joan Miro "Harlequin Carnival"
Wilfredo Lam "The Jungle"
Abtrakisme
(1940-an)
Aliran seni yang menggambarkan sebuah bentuk yang tidak berwujud atau
nonfiguratif. Sebenarnya kesan abstrak sudah nampak pada gaya Kubisme,
Futurisme, atau Surealisme,tapi mereka memiliki perbedaan konsep yang
mendasar
Dalam aliran ini karya yang ada terdiri dari susunan garis, bentuk, dan warna
yang
terbebas
dari
ilusi
atas
bentuk
alam.
Secara
lebih
umum Abtrakisme merupakan seni saat bentuk-bentuk di alam tidak lagi
berfungsi sebagai objek atau tema, tetapi sebagai motif saja.
Abstrak Ekspresionisme/Non-Figuratif
Ekspresi gejolak jiwa yang digambarkan secara spontan dan
abstrak. Tokoh: Ashile Gorky, Wassily Kandinsky, Roberto Matta.
Ashile Gorky "The Liver is the Cock's Comb"
Roberto Matta "Personages Rythmiques"
Selanjutnya terbagi lebih spesifik menjadi:
Color Field Painting
Menampilkan bidang-bidang yang relatif lebar berwarna. Tokoh:Francis
Picabia, Ben Nicholson.
Ben Nicholson "Celestial Blue"
Jackson Pollock "Number 4"
Action Painting
Lebih mengutamakan aksi atau cara melukis daripada
Tokoh: Jakson Pollock, Paul Klee, Therese Oulton.
bentuk.
Abstrak Geometris/Abstraksionisme/Non-Objektif
Konsepnya adalah mengabstraksikan objek geometris menjadi bentuk
non-objektif. Tokoh: Wassily
Kandinsky. Selanjutnya berkembang
menjadi lebih spesifik. Terbagi menjadi:
Suprematis
Lebih mengutamakan supremasi perasaan murni dengan objek yang
tidak memusingkan. Tokoh: Kasimir Malevich.
Neoplastisisme
Konsepnya adalah pembebasan esensi atau unsur seni rupa seperti garis
dan warna dari beban peniruan alam. Bidang datar tidak untuk
memanipulasi gambaran ruang. Pemurnian dan penyederhanaan ini
diusahakan untuk mencapai universalitas. Tokoh: Piet Mondrian.
Kasimir Malevich "Suprematism"
Piet Mondrian "Composition with Red, Yellow, and Blue"
Wassily Kandisky "Contrasting Sounds"
Konstruktivisme
Penganut
aliran
ini
berusaha
mengonstruksi
bentuk
tiga
dimensi/trimatra yang abstrak menggunakan bahan bangunan modern
dari besi, kawat, kayu, dan plastik. Tokoh: Vladimir Tatlin, Antonie
Pevner, Naum Gabo, Alexander Calder, Max Bill.
Alexander Calder "Red Pointed Iron"
Naum Gabo "Column"
Optical Art
Unsur yang dipakai adalah bentuk geometris yang berulang. Garis,
bentuk,, dan warna diatur dengan akurasi yang tepat untuk
memunculkan kesan tekstur atau ruang yang dapat mengelabu
penglihatan. Mengutamakan kesan ilmiah dan kurang memperhatikan
ekspresi. Tokoh: Victor Vasarely, Richard Anuszkiewicz.
Richard Anuszkiewicz "Entrance to Green"
Victor Vasareli "Vega Kontosh"
Pop
Art
(1970-an)
Pop Art merupakan perkembangan seni yang dipengaruhi oleh transformasi
budaya populer yang terjadi di masyarakat. Budaya materialisme dan komersial
pada kota metropolis seperti: fotografi, film, model/desain, iklan tokoh idola,
merupakan
sumber
inspirasi
yang
memotivasi
gerakan
ini.
Pop Art sering menggunakan media campuran dalam karyanya. Misalnya lukisan
dengan gaya foto, berbagai kombinasi antara lukisan, ukiran, atau patung kayu,
logam,
plastik,
gibs,
rongsokan,
dan
bahan
lainnya.
Pengaruh Dadaisme membuat kita kadang tersenyum jika melihat tampilan
karya
seninya.
Tokoh: Audrey Flack, Bill Woodrow, James Rosenquist, Klimt Gustaf,
Peter Blake, Richard Hamilton, Robert Rouschenberg, Vladimir Baranov.
Richard Hamilton "Interior II"
Vladimir Baranov "Simphony
Number 1"
Bill Woodrow "Selft Portrait in The Nuclear Age"
Audrey Flack "Queen"
James Rosenquist "Passion Flowers"
Post
Modern/Kontemporer
Hingga kini masih terdapat perbedaan pendapat dalam menglasifikasikan gaya
dalam seni rupa sesudah periode modern. Kita akan menyederhanakan konsep
penglasifikasian tersebut bagi kepentingan pengetahuan siswa dengan
kecenderungan
praktis.
Secara umum kontemporer berarti seni rupa yang berkembang sezaman dengan
penulis atau pengamat masa kini. Istilah ini merujuk pada waktu ketika banyak
terjadi trend yang mewarnai suatu masa. Pada periode ini juga terdapat
pembagian seni menurut konsumennya yaitu untuk kelas atas (high art) dan
untuk kelas bawah (low art). Adapun karya seni rupa post modern/posmodern
dapat dibagi menjadi sebagai berikut.
Posmodern Terapan/Modernisme
Dalam posmodern terapan, penampilan seni murni (lukisan, patung)
tetap ada. Namun, pada akhirnya keindahan motif dan desain menjadi
inspirasi dan cenderung digunakan untuk karya seni pakai keperluan
manusia. Misalnya berupa arsitektur bangunan, perabot rumah tangga,
maupun benda-benda teknologi baru. Sementara, klasifikasi seni
modernisme antara lain sebagai berikut.
Art Nouveau/Art Deco
Gaya ini berkembang didasarkan dekorasi garis lengkung meliuk baik
simestris atau asimetris sebagai adaptasi bentuk ornamen dan wujud
keterampilan membentuk barang dengan mesin.
Gerbang Kemenangan Paris
Teko dan Cangkir
Kursi Oval
Estetika Mesin
Konsepnya agak bertentangan dengan art deco. Benda atau karya yang
dibentuk dengan bantuan alat atau mesin tampil apa adanya tanpa
ornamen yang rumit.
Gaya Internasional
Merupakan pengembangan konsep
diterapkan pada arsitektur bangunan.
sebelumnya
yang
cenderung
Gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa
Gaya Aerodinamis
Gaya ini diterapkan untuk mendesain kendaraan berkecepatan tinggi
agar diperoleh tingkat aerodinamis yang maksimal. Namun, kemudian
berkembang pada benda seni pakai yang lain.
Ferrari
Kereta Cepat
Wuhan Greenland Center
Hi-Tec
Desain dengan gaya ini dirancang praktis untuk kebutuhan barangbarang teknologi tingkat tinggi agar mencapai tingkat efisiensi yang
maksimal.
Bio Desain
Gaya bio desain merupakan desain hi-tec yang lebih fleksibel atau luwes
karena diadaptasikan dengan bentuk yang ada di alam (hewan,
tumbuhan, dan sebagainya).
The Big Bug
Posmodern Murni/Ekspresif
Gaya ini mungkin dapat diterapkan pada seni pakai, tetapi
kecenderungannya lebih digunakan untuk berekspresi/sensasi. Berikut
ini adalah contoh seni posmodern ekspresif.
Seni Instalasi secara teknis merupakan pengembangan dari proses
pembuatan seni patung yaitu teknik asembling (assemblage). Objek
karya seni (biasanya tiga dimensi) dikreasikan dengan cara
mengonstruksi, merakit, atau mengombinasikan berbagai media secara
bersamaan. Teknik ini merupakan pengembangan dari periode Dadais
yang membebaskan segala media dan cara untuk berkreasi.
Louise Nevelson "Royal Tide IV"
David Mach "Polaris"
Tersusun dari tumpukan ban