BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh perputaran kas dan perputaran persediaan terhadap rentabilitas perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di bursa efek indonesia (bei)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rentabilitas menurut Munawir (2004 : 86) adalah “rasio yang digunakan
untuk mengukur profit yang diperoleh dari modal-modal yang digunakan untuk operasi tersebut atau mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan atau laba”. Akan tetapi, bagi perusahaan pada umumnya masalah
rentabilitas adalah lebih penting dari masalah laba saja, karena laba yang besar
saja belum merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain ialah dengan menghitung rentabilitasnya. Berhubungan dengan itu, maka bagi perusahaan pada umumnya usahanya lebih diarahkan untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal dari pada laba maksimal. Rentabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan rasio rentabilitas. Rasio rentabilitas didapat dengan membandingkan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba. Rasio rentabilitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah
Return On Asset (ROA) . Untuk dapat mencapai ROA yang maksimal dari suatu
perusahaan tidak lepas dari pengelolaan kas dan persediaan. Tingkat perputaran kas dan persediaan yang tinggi dapat memaksimalkan rentabilitasnya.
Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba merupakan hasil yang menguntungkan atas usaha yang dilakukan perusahaan pada suatu periode tertentu. Dengan laba ini dapat digunakan perusahaan untuk tambahan pembiayaan dalam menjalankan operasional perusahaan, dan yang terpenting adalah sebagai alat untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Besar atau kecilnya laba yang dihasilkan perusahaan tergantung kepada kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin baik pengelolaan aktiva yang dimiliki, maka akan semakin optimal laba yang akan dihasilkan oeh perusahaan.
Perusahaan tekstil dan garmen merupakan perusahaan yang memiliki konsumen yang banyak di Indonesia. Perkembangan tekstil dan garmen di Indonesia menarik untuk dicermati. Industri ini merupakan salah satu industri yang bertahan di tengah kondisi perekonomian Indonesia yang labil. Perusahaan tekstil dan garmen merupakan industri padat karya (Labour Intensive) yang sedikitnya telah menyerap 1,8 juta pekerja. Disamping itu industri tekstil dan garmen juga memberikan devisa yang cukup besar melalui kontribusi dalam komoditi ekspor non-migas. Dunia usaha Indonesia termasuk industri tekstil dan garmen saat ini mengalami banyak permasalahan antara lain semakin maraknya produk impor, meningkatnya harga bahan baku, dan kondisi permesinan yang umumnya sudah tergolong tua.
Kelangsungan hidup perusahaan dipengaruhi oleh laba yang diperolehnya. Jika perusahaan terus merugi dalam menjalankan usahanya, akan menyebabkan perusahaan bangkrut dan artinya perusahaan tidak mampu bertahan hidup. Akan tetapi, apabila perusahaan mampu memperoleh laba bersih yang tinggi maka perusahaan akan tetap bertahan dan mengembangkan perusahaannya. Laba bersih yang diperoleh perusahaan dapat dilihat dari tingkat rentabilitas perusahaan tersebut Laba usaha perusahaan tekstil dan garmen periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 memperlihatkan adanya kenaikan bagi beberapa perusahaan.
Tetapi juga ada yang memperlihatkan penurunan pada laba usaha perusahaan. Hal tersebut diperlihatkan oleh PT. Roda Vivatex Tbk yang mengalami penurunan dari 14,04 pada tahun 2008 menjadi 12,94 pada tahun 2011, PT. Sunson Textile Manufacture turun menjadi -29,40 pada tahun 2011 dari sebesar -24,65 pada tahun 2008. PT. Indorama Synthetic Tbk mengalami penurunan laba yang signifikan sebesar 101,57 pada tahun 2008 menjadi sebesar 38,75 pada tahun 2010. PT.
Delta Dunia Makmur Tbk mengalami penurunan sebesar 566,41 dari tahun 2009 sebesar 1.235,65 menjadi sebesar 669,24 pada tahun 2011. Dan pada PT. Ricky Putra Globalindo Tbk mengalami penurunan sebesar 19,80 pada tahun 2010 dari sebesar 27,54 pada tahun 2008. Dengan adanya penurunan laba usaha pada perusahaan tekstil dan garment tentu akan mempengaruhi tingkat rentabilitas perusahaan tekstil dan garmen tersebut. Penurunan laba usaha dari beberapa perusahaan tekstil dan garmen dipengaruhi oleh pendapatan dan total aktiva yang mengalami fluktuasi dari tahun 2008 sampai tahun 2011, dan sekitar 60 persen perusahaan yang berada di sektor tekstil dan garmen cenderung mengalami penurunan pendapatan dan total aktiva pada tahun 2011.
“Aktiva yang merupakan kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai di masa yang akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang sudah berlalu”, menurut Harahap (2010 : 107). Total aktiva perusahaan tekstil dan garmen juga cenderung mengalami penurunan dari periode tahun 2008 sampai tahun 2011. Hal ini terlihat pada PT. Apac Citra Centretex Tbk yang mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 1.848,39, dari sebesar 2.176,06 pada tahun 2008. PT. Argo Pantes Tbk turun pada tahun 2011 sebesar 1.452,87, dari sebesar 1.724,24 pada tahun 2008 yang berarti turun sebesar 15,74 persen. PT. Asia Pacific Fibers Tbk mengalami penurunan signifikan dari tahun 2008 sebesar 4.912,99 menjadi sebesar 3.683,20 pada tahun 2011. PT. Centex (Prefered Stock) Tbk turun dari tahun 2008 sebesar 423,80 menjadi 365,24 pada tahun 2011. Penurunan total aktiva yang signifikan juga dimiliki oleh perusahaan pada PT. Panasia Filament Inti Tbk yang turun dari tahun 2008 sebesar 581,84 menjadi sebesar 296,05 pada tahun 2011. PT. Panasia Indosyntec Tbk mengalami penurunan aktiva sebesar 1.013,57 pada tahun 2011 dari sebesar 1.253,27 pada tahun 2008. PT. Sunson Textile Manufacture Tbk mengalami penurunan aktiva menjadi sebesar 843,45 pada tahun 2011 dari sebesar 900,91 pada tahun 2008 dan PT. Ricky Putra Globalindo Tbk turun menjadi 642,09 pada tahun 2011 dari sebesar 645,76 pada tahun 2008.
Beberapa perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2008 sampai tahun 2011 memberikan Return On
Asset (ROA) yang berbeda tiap tahunnya. Menurut Harahap (2010 : 305) “ROA
menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan, dan jika semakin besar maka rasio ini semakin baik dan hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba bagi perusahaan”.
Fenomena yang terjadi adalah rendahnya kas yang merupakan komponen modal kerja yang paling likuid pada beberapa perusahaan tekstil dan garmen pada rentang tahun 2011, hal ini tentu merupakan masalah bagi perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya jika suatu saat kewajiban tersebut jatuh tempo. Hal ini tentu mengindikasikan bahwa tingkat perputaran kas perusahaan tekstil dan garment tinggi, yang tentu berdampak pada laba yang diperoleh semakin besar, karena modal kerja yang ada terus berputar dalam operasional perusahaan. Tetapi didalam keadaan kas seperti ini tentu memperlihatkan keadaan perusahaan pada underinvesment cash.
Sama halnya dengan kas yang dimiliki oleh perusahaan tekstil dan garmen, tingkat persediaan pada perusahaan tekstil dan garmen juga mengalami penurunan pada periode tahun 2010 dan 2011, karena persediaan merupakan aktiva yang paling aktif di dalam operasi usaha. Persediaan merupakan investasi yang dibuat untuk tujuan memperoleh pengembalian melalui penjualan kepada pelanggan, oleh karena itu pengalokasian dana pada persediaan haruslah sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Jika persediaan dalam tingkat yang rendah atau tidak cukup maka volume penjualan perusahaan akan turun dibawah tingkat yang seharusnya dicapai. Dengan rendahnya tingkat persediaan tersebut, akan menunjukkan persediaan tersebut habis terjual dan tingkat perputaran persediaan akan menjadi naik.
Rendahnya kas dan setara kas yang merupakan aktiva yang paling likuid pada tahun 2010 dan 2011 pada perusahaan tekstil dan garmen dapat menyebabkan ketidakmampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penurunan kas dapat terlihat pada beberapa perusahaan yaitu PT. Roda Vivatex Tbk, PT. Apac Citra Centretex Tbk, PT. Centex (Prefered Stock) Tbk, PT. Ever Shine Textile Industry Tbk, PT. Indorama Synthetic Tbk, PT.
Panasia Filament Inti Tbk dan PT. Sunson Textile Manufacture Tbk.
Tingkat persediaan perusahaan justru mengalami penurunan di beberapa perusahaan seperti PT. Centex (Prefered Stock) Tbk mengalami penurunan sebesar 61,86 pada tahun 2011 dari sebesar 110,10 pada tahun 2008. Sementara PT. Panasia Filament Inti Tbk mengalami penurunan yang signifikan sebesar 163,53 pada tahun 2008 menjadi sebesar 23,68 pada tahun 2011. PT Panasia Indosyntec Tbk mengalami penurunan sebesar 206,91 pada tahun 2008 menjadi sebesar 168,17 pada tahun 2011. Dimana dengan minimnya nilai persediaan yang ada akan mempengaruhi volume persediaan yang tersedia untuk dijual, yang tentunya hal ini akan mempengaruhi tingkat penjualan perusahaan tekstil dan garmen serta berpengaruh kepada turunnya pendapatan perusahaan.
Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas lebih penting dari pada laba karena efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan total aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Dengan demikian tingkat rentabilitas memegang peranan yang penting. Perputaran kas dan perputaran persediaan yang cepat diharapkan dapat meningkatkan rentabilitas perusahaan. Berdasarkan dari uraian yang telah dijelaskan diatas, maka diambil judul dalam penelitian ini yaitu Pengaruh perputaran kas dan perputaran
persediaan terhadap rentabilitas perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1.2.1 Apakah perputaran kas (cash turn over) berpengaruh terhadap rentabilitas pada perusahaan tekstil dan garmen.
1.2.2 Apakah perputaran persediaaan (inventory turn over) berpengaruh terhadap rentabilitas pada perusahaan tekstil dan garmen.
1.2.3 Apakah perputaran kas (cash turn over) dan perputaran persediaaan (inventory turn over) berpengaruh terhadap rentabilitas pada perusahaan tekstil dan garmen.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah dalam penelitian ini maka tujuan penelitian yaitu :
1.3.1.1 Untuk menguji pengaruh perputaran kas (cash turn over) terhadap rentabilitas pada perusahaan tekstil dan garmen.
1.3.1.2 Untuk menguji pengaruh perputaran persediaan (inventory turn over ) terhadap rentabilitas pada perusahaan tekstil dan garmen.
1.3.1.3 Untuk menguji pengaruh perputaran kas (cash turn over) dan perputaran persediaan (inventory turn over) terhadap
rentabilitas pada perusahaan tekstil dan garmen.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini dapat diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :
1.3.2.1 Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang pastinya berguna di waktu yang akan datang.
1.3.2.2 Bagi perusahaan yang bersangkutan, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi atau masukan untuk kebijakan perusahaan pada periode selanjutnya.
1.3.2.3 Bagi pihak lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta menjadi referensi atau bahan masukan dalam penelitian serupa pada penelitian yang akan datang.