1. Bencana alam: segala jenis bencana yang sumber, perilaku, dan faktor penyebab atau pengaruhnya berasal dari alam, seperti : banjir, tanah longsor, gempa bumi, erupsi gunung api, kekeringan, angin ribut dan tsunami. - 9th eadc harmoni indonesia topik fi
9th EADC Harmoni Indonesia: Term of Reference
TOR ( Term Of Reference)
Th
9 Eagle Award Documentary Competition.
Harmoni INDONESIA
Hidup di atas lempeng tektonik dan untaian gunung berapi adalah sebuah berkah sekaligus bencana bagi Indonesia. Menjadi berkah karena memberikan bentang alam nan indah, tanah yang subur dan kaya mineral. Tak pelak menjadi bencana, ketika lempeng-lempeng itu bertumbukan dan gunung-gunung api menggeliat bangun.
Nenek moyang Indonesia sejak berabad silam hingga kita kini, hidup berdampingan dengan kedua hal tersebut : berkah dan bencana. Upaya menyikapi keduanya menciptakan sebuah kearifan tersendiri, bagi mereka yang hidup demikian dekatnya dengan bencana. Dan tentunya melahirkan sebuah harmoni kehidupan.
”Living Harmony with Disaster” - demikian kita menyebutnya-, sejatinya bisa diartikan
menjadi hidup berdampingan secara harmonis dengan bencana. Bukanlah sebuah jargon kosong, karena kita yakin, kita telah teruji melewati berbagai macam bencana tersebut. Kearifan-kearifan lokal lahir dari berbagai bencana tersebut. Mulai dari menanggulanginya, menyikapinya, menghadapinya, menghindarinya hingga mencegahnya.
Sejarah menunjukkan bahwa masyarakat yang hidup bersisihan dengan gunung berapi misalnya, secara turun temurun menularkan kearifan lokal yang mereka miliki kepada generasi yang lebih muda, bahkan anak-anak. Begitu juga masyarakat yang tinggal secara berpindah dan mengakrabi samudera yang terbentang luas. Mereka mereka hafal dan fasih bagaimana seharusnya menyikapi alam. Kearifan dan Ilmu setinggi bintang, sedalam lautan tersebut telah dikuasai secara turun temurun oleh masyarakat Indonesia. Kesadaran untuk memelihara bumi adalah bagian dari kearifan lokal itu sendiri dalam melahirkan sebuah harmoni kehidupan.
Darimana Datangnya Bencana
Secara geografis, bencana di Indonesia memang identik dengan bencana alam. Namun perlu dipahami, bahwa bencana itu sendiri sejatinya tidak selalu terkait dengan alam. Yang pasti, bencana selalu terkait dengan manusia, baik dalam posisi sebagai korban atau sebab dari bencana itu sendiri.
Bencana dapat didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat. Bencana disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor non alam atau faktor manusia yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Berdasarkan sumber dan penyebabnya, bencana dapat dibagi menjadi :
1. Bencana alam: segala jenis bencana yang sumber, perilaku, dan faktor penyebab atau pengaruhnya berasal dari alam, seperti : banjir, tanah longsor, gempa bumi, erupsi gunung api, kekeringan, angin ribut dan tsunami. 2. Bencana non alamyang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. 3. Bencana sosial, biasanya diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror. Bencana-bencana diatas begitu akrab dalam peri-kehidupan masyarakat Indonesia sejak dulu hingga kini.
Lalu Bagaimana masyarakat Indonesia menyikapi segala macam bencana tersebut ? upaya apa saja yang harus dilakukan demi mewujudkan sebuah harmoni? Langkah apa saja yang harus dan sudah dilakukan agar harmoni bisa selalu diciptakan? Adakah langkah-langkah penanggulangannya kemudian bisa menjadi fasih dalam tatanan masyarakat dan menjelma kearifan lokal tersendiri? Bagaimana mereka menggalinyadan menggabungkannya dengan pengetahuan terkini? Sederet pertanyaan muncul dan mencari jawaban demi lahirnya ide serta solusi dari semua pihak yang peduli dengan keharmonisan Indonesia
Harmoni Kearifan Lokal Indonesia th
Mengangkat Tema HARMONI INDONESIA pada penyelenggaraan 9 Eagle Awards Documentary Competition (EADC), Metro TV ingin menggali berbagai upaya apa saja yang bisa atau telah dilakukan untuk mewujudkan keharmonisan.
Mengharmoniskan alam dengan bijaksana sudah banyak didengungkan dengan tujuan agar kita tidak merusak dengan sengaja. Keserakahan, kecurangan dan ketidakadilan bisa merusak keharmonisan itu sendiri dan akhirnya berpengaruh pada alam. Kaitan antara manusia dan alam misalnya, mengapa hutan dan sungai harus dijaga dengan adanya larangan ‘mengusik’ ekosistem agar tetap memiliki keseimbangan mata rantainya. Mengharmoniskan juga berarti melakukan antisipasi, apalagi menyadari bahwa kita hidup diatas lempeng-lempeng tektonik utama dunia dan rangkaian hunung berapi nan aktif.
Begitu banyak kisah-kisah yang merekam kearifan lokal yang menginformasikan bahwa manusia yang tinggal di Indonesia harus waspada dan jangan lalai dengan keadaan lingkungan hidupnya karena potensi alamnya yang berada di wilayah dinamis . Harmoni Indonesia juga berupaya menggambarkan hubungan yang erat (intimacy) dan folklor atau cerita rakyat berisi kebijakan masyarakat tradisional dalam mengantisipasi bencana. Sayangnya hal semacam ini sering diabaikan. Sebagian besar malah hilang tak tercatat. Padahal, sistem mitigasi bencana berbasis alam dan sistem peringatan dini bisa menjadi instrumen penting penyelamatan preventif korban. Pengetahuan ini memiliki karakteristik penting yang berbeda dari pengetahuan lainnya. Kenapa? Terlebih kearifan lokal berasal dari masing-masing komunitas dan penyebarannya pun dilakukan masyarakat. Kearifan lokal juga dikembangkan selama beberapa generasi ke generasi dengan mudah diadaptasi dan diajarkan dalam kehidupan masyarakat sebagai alat bertahan.
Tumbuh, Utuh dan Tangguh.
Begitu banyak ‘sosok pahlawan’ yang selama ini bekerja mencurahkan segenap waktu dan pikirannya menjaga, merawat, memperhatikan alam dan lingkungannya. Sosok yang penuh optimisme akan kehidupan harmoni yang akan dia raih di masa depan. Mereka adalah relawan mulai dari individu, tokoh masyarakat, maupun kelompok yang bekerjasama dengan lembaga penanggulangan bencana. Namun ada juga sosok non-relawan, yang bekerja di bawah instansi pemerintah tertentu, dengan dedikasi berlebih demi menjaga harmoni alam.
Dengan menuangkan kisah-kisah tersebut ke dalam film dokumenter diharapkan makna dari 'Tumbuh, Utuh dan Tangguh'dapat tereksplorisasi. Tumbuh dalam arti menciptakan sebuah harmoni, menumbuhkan kesadaran untuk mengantisipasi alam. Utuh maksudnya, harmoni hanya bisa diciptakan jika secara utuh, semua pihak bersatu karena menyadari bahwa sebuah gejolak alam harus segera ditanggulangi. Gerakan antisipasi terhadap sebuah bencana pun hanya bisa dilakukan jika secara utuh tiap pihak melakukan kontribusinya. Tangguh dalam menciptakan Indonesia yang harmoni, adalah sebuah perjalanan panjang, dan setiap anggota masyarakat harus tangguh, karena memiliki daya antisipasi, daya proteksi dan beradaptasi “Living Harmony with Disaster” . Bagaimana masyarakat melibatkan generasi muda agar kelak di masa depan mereka TUMBUH, UTUH dan TANGGUH dengan memanfaatkan kearifan lokal dalam mengantisipasi bencana? Semangat menyikapi “Living Harmony with Disaster” bisa dianggap sebagai upaya memahami kearifan lokal masyarakat Indonesia, agar tak seluruhnya terlupakan dan senantiasi menginspirasi. Bahwa bencana bukanlah sekadar bencana, tapi juga membawa berkah dalam setiap segi peri-kehidupan Indonesia, bernama 'Harmoni Indonesia'.
th
Topik 9 Eagle Awards Documentary Competition (EADC) Metro TV 2013, diharapkan lahir gagasan-gagasan proposal film dokumenter yang berorientasi pada :
Individu/sekelompok orang yang konsisten berjuang terhadap pentingnya kearifan lokal dan menyelenggarakan pendidikan dini tentang pentingnya kearifan lokal untuk menghindari kebencanaan Sekolah/lembaga pendidikan yang berusaha menanamkan kurikulum tentang ”Living
Harmony with Disaster”
Individu/sekelompok orang yang mendedikasikan dirinya dalam menyelenggarakan pendidikan di lokasi-lokasi pasca bencana dan mengingatkan kembali pentingnya memahami kearifan lokal Praktisi/Ilmuwan/Masyarakat biasa yang melakukan penelitian guna menemukan metodelogi dalam mengatasi persoalan kebencanaan dengan memanfaatkan mitigasi bencana berbasis alam. Aktifis/LSM/Perorangan yang menciptakan masyarakat sadar bencana dan menggali kearifan alam serta menggabungkannya dengan pengetahuan terkini Individu/ sekelompok orang dari instansi pemerintah dengan dengan segala keterbatasannya (contoh : alat, daerah terpencil, dll) melayani masyarakat dengan dedikasi penuh demi terhindar dari bencana Tokoh Masyarakat/Tokoh adat yang bekerja keras dan bersinergi dengan masyarakatnya sehingga mampu menemukan cara-cara dalam mencegah terjadinya bencana berdasarkan mitigasi bencana berbasis alam. Cerita-cerita kemanusian dari tanah bencana terkait persoalan recovery, rekonstruksi
& rehabilitasi pasca bencana dimana didapati orang-orang yang mengabdikan dirinya tanpa pamrih dalam mengatasi persoalan-pesoalan kebencanaan Individu/Sekelompok orang yang fokus meng-kampanyekan perdamaian dan kearifan lokal guna terciptanya lingkungan yang kondusif, aman & nyaman. Potret sekelompok orang dengan latar belakang suku & agama yang berbeda, bersinergi dan bekerjasama dalam melakukan upaya-upaya positif dan produktif dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik.
Potret perjuangan sekelompok orang/individu dalam melakukan upaya-upaya dalam hal pengentasan kemiskinan & kebodohan di daerahnya dengan mengembangkan berbagai kearifan lokal. Komunitas sukarelawan berbasis masyarakat yang dibangun untuk menghadapi dan menganggulangi bencana. Individu/ Sekelompok orang yang pernah menjadi korban bencana dan bangkit kembali mencari solusi. Individu / Sekelompok orang yang pernah/ sedang hidup ditengah konflik dan berusaha mencari jalan perdamaian dan rekonsiliasi Dan lain sebagainya.