Mengenal Lebih Jauh Gunung Merbabu

Mengenal Lebih Jauh Gunung Merbabu

I. Pendahuluan

I.1
Latar
Belakang
Masalah
Kajian karya tulis ini memusatkan pembahasan tentang kondisi sekitar gunung, potensi,
pembentukan, dan pendakian Gunung Merbabu. Gunung Merbabu merupakan gunung yang
mempunyai keadaan yang masih baik, potensi cukup besar, dan pendakian yang cukup
menantang. Selain itu kami juga membahas tentang masyarakat dan proses pembentukan
Gunung Merbabu. Gunung Merbabu disajikan dalam bentuk karya ilmiah dapat dijadikan
tambahan pengetahuan tentang gunung, khususnya Gunung Merbabu. Melalui karya tulis ini
diharapkan lebih tertarik tentang lingkungan kita sekarang ini.
I.2.Rumusan

Masalah

Pada penulisan karya tulis ini kami sebagai penulis dapat merumuskan beberapa masalah, yaitu:
a. Bagaimana proses pembentukan Gunung Merbabu?

b. Bagaimana keadaan masyarakat sekitar Gunung Merbabu?
c. Bagaimana Pendakian ke puncak Gunung Merbabu?
d. Pemandangan apa saja yang terdapat pada Gunung Merbabu dan sekitarnya?
e. Upaya apa saja yang dilakukan pemerintah untuk melestarikan vegetasi Gunung
Merbabu?
I.3.Tujuan Pembahasan

Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk:
∙ Mengenal lebih jauh tentang Gunung Merbabu
∙ Memberikan pengetahuan kepada anda tentang kondisi sekitar gunung, potensi,
pembentukan, dan pendakian Gunung Merbabu
∙ Menarik minat pembaca untuk melestarikan lingkungan
∙ Mengembangkan perpariwisataan Indonesia
I.4.Manfaat Pembahasan
Melalui karya tulis ini mengharapkan pembaca untuk lebih melestarikan lingkungan. Selain itu
karya tulis ini juga bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang gunung khususnya,
Gunung Merbabu. Disamping itu pembaca yang berminat mendaki Gunung Merbabu, karya tulis
ini juga menyajikan cara supaya anda sampai ke puncak Gunung Merbabu yang pada akhirnya
mencapai sebuah prestasi.
II.Pembahasan

I.1.Proses

Pembentukan

Merbabu

Sebelum kita membahas tentang Gunung Merbabu secara mendalam terlebih dahulu kita
mengenal Gunung Merbabu secara mendasar.
Gunung Merbabu terletak di Kabupaten Magelang, Boyolali-Jawa Tengah. Gunung Merbabu
berasal dari kata “meru” yang berarti gunung dan “babu” yang berarti wanita. Jadi Merbabu
mempunyai arti Gunung Wanita.
Gunung Merbabu mempunyai ketinggian 3142 meter diatas permukaan laut(dpl) serta terdapat
tiga buah puncak yakni puncak Antena (2800m dpl), puncak Syarif(3119m dpl) dan puncak
Kenteng Solo(3142m dpl).

Gunung Merbabu termasuk gunung yang tidak aktif karena tergolong gunungapi tua di pulau
Jawa ini mempunyai lima buah kawah, yaitu: kawah Condrodimuko, kawah Kombang, kawah
Kendang, kawah Rebab, dan kawah Sambernyowo.
Gunung Merbabu berbentuk dataran tinggi yang lebar, berbukit-bukit dan terpisah puncaknya
akibat erosi bila dibandingkan Gunung Merapi, Gunung Merbabu bentuknya besar sekali

dibanding gunungapi yang sangat ramping.Bagian puncaknya dapat dibagi menjadi tiga satuan
yang merupakan sektor Graben Gunungapi, yakni:
∙ Graben Sari dengan arah timur tenggara-barat barat laut.
∙ Graben Guyangan dengan arah selatan baratdaya- utar timur
∙ Graben Sipendok dengan arah barat laut-timur tenggara
Erupsi samping gunungapi Merbabu banyak menghasilkan aliran lava dan aliran piroklastik,
aliran lava tersebut mengalir melalui titik erupsi yang diselimuti oleh endapan piroklastika baik
aliran maupun jatuhan. Titik erupsi tersebut diperkirakan melalui jalur sesar dengan arah utara
barat laut-selatan tenggara serta melalui daerah puncak.
Morfologi gunungapi Merbabu dapat dibagi menjadi beberapa satuan berdasarkan penampilan
bentuk rupa bumi pada peta topografi, yaitu:
Satuan

Morfologi

Sisa

Graben

(daerah


sekitar

puncak)

Satuan morfologi ini terdiri dari 3(tiga) bagian yakni Graben Sari, Graben Guyangan dan Graben
Sipendok. Ketiga graben tersebut diperkirakan adalah hasil kegiatan volkano tektonik dimana
kegiatan tektonik berupa sesar di-ikuti oleh kegiatan erupsi dan kemudian di-ikuti pula oleh
kegiatan erupsi samping yang membentuk kerucut erupsi samping.
Satuan

Morfologi

Aliran

Lava

Kopeng

Satuan morfologi aliran lava ini jelas dapat dilihat di lapangan yang membentuk punggung lava

yang sangat menonjol, dimana batuan yang mengalasi berupa aliran lava.

Satuan

Morfologi

Kerucut

Watutulis

Satuan morfologi ini merupakan kerucut erupsi samping (flank eruption) yang banyak
menghasilkan aliran lava yang bersifat andesitis – basaltis dan piroklastika, baik aliran maupun
jatuhan.
Satuan

Morfologi

Kerucut

Gunung


Pregodalem

Keadaan satuan ini sama dengan satuan morfologi kerucut Gunung Watutulis, dimana kerucut ini
dapat dipertimbangkan sebagai sumber bahaya apabila terjadi peningkatan letusan.
Satuan

Morfologi

Titik-titik

Erupsi

Samping

Satuan morfologi ini sangat banyak terdapat didaerah gunung Merbabu, berdasarkan peta rupa
bumi daerah yang terkait, satuan morfologi ini membentuk suatu kelurusan rupa bumi yang berarah utara baratlaut – timur tenggara, bentuk kelurusan rupa bumi ini dapat mencerminkan
adanya bentuk struktur sesar yang melalui daerah puncak gunungapi Merbabu.
Stratigrafi gunungapi Merbabu, sifat letusan dari pada gunungapi ini diantaranya adalah
eksplosif, disamping itu bersamaan dengan sifat efusif yang dapat dibuktikan dengan adanya

aliran lava, baik yang berasal dari pada kegiatan erupsi pusat maupun erupsi samping. Sifat
eksplosif dapat dibuktikan dari banyaknya endapan piroklastika yang tebal. Secara umum
gunungapi
Merbabu
terdiri
atas
:
Aliran
Piroklstika
Aliran ini menyebar di seluruh bagian tubuh gunungapi Merbabu, sifat singkapan tertentu
dengan warna abu-abu ke-kuningan, berbutir halus hingga kasar, kadang kala ditemukan lapisan
semu (“surge”), lokasi singkapan dapat dilihat di sekitar Jrakah ditemukan lapisan sebanyak
lebih dari 12 lapisan piroklastika aliran dengan tanah hasil pelapukan yang sangat tebal.
Aliran
Lava
Gunungapi Merbabu secara umum mengisi bagian lembah sungai yang terdapat di sekitar
gunungapi tersebut, ber-umur paling muda menurut urutan umur stratigrafi. Akan tetapi di daerah
Selo Redjo ditemukan aliran lava tua dengan sifat pelapukan yang sudah lanjut. Di daerah
Kopeng aliran lava membentuk suatu pematang aliran lava yang sangat tinggi dan membentuk
lidah

lava.
Endapan
Banjir
Endapan banjir bandang di daerah gunungapi Merbabu di temukan didaerah Kaponan, pada
dasar sungai Soting, dimana menurut keterangan penduduk setempat pada Th.1985 telah terjadi
banjir bandang yang telah merusak jembatan penghubung antara Kaponan dengan daerah
lainnya, sifat endapan banjir bandang ini seperti endapan sungai, terdiri dari bongkah-bongkah
lava andesitis sampai basaltis, pasir sangat kasar, masih segar dan mudah lepas.

Endapan
Longsoran
(Debris
Avalanche)
Endapan ini dapat ditemukan didaerah Salatiga, dimana bukaan yang sangat besar dengan arah
ke utara – timurlaut, yakni daerah wilayah Salatiga.
Peneliti telah menemukan hasil erupsi berupa lava basaltis yang mengalir dalam sungai-sungai
kecil pada tahun 1896. Peneliti yang berhasil menemukan hasil erupsi bernama Verbeek dan
Fennema. Van Bemmelen, R.W. 1941, telah memetakan daerah Gunung Merbabu serta membagi
menjadi beberapa satuan batuan hingga menjadi sembilan satuan, yaitu:
a) Kerucut Merbabu (terutama lava basaltis andesis dan breksi)

b) Dataran Tinggi Kopeng yang diselimuti oleh lapisan abu
c) Kaki kerucut Merbabu (terutama breksi lahar dan lava)
d) Aliran lava muda kerucut Merbabu (erupsi samping)
e) Kaki utara Merapi diselimuti oleh abu Gunung Merapi
f) Kawah (erupsi samping)
g) Erupsi pusat berupa aliran lava muda
h) Mofet dan solfatara di gunungapi Merbabu
i) Sisa struktur volkano-tektonik (sektor graben)
Penelitian yang dilakukan oleh Neuman van Padang 1951, telah menemukan bahwa
gunungapi tersebut telah mengeluarkan basalt olivin augit, andesit augit dan andesit hornblende
hiperstein augit.
Demikian pula menurut Mac Donald 1972, melaporkan bahwa pada th.1797, gunungapi
Merbabu meletus melalui erupsi samping dan erupsi pusat, namun tidak dilaporkan bahwa hasil
erupsi yang telah dikeluarkan serta kerusakan dan korban akibat kegiatan erupsi tersebut.
II.2.Masyarakat
Sekitar
Gunung
Merbabu
Masyarakat disekitar Gunung Merbabu kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani. Itu


dapat dilihat karena hutan Gunung Merbabu menjadi ladang pertanian. Selain menjadi petani
penduduk sekitar ada yang menjadi porter atau pemandu sebagai kerjaan sampingan karena hasil
yang diperoleh lebih menguntungkan.
Masyarakat disekitar Gunung Merbabu mayoritas beragama Budha karena ditemui beberapa
wihara disekitarnya. Penduduk sekitar sering melakukan meditasi atau bertapa di sekitar kawah
Gunung Merbabu yang dianggap keramat.
Masyarakat disekitar gunung ini pada malam hari menjelang tanggal 1 Muharam / 1 Suro
mengadakan upacara tradisional di kawah Gunung Merbabu. Malam tahun baru ini penduduk
lebih sering menyebutnya sebagai malam tirakatan. Menjelang uapacara tradisional ini anakanak wanita dibiarkan berambut gimbal untuk melindungi diri dan agar memperoleh
keselamatan.
Upacara ini diawali dengan doa bersama denagan sesajian makanan tradisional. Acara puncak
sekaligus acara terakhir dari upacara ini diantaranya penanaman kepala kerbau di kawah Gunung
Merbabu.
II.3.Pendakian

ke

Puncak

Gunung


Merbabu

Puncak Gunung Merbabu yang berada pada ketinggian 3142m dpl memang mempunyai
tantangan untuk didaki. Medan Gunung Merbabu terbuka dan berbukit-bukit. Bila kita mendaki
Gunung Merbabu pada musim kemarau hampir dari separuh gunung ini terbakar dan sangat
gersang, air pun susah ditemukan, sebaiknya kita menyewa penduduk setempat sebagai porter.
Bila kita ingin melakukan pendakian menuju ke puncak Gunung Merbabu terdapat tiga pilihan
jalur, yaitu: jalur Kopeng, jalur Selo, dan jalur Wekas. Jalur Selo juga merupakan jalur pendakian
menuju puncak Gunung Merapi. Biasanya banyak pendaki memulai pendakiannya dari jalur
Kopeng dan turun melalui jalur Selo atau sebaliknya. Tapi, akhir-akhir ini banyak pendaki yamg
memulai pendakiannya dari jalur Wekas, disamping vegetasi yang masih baik di jalur ini mata air
Gunung Merbabu dapat ditemukan. Hanya saja jalur-jalur yang terdapat di Gunung Merbabu
sangat rawan karena banyak percabangan jalur sehingga pendaki harus hati-hati dalam
menentukan jalur yang dilewati.
Pantangan yang harus dipatuhi pada waktu mendaki :

∙ Jangan Mengeluh
∙ Hindari kata-kata kotor
∙ Hindari perbuatan mesum
∙ Jangan melamun
∙ Jangan berak atau kencing di daerah yang dikeramatkan


Jangan

memakai

pakaian

warna

merah

dan

hijau

Pendakian
melalui
jalur
Kopeng
Terlebih dahulu kami membahas tentang bagaimana caranya menuju Kopeng. Bila kita dari
Jakarta menuju Kopeng kita bisa naik kereta api atau bus jurusan Semarang, Yogya atau Solo.
Dilanjutkan dengan bus jurusan Solo-Semarang turun di simpang empat Pasar Sapi, Salatiga. ,
lalu dengan bus kecil ke Kopeng. Kalau kita dari Yogya naik bus ke Magelang, dilanjutkan
dengan bus kecil ke Kopeng.
Setelah sampai di Kopeng kita dapat beristirahat menungu datangnya malam, karena pendakian
akan lebih baik dilakukan pada malam hari dan tiba di puncak menjelang matahari terbit.
Rincian
melalui
jalur
Kopeng
Basecamp – Pos I Dalan Tengah (1858m dpl - 1,5 km – 1 jam)
Jalur pendakian utama ada di sebelah timur basecamp, setelah melewati beberapa rumah
penduduk, jalur langsung menggarah ke Selatan. Dari sini masih melalui ladang penduduk dan
beberapa bak air penampungan. Pos I merupakan sebuah belokan jalan.
Pos

I

-

Pos

II

Watu

Putut

(2146

Mdpl

-

1.5

km

-

1

jam)

Jalur ini banyak melewati pohon cemara jarum dan pohon dengan daun-daun kecil seperti putri
malu. Pos II juga merupakan belokan jalan dengan lapangan sempit.
Pos

II

-

Pos

III

Gerumbul

(2260

Mdpl

-

1

km

-

45

mnt)

Jalur mulai terbuka dan melewati banyak semak. Pos III merupakan sebuah lapangan kecil.
Pos

III

-

Pos

IV

Lempong

Malang(2528

mdpl

-

1

km

-

1

jam)

Jalur terbuka dengan banyak semak dan lebih terjal. Antena di puncak I akan terlihat bila langit
cerah. Pos IV merupakan lahan luas. Ke arah kiri bisa ditemukan saluran air yang hanya terisi

pada saat musin hujan. Jalur dari Wekas juga bergabung di sini. Sementara ke arah kanan adalah
jalur memotong ke Pos Watu Gunung yang biasa dilalui dari arah Desa Tekelan.
Pos

IV

-

Puncak

I

Antena

(2883

mdpl

-

1

km

-

1.5

jam)

Jalur semakin menanjak dan tetap terbuka. Disini terdapat bangunan dengan antena dan bak air
tadah hujan. Puncak I sendiri merupakan lapangan yang cukup luas tapi sangat terbuka.
Puncak

I

-

Persimpangan

(2928

mdpl

-

1

km

-

1

jam)

Dari puncak I jalur akan sedikit menurun sebelum kemudian mendaki ke arah Gunung (bukit)
Kukusan. Ada sedikit tanah lapang diatas Gunung Kukusan ini. Dari sini jalur berbelok ke kiri.
Tak jauh dari situ turun ke arah kanan ada jalan turun menuju kawah sejauh 200 m menuju
sungai kecil (Kali Sowo). Air dapat diambil dari pancuran pipa pvc yang sengaja disediakan. Air
ini tidak terlalu asam dibandingkan bila kita mengambil langsung dari sungai. Jalur selanjutnya
adalah tanjakan setan yang cukup terjal, sekali-kali diperlukan bantuan tangan untuk
melewatinya untuk sampai ke persimpangan.
Persimpangan - Puncak II Syarip/ Gn. Pregodalem (3119 mdpl - 200 m - 15 mnt)
Menanjak ke arah kiri dari persimpangan sejauh 200 m kita akan tiba di Puncak Syarif.
Persimpangan - Puncak III Kentong Songo(3142 mdpl - 500 m - 45 mnt)
Ke arah kanan dari persimpangan, jalur akan sedikit menurun ke arah bukit kecil, Pundak Sapi.
Anda bisa mendaki pundakan ini atau memutarinya ke arah kanan. Hati-hatilah karena jalurnya
yang sempit dan berlereng terjal. Sebelum Puncak terakhir satu tanjakan lagi harus dilewati dan
memerlukan bantuan tangan untuk melewatinya.
Pendakian melalui jalur ini ke puncak Kenteng Songo memakan waktu 7-9 jam dan turunnya 5
jam.
Pendakian

melalui

jalur

Selo

Jalur termudah untuk mencapai Selo adalah dari Solo karena tersedianya transportasi langsung
sampai pasar Selo. Pendakian melalui Selo kemungkinan dengan tidak ditemukannya mata air.

Pendakian di Selo biasanya di mulai dengan melakukan pendaftaran di Pos Polisi Pasar Selo.
Perjalanan selanjutnya harus melewati perkampungan terlebih dahulu (2 km, 45 mnt) ke arah
Desa melalui jalan kecil beraspal. Pendaki mungkin perlu bertanya beberapa kali karena
banyaknya persimpangan. Di Desa ini terdapat 3 rumah yang biasa dijadikan base camp sebelum
memulai pendakian yang ditandai dengan banyaknya sticker kelompok pecinta alam.
Pos-pos dari Selo tidak ditandai dan dinamai dengan baik, tetapi biasanya merupakan lahan yang
sedikit luas untuk tempat beristirahat. Mulai dari desa terakhir kita akan melalui hutan cemara.
Kemudian memasuki hutan sekunder. Pada dasarnya akan memutari sebuah gunung kecil yang
berada di sebelah kanan dan lembah disebelah kiri kita. Jalurnya sendiri cukup jelas dan tidak
terlalu curam hanya saja karena ini merupakan jalur lama sehingga mulai menjadi jalur air dan
sedikit licin. Setelah 3-4 jam kita akan mulai memasuki tempat yang terbuka.
Setelah memasuki tempat terbuka ini jalur menjadi terjal dan licin. Kemudian kita akan tiba di
pelataran pertama. Dari sini puncak bisa mulai terlihat. Perkiraan waktu 45 mnt.
Tak lama kemudian jalur mulai terjal kembali ke pelataran ke dua. Perkiraan waktu 30 mnt.
Setelah pelataran kedua ini barulah anda menghadapi tanjakan terakhir yang panjang dan terjal
sebelum mencapai Puncak Kentong Songo. Perkiraan waktu 2 jam.
Total waktu pendakian melalui jalur Selo ke puncak Kenteng Songo memakan waktu 6-7 jam
dan turunnya 5 jam.
Pendakian

melalui

jalur

Wekas

Jalur Wekas hampir sama seperti jalur Kopeng. Jalur Wekas mulai diminati karena medan
pendakian yang tidak terlalu berat hanya saja selama melalui jalur ini tidak ditemukan mata air,
baru ketika di Pos V tersedia
Lama pendakian bila melalui jalur ini hanya 6-7 jam dan turunnya 5 jam.
II.4.Pemandangan

yang

Terdapat

pada

Gunung

Merbabu

dan

Sekitarnya

Pemandangan yang terdapat pada Gunung Merbabu dan sekitarnya sangat indah, terutama bila
kita berada di puncak Gunung Merbabu. Sebelum kita membahas pemandangan dari dan di
puncak kita akan membahas pemandangan Merbabu dari kaki gunung.

Banyak terdapat gunung di sekitar Gunung Merbabu, diantaranya Gunung Merapi, Gunung
Telomoyo, Gunung Ungaran, Gunung Rawa Pening. Pemandangan yang sangat indah akan
didapat sepanjang perjalanan menuju puncak Gunung Merbabu.
Sewaktu kita akan menuju Pos I pemandangan yang terlihat adalah hutan Gunung Merbabu yang
berubah fungsi sebagai ladang dan kebun. Kebun yang kita lalui kebanyakan kebun sayur dan
kebun Akasia.
Di jalur menuju Pos II kita banyak melewati pohon cemara jarum, pohon pinus dan pohon
dengan daun-daun kecil, seperti putri malu.
Di jalur menuju pos III kita juga banyak melewati semak belukar. Di pos III ini terdapat Watu
Gubug, sebuah batu berlubang yang dapat dimasuki 5 orang yang juga dikeramatkan penduduk
sekitar. Konon merupakan pintu gerbang menuju kerajaan mahluk gaib. Watu Gubug ini penuh
dengan coretan para “pencinta alam”.
Di jalur menuju pos IV banyak semak dan di jalur ini juga akan terlihat Puncak Antena (2800m
dpl). Di puncak ini terdapat sebuah pondok untuk mengukur cuaca. Dari sini juga puncak
Kenteng Songo sudah terlihat jelas. Pemandangan dari puncak Antena sangat indah dan banyak
pendaki membuka tenda di sini.
Di pos V ini di kelilingi oleh bukit dan tebing dan terlihat juga kawah Condrodimuko.
Menuju puncak Syarif pemandangan yang indah ke arah Gunung Lawu, Gunung Merapi,
Gunung Sundoro, dan Gunung Sumbing.
Dari puncak Kenteng Songo kita dapat memandang Gunung Merapi dengan puncaknya
yang mengepulkan asap setiap saat, nampak dekat sekali. Di arah Barat tampak Gunung
Sumbing dan Gunung Sundoro yang kelihatan sangat jelas dan indah. Lebih dekat lagi tampak
Gunung Telomoyo dan Gunung Ungaran. Dari kejauhan juga tampak Gunung Lawu dengan
puncaknya yang memanjang.
Di puncak gunung ini terdapat padang rumput, bunga Edelweiss, bukit-bukit berbunga
yang sangat indah.

Bunga Edelweiss hanya tumbuh di puncak pegunungan dan bunga ini terkenal karena
keindahannya. Setelah sejumlah pohon yang dilindungi dijarah sekarang bunga yang dikenal
sebagai bunga abadi ini dijarah habis-habisan oleh seorang oknum. Lokasi tempat bunga tersebut
berada kini rata dengan tanah.
Dalam ilmu botani, bunga tersebut terbentuk secara alami dari timbunan humus dan memerlukan
waktu sedikitnya lima tahun untuk tumbuh dan berbunga. Kini Gunung Merbabu kehilangan
salah

satu

daya

tariknya.,

lantaran

Edelweiss

sudah

tak

tumbuh

normal

lagi.

II.5.Upaya Pemerintah Setempat dalam Rangka Melestarikan Vegetasi Gunung Merbabu
Pemerintah sekarang berencana membuat Taman Nasional Merapi Merbabu (TNMM). Proses
perencanaan ini tidak pernah disosialisasikan ke publik terutama ke masyarakat sekitar gunung
tersebut. Proses pembentukan TNMM juga tidak transparan.
Saat ini ada himbauan untuk para pendaki dari pemda setempat berupa kesediaan membawa
tanaman berkayu keras untuk penghijauan seperti Beringin, Gondang, Elo, Preh (sejenis
beringin), Ipik (sejenis beringin), Wilodo, Kepoh, Bulu, Awar, Dadap, Teledung, Kesemek, dan
lain-lain).
III.Penutupan
III.1.Kesimpulan
Gunung Merbabu terletak di Jawa Tengah dengan ketinggian 3142m dpl yang terdiri dari 3
puncak dan 5 kawah yang tidak aktif lagi, selain mempunyai keindahan juga menantang untuk
didaki. Pendakian Gunung Merbabu bisa melalui 3 jalur alternatif, tetapi setelah sampai di
puncak pemandangan memprihatinkan terlihat. Vegetasi gunung ini sudah tak bagus lagi, tapi
pemandangan dari Gunung Merbabu sungguh indah.
Masyarakat sekitar Gunung Merbabu mayoritas beragama budha dan pada malam menjelang
tanggal 1 Muharam penduduk di sana melakukan upacara tradisional.

Pemerintah sekarang sedang merencanakan pembuatan taman nasional di sini, tetapi peran
masyarakat atas taman nasional ini hanya sekedar catatan.
III.2.Saran-Saran
Saran yang diperlukan untuk melestarikan Gunung Merbabu, jika lima tahun ke depan bunga
edelweiss di puncak Gunung Merbabu sudah tumbuh kembali disarankan bunga tersebut diberi
perlindungan khusus. Dan untuk oknum tak bertanggung jawab agar ditindak melalui hukum
atau dipecat saja karena ia telah menyalahgunakan kekuasaannya.
Saran untuk para pendaki agar bersedia membawa tanaman berkayu keras untuk
melancarkan penghijauan di Gunung Merbabu ini.
Pemerintah juga harus transparan dalam perencanaan pembuatan taman nasional gunung ini dan
mempublikasikannya kepada masyarakat, karena biar bagaimanapun masyrakat lokal lebih
paham baik dari sisi hutan, air, satwa, dan bencana.
IV.Daftar

Pustaka

▪ Bemmelen, R.W van.1949. The Geology of Indonesia Goverment Printing Office, The Hague.
▪ Hamidi, dkk.1988. Pemetaan Daerah Bahaya Gunungapi Merbabu. Bandung: Arsip
Direktorat Vulkanologi.
▪ Hendrasto.1992. Gunungapi Merbabu dalam Edisi Khusus, Berita Berkala Vulkanologi.
Bandung: Arsip Direktorat Vulkanologi.
▪ Junghun,F.1858. Java Second Division(terjamahan). Bandung: Arsip Direktorat Vulkanologi.
▪ Mac Donald, G.A.1972. Volcanoes. New York: Prentice-Hall.
▪ Verbeek, R.D.M.1896. The Merbaboe, Java en Madoera(terjamahan). Bandung: Arsip
Direktorat Vulkanologi.
▪ Simkim, Tom.1994. Vulcanaes of The World. Inggris: Smithsonian Intitusion.

Sumber
Suara

Bacaan
Merdeka

Semarang,

dan

www.google.com,

Informasi

www.yahoo.com,

www.merbabu.com,

www.highcamp.web.id.
Sumber
Photo : http://volcano.oregonstate.edu

:

http://www.geocities.com