Artikel fasilitas belajar untuk menunjan

FASILITAS BELAJAR UNTUK MENUNJANG PROSES
PEMBELAJARAN
Oleh: Siti Nurjannah1
Abstrak: Fasilitas belajar merupakan sarana dan prasarana yang membantu
memudahkan proses belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan di sekolah
sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Tersedianya fasilitas belajar yang lengkap
di sekolah memudahkan peserta didik dalam proses pembelajaran. Fasilitas belajar
yang harus disediakan di sekolah adalah gedung, ruang kelas, laboratorium,
perpustakaan, ruang BP, dan buku-buku pelajaran, dimana jenis-jenis fasilitas
tersebut merupakan fasilitas penunjang proses pembelajaran. Proses Pembelajaran
merupakan runtutan perubahan karena adanya proses interaksi antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Tiga faktor
utama yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas, yaitu pendidik,
peserta didik, dan lingkungan kelas.
Kata Kunci: Fasilitas Belajar, Proses Pembelajaran
PENDAHULUAN
Pendidikan yang berkualitas berasal dari proses pembelajaran yang tepat di
dalam kelas. Keberhasilan proses pembelajaran salah satunya terletak pada
pendayagunaan fasilitas belajar secara efektif dan efisien. Karena dengan
pendayagunaan fasilitas belajar yang tepat, pendidik akan lebih mudah dalam
menyampaikan materi pembelajaran, dan peserta didik lebih mudah menerima

materi. Selain itu, peserta didik juga dapat melatih diri berperan aktif dalam
pembelajaran

dengan

memanfaatkan

fasilitas

belajar

sebagai

mediator

komunikasi. Pendayagunaan fasilitas belajar sangat penting dilakukan demi
tercapainya tujuan pembelajaran.
Sekolah yang memiliki dana anggaran yang cukup besar memungkinkan
untuk menyediakan fasilitas belajar yang lengkap. Bagi sekolah-sekolah yang ada
di kota, fasilitas belajar yang lengkap sangat mudah dijumpai. Bahkan tidak hanya

fasilitas belajar, sisi TVpun biasanya sudah terpasang di tiap-tiap kelas. Namun,
1 Mahasiswa Pascasarjana Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Jember

bagi sekolah-sekolah yang dana anggarannya masih terbatas, biasanya dijumpai di
sekolah yang ada di desa, masih memerlukan waktu untuk menyediakan fasilitas
belajar secara lengkap. Hal ini menyebabkan kondisi sekolah masih jauh dari
memadai. Kondisi sekolah semacam ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
seorang pendidik di salah satu SMA yang ada di Jember.
“Kalau di sekolah saya fasilitas belajar seperti OHP saja hanya ada
satu mbak. Ini jelas mempersulit saya jika saya ingin memberikan
materi dengan menggunakan media PPT atau menampilkan
gambar-gambar pendukung materi. Latar belakang dan kemampuan
peserta didik itukan berbeda-beda mbak, nah pentingnya fasilitas
belajar ini untuk memudahkan peserta didik dalam menerima
materi yang disampaikan pendidik, khususnya bagi peserta didik
yang lemah dalam belajar” (M, 39th).
Jelas sesuai dengan apa yang disampaikan pendidik tersebut, fasilitas
belajar yang tidak lengkap dapat menghambat kegiatan belajar mengajar di dalam
kelas. Biasanya sekolah-seklah yang berada di daerah belum maju, fasilitas belajar

seadanya bahkan di ruang kelas hanya tersedia kapur tulis dan papan tulis. Tidak
heran jika perbedaan kualitas dari peserta didik yang bersekolah di sekolah
dengan fasilitas belajar lengkap, dengan yang fasilitasnya kurang lengkap,
kemampuannya terpaut jauh. Karena memang dari fasilitas belajar yang mereka
pergunakan di sekolah juga sangat berbeda. Oleh karena permasalahan tersebut
saya tertarik untuk mengangkat judul “Peranan Fasilitas Belajar Dalam
Menunjang Proses Pembelajaran”. Dengan tujuan untuk mengetahui seberapa
besar peranan fasilitas belajar ini dalam menunjang proses pembelajaran.
PEMBAHASAN
1.

Fasilitas Belajar
Fasilitas belajar merupakan sarana dan prasarana yang membantu

memudahkan proses belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan di sekolah
sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Adanya fasilitas belajar yang lengkap di
sekolah dapat mempermudah aktivitas belajar dan keberlangsungannya. Menurut

Daryanto (2006: 51), secara etimologi (arti kata) fasilitas yang terdiri dari sarana
dan prasarana belajar, bahwa sarana belajar adalah alat langsung untuk mencapai

tujuan pendidikan, misalnya lokasi/ tempat, bangunan dan lain-lain, sedangkan
prasarana adalah alat yang tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan,
misalnya ruang, buku, perpustakaan, laboraturium dan sebagainya.
Pendayagunaan

fasilitas

belajar

yang

efektif

dan

efisien

dapat

meningkatkan peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Biasanya

peran aktif peserta didik ini dikarenakan peserta didik tertarik dan minat dengan
materi pembelajaran yang sedang berlangsung. Menurut Djamarah dan Zain
(2006: 3), dengan bergairahnya belajar, anak didik tidak sukar untuk mencapai
tujuan pengajaran. Karena bukan pendidik yang memaksa anak didik untuk
mencapai tujuan, tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan.
Namun sayangnya, sering kita jumpai peserta didik yang memiliki
kelemahan dalam menerima dan memahami isi dari materi pembelajaran. Entah
karena dari isi materi yang sulit, cara penyampaian pendidik yang kurang menarik
dan monoton, karena permasalahan pribadi, atau bahkan mungkin lingkungan
yang kurang mendukung. Peserta didik yang memiliki kelemahan belajar ini,
biasanya akan kembali tertarik untuk belajar jika pendidik peka terhadap
permasalahan peserta didik. Jika memang permasalahan tersebut dikarenakan isi
materi yang sulit dipahami dan penyampaian pendidik yang kurang menarik dan
monoton, pendidik perlu menggunakan fasilitas belajar yang mendukung
terjadinya interaktif di dalam kelas.
Menurut Daryanto dan Farid (2013: 107), Sarana Pendidikan dibedakan
menjadi tiga macam bila ditinjau dari hubungannya dengan proses belajar
mengajar, misalnya buku, alat peraga, alat tulis dan media pengajaran. Pendidik
membutuhkan sarana belajar untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Terutama
untuk menghadapi peserta didik yang mengalami kelemahan dalam belajar, maka

disinilah kreatifitas pendidik sangat dituntut. Misalkan, pendidik ingin
menunjukkan benua Eropa, pendidik tidak bisa hanya menjelaskan dengan lisan,
maka perlu digunakan media visual seperti peta, atau globe untuk ditunjukkan

pada peserta didiknya. Sehingga dengan penggunaan sarana yang sesuai dengan
materi pembelajaran dapat merangsang keinginan peserta didik untuk belajar.
Schneider (2005: 1), mengatakan “those involved in school planning
design see this as an opportunity to enhance academic outcome by creating better
learning environments” bahwa mereka yang terlibat dalam perencanaan sekolah
dan desain, melihat ini sebagai kesempatan untuk meningkatkan hasil akademik
dengan menciptakan lingkungan yang lebih baik. Bagi pendidik khususnya,
menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan, aktif, inovatif perlu dipikirkan
dan direncanakan secara matang, sehingga proses pembelajaran lebih menarik dan
bermakna. Untuk menciptakan proses belajar yang menarik dan bermakna tidak
hanya terfokus pada ruang kelas, pendidik dapat memanfaatkan prasarana yang
tersedia di sekolah.
Menurut Daryanto dan Farid (2013: 108), Prasarana pendidikan di sekolah
bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:
1.


Prasarana pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar
mengajar,

2.

seperti:

ruang

teori,

ruang

perpustakaan,

ruang

praktik

keterampilan, dan ruang laboratorium.

Prasarana sekolah yang keberadaannya tidak langsung digunakan untuk
proses belajar mengajar, tetapi secara langsung sangat menunjang terjadinya
proses belajar mengajar, misalnya: ruang kantor, mushola, kantin sekolah,
tanah dan jalan menuju sekolah, kamar kecil, ruang usaha kesehatan sekolah,
ruang pendidik, ruang kepala sekolah, dan tempat parkir kendaraan.

Jenis-Jenis Fasilitas Belajar di Sekolah
Menurut Djamarah (2002: 149), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penyediaan fasilitas belajar di sekolah antara lain sebagai berikut:
1.

Gedung
Gedung sekolah merupakan tempat yang strategis bagi berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karena gedung merupakan tempat kegiatan
belajar mengajar yang akan berlangsung dalam periode waktu yang panjang, maka
diharuskan gedung sekolah sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007. Dimana di dalamnya terdapat
beberapa persayaratan yang harus dipenuhi untuk mendirikan sebuah gedung

sekolah. Sehingga gedung tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di
sekolah tidak menimbulkan bahaya atau gangguan saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Gedung yang terawat senantiasa memberikan kenyamanan bagi
seluruh warga sekolah, khususnya bagi peserta didik dalam proses belajar. Selain
itu lingkungan gedung sekolah yang mempunyai suasana baik, dapat mendukung
suasana belajar peserta didik.
2.

Ruang Kelas
Ruang kelas merupakan ruang berlangsungnya kegiatan belajar mengajar

baik teori maupun praktek. Ada beberapa sekolah yang membebaskan peserta
didiknya mendekorasi ruang kelas sesuai keinginan peserta didiknya, namun
masih dalam batas-batas ketentuan dari sekolah. Hal tersebut dilakukan dengan
harapan peserta didik merasa nyaman di dalam kelas dan proses belajar mengajar
terlaksana secara optimal. Kapasitas maximum ruang kelas yang ditentukan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 adalah sebanyak
32 peserta didik. Namun sayangnya, banyak sekolah-sekolah yang melanggar
batas ketentuan tersebut.
Secara ideal menurut Oemar Hamalik (2003), Ruang kelas harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.

Pencahayaan serta ventilasi yang baik, karena ruang demikian akan terasa
besar bantuannya dalam kebiatan belajar. Sebaliknya ruang yang gelap atau
memerlukan penerangan pada siang hari dan pengap tentunya kurang baik

b.

bagi kesehatan dan sedikit-banyak kurang menunjang kepentingan belajar.
Jauh dari hiruk-pikuk jalan raya atau keramaian Kota, karena hal itu akan
mengganggu konsentrasi anak dalam belajar. Menempati ruang yang tenang

c.

dan jauh dari kegaduhan lebih mendukung anak dalam belajar.
Menjaga kebersihan, kerapihan dan keindahan ruangan agar ruangan sedap

d.


dipandang mata.
Lingkungan tertib dan aman, karena lingkungan yang kurang aman akan turut
mengganggu konsentrasi belajar, bahkan secara fisik mungkin terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.

e.

Menciptakan situasi ruang belajar yang nyaman, hal terebut dirasa penting
guna membantu ketenangan dan kesenangan belajar serta kenyamanan akan

f.

membawa kejernihan suasana dan mempengaruhi pula prilaku dan sikap.
Ukuran ruang cukup memadai untuk kegiatan belajar, ukuran ruang kelas
hendaknya disesuaikan dengan rancangan pengembangan instruksional yang
sangat effektif untuk belajar mengajar sehingga daya serap anak didik

g.

terhadap suara pendidik dapat mendengar dengan baik.
Cat tembok, meski tergolong sesuatu yang bersifat subjektif namun

h.

hendaknya pemilihan warna jangan yang bersifat mencolok.
Atur ruangan agar serasi terhadap penempatan meja dan kursi serta peralatanperalatan lain, dan jangan biarkan terkesan semrawut dan berantakan karena

3.

akan mempengaruhi motif belajar.
Laboratorium
Laboratorium merupakan tempat untuk melakukan kegiatan praktek

dengan menggunakan alat-alat penunjang belajar baik berupa perbuatan-perbuatan
atau benda-benda yang memudahkan dalam menyampaikan pembelajaran. Di
dalam laboratorium biasanya peserta didik jauh lebih aktif bahkan merasa senang
untuk belajar, karena mereka tidak hanya memperlajari teori namun langsung
mempraktekkan isi dari teori pembelajan.
Dalam Permendiknas RI No 24 tahun 2007 tentang Sarana dan Prasarana
di sekolah Standar Nasional Pendidikan menyebut 14 poin standar minimal yang
harus ada di SMA dan MA. Dari keempatbelas standar tersebut salah satu
menyebutkan harus adanya Laboratorium IPA, namun sangat disayangkan
Laboratorium IPS tidak diwajibkan di sekolah. Para pendidik IPS mengajukan
permohonan pengadaan Laboratorium IPS di sekolah namun selalu ditolak dengan
alasan tidak ada dasar hukumnya dan tidak penting. Anggapan ini jelas sebuah
kekeliruan besar, sehingga para pendidik harus terus berjuang mengembangkan
Laboratorium IPS di sekolah.
4.

Perpustakaan
Perpustakaan merupakan pusat informasi bagi pendidik dan peserta didik.

Menurut Gie (2004), perpustakaan adalah sebuah bangunan gedung yang isinya
berupa buku-buku dan bahan bacaan lainnya serta berbagai sumber pengetahuan

seperti film, chalet yang disediakan untuk dimanfaatkan oleh para pengguna.
Namun, tidak semua sekolah memiliki perpustakaan dengan buku bacaan yang
lengkap atau sumber pengetahuan lain seperti yang disebutkan Gie tersebut. Hal
ini tergantung pada kemampuan sekolah masing-masing. Namun, peserta didik
tidak perlu mempermasalahkan kelengkapan buku, yang terpenting buku-buku
yang tersedia di perpustakaan dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan belajar.
Materi pelajaran tertentu dapat dilakukan di perpustakaan untuk
menghindari kebosanan belajar pada peserta didik. Peserta didik ditugaskan untuk
mencari informasi yang sesuai dengan topic materi yang sedang dibahas. Di
perpustakaan terdapat majalah-majalah dan Koran, yang memudahkan peserta
didik memperoleh informasi tentang berita terbaru. Peserta didik juga dimudahkan
dalam memperoleh pengetahuan dan informasi melalui jaringan internet. Bagi
beberapa sekolah yang maju dan mampu, biasanya sudah menyediakan jaringan
internet/ wifi di sekolahnya. Dan ada beberapa sekolah juga yang mengijinkan
peserta didiknya untuk membawa Handphone ke sekolah. Sehingga, peserta didik
benar-benar dimudahkan dalam memperoleh pengetahuan dan informasi yang
tidak hanya bersumber dari buku.
5.

Ruang BP (Bimbingan Penyuluhan)
Ruang Bimbingan Pemyuluhan biasa digunakan pendidik, khususnya

pendidik BP, untuk membantu peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap
dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma
agama). Dengan adanya bimbingan penyuluhan, peserta didik diharapkan mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan. Bimbingan penyuluhan ini diberikan dengan harapan peserta
didik memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
Pendidik BP bertugas mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin
terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.
Pendidik BP memberikan bimbingan kepada peserta didik tentang cara
menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang merugikan dirinya.
Pendidik BP biasanya menginformasikan kepada para peserta didik untuk

mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya
minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan
bebas (free sex).
6.

Buku-buku Pelajaran
Buku pelajaran adalah buku pokok, penunjang dan kepustakaan yang

digunakan oleh seluruh peserta didik dari taman kanak-kanak hingga
perpendidikan tinggi atau universitas, termasuk lembaga pendidikan masyarakat
di jalur pendidikan luar sekolah dan pendidikan keagamaan. Buku teks pelajaran
adalah buku pegangan peserta didik dan pendidik untuk setiap mata pelajaran.
Setiap mata pelajaran dilengkapi dengan buku pengayaan yang melengkapi buku
pelajaran untuk memperkaya pengetahuan peserta didik dan pendidik.
Selain itu, biasanya peserta didik juga dianjurkan untuk memiliki buku
referensi atau rujukan untuk mencari informasi atau data tertentu, seperti kamus,
ensiklopedi, yang direkomendasikan oleh pendidik. Sumber belajar lainnya adalah
sumber informasi dalam bentuk selain buku, seperti jurnal, majalah, surat kabar,
poster, situs (website), dan compact disk. Menurut Peraturan Menteri Nasional No.
11 Tahun 2005, buku pelajaran adalah buku acuan wajib yang digunakan di
sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan
dan ketaqwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan
kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.
2.

Proses Pembelajaran
Proses dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai runtutan

perubahan dalam perkembangan sesuatu hal. Menurut Khanifatul (2013: 14),
pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar
peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar
peserta didik yang bersifat internal. Sedangkan menurut Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional, pembelajaran didefinisikan sebagai proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Sumber belajar peserta didik di sekolah adalah buku, alat peraga, alat tulis
dan media pengajaran, yang biasa disebut sarana belajar. Dan prasarana
pendidikan yang secara langsung digunakan untuk proses belajar mengajar,
seperti: ruang teori, ruang perpustakaan, ruang praktik keterampilan, dan ruang
laboratorium. Jadi Proses Pembelajaran dapat diartikan sebagau runtutan
perubahan karena adanya proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran di Kelas
Tiga faktor utama yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas,
antara lain adalah faktor yang datang dari pendidik, peserta didik, dan lingkungan.
1)

Pendidik
Pendidik merupakan ujung tombak dari berhasil tidaknya suatu proses

pembelajaran. Pendidik yang merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi
pembelajaran di dalam kelas. Pengaruh pendidik dalam proses pembelajaran di
kelas berkaitan erat dengan keprofesionalan pendidik itu sendiri. Pendidik yang
profesional didukung oleh tiga hal, yakni: keahlian, komitmen, dan keterampilan.
Selain tiga hal tersebut, hal-hal yang berpengaruh terhadap proses pembalajaran di
antaranya:
a.

Kondisi dalam diri pendidik
Pendidik merupakan makhluk Tuhan yang juga memiliki banyak sisi

kekurangan. Tidak sedikit pendidik yang tidak mampu menjaga kondisi dalam
dirinya. Biasanya permasalahan yang ada di rumah akan di bawa ke dalam kelas,
yang pada akhirnya luapan emosi akan dilimpahkan pada peserta didik yang
merusak konsentrasi belajar di dalam kelas. Nah, hal semacam ini yang perlu
dihindari. Pendidik dituntut untuk profesional dalam menjalankan profesinya.
Mendidik peserta didik dengan cara yang manusiawi, penuh kasih sayang, dan
penuh perhatian, sehingga peserta didik merasa nyaman. Terciptanya suasana
belajar yang nyaman dan bermakna dapat memicu kreativitas dan keingintahuan
peserta didik, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan
efisien.

b.

Kemampuan mengajar
Pendidik yang memiliki kemampuan mengajar, biasanya akan lebih mudah

menyampaikan makna dari pembelajaran, dan peserta didik biasanya lebih mudah
dalam memahami apa yang di ajarkan atau diarahkan pendidik. Kemampuan
mengajar pendidik kaitannya dengan pengelolaan kelas agar tercipta suasana
belajat interaktif, dan pemilihan strategi belajar yang tepat. Pendidik dapat
memilih dan menggunakan fasilitas belajar yang ada di sekolah untuk menunjang
proses pembelajaran.
Tersedianya teknologi canggih di sekolah, dapat memudahkan pendidik
dalam menyampaikan materi pelajaran, misalkan dengan menampilkan gambargambar letak suatu daerah dengan Media OHP. Menurut Daryanto (2013: 172),
sediakan bagi peserta didik “alat bantu visual”, bila mungkin, saat menerangkan
suatu konsep abstrak, karena saat ini sebagian besar jumlah murid adalah bersifat
pelajar visual.
c.

Kemampuan mengatur kondisi kelas
Menurut Djamarah dan Zain (2006: 123), pengelolaan kelas adalah

keterampilan pendidik untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang
optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Biasanya di dalam kelas, ada beberapa peserta didik yang merusak
suasana belajar, dan disinilah kemampuan pendidik dalam mengembalikan
kondisi belajar yang tertib perlu pendidik terapkan. Agar kondisi kelas kembali
tenang dan semua peserta didik dapat belajar dengan tertib dan nyaman.
Namun, kebanyakan pendidik, untuk mengembalikan kondisi kelas yang
tertib lebih memilih cara dengan berteriak atau dengan memarahi peserta
didiknya. Mungkin cara tersebut dapat mengkondusifkan kelas namun hal tersebut
jelas membuat peserta didik merasa terintimidasi dan tidak bebas. Padahal
pembelajaran sekarang mengharuskan peserta didik merasa senang belajar, kreatif,
kritis, dan mampu berinteraktif dengan baik di dalam kelas. Hal ini jelas
mengharuskan pendidik untuk menggunakan cara lain yang lebih tepat untuk
mengatur kondisi kelas agar tetap tertib dan proses belajar mengajar tetap efektif.
2)

Peserta Didik

Peserta didik merupakan objek dan subjek yang mencari dan menerima
pengetahuan, sikap, dan keterampilan guna memperoleh perubahan positif dalam
dirinya. Perubahan tersebut dapat diperoleh dari proses pembelajaran yang
bermakna di dalam kelas. Berhasil tidaknya proses pembelajaran peserta didik
banyak dipengaruhi berbagai faktor, baik faktor intern maupun ekstern.
Sebagai contoh, peserta didik dari latar belakang ekonomi menengah
kebawah, akan mengalami kesulitan dalam penggunaan teknologi canggih karena
di rumahnya tidak tersedia. Sehingga, kemampuannya dalam menggunakan
teknologi seperti komputer, atau OHP saat mengkomunikasikan hasil diskusinya,
akan jauh dibawah peserta didik lain yang sudah terbiasa. Contoh lain, peserta
didik yang merasa tidak nyaman berada di dalam kelas dikarenakan dirinya sering
dikucilkan atau dipermainkan. Hal-hal yang berkaitan dengan kondisi peserta
didik tersebut, akan berdampak luas bagi proses pembelajaran.
3)

Lingkungan
Untuk kelancaran proses pembelajaran diperlukan lingkungan yang jauh

dari keramaian/ kebisingan agar tidak mengganggu proses belajar, jauh dari
polusi, lingkungan yang nyaman, serta terhindar dari segala gangguan.
Lingkungan yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas mencakup
lingkungan kelas dan lingkungan sekitar sekolah.
a.

Lingkungan Kelas
Lingkungan kelas merupakan suatu tempat yang menjadi lokasi proses

pembelajaran. Kelas tidak hanya memiliki batasan ruang dalam sebuah gedung
sekolah, tapi dapat dilakukan di mana saja asalkan terjadi interaksi pembelajaran
antara pendidik dan peserta didik. Kondisi dalam kelas akan sangat
mempengaruhi proses pembelajaran. Misalnya, kebersihan kelas, fasilitas belajar,
arsitektur, pencahayaan, dan sebagainya. Kondisi kelas yang kotor, jelas akan
mengganggu proses pembelajaran dan menimbulkan rasa ketidaknyamanan.
Termasuk sarana dan prasarana, arsitektur, dan pencahayaan yang buruk, akan
memperburuk kualitas proses pembelajaran di kelas.
Fasilitas belajar dalam kelas juga termasuk bagian dari lingkungan kelas.
Kelas dengan sarana dan prasarana lengkap dapat meningkatkan kualitas proses

pembelajaran di kelas. Hal ini berbeda dengan kelas dengan sarana dan prasarana
yang minim. Sarana dan prasarana yang lengkap tanpa penggunaan yang
maksimal oleh pendidik, maka tidak akan memberikan kemajuan apapun terhadap
proses pembelajaran.
b.

Lingkungan Sekolah
Lokasi sekolah yang terhindar dari segala gangguan akan mendukung

proses pembelajaran. Berbeda dengan sekolah yang terletak di lingkungan yang
berpotensi mengganggu proses pembelajaran seperti, lingkungan industri yang
panas dan penuh polusi atau sekolah yang terletak di lokasi yang kerap kebanjiran.
Kondisi tersebut akan membawa dampak buruk bagi proses pembelajaran di kelas.
Kondisi sekitar lingkungan sekolah juga turut mempengaruhi karakteristik
peserta didik yang dapat berpengaruh pada proses pembelajaran di kelas.
Misalnya, suatu lingkungan yang banyak terdapat tempat hiburan malam seperti
karaoke, diskotik, akan menciptakan pribadi peserta didik yang liar dan suka
hiburan, karena pengaruh lingkungan. Tidak jarang hal ini menyebabkan peserta
didik malas untuk sekolah, bahkan sering terlambat karena telat bangun pagi.
Peserta didik kemudian menjadi pribadi yang membutuhkan bimbingan lebih
lanjut dari pendidik untuk dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Peranan Fasilitas Belajar Dalam Menunjang Proses Pembelajaran
Fasilitas belajar merupakan sarana dan prasarana yang digunakan sebagai
alat penunjang proses pembelajaran. Gedung yang bagus, aman, dan jauh dari
segala macam gangguan membuat dapat mendukung suasana belajar. Ruang kelas
yang bersih, rapi, lengkap dengan segala sesuatu yang dibutuhkan juga sangat
menunjang proses pembelajaran. Karena segala sesuatu yang dibutuhkan pendidik
dan peserta didik untuk kegiatan belajar mengajar sudah tersedia di dalam kelas.
Laboratorium tempat yang digunakan untuk praktek dapat membantu peserta
didik memperdalam pengetahuannya. Perpustakaan yang lengkap sebagai sumber
informasi, ruang BP sebagai tempat peserta didik menetukan potensi dirinya, dan
juga buku pelajaran untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Segala fasilitas

belajar tersebut perlu dan sangat dibutuhkan demi tercapainya proses belajar yang
berkualitas karena dapat mendorong motivasi belajar peserta didik.
Proses Pembelajaran merupakan runtutan perubahan karena adanya proses
interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Tiga faktor utama yang mempengaruhi proses pembelajaran di
dalam kelas, yaitu pendidik, peserta didik, dan lingkungan kelas. Pendidik sebagai
tenaga pengajar yang profesional perlu memiliki kreatifitas, strategi, dan
kemampuan dibidangnya. Pendidik harus mampu menguasai dirinya, sehingga
kemampuan mengajar dan kemampuan dalam mengatur kondisi kelas tetap stabil.
Pendidik juga diharuskan memiliki kreatifitas dan strategi yang tepat dalam
memanfaatkan segala fasilitas yang ada. Fasilitas yang lengkap dan modern tanpa
adanya kreatifitas dan strategi yang tepat, tidak akan menunjang proses
pembelajaran karena adanya keterbatasan kemampuan pendidik.
Selain pendidik, peserta didik juga termasuk salah satu komponen penting
dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Fasilitas pembelajaran di sediakan
dengan tujuan untuk memudahkan peserta didik dalam belajar. Namun, jika
peserta didik memiliki problema dalam belajar, pendidik sebagai fasilitator perlu
memfasilitasi dan membimbing peserta didik. Pendidik perlu menggunakan
kreatifitasnya dalam menentukan sarana atau prasarana mana yang tepat
digunakan, sehingga proses belajar mencapai tujuan yang diharapkan. Keadaan
lingkungan belajar juga dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Keadaan
lingkungan yang tertib, tenang, dan nyaman, sudah pasti dapat menciptakan
suasana belajar yang kondusif.
Kesimpulan
Fasilitas belajar merupakan sarana dan prasarana yang membantu
memudahkan proses belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan di sekolah
sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Fasilitas belajar yang lengkap dan nyaman
dapat mendorong motivasi belajar peserta didik sehingga dapat menunjang dalam
proses pembelajaran. Proses Pembelajaran merupakan runtutan perubahan karena
adanya proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. Tiga faktor utama yang mempengaruhi proses
pembelajaran di dalam kelas, yaitu pendidik, peserta didik, dan lingkungan kelas.
DAFTAR BACAAN
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Daryanto. 2013. Standard Kompetensi Dan Penilaian Kinerja Pendidik
Profesional. Yogyakarta: Gava Media.
Daryanto; Farid, Mohammad. 2013. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di
Sekolah. Yogyakarta: Gava Media.
Daryanto, H.M. 2006. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamarah; Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Gie, Liang. 2004. Cara Belajar Yang Baik Bagi Mahapeserta didik. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Khanifatul. 2013. Pembelajaran Inovatif: Strategi Mengelola Kelas Secaraefektif
Dan Menyenangkan. Yogyakarta: Arruz Media.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2007. Standar sarana
dan prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Dan
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). 28 juni 2007.
Schneider, Mark. 2002. Do school facilities affect Academic Outcomes. National
Clearinghouse For Educational Facilities. www.edfacilities.org.