FAKTOR LOKAL PENYEBAB LESI PREKANKER DA

“FAKTOR LOKAL PENYEBAB LESI PREKANKER DAN KANKER
RONGGA MULUT”
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masalah kedokteran gigi dewasa ini tidak hanya membahas gigi geligi saja,
tetapi telah meluas ke rongga mulut yang terdiri dari jaringan keras maupun
jaringan lunak. Penyakit-penyakit jaringan lunak rongga mulut telah menjadi
perhatian serius oleh para ahli terutama dengan meningkatnya kasus kematian yang
diakibatkan oleh kanker yang ada di rongga mulut terutama sekali pada negaranegara yang sedang berkembang.1
Kanker didefinisikan sebagai pertumbuhan yang tidak terkontrol oleh sel-sel
yang menyerang dan menyebabkan kerusakan pada jaringan sekitarnya sehingga
mempengaruhi fungsi tubuh. Lesi prekanker rongga mulut merupakan suatu
keadaan klinis yang mengarah pada kanker rongga mulut.
Bermacam

macam

lesi

mukosa


mulut

seperti

lesi

kemerahan

(erythroplasias) dan lesi putih (leukoplakias) berpotensi menjadi kanker. Lesi-lesi
erythroplasia dan leukoplakia mempunyai risiko untuk berubah menjadi ganas,
sehingga dibutuhkan perhatian untuk mengenal lesi-lesi ini. Lesi prakanker
dibedakan dari kanker berdasarkan pada invasi sel-sel tumor ke dalam stroma dan
metastase atau penyebaran.2
Oral cancer atau yang biasa disebut kanker rongga mulut merupakan satu
diantara penyakit yang mematikan, perkembangan penyakit tersebut menimbulkan
rasa nyeri, serta terganggunya fungsi bicara dan menelan. Istilah kanker rongga
mulut (KRM) meliputi semua malignansi yang muncul dari daerah bibir, kavum
oral, orofaring, hipofaring, gingiva, lidah, dan seluruh mukosa oral lainnya, namun
tidak termasuk kanker nasofaring dan kelenjar saliva mayor.3 Dilihat dari faktor

pemicunya, para perokok, peminum minuman beralkohol, kebiasaan mengunyah
sirih dan tembakau tergolong berisiko tinggi untuk mengidap kanker rongga mulut.
Penderita kanker rongga mulut biasanya tidak akan menyadari penyakit yang
dideritanya karena lesi prekanker tidak menimbulkan rasa sakit yang hebat sebelum
1

sampai di stadium akhir. Oleh karena itu, banyak penderita yang menganggap sakit
yang dialaminya sebagai sariawan biasa.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa defenisi dari lesi prekanker dan kanker rongga mulut?
2. Bagaimana etiologi dan klasifikasi dari lesi prekanker?
3. Apa saja gejala yang timbul serta gambaran klinis dari lesi prekanker dan
kanker rongga mulut?
4. Apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit ini?
5. Bagaimana penatalaksanaan dan cara pencegahan penyakit ini?
C. TUJUAN
1. Mengetahui defenisi dari lesi prekanker dan kanker rongga mulut.
2. Mengetahui etiologi serta klasifikasi dari lesi prekanker.
3. Mengetahui gejala-gejala yang timbul dan gambaran klinis dari lesi
prekanker dan kanker rongga mulut

4. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit ini
5. Mengetahui penatalaksanaan dan cara pencegahan penyakit ini.

2

BAB II
PEMBAHASAN
DEFENISI
Neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan jaringan
sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Neoplasma terbagi 2 yaitu neoplasma jinak
(benign) dan neoplasma ganas (malignant atau kanker). Jadi kanker merupakan
neoplasma ganas.4
Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal (yaitu,
tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama) yang dapat menyusup ke
jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh bahkan dapat
menimbulkan kematian. Kanker bukan merupakan penyakit menular. Kebanyakan
keganasan pada rongga mulut berasal dari permukaan epitel. Lapisan rongga mulut
terdiri dari epitel skuamosa berlapis pada permukaannya dengan lapisan sub epitel
dibawahnya berupa jaringan ikat. Kanker rongga mulut kadang-kadang didahului

oleh lesi yang dapat terlihat secara klinis sebagai lesi non-kanker yang disebut
sebagai lesi prekanker tetapi tidak seluruh kanker berasal dari lesi seperti ini.5
Lesi prekanker rongga mulut merupakan suatu keadaan klinis yang
mengarah pada kanker rongga mulut. Lesi-lesi prakanker adalah prekursor yang
dapat berkembang menjadi kanker atau keganasan. Keadaan ini dihubungkan
dengan risiko menjadi kanker pada beberapa tempat dalam rongga mulut.2
Kanker rongga mulut adalah neoplasma ganas dalam rongga mulut yang
tumbuh secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah
endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain. Kira-kira kanker
rongga mulut merupakan 5% dari semua keganasan yang terjadi pada kaum pria dan
2% pada kaum wanita.
ETIOLOGI
Kanker rongga mulut memiliki penyebab yang multifaktorial dan suatu
proses yang terdiri dari beberapa langkah yang melibatkan inisiasi, promosi dan
perkembangan tumor. Secara garis besar, etiologi lesi prekanker dan kanker rongga
mulut dapat dikelompokkan atas :
3

1. Faktor lokal
a. Kebersihan rongga mulut yang buruk

b. Iritasi kronis dari restorasi
c. Gigi-gigi karies/akar gigi
d. Pemakaian gigi palsu yang kurang pas
2. Faktor luar
a. Karsinogen kimia berupa rokok dan cara penggunaannya
Bahan karsinogen merupakan bahan yang paling berpotensi dalam
menyebabkan kanker. Bahan-bahan ini sebagian besar terkandung dalam
rokok. Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang
rokok yang dibakar, akan mengeluarkan 4000 bahan kimia. Rokok
menghasilkan suatu pembakaran yang tidak sempurna yang dapat diendapkan
dalam tubuh ketika dihisap. Secara umum komponen rokok dapat dibagi
menjadi dua golongan besar, yaitu komponen gas (92%) dan komponen padat
atau partikel (8%). Komponen gas asap rokok terdiri dari Karbonmonoksida,
Karbondioksida, Hidrogen sianida, Amoniak, oksida dari Nitrogen dan
senyawa Hidrokarbon. Partikel rokok terdiri dari tar, nikotin, benzantraccne,
benzopiren, fenol, cadmium, indol, karbarzol dan kresol. Zat-zat ini beracun,
mengiritasi dan menimbulkan kanker (karsinogen). Tar, nikotin, dan karbon
monoksida merupakan tiga macam bahan kimia yang paling berbahaya dalam
asap rokok. Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam
komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogenik. Pada saat rokok

dihisap, tar masuk ke rongga mulut sebagai uap padat yang setelah dingin
akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada
permukaan gigi, saluran napas, dan paru-paru. Komponen tar mengandung
radikal bebas, yang berhubungan dengan resiko timbulnya kanker. Nikotin
merupakan

bahan

yang

bersifat

toksik

dan

dapat

menimbulkan


ketergantungan psikis. Nikotin merupakan alkaloid alam yang bersifat toksis,
berbentuk cairan, tidak berwarna, dan mudah menguap. Zat ini dapat berubah
warna menjadi coklat dan berbau seperti tembakau jika bersentuhan dengan
udara. Nikotin berperan dalam menghambat perlekatan dan pertumbuhan sel
fibroblast ligamen periodontal, menurunkan isi protein fibroblast, serta dapat
4

merusak sel membran. Kelainan jaringan lunak mulut akibat komponen
toksik dan agen karsinogen yang terkandung dalam asap rokok, antara lain
eritroplakia, leukoplakia, keratosis rokok, squamous cell carcinoma, serta
verrucous carcinoma.
Perubahan

panas

akibat

merokok,

menyebabkan


perubahan

vaskularisasi dan sekresi kelenjar liur. Merokok juga menyebabkan
rangsangan pada papilla filiformis sehingga menjadi lebih panjang
(hipertropi). Rangsangan asap rokok yang lama, dapat menyebabkan
kerusakan pada bagian mukosa mulut yang terpapar, penebalan menyeluruh
bagian epitel mulut, hingga dapat menimbulkan bercak putih keratotik yang
menandai leukoplakia dan kanker mulut.6
b. Tembakau
c. Gen fisik
d. Radiasi ionisasi,
e. Virus
f. Sinar matahari.
3. Faktor host
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Nutrisi imunologi
Kanker mulut biasa juga terjadi karena kekurangan vitamin C.
d. Genetik

Terbentuknya tumor sebagai akibat terjadinya penyimpangan genetik yang
disebabkan oleh faktor-faktor etiologi sehingga terjadi pembelahan gel yang
berlebihan dan tidak terkendali. Gen yang menjadi sasaran perubahan
genetik adalah onkogen (gen yang meningkatkan pertumbuhan), anti
onkogen (gen yang menghambat pertumbuhan) dan gen yang mengatur
apoptosis.1

5

KLASIFIKASI LESI PREKANKER
1. Leukoplakia
Secara umum, kata leukoplakia berarti suatu bercak atau plak mukosa
keputihan berbatas tegas yang disebabkan oleh penebalan epidermis atau
hyperkeratosis. Plak lebih sering ditemukan pada laki-laki lanjut usia dan tersering
terletak di batas vermilion bibir bawah, mukosa pipi ,dan palatum durum dan mole
dan jarang di dasar mulut dan tempat intraoral lainnya. Kelainan yang tampak
sebagai daerah penebalan mukosa yang diskret, local, kadang-kadang multifocal
atau bahkan difus, halus atau kasar, seperti kulit, dan berwarna putih.
2. Eritroplakia
Eritroplakia adalah bercak merah seperti beludru yang menetap dan tidak

dapat dikenali secara klinis sebagai penyakit lain. Lokasi yang paling umum adalah
dasar mulut, pilar tonsil, palatum lunak dan permukaan lateral serta ventral lidah.
GEJALA-GEJALA YANG TIMBUL
1. Bercak putih, bersisik, persisten.
2. Bintik pigmen yang tiba- tiba ukurannya membesar.
3. Ulser yang tidak sembuh-sembuh.
4. Gusi bengkak dan berdarah yang tidak dihubungkan dengan obat-obatan.
5. Asimetri wajah yang progresif.
6. Gigi yang tanggal secara tiba-tiba, tanpa adanya riwayat trauma pada
rahang.
7. Parastesi, anestesi dan mati rasa di rongga mulut.
8. Trismus dan sakit sewaktu menggerakkan rahang.
9. Adanya gumpalan pada leher, wajah atau jaringan mulut.
10. Luka pencabutan yang tidak sembuh-sembuh.1
GAMBARAN KLINIS
Kebanyakan pasien kanker rongga mulut mempunyai riwayat lesi/keadaan
prakanker mulut sebelumnya, seperti leukoplakia, eritrplakia, submukus fibrosis dan
lain-lain. Untuk itu dokter gigi seharusnya mengenali gambaran klinis lesi-lesi
tersebut Umumnya kanker rongga mulut tahap dini tidak menimbulkan gejala,
diameter kurang dari 2 cm, kebanyakan berwarna merah dengan atau tanpa disertai

6

komponen putih, licin, halus dan memperlihatkan elevasi yang minimal. Seringkali
awal dari keganasan ditandai oleh adanya ulkus. Apabila terdapat ulkus yang tidak
sembuh-sembuh dalam waktu 2 minggu, maka keadaan ini sudah dapat dicurigai
sebagai awal proses keganasan. Tanda-tanda lain dari ulkus proses keganasan
meliputi ulkus yang tidak sakit, tepi bergulung, lebih tinggi dari sekitarnya dan
indurasi (lebih keras), dasarnya dapat berbintil-bintil dan mengelupas.
Pertumbuhan karsinoma bentuk ulkus tersebut disebut sebagai pertumbuhan
endofitik. Selain itu karsinoma mulut juga terlihat sebagai pertumbuhan yang
eksofitik (lesi superfisial) yang dapat berbentuk bunga kol atau papiler, mudah
berdarah. Lesi eksofitik ini lebih mudah dikenali keberadaannya dan memiliki
prognosa lebih baik.
Gambaran klinis kanker rongga mulut menurut lokasinya.


Kanker Lidah
Hampir 80% kanker lidah terletak pada 2/3 anterior lidah (umumnya pada

tepi lateral dan bawah lidah) dan dalam jumlah sedikit pada posterior lidah. Gejala
pada penderita tergantung pada lokasi kanker tersebut. Bila terletak pada bagian 2/3
anterior lidah, keluhan utamanya adalah timbulnya suatu massa yang seringkali
terasa tidak sakit. Bila timbul pada 1/3 posterior, kanker tersebut selalu tidak
diketahui oleh penderita dan rasa sakit yang dialami biasanya dihubungkan dengan
rasa sakit tenggorokan. Kanker yang terletak 2/3 anterior lidah lebih dapat dideteksi
dini daripada yang terletak pada 1/3 posterior lidah. Kadang-kadang metastase
limph node regional mungkin merupakan indikasi pertama dari kanker kecil pada
lidah.
Pada stadium awal, secara klinis kanker lidah dapat bermanifestasi dalam
berbagai bentuk, dapat berupa bercak leukoplakia, penebalan, perkembangan
eksofitik atau endofitik bentuk ulkus. Tetapi sebagian besar dalam bentuk ulkus.
Lama-kelamaan ulkus ini akan mengalami infiltrasi lebih dalam jangan tepi yang
mengalami indurasi. Umumnya tidak menimbulkan rasa sakit kecuali ada infeksi
sekunder.



Kanker pada bibir.
7

Pada awal pertumbuhan, lesi dapat berupa nodul kecil atau ulkus yang tidak
sembuh-sembuh. Deteksi tumor pada keadaan ini memberikan kesempatan untuk
menemukan karsinoma dini. Lesi yang lebih lanjut dapat berbentuk papillari,
ulseratif atau infiltratif. Tipe papilomatous dapat diawali dari epitel yang menebal
dan sebagian dari epitel ini tetap berada pada superficial. Lesi-lesi yang ulseratif dan
infiltratif diawali dari epitel yang menebal tetapi selanjutnya mengalami infiltrasi
lebih dalam. Tanda yang paling penting adalah terdapat indurasi yang didapat pada
pinggiran ulkus.


Kanker dasar mulut.
Kanker pada dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaan alkohol

dan tembakau. Pada stage awal mungkin tidak menimbulkan gejala. Bila lesi
berkembang pasien akan mengeluhkan adanya gumpalan dalam mulut atau perasaan
tidak nyaman Secara klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi berupa ulserasi
dengan tepi yang timbul dan mengeras yang terletak dekat frenulum lingual. Bentuk
yang lain adalah penebalan mukosa yang kemerah-merahan, nodul yang tidak sakit
atau dapat berasal dari leukoplakia. Pada kanker tahap lanjut dapat terjadi
pertumbuhan eksofitik atau infiltratif.


Kanker pada mukosa pipi
Pada awalnya lesi tidak menimbulkan simptom, terlihat sebagai suatu daerah

eritematus, ulserasi yang kecil, daerah merah dengan indurasi dan kadang-kadang
dihubungkan dengan leuplakia tipe nodular. Dengan meningkatnya ukuran tumor,
akan menjadi target trauma pada waktu mengunyah, sehingga cenderung menjadi
ulserasi dan infiltratif.


Kanker pada gingiva
Daerah yang terlibat biasanya lebih sering pada gingiva mandibula daripada

gingiva maksila. Lesi awal terlihat sebagai ulger indolen, granuloma yang kecil atau
sebagai nodul. Sekilas lesi terlihat sama dengan lesi yang dihasilkan oleh trauma
kronis atau hiperplasia inflamatori. Lesi yang lebih lanjut berupa pertumbuhan
eksofitik atau pertumbuhan infiltratif yang lebih dalam. Pertumbuhan eksofitik

8

seperti bunga kol, mudah berdarah. Pertumbuhan infiltratif biasanya tumbuh invasif
pada tulang mandibula dan menimbulkan desdruktif.


Kanker pada palatum
Lesi awal dalam bentuk yang kecil, oval atau bulat berwarna kemerah-

merahan, erosi yang licin dengan daerah hiperkeratosis disekelilingnya lesi ini
biasanya terjadi pada zona glandular palatum keras dan asimptomatik. Jika
mendapatkan tekanan dapat berdarah. Kebanyakan kanker palatum merupakan
pertumbuhan eksofitik dan dasar yang luas dengan permukaan bernodul. Jika lesi
terus berkembang mungkin akan mengisi seluruh palatum. Kanker pada palatum
dapat menyebabkan perforasi palatum dan meluas sampai ke rongga hidung.1
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sitologi mulut.
Sitologi mulut merupakan suatu teknik yang sederhana dan efektif untuk
mendeteksi dini lesi-lesi mulut yang mencurigakan. Secara defenisi, pemeriksaan
sitologi

mulut

merupakan

suatu

pemeriksaan

mikroskopik

gel-gel

yang

dikerok/dikikis dari permukaan suatu lesi didalam mulut. Untuk aplikasi klinisnya,
seorang dokter gigi harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai kapan
pemeriksaan ini dilakukan dan kapan tidak dilakukan, peralatan yang digunakan,
prosedur kerja, data klinis yang disertakan sampai pengirimannya ke bagian
Patologi anatomi.
2. Biopsi
Jika hasil pemeriksaan sitologi meragukan, segera lakukan biopsi. Biopsi
merupakan pengambilan spesimen baik total maupun sebagian untuk pemeriksaan
mikroskopis dan diagnosis. Cara ini merupakan cara yang penting dan dapat
dipercaya untuk menegakkan diagnosa defenitif dari lesi-lesi mulut yang dicurigai.
Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dan tepi jaringan yang
normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara insisional atau eksisional. Biopsi
insisional dipilih apabila lesi permukaan besar (lebih dari 1 cm) dan biopsi
eksisional yaitu insisi secara intoto dilakukan apabila lesi kecil.1
PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Bedah
9

Terapi umum untuk kanker rongga mulut adalah bedah untuk mengangkat
sel-sel kanker hingga jaringan mulut dan leher.
2. Terapi Radiasi
Terapi radiasi atau radioterapi jenis terapi kecil untuk pasien yang tidak di
bedah. Terapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dan menyusutkan tumor.
Terapi juga dilakukan post operasi untuk membunuh sisa-sisa sel kanker yang
mungkin tertinggal didaerah tersebut.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah terapi yang menggunakan obat anti kanker untuk
membunuh sel kanker.
PENCEGAHAN
1. Hindari kontak berlebihan dengan matahari pada bibir
2. Kurangi merokok atau mengunyah tembakau
3. Pertahankan oral hygiene dan perawatan gigi yang baik
4. Segera konsultasikan ke dokter bila ada lesi pada mulut yang tidak sembuh
dalam waktu 2- 3 minggu.

BAB III
10

PENUTUP
KESIMPULAN
Kanker didefinisikan sebagai pertumbuhan yang tidak terkontrol oleh sel-sel
yang menyerang dan menyebabkan kerusakan pada jaringan sekitarnya sehingga
mempengaruhi fungsi tubuh. Lesi prekanker rongga mulut merupakan suatu
keadaan klinis yang mengarah pada kanker rongga mulut. Secara garis besar,
etiologi kanker rongga mulut dapat dikelompokkan atas faktor lokal, meliputi
kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis dari restorasi, gigi-gigi
karies/akar gigi, gigi palsu. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok
dan cara penggunaannya, tembakau, virus, sinar matahari. Faktor host, meliputi
nutrisi imunologi dan genetik. Gejala yang dapat ditimbulkan akibat lesi prekanker
diantaranya bercak putih, bersisik, persisten, bintik pigmen yang tiba- tiba
ukurannya membesar, ulser yang tidak sembuh-sembuh, gusi bengkak dan berdarah
yang tidak dihubungkan dengan obat-obatan, asimetri wajah yang progresif, gigi
yang tanggal secara tiba-tiba, tanpa adanya riwayat trauma pada rahang, parastesi,
anestesi dan mati rasa di rongga mulut. Disamping melihat gejala yang ditimbulkan
oleh lesi prekanker, seorang dokter gigi juga dapat melakukan pemeriksaan
penunjang seperti sitologi mulutdan biopsi. Penatalaksanaan untuk penyakit lesi
prekanker dapat berupa tindakan bedah, terapi radiasi, dan kemoterapi.
SARAN
Penyakit lesi prekanker ini dapat dicegah dengan cara menghiindari kontak
berlebihan dengan matahari pada bibir, mengurangi merokok atau mengunyah
tembakau, mempertahankan oral hygiene dan perawatan gigi yang baik, segera
konsultasikan ke dokter bila ada lesi pada mulut yang tidak sembuh dalam waktu 23 minggu. Dengan melakukan pencegahan tersebut kita dapat mengurangi resiko
untuk terkena lesi prekanker.

DAFTAR PUSTAKA

11

1. Hasibuan Sayuti. Prosedur Deteksi Dini dan Diagnosis Kanker Rongga Mulut.
2004. Usu Digital Library.
2. Lintong PoppyM. Lesi Prekanker dan Kanker Rongga Mulut. Jurnal Biomedik
(JBM). November 2013 ; 5: 43-50.
3. Laksmi L.K., Widnyani Wulan, Setiawan I.G.B., M. Sri. Menekan Angka
Mortalitas Kanker Rongga Mulut Melalui Skrining. Bagian /SMF/Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar.
4. Chrestella Jessy. Neoplasma. 2009. Departemen Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. Karsinoma Sel Skuamosa. Universitas Sumatera Utara.
6. Kusuma A.R.P. Pengaruh Merokok terhadap Kesehatan gigi dan Rongga Mulut.
Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung.
http://www.unissula.ac.

12

13