ASESMEN MANAJEMEN RISIKO BERBASIS ISO 31000:2009

  

ASESMEN MANAJEMEN RISIKO

BERBASIS ISO 31000:2009

Disampaikan pada kuliah online : Kedua (kuliah ke-6) Mata kuliah :

  IKK-363 - Manajemen Risiko dan Pencegahan Kerugian

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Kantor Perburuhan Internasional (ILO) pada tahun 2005 memperkirakan bahwa diseluruh dunia setiap tahun 2.2 juta orang meninggal karena kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja. dan diperkirakan bahwa setiap tahun terjadi 270 juta kecelakaan-kecelakaan yang akibat kerja, dan 160 juta penyakit-penyakit baru akibat kerja.

  Untuk itu berbagai pendekatan dilakukan dalam menghadapi risiko dalam organisasi atau perusahaan, seperti Framework Qualiti (ISO 9001), AS NZS 4804-2001 Occupational Health and Safety Management, EMS ( ISO 14001) dan Manajemen Risiko ISO 31000:2009 menggunakan prinsip PDCA atau Plan Do Check Action, untuk perbaikan berkelanjutan (continual improvement) sebagai basis framework dan proses manajemen risiko. PDCA ini digambarkan secara jelas pada gambar di bawah.

  Salah satu pendekatan sering dilakukan dalam menghadapi risiko dalam organisasi atau perusahaan salah satunya yaitu menerapkan konsep manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori Accident Model dari ILCI dan juga semakin maraknya isu lingkungan dan keseselamtan dan kesehatan keja.

  Tujuan dari manajemen risiko adalah minimalisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun ‘accident’.

  • – The International Organization for Standardization (ISO) 31000: 2009 Risk Management Principles and Guidelines merupakan sebuah standar internasional yang disusun dengan tujuan
kerangka kerja, dan proses manajemen risiko yang dapat digunakan sebagai arsitektur manajemen risiko dalam usaha menjamin penerapan manajemen risiko yang efektif.

1.2. Ruang Lingkup

  Ruang lingkup proses manajemen risiko terdiri dari:

  a. Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya

  b. Identifikasi risiko,

  c. Analisis risiko,

  d. Evaluasi risiko,

  e. Pengendalian risiko,

  f. Pemantauan dan telaah ulang, g. Koordinasi dan komunikasi.

  Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks, identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko.

  Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk ataupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan. penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.

  2. Menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009), Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian.

  3. Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko juga merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian pada sebuah organisasi.

  4. Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko dikatakan sebagai suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu kerugian. Beberapa definisi tentang risiko, sebagai berikut::

  1. Risk is the change of loss, risiko diartikan sebagai kemungkinan akan terjadinya kerugian,

  2. Risk is the possibility of loss, risiko adalah kemungkinan kerugian,

  3. Risk is Uncertainty, risiko adalah ketidakpastian,

  4. Risk is the dispersion of actual from expected result, risiko merupakan penyebaran hasil actual dari hasil yang diharapkan,

  5. Risk is the probability of any outcome different from the one expected, risiko adalah probabilitas atas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan.

  6. Risiko, Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran. Ini diukur dengan hukum sebab akibat. Variabel yang diukur biasanya probabilitas, konsekuensi dan juga pemajanan.

  7. Penerimaan Risiko (acceptable risk), Keputusan untuk menerima konsekuensi dan kemungkinan risiko tertentu.

  8. Analisis risiko.

  Sebuah sistematika yang menggunakan informasi yang didapat untuk menentukan seberapa sering kejadian tertentu dapat terjadi dan besarnya konsekuensi tersebut.

  9. Penilaian risiko, Proses analisis risiko dan evalusi risiko secara keseluruhan.

  12. Evaluasi risiko, Proses yang biasa digunakan untuk menentukan manajemen risiko dengan membandingkan tingkat risiko terhadap standar yang telah ditentukan, target tingkat risiko dan kriteria lainnya.

  13. Identifikasi Risiko, Proses menentukan apa yang dapat terjadi, mengapa dan bagaimana.

  14. Pengurangan Risiko, Penggunaan/ penerapan prinsip-prinsip manajemen dan teknik-teknik yang tepat secara selektif, dalam rangka mengurangi kemungkinan terjadinya suatu kejadian atau konsekuensinya, atau keduanya.

  15. Pemindahan Risiko (risk transfer), Mendelegasikan atau memindahkan suatu beban kerugian ke suatu kelompok/ bagian lain melalui jalur hukum, perjanjian/ kontrak, asuransi, dan lain-lain. Pemindahan risiko mengacu pada pemindahan risiko fisik dan bagiannya ke tempat lain.

  16. Konsekuensi ; Akibat dari suatu kejadian yang dinyatakan secara kualitatif atau kuantitatif, berupa kerugian, sakit, cedera, keadaan merugikan atau menguntungkan. Bisa juga berupa rentangan akibat-akibat yang mungkin terjadi dan berhubungan dengan suatu kejadian.

  17. Kejadian ; Suatu peristiwa (insiden) atau situasi, yang terjadi pada tempat tertentu selama interval waktu tertentu.

  18. Analisis Urutan Kejadian ; Suatu teknik yang menggambarkan rentangan kemungkinan dan rangkaian akibat yang bisa timbul dari proses suatu kejadian.

  19. Analisis Urutan Kesalaha ; Suatu metode sistem teknik untuk menunjukkan kombinasi-kombinasi yang logis dari berbagai keadaan sistem dan penyebab-penyebab yang mungkin bisa berkontribusi terhadap kejadian tertentu (disebut kejadian puncak).

  20. Frekuensi ; Ukuran angka dari peristiwa suatu kejadian yang dinyatakan sebagai jumlah peristiwa suatu kejadian dalam waktu tertentu. Terlihat juga seperti kemungkinan dan peluang.

  21. Bahaya (hazard); Faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu dan mempunyai potensi untuk menimbulkan kerugian.

  22. Monitoring/ Pemantauan ; Pengecekan, Pengawasan, Pengamatan secara kritis, atau Pencatatan kemajuan dari suatu kegiatan, tindakan, atau sistem untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan yang mungkin

  0 menandakan kejadian atau hasil yang tidak mungkin dan 1 menandakan kejadian atau hasil yang pasti. Manajemen risiko dapat diterapkan di setiap level di organisasi. Manajemen risiko dapat diterapkan di level strategis dan level operasional. Manajemen risiko juga dapat diterapkan pada proyek yang spesifik, untuk membantu proses pengambilan keputusan ataupun untuk pengelolaan daerah dengan risiko yang spesifik.

1.4. Kebijakan Manajemen Risiko

  Kebijakan manjemen risiko harus relevan dengan konteks strategi dan tujuan organisasi, objektif dan sesuai dengan sifat dasar bisnis (organisasi) tersebut. Manejemen akan memastikan bahwa kebijakan tersebut dapat dimengerti, dapat diimplementasikan di setiap tingkatan organisasi.

  a. Perencanaan Dan Pengelolaan Hasil 1. Komitmen Manajemen.

  Organisasi harus dapat memastikan bahwa:

  a. Sistem manejemen risiko telah dapat dilaksanakan, dan telah sesuai dengan standar

  b. Hasil/ performa dari sistem manajemen risiko dilaporkan ke manajemen organisasi, agar dapat digunakan dalam meninjau (review) dan sebagai dasar (acuan) dalam pengambilan keputusan.

  2. Tanggung jawab dan kewenangan Tanggung jawab, kekuasaan dan hubungan antar anggota yang dapat menunjukkan dan membedakan fungsi kerja didalam manajemen risiko harus terdokumentasikan khususnya untuk hal-hal sebagai berikut: a. Tindakan pencegahan atau pengurangan efek dari risiko.

  b. Pengendalian yang akan dilakukan agar faktor risiko tetap pada batas yang masih dapat diterima.

  c. Pencatatan faktor-faktor yang berhubungan dengan kegiatan manajemen risiko.

  d. Rekomendasi solusi sesuai cara yang telah ditentukan.

  e. Memeriksa validitas implementasi solusi yang ada.

  f. Komunikasi dan konsultasi secara internal dan eksternal.

  3. Sumber Organisasi harus dapat mengidentifikasikan persyaratan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang diperlukan. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualifikasi SDM perlu untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang relevan dengan pekerjaannya seperti pelatihan manajerial, dan lain sebagainya.

  b. Elemen Utama Manjemen Riseko

  Elemen utama dari proses manajemen risiko, meliputi:

  Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.

  c. Analisis risiko Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi.

  Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan mengalikan kedua variabel tersebut (probabilitas X konsekuensi).

  d. Evaluasi risiko Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian.

  e. Pengendalian risiko Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan lain-lain.

  f. Monitor dan Review

  Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.

  g. Komunikasi dan konsultasi Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.

II. ASESMEN MANAJEMEN RISIKO BERBASIS ISO 31000:2009

2.1 Pengantar

  Asesmen manajemen risiko berbasis ISO 31000:2009 yang agaknya menjadi trending topic di beberapa perusahaan saat ini dan ISO 31000 dianggap bisa mewakili standar manajemen risiko pada beberapa perusahaan di Indonesia. Sebelum membahas mengenai asesmen manajemen risiko, ada beberapa hal yang perlu dibedah dari ISO 31000:2009.

  Organisasi yang telah mengimplementasikan AS/NZS 4360:2004 Risk Management Standard (standar manajemen risiko dari Australia) akan langsung melihat kemiripan antara proses manajemen risiko yang diperkenalkan ISO 31000:2009 di atas dengan proses manajemen risiko menurut AS/NZS 4360:2004. Memang demikian karena ISO mengadopsi proses manajemen risiko AS/NZS 4360:2004 untuk mendukung kerangka kerja yang dikembangkannya

  Organisasi yang berminat menerapkan manajemen risiko berbasis ISO 31000:2009 perlu memperhatikan tiga aspek penting yang ditekankan dalam standar ini yakni, pertama, penerapan

  

Gbr- 01, Ketidakpastian

  Defenisi Perlu dipahami terlebih dahulu mengenai definisi risiko dan manajemen risiko menurut ISO 31000:2009.

   Definisi risiko adalah dampak dari ketidakpastian terhadap pencapaian obyektif. Dampak menurut ISO 31000 adalah deviasi dari apa yang diharapkan, bisa bersifat positif dan/atau negatif.

   Definisi manajemen risiko adalah aktivitas yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan

  mengendalikan sebuah organisasi dalam menangani risiko Definisi memberikan kita pemahaman awal bagaimana ISO 31000 memberikan arti mengenai keluasan dan kedalaman sebuah risiko yang menjadi obyek sebuah asesmen.

2.2. Prinsip Pengelolaan Risiko

  Menurut ISO 31000:2009, manajemen risiko suatu organisasi harus mengikuti 11 prinsip dasar agar dapat dilaksanakan secara efektif. Berikut penjabaran prinsip-prinsip tersebut.

1. Manajemen risiko menciptakan nilai tambah (creates value)

  Manajemen risiko berkontribusi terhadap pencapaian nyata objektif dan peningkatan, antara lain, kesehatan dan keselamatan manusia, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, penerimaan publik, perlindungan lingkungan, kinerja keuangan, kualitas produk, efisiensi operasi, serta tata kelola dan reputasi perusahaan.

  2. Manajemen risiko adalah bagian integral proses dalam organisasi (an integral part of

  organizational processes)

  Manajemen risiko adalah bagian tanggung jawab manajemen dan merupakan suatu bagian

  Manajemen risiko membantu pengambil keputusan mengambil keputusan dengan informasi yang cukup. Manajemen risiko dapat membantu memprioritaskan tindakan dan membedakan berbagai pilihan alternatif tindakan. Pada akhirnya, manajemen risiko dapat membantu memutuskan apakah suatu risiko dapat diterima atau apakah suatu penanganan risiko telah memadai dan efektif.

  

4. Manajemen risiko secara eksplisit menangani ketidakpastian (explicitly addresses

uncertainty)

  Manajemen risiko menangani aspek-aspek ketidakpastian dalam pengambilan keputusan, sifat alami dari ketidakpastian itu, dan bagaimana menanganinya.

  

5. Manajemen risiko bersifat sistematis, terstruktur, dan tepat waktu (systematic, structured

and timely)

  Suatu pendekatan sistematis, tepat waktu, dan terstruktur terhadap manajemen risiko memiliki kontribusi terhadap efisiensi dan hasil yang konsisten, dapat dibandingkan, serta andal.

  

6. Manajemen risiko berdasarkan informasi terbaik yang tersedia (based on the best available

information)

  Masukan untuk proses pengelolaan risiko didasarkan oleh sumber informasi seperti pengalaman, umpan balik, pengamatan, prakiraan, dan pertimbangan pakar. Meskipun demikian, pengambil keputusan harus terinformasi dan harus mempertimbangkan segala keterbatasan data atau model yang digunakan atau kemungkinan perbedaan pendapat antar pakar.

  7. Manajemen risiko dibuat sesuai kebutuhan (tailored)

  Manajemen risiko diselaraskan dengan konteks eksternal dan internal organisasi serta profil risikonya.

  

8. Manajemen risiko memperhitungkan faktor manusia dan budaya (takes human and cultural

factors into account)

  Manajemen risiko organisasi mengakui kapabilitas, persepsi, dan tujuan pihak- pihak eksternal dan internal yang dapat mendukung atau malah menghambat pencapaian tujuan organisasi.

  9. Manajemen risiko bersifat transparan dan inklusif (transparent and inclusive)

  Pelibatan para pemangku kepentingan, terutama pengambil keputusan, dengan sesuai dan tepat waktu pada semua tingkatan organisasi, memastikan manajemen risiko tetap relevan dan mengikuti perkembangan. Pelibatan ini juga memungkinkan pemangku kepentingan untuk cukup terwakili dan diperhitungkan sudut pandangnya dalam menentukan kriteria risiko.

  

10. Manajemen risiko bersifat dinamis, iteratif, dan responsif terhadap perubahan (dynamic,

iterative and responsive to change)

  Seiring dengan timbulnya peristiwa internal dan eksternal, perubahan konteks dan pengetahuan, serta diterapkannya pemantauan dan peninjauan, risiko-risiko baru bermunculan, sedangkan yang ada bisa berubah atau hilang. Karenanya, suatu organisasi harus memastikan bahwa manajemen risiko terus menerus memantau dan menanggapi perubahan.

2.3. Pola Kerja Manajemen Risiko ISO 31000 : 2009

  Pemahaman mengenai pendekatan yang disajikan dalam ISO 31000 terhadap pengelolaan risiko di dalam sebuah organisasi melalui gambaran relasi antara prinsip, kerangka kerja, dan proses pengelolaan risiko

  Sumber: ISO 31000: 2009 Risk Management

  • – Principles and Guidelines

  

Gbr-02 , Framework (Pola kerja ) Manajemen Risiko ISO 31000:2009

  Framework Manajemen Risiko ISO 31000:2009 dalam klausul 4 (lihat gambar 03 di bawah) Mandat (pemberian wewenang) dan komitmen (amanah) di klausul 4.2.

  1. Rancangan Pola kerja untuk mengelola risiko di klausul 4.3.

  2. Penerapan manajemen risiko di klausul 4.4.

  3. Pemantauan dan review terhadap framework di klausul 4.5.

  4. Perbaikan framework berkelanjutan di klausul 4.2.

  Gbr-03 , Framework Manajemen Risiko ISO 31000:2009 dalam klausul 4

  Setelah pemberian mandat dan komitmen, kerangka kerja ISO 31000: 2009 dilanjutkan dengan kerangka implementasi “Plan, Do, Check, Act”, yaitu dengan melakukan: (1) perencanaan kerangka kerja manajemen risiko; (2) penerapan manajemen risiko; (3) monitoring dan review terhadap kerangka kerja manajemen risiko; (4) perbaikan kerangka kerja manajemen risiko secara berkelanjutan

  Plan

  • – mendefinisikan dan analisis suatu masalah serta mengidentifikasi akar masalahnya  Mengkomunikasikan dan melatih.

   Rencana komunikasi dan pelaporan.  Strategi training.

  Gbr

  • – 04 , kerangka implementasi “Plan, Do, Check, Act”,

  Do

  • – melaksanakan solusi, membuat rencana kerja secara terinci dan menarapkannya secara sistematis. Yang masuk dalam Do ini antara lain :

   Mengelola dan mengalokasikan  Komite manajemen risiko komisaris/dewan pengawas.

   Komite manajemen risiko eksekutif /direksi.

   Manajer manajemen risiko.

   RM Champions.

   Risiko, pengendaliannya, ownernya.  Penyedia asuransi/penjaminannya.

  Check

  • – Memeriksa hasil kerja dibandingkan dengan rencananya dan mengidentifikasi penyimpangannya serta masalah-masalahnya. Yang masuk dalam Check ini antara lain :

   Mengukur dan mengkaji.

   Mengendalikan asuransi/penjaminannya.

   Kemajuan rencana manajemen risiko.

   Pelaporan taka kelola.  Benchmarking / study banding.

   Kriteria unjuk kerja.

   Rencana manajemen risiko.  Rencana Asuransi.

   Standar-standar manajemen risiko.

   Prosedur dan petunjuk-petunjuk kerja. Secara lebih detail klausul 4 dengan PDCA nya digambarkan dengan gambar 05,berikut ini :

  Gbr

  • – 05, detail klausul 4 dengan PDCA

  Framework Manajemen Risiko ISO 31000:2009 dalam klausul 5 (lihat gambar 06 di bawah) terdiri atas Kerangka kerja manajemen risiko ISO 31000: 2009 Risk Management

  • – Principles and Guidelines dimulai dengan pemberian mandat dan komitmen. Pemberian mandat dan komitmen merupakan hal yang sangat penting karena menentukan akuntabilitas, kewenangan, dan kapabilitas dari pelaku manajemen risiko .Hal-hal penting yang harus dilakukan pada pemberian mandat dan komitmen adalah:
    • Membuat dan menyetujui kebijakan manajemen risiko;
    • Menyesuaikan indikator kinerja manajemen risiko dengan indikator kinerja perusahaan;
    • Menyesuaikan kultur organisasi dengan nilai-nilai manajemen risiko;
    • Menyesuaikan sasaran manajemen risiko dengan sasaran strategis perusahaan;

  Sumber: Broadleaf Capital International. Strategic, Enterprise and Project Risk Management .

  

Gbr -06 , Framework Manajemen Risiko ISO 31000:2009 dalam klausul 5

2.4.

   Kerangka Kerja Implementasi Manajemen Risiko

  Risk Management Framework Based on ISO 31000 Perencanaan kerangka kerja manajemen risiko mencakup pemahaman mengenai organisasi dan konteksnya, menetapkan kebijakan manajemen risiko, menetapkan akuntabilitas manajemen risiko, mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam proses bisnis organisasi, alokasi sumber daya manajemen risiko, dan menetapkan mekanisme komunikasi internal dan eksternal. Setelah melakukan perencanaan kerangka kerja, maka dilakukan penerapan proses manajemen risiko. Dalam penerapan manajemen risiko, perlu dilakukan monitoring dan review terhadap kerangka kerja manajemen risiko. Setelah itu, kerangka kerja manajemen risiko perlu diperbaiki secara berkelanjutan untuk memfasilitasi perubahan yang terjadi pada konteks internal dan eksternal organisasi. Proses- proses tersebut kemudian berulang kembali untuk memastikan adanya kerangka kerja manajemen risiko yang mengalami perbaikan berkesinambungan dan dapat menghasilkan penerapan manajemen risiko yang andal.

  ISO 31000 menyediakan kerangka kerja sebagai pedoman dalam implementasi manajemen risiko yang efektif. Tujuan dari kerangka kerja implementasi pengelolaan risiko antara lain:

2.5. Proses pengelolaan risiko

  Risk Management Process Based on ISO 31000 Proses pengelolaan risiko menurut ISO 31000 seharusnya merupakan bagian yang terintegrasi, melekat dalam budaya dan praktik manajemen, dan terkustomisasi menurut proses bisnis organisasi. Menurut ISO 31000, asesmen risiko merupakan bagian yang paling penting dan fundamental dalam proses pengelolaan risiko. Oleh karena itu, organisasi perlu melakukan asesmen risiko yang benar agar memperoleh laporan profil risiko yang tepat sehingga organisasi dapat secara cermat mengelola risikonya.

  Sumber: Asesmen Risiko Berbasis ISO 31000: 2009. Diane Christina, 2012.

  

Gbr -07 , Risk Management Process Based on ISO 31000

  Proses manajemen risiko merupakan kegiatan kritikal dalam manajemen risiko, karena merupakan penerapan dari pada prinsip dan kerangka kerja yang telah dibangun. Proses manajemen risiko terdiri dari tiga proses besar, yaitu: (1) Penetapan konteks (establishing the context)

  (i) Konteks internal memperhatikan sisi internal organisasi yaitu struktur organisasi, kultur dalam organisasi, dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi. (ii) Konteks eksternal mendefinisikan sisi eksternal organisasi yaitu pesaing, otoritas, perkembangan teknologi, dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi. (iii) Konteks manajemen risiko memperhatikan bagaimana manajemen risiko diberlakukan dan bagaimana hal tersebut akan diterapkan di masa yang akan datang. (iv) Terakhir, dalam pembentukan manajemen risiko organisasi perlu mendefinisikan parameter yang disepakati bersama untuk digunakan sebagai kriteria risiko.

  (2) Penilaian risiko (risk assessment) Penilaian risiko terdiri dari: (i) Identifikasi risiko: mengidentifikasi risiko apa saja yang dapat mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi.

  (ii) Analisis risiko: menganalisis kemungkinan dan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi. (iii) Evaluasi risiko: membandingkan hasil analisis risiko dengan kriteria risiko untuk menentukan bagaimana penanganan risiko yang akan diterapkan.

  (3) Penanganan risiko (risk treatment) Dalam menghadapi risiko terdapat empant penanganan yang dapat dilakukan oleh organisasi: (i) Menghindari risiko (risk avoidance); (ii) Mitigasi risiko (risk reduction), dapat dilakukan dengan mengurangi kemungkinan atau dampak; (iii) Transfer risiko kepada pihak ketiga (risk sharing); (iv) Menerima risiko (risk acceptance).

  Ketiga proses besar tersebut didampingi oleh dua proses yaitu: (1) Komunikasi dan konsultasi

  Komunikasi dan konsultasi merupakan hal yang penting mengingat prinsip manajemen risiko yang kesembilan menuntut manajemen risiko yang transparan dan inklusif, dimana manajemen risiko harus dilakukan oleh seluruh bagian organisasi dan memperhitungkan kepentingan dari seluruh stakeholders organisasi. Adanya komunikasi dan konsultasi diharapkan dapat menciptakan dukungan yang memadai pada kegiatan manajemen risiko dan membuat kegiatan manajemen risiko menjadi tepat sasaran.

  (2) Monitoring dan review Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa implementasi manajemen risiko telah berjalan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan. Hasil monitoring dan review juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan terhadap proses manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan proses esensial dalam organisasi untuk memberikan jaminan yang wajar terhadap pencapaian tujuan organisasi. ISO 31000: 2009 Risk Management

  • – Principles and Guidelines merupakan standar yang dibuat untuk memberikan prinsip dan panduan generik dalam penerapan manajemen risiko. Standar ini menyediakan prinsip, kerangka kerja, dan proses
dan menyeluruh pada ketiga komponen tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektivitas manajemen risiko organisasi.

  Setelah kita membedah ISO 31000, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana metodologi asesmen manajemen risiko berbasis ISO 31000:2009. Sebagai seorang asesor independen atas sistem manajemen korporat, jawaban sederhana yang bisa saya bagi adalah asesor akan melakukan penilaian terhadap kerangka kerja implementasi pengelolaan risiko seperti yang telah dibedah di atas dengan unsur-unsur penilaian antara lain tanggung jawab, akuntabilitas, strategi, dan praktik manajemen risiko. Sistem manajemen risiko yang baik seharusnya dapat memberikan keyakinan bahwa dengan penerapan manajemen risiko, organisasi dapat mengurangi ketidakpastian yang membayangi dalam setiap pengambilan keputusan namun tetap dapat berinovasi sesuai dengan kapabilitas yang dimiliki.

2.6. Proses Manajemen Risiko ISO 31000:2009

  Proses Manajemen Risiko ISO 31000:2009 digambarkan kembali secara lebih detail sebagaimana gambar di bawah ini. Proses pertama adalah Establishing The Context (Menetapkan Konteks).

  Penetapan konteks ini menunjukkan hubungan antara masalah atau hal yang akan dikelola risikonya dengan lingkungan organisasi (eksternal & internal), proses manajemen risiko dan ukuran atau kriteria risiko yang dijadikan standar Kriteria risiko atau Risk Criteria adalah ukuran standar seberapa besar dampak atau konsekwensi yang mungkin akan terjadi dan seberapa besar kemungkinan atau frekeunsi atau likelihood risiko akan terjadi. Gambar di bawah semoga dapat dijadikan contoh kriteria risiko itu. Dalam penetapan konteks ini ditetapkan pula sumber daya, struktur organisasi (tanggung jawab dan wewenang) yang diperlukan dalam pengeloaan risiko. Dalam dokumen rencana risk manajemen (Risk

  

Management Plan), penetapan konteks ini dapat dijadikan bab Latar Belakang Masalah, bab struktur

organisasi pengeloaan risiko dan bab Kriteria Risiko.

  

Gbr-09 , Risk = Consequences x Likelihood).

  Proses kedua adalah Risk Identification atau identifikasi risiko, yaitu melakukan identifikasi risiko-risiko akan terjadi, serta menghitung berapa besar level risikonya dengan mengalikan antara besar dampak dan besar kemungkinan (Risk = Consequences x Likelihood). Proses keempat adalah Risk Evaluation atau membandingkan risiko-risiko yang sudah dihitung diatas dengan Kriteria Risiko yang sudah distandarkan (menempatkan posisi risiko-risiko pada gambar kriteria risiko), apakah risiko-risiko itu acceptable/dapat diterima, menjadi issue/diwaspadai, atau

  

unacceptable/tidak diterima, serta memprioritaskan mitigasi atau penangannya. Lihat gambar di bawah

  ini, risiko nomor 1 dan 5 terletak di daerah warna merah Unacceptable Risk dan menjadi prioritas untuk dilakukan penanganan atau mitigasinya.

  

Gbr- 10, Risk Management Framework

  Proses kelima adalah Risk Treatment atau mitigasi risiko-risiko. Mitigasi risiko-risiko harus direncanakan sebaik-baiknya dan dipertimbangkan semua alternatif solusinya, sebelum dilaksanakan mitigasinya, agar mendapatkan hasil yang diharapkan ecara efektif dan efisien. Beberapa alternatif bisa

  Proses keenam adalah Monitor & Review (Pemantauan & Pengkajian Ulang). Pemantauan & Pengkajian Ulang dilaksanakan terhadap seluruh proses manajemen risiko termasuk konteksnya (lingkungan, proses, organisasi, strategi, stakeholder dsb.). Catatan-catatan hasil Pemantauan & Pengkajian Ulang disimpan sebagai bukti dan laporna bahwa aktifitas itu telah dilaksanakan dan sebagai masukan bagi Risk Management Framework yang telah disiapkan sebelumnya.

  Selama melaksanakan ke enam proses manajemen risiko itu Communication & Consultation (komunikasi dan konsultasi) selalu dilaksanakan kepada semua stakeholder, secara kontinyu dan iterative.

  Skema lain yang menambah kejelasan mengenai langkah-langkah penerapan proses manajemen risiko ISO 31000:2009 dapat dilihat pada gambar di bawah.

  

Gbr -11, Skema langkah-langkah penerapan proses manajemen risiko

  Referensi :

  1. COSO ERM Executive Summary ).

  2. International Organization for Standardization (ISO). “ISO 13000:2009—Risk

  Management: Principles and Guidelines.” Geneva,

  3. Kevin W Knight AM “Applying ISO 31000:2009 in Regulatory Work”.

  4. Diane Christina “Asesmen Manajemen Risiko berbasis COSO ERM“.