Pengaruh diversifikasi operasi, diversifikasi geografis dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba : studi empiris pada perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2010-2013

(1)

PENGARUH DIVERSIFIKASI OPERASI, DIVERSIFIKASI GEOGRAFIS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi

Empiris Pada Perusahaan Manufaktur SektorConsumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013)

Oleh:

ARIEF DARMAWAN NIM: 1111082000018

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

1. Nama : Arief Darmawan

2. Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 01 September 1993 3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Alamat : Komplek PU Pengairan No. 72 RT 03/04 Kelurahan Koang Jaya, Kecamatan Karawaci, Pasar Baru, Kota Tangerang.

5. Agama : Islam

6. Nomor Telepon : 08998312502

7. E-Mail : darmawan.arief51@yahoo.co.id Data Pendidikan Formal

1. 1999-2005 : SDN Sukasari 5 Kota Tangerang 2. 2005-2008 : SMPN 2 Kota Tangerang

3. 2008-2011 : SMAN 2 Kota Tangerang

4. 2011-2015 : Jurusan Akuntansi (Akmen), Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi

1. Anggota UKM FORSA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2012-2014)

2. Ketua divisi sepakbola UKM FORSA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2013-2014)

Seminar dan Workshop

1. Seminar Sosialisasi Nasional dan Diskusi Publik “Undang-Undang Ormas; Upaya Memperkuat Nasionalisme”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.


(7)

2. Seminar 4 Pilar Goes To Campus: “Sosialisasi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. 3. Seminar Nasional Accounting Fair 2014: “Kredibilitas Seorang Akuntan

Dalam Menghadapi Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia” Untuk Meningkatkan Kesadaran dan Pemahaman Akuntansi Syariah, FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Kepanitiaan

1. “MAKASA Sport’s day” oleh UKM FORSA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai anggota divisi acara, 2013.


(8)

THE EFFECT OF OPERATION DIVERSIFICATION, GEOGRAPHIC DIVERSIFICATION, AND FIRM SIZE ON EARNINGS MANAGEMENT

(EMPIRICAL STUDY ON MANUFACTUR COMPANIES SECTOR CONSUMER GOODS INDUSTRY WHICH WERE LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE FOR PERIOD ON 2010-2013)

ABSTRACT

This research aim to analyze the effect of operating diversification, geographic diversification, and company size on earnings management. The population in this research are sector consumer goods industry on manufacturing companies which listed in Indonesian Stock Exchange for period on 2010-2013 with sample number are 17 companies that acquired by using purposive sampling method. The method of research analysis was used multiple regression analysis with SPSS 20 program.

The result showed that the operating diversification has significant effect on earnings management, geographic diversification has no significant effect on earnings management, and company size has significant effect on earnings management.

Keyword: operating diversification, geographic diversification, company size, and earnings management.


(9)

PENGARUH DIVERSIFIKASI OPERASI, DIVERSIFIKASI GEOGRAFI, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR CONSUMER GOODS INDUSTRYYANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA PERIODE 2010-2013)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2013 dengan sampel sebanyak 17 perusahaan yang ditentukan berdasarkan metode purposive sampling. Metode analisis penelitian yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda dengan program SPSS 20.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diversifikasi operasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, diversifikasi geografis tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Kata kunci: diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, ukuran perusahaan, dan manajemen laba.


(10)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya dengan segala pengetahuan dan kekuasan-karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Diversifikasi Operasi, Diversifikasi Geografis, dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013)”dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan kali ini, penulis menyampaikan terimakasih atas bantuan, saran, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini kepada:

1. Kedua orang tuaku, Bapak Herlang dan Ibu Husnawati tercinta serta kakaku Sari, yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Arief Mufraini Lc.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Hepi Prayudiawan, SE,. MM., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang sangat baik, selalu bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi, memberikan pengarahan serta motivasi yang tidak henti kepada penulis untuk menyelesaikan skrispi ini. Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.


(11)

5. Ibu Yusro Rahma SE.,M.Si., selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dengan baik kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menuntut ilmu yang menjadi bekal untuk penulis serta motivasi yang tidak henti diberikan kepada penulis dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan bantuan kepada penulis.

7. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.

8. Teman-teman Akuntansi A 2011 dan Akuntansi 2011 yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

9. Seluruh keluarga besar tim sepakbola Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memotivasi agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari semua pihak.

Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca umumnya.

Jakarta, Mei 2015


(12)

DAFTAR ISI

Keterangan Halaman

COVER DALAM... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vi

ABSTRACT... viii

ABSTRAK... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii


(13)

A. Latar belakang... 1

B. Rumusan masalah... 9

C. Tujuan dan manfaat... 10

1. Tujuan Penelitian... 10

2. Manfaat Penelitian... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Basis Teori ... 12

a. Teori Agensi ... 12

2. Diversifikasi Perusahaan ... 14

a. Jenis Diversifikasi ... 15

b. Tujuan Diversifikasi ... 19

c. Hipotesis Diversifikasi ... 21

3. Ukuran Perusahaan ... 22

4. Manajemen Laba ... 23

B. Penelitian-penelitian Terdahulu ... 28

C. Keterkaitan Antarvariabel dan Perumusan Hipotesis ... 34

1. Diversifikasi Operasi dengan Manajemen Laba... 34

2. Diversifikasi Geografis dengan Manajemen Laba ... 35

3. Ukuran Perusahaan dengan Manajemen Laba ... 37

4. Diversifikasi Operasi, Diversifikasi Geografis dan Ukuran Perusahaan dengan Manajemen Laba ... 38


(14)

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 41

A. Ruang Lingkup Penelitian... 41

B. Metode Penentuan Sampel... 41

C. Metode Pengumpulan Data ... 42

D. Metode Analisis Data... 43

1. Statistik Deskriptif... 43

2. Uji Asumsi Klasik ... 44

3. Uji Koefisien Determinasi... 47

4. Uji Hipotesis... 47

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian... 50

1. Diversifikasi Operasi (X1) ... 51

2. Diversifikasi Geografis (X2) ... 52

3. Ukuran Perusahaan (X3) ... 52

4. Manajemen Laba (Y)... 53

BAB IV. PENEMUAN DAN PEMBAHASAN... 57

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 57

B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 59

1. Hasil Statistik Deskriptif ... 59

2. Hasil Uji Asumsi Klasik... 61

3. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 69


(15)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 78

A. Kesimpulan... 78

B. Saran... 79

DAFTAR PUSTAKA... 80


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Penelitian-penelitian Terdahulu... ... 30

3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian... .... 56

4.1 Rincian Perolehan Sampel Penelitian ... 58

4.2 Sampel Perusahaan Manufaktur SektorConsumer Goods Industry... 59

4.3 Hasil Statistik Deskriptif... 60

4.4 Hasil Uji Multikolonieritas... 62

4.5 Hasil Uji Autokorelasi... 64

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji Glejser... 66

4.7 Hasil Uji NormalitasKolmogorov Smirnov... 68

4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi... 69

4.9 Hasil Uji Statistik t... 70


(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran... 40

4.1 GrafikScatterplot... 65


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Sampel Perusahaan Manufaktur SektorConsumer

Goods Industry... 84

2 Hasil Perhitungan Variabel Diversifikasi Operasi... 85

3 Hasil Perhitungan Variabel Diversifikasi Geografis... 86

4 Hasil Perhitungan Variabel Ukuran Perusahaan... 87

5 Hasil Perhitungan Variabel Manajemen Laba... 88

6 Hasil Statistik Deskriptif... 89

7 Hasil Uji Multikolinieritas... 89

8 Hasil Uji Autokorelasi... 89

9 Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan GrafikScatterplot.. 90

10 Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan UjiGlejser... 90

11 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik P-Plot... 91

12 Hasil Uji Normalitas DenganKolmogorov Smirnov... 91


(19)

14 Hasil Uji Statistik t... 92


(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi ini perkembangan perusahaan dalam berbagai bidang di Indonesia semakin pesat. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap output yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Dalam menghadapi persaingan pasar yang ketat, manajer dari tiap-tiap perusahaan dituntut cerdas dalam menerapkan strategi untuk memperoleh pangsa pasar yang lebih besar. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak perusahaan yang gagal berkembang akibat tidak adanya kebijakan strategi yang baik dalam menarik pangsa pasar, sehingga menyebabkan kebangkrutan bagi perusahaan tersebut.

Perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang besar rata-rata melakukan perluasan usaha baik dari segi produk yang dihasilkan maupun jumlah perusahaannya di setiap wilayah. Perusahaan yang melakukan perluasan usahanya sering disebut perusahaan yang terdiversifikasi. Diversifikasi sendiri merupakan salah satu kebijakan strategi perusahaan yang diterapkan dengan memperluas segmen operasi dan lokasi geografis perusahaan yang jumlahnya lebih dari satu. Strategi ini diyakini dapat meningkatkan pendapatan perusahaan.

Harto (2005:297) mendefinisikan diversifikasi perusahaan sebagai bentuk pengembangan usaha dengan cara memperluas jumlah segmen


(21)

secara bisnis maupun geografis maupun memperluas market share yang ada atau mengembangkan berbagai produk yang beraneka ragam. Sedangkan menurut Kurniasari (2014:1) diversifikasi usaha merupakan salah satu strategi yang menjadi pilihan manajer. Dengan penerapan diversifikasi usaha, manajer dapat mengajukan reward yang lebih besar, karena semakin banyak jenis usaha yang dikelola, semakin besar tingkat kompleksitas perusahaan. Penerapan diversifikasi usaha salah satunya juga bertujuan untuk memaksimumkan ukuran dan keragaman usaha, sehingga pemilik dapat memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi dari beberapa segmen usaha yang dimiliki. Selain memberikan dampak positif bagi perusahaan, strategi diversifikasi juga dianggap memberikan dampak negatif bagi perusahaan. Diversifikasi dianggap dapat menimbulkan praktik manajemen laba dalam suatu perusahaan.

Manajemen laba sendiri didefinisikan sebagai kewenangan manajemen tingkat atas yang mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku secara umum, yang dapat mengontrol atau mengatur laporan informasi laba akuntansi dengan cara merubah penggunaan metode akuntansi dan menentukan pemilihan kebijakan akuntansi. Dengan kata lain juga dapat menyesatkan pemegang kepentingan lain untuk mendapatkan bunga dari grup yang dimaksimalkan dan keuntungan yang dimaksimalkan oleh perusahaan (Liu dan Yu, 2013:50). Sedangkan menurut Sulistyanto (2008:51) manajemen laba merupakan upaya untuk merekayasa


(22)

angka-angka dalam laporan keuangan dengan mempermainkan metode dan prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan.

Manajemen laba cenderung mudah terjadi dalam perusahaan yang melakukan diversifikasi. Mehdi dan Seboui (2011:177) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perusahaan besar dengan organisasi yang kompleks dan memiliki masalah keagenan, umumnya terdiversifikasi di lebih dari satu negara dan atau industri. Diversifikasi tidak hanya memotivasi manajer dalam melakukan manipulasi akuntansi, tetapi bisa juga menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk membuat manajemen laba sulit dideteksi. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa kasus manajemen laba pada perusahaan yang terdiversifikasi.

Salah satu contoh kasus manajemen laba pada perusahaan yang melakukan strategi diversifikasi terjadi pada perusahaan Enron Corporation. Enron Corporation merupakan salah satu contoh perusahaan yang melakukan diversifikasi baik secara industrial maupun geografis. Hal tersebut terbukti dengan keberagaman bidang bisnis yang dijalaninya (seperti: bidang listrik, gas alam, produksi kertas, dan komunikasi) serta banyaknya jumlah cabang perusahaannya secara geografis (tidak hanya di Amerika melainkan juga di Eropa) (Aryati dan Walansendouw, 2013:244).

Runtuhnya Enron merupakan kasus kehancuran terbesar korporasi di AS. Dalam waktu sangat singkat perusahaan yang tahun lalu masih membukukan pendapatan US$ 100 miliar, sekonyong-konyong harus melaporkan kebangkrutannya kepada otoritas pasar modal. Sebagai entitas


(23)

bisnis, nilai kerugian Enron diperkirakan mencapai US$ 50 miliar. Sementara itu, pelaku pasar modal kehilangan US$ 32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus menangisi amblasnya dana pensiun mereka tak kurang dari US$ 1 miliar (Koran Tempo, 2002).

Saham Enron yang pada Agustus 2000 masih berharga US$ 90 per lembar, terjerembab jatuh hingga tidak lebih dari US$ 45 sen. Tidak heran kalau banyak kalangan menyebut peristiwa ini sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah bisnis di Amerika Serikat. Sedemikian hebohnya, sampai-sampai seluruh media bisnis dan ekonomi terkemuka menempatkannya sebagai cover story. Majalah Time, Fortune, dan Business Weekmengulasnya berhalaman-halaman.

Dalam proses pengusutan sebab-sebab kebangkrutan itu, belakangan Enron dicurigai telah melakukan praktek window dressing. Manajemen Enron telah menggelembungkan (mark up) pendapatannya US$ 600 juta, dan menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1,2 miliar (Koran Tempo, 2002).

Kasus lain mengenai manajemen laba pada perusahaan terdiversifikasi terjadi pada perusahaan PT. Bumi Resources. Kasus ini berupa adanya temuan dari hasil investigasi tim audit terhadap PT. Bumi Resources yang menyatakan bahwa terdapat penyimpangan dana keuangan sebesar US$ 500 Juta. Selain itu juga adanya keanehan pada tingkat laba perusahaan dengan harga saham, perusahaan mengalami kenaikan laba selama lima tahun periode, dengan diperolehnya laba yang tinggi seharusnya dapat


(24)

menaikan harga saham begitu juga sebaliknya, namun hal berbeda terjadi pada tahun 2004 ke tahun 2005 dimana laba yang diperoleh dari 1.079.520 naik ke 1.222.099 harga sahamnya turun dari 800 menjadi 760 sedangkan tahun 2009 dan 2011 terjadi kebalikannya yaitu laba turun tetapi harga saham naik. Adanya ketidakseimbangan ini mengindikasikan adanya praktik manajemen laba yang dilakukan manajemen dengan pola income maximizationdanincome minimization(Mariana, 2012).

Kasus tersebut juga diperkuat dengan adanya dugaan manipulasi pajak PT. Bumi Resources. Dugaan tunggakan pajak Grup Bakrie senilai 2,1 triliun rupiah dari tiga perusahaan tambang, yakni PT. Bumi Resources Tbk, PT. Kaltim Prima Coal, dan PT. Arutmin Indonesia. Bumi diduga menunggak pajak senilai 376 miliar rupiah, sedang dua anak perusahaannya yakni KPC sebesar 1,5 triliun rupiah dan Arutmin 300 miliar rupiah (Koran Jakarta, 2010).

Perusahaan lain yang tersangkut kasus manajemen laba yaitu PT. Ades Alfindo Putrasetia Tbk. Bapepam memastikan manajemen PT. Ades Alfindo Putrasetia Tbk (ADES) telah memberikan penyesatan informasi kepada publik. Penyesatan informasi itu terkait kasus perbedaan penghitungan angka produksi dan angka penjualan dalam laporan keuangan perseroan. Manajemen baru ADES melaporkan telah terjadi perbedaan laporan keuangan sejak tahun 2001 sampai 2003. Estimasi perhitungan mengenai potensi dari perbedaan volume produksi dengan volume yang dilaporkan perseroan kepada pemilik merek dagang terhadap


(25)

penjulaan itu adalah untuk tahun 2001 perbedaan volume terhadap penjualan bersih diestimasikan sebesar maksimum Rp. 13 miliar. Untuk tahun 2002 sebesar Rp. 45 miliar, untuk tahun 2003 sebesar Rp. 55 miliar serta Rp. 2 miliar untuk tengah tahun 2004 (Detik Finance, 2004).

Estimasi tersebut dapat mempresentasikan perbedaan maksimum sebesar 10 persen, 30 persen, 32 persen dan 3 persen lebih rendah dari penjualan yang telah dilaporkan pada tahun-tahun yang disebut di atas. Saham ADES sendiri disuspensi sejak 5 Agustus 2004, karena ada dugaan perbedaan laporan penjualan diatas dan baru bisa diperdagangkan di Pasar Negosiasi. Kasus tersebut telah disampaikan Coca-Cola sebagai salah satu pemegang saham ADES melalui Water Partner Bottling (WPB), kepada US SEC/Security Exchange Commision(Detik Finance, 2004).

Selain diversifikasi, ukuran perusahaan juga dianggap memiliki pengaruh terhadap praktik manajemen laba dalam suatu perusahaan. Ukuran perusahaan sendiri merupakan suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, logsize, nilai pasar saham, dan lain-lain (Anggraini, 2013:5).

Sedangkan menurut Fransiska dan Hermawan (2013:4164) ukuran perusahaan tidak hanya menunjukan seberapa besar kecilnya suatu perusahaan, tetapi juga kemampuan suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya sehingga dapat meningkatkan penjualan dan laba bagi perusahaannya. Penggunaan total aset pada penghitungan ukuran perusahaan karena total aset yang ada pada perusahaan merupakan suatu


(26)

modal bagi perusahaan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan mendanai investasi atau proyek yang menguntungkan.

Shen dan Chih (2007:1011) dalam penelitiannya yang berjudul “Earnings Management and Corporate Governance in Asia’s Emerging

Markets” menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh

terhadap manajemen laba. Perusahaan yang besar cenderung mudah melakukan manajemen laba.

Sedangkan menurut Anggraini (2013:6) perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Selain itu, perusahaan berukuran besar juga lebih mendapatkan perhatian dari masyarakat sehingga dalam melaporkan laporan keuangannya mereka akan melaporkannya sesuai dengan kondisi sebenarnya (Anggit dan Shodiq, 2014:9).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Indraswari (2010), Anggraini (2013), serta Fatmawati dan Sabeni (2013). Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terdapat pada beberapa variabel independen, objek penelitian, dan periode penelitiannya. Adapun perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Variabel independen yang digunakan pada penelitian Indraswari (2010) adalah status internasional, diversifikasi operasi, dan legal


(27)

origin. Pada penelitian Anggraini (2013) variabel independen yang digunakan adalah siklus hidup dan ukuran perusahaan. Pada penelitian Fatmawati dan Sabeni (2013) variabel independen yang digunakan adalah diversifikasi geografis, diversifikasi industri, konsentrasi kepemilikan perusahaan dan masa perikatan audit. Sedangkan variabel independen yag digunakan pada penelitian ini adalah diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan ukuran perusahaan.

2. Objek penelitian pada penelitian Indraswari (2010) adalah perusahaan Asia yang terdaftar di New York Stock Exchange. Pada penelitian Anggraini (2013) objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian Fatmawati dan Sabeni (2013) objek penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan objek penelitian pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Periode penelitian Indraswari (2010) yaitu periode 2006-2008, periode penelitian Anggraini (2013) yaitu periode 2009-2011, periode penelitian Fatmawati dan Sabeni (2013) yaitu periode 2011. Sedangkan periode penelitian pada penelitian ini adalah periode 2010 sampai dengan 2013.

Topik ini penting untuk diteliti, karena manajemen laba masih menjadi tema yang menarik untuk dibahas seiring dengan banyaknya


(28)

kasus manajemen laba pada perusahaan besar yang terdiversifikasi. Selain itu, banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba juga akan membuat penelitian dengan tema manajemen laba diperkirakan masih akan terus dikembangkan oleh peneliti-peneliti selanjutnya. Dengan demikian, maka dibuat suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Diversifikasi Operasi, Diversifikasi Geografis, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods Industry yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah diversifikasi operasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba?

2. Apakah diversifikasi geografis berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba?

4. Apakah diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap manajemen laba?


(29)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui pengaruh diversifikasi operasi terhadap manajemen laba.

b. Untuk mengetahui pengaruh diversifikasi geografis terhadap manajemen laba.

c. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.

d. Untuk mengetahui pengaruh diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan ukuran perusahaan secara simultan terhadap manajemen laba.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu: a. Bagi Penulis

Diharapkan penulis dapat mengetahui apakah diversifikasi operasi, diversifikasi geografis dan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi suatu perusahaan dalam melakukan manajemen laba.

b. Bagi Investor

Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi para investor yang baru akan berinvestasi di dalam suatu perusahaan. Agar mempertimbangkan apakah manajemen di perusahaan yang akan


(30)

dijadikan tempat investasi telah melakukan pelaporan keuangan yang baik tanpa adanya unsur kepentingan dari pihak manajemen. Investor juga diharapkan dapat memperhatikan pelaporan keuangan dari perusahaan yang melakukan strategi diversifikasi agar tidak terjadi asimetri informasi.

c. Bagi Manajer Perusahaan

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, para manajer perusahaan yang melakukan diversifikasi operasi dan geografis serta berada pada ukuran perusahaan tertentu dapat melakukan tindakan yang sewajarnya dalam pelaporan keuangan tanpa ada unsur kepentingan pribadi, sehingga nantinya laporan keuangan dapat dipercaya dan memiliki keandalan bagi para pengguna.

d. Bagi para Akademisi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan yang lebih mengenai manajemen laba dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga di kemudian hari dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Basis Teori

a. Teori Agensi

Teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa dalam perusahaan (firm) terjadi konflik kepentingan antara pemilik (principal) dan manajer (agent). Konflik yang timbul dipicu oleh kepentingan masing-masing pihak untuk memaksimalkan kesejahteraannya (wealth). Dalam kondisi konflik tersebut, informasi akuntansi menjadi instrumen mediasi dalam menyelaraskan berbagai konflik kepentingan yang ada (Indraswari, 2010:6-7).

Agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang terlibat dalam hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang menarik, keanggotaan klub, dan jam kerja yang fleksibel. Sedangkan prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di perusahaan tersebut (Anthony dan Govindarajan, 2012:269).

Menurut Sulistyanto (2008:20-21) manajer sebagai pengelola perusahaan merupakan satu-satunya pihak yang menguasai seluruh


(32)

informasi yang diperlukan untuk menyusun laporan keuangan. Manajer bisa menjelaskan secara rinci mengapa dan untuk apa informasi itu ada. Manajer juga mengetahui dan memahami hubungan antara satu informasi dengan informasi lain. Sementara pihak lain di luar perusahaan, yaitu pemilik, calon investor, kreditur, supplier, regulator, pemerintah, dan stakeholderlain, yang mempunyai keterbatasan sumber dan akses untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan. Pihak-pihak ini hanya bisa mengandalkan informasi yang disajikan manajemen jika ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Artinya, seberapa banyak informasi yang dapat dikuasai pihak-pihak ini sangat tergantung pada seberapa banyak informasi yang diterimanya dari manajer.

Oleh karena itu kontrak yang baik antara investor dan manajer adalah kontrak yang mampu menjelaskan apa saja yang harus dilakukan manajer dalam pengelolaan dana yang diinvestasikan dan pembagian return antara manajer dan investor. Masalah yang kemudian timbul dalam teori agensi adalah ketidaklengkapan informasi yaitu ketika tidak semua keadaan diketahui oleh kedua belah pihak, hal inilah yang disebut dengan asimetri informasi.

Terdapat dua tipe asimetri informasi, yaitu (1) Adverse Selection yang merupakan tipe informasi asimetri dimana satu orang atau lebih pelaku transaksi bisnis atau transaksi usaha yang


(33)

potensial mempunyai informasi lebih atas yang lain. Adverse selection ini dapat terjadi karena beberapa orang seperti manajer dan para pihak internal perusahaan lainnya lebih mengetahui kondisi saat ini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para investor; (2)Moral Hazardyaitu suatu tipe asimetri informasi dimana satu orang atau lebih pelaku bisnis atau transaksi potensial yang dapat mengamati kegiatan-kegiatan mereka secara penuh dibandingkan dengan pihak lain. Moral hazard ini dapat terjadi karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian sehingga principal tidak dapat mengamati seluruh aksi manajer yang mungkin berbeda dengan apa yang diinginkan principal (Prayudi dan Daud, 2013:121).

2. Diversifikasi Perusahaan

Diversifikasi merupakan bentuk pengembangan usaha dengan memperluas jumlah segmen, baik secara bisnis maupun geografis (Permatasari dan Meiden, 2012:122). Lebih lanjut menurut Kurniasari (2014:1) diversifikasi usaha merupakan salah satu strategi menjadi pilihan manajer. Dengan penerapan diversifikasi usaha, manajer dapat mengajukan reward yang lebih besar, karena semakin banyak jenis usaha yang dikelola, semakin besar tingkat kompleksitas perusahaan. Penerapan diversifikasi usaha salah satunya juga bertujuan untuk memaksimumkan ukuran dan keragaman usaha, sehingga pemilik


(34)

dapat memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi dari beberapa segmen usaha yang dimiliki.

Sedangkan Harto (2005:297) mendifinisikan diversifikasi perusahaan sebagai bentuk pengembangan usaha dengan cara memperluas jumlah segmen secara bisnis maupun geografis maupun memperluas market share yang ada atau mengembangkan berbagai produk yang beraneka ragam. Hal ini dapat dilakukan dengan membuka lini usaha baru, memperluas lini produk yang ada, memperluas wilayah pemasaran produk, membuka kantor cabang, melakukan merger dan akuisisi untuk meningkatkan skala ekonomis dan cara yang lainnya.

a. Jenis Diversifikasi

Jenis diversifikasi menurut Anthony dan Govindrajan (2008:67) ada dua macam, yaitu :

1) Diversifikasi yang Tidak Berhubungan

Diversifikasi tidak berhubungan disini mengacu pada sinergi operasi lintas unit bisnis yang berdasarkan pada kompetensi inti dan pada pembagian sumber daya yang umum. Perusahaan yang melakukan diversifikasi tidak berhubungan biasa disebut dengan diversifikasi konglomerat. Konglomerasi tumbuh khususnya melalui akuisisi.


(35)

2) Diversifikasi yang Berhubungan

Diversifikasi yang berhubungan terdiri dari perusahaan yang beroperasi dalam sejumlah industri dan bisnisnya saling berhubungan satu sama lain melalui sinergi operasi. Salah satu cara perusahaan dengan diversifikasi yang berhubungan menciptakan sinergi operasi adalah dengan membuat dua atau lebih unit bisnis menggunakan sumber daya yang sama seperti kekuatan penjualan, fasilitas manufaktur, dan fungsi perbekalan.

Sedangkan jenis diversifikasi dilihat dari jumlah segmen yang dimiliki perusahaan dibagi menjadi dua macam yaitu diversifikasi operasi dan diversifikasi geografis. Kedua macam diversifikasi ini yang dijadikan variabel independen dalam peneletian ini.

1) Diversifikasi Operasi

Diversifikasi operasi suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan segmen operasinya. Pada laporan segmen operasi tersebut tercermin banyaknya segmen produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, hal tersebut menandakan ada atau tidaknya diversifikasi operasi yang dilakukan suatu perusahaan. Menurut IAI (2002) segmen operasi (usaha) adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait)


(36)

dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan terkait atau tidaknya produk atau jasa, meliputi:

(a) Karakteristik produk atau jasa (b) Karakteristik proses produksi

(c) Jenis atau golongan pelanggan (produk atau jasa)

(d) Metode pendistribusian produk atau penyediaan jasa dan,

(e) Karakteristik iklim regulasi, misalnya dalam perbankan, asuransi, ataupublic utilities.

Dalam kondisi pasar saat ini, perusahaan berusaha untuk mendapat pangsa pasar yang baru dan memperluas pangsa pasar yang ada dengan memberikan peluang-peluang yang lebih baik sehingga perusahaan tetap memiliki keunggulan bersaing dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Salah satunya dengan melakukan diversifikasi operasi. Bagi perusahaan yang melakukan diversifikasi operasi (multioperasional), pelaporan masing-masing segmen operasinya tercantum dalam segment reporting(Indraswari, 2010:4).

Segmen reporting merupakan standar pengungkapan yang terutama dan secara khusus relevan bagi perusahaan


(37)

berukuran besar dalam lokasi geografis yang berbeda dan atau bermacam-macam bisnis. Menurut Radebaugh dan Street (2003) dalam Indraswari (2010:4) tujuan dari standar tersebut adalah untuk memberikan informasi mengenai perbedaan jenis aktivitas bisnis perusahaan dalam membantu pengguna laporan keuangan untuk:

(a) Memahami kinerja perusahaan dengan lebih baik.

(b) Menilai lebih baik kemungkinan aliran kas masa depan. (c) Membuat pertimbangan lebih informatif mengenai

perusahaan secara keseluruhan.

Dua aspek penting dari standar pelaporan adalah:

(a) Bagaimana manajemen memilih untuk membagi perusahaan kedalam segmen operasi, dan

(b) Item-item informasi yang dibutuhkan untuk diungkapkan untuk masing-masing segmen operasi. 2) Diversifikasi Geografis

Diversifikasi geografis juga dapat dilihat dari laporan segmen geografisnya yang dapat merupakan suatu negara, atau wilayah dalam suatu negara. Segmen geografis adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan pada


(38)

komponen yang beroperasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi lain (IAI, 2002).

Selanjutnya operasi dalam lingkungan (wilayah) ekonomi dengan risiko dan imbalan yang berbeda secara signifikan tidak boleh dikelompokkan ke dalam segmen geografis yang sama. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam mengidentifikasi segmen geografis, mencakup kondisi ekonomi dan politik, hubungan antar operasi dalam wilayah geografis, kedekatan geografis operasi, dan risiko mata uang (IAI, 2002).

b. Tujuan Diversifikasi

Menurut Haberberg dan Rieple (2003) dalam Kurniasari dan Purwanto (2011:7-8), diversifikasi perusahaan memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

1) To Seek Growth and Capture Value Added

Tujuan pertumbuhan dan nilai tambah dapat terpenuhi ketika perusahaan berinvestasi pada usaha yang memberikan keuntungan bagi perusahaan sehingga kinerja perusahaan semakin meningkat.

2) To Spread Risk

Tujuan meratakan risiko dimaksudkan bahwa dengan berinvestasi pada beberapa usaha maka risiko yang dimiliki oleh satu usaha tidak berpengaruh secara total terhadap


(39)

perusahaan karena dapat diimbangi oleh return yang diperoleh dari usaha yang lain.

3) To Prevent a Competitor from Gaining Ground

Tujuan ini dimaksudkan untuk mencegah penguasaan usaha yang memiliki sumber daya strategis yang memberikan nilai tambah oleh pesaing.

4) To Achieve Synergy

Sinergi dimaksudkan sebagai kemampuan untuk mencapai sesuatu dengan melakukan kombinasi antara segmen usaha yang tidak bisa dicapai jika segmen usaha tersebut bekerja sendiri-sendiri.

5) To Control the Supply or Distribution Chain

Tujuan ini dimaksudkan untuk mengendalikan rantai pasokan atau distribusi penjualan.

6) To Fulfill the Personal Ambition of the Senior Managers Tujuan memenuhi ambisi manajer berkaitan dengan reward yang akan diterima. Dengan manajer melaksanakan strategi diversifikasi usaha maka ruang lingkup tugas manajer akan semakin banyak sehingga reward yang akan diterima juga diharapkan akan semakin besar.


(40)

c. Hipotesis Diversifikasi

Dalam hubungan diversifikasi dan manajemen laba terdapat dua teori hipotesis yaitu agency conflict hypotesis dan earnings volatility hypotesis(Mehdi dan Seboui, 2011:179-180).

1) Hypothesis Agency Conflict

Hipotesis ini didasarkan pada penelitian terdahulu yang menyimpulkan bahwa diversifikasi mungkin memperkuat asimetri informasi, menyebabkan keragaman budaya dan mendorong misalokasi investasi. Kesimpulan ini menyiratkan bahwa diversifikasi dapat menjadi dasar yang menguntungkan untuk terjadinya fenomena manajemen laba.

2) Hypothesis Earnings Volatility

Hipotesis ini didasarkan pada penelitian terdahulu yang menunjukkan perusahaan terdiversifikasi diharapkan menghasilkan variabilitas laba yang lebih rendah, karena laba yang dihasilkan dari berbagai unit perusahaan ini kurang berkorelasi sempurna. Sehingga dapat disimpulkan bahwa manajemen laba melalui akrual sangat terbatas, karena akrual pada perusahaan yang terdiversifikasi cenderung dihapuskan.


(41)

3. Ukuran Perusahaan

Menurut Niresh dan Velnampy (2014:57) ukuran dari suatu perusahaan adalah jumlah dari berbagai kapasitas produksi dan kemampuan yang dimiliki perusahaan atau jumlah dari berbagai layanan perusahaan yang dapat disediakan secara bersamaan kepada pelanggan. Ukuran dari suatu perusahaan juga merupakan faktor utama dalam menentukan profitabilitas dari suatu perusahaan.

Sedangkan menurut (Anggraini, 2013:5) ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain.

Ukuran perusahaan tidak hanya menunjukan seberapa besar kecilnya suatu perusahaan, tetapi juga kemampuan suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya sehingga dapat meningkatkan penjualan dan laba bagi perusahaannya. Penggunaan total aset pada penghitungan ukuran perusahaan karena total aset yang ada pada perusahaan merupakan suatu modal bagi perusahaan untuk meningkatkan kemampuan perusahaan mendanai investasi atau proyek yang menguntungkan (Fransiska dan Hermawan, 2013:4164).

Llukani (2013:142) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perusahaan berukuran besar maupun kecil melakukan manajemen laba untuk menghindari pelaporan laba kecil yang negatif atau laba kecil menurun.


(42)

Ukuran perusahaan dianggap menarik karena ukuran perusahaan yang kecil dianggap lebih banyak melakukan praktik manajemen laba daripada perusahaan besar. Hal ini dikarenakan perusahaan kecil lebih ingin memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik agar investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut (Anggit dan Shodiq, 2014:2).

Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil (Anggraini, 2013:6). Selain itu, perusahaan berukuran besar juga lebih mendapatkan perhatian dari masyarakat sehingga dalam melaporkan laporan keuangannya mereka akan melaporkannya sesuai dengan kondisi sebenarnya (Anggit dan Shodiq, 2014:9).

Sedangkan menurut Shen dan Chih (2007:1011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Perusahaan besar mungkin memiliki lebih banyak aset lancar, dengan kata lain perusahaan besar memiliki kemampuan yang lebih untuk melakukan manajemen laba (Kim et. al, 2003:5).

4. Manajemen Laba

Menurut Ronen dan Varda Yaari (2008) dalam Omid (2015:47) manajemen laba memiliki definisi yang berbeda-beda. Definisi ini


(43)

dapat diklasifikasikan menjadi (WEM) white earnings management, (GEM) grey earnings management, dan (BEM) black earnings management.

(WEM) dapat meningkatkan transparansi laporan keuangan. Berdasarkan definisi tersebut, manajemen laba dilakukan dengan mengambil keuntungan dari pemilihan metode akuntansi yang fleksibel untuk memberi sinyal informasi pribadi manajer terhadap arus kas di masa depan. (GEM) merupakan manipulasi laporan keuangan dalam batas-batas yang sesuai dengan standar yang berlaku, yang dapat berupa oportunistik atau penambahan efisiensi. Berdasarkan definisi tersebut, manajemen laba adalah pemilihan metode akuntansi yang oportunistik (hanya memaksimalkan utilitas manajemen saja) atau efisiensi ekonomi. (BEM) dilakukan dengan melakukan penipuan dan kekeliruan secara langsung. Berdasarkan definisi tersebut, manajemen laba adalah praktek dari penggunaan penipuan untuk memutarbalikkan atau mengurangi transparansi dari suatu laporan keuangan (Ronen dan Varda Yaari, 2008; Omid ,2015:47).

Secara umum, manajemen laba merupakan intervensi yang disengaja oleh manajamen dalam proses pelaporan keuangan perusahaan kepada pihak eksternal perusahaan yang memanfaatkan penilaian (judgement) mereka untuk mempengaruhi keputusan para penggunanya serta demi memperoleh keuntungan pribadi (Anggraini,


(44)

2013:3). Menurut Anggit dan Shodiq (2014:4) manajemen laba merupakan perilaku yang secara etik dimaknai negatif oleh investor meskipun secara prosedural akuntansi diperbolehkan.

Sedangkan menurut Liu dan Yu (2013:50) manajemen laba didefinisikan sebagai kewenangan manajemen tingkat atas yang mengikuti prinsip akuntansi yang berlaku secara umum, yang dapat mengontrol atau mengatur laporan informasi laba akuntansi dengan cara merubah penggunaan metode akuntansi, menentukan pemilihan kebijakan akuntansi. Dengan kata lain juga dapat menyesatkan pemegang kepentingan lain untuk mendapatkan bunga dari grup yang dimaksimalkan dan keuntungan yang dimaksimalkan oleh perusahaan.

Indraswari (2010:2) mengatakan bahwa manajemen laba (earnings management) muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer atau pembuat laporan keuangan untuk melakukan manajemen informasi akuntansi, khususnya laba (earnings), demi kepentingan pribadi dan atau perusahaan. Manajemen laba itu sendiri tidak dapat diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba. Pada prinsipnya manajemen laba merupakan suatu cara dalam menyajikan informasi laba kepada publik yang sudah disesuaikan dengan interest atau kepentingan dari pihak manajer itu sendiri atau menguntungkan perusahaan.


(45)

1) Pola Manajemen Laba

Menurut Sulistyanto (2008:177) pola manajemen laba meliputi :

(a) Penaikan Laba (Income Increasing)

Merupakan upaya perusahaan mengatur agar laba periode berjalan menjadi lebih tinggi daripada laba sesungguhnya. Upaya ini dilakukan dengan mempermainkan pendapatan periode berjalan menjadi lebih tinggi daripada pendapatan sesungguhnya dan atau biaya periode berjalan menjadi lebih rendah dari biaya sesungguhnya.

(b) Penurunan Laba (Income Decreasing)

Merupakan upaya perusahaan mengatur laba agar periode berjalan menjadi lebih rendah daripada laba sesungguhnya. Upaya ini dilakukan dengan mempermainkan pendapatan periode berjalan menjadi lebih rendah daripada pendapatan sesungguhnya dan atau biaya periode berjalan menjadi lebih tinggi dari biaya sesungguhnya.

(c) Perataan Laba (Income Smoothing)

Merupakan upaya perusahaan mengatur agar labanya relatif sama selama beberapa periode. Upaya ini dilakukan dengan mempermainkan pendapatan dan biaya periode


(46)

berjalan menjadi lebih tinggi atau lebih rendah daripada pendapatan atau biaya sesungguhnya.

2) Hipotesis Manajemen Laba

Sulistyanto (2008:63-64) mengatakan bahwa terdapat tiga hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dipergunakan untuk menguji perilaku etis seseorang dalam mencatat transaksi dan menyusun laporan keuangan.

(a) Bonus Plan Hypothesis

Menyatakan bahwa rencana bonus atau kompensasi manajerial akan cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi yang akan membuat laba yang dilaporkannya menjadi lebih tinggi. Konsep ini membahas bahwa bonus yang dijanjikan pemilik kepada manajer perusahaan tidak hanya memotivasi manajer untuk bekerja dengan lebih baik tetapi juga memotivasi manajer untuk melakukan kecendrungan manajerial.

(b) Debt (equity) Hypothesis

Menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai rasio antara utang dan ekuitas lebih besar, cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi dengan laporan laba yang lebih tinggi serta cenderung melanggar perjanjian utang apabila ada manfaat dan keuntungan tertentu yang dapat diperolehnya. Keuntungan tersebut


(47)

berupa permainan laba agar kewajiban utang piutang dapat ditunda untuk periode berikutnya sehingga semua pihak yang ingin mengetahui kondisi perusahaan yang sesungguhnya memperoleh informasi yang keliru dan membuat keputusan bisnis menjadi keliru pula. Akibatnya, terjadi kesalahan dalam mengalokasikan sumberdaya.

(c) Political Cost Hypothesis

Menyatakan bahwa perusahaan cenderung memilih dan menggunakan metode-metode akuntansi yang dapat memperkecil atau memperbesar laba yang dilaporkannya. Konsep ini membahas bahwa manajer perusahaan cenderung melanggar regulasi pemerintah, seperti undang-undang perpajakan, apabila ada manfaat dan keuntungan tertentu yang dapat diperolehnya. Manajer akan mempermainkan laba agar kewajiban pembayaran tidak terlalu tinggi sehingga alokasi laba sesuai dengan kemauan perusahaan.

B. Penelitian-penelitian terdahulu

Penelitian mengenai manajemen laba dan faktor-faktor yang mempengaruhinya telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian yang sebelumnya telah dilakukan memberikan masukan serta kontribusi terhadap penelitian ini dalam menguji hubungan


(48)

antara manajemen laba dengan diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan ukuran perusahaan.

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan manajemen laba serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.


(49)

Tabel 2.1 Penelitian-penelitian Terdahulu No . Judul Penelitian (Tahun) Variabel Penelitian

Analisis Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

1. Analisis Pengaruh

Diversifikasi

Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Titik Aryati & Yoel Charisma Walansendouw (2013) Independen: diversifikasi perusahaan Kontrol: Ukuran perusahaan Pertumbuhan perusahaan Leverage Dependen: Manajemen laba Regresi berganda Variabel independen: diversifikasi perusahaan Variabel dependen: Manajemen laba

Penelitian ini menggunakan diversifikasi geografis dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen Penelitian ini tidak menggunakan variabel kontrol

Sampel penelitian ini perusahaan manufaktur sektorconsumer

goodsindustryyang terdaftar

di BEI tahun 2010-2013

Tingkat diversifikasi perusahaan yang diproksikan dengan Indeks Herfindahl tidak berpengaruh terhadap manajemen laba Ukuran perusahaan (size) berpengaruh terhadap manajemen laba.

2. Pengaruh Status

Internasional, Diversifikasi Operasi

DanLegal Origin

Terhadap Manajemen Laba (studi perusahaan Asia yang terdaftar di NYSE)

Ratih Indraswari, S.E., M.Sc. (2010) Independen: status internasional Diversifikasi operasi Legal origin Kontrol:Firm size Leverage Kualitas audit Dependen: manajemen laba Regresi Berganda Variabel independen: diversifikasi operasi Variabel dependen: manajemen laba

Penelitian ini menggunakan diversifikasi geografis dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen Penelitian ini tidak menggunakan variabel kontrol

Sampel penelitian ini perusahaan manufaktur sektorconsumer goods

industryyang terdaftar di

BEI tahun 2010-2013

Status internasional, diversifikasi operasi,

danfirm size

berpengaruh terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan-perusahaan Asia terdaftar di NYSE.


(50)

Tabel 2.1 (Lanjutan) No. Judul Penelitian

(Tahun)

Variabel Penelitian Analisis Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

3. Pengaruh Diversifikasi

Geografis, Diversifikasi Industri, Konsentrasi Kepemilikan Perusahaan, Dan Masa Perikatan Audit Terhadap Manajemen Laba Dewi Fatmawati & Arifin Sabeni (2013) Independen: Diversifikasi geografis Diversifikasi industri Konsentrasi kepemilikan perusahaan

Masa perikatan audit Dependen: Manajemen laba Regresi berganda Variabel independen: Diversifikasi geografis Diversifikasi industri Variabel dependen: Manajemen laba Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel independen. Sampel penelitian ini perusahaan

manufaktur sektor consumer goods

industryyang

terdaftar di BEI tahun 2010-2013

Diversifikasi geografis dan masa perikatan audit berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Diversifikasi industri dan konsentrasi kepemilikan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

4. Analisis Pengaruh Audit

Tenure, Ukuran KAP dan Diversifikasi Geografis Terhadap Manajemen Laba Vina Kholisa & Dinuka Zulaikha (2014) Independen: Audit tenure Ukuran KAP Diversifikasi geografis Dependen: Manajemen laba Regresi berganda Variabel independen: Diversifikasi geografis Dependen: Manajemen laba Penelitian ini menggunakan diversifikasi operasi dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen. Sampel penelitian ini perusahaan

manufaktur sektor consumer goods

industryyang

terdaftar di BEI tahun 2010-2013

Masa perikatan audit antara perusahaan dan KAP dapat meningkatkan praktik manajemen laba. Ukuran KAP

mempengaruhi tingkat manajemen laba di perusahaan.

Diversifikasi geografis tidak berpengaruh

terhadap manajemen laba.


(51)

Tabel 2.1 (Lanjutan) No

.

Judul Penelitian (Tahun)

Variabel Penelitian Analisis Metode Penelitian Hasil

Penelitian

Persamaan Perbedaan

5. Corporate

Diversification and Earning Management

Imen Khanchel El Mehdi & Souad Sebuoi (2011) Independen: Corporate diversification Kontrol:Debt ratio Operating risk Dependen: Earnings management Regresi berganda Variabel independen: Corporate diversification Variabel dependen: Earnings management

Penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel independen Penelitian ini tidak menggunakan variabel kontrol

Sampel penelitian ini perusahaan manufaktur sektorconsumer goods industryyang terdaftar di BEI tahun 2010-2013

Diversifikasi secara geografis meningkatka n menajemen laba. Diversifikasi secara industri mengurangi manajemen laba. 6. Hubungan antara

mekanismecorporate governance,

manajemen laba dan kinerja keuangan Domas Titis Anggit dan Muhammad Ja’far Shodiq (2014)

Independen:

Kepemilikan manajerial Kepemilikan institusional Proporsi dewan komisaris Ukuran dewan komisaris Komite audit Kontrol: Ukuran perusahaan Dependen: Manajemen laba Regresi berganda Variabel dependen: Manajemen laba

Penelitian ini menggunakan diversifikasi operasi, diversifikasi geografis dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen. Sampel penelitian ini perusahaan manufaktur sektorconsumer goods industryyang terdaftar di BEI tahun 2010-2013

Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba


(52)

Tabel 2.1 (Lanjutan) No

.

Judul Penelitian (Tahun)

Variabel Penelitian Analisis Metode Penelitian Hasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

7. Pengaruh Siklus

Hidup dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba Anggi Ratna Anggraini (2013)

Independen:

Siklus hidup perusahaan Ukuran perusahaan Dependen: Manajemen laba Regresi berganda Variabel independen: Ukuran perusahaan Variabel dependen: Manajemen laba

Penelitian ini menggunakan diversifikasi operasi,

diversifikasi geografis sebagai variabel independen dan tidak menggunakan siklus hidup perusahaan sebagai variabel independen.

Sampel penelitian ini

perusahaan manufaktur sektor

consumer goods industryyang

terdaftar di BEI tahun 2010-2013 Siklus hidup perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

8. Earning management

and corporate governance in Asia Emerging Markets C.H. Shen dan H.L. Chih (2007) Independen: Corporate governance Firm size Leverage Dependen: Earning management Regresi berganda Variabel independen: Ukuran perusahaan Variabel dependen: Manajemen laba

Penelitian ini menggunakan diversifikasioperasi dan diversfikasi geografis sebagai variabel independen.

Sampel penelitian ini

perusahaan manufaktur sektor

consumer goods industry yang

terdaftar di BEI tahun 2010-2013

Ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap manajemen laba.


(53)

C. Keterkaitan Antarvariabel dan Perumusan Hipotesis 1. Diversifikasi Operasi dengan Manajemen Laba

Aryati dan Walansendouw (2013) meneliti antara diversifikasi perusahaaan dengan manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa tingkat diversifikasi industri tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian Fatmawati dan Sabeni (2013:9) yang menyatakan bahwa tingkat diversifikasi operasi perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Lain halnya dengan hasil penelitian Indraswari (2010) yang meneliti mengenai pengaruh status internasional, diversifikasi operasi dan legal origin terhadap manajemen laba. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa diversifikasi operasi perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan-perusahaan Asia yang terdaftar di NYSE.

Sedangkan Mehdi dan Seboui (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Corporate Diversification and Earning Management”, menyatakan bahwa diversifikasi industri berpengaruh negatif terhadap manajemen laba yang berarti semakin tingginya tingkat diversifikasi industri perusahaan semakin menurunkan tingkat manajemen laba yang dilakukan dalam suatu perusahaan.


(54)

Hasil penelitian Mehdi dan Seboui (2011) juga sejalan dengan earnings volatility hypothesis yang mengatakan bahwa perusahaan yang terdiversifikasi industri serta beroperasi pada segmen-segmen bisnis yang berbeda menyebabkan para manajer di anak-anak perusahaan kesulitan untuk memanipulasi laba melalui akrual. Hal ini dikarenakan akrual yang dihasilkan dari unit-unit usaha yang berbeda cenderung dihapuskan.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diversifikasi operasi perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.

Ha1: Diversifikasi operasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen

laba.

2. Diversifikasi Geografis dengan Manajemen Laba

Diversifikasi geografis dinyatakan tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Pernyataan tersebut merupakan hasil dari penelitian Dinuka dan Zulaikha (2014) yang menguji pengaruh audit tenure, ukuran KAP, dan diversifikasi geografis terhadap manajemen laba. Hasil penelitian Dinuka dan Zulaikha (2014:9) menerangkan bahwa perusahaan-perusahaan yang beroperasi hanya di satu negara ternyata justru melakukan praktik manajemen laba yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang beroperasi di dua negara. Artinya tingkat kompleksitas organisasi perusahaan yang disebabkan adanya diversifikasi geografis tidak mendorong manajemen


(55)

perusahaan untuk melakukan praktik manajemen laba yang lebih agresif.

Sedangkan dalam dua penelitian yang lain mengenai pengaruh diversifikasi geografis terhadap manajemen laba, masing-masing oleh Mehdi dan Seboui (2011) serta Fatmawati dan Sabeni (2013) menyatakan bahwa diversifikasi secara geografis berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Kedua hasil penelitian tersebut juga konsisten denganagency conflict hypothesis.

Agency conflict hypothesis menjelaskan bahwa dalam sebuah organisasi dapat muncul ketidakseimbangan informasi (information asymmetry) dan konflik kepentingan (conflict of interest). Dengan tingkat organisasi yang kompleks, manajer dapat dengan mudah untuk memutarbalikkan informasi dan melakukan manipulasi angka-angka akuntansi. Selain itu juga kondisi perusahaan yang terdiversifikasi baik secara segmen bisnis maupun geografis dapat menyulitkan proses deteksi manajemen laba (Mehdi dan Seboui, 2011:177). Berdasarkan hasil penelitian-penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diversifikasi geografis perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba.

Ha2: Diversifikasi geografis berpengaruh signifikan terhadap


(56)

3. Ukuran Perusahaan dengan Manajemen Laba

Penelitian terkait dengan ukuran perusahaan telah banyak dilakukan di Indonesia. Diantaranya Aryanti dan Walansendouw (2013) yang menjadikan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Diversifikasi Perusahaan terhadap Manajemen Laba”. Dalam hasil penelitiannya, Aryanti dan Walansendouw (2013:258) menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian tersebut memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shen dan Chih (2007) serta Anggit dan Shodiq (2014) yang menunjukkan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan maka tingkat manajemen laba yang dilakukan perusahaan tersebut akan semakin tinggi.

Penelitian Indraswari (2010:15) yang menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol dalam mendeteksi manajemen laba menemukan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Anggraini (2013:22) yang menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Ini menandakan bahwa perusahaan kecil lebih cenderung melakukan manajemen laba. Kepentingan publik yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran besar, menyebabkan tekanan untuk


(57)

memberikan laporan keuangan yang kredibel kepada investor pun menjadi lebih kecil.

Perusahaan yang berukuran besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas, sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi investor, kebijakan perusahaan akan berimplikasi terhadap prospek cash flowdimasa yang akan datang. Sedangkan bagi regulator (pemerintah) akan berdampak terhadap besarnya pajak yang diterima, serta efektifitas peran pemberian perlindungan masyarakat secara umum. Sehingga manajemen laba yang dilakukan perusahaan besar lebih rendah dibandingkan perusahaan kecil (Anggraini, 2013:6). Berdasarkan temuan-temuan di atas, maka diekspetasi adanya hubungan signifikan antara ukuran perusahaan dengan manajemen laba.

Ha3: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen

laba.

4. Diversifikasi Operasi, Diversifikasi Geografis, dan Ukuran Perusahaan dengan Manajemen Laba

Pada penelitian-penelitian sebelumnya telah diuji beberapa faktor yang mempengaruhi manajemen laba, diantaranya melakukan penelitian dengan menguji hubungan diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, status internasional, legal origin, konsentrasi kepemilikan perusahaan, ukuran perusahaan, masa perikatan audit,


(58)

audit tenure, ukuran KAP, siklus hidup perusahaan, dan corporate governance. Adapun penelitian mereka menunjukkan adanya hubungan positif maupun negatif faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba tersebut Aryati dan Walansendouw (2013), Indraswari (2010), Fatmawati dan Sabeni (2013), Dinuka dan Zulaikha (2014), Mehdi dan Seboui (2011), Shen dan Chih (2007), Anggit dan Shodiq (2014) dan Anggraini (2013). Berdasarkan temuan-temuan tersebut di atas, maka penelitian ini mengekspetasi serta menguji kembali hubungan antara manajemen laba dengan diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan ukuran perusahaan.

Ha4: Diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan ukuran

perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

D. Kerangka Pemikiran

Gambar di bawah ini menunjukkan kerangka pemikiran yang dibuat dalam model penelitian mengenai pengaruh diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan ukuran perusahaan terhadap


(59)

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Judul: Pengaruh Diversifikasi Operasi, Diversifikasi Geografis dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba

Perusahaan manufaktur sektorconsumer goods industryyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013

Teori pendukung :Agency Theory

Diversifikasi Operasi (X1)

Diversifikasi Geografis (X2)

Manajemen Laba (Y)

Ukuran

Perusahaan (X3)

Model Analisis : Regresi Berganda

Hasil Pengujian dan Pembahasan


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan ukuran perusahaan terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2013. Alasan dipilihnya perusahaaan manufaktur sektor consumer goods industry sebagai objek penelitian karena besarnya tingkat kompleksitas perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang diakibatkan oleh penerapan diversifikasi operasi dan diversifikasi geografis yang dilakukan perusahaan tersebut. Hal ini dianggap dapat menimbulkan praktik manajemen laba dalam perusahaan tersebut.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2013. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodepurposive sampling.


(61)

Adapun kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang terdaftar di BEI periode 2010 sampai dengan 2013.

2. Perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang menerbitkan laporan keuangan dan annual report secara lengkap yang dinyatakan dalam mata uang rupiah selama periode 2010 sampai dengan 2013.

3. Perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang konsisten melaporkan laporan segmen operasi dalam laporan keuangannya selama periode 2010 sampai dengan 2013.

4. Perusahaan manufaktur sektor consumer goods industryyang memiliki lebih dari satu segmen operasi.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan atau tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2011:147). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara mengumpulkan data sekunder yang diperoleh dari media internet dengan cara men-download laporan keuangan dan annual report perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry


(62)

melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan alamat website www.idx.co.id. Selain itu peneliti juga menggunakan data sekunder lain yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan perhitungan statistik, yaitu dengan penerapan SPSS (Statistical Product and Services Solutions) for windows 20. Setelah data-data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data yang terdiri dari metode statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi dan uji hipotesis. Adapun penjelasan mengenai metode analisis data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2013:19). Jadi dalam penelitian ini analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai variabel diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan ukuran perusahaan, serta manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry.


(63)

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model regresi dalam penelitian ini. Uji asumsi klasik terdiri atas uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas data.

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut (Ghozali, 2013:105):

1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel independen.

2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolinieritas. Multikolinieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.


(64)

3) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (a) nilai Tolerance dan lawannya (b) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengartian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilaiTolerance≤0.10 atau sama dengan nilai VIF≥ 10. b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2013:110). Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi autokorelasi dengan menggunakan ujiDurbin-Watson.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual


(65)

satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).

Dalam penelitian ini cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, yaitu dengan menggunakan metode grafik. Metode ini mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED.

Dasar analasis:

(1) Jika pada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

(2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Gozali, 2013:160). Dalam penelitian ini, uji normalitas


(66)

dideteksi dengan analisis grafik histogram, normal probability plot, dan analisis statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S).

3. Uji Koefisien Determinasi

Bertujuan mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen, yaitu diversifikasi operasi, diversifikasi geografis dan ukuran perusahaan dalam menjelaskan variasi variabel dependen, yaitu manajemen laba. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Tapi karena R2 mengandung kelemahan mendasar, yaitu adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model, maka dalam penelitian ini menggunakan adjusted R2 berkisar antara 0 dan 1. Jika nila adjusted R2 semakin mendekati 1 maka semakin baik kemampuan model tersebut dalam menjelaskan variabel dependen (Ghozali, 2013:97).

4. Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi Berganda

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda. Model regresi berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linear. Adapun variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari, diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, dan ukuran perusahaan. Sedangkan variabel


(67)

dependennya adalah manajemen laba. Untuk menguji hipotesis dari variabel-variabel tersebut, maka rumus persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan :

Y : Manajemen Laba (DACC)

a : Konstanta

b1b2b3 : Koefisien regresi

X1 : Diversifikasi Operasi (DIVOP)

X2 : Diversifikasi Geografis (DIVGEO)

X3 : Ukuran Perusahaan (SIZE)

e : Kesalahan Regresi (regretion error) b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variansi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau:

Ho : βi =0


(68)

alternatifnya (HA) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:

HA : βi ≠0

Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Cara pengambilan keputusan adalah sebagai berikut (Ghozali, 2013:99):

(1) Quick look : bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain hipotesis alternatif diterima.

(2) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif. c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali, 2013:98).

Hipotesis nol yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau :


(69)

Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:

HA : b1≠b2≠...≠bk≠0

Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

(1) Quick look : bila nilai F lebih besar daripada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

(2) Membandingkan nilai F perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka Ho ditolak dan menerima HA.

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Terdapat empat variabel yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu variabel diversifikasi operasi, diversifikasi geografis, ukuran perusahaan dan manajemen laba. Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan disertai dengan operasional serta cara


(70)

pengukurannya. Adapun operasionalisasi variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Diversifikasi Operasi (X1)

Diversifikasi operasi dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kondisi dimana suatu perusahaan memiliki satu atau lebih dari satu segmen bisnis. Variabel diversifikasi operasi diproksikan dengan menggunakan Herfindahl Index, yang dihitung dengan berdasarkan distribusi penjualan masing-masing segmen bisnis dari suatu perusahaan. Data diperoleh dari laporan segmen operasi yang terdapat dalam laporan keuangan tiap-tiap perusahaan. Untuk memperoleh nilai Herfindahl Index (HERF) dikalkulasi dengan menggunakan rumus berikut:

HERFit=∑ (SSale / Sales)2

Dimana :

HERFit :Revenue based Herfindahl Indexuntuk perusahaan (i)

pada tahun (t)

Ssale : Penjualan dari masing-masing segmen perusahaan Sales : Penjualan total dari semua segmen perusahaan (i) pada

tahun (t)

Hasil dari perhitungan rumus diatas akan menghasilkan nilai indeks HERF sama dengan 1 untuk perusahaan bersegmen tunggal dan


(71)

kurang dari 1 untuk perusahaan dengan lebih dari satu segmen bisnis. Sehingga semakin kecil nilai indeks tersebut, semakin tinggilah nilai diversifikasinya (Aryanti dan Walansendouw, 2013:251).

2. Diversifikasi Geografis (X2)

Variabel diversifikasi geografis dalam penelitian ini merupakan jumlah negara di mana perusahaan beroperasi dan dilaporkan dalam laporan keuangan tahunannya (annual report). Diversifikasi geografis dilambangkan dengan DIVGEO. Jika perusahaan hanya beroperasi dalam satu negara, maka akan diberi nilai 1. Sedangkan, jika beroperasi di beberapa negara, maka akan diberi nilai sesuai jumlah negara tersebut (Fatmawati dan Sabeni, 2013:5).

3. Ukuran Perusahaan (X3)

Ukuran perusahaan merupakan ukuran skala dari suatu perusahaan yang terbagi menjadi perusahaan kecil, sedang, dan besar. Pengukuran ukuran perusahaan dilakukan dengan menggunakan logaritma dari total aset masing-masing perusahaan (Aryati dan Walansendouw, 2013:253). Data total aset dapat diperoleh dari laporan keuangan. Berikut ini merupakan rumus ukuran perusahaan:

Size = Log(Total Aset)

Dimana:

Size : Nilai logaritma total aset yang menggambarkan ukuran perusahaan.


(72)

Log(Total Aset) : Logaritma total aset suatu perusahaan dalam tahun tertentu.

4. Manajemen Laba (Y)

Manajemen laba dalam penelitian ini didefinisikan sebagai intervensi yang disengaja oleh manajamen dalam proses pelaporan keuangan perusahaan kepada pihak eksternal perusahaan yang memanfaatkan penilaian (judgement) mereka untuk mempengaruhi keputusan para penggunanya serta demi memperoleh keuntungan pribadi (Anggraini, 2013:3).

Manajemen laba dalam penelitian ini menggunakan diskresi akrual untuk menilai manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Pengukuran diskresi akrual ini menggunakan model modified Jones. Penghitungan ini dilakukan dengan menghitung total akrual, menentukan koefisien dari regresi total akrual, menentukan akrual nondiskresioner, dan menghitung akrual dikresioner. Total akrual dihitung dengan menggunakan pendekatan aliran kas (cash flow approach), yaitu:

TACCit = EBXit - OCFit

Dimana:


(73)

EBXit : laba perusahaan (i) sebelum item luar biasa pada akhir tahun (t)

OCFit : aliran kas dari operasi perusahaan (i) pada akhir tahun (t) Lalu menentukan koefisien regresi total akrual yang diestimasi dengan persamaan regresi:

TACCit/TAit-1= a1(1/TAit-1) + a2(∆REVit/TAit-1) + a3(PPEit/TAit-1) + eit

Dimana:

TACCit : Total akrual perusahaan i pada akhir tahun t (yang

dihasilkan dari perhitungan rumus 1 di atas) TAit-1 : Total aset perusahaan i pada akhir tahun t-1

∆REVit : Perubahan pendapatan perusahaan i pada akhir tahun t

PPEit :Property, plant and equipmentperusahaan i pada akhir

tahun t

a1,a2,a3 : Koefisien regresi

eit :error termperusahaan i pada tahun t

Setelah itu persamaan tersebut diestimasi dan digunakan untuk menghitung akrual nondiskresioner sebagai berikut:

NDACCit= a1(1/TAit-1) + a2(∆REVit/TAit-1-∆RECit/TAit-1)

+ a3(PPEit/TAit-1) + eit

Dimana:


(74)

dihasilkan dari perhitungan rumus 1 di atas) TAit-1 : Total aset perusahaan i pada akhir tahun t-1

∆REVit : Perubahan pendapatan perusahaan i pada akhir tahun t

∆RECit : Perubahan piutang bersih (net receivable) perusahaan i

pada akhir tahun t

PPEit :Property, plant and equipmentperusahaan i pada akhir

tahun t

a1,a2,a3 : Koefisien regresi

eit :error termperusahaan i pada tahun t

Apabila sudah didapat nilai akrual diskresioner, dapat dihitung nilai akrual diskresionernya dengan rumus:

DACCit=TACCit/TAit-1- NDACCit

Dimana:

DACCit : akrual diskresioner perusahaan i pada tahun t

TACCit : total akrual perusahaan i pada akhir tahun t (yang

dihasilkan dari perhitungan rumus 1 di atas) TAit-1 : total aset perusahaan i pada akhir tahun t-1


(75)

Tabel di bawah ini menunjukkan operasionalisasi variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Indikator Skala

Pengukuran Diversifikasi Operasi

(X1)

(Sumber: Aryati dan Walansendouw (2013))

HERFit=∑ (Ssale / Sales)2

Skala Rasio

Diversifikasi Geografis (X2)

(Sumber: Fatmawati dan Sabeni (2013))

Diversifikasi Geografis (GEODIV): Jika perusahaan hanya beroperasi dalam satu negara, maka akan diberi nilai 1. Sedangkan, jika beroperasi di beberapa negara, maka akan diberi nilai sesuai jumlah negara tersebut.

Skala Nominal

Ukuran Perusahaan (X3)

(Sumber: Aryati dan Walansendouw (2013))

Size = Log(Total Aset)

Skala Rasio

Manajemen laba (Y) (Sumber: Anggraini, (2013))

TACCit = EBXit - OCFit

TACCit/TAit-1= a1(1/TAit-1) + a2

(∆REVit/TAit-1) + a3(PPEit/TAit-1) + eit

NDACCit= a1(1/TAit-1) + a2

(∆REVit/TAit-1-∆RECit/TAit-1) + a3

(PPEit/TAit-1) + eit

DACCit=TACCit/TAit-1 - NDACCit

Skala Rasio


(76)

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan populasi perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2010 sampai dengan 2013. Perusahaan manufaktur adalah suatu perusahaan yang memproses barang mentah menjadi barang jadi untuk dijual. Sektor consumer goods industry merupakan salah satu dari tiga sektor yang termasuk dalam perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Consumer goods industry memiliki lima sub sektor, adapun kelima sub sektor tersebut terdiri dari:

1. Farmasi

2. Kosmetik dan keperluan rumah tangga 3. Makanan dan minuman

4. Peralatan rumah tangga 5. Rokok

Berdasarkan populasi perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 sampai dengan 2013 tersebut, penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang ditentukan berdasarkan metode purposive sampling. Adapun data yang digunakan adalah data sekunder yang berasal dari annual report dan laporan keuangan tahun


(77)

2010, 2011, 2012, dan 2013 melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia pada alamatwebsitewww.idx.co.id. Berikut ini adalah rincian perolehan sampel perusahaan manufaktur dengan kriteria-kriteria yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis.

Tabel 4.1

Rincian Perolehan Sampel Penelitian

Kriteria Jumlah

Perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 sampai dengan 2013.

31

Perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang tidak konsisten menerbitkan laporan keuangan dengan menggunakan mata uang rupiah secara berurutan selama periode tahun 2010 sampai tahun 2013.

(0)

Perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang tidak mengeluarkan annual report secara berurutan selama periode tahun 2010 sampai tahun 2013.

(10)

Perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang tidak memiliki laporan segmen dalam laporan tahunan secara berurutan selama periode tahun 2010 sampai tahun 2013.

(4)

Perusahaan manufaktur sektor consumer goods industry yang menjadi sampel.

17

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat dilihat bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 17 perusahaan, dengan tahun pengamatan 4 tahun berturut-turut. Maka 4 tahun observasi x 17 sampel = 68 observasi.

Sampel tersebut dipilih karena memenuhi semua kriteria yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis penelitian. Berikut adalah


(1)

Lampiran 4 Hasil Perhitungan Variabel Ukuran Perusahaan

No Kode Size

2010 2011 2012 2013

1 ADES 5,51 5,50 5,59 5,64

2 CEKA 11,93 11,92 12,01 12,03

3 GGRM 7,49 7,59 7,62 7,71

4 ICBP 7,13 7,18 7,25 7,33

5 INAF 11,87 12,05 12,08 12,11

6 KAEF 12,22 12,25 12,32 12,39

7 KDSI 11,75 11,77 11,76 11,93

8 KICI 10,93 10,94 10,98 10,99

9 KLBF 12,85 12,92 12,93 13,05

10 LMPI 11,78 11,84 11,91 11,91

11 PSDN 11,62 11,62 11,83 11,83

12 PYFA 11,00 11,07 11,13 11,24

13 ROTI 11,75 11,88 12,08 12,26

14 SKLT 11,30 11,33 11,40 11,48

15 TCID 12,05 12,05 12,10 12,17

16 ULTJ 12,30 12,34 12,38 12,45

17 UNVR 6,94 7,02 7,08 7,13


(2)

Lampiran 5 Hasil Perhitungan Variabel Manajemen Laba

No Kode DACC

2010 2011 2012 2013

1 ADES -0,50 -0,59 -0,57 -0,50

2 CEKA -0,68 -1,84 1,35 -2,22

3 GGRM 0,40 0,47 0,36 0,40

4 ICBP -6,27 0,19 -0,0013 -0,05

5 INAF 1,22 0,21 0,07 0,21

6 KAEF -7,60 7,53 7,37 6,75

7 KDSI -0,03 0,05 -0,02 0,08

8 KICI -0,0013 0,06 0,05 0,10

9 KLBF -0,52 -0,49 -0,60 -0,56

10 LMPI -0,10 -0,12 -0,11 -0,09

11 PSDN 0,66 0,58 0,27 -0,03

12 PYFA -3,45 -3,50 -3,94 -4,67

13 ROTI 0,33 0,28 0,26 0,32

14 SKLT -0,19 -0,05 -0,53 -1,71

15 TCID -0,68 -0,69 -0,84 -1,04

16 ULTJ 1,35 1,25 1,27 1,21

17 UNVR -4,57 -2,42 -2,93 -3,83


(3)

89

Lampiran 6 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Lampiran 7 Hasil Uji Multikolonieritas

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Lampiran 8 Hasil Uji Autokorelasi


(4)

90

Lampiran 9 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik Scatterplot

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Lampiran 10 Hasil Uji Heterokedastisitas dengan UjiGlejser


(5)

91

Lampiran 11 Hasil Uji Normalitas dengan Grafik P-Plot

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Lampiran 12 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov


(6)

92

Lampiran 13 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Lampiran 14 Hasil Uji Statistik t

Sumber: Data sekunder yang diolah.

Lampiran 15 Hasil Uji Statistik F


Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

4 106 86

Pengaruh profitabilitas, leverage, umur, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013)

4 44 154

PENGARUH DIVERSIFIKASI GEOGRAFIS, DIVERSIFIKASI OPERASI DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang list di Bursa Efek Indonesia, Bursa Efek Australia dan Bursa Efek Singapura tahun 2014)

0 6 171

PENGARUH DIVERSIFIKASI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN PENGARUH DIVERSIFIKASI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan di Bursa Efek Indonesia).

1 4 13

DIVERSIFIKASI, KINERJA PERUSAHAAN DAN PELAPORAN PENGARUH DIVERSIFIKASI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan di Bursa Efek Indonesia).

0 3 21

PENGARUH DIVERSIFIKASI OPERASI, FREE CASH FLOW, DAN DEBT RATIO TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 2 27

Hubungan diversifikasi operasi dan diversifikasi geografis terhadap manajemen laba (studi empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014.

3 9 141

PENGARUH DIVERSIFIKASI TERKAIT DAN DIVERSIFIKASI TIDAK TERKAIT TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009 – 2013.

0 1 21

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KUALITAS LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MISCELLANEOUS INDUSTRY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

4 7 58

Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

0 0 18