Rancang bangun spasial web service ancaman dan resiko bencana alam: studi kasus wilayah pemantauan badan nasional penanggulangan bencana

(1)

i SKRIPSI

RANCANG BANGUN SPASIAL WEB SERVICE ANCAMAN DAN RESIKO BENCANA ALAM (STUDI KASUS : WILAYAH PEMANTAUAN BADAN

NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA)

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh : PUTRI UTAMI

109093000113

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014 M / 1435 H


(2)

ii HALAMAN JUDUL

RANCANG BANGUN SPASIAL WEB SERVICE ANCAMAN DAN RESIKO BENCANA ALAM (STUDI KASUS : WILAYAH PEMANTAUAN BADAN

NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA)

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negri Syariaf Hidayatullah Jakarta

Oleh: PUTRI UTAMI

109093000113

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014 M / 1435 H


(3)

(4)

(5)

v PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

JAKARTA, OKTOBER 2014


(6)

vi ABSTRAK

PUTRI UTAMI, Rancang Bangun Web Service Ancaman dan Resiko Bencana Alam (Studi KAsus: Daerah Pemantauan Badan Nasional Penanggulangan Bencana) di bawah bimbingan ZAINUL ARHAM dan EVA KHUDZAEVA.

Indonesia adalah negara yang rawan bencana dilihat dari aspek geografis, klimatologis dan demografis. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua samudera menyebabkan Indonesia mempunyai potensi yang cukup bagus dalam perekonomian sekaligus juga rawan dengan bencana.Kombinasi antara berbagai risiko ancaman, kondisi kerentanan, ketidakmampuan atau kelemahan dalam bertindak untuk mengurangi potensi konsekuensi negatif yang ada. Kompleksitas penyelenggaran penanggulangan bencana memerlukan suatu penataan dan perencanaan yang matang, terarah dan terpadu.Penyelarasan arah penyelenggaraan penanggulangan bencana pada suatu kawasan membutuhkan dasar yang kuat dalam pelaksanaannya dan kebutuhan ini terjawab dengan kajian risiko bencana. Kajian risiko bencana merupakan perangkat untuk menilai kemungkinan dan besaran kerugian akibat ancaman yang ada. Dengan mengetahui kemungkinan dan besaran kerugian. Oleh karena itu untuk membantu penyelenggaraan penanggulangan bencana dibutuhkan sebuah sistem informasi spasial yang mempunyai kemampuan memberikan informasi tentang daerah ancaman dan resiko bencana alam di Indonesia. Metode pengembangan sistem yang digunakan adalah Object Oriented Analysis and Design dengan model Rapid Application Development (RAD). Perancangan system dilakukan dengan notasi Unified Modelling Language (UML). Tahap pengkodean sistem dilakukan dengan menggunakan Java, PHP, dan MYSQL. Kata Kunci: Resiko Bencana,Ancaman Bencana, Object Oriented Analysis and Design, Rapid Application Development, Unified Modelling Language

Bab I-V+203 Halaman+ vi Halaman+93 Gambar+31 Tabel+Pustaka +5 Lampiran + 5 Daftar Simbol


(7)

vii KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Rancang Bangun Spasial Web Service Ancaman dan Resiko Bencana Alam (Studi Kasus : Badan Nasional Penanggulangan Bencana)”. Shalawat dan salam tak lupa tersirah untuk Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali pihak yang terlibat yang membantu penulis sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Zulfiandri, MMSI, selaku Ketua Program Studi Jurusan Sistem Informasi. 3. Bapak Zainul Arham, M.Si, dan Ibu Eva Khudzaeva, M.Si, selaku dosen

pembimbing yang secara bijaksana dan kooperatif telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan baik secara moral maupun teknis.

4. Bapak Agus dan Mas Iwan selaku pihak dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Mas Satria Selaku pihak dari Badan Meteorologi dan Klimatologi. 5. Kedua Orangtuaku, Bapak Soenaryo SE yang telah berjuang untuk memberikan

semangat hidup kepada keluarga dan menjadi motivasi saya dalam melakukan setiap pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Mama tercinta Sri Rahayu S.Pd. Do’a


(8)

viii dan harapan tak pernah lepas dari ucapanmu, untuk keberhasilan putera-puterimu. Ucapan terima kasih tidak akan cukup membalas semua jasamu. I Love You and I will never let you down Pa, ma.

6. Adik-adikku tersayang Imam Baharuddin dan Aziz Rizkyan yang selalu memotivasi saya dengan cara yang tidak terduga untuk menjadi kaka yang baik dan bijaksana.

7. Sahabat tersayang “Nona-nona” Pramitha Dwi Larasati, Firza yenti dan Rizka Hidayanti, My beloved groups “Gank Arisan” Abdu, Tantowi, Rizky, Deni, Diki, Mawan, Fahrul yang selalu memberikan semangat persahabatan yang tak terlupakan, terima kasih atas persahabatan kita ,grazie amici per il support che mi date, ti amo.

8. Teman seperjuangan SIC 2009 dan GIS 2009 terima kasih atas kebersamaannya dikelas maupun diluar kelas. Dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini, maaf jika saya tidak bisa menyebutkan satu per satu.

Akhir kata, Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat, baik sebagai bahan karya tulis berupa informasi, perbandingan maupun dasar untuk penelitian materi lebih lanjut.

Jakarta, Juli 2014 Penulis


(9)

ix LEMBAR PERSEMBAHAN

Pada kesempatan ini, penulis ingin mempersembahkan skripsi ini kepada seluruh pihak yang telah membantu baik moril maupun materil, terutama kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, Soenaryo S.E dan Sri Rahayu S.Pd yang selama ini telah bersabar menunggu kelulusan Peneliti, yang tanpa henti mendoakan kelancaran proses skripsi ini. Dan adikku Imam Baharuddin, Aziz Rizkyan yang selalu memberikan dorongan untuk Peneliti segera menyelesaikan skripsi ini. 2. Guru sekaligus motivatorku Bapak Zainul Arham, Ibu Eva Khudzaeva, Bapak Eri

Rustamaji, yang telah memberikan gagasan, arahan serta semangat selama penulisan skripsi ini. Dosen Sistem Informasi yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis. Dan Keluarga Besar Sistem Informasi khususnya Sistem Informasi C angkatan 2009, Sistem Informasi Geografis angkatan 2009 dan keluarga besar HIMSI.

3. Sahabat-sahabatku Rizka Hidayanti, Pramitha Dwi Larasati, Firza Yenti, Rizky Adhi, Diky Wardani, Fahrul Rozi, Ahmad Tantowi, Denny Ramadhan, Harnanda Himawan, Abdu Rifai, Wara Gilang, Nuranita Permatasari, Hasan Kiana Aji, Endang Soenarya.

Desember 2014 Putri Utami NIM 109093000113


(10)

x DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ...ii

LEMBAR PENGESAHAN ...iii

PENGESAHAN UJIAN...iv

LEMBAR PERNYATAAN... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR... vii

LEMBAR PERSEMBAHAN...ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR GAMBAR...xvii

DAFTAR TABEL...xxii

DAFTAR SIMBOL...xxiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah…………...…………...1

1.2 Rumusan Masalah………..9

1.3 Batasan Masalah………..10

1.4 Tujuan………..11

1.4.1 Tujuan Umum………..11


(11)

xi

1.5 Manfaat………12

1.5.1 Bagi Penulis……….12

1.5.2 Bagi Universitas………..12

1.5.3 Bagi Pengguna Sistem……….12

1.6 Metode Penelitian………13

1.6.1 Metode pengumpulan data………...13

1.6.2 Metode Perancangan sistem………14

1.7 Sistematika Penulisan………..15

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Rancang Bangun………..17

2.2 Konsep Sistem Informasi……...………..17

2.3 Konsep Sistem Informasi Geografis (SIG)……….18

2.3.1 Pengertian SIG……….18

2.3.2 Komponen SIG………20

2.4 Konsep Spasial Web Service………...21

2.5 Konsep Ancaman dan Resiko Bencana Alam………….………22

2.5.1 Pengertian Bencana Alam………...22


(12)

xii

2.5.3 Resiko Bencana………..24

2.6 Konsep Mitigasi dan Spasial Web Service………….………25

2.6.1 Kesiapsiagaan………..………25

2.6.2 Web Geographic Information System……….26

2.6.3 Orientasi Mitigasi Bencana dan Islam….………32

2.7 Peta dan Pemetaan………...36

2.7.1 Skala Peta………36

2.8 Konsep Pengembangan Sistem Informasi………..…………37

2.8.1 Object Oriented………...37

2.8.2 Rapid Application Development (RAD)...38

2.8.2.1 Model RAD menurut Kendall & Kendall…………...38

2.8.2.2 Model RAD menurut Pressman………...39

2.8.3 UML (Unified Modelling Language)………..40

2.8.3.1 Tujuan UML………41

2.8.3.2 Diagram dalam UML………..41

2.9 Telepon Pintar (Smartphone)………..43

2.9.1 Android..………..…………45

2.10 KML/KMZ………..46

2.11 Tools Pembuat Aplikasi………...47

2.11.1 Bahasa Pemrograman………..47


(13)

xiii

2.11.1.2 PHP (Hypertext Preprocessor)………...48

2.11.2 Perangkat Pengembang Software………48

2.11.2.1 Android SDK (Software Development Kit)……….48

2.11.2.2 Eclipse………...49

2.11.2.3 ArcGIS ESRI……….50

2.11.3 Database………50

2.11.3.1MySQL………...52

2.11.3.2 Database Management System (DBMS)…………...52

2.11.3.3 XAMPP……….53

2.12 Metodologi Penelitian……….53

2.12.1 Metode Pengumpulan Data……….53

2.12.1.1Metodologi Pengembangan Sistem Menggunakan Rapid Application Development (RAD) ………53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian………56

3.2 Data dan Perangkat Penelitian………56

3.2.1 Data Penelitian………56

3.2.2 Perangkat Penelitian………...57


(14)

xiv

3.3.1 Metode Pengumpulan Data………58

3.3.1.1Observasi……….58

3.3.1.2Wawancara………..59

3.3.1.3 Studi Pustaka………...59

3.3.2 Metode Pengembangan Sistem………70

3.3.2.1 Perencanaan Syarat (Requirements Planning)……....70

3.3.2.2 Proses Desain (Workshop Design)………..…71

3.3.2.3 Fase Implementasi………...72

3.3 Kerangka Penelitian……….76

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perencanaan Syarat (Requirement Planning)………..77

4.1.1 Gambaran Umum Institusi………..77

4.1.1.1 Badan Nasional Penanggulangam Bencana…………77

4.1.1.2 Tugas BNPB dalam Penanggulangan Bencana…….81

4.1.1.3 Struktur Organisasi BNPB………82

4.1.1.4 Sturktur Organisasi BNPB bagian Data Informasi dan Humas………83

4.1.1.5 Struktur Organisasi BMG Balai Besar II………….83

4.1.1.6 Tugas Pokok dan Fungsi BMG………...83


(15)

xv

4.1.2 Tujuan Perancangan Sistem………85

4.1.3 Analisis Proses Bisnis dan Sistem yang Berjalan…………....86

4.1.3.1 Kelebihan Sistem Berjalan………..88

4.1.3.2 Kelemahan Sistem Berjalan………88

4.1.4 Identifikasi Masalah………...89

4.1.4.1 Tujuan Pengembangan Sistem………...90

4.1.5 Analisis Sistem Usulan………91

4.1.5.1Ruang Lingkup Sistem………93

4.1.6 Kebutuhan Perancangan Sistem………..………...94

4.2 Proses Design………..98

4.2.1 Perancangan Sistem……….99

4.2.1.1 Use Case Diagram………..99

4.2.1.1.1 Narasi Use Case………..104

4.2.1.2 Activity Diagram……….………..131

4.2.1.3 Sequence Diagram………...150

4.2.1.5 Perancangan Class Diagram………..…………160

4.2.1.5.1 Tabel Daftar Objek Potensial…….160

4.2.1.5.2 Class Diagram………....162

4.2.1.5.2.1 Mapping Diagram ….………...163


(16)

xvi

4.2.2.1 Struktur Database………..164

4.2.3 Perancangan Layout………...169

4.3 Fase Implementasi……….181

4.3.1 Coding Program……….181

4.3.1.1 Kajian Ancaman dan Risiko Bencana………...181

4.3.1.2 Penentuan Tingkat Ancaman dan Resiko…………..186

4.3.1.3 Pemrograman (Coding)………188

4.3.2 Pengujian Sistem………...189

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan………194

5.2 Saran………..195

DAFTAR PUSTAKA………xxix LAMPIRAN


(17)

xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Data Kejadian Bencana……..………..…………..………...1

Gambar 1.2 daftar korban bencana………..………..2

Gambar 1.3 Peta Pacific Ring of Fire………3

Gambar 2.1 Komponen SIG……….…………...20

Gambar 2.2 Kesiapsiagaan dalam Model Siklus Pengelolaan Bencana………...…...26

Gambar 2.3 Sistem Federated Web GIS…………...………31

Gambar 2.4 Siklus Penanggulangan Bencana dalam prespektif Islam…………...35

Gambar 2.5 Use case Diagram………41

Gambar 2.6 Class Diagram………...42

Gambar 2.7 Activity Diagram……….………...42

Gambar 2.8 Sequence Diagram………...43

Gambar 2.9 Arsitektur Android.………..46

Gambar 3.1 Tahapan RAD………..70

Gambar 3.2 Contoh Peta Resiko bencana………...74

Gambar 3.3 Kerangka Berfikir Penelitian………...75

Gambar 4.1 Struktur Organisasi BNPB………...82

Gambar 4.2 Struktur organisasi BNPB bagian Data,informasi dan Humas…………83


(18)

xviii

Gambar 4.4 Rich Picture Analisis Sistem Berjalan……….86

Gambar 4.5 Sistem usulan………...92

Gambar 4.6 Use case diagram………..…...99

Gambar 4.7 Activity Diagram Lihat Home………..….131

Gambar 4.8 Activity lihat ancaman bencana………...132

Gambar 4.9 Activity lihat resiko bencana………..……133

Gambar 4.10 Activity lihat pantauan bencana………..…….134

Gambar 4.11 Activity lihat data kejadian bencana………..…..135

Gambar 4.12 Activity lihat prakiraan cuaca………..……….136

Gambar 4.13 Activity lihat kerentanan bencana………...….137

Gambar 4.14 Activity lihat pengetahuanbencana……….……138

Gambar 4.15 Activity lihat tentang………..…..139

Gambar 4.16 Activity lihat berita………...140

Gambar 4.17 Activity mengunduh data .………...141

Gambar 4.18 Activity Diagram lihat buku dan poster………...142

Gambar 4.19 Activitylogin……….…...143

Gambar 4.20 Activity Diagram Logout……….……....144

Gambar 4.21 Activity Diagram manjemen peta………145

Gambar 4.22 Activity Diagram Manajemen Berita...146

Gambar 4.23 Activity Diagram manajemen data bencana……….…………...147


(19)

xix

Gambar 4.25 Activity Diagram validasi peta.………..….149

Gambar 4.26 Squence diagram peta………..150

Gambar 4.27 Squence diagram data kejadian bencana..………...151

Gambar 4.28 Squence diagram pengetahuan bencana………..152

Gambar 4.29 Squence diagram buku dan poster……….……..153

Gambar 4.30 Squence diagram login……….………....154

Gambar 4.30 Sequence Diagram Logout………..155

Gambar 4.31 Sequence berita……….………...156

Gambar 4.32 Sequence Diagram Manajemen peta………..157

Gambar 4.33 Sequence Diagram Mengunduh Data………..158

Gambar 4.34 Sequence Diagram validasi peta………..…………...159

Gambar 4.35 Class diagram………..………....162

Gambar 4.36 Mapping Class ……..………..………....163

Gambar 4.37 Halaman Awal……….169

Gambar 4.38 Halaman Home Mobile Version…………...170

Gambar 4.39 Halaman Ancaman dan Resiko Bencana………...……...170

Gambar 4.40 Halaman Pantauan Bencana………....171

Gambar 4.41 Halaman Data Kejadian Bencana………171

Gambar 4.42 Halaman Prakiraan Cuaca………...172

Gambar 4.43 Halaman Kerentanan Bencana………...172


(20)

xx

Gambar 4.44 Halaman awal pengunjung………..173

Gambar 4.45 Halaman profil pengunjung……….174

Gambar 4.46 Halaman buku………...………...174

Gambar 4.47 Halaman poster………175

Gambar 4.48 Halaman gallery…………...175

Gambar 4.49 Halaman pengetahuan bencana………...176

Gambar 4.50 Halaman kerjasama………..176

Gambar 4.51 Halaman geospasial……….177

Gambar 4.52 Halaman data dan informasi………177

Gambar 4.53 Halaman pantauan bencana……….178

Gambar 4.54 Halaman login admin………..…….178

Gambar 4.55 Halaman awal admin………...………179

Gambar 4.56 Halaman manage buku………179

Gambar 4.57 Halaman manage peta……….180

Gambar 4.58 Halaman manage berita………...…180

Gambar 4.59 Halamanberita………..………...181

Gambar 4.60 Konversi raster di ArcToolBox………...182

Gambar 4.61 Query Builder………..…183

Gambar 4.62 Identity Overlay………...183

Gambar 4.63 contoh syntac SRTM………...184


(21)

xxi Gambar 4.65 Contoh Peta Ancaman Tsunami………..186 Gambar 4.66 Penentuan Warna Tingkat Ancaman………...187 Gambar 4.67 Penentuan Warna Tingkat Resiko………...187


(22)

xxii DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Kemampuan GIS dalam disaster management…………..28 Tabel 4.1 Kebutuhan Hardware Server…………...95 Tabel 4.2 Kebutuhan Hardware Client ………..96 Table 4.3 Deskripsi Aktor……….100

Tabel 4.4 Deskripsi usecase ……….100

Tabel 4.5 Narasi Use Case Lihat Ancaman bencana ………...104 Tabel 4.6 Narasi Use Case Lihat Resiko bencana ………107 Tabel 4.7 Narasi Use Case Lihat Pantauan bencana ………109 Tabel 4.8 Narasi Use Case Data kejadian bencana ………..112 Tabel 4.9 Narasi Use Case lihat prakiraan cuaca ………..………...113 Tabel 4.10 Narasi Use Case lihat kerentanan bencana ……….114 Tabel 4.11 Narasi Use Case lihat pengetahuan bencana ………..115 Tabel 4.12 Narasi Use Case lihat tentang ………117

Tabel 4.13 Narasi Use Caselogin ………118

Tabel 4.14 Narasi Use Caselogout ………..119 Tabel 4.15 Narasi Use Case Manajemen peta ………..120 Tabel 4.16 Narasi Use Case Manajemen data bencana ………122 Tabel 4.17 Narasi Use Case Manajemen berita ………...123 Tabel 4.18 Narasi Use Case Lihat Berita ……….125 Tabel 4.19 Narasi Use Case mengunduh data ………..126


(23)

xxiii Tabel 4.20 Narasi Use Case Manajemen buku dan poster ………...127 Tabel 4.21 Narasi Use Case lihat buku dan poster ………...129 Tabel 4.22 Narasi Use Case Validasi peta………....130 Tabel 4.23 Daftar Objek Potensial ………...160 Tabel 4.24 Tabel Berita ………....162 Tabel 4.25 Tabel Admin ………...165 Tabel 4.26 Tabel Kep_Pusdatin………165 Tabel 4.27 Tabel Buku ……….166 Tabel 4.28 Tabel Poster……….166 Tabel 4.29 Tabel data kejadian bencana ………...167 Tabel 4.30 Tabel bencana ……….167 Tabel 4.30 Tabel Peta ………...168 Tabel 4.31 Tabel black-box testing admin ………...189 Tabel 4.32 Tabel black-box testing pengunjung ………...192


(24)

xxiv DAFTAR SIMBOL

Simbol Use CaseModel Diagram (Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004)

Simbol Keterangan

Aktor

Use Case

Association

Includes

Extends

System boundary aktor

Use Case

<<include>>

<<extend>>


(25)

xxv Simbol Activity Diagram

(Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004)

Simbol Keterangan

State

Control Flow Initial State

Final State

Transition

Decision

Swimlane

Activity1


(26)

(Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004) Simbol

Object1

: aktor

: Form Login

Simbol Sequence Diagram (Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004)

Simbol Keterangan

Object lifeline

Aktor

Non object lifeline

Stimulus Self Stimulus

Activation

Object1

: aktor

: Form Login

xxvi Non object lifeline


(27)

xxvii Simbol Clas Diagram

(Whitten, Bentley, dan Dittman, 2004)

Simbol Keterangan

Class: 1. Class name

2. Attribute 3. Operation

Association Generalization

Agregation class name

+Attribute1 +Operation1()


(28)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan wilayah yang mempunyai keunikan dan keistimewaan yang khas di dunia. Dengan jumlah pulau lebih dari 17.000 buah dan panjang garis pantai lebih dari 80.000 km merupakan jumlah pulau terbesar dan garis pantai terpanjang di dunia. Di pulau Jawa, 120 juta orang tinggal di dalam bayang-bayang lebih dari 30 gunung berapi.

Gambar 1.1 Data Kejadian Bencana (sumber : BNPB)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa selama kurun waktu tahun 1815 – 2011 telah terjadi ± 5.500 kejadian bencana,


(29)

2 dengan porsi kejadian terbanyak adalah banjir sebanyak 3.450 kejadian disusul oleh tanah longsor sebanyak 1.282 kejadian. Sedangkan bencana geologi yang meliputi gempa bumi, tsunami dan erupsi gunung berapi hanya menyumbang sekitar 4 % dari seluruh kejadian bencana di Indonesia. Akan tetapi walaupun kecil, bencana geologi ini telah menimbulkan korban fatalitas mencapai ±265.431 jiwa, serta nilai kerugian yang sangat besar.

Dalam sepuluh tahun terakhir bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Aceh (2004),Yogyakarta (2006), Tasikmalaya (2009), Sumatra Barat (2010), gempa dan tsunami Mentawai (2010), tanah longsor Wassior di Papua Barat (2010) dan letusan Gunung Merapi Yogyakarta (2010) menyebabkan korban ratusan jiwa dan ratusan triliun rupiah dalamnilai ekonomi.

Gambar 1.2 daftar korban bencana (Sumber : BNPB)

Fakta menyebutkan, tanah air Indonesia akan terus berada di kawasan cincin api pasifik (Ring of fire), tempat bertemunya lempeng-lempeng tektonik utama dunia,


(30)

yang juga ditandai oleh ratusan gunung berapi, yang secara bergiliran akan meletus dari waktu ke waktu yang berarti

Indonesia akibat kondisinya tersebut

sekejap bisa terjadi sejumlah besar manusia kehilangan tempat tinggal, sebagian di antaranya mengalami luka

kerugian fisik (material), bencana juga mendatangkan kerugian sosial seperti kehilangan mata pencaharian, trauma, penyebaran wabah penyakit, serta berbagai konflik sosial pasca-bencana.

(

Dengan melihat besarnya akibat bencana sebagaimana terlihat pada contoh contoh peristiwa di atas, pengetahuan dan informasi tentang kebencanaan ataupun antisipasi terhadap datangnya bencana mutlak diperlukan. Waktu pers

bencana alam tidak dapat diprediksikan, namun kawasan atau wilayah yang yang juga ditandai oleh ratusan gunung berapi, yang secara bergiliran akan meletus dari waktu ke waktu yang berarti ancaman bencana akan senantiasa mengintai akibat kondisinya tersebut. Bisa dibayangkan bila terjadi bencana. dalam sekejap bisa terjadi sejumlah besar manusia kehilangan tempat tinggal, sebagian di antaranya mengalami luka-luka atau bahkan meninggal dunia. Selain membawa kerugian fisik (material), bencana juga mendatangkan kerugian sosial seperti kehilangan mata pencaharian, trauma, penyebaran wabah penyakit, serta berbagai

bencana.

Gambar 1.3 Peta Pacific Ring of Fire (Sumber : National geographic, 2011)

Dengan melihat besarnya akibat bencana sebagaimana terlihat pada contoh contoh peristiwa di atas, pengetahuan dan informasi tentang kebencanaan ataupun antisipasi terhadap datangnya bencana mutlak diperlukan. Waktu pers

bencana alam tidak dapat diprediksikan, namun kawasan atau wilayah yang

3 yang juga ditandai oleh ratusan gunung berapi, yang secara bergiliran akan meletus ancaman bencana akan senantiasa mengintai Bisa dibayangkan bila terjadi bencana. dalam sekejap bisa terjadi sejumlah besar manusia kehilangan tempat tinggal, sebagian di gal dunia. Selain membawa kerugian fisik (material), bencana juga mendatangkan kerugian sosial seperti kehilangan mata pencaharian, trauma, penyebaran wabah penyakit, serta berbagai

Dengan melihat besarnya akibat bencana sebagaimana terlihat pada contoh-contoh peristiwa di atas, pengetahuan dan informasi tentang kebencanaan ataupun antisipasi terhadap datangnya bencana mutlak diperlukan. Waktu persis datangnya bencana alam tidak dapat diprediksikan, namun kawasan atau wilayah yang


(31)

4 berpotensi dilanda bencana (khususnya gempa, letusan gunung api, dan banjir musiman) dapat dikenali berdasarkan kondisi geografis dan geologis, serta catatan empirik peristiwa-peristiwa sebelumnya.

Pengurangan resiko bencana sangat prioritas bagi Negara-negara rawan bencan dan Indonesia menduduki peringkat pertama untuk bencana tsunami dan longsor dengan jumlah orang terdampaknya (Kompas, 2011)

Dalam kaitan ini, pemerintah berkewajiban dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik mencegah,meredam, mencapai kesiapan maupun menanggapi dampak buruk dari kejadian bencana itu sendiri yang dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana (UU 24/2007). Pemerintah juga menjamin terselenggaranya penanggulangan secara terpadu dan terkoordinasi, yang artinya pemerintah harus memberikan informasi tentang bencana alam kepada masyarakat untuk pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan. Oleh sebab itu Pemerintah melalui BNPB melaksanakan kesiapsiagaan penanggulangan bencana untuk memastikan terlaksananya tindakan yang cepat dan tepat pada saat terjadi bencana seperti yang tertera dalam peraturan pemerintah nomor 21 tahun 2008. Pengurangan risiko bencana oleh Pemerintah melalui BNPB atau BPBD dilakukan melalui pengenalan dan pemantauan mengenai risiko dan ancaman bencana, juga melakukan perencanaan partisipatif penanggulangan bencana dan pengembangan budaya sadar bencana, juga penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan


(32)

5 penanggulangan bencana.

Dalam National progress report on the implementation of the Hyogo Framework for action (2009-2011), Indonesia telah melakukan beberapa pencapaian terhadap parameter strategic goals yang telah ditentukan. Pada tahapan pencapaian strategis yang menyangkut kebijakan pembangunan berkelanjutan, perencanaan, dan program dengan penekanan pada pencegahan bencana, mitigasi dan kesiapsiagaan, Indonesia telah melakukan kemajuan dalam pengurangan resiko bencana ke dalam proses pembanguna nasional.

Meskipun upaya penanggulangan bencana telah dilakukan, baik oleh Pemerintah melalui departemen/lembaga/instansi terkait serta lembaga/organisasi non pemerintah serta masyarakat, namun kejadian bencana tetap menunjukkan peningkatan baik intensitasnya maupun dampak kerugiannya. Untuk itu upaya-upaya pengurangan resiko bencana harus tetap dilakukan dan selalu ditingkatkan. Salah satu upaya tersebut adalah dengan memberikan pengetahuan praktis tentang karakteristik bencana dan upaya-upaya mitigasinya kepada seluruh pemangku kepentingan (stake holder).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana disingkat BNPB adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mempunyai tugas membantu Presiden Republik Indonesia dalam mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan penanganan bencana dan kedaruratan secara terpadu,serta melaksanakan penanganan bencana dan kedaruratan mulai dari sebelum, pada saat, dan setelah terjadi bencana


(33)

6 yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, penanganan darurat, dan pemulihan. BNPB dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 (BNPB).

Memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara. Menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan. Menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada masyarakat. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.sebagai salah satu badan pemerintahan yang berhubungan langsung dengan masalah penanggulangan bencana baik pencegahan atapun pasca bencana adalah tugas pokok dari BNPB (indonesia.go.id).

Menurut Rika Dwi Kurniasih (2012) ; sistem manajemen rute evakuasi bencana tsunami di kota Palu dengan menggunakan Arccasper, memberi kemudahan masyarakat sekitar untuk mencari rute evakuasi jika terjadi bencana tsunami dengan menyiapkan sistem peringatan dini untuk menuju tempat evakuasi.kelemahan dari system ini adalah terbatasnya informasi hanya untuk wilayah kota Palu dan tidak menampilkan daerah ancaman dan resiko bencana. Adapun penelitian yang saya kembangkan adalah daerah jangkauan yang menyeluruh yaitu seluruh Indonesia,


(34)

7 adanya informasi spasial ancaman dan resiko bencana, informasi spasial sudah dapat diakses melalui mobile/smartphone.

Menurut Argo Mulyanto (2011); Pengembangan model SIG untuk menentukan rute evakuasi yang menyajikan menyusun model sistem informasi geografis (SIG) untuk menentukan rute evakuasi bencana. Di dalam penelitian Argo Mulyanto masih sangat terbatas dan belum berbasis web dan mobile. sedangkan penelitian yang saya kembangkan sudah berbasikan Web dan Mobile .

Menurut Fadri Mustofa (2013): Mitigasi bencana di kawasan rawan Bencana (krb) III gunung merapi, Upaya mitigasi bencana di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan Srunen, Desa 13 Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, tindakan mitigasi bencana yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan Srunen seperti pendampingan perumusan Standard Operating Procedure (SOP), aktivasi kembali Tim Pengurangan Risiko Bencana (PRB) serta pembangunan sarana fisik. kelemahan sistem ini belum menampilkannya peta spasial ancaman dan resiko bencana maupun ancaman bencana yang membantu dalam memberikan informasi tentang mitigasi bencana. sedangkan penelitian yang saya kembangkan memberikan informasi spasial tentang ancaman dan resiko bencana maupun pantauan bencana, mencakup wilayah yang lebih luas dan menyeluruh sehingga dapat digunakan oleh semua pihak di Indonesia, tidak terbatas di suatu daerah tertentu .


(35)

8 Menurut Pramadhi Dharma, Arna Fariza, Rizki Yuniar Haqqun (2012) Sistem informasi geografis daerah bencana lumpur lapindo Sidoarjo menggunakan j2me. Pada Aplikasi ini dapat menampilkan Peta Daerah Bencana Lumpur Lapindo beserta Informasinya, Informasi pusat evakuasi terdekat dengan pusat lumpur yang meliputi rumah sakit, daerah penyebaran lumpur dan informasi-informasi pendukung lainnya. Peneliatian ini sebatas mengetahui daerah bencana lumpur lapindo, sistem informasi ini berbasis mobile J2ME sebagai pembangun sistem. Sedangkan penelitian yang saya kembangkan meliputi keseluruhan bencana dan berbasis mobile berplatform android.

Dari penelitian mengenai bencana yang terjadi di Indonesia maupun upaya mitigasi penanganan bencana yang telah dilakukan sebelumnya, dijelaskan bahwa upaya penyampaian informasi tentang kebencanaan yang merupakan upaya pencegahan dan penanggulangan adalah hal pasti yang harus dilakukan dan dikembangan dengan benar. BNPB yang merupakan lembaga resmi Indonesia yang menangani kebencanaan ataupun upaya mitigasi secara tidak langsung membutuhkan sistem informasi yang bisa bersinergi dalam upaya penanggulagan bencana, guna memberikan informasi tentang ancaman dan resiko bencana kepada masyarakat Indonesia secara terpadu, efektif dan interaktif .

Dan teknologi saat ini yang bisa digunakan sebagai alternatif untuk menyampaikan informasi adalah teknologi mobile, teknologi dapat menampilkan informasi yang berguna, inovatif dan efisien, dan dengan teknologi mobile itu sendiri


(36)

9 dapat memberikan kemudahan dalam mengakses informasi. Jadi sistem informasi berbasis mobile bisa menjawab akan kebutuhan dari BNPB akan faktor-faktor bencana diatas.

Pada masa saat ini vendor-vendor dari telepon genggam pintar atau smartphone kebanyakan memproduksi smartphone berbasis android. Hal ini karena android itu adalah sistem operasi yang open source sehingga bebas didistribusikan dan dipakai oleh vendor manapun. (Safaat: 2011) Android juga mampu teintegrasi dengan berbagai layanan Google seperti Googlemaps, dalam menampilkan sebuah informasi lokasi secara peta visual.

Dilihat dari latar belakang diatas, ada ketertarikan untuk melakukan penelitian dalam rangka merancang bangun spasial web service ancaman dan resiko bencana alam yang interaktif agar BNPB dapat memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat terhadap ancaman bencana. Peneliti mengusulkan sebuah sistem yang mampu memberikan informasi spasial ancaman dan resiko bencana kepada pengguna dan masyarakat. Refleksi atas bencana alam boleh jadi anakronis tapi jelas bukan anathema, karena ancaman bencana akan terus ada, seperti kata orang bijak, gempa tak menimbulkan bencana, tapi bangunan yang robohlah yang menimbulkan bencana. Gunung berapi juga tidak menimbulkan bencana, tapi kelambanan kita menjauhinya saat ia murkalah yang mendatangkan bencana.

Peneliti mengusulkan sebuah sistem yang mampu memberikan informasi dan menampilkan peta daerah ancaman dan resiko bencana alam di Indonesia.


(37)

10 memberikan layanan untuk masyarakat tentang informasi terbaru bencana yang terjadi. Berdasarkan alasan tersebut, peneliti mengajukan judul skripsi “RANCANG BANGUN SPASIAL WEB SERVICE ANCAMAN DAN RESIKO BENCANA (Studi kasus: Daerah Pantauan Badan Nasional Penanggulangan Bencana)”. 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapati perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana menganalisis dan merancang bangun sistem informasi spasial yang dapat menyajikan informasi ancaman dan resiko bencana alam di Indonesia?

2. Bagaimana membangun aplikasi broadcast service yang mampu menampilkan informasi spasial ancaman dan resiko bencana alam berbasis smartphone ?

1.3 Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan, maka dalam pembuatan aplikasi ini penulis mencoba untuk mengidentifikasikan masalah yang hanya dibatasi pada:

1. Dalam sistem ini saya selaku penulis membatasi jenis bencana yang ditampilkan yaitu bencana yang di awasi oleh pihak BNPB.


(38)

11 2. Informasi yang ditampilkan merupakan informasi pendukung dalam pantauan bencana Indonesia Badan Nasional Penanggulangan Bencana, yaitu : Sistem Informasi Spasial (SIS) pantauan bencana, ancaman Bencana alam di Indonesia, dan resiko bencana alam di Indonesia, Sistem Informasi pendukung mitigasi kebencanaan.

3. Metode yang digunakan adalah object oriented - RAD (Rapid Application Development) hingga pada tahapan testing aplikasi prototype.

4. Spasial broadcast service dengan platform android.

5. Platform smartphone pada sistem ini adalah android. Tools yang digunakan dalam membangun sistem ini adalah ArcView versi 3.3, ArcGIS 9.0, bahasa pemrogramman PHP, XAMPP untuk web server, MySQL untuk penyimpanan database non spasial, Java, program aplikasi Google Android untuk menampilkan data spasial, Sistem Operasi mobile minimal froyo 2.2 sebagai interface berbasis mobile .

6. Data spasial yang digunakan memiliki format Shapefile (.Shp) , Keyhole Markup Language (.kml/ .kmz) .

7. Data yang dibutuhkan di dalam system ini adalah data kondisi fisik alam pada daerah bencana rawan gempa, daerah rawan bencana, ancaman dan resiko bencana, data Pengguna Android di kalangan masyarakat

1.4 Tujuan


(39)

12 Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menyediakan sebuah sistem informasi spasial web service yang terintegrasi mobile mengenai daerah ancaman dan resiko bencana alam di Indonesia sehingga dapat memberikan broadcast informasi tentang daerah ancaman dan resiko bencana alam kepada pengguna sistem.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisa dan membuat sistem informasi spasial ancaman bencana alam di Indonesia, yang menjadi salah satu parameter untuk membuat peta resiko bencana alam di Indonesia.

2. menganalisis dan membuat peta resiko bencana alam di Indonesia dari perhitungan antara peta ancaman dan peta kerentanan bencana ditambah peta kapasitas (kesiapsiagaan).

3. Membangun aplikasi berbasis mobile android. 4. Mengkonversi data spasial ke dalam mobile base.

5. Membangun implementasi sistem informasi spasial berbasis mobile. 6. Membangun spasial broadcast service dengan platform android.

1.5 Manfaat

Penelitian ini memiliki manfaat yaitu: 1.5.1 Bagi Penulis


(40)

13 b. Mengetahui lebih dalam tentang system operasi android

c. Mengetahui lebih dalam mengenai pengembangan aplikasi pada android dan menerapkan langsung dengan mengembangkan aplikasi tersebut. d. Menambah wawasan system informasi spasial.

1.5.2 Bagi Universitas

a. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi teori yang diperoleh selama kuliah

b. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya dan sebagai bahan evaluasi

1.5.3 BagiPengguna Sistem

a. Tim Penanggulangan Bencana : mengetahui tentang kebencanaan di Indonesia sehingga mudah dalam upaya mitigasi ketika ada bencana b. Masyarakat dan wisatawan : bisa melihat peringatan dini sebelum

terjadinya bencana alam,dan dapat mengetahui data bencana apa saja yang ada pada suatu daerah. Dan juga untuk meningktkan pengetahuan tentang kebencanaan, upaa penyegahan dan resiko yang terjadi agar tidak ada kepanikan berlen\bihan ketika terjadi bencana alam.

c. BNPB : dengan adanya sistem informasi pantauan bencana yang lebih lengkap dan berbasis mobile yang terupdate, akan lebih mudah dalam mensosialisasikan mitigasi bencana kepada masyarakat, karena kebanyakan masyarakat Indonesia ataupun wisatawan pasti menggunakan


(41)

14 perangkat mobile bahkan smartphone.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut.

1.6.1 Metode pengumpulan data a. Metode kepustakaan

Pengumpuan data yang dilakukan untuk memperoleh keterangan dan data dari literature berupa buku, skripsi, thesis, jurnal, ebook, artikel-artikel dan situs-situs internet yang berkaitan dengan pembahasan skripsi. Dengan melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian untuk mendapatkan informasi, melakukan wawancara mendalam dengan pihak-pihak terkait. Mengajukan daftar pertanyaan yang cukup terperinci dan lengkap dan juga mempelajari buku-buku literatur yang mendukung dan berkaitan dengan topik penelitian ini.

b. Metode wawancara

Dilakukan dengan wawancara seseorang yang ahli dala bidanngnnya atau melakukan diskusi degan oang-orang yang mengerti terhadap materi bahasan supaya mendapatkan bahan masukan dan data pendukung untuk penyusunan skripsi. Dengan melakukan wawancara terstruktur yaitu


(42)

15 memberikan beberapa pertanyaan secara sistematis dan pertanyaan yang diajukan disusun sebelumnya.

c. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan langsung melihat kegiatan yang dilakukan oleh user (Sutabri, 2012).

1.6.2 Metode Perancangan sistem

Metode pengembangan sistem yang penulis gunakan adalah metode object oriented dengan menggunakan pemodelan RAD Rapid Application Development, merupakan salah satu metode prototyping yang memiliki tahapan-tahapan berikut (Kendall and Kendall, 2008) :

1. Requirements Planning (PerencanaanSyarat)

Dalam fase ini akan diketahui apa saja yang menjadi kebutuhan system yaitu dengan mengidentifikasi kebutuhuan informasi dan masalah yang dihadapi untuk menentukan tujuan, batasan-batasan sistem, kendala dan juga alternative pemecahan masalah. Analisis digunakan untuk mengetahui perilaku system dan juga untuk mengetahui aktifitas apas aja yang ada dalam system tersebut.

2. Workshop Design (Proses Desain)

Fase ini adalah fase untuk merancang dan memperbaiki sistem yang dapat digambarkan sebagai workshop. Selama proses desain RAD,


(43)

16 pengguna merespon working prototype yang ada dan menganalisis, memperbaiki modul-modul yang dirancang menggunakan perangkat lunak berdasarkan tanggapan pengguna.

3. Implementation (penerapan)

Analis bekerja secara intens dengan pengguna selama proses desain untuk merancang aspek-aspek bisnis dan non-teknis dari perusahaan. Segera setelah aspek-aspek ini disetujui dan system dibangun, sub-sub system diuji coba dan diperkenalkan kepada perusahaan

1.7 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, pembahasan yang disajikan dibagi dalam lima bab, yang secara singkat akan diuraikan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode pengumpulan data, metode perencanaan strategis sistem informasi, waktu penelitian, tempat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini berisi teori-teori yang digunakan sebagai landasan teori dan studi kepustakaan dari penelitian yang


(44)

17 penulis buat, dimana berisi teori-teori dari konsep, software, dan aplikasi dari penelitian ini.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang objek yang diteliti dan metode-metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan mengembangkan sistem dalam penelitian tersebut.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang hasil yang didapatkan dari pengembangan sistem yang dilakukan.

BAB V : PENUTUP

Bab ini menguraikan simpulan dari uraian yang sudah diterangkan pada bab-bab sebelumnya dan juga berisi saran-saran untuk perbaikan.


(45)

18 LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Rancang Bangun

Rancang atau merancang dapat diartikan sebagai mengatur atau merencanakan segala sesuatu (sebelum bertindak, mengerjakan, atau melakukan sesuatu), yang akan menghasilkan sebuah rancangan dalam bentuk aplikasi. Bangun dapat diartikan sebagai cara dalam menyusun atau susunan yang merupakan suatu wujud, struktur, dan sebagainya (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008).

Jadi rancang bangun merupakan pengaturan dan perencanaan segala sesuatu untuk membangun dan menyusun suatu struktur yang ada yang bertujuan menghasilkan rancangan yang baru.

2.2 Konsep Sistem Informasi

Sistem informasi adalah suatu entity ( kesatuan ) formal yang terdiri dari berbagai sumber daya fisik maupun logika ( Prahasta, 2005 ).

sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikelompokkan, diproses menjadi informasi, dan di distribusikan kepada pemakai ( Kadir, 2003). Definisi lain menyatakan bahwa sistem informasi adalah sekumpulan komponen – komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi terkait


(46)

19 untuk mendukung proses pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengendalian ( Prahasta, 2009 ).

Menurut Barus (1996), sistem informasi adalah suatu jaringan perangkat keras dan lunak yang dapat menjalankan operasioperasi dimulai dari perencanaan, pengamatan dan pengumpulan data, kemudian untuk penyimpanan dan analisi data, termasuk penggunaan informasi yang diturunkan ke beberapa proses pembuatan keputusan.

Dari berbagai definisi/pengertian mengenai sistem informasi, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sistem gabungan yang berbasis komputer yang digunakan untuk pengambilan keputusan berdasarkan informasi dari data-data yang telah diolah sebelumnya.

2.3 Konsep Sistem Informasi Geografis (SIG) 2.3.1 Pengertian SIG

Sistem informasi geografis adalah sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan data yang terefernsi secara spasial atau koordinat geografi. Dengan kata lain, SIG merupakan sistem basis data dengan kemampuan khusus dalam menangani data yang tereferensi secara spasial, selain merupakan sekumpulan operasi – operasi yang dikenakan terhadap data tersebut ( Prahasta, 2002) . Model data spasial dalam sistem informasi


(47)

20 geografis di representasikan kedalam dua bentuk yaitu model data raster dan model data vektor.

a. Model Data Raster

Model data raster menampilkan, menempatkan, dan menyimpan spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel – piksel yang membentuk grid. Akurasi model data ini tergantung pada resolusi atau ukuran piksel (sel grid) di permukaan bumi. Entity spasial raster disimpan dalam layer yang secara fungsionalitas direalisasikan dengan unsur – unsur peta. Koordinat – koordinat yang ada dalam sekumpulan data raster diperlukan untuk mengikatkan ( me – register ) sistem grid ini terhadap suatu sistem koordinat yang dikehendaki.(Prahasta, 2005 ).

b. Model Data Vektor

Model data vektor menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik – titik , garis – garis atau kurva , atau poligon beserta atribut – atributnya . Model data vektor, didefinisikan oleh sistem koordinat kartesian dua dimensi ( x, y ). Garis – garis atau kurva ( busur atau arcs ) merupakan sekumpulan titik – titik terurut yang dihubungkan. Sedangkan luasan atau poligon disimpan dalam sekumpulan data atau objek yang saling terkait secara dinamis dengan pointer. ( Prahasta, 2005 )


(48)

21 2.3.2 Komponen SIG

Menurut Gistus dalam Prahasta (2005), komponen SIG dibagi menjadi empat komponen, diantaranya perangkat keras, manajemen, data dan informasi, serta perangkat lunak.

Komponen perangkat keras dalam SIG yang umum digunakan adalah CPU, RAM, storage, input device, output device, dan peripheral lainnya. Sedangkan komponen perangkat lunak, merupakan suatu sistem untuk mengolah data dan informasi geografis, seperti ERDAS, ArcView, MapInfo, dan lain-lain. Data dan Informasi, merupakan data atribut dari tabel-tabel dan laporan yang digunakan, dan manajemen merupakan komponen yang berkaitan dengan perkembangan dan penguasaan teknologi. Kombinasi yang benar antara ke empat (4) komponen utama ini akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan Sistem Informasi Geografis.

Gambar 2.1 Komponen SIG (Sumber : Prahasta, 2005)


(49)

22 2.4 Konsep Spasial Web Service

Terdapat sebuah definisi layanan web yang bagus yaitu sebuah web service adalah berbagai layanan yang tersedia di internet menggunakan standar sistem pemesanan xml dan tidak terikat oleh sistem operasi dan bahasa pengembang.

Layanan web mengacu pasa satu protocol komunikasi internet yaitu http yang digunakan untuk menghubungkan antara aplikasi aplikasi yang ada. Layanan web bersifat penting karena dapat memainkan bagian integral dari interoperability antara aplikasi-aplikasi sehingga aplikasi-aplikasi ini dapat saling berhubungan. Layanan web ini menyediakan suatu metode komunikasi antara aplikasi-aplikasi dapat dengan mudah digunakan. (Lukfi Halim, 2008)

Layanan web dalam bidang geografi untuk tujuan pemetaan dating dari sebuah badan bernama OGC (Open Geospatial Consortium). OGC telah mengembangkan standar atau spesifikasi untuk layanan web pemetaan . tujuan dari badan ini adalah untuk meningkatkan interoperability (suatu keadaan dimana bagian-bagian sistem sukses disatukan) antara aplikasi dengan menyediakan bahasa pertukaran umum melalui standar yang umum. WMS atau Web Map Service adalah suatu cara standar untuk meminta sebuah peta ke suatu aplikasi, dan aplikasi tersebut menghasilkan tampilan peta dengan keterangan features. (Lukfi Halim,2008)


(50)

23 2.5 Konsep Ancaman dan Resiko Bencana Alam

2.5.1 Pengertian Bencana Alam

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan menggagu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan , baik oleh factor alam dan/atau factor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dampak psikologis. (PerKa BNPB no.8 tahun 2011)

Bencana tidak dapat di elakkan tetapi tidak demikian halnya dengan kematian yang disebabkan adanya bencana. Adalah suatu tantangan untuk kita bagaimana mengupayakan untuk meminimalkan dampak dari bencana itu sendiri, dengan memperkirakan datangnya bencana bahkan mencegah terjadinya suatu bencana. Kita mengenal ada dua macam bencana yaitu bencana alam dan bencana yang disebabkan oleh manusia.

Sutjirat, Sumadi (1999) bencana alam merupakan getaran-getaran yang terjadi melalui permukaan bumi yang disebabkan oleh tumbukan atau patahan lempengen bumi, letusan gunung berapi, pukulan-pukulan gelombang laut, mesin pabrik, lalu-lintas yang tercatat oleh alat-alat gempa yang halus. Sedangkan menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang menjelaskan bahwa “Wilayah Negara Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana baik yang disebabkan


(51)

24 oleh faktor alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional”. Dari pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bencana alam merupakan suatu getaran-getaran yang merambat melalui permukaan bumi serta menembus bumi sehingga menimbulkan goncangan besar yang kadang kala disusul dengan terjadinya tsunami yang menyebabkan kerusakan rumah masyarakat dan fasiltas umum serta hilangnya harta benda bahkan sampai menimbulkan korban jiwa.

2.5.2 Ancaman Bencana

Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bias menimbulkan bencana. (Handa S. Habidin, 2012)

Indonesia secara garis besar memiliki 13 Ancaman Bencana. Ancaman tersebut adalah :

1. Gempabumi 2. Tsunami 3. Banjir

4. Tanah Longsor 5. Letusan Gunung Api 6. Abrasi

7. Putting Beliung 8. Kekeringan


(52)

25 9. Kebakaran Hutan dan Lahan

10. Kebakaran Gedung dan Pemukiman 11. Epidemi dan Wabah Penyakit 12. Gagal Teknologi

13. Konflik Sosial 2.5.3 Resiko Bencana

Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu kawasan dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Risiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah metode pemetaan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Secara mendasar pemahaman tentang konsep bencana menjadi dasar yang kuat dalam melakukan pemetaan risiko bencana yang dapat diaplikasikan kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan secara spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas dan peta risiko bencana.(Petrasa Wacana,2011)


(53)

26 2.6 Konsep Mitigasi dan spasial web service

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan suatu aktivitas yang berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha yang dilakukan untuk megurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban jiwa maupun harta. Bahaya (hazard) adalah suatu kejadian yang mempunyai potensi untuk menyebabkan terjadinya kecelakaan, cedera, hilangnya nyawa atau kehilangan harta benda. Bahaya ini bisa menimbulkan bencana maupun tidak. Bahaya dianggap sebuah bencana (disaster) apabila telah menimbulkan korban dan kerugian.(Badan Nasional Penanggulangan Bencana,2007)

2.6.1 Kesiapsiagaan

Upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi melalui pengorganisasian yang tepat dan berdaya guna. Kesiapan bencana mencakup peramalan dan pengambilan keputusan tindakan-tindakan pencegahan sebelum munculnya ancaman, didalamnya meliputi pengetahuan tentang gejala munculnya bencana, gejala awal bencana, pengembangan dan pengujian secara teratur terhadap sistem peringatan dini, rencana evakuasi atau tindakan lain yang harus diambil selama periode waspada untuk meminimalisir kematian dan kerusakan fisik yang mungkin terjadi. (Randolph Kent, 1994)


(54)

27 Gambar 2.2 Kesiapsiagaan dalam Model Siklus Pengelolaan Bencana

(sumber : ikatan geografi Indonesia)

2.6.2 Web Geographic Information System

GIS merupakan sistem infomasi berbasis komputer yang menggabungkan antara unsur peta (geografis) dan informasi data atribut yang dirancang untuk mengolah, memanipulasi, menganalisa, memperagakan dan menampilkan data spatial untuk suatu perencanaan, pengolahan data dan penelitian bidang terkait. Menurut McKenna (1998), GIS itu telah dikenal sebagai teknologi yang tepat untuk aplikasi sipil dan militer, termasuk di dalamnya masalah emergency response. GIS adalah alat yang berkemampuan tinggi dalam mendukung disaster management untuk “collecting, storing, analysis, modeling and displaying large amount of data”, kata Saydi, Zoej dan Mansourian (2004) : “Integration of the GIS and the Internet technology can be used to significantly increase the usage and accessibility of the spatial


(55)

28 data, which is a key requirement before, during and after any disaster” (Raheja, Ojha dan Mallik, Cinque, Crowe dan Davies, Saydi, Zoej dan Mansourian, 2004).

Johnson (2000) mengungkapkan bahwa SIG dapat digunakan dalam emergency management untuk menunjukkan data yang spatial nature dalam bentuk satu buah peta. Pada masa sebelum terjadinya disaster, SIG dapat digunakan untuk pembuatan peta resiko dengan analisa senario (Raheja, Ojha, Mallik, 2000). Sedangkan pada masa setelah terjadinya disaster, GIS itu dapat : “Membuat ketersediaan informasi terkini yang berhubungan dengan koordinat spasial orang-orang yang terkena dampak dan ketersediaan sumber pertolongan dan penyelamatan, daerah terluas dari bencana dan geoposisikan lfelines supply air dn jaringan transportasi ”

Menurut Levine dan Landis (1989), kemampuan GIS dapat digunakan dalam disaster management sebagai fungsi dari data display, Land Information Storage and Retrieval, Zone and District Management, Site Selection, Hazard Impact Assessment dan Development/Land Suitability Modeling. Table dibawah menunjukkan penggunaan GIS di berbagai negara Amerika Selatan untuk menangani bencana.


(56)

29 Tabel 1.1 : Kemampuan GIS dalam disaster management

(Sumber : Levine dan Landis , 1989)

FUNCTION POTENTIAL

APPLICATIONS

EXAMPLES

Data display - Aid in the analysis of spatial distribution of socio-economic infrastructure and natural hazard phenomena

- What lifeline elements lie in high-risk areas?

- Use of thematic maps to enhance reports and/or presentations

- What population could be affected?

- Link with other databases for more specific information

- Where are the closest hospitals or relief centers in case of an event?

Land Information Storage and Retrieval

- Filing, maintaining, and updating land-related data (land ownership, previous records of

- Display all parcels that have had flood problems in the past - Display all non-conforming uses in this residential area


(57)

30 natural events,

permissible uses, etc.)

Zone and District Management

- Maintain and update district maps, such as zoning maps or floodplain maps

- List the names of all parcel owners of areas within 30 m of a river or fault line

- Determine and enforce adequate land-use regulation and building codes

- What parcels lie in high and extreme landslide hazard areas?

Site Selection - Identification of potential sites for particular uses

- Where are the hazard-free vacant parcels of at least x ha lying at least y in from a major road, which have at least z bed-hospitals within 10 km radius?

Hazard Impact Assessment

- Identification of geographically

- What units of this residential area will be affected by a


(58)

20-31 determined hazard

impacts

year flood?

Sedangkan web GIS merupakan suatu teknologi yang memungkinkan informasi spasial untuk diakses oleh pengguna melalui Internet. Disamping itu, web GIS memungkinkan dalam pembuatan data, peng-editan data, analisis data, dan memberikan query informasi. Ada beberapa teknologi yang dapat digunakan untuk membangun sistem Web GIS, salah satunya adalah GeoServer yang berbasis Open Source. Konsep ini mengacu pada standar Open Geospatial Consortium (OGC) termasuk Web Map Service (WMS) yang memungkinkan pembuatan peta dengan beberapa lapisan.


(59)

32 Gambar 2.3 Sistem Federated web GIS (Jack, 2008)

Saat ini, GIS diimplementasikan dalam tiga pola yang umum yaitu: desktop, server, dan sistem federated (Jack, 2008). Sistem federated merupakan sistem penggabungan server-server dan layanan-layanan untuk kolaborasi antar organisasi-organisasi. Tiga pola utama ini memberi fondasi yang kuat untuk sebuah pola baru web GIS. Web GIS melibatkan pengetahuan geografis termasuk data, model, workflows dan peta. Kemudian sumber daya tersebut akan dibagikan ke pengguna.Web GIS memanfaatkan kekuatan dan jangkauan Web dan mengintegrasikan sumber daya GIS seperti otoritatif analisis GIS database, model, dan spasial. Web GIS mempunyai


(60)

33 kemampuan visualisasi yang sangat bagus, pemetaan dan menyediakan akses ke pengetahuan geografis secara sempurna untuk semua orang. Seiring waktu, web GIS akan menjadi bagian penting dari infrastruktur masyarakat.( Nasaruddin dan Khairul Munadi.2011)

2.6.3 Orientasi Mitigasi Bencana dan Islam

Dalam Alquran Surah Ali ‘Imran ayat 200 dikatakan bahwasanya orang yang beriman untuk selalu dalam keadaan siaga sebelum akan terjadinya suatu yang membahayakan, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” Lebih lanjut, dalam Surah Al An’aam ayat 131: “Yang demikian itu adalah karenaTuhanmu tidaklah membinasakan kota-kota secara aniaya, sedang penduduknya dalam keadaan lengah.”, Al Quran menganjurkan untuk sebuah daerah berpenduduk dan memiliki pemerintahan untuk memiliki perencanaan siaga yang mengarah kepada kesiapan dan kemampuan untuk memperkirakan, mengurangi dampak, menangani secara efektif serta melakukan pemulihan diri dari dampak, dan jika memungkinkan dapat mencegah bencana itu sendiri. Dalam konteks manajemen, kesiapsiagaan membutuhkan perencanaan. Perencanaan merupakan fungsi-fungsi manajemen yang hanya dapat dilaksanakan berdasarkan keputusan yang ditetapkan dalam rangkaian proses yang dapat


(61)

34 memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana, jadi perencanaan menjadi hal yang sangat penting karena akan menjadi penentu dalam ketercapaian sebuah tujuan.

Ayat-ayat yang menjadi dasar adalah al-Hijr (15):28-29; al-Balad (90):10 dan al-Syams (91):7-10. Teori pendidikan Islam yang tepat untuk menghadapi bencana ialah konvergensi antara fatalis dan positif atau teori good-active menurut pemikiran pendidikan Barat. Artinya ketika bencana datang, manusia memperoleh pendidikan aspek kognitif, emosi dan psimotor seperti sabar, berserah diri, pengokohan iman tauhid, dan meminimalisir sifat sombong, berpikir, dan berbuat untuk bangkit. Setelah pasca bencana manusia tidak boleh pasif fetapi harus aktif membuat rencana strategis dari berbagai elemen yang dianggap dapat mengurangi kerentenan dan resiko bencana dalam suatu komunitas, untuk merespon, mencegah (preventif) dan mengurangi (mitigasi) dampak yang tidak diinginkan dari ancaman, dalam konteks yang luas dari pembangunan berkelenjutan.

Paling tidak ada tiga dimensi pendidikan sebagai hasil dari kehidupan bencana yaitu: Pertama: Dimensi pendidikan kecerdasan spiritual yaitu tauhid, takwa, dan akhlak mulia. Termasuk kecerdasan spritual ialah kemampuan memahami makna ( meaning ) dan nilai ( value ) dari jeritan bencana, hikmah fundamental yang dikandungnya dan kemampuan mengatur diri menghadapi jeritan bencana. Pendidikan spritual ini lebih terasa jika bencana itu sebagai


(62)

35 akibat alam bukan ulah manusia. Bencana yang menerpa umat manusia bukanlah murka dan hukuman Tuhan, tetapi rahmat-Nya. Allah tidak pernah menghukum dan menyiksa hambanya di dunia karena kelaliman dan usahanya, tetapi hukuman dan siksaan itu ditangguhkan (al-Nahl [16]:61 dan Fatir[35]:45). Bencana terjadi adalah sebagai konsekuensi-konsekuensi tindakan-tindakan lalim. Hidup adalah ujian.

Kedua: Dimensi pendidikan kecerdasan intelektual dan psikomor. Menurut Ibnu Qayyim pendidikan intelektual ialah mengerahkan daya dan kemampuan untuk mengembangkan akal, mendidik dan meluaskan wawasan dan cakrawala berpikir. [Manusia harus bangkit dari derita bencana dan aktif melakukan kajian-kajian, berkreasi mengatasi masalah dan melakukan aksi konkrit. Hal itulah inti dari al-Ra’ad(13) :11. Menurut Ja’far S. Idris, ayat ini mengandung ada empat hal yaitu (1) Tuhanlah yang memiliki kebebasan berkehendak mutlak; (2) Manusia hanya memiliki kebebasan berkehendak yang terbatas; (3) Suatu perubahan dapat diupayakan oleh manusia dalam dirinya; dan (4) Perubahan nasib pada manusia akan dilakukan oleh Allah sesuai dengna hasil kerja keras dan usaha serius yang dilakukan oleh manusia. Ada enam pilar pembelajaran pendidikan yang direkomendasikan oleh UNESCO, dapat diterapkan dalam pendidikan bencana yaitu (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to be,(4) learning to live together, (5) learn how to learn and (6) learning throughout life . Learning throughout life


(63)

36 maksudnya menuntut dan memberi pencerahan kepada para korban bencana. Sebagai hasil olah akal budi terhadap bencana, maka Kelompok Kerja Mitigasi dan Penanggulangan Bencana membuat Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana (RANPRB) membuat lima prioritas pengurangan resiko bencana (PRB) yaitu (1) meletakkan PRB sebagai prioritas nasional maupun daerah dan implementasinya harus dilaksanakan oleh suatu institusi yang kuat, (2) mengidentifikasi, mengkaji dan memantau resiko bencana serta menerapkan system peringatan diri, (3) memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun budaya keselamatan dan ketahanan pada seluruh tingkatan, (4) mengurangi cakupan resiko bencana dan (5) meningkatkan kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat, agar tanggapan yang dilakukan lebih efektif.

Gambar 2.4 Siklus Penanggulangan Bencana dalam prespektif Islam (sumber : Syadzili,2007)


(64)

37 2.7 Peta dan Pemetaan

Peta merupakan suatu representasi konvensional dari unsur-unsur fisik dari sebagian atau bahkan keseluruhan permukaan bumi diatas media bidang datar dengan skala tertentu.( Prahasta, 2009 ). Ditinjau dari peranannya, peta adalah bentuk penyajian informasi spasial tentang permukaan bumi untuk dapat digunakan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan dan penggambaran permukaan bumi (terminologi geodesi) dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vector maupun raster. ( PTISDA – BPPT , 2003)

2.7.1 Skala Peta

Skala peta adalah perbandingan jarak antara dua titik sembarangan di peta dengan jarak horisontal kedua titik tersebut di permukaan bumi (dengan satuan ukuran yang sama).( Arham, 2008 )

1. Skala numeris, digambarkan dalam bentuk 1 : 50.000 ( numeric skala ) atau 1 /50.000 . Artinya 1 satuan panjang di peta sama dengan 50.000 satuanpanjang di lapangan misalkan 1 cm di peta sama dengan 50.000 cm ( 0.5 km ) di lapangan.


(65)

38 2. Skala dengan kalimat, biasanya digunakan untuk peta – peta buatan Inggris atau negara – negara bekas jajahan. Bentuknya adalah 1 inch to 1 mile ( 1 : 63.660 ).

3. Skala grafis, skala yang menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak tertentu.

2.8 Konsep Pengembangan Sistem Informasi

Metode pengembangan sistem yang akan digunakan dalam penelitian iniadalah menggunakan metode Object Oriented dengan model pengembangan RAD. 2.8.1 Object Oriented

Object Oriented Analysis (OOA) adalah sebuah teknik yang mengintegrasikan data dan proses ke dalam konstruksi yang disebut object. Pendekatan ini digunakan untuk mempelajari objek yang sudah ada untuk mengetahui apakah mereka dapat digunakan kembali atau diadaptasi untuk pemakaian baru dan untuk menentukan satu objek baru atau yang dimodifikasi yang akan digabung dengan objek yang sudah ada ke dalam suatu aplikasi komputasi bisnis yang sangat berharga. (Whitten et al, 2004)

Object Oriented Design (OOD) merupakan proses spesifikasi yang terperinci dari kebutuhan-kebutuhan fungsional dan persiapan untuk rancang bangun implementasi yang menggambarkan bagaimana suatu sistem dibentuk. Perancangan berorientasi objek ini digunakan untuk memperbaiki definisi


(66)

39 persyaratan objek yang telah diidentifikasi lebih awal selama analisis dan untuk mengenali objek dengan desain spesifik.

2.8.2 Rapid Application Development (RAD) 2.8.2.1 Model RAD menurut Kendall & Kendall

Menurut Kendall & Kendall (2008) RAD merupakan salah satu metode prototyping yang memiliki tahapan-tahapan berikut:

(1) Perencanaan Syarat (Requirements Planning)

Dalam fase ini akan diketahui apa saja yang menjadi kebutuhan sistem yaitu dengan mengidentifikasi kebutuhan informasi dan masalah yang dihadapi untuk menentukan tujuan, batasan-batasan sistem, kendala dan juga alternatif pemecahan masalah. Analisis digunakan untuk mengetahui perilaku sistem dan juga untuk mengetahui aktivitas apa saja yang ada dalam sistem tersebut.

(2) Proses Desain (Workshop Design)

Fase ini adalah fase untuk merancang dan memperbaiki yang dapat digambarkan sebagai workshop. Selama workshop design RAD, pengguna merespon working prototype yang ada dan menganalisis, memperbaiki modul-modul yang dirancang menggunakan perangkat lunak berdasarkan respon pengguna.

(3) Penerapan (Implementation)

Analyst bekerja secara intens dengan pengguna selama workshop design untuk merancang aspek-aspek bisnis dan non-teknis dari Instansi.


(67)

40 Segera setelah aspek-aspek ini disetujui dan sistem dibangun, sub-sub sistem di ujicoba dan diperkenalkan kepada Instansi.

2.8.2.2 Model RAD menurut Pressman

Menurut Martin (Dalam Pressman, 2002), Rapid Application Development (RAD) adalah sebuah model proses pengembangan perangkat lunak sekuensial linier yang menekankan siklus pengembangan yang sangat pendek. Model RAD ini merupakan sebuah adaptasi “Kecepatan tinggi” dari model sekuensial linier dimana pengembangan cepat dicapai dengan menggunakan model pendekatan konstruksi berbasis komponen. Jika kebutuhan dipahami dengan baik, proses RAD memungkinkan tim pengembang menciptakan “Sistem Fungsional yang Utuh” dalam waktu periode yang sangat pendek (kira-kira 60 sampai 90 hari). Menurut Kerr (Dalam Pressman, 2002), karena dipakai terutama pada aplikasi sistem konstruksi, pendekatan RAD melingkupi fase-fase sebagai berikut :

1. Bussiness Modeling

Aliran Informasi diantara fungsi-fungsi bisnis di modelkan dengan suatu cara untuk menjawab apa, siapa dan kemana?


(68)

41 Aliran informasi dedefinisikan sebagai bagian dari fase business modeling disaring kedalam serangkaian objek data yang dibutuhkan untuk menopang bisnis tersebut

3. Proses Modeling

Aliran informasi didefinisikan di dalam face data modeling di transformasikan untuk mencapai aliran informasi yang perlu bagi implementasi sebuah fungsi bisnis.

4. Application Generation

RAD mengasumsikan pemakaian teknik generasi ke empat 5. Testing dan Turnover

Proses RAD menekankan pada pemakaian kembali, tetapi komponen baru harus diuji dan semua interface harus di tes secara penuh

2.8.3 UML (Unified Modelling Language)

UML adalah salah satu alat bantu yang sangat handal di dunia pengembangan sistem yang berorientasi objek. Hal ini disebabkan UML menyediakan bahasa pemodelan visual yang memungkinkan bagi pengembang sistem untuk membuat cetak biru atas visi mereka dalam bentuk yang baku, mudah dimengerti serta dilengkapi dengan mekanisme yang efektif untuk berbagi (sharing) dan mengkomunikasikan rancangan mereka dengan yang lain (Munawar, 2005).


(69)

42 2.8.3.1 Tujuan UML

Tujuan utama UML (Suhendar dan Gunadi, 2002) di antaranya adalah untuk: 1. Memberikan model yang siap pakai, bahasa pemodelan visual yang

ekspresif untuk mengembangkan dan saling menukar model dengan mudah dan dimengerti secara umum.

2. Memberikan bahasa pemodelan yang bebas dari berbagai bahasa pemogramann dan proses rekayasa.

3. Menyatukan praktek-praktek terbaik yang terdapat dalam pemodelan. 2.8.3.2 Diagram dalam UML

Ada beberapa jenis diagram resmi yang digunakan dalam UML untuk menggambarkan sebuah sistem berdasarkan objeknya (Soliq, 2006), yaitu: 1. Use case Diagram, menggambarkan sekumpulan use case dan actor dan

hubungan antara mereka. Use case diagram mempunyai peranan penting dalam pengorganisasian dan pemodelan behavior dari sistem.


(70)

43 2. Class Diagram terdiri atas sekumpulan class dan interface lengkap dengan kolaborasi dan hubungan antara mereka. Class diagram memperlihatkan hubungan antar kelas dan penjelasan detail tiap-tiap kelas didalam model desain (dalam logical view) dari suatu sistem.

Gambar 2.6 Class Diagram

3. Activity Diagram, menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang.


(71)

44 4. Sequence Diagram, diagram interaksi yang menekankan pada urutan

waktu dari pertukaran message.

Gambar 2.8 Sequence Diagram

2.9 Telepon Pintar (Smartphone)

Menurut PcMag Encyclopedia ,smartphone didefinisikan sebagai Sebuah telepon selular dengan built-in aplikasi dan akses internet. Smartphone menyediakan layanan suara digital serta pesan teks, e-mail, Web browsing, dan kamera video, pemutar MP3 dan video dan bahkan smartphone memungkinkan penggunanya menonton TV. Selain fungsi built in yang ada, smartphone dapat menjalankan berbagai aplikasi, mengubah ponsel menjadi komputer bergerak (mobile computer).


(72)

45 sebuah smartphone pada dasarnya seperti komputer jaringan yang berukuran kecil dalam bentuk ponsel. dengan kemajuan luar biasa dalam teknologi semikonduktor, ponsel dilengkapi dengan prosesor yang jauh lebih kuat, media penyimpanan yang lebih besar, dan LCD, layar yang memungkinkan untuk melakukan beberapa tugas komputasi lokal. Aplikasi umum telepon selular, secara kolektif disebut sebagai aplikasi PIM, meliputi kalender, contact person, agenda, dan fungsi kalkulator.

Sebuah smartphone biasanya mendukung satu atau lebih teknologi nirkabel jarak pendek seperti Bluetooth dan inframerah, sehingga memungkinkan untuk mentransfer data melalui koneksi nirkabel di samping untuk koneksi data selular. Smartphone dapat memberikan mobilitas layaknya sebuah komputer, akses data di mana-mana, dan kecerdasan yang menyeluruh untuk hampir setiap aspek proses bisnis dan kehidupan sehari-hari. Selain dari aplikasi ponsel tradisional seperti PIM, aplikasi lainnya yang menjadi khas untuk ponsel pintar meliputi game sederhana, built-in dengan kamera, pemutaran audio/ video dan rekaman, instant messaging, e-mail, dan akses internet nirkabel. Selain itu, ponsel cerdas ini bisa digunakan sebagai terminal untuk layanan e-commerce, aplikasi perusahaan, dan layanan berbasis lokasi (Location Based Service). Singkatnya, smartphone menjadi masa depan pada teknologi selular saat ini, karena menawarkan berbagai fitur dalam meningkatkan kemampuan nirkabel, daya komputasi, dan penyimpanan


(73)

on-46 board. Contoh – contoh smartphone diantaranya adalah : smart-phone berbasis operating system Android, Blackberry, iPhone, Smartphone berbasis Symbian, Smartphone berbasis BREW dan Smartphone berbasis Windows Mobile.

2.9.1 Android

Platform Android adalah sebuah software stack produksi Google untuk perangkat mobile yang terdiri atas sistem operasi, middleware, dan key applications [OHA07]. Aplikasi Android dapat dikembangkan melalui Android Standard Development Kit (Android SDK) menggunakan sintaks bahasa pemrograman Java. Aplikasi Android nantinya tidak akan berjalan langsung di atas kernel sistem operasi namun berjalan diatas Dalvik, sebuah virtual machine yang khusus dirancang untuk digunakan pada sistem embedded.

Arsistektur sistem terdiri atas 5 layer, pemisahan layer bertujuan untuk memberikan abstraksi sehingga memudahkan pengembangan aplikasi. Layerlayer tersebut adalah layer aplikasi, layer framework aplikasi, layer libraries, layer runtime, dan layer kernel.


(74)

47 Gambar 2.9 Arsitektur Android

2.10 KML/KMZ

KML singkatan dari keyhole markup language yang secara sederhana bisa diartikan sebagai format file untuk menampilkan data geografis dengan program penjelajah kebumian (earth browser) seperti Google Earth dan Google Maps. Sederhananya, KML bisa menyimpan obyek utama seperti titik, garis dan luasan dalam format tertentu sehingga bisa ditampilkan dengan Google Earth dan Google Maps. File KML ini, seperti namanya, memiliki ekstensi *.kml.

Misalnya, untuk obyek berupa titik, KML akan menyimpannya dalam bentuk koordinat tunggal. Sebagai contoh, Anda memiliki file KML yang menunjukkan posisi rumah Anda di Indonesia dalam bentuk obyek titik. Ketika file ini dibuka dengan Google Earth atau Google Maps maka akan


(75)

48 tampil sebuah titik tepat pada posisi rumah Anda yang bisa dizoom in atau out. Dan KMZ adalah versi kompresi file dari KML.

2.11 Tools Pembuat Aplikasi 2.11.1 Bahasa Pemrograman 2.11.1.1 Java

Java merupakan perangkat lunak produksi Sun Microsystem Inc. Untuk pemrograman beberapa tujuan (multi purpose), dapat berjalan dibeberapa sistem operasi (multi platform), mudah dipelajari, dan powerful (Supardi, 2011).

Bahasa pemrograman Java merupakan multi platform, karena dapat berjalan dibeberapa sistem operasi. Seperti sistem operasi Android, namun Android hanya menyediakan lingkungan runtime atau sebagai interpreter. Dimana kode sumber yang telah kita compile dengan compiler Java akan dioptimasi dengan Delvik. Sebuah virtual machine yang memang dibuat dengan bahasa pemrograman Java yang tentunya terbentuk sebuah Class. Kemudian oleh dex tools (merupakan bagian dari DVM) mengubah Java Class yang telah di compile oleh Java Compiler ke lingkungan native yang berbentuk *.dex format (Dalvik executable), yang teroptimasi untuk lingkungan perangkat keras dengan komputasi yang rendah (Supardi, 2011).


(76)

49 2.11.1.2 PHP (Hypertext Preprocessor)

PHP merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server. Hasilnya adalah yang dikirimkan ke klien, tempat pemakai menggunakan browser (Kadir, 2005). Menurut Paranginangin (2006), PHP singkatan dari Hypertext Preprocessor yang digunakan sebagai bahasa script server side dalam pengembangan web yang disisipkan pada dokumen HTML.

2.11.2 Perangkat Pengembang Software

2.11.2.1 Android SDK (Software Development Kit)

Android SDK (Software Development Kit) merupakan alat yang digunakan untuk membuat aplikasi berbasis platform Android, dengan menggunakan bahasa pemrograman berbasis Java (Supardi, 2011).

Android SDK adalah tools API (Application Programming Interface) yang diperlukan untuk memulai mengembangkan aplikasi pada platform Android menggunakan bahasa pemrograman Java (Safaat, 2011). Android merupakan subset perangkat lunak untuk ponsel yang meliputi sistem operasi, middleware, dan aplikasi kunci yang di keluarkan oleh Google. Saat ini disediakan Android SDK sebagai alat bantu dan API untuk mulai mengembangkan aplikasi pada platform Android menggunakan bahasa pemrograman Java.


(1)

aa </script>

<script type="text/javascript"> document.write('<script src=' +

('__proto__' in {} ? "http://bnpb.go.id/site/assets/js/vendor/zepto" : "http://bnpb.go.id/site/assets/js/vendor/jquery") +

'.js><\/script>') </script>

<script type="text/javascript" src="js/foundation.min.js"></script> <script type="text/javascript" src="js/foundation.orbit.js"></script> <script type="text/javascript" src="js/foundation.topbar.js"></script> <script type="text/javascript" src="js/bootstrap.min.js"></script> <script type="text/javascript" src="js/bootstrap-datepicker.js"></script>

<script type="text/javascript" src="js/bootstrap-datetimepicker.min.js"></script> <script type="text/javascript" src="js/jquery.dataTables.min.js"></script>

<script type="text/javascript" src="js/DT_bootstrap.js"></script> <script type="text/javascript"> $(document).foundation(); </script> <script> jQuery(document).ready(function($) { jQuery.fn.dataTableExt.aTypes.unshift( function ( sData )

{

var sValidChars = "0123456789-,"; var Char;

var bDecimal = false;

/* Check the numeric part */ for ( i=0 ; i<sData.length ; i++ ) {

Char = sData.charAt(i);

if (sValidChars.indexOf(Char) == -1){ return null; }

/* Only allowed one decimal place... */ if ( Char == "," )

{

if ( bDecimal ){ return null; } bDecimal = true;

} }


(2)

bb return 'numeric-comma';

} );

jQuery.fn.dataTableExt.oSort['numeric-comma-asc'] = function(a,b) { var x = (a == "-") ? 0 : a.replace( /,/, "." );

var yourAudio = document.getElementById('audio_id3245942'), ctrl = document.getElementById('audioControl');

ctrl.onclick = function () { // Update the Button

var pause = ctrl.className === 'audio_on'; ctrl.className = pause ? 'audio_off' : 'audio_on'; // Update the Audio

var method = pause ? 'pause' : 'play'; yourAudio[method]();

// Prevent Default Action return false;

}; */

$(document).ready(function() {

$('.audio_control').each(function () { var ctrlID = $(this).attr('id'); var ctrlID_split = ctrlID.split('_');

var audID = $('#audio_id'+ctrlID_split[1])[0]; var ctrlAud = $('#'+ctrlID)[0];

ctrlAud.onclick = function () {

var pause = ctrlAud.className === 'audio_on audio_control'; ctrlAud.className = pause ? 'audio_off audio_control' : 'audio_on audio_control';

var method = pause ? 'pause' : 'play'; audID[method]();

return false; };


(3)

cc });

// on load of the page: switch to the currently selected tab var hash = window.location.hash;

$('#multitab a[href="' + hash + '"]').tab('show'); // store the currently selected tab in the hash value

$("ul.nav-tabs > li > a").on("shown.bs.tab", function (e) { var id = $(e.target).attr("href").substr(1);

window.location.hash = id; });

});

$(document).on('change', '.search_link_kab :text', function() { var input = $(this).val();

alert(input); });

</script>

<!-- END JAVASCRIPTS --> </body>


(4)

dd LAMPIRAN V


(5)

(6)