Manajemen Berbasis Sekolah id. docx

MBS
MANAJEMEN BUDAYA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Manajemen Budaya dan
Lingkungan Sekolah Dalam Manajemen Berbasis Sekolah”.

Dalam makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.
Dalam makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Amiin.

Jakarta,

Maret 2016


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................

2

DAFTAR ISI ......................................................................................................................

3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemikiran ............................................................................................

4

1.2 Permasalahan ...............................................................................................................

7


1.3 Tujuan ...........................................................................................................................

7

BAB II DUKUNGAN TEORI
2.1 Budaya Sekolah ............................................................................................................

8

2.2 Lingkungan sekolah ......................................................................................................

9

2.3 Iklim Sekolah ................................................................................................................

10

2.4 Prinsip-prinsip Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah ....................................

11


2.5 Asas-asas Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah .......................................

13

2.6 Karakteristik Budaya dan Lingkungan Sekolah ...........................................................

15

2.7 Sasaran Tujuan Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah...............................

16

2.8 Manfaat Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah .........................................

17

DESKRIPSI TEMUAN LAPANGAN
3.1 Implementasi ................................................................................................................


18

3.2 Kendala-kendala ...........................................................................................................

22

BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................................

24

4.2 Saran .............................................................................................................................

25

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................

26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemikiran
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, sesuai amanat UU RI No. 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional. telah melahirkan berbagai kebijakan ditingkat satuan
pendidikan tentang upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Apalagi didukung dengan adanya
instrument-instrument pengembangan kualitas yang dapat memberikan gambaran kepada
pengelola

sekolah

bagaimana

merencanakan,

mengorganisasikan,

melaksanakan

serta


mengevaluasi perkembangan sekolahnya dari berbagai bidang. Namun berbagai perubahan
kebijakan ini sebagaian besar belum dapat mengembangkan budaya sekolah dalam rangka
menanamkan nilai-nilai kepada peserta didiknya. apalagi ditengah keberlangsungan hidup
bangsa yang berada ditengah-tengah perkembangan zaman dengan teknologi kian canggih
menyebabkan berbagai perubahan dan pergeseran nilai seperti yang terjadi akhir-akhir ini.
Tujuh pilar MBS yaitu kurikulum dan pembelajaran, peserta didik pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, hubungan sekolah dan masyarakat, dan budaya
dan lingkungan sekolah.
Manajemen peserta didik berbasis sekolah adalah pengaturan peserta didik yang meliputi
kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan
peserta didik di sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen
berbasis sekolah.
Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan berbasis sekolah adalah pengaturan
pendidik dan tenaga kependidikan yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan yang terkait dengan pendidik dan tenaga
kependidikan di sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen
berbasis sekolah.
Manajemen sarana dan prasarana berbasis sekolah adalah pengaturan sarana dan
prasarana yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan


mengevaluasi program kegiatan sarana dan prasarana di sekolah, dengan berpedoman pada
prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolah.
Manajemen pembiayaan berbasis sekolah adalah pengaturan pembiayaan yang meliputi
kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan
pembiayaan di sekolah, dengan berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen
berbasis sekolah.
Manajemen budaya dan lingkungan sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah
untuk mengembangkan karakter positif siswa. Manajemen budaya dan lingkungan sekolah
dilakukan agar lingkungan sekolah dapat menjadi tempat yang kondusif bagi penyemaian dan
pengembangan watak optimisme, mengembangkan penalaran, pencerahan akal budi, membekali
ketrampilan, dan sikap yang dibutuhkan untuk menjadikan siswa yang jujur, sopan santun,
kreatif produktif, mandiri, dan bermanfaat bagi sesamanya. Karena lingkungan sekolah
merupakan salah satu tempat siswa berinteraksi, selain lingkungan keluarga dan masyarakat
untuk melakukan proses sosialisasi, yaitu sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Untuk itu, sekolah sebagai sebuah institusi perlu dikelola dengan cara-cara pengelolaan yang
baik. Manajemen budaya dan lingkungan sekolah mempunyai peluang besar dalam
menghasilkan lulusan yang memiliki karakter nilai-nilai baik agar pendidikan dapat berlangsung
sebagai usaha yang sungguh-sungguh untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran kondusif sehingga dapat menghasilkan siswa yang tidak hanya cerdas secara

kognitif tetapi siswa yang berkarakter positif
Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat berbasis sekolah adalah pengaturan
hubungan sekolah dan masyarakat yang meliputi kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan hubungan sekolah dan masyarakat, dengan
berpedoman pada prinsip-prinsip implementasi manajemen berbasis sekolahDengan melihat
konteks diatas organisasi sekolah tidak saja diharapkan bisa mengelola potensi para peserta didik
secara maksimal sehingga menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas. Tetapi juga terkait
nilai-nilai yang dikembangkan disekolahnya. Dengan demikian perlunya perubahan cara
pandang kepala sekolah, guru, administrator, murid, orangtua, dan masyarakat sebagai langkah
untuk merubah sistem, baik tindakan maupun proses pencapaian tujuan sekolah. Dengan adanya
perubahan ini maka implikasinya sekolah akan merancang apa yang mesti dilakukan dan beusaha

memahami tindakan-tindakan yang dirancangnya sebagai sesuatu yang disepakati bersama.
Dengan kata lain tindakan ini mendorong untuk terciptanya budaya sekolah.

Budaya sekolah merupakan karakteristik khas sekolah, kepribadian sekolah yang
membedakan antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Budaya sekolah diartikan sebagai
sistem makna yang dianut bersama oleh warga sekolah yang membedakannya dengan sekolah
lain1[1]. Budaya sekolah yang baik akan mendorong seluruh anggota masyarakat sekolah untuk
meningkatkan kinerjanya agar tujuan sekolah dapat tercapai. Karena Nilai, moral, sikap dan

perilaku siswa selama di sekolah dipengaruhi oleh struktur dan kultur sekolah, serta interaksi
mereka dengan aspek-aspek dan komponen yang ada di dalamnya, seperti kepala sekolah, guru,
materi pelajaran dan hubungan antarsiswa sendiri.
Sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan mempunyai budaya (culture) tidak tertulis
yang mendefinisikan standar-standar perilaku yang dapat diterima secara baik, yang tersirat
dalam budaya dominan sekolah. Setiap sekolah merupakan suatu sistem yang khas, mempunyai
kepribadian dan jati diri sendiri, sehingga memiliki kultur atau budaya yang khas pula. Budaya
sekolah bisa merupakan bagian atau subkultur dari kuktur masyarakat atau bahkan budaya
bangsa dan negara.
Manajemen sekolah yang berbasis sekolah mengalami perubahan yang mendasar dengan
pendekatan desentralistik sebagai implikasi otonomi pendidikan, yang memberikan otonomi
yang luas pada sekolah dan partisipasi masyarakat yang intensif, menggunakan pendekatan
profesional bukan pendekatan birokratik, pengambilan keputusan bersifat partisipatif bukan
terpusat, dan adanya pemberdayaan seluruh potensi atau sumberdaya yang ada untuk
peningkatan mutu pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang menekankan kemandirian sekolah
merupakan penjabaran dari otonomi pendidikan di sekolah. Pemberian otonomi pendidikan
kepada sekolah merupakan usaha untuk meningkatkan sekolah pendidikan secara luas, sehingga
sekolah dapat leluasa mengelola sumberdaya dengan mengalokasikanya sesuai prioritas
kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan masyarakat sekitar.
Pengelolaan pendidikan berbasis sekolah lebih menekankan pada kemandirian,

kreativitas sekolah dan perbaikan proses yang lebih dijiwai oleh budaya mutu. Sekolah
bertanggung jawab atas sekolahpendidikan kepada pemerintah, orangtua peserta didik,
masyarakat, dan customer pendidikan. Di sinilah pentingnya membangun budaya sekolah
sebagai sebuah filosofi dan pijakan dasar sekolah dalam mengembangkan diri secara
berkesinambungan.
1

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu dari
hal tersebut adalah membangun budaya sekolah dengan baik. budaya sekolah merupakan kultur
organisasi dalam konteks persekolahan. budaya sekolah sebagai kualitas kehidupan sekolah yang
tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai yang dianut sekolah, yakni dalam bentuk
bagaimana warga sekolah seperti komite sekolah, yayasan (untuk swasta), kepala sekolah, guru,
karyawan, dan siswa bekerja, belajar, dan berhubungan satu sama lain. budaya sekolah
merupakan faktor yang esensial dalam membantuk siswa menjadi manusia yang optimis, berani
tampil, berprilaku kooperatif serta memiliki kecakapan personal dan akdemik.
Menyadari pentingnya budaya dan lingkungan sekolah, sesuai tugas mata kuliah MBS,
penulis menyusun makalah terkait pengembangan dan penerapan secara konsisten nilai-nilai,
aturan, filosofi dan kebiasaan-kebiasaan perilaku warga sekolah, dan tindakan yang ditampilkan
dan ditunjukkan oleh seluruh warga sekolah dalam mencapai tujuan sekolah yang telah
ditetapkan

1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang pemikiran di atas penulis mengidentifikasi beberapa
permasalahan diantaranya :
1. Bagaimana pengembangan budaya sekolah mendukung KBM di sekolah?
2. Bagaimana simbol-simbol budaya sekolah dalam meperkuat nilai-nilai di sekolah?
3. Apa dampak budaya sekolah terhadap iklim sekolah?
4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pengembangan budaya sekolah?
1.3 Tujuan
Berdasarkan beberapa permasalahan yang dikemukakan di atas maka tujuan penulisan makalah
ini adalah :
1.

Untuk meperoleh gambaran tentang pengembangan budaya sekolah dalam kegiatan
Intrakulikuler dan Ekstrakulikuler disekolah..

2.

Untuk meperoleh gambaran tentang simbol-simbol budaya sekolah dalam meperkuat
disekolah..

3.

Untuk meperoleh gambaran tentang dampak budaya sekolah terhadap iklim sekolah.

nilai-nilai

4.

Untuk dapat mengetahui kendala yang dihadapi dan bagaimana cara mengetasinya dalam
pengembangan budaya sekolah?

BAB II
DUKUNGAN TEORI
2.1

Budaya Sekolah
Istilah “budaya” mula-mula datang dari disiplin ilmu Antropologi Sosial. Apa yang
tercakup dalam definisi budaya sangatlah luas. Istilah budaya dapat diartikan sebagai totalitas
pola perilaku, kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan
pemikiran manusia yang mencirikan kondisi suatu masyarakat atau penduduk yang
ditransmisikan bersama. Kebudayaan “merupakan masyarakat yang berdasarkan hukum-hukum
yang adil, yang memungkinkan kondisi ekonomi dan psikologis yang paling baik bagi warga
negaranya”2[2].
Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki
arti: waktu luang atau waktu senggang, di mana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu
luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu kegiatan tentang cara
membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Saat ini, kata
sekolah berubah arti menjadi bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat
menerima dan memberi pelajaran.
Budaya sekolah diartikan sebagai sistem makna yang dianut bersama oleh warga sekolah
yang membedakannya dengan sekolah lain”3[3]. Menurut Deal & Peterson (1999) “budaya
sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan
simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan
masyarakat sekitar sekolah”4[4]. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan
citra sekolah tersebut di masyarakat luas. budaya sekolah sebagai karakteristik khas sekolah yang
dapat didefinisikan melalui nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan
yang ditampilkannya, dan tindakan yang ditunjukkan oleh seluruh personel sekolah yang
membentuk satu kesatuan khusus dari sistem sekolah. Bahwa “ budaya sekolah yang kerap
disebut dengan iklim kerja yang menggambarkan suasana dan hubungan kerja antara sesama
2
3
4

guru, antara guru dan kepala sekolah, antara guru dengan tenaga kependidikan lainnya serta antar
dinas dilingkungannya merupakan wujud dari lingkungan kerja yang kondusif”5[5].
Sekolah sebagai suatu organisasi, memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan
dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan pendidikan, dan
perilaku orang-orang yang berada di dalamnya.
Sebagai suatu organisasi, sekolah menunjukkan kekhasan, yaitu pembelajaran. Budaya
sekolah semestinya menunjukkan kapabilitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan.
Konsep budaya sekolah masuk ke dalam pendidikan itu pada dasarnya sebagai upaya untuk
memberikan arah tentang efisiensi lingkungan pembelajaran, lingkungan dalam hal ini dapat
dibedakan dalam dua hal (1) lingkungan yang sifatnya alami sesuai dengan budaya siswa dan
guru, (2) lingkungan artificial yang diciptakan oleh guru atau hasil interaksi antara guru dengan
siswa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi
perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala
sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah.
2.2 Lingkungan Sekolah
Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan dan mahluk
hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya 6[6]. Yang dimaksud lingkungan pendidikan
meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku
kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun
merupakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak
didik, sebab bagaimanapun anak tinggal adlam satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti
akan mempengaruhi anak. Pada dasarnya lingkungan mencakup lingkungan fisik, lingkungan
budaya, dan lingkungan sosial.
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses
pendidikan(pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan
5
6

lingkungan pendidikan. lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai faktor yang berpengaruh
terhadap pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungan proses pendidikan.
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam
interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya berbagai sumber daya pendidikan
yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga
pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan sikap dan pengembangan potensi
peserta didik.
2.3 Iklim Sekolah
Menurut Hoy & Miskel, bahwa “Iklim sekolah merupakan seperangkt karakteristik suatu
sekolah yang membedakan dengan sekolah lain dan karakteristik itu akan mempengaruhi
perilaku guru, staf, siswa dan stakeholderi lainnya yang ada pada sekolah tersebut”. Sedangkan
menurut Sergiovani bahwa “iklim sekolah sebagai sebuah konsep kelompok yang tidak lebih dari
persepsi seseorang, perasaan, atau interpretasi kehidupan dalam suatu sekolah”. Serta menurut
Ownes “menjelaskan : organizational climate is the study of perceptions that individuals have of
the environment in the organization. Pengertian tersebut mengisyaratkan, bahwa iklim sekolah
berkaitan erat dengan persepsi yang dimiliki oleh individu guu, staf dan siswa disekolah”7[7].
Iklim sekolah dapat mempengaruhi: (1) proses belajar mengajar, (2) sikap dan moral (3)
kesehatan mental, (4) produktivitas, (5) perasaa percaya, (6) perubahan dan pembaharuan (halpin
& croft, 1971). Karakteristik iklim sekolah dapat dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut : (1)
kesesuaian; berkaitan erat dengan perasaan yang ada terhadap tuntutan dari luar sekolah, persepsi
tentang banyaknya peraturan, prosedur, kebijakan dan pelaksanaan tugas; (2) taggung jawab;
mencakup pemberian tanggungjawab untuk mencapai tujuan sekolah, pembuatan keputusan
dalam menyelesaikan masalah; (3) standart; meliputi penekanan pada kualitas/prestasi dan hasil
yang lebih baik; (4) penghargaan; yaitu merasa diakui dan dihargai karena semanga kerja dan
kinerjanya yang tinggi, dikritik atau dihukum pada saat kesalahan; (5) kejelasan struktur sekolah;
yaitu diorganisir dengan baik, tujuan dirumuskan secara jelas dan tidak membingungkan (6)
kehangatan dan dukungan; meliputi saling percaya dan saling mendukung; (7) kepemimpinan;

7

yakni keinginan guru dan staf untuk menerima pengaruh dan pengarahan dari sosok yang
berkualitas8[8].
2.4 Prinsip-prinsip Manajemen Budaya dan Lingkungan Sekolah
Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan
untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi
orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan
terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan
masyarakat. Upaya pengembangan budaya sekolah seyogyanya mengacu kepada beberapa
prinsip berikut ini9[9] :
1. Berfokus pada Visi, Misi, dan Tujuan sekolah.
Pengembangan budaya sekolah harus senantiasa sejalan dengan bisi, misi, dan tujuan
sekolah. Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembagnan budaya
sekolah. Visi tentang keunggulan sekolahmisalnya, harus disertai dengan program-program yang
nyata mengenai penciptaan budaya sekolah.
2. Penciptaan komunikasi Formal dan Informal.
Komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam
menyamaikan pesan-pesan pentingnnya budaya sekolah, termasuk dalam meyampaikan pesanpesan pentingnnya budaya sekolah, komunikasi informal sama pentingnnya dengan komunikasi
formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu digunakan dalam
menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.
3. Inovatif dan bersedia mengambil resiko.
Salah satu dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko.
Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus diterima khususnya
bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin
mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat.
4. Memiliki strategi yang jelas.

8
9

Pengembangan budaya sekolah perlu ditopang oleh strategi dan program. Strategi
mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyengkut kegiatan oerasional yang
perlu dilakukan. Strategi dan program merupakan dua hal yang selalu berkaitan.
5. Berorientasi kinerja.
Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang terdapat mungkin
dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja
darsuatu sekolah.
6. Sistem evaluasi yang jelas.
Untuk mengetaui kinerja pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan evaluasi secara
rutin dan bertahap : jangka pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan
sistem evaluasi terutama dalam hal kapan evluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan
mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.
7. Memiliki komitmen yang kuat.
Komitmen dari pimpinan dan warga sekolah sangat menetukan implementasi programprogram pengembagnan budaya sekolah. Banyak bukti menunjukan bahwa komitmen yang
lemah terutama dari pimpinan menyebabkan program-program tidak terlaksana dengan baik.
8. Keputusan berdasarkan consensus.
Cirri budaya organisasi yang positif adalah pengambilan keputusan partisipatif yang
berujung pada pengambilan keputusan secara consensus. Meskipun hal itu tergantung pada
pengambilan keputusan , namun pad a umumnya consensus dapat meningkatkan komitmen
anggortta organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut.
9. Sistem imbalan yang jelas.
Pengambilan budaya sekolah hendaknya disertai dengan sistem imbalan meskipun tidak
selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah penghargaan atau kredit poin
terutama bagi siswa yang menunjukan perilaku positif yang sejalan dengan pengembangan
budaya sekolah.
10. Evaluasi diri,
Merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi di sekolah.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan curah pendapat atau menggunakan

skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat mengembangkan metode penilaian diri yang berguna
bagi pengembangan budaya sekolah.10[10]

10

2.5 Asas-asas Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah
Selain mengacu kepada sejumlah prinsip di atas, upaya pengembangan budaya sekolah
juga seyogyanya berpegang pada asas-asas berikut ini11[11]:
1. Kerjasama tim (team work).
Pada dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan sebuah tim/kumpulan individu yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan. Untuk itu, nilai kerja sama merupakan suatu keharusan dan
kerjasama merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau
sumber daya yang dimilki oleh personil sekolah.
2. Kemampuan.
Menunjuk pada kemampuan untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab pada tingkat
kelas atau sekolah. Dalam lingkungan pembelajaran, kemampuan profesional guru bukan hanya
ditunjukkan dalam bidang akademik tetapi juga dalam bersikap dan bertindak yang
mencerminkan pribadi pendidik.
3. Keinginan.
Keinginan di sini merujuk pada kemauan atau kerelaan untuk melakukan tugas dan
tanggung jawab untuk memberikan kepuasan terhadap siswa dan masyarakat. Semua nilai di atas
tidak berarti apa-apa jika tidak diiringi dengan keinginan. Keinginan juga harus diarahkan pada
usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai budaya yang muncul dalam diri pribadi baik
sebagai kepala sekolah, guru, dan staf dalam memberikan pelayanan kepada siswa dan
masyarakat.
4. Kegembiraan (happiness).
Nilai kegembiraan ini harus dimiliki oleh seluruh personil sekolah dengan harapan
kegembiraan yang kita miliki akan berimplikasi pada lingkungan dan iklim sekolah yang ramah
dan menumbuhkan perasaan puas, nyaman, bahagia dan bangga sebagai bagian dari personil
sekolah. Jika perlu dibuat wilayah-wilayah yang dapat membuat suasana dan memberi nuansa
yang indah, nyaman, asri dan menyenangkan, seperti taman sekolah ditata dengan baik dan
dibuat wilayah bebas masalah atau wilayah harus senyum dan sebagainya.

11

5. Hormat (respect).
Rasa hormat merupakan nilai yang memperlihatkan penghargaan kepada siapa saja baik
dalam lingkungan sekolah maupun dengan stakeholders pendidikan lainnya. Keluhan-keluhan
yang terjadi karena perasaan tidak dihargai atau tidak diperlakukan dengan wajar akan
menjadikan sekolah kurang dipercaya. Sikap respek dapat diungkapkan dengan cara memberi
senyuman dan sapaan kepada siapa saja yang kita temui, bisa juga dengan memberikan hadiah
yang menarik sebagai ungkapan rasa hormat dan penghargaan kita atas hasil kerja yang
dilakukan dengan baik. Atau mengundang secara khusus dan menyampaikan selamat atas
prestasi yang diperoleh dan sebagaianya.
6. Jujur (honesty).
Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam lingkungan sekolah, baik
kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang lain. Nilai kejujuran tidak terbatas
pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi mencakup cara terbaik dalam
membentuk pribadi yang obyektif. Tanpa kejujuran, kepercayaan tidak akan diperoleh. Oleh
karena itu budaya jujur dalam setiap situasi dimanapun kita berada harus senantiasa
dipertahankan. Jujur dalam memberikan penilaian, jujur dalam mengelola keuangan, jujur dalam
penggunaan waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat
dalam menciptakan budaya sekolah yang baik.
7. Disiplin (discipline).
Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan pada peraturan dan sanksi yang berlaku dalam
lingkungan sekolah. Disiplin yang dimaksudkan dalam asas ini adalah sikap dan perilaku disiplin
yang muncul karena kesadaran dan kerelaan kita untuk hidup teratur dan rapi serta mampu
menempatkan sesuatu sesuai pada kondisi yang seharusnya. Jadi disiplin disini bukanlah sesuatu
yang harus dan tidak harus dilakukan karena peraturan yang menuntut kita untuk taat pada aturan
yang ada. Aturan atau tata tertib yang dipajang dimana-mana bahkan merupakan atribut, tidak
akan menjamin untuk dipatuhi apabila tidak didukung dengan suasana atau iklim lingkungan
sekolah yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang tertentu saja di sekolah tetapi
untuk semua personil sekolah tidak kecuali kepala sekolah, guru dan staf.
8. Empati (empathy).

Empati adalah kemampuan menempatkan diri atau dapat merasakan apa yang dirasakan
oleh orang lain namun tidak ikut larut dalam perasaan itu. Sikap ini perlu dimiliki oleh seluruh
personil sekolah agar dalam berinteraksi dengan siapa saja dan dimana saja mereka dapat
memahami penyebab dari masalah yang mungkin dihadapai oleh orang lain dan mampu
menempatkan diri sesuai dengan harapan orang tersebut. Dengan sifat empati warga sekolah
dapat menumbuhkan budaya sekolah yang lebih baik karena dilandasi oleh perasaan yang saling
memahami.
9. Pengetahuan dan Kesopanan.
Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan
untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi
orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan
terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan
masyarakat.
2.6 Karakteristik Budaya dan Lingkungan Sekolah
Budaya sekolah memiliki empat karakteristik yaitu: (1) budaya sekolah bersifat khusus
karena masing masing sekolah memiliki sejarah, pola komunikasi, sistem dan prosedur,
pernyataan visi dan misi, (2) budaya sekolah pada hakikatnya stabil dan biasanya lambat
berubah. Budaya sekolah akan berubah bila ada ancaman krisis dari sekolah yang lain, (3)
budaya sekolah biasanya memiliki sejarah yang bersifat implisit dan idak eksplisit, (4) budaya
sekolah tampak sebagai perwakilan simbol yang melandasi keyakinan dan nilai-nilai sekolah
tersebut”.12[12]
Karakteristik budaya sekolah dapat dipandang menurut hirarki basic assumption, values,
norms, dan artifacts sebagai berikut13[13] :
a. Basic Assumption/Asumsi Dasar
kepedulian budaya pada tingkat yang paling dalam ini adalah pra anggapan dasar
dibawah sadar dan sekaligus keadaan yang diterima tentang bagaimana persoalan sekolah
seharusnya dipecahkan. basic assumption ini memberitahu para anggota organisasi bagaimana
merasakan, berfikir dan adanya sentuhan tentang banyak hal di dalam organisasi
12
13

b. Values
Level kepedulian berikut mencakup values tentang sebaiknya menjadi apa dalam
organisasi. Values memberitahu para anggota apa yang penting dan berharga di dalam organisasi
dan apa yang mereka butuhkan untuk member perhatian. Values merupakan keyakinan dasar
yang berperan sebagai sumber inspirasi kekuatan dan pendorong seseorang dalam mengambil
sikap, tindakan dan keputusan, serta dalam menggerakkan dan mengendalikan perlilaku
seseorang dalam upaya pembentukan budaya sekolah.
c. Norma
Para guru jangan mengkritik kepala sekolah di depan publik! Mengapa? Jawabannya
adalah norma. Peran norma adalah menuntun bagaimana para anggota organisasi seharusnya
berkelakuan didalam situasi tertentu. Hal ini menggambarkan peraturan yang tidak tertulis dari
perilaku. Setiap kelompok menetapkan norma sendiri, yaitu standar perilaku yang dapat diterima,
yang dibagi dengan para anggotannya. Norma memberitahukan para anggota apa yang
sebaiknnya dan tidak sebaiknnya untuk melakukan diobawah keadaan tertentu. Ketika disetujui
dan diterima oleh kelompok, norma bertindak sebagai sarana mempengaruhi perilaku anggota
kelompok dengan minimum pengendalian dari eksternal. Norma berbeda diantara kelompok,
komunitas ataupun organisasi.
d. Artifacts
Artifacts ini merupakan wujud kongkrit seperti sistem, prosedur, sistem kerja, peraturan,
struktur dan aspek fisik dari organisasi. Istilah sistem kerja menunjukan bagaimana pekerjaan
dari organisasi dilaksanakan. Berdasarkan karakteristik budaya tersebut, Mendiagnosis budaya
sekolah, dapat dilakukan dengan pendekatan14[14] : a) perilaku, terkait dengan pola perilaku
yang memproduksi hasil atau kegiatan. Pendekatan ini menggambarkan secara spesifik tentang
bagaimana tugas dilaksanakan dan bagaimana interaksi dikelola dalam organisasi. Suatu
pekerjaan menunjukan tanggungjawab, wewenang dan tugas individu. b) nilai bersaing, yang
dipandang dari preferensi dan tata nilai dari para anggotanya. c) Asumsi mendalam, terkait
dengan penekanan penting yang paling dalam organisasi, umumnya tidak dapat ditelaah,
namunterdapat asumsi bersama dan sama-sama tahu bagaimana menuntun perilaku para

14

anggotanya. pendekatan ini sering memiliki dampak yang perkasa bagi keefektifan sekolah”.15
[15]
2.7 Sasaran dan Tujuan Pengembangan Budaya dan Lingkungan Sekolah
Manajemen iklim budaya sekolah merupakan salah satu kebijakan yang harus
diperhatikan Depdiknas dalam rangka peningakatan sekolahpendidkan. Iklim budaya sekolah
yang kondusif diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran yang efektif, sehingga semua
pihak yang dapat menunjang proses pembelajaran yang efektif, sehngga semua pihak yang
terlibat didalamnnya, khususnya peserta didik merasa nyaman belajar. Dengan demikian ,akan
tercipta pembelajran yang efektif dan menyenangkan. Iklim budaya sekolah yang kondusif juga
akan mebangkitakan semagant belajar, dan akan mebangkitkan potensi-potensi peserta didik
sehingga dapat berkembang secara optimal”.16[16]
Sasaran iklim budaya sekolah dapat dianalisis dari hal-hal sebagai berikut :
1.

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berlangsung setiap saat, begitu

cepatnnya perkembagnan tersbut sehingga sulit diikuti oleh mata telanjang.
2. Perkembagnan penduduk yang cepat mebutuhkan pelayanan pendidikan yang besar
3. Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar sekaligus menjadi kunci
keberhasilan pembangunan nasional jika sumber-sumber daya manusia atau tenaga kerja
4.

Indonesia dalam jumlah yang besar dapat ditingkatkan sekolahdan pendayagunaanya.
Perkembangan teknologi informasi yang berlangsung begitu cepat telah menimbulkan berbagai
pemikiran, bukan saja dalam dunia bisnis dan ekonomi, melainkan juga dalam dunia pendidikan.
Untuk menghadapi tantangan masa depan sebagai akibat dari kemajuan dan perkembangan
teknologi, sekolah harus menginspirasi hubungan antar Negara yang semakin erat, seakan tiada
batas lagi.17[17]

2.8 Manfaat Pengembagan Budaya dan Lingkungan Sekolah
Budaya sekolah bermanfaat sebagai : a) identitas, yang merupakan ciri atau karakter
organisasi, b) pengikat/pemersatu seperti bahasa sunda yang bergaul dengan orang sunda, sama
hobi olahraganya, c) sources,misalnya inspirasi, d) sumber penggerak dan pola perilaku, c)
15
16
17

kemapuan meningkatkan nilai tambah, f) pengganti formaslisasi, seperti olahraga rutin jumat
yang tidak dipaksa, g) mekanisme adaptasi terhadap perubahan seperti adanya rumah susun”.
Sedangkan menurut Luthans

“pentingnya budaya organisai mencakup sebagai berikut : a)

keteraturan perilaku yang dijalankan, b) norma, sperti standar perilaku yang ada disekolah, c)
nilai yang dominan, seperti sekolahlulusan yang tinggi, efisiensi yang tinggi, d) filosofi seperti
kebijakan bagaimana guru diperlukan, e) aturan, seperti tuntunan bagi guru didalam sekolah f)
iklim organisasi, seperti cara para anggota sekolah berinteraksi baik internal maupun eksternal.
selain beberapa manfaat diatas, manfaat lain bagi individu dan kelompok adalah : (1)
meningkatkan kepuadan kerja; (2) pergaulan lebih akrab; (3) disiplin menigkat; (4) pengawasan
fungsional bisa lebih ringan; (5) muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif; (6)
belajar dan berprestasi terus serta; dan (7) selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah,
keluarga, orang lain dan diri sendiri”.18[18]
3.1 Implementasi
Implementasi pengembangan budaya dan lingkungan di Sekolah dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran. Penyajian temuan lapangan ini bertujuan untuk menjawab permasalahan
sebagaimana yang telah kami paparkan dalam bab pendahuluan sebelumnya. Berikut ini adalah
temuan lapangan yang telah dilakukan di Sekolah tentang Manajemen Budaya dan Lingkungan
Berbasis Sekolah :
3.1.1 Pengembangan budaya dalam kegiatan intrakulikuler
a. Program pengembangan budaya dalam pembelajaran dikelas
Dalam mengembangkan budaya pada proses pembelajaran guru-guru di Sekolah
mengembangkannya dengan memberi salam ketika membuka dan menutup pelajaran serta
memulai dan mengakhiri pelajaran dengan membaca do’a memberikan contoh yang baik kepada
siswa dengan bersikap sopan, ramah, dan peduli kepada para siswa serta memotivasi mereka
agar menumbuhkan sikap tersebut kepada sesama, hal ini sesuai dengan dengan pernyataan salah
seorang guru yaitu : Pengembangan budaya sekolah dalam proses pembelajaran didalam kelas
dilakukan dengan cara membudayakan salam ketika membuka dan menutup pelajaran serta
memulai dan mengakhiri pelajaran dengan membaca do’a.
Dari pemaparan data di atas menunjukan bahwa guru ketika berada didalam kelas
tentunya berfungsi sebagai orang yang dapat membantu peserta didik dalam memahami
18

pembelajaran. Untuk memenuhi tugas tersebut guru tidak saja harus dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang menarik dan harmonis, tetapi seorang guru juga perlu mengembangkan
budaya sekolah seperti membiasakan memberi salam serta berdoa ketika akan memulai dan
mengakhiri pembelajaran di kelas sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang berkesan bagi
peserta didik yang bertujuan untuk menjadikan pembelajaran yang dapat merangsang minat
mereka.
b. Program pengembangan budaya ketika diluar kelas
Pengembangan budaya diluar kelas yang dilakukan dengan melakukan pengembangan
karakter siswa. Hal ini sesuai wawancara dengan seorang guru di ruang kerjaya yaitu :
Pengembangan budaya diluar sekolah dilakukan dengan kegiatan zikir bersama dan membacakan
surat yasin pada setiap hari jum’at. Serta pada apel pagi bersama-sama membacakan ikrar janji
siswa agar apa yang mereka ucapkan dapat mereka ingat sehingga mencegah para siswa
melanggar aturan sekolah. Dari pemaparan data diatas menjelaskan bahwa pembelajaran tidak
selamanya berada didalam kelas. Maka pembelajaran diluar harus memiliki konsep kegiatan
yang jelas, sehingga bisa menjadi acuan utama untuk mendidik para siswa.
3.1.2 Pengembangan budaya dalam kegiatan ekstrakulikuler
a. Program pengembangan budaya dalam kegiatan keolahragaan
Olahraga merupakan salah-satu bentuk kegiatan ekstrakulikuler yang mengarahkan pada
olah fisik (jasmani), berdasarkan hal tersebut maka agar kegiatan olahraga benar-benar dapat
dilaksanakan sebaik-baiknya dan dapat menunjang pencapaian tujuan pendidikan nasional, maka
perlu pembinaan kegiatan ekstrakulikuler dibidang olahraga. Disamping sebagai media
pembelajaran yang dapat meningkatkan kebugaraan bagi kesehatan tubuh melalui olah tubuh
juga merupakan sarana bagi para siswa untuk dapt mengembangkan potensi, bakat dan minat
yang dimilikinya, sehingga menjadi manusia yang sehat dan berprestasi, baik secara individual
maupun kolektif.
Dalam pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan olahraga di Sekolah dilaksanakan
dengan menarik minat siswa untuk berolahraga, hal ini sesuai dengan pernyataan seorang guru
dalam wawancara bersamanya yaitu :
Dalam mengembangkan budaya sekolah melalui kegiatan olahraga kami memulainya
dengan menarik minat para siswa untuk berolahraga. Cara kami menarik minat siswa berolah

raga adalah dengan mengikutkan mereka keajang tingkat kota yang dilaksanakan oleh dinas
pendidikan. Selai itu dalam kegitannya di sekolah pengembangan budaya seolah dengan
menampakkan nilai kejujuran melalui olahraga, menanamkan sikap kerjasama anta tim melalui
olahraga, dan menanamkan motivasi berprestasi kepada diri siswa melalui kegiatan olahraga.
Dari pemaparan di atas menunjukan bahwa tujuan pembinaan kegiatan ekstrakulikuler
dibidang olahraga disekolah adalah untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, khususnya
dibidang pembianaan bakat dan minat para peserta didik dibidang olahraga yang berkembang
dimasyarakat serta untuk membentuk peserta didik yang sehat baik jasmani, jiwa dan pikirannya
sehingga menjadi manusia yang betul-betul siap dan berprestasi dalam menjalani kehidupannya
baik lingkungan akademis maupun masyarakat.
b. Program pengembangan budaya dalam kegiatan kepramukaan
Dalam

mengembangkan

budaya

sekolah

melalui

kegiatan

kepramukaan,

Sekolahdilakukan dengan menanamkan nilai-nilai kepada para siswa. Gerakan pramuka
berfungsi sebagai lembaga diluar sekolah dan sekaligus merupakan wadah pembianaan para
generasi dengan menggunakan prisnsip dasar kepramukaan. Metode kepramukaan ikut serta
secara aktif mendidik para siswa agar dapat menjadi kader bangsa yang bertanggungjawab atas
tercapainya perjuangan tujuan pembangunan nasional. Pramuka didalamnya selalu ada kegiatan
yang berhubungan dengan alam. Jika dikaitkan dengan mempelajari disekolah jenis kegiatan
pramuka secara tidak langsung berhubungan dengan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
c. Program pengembangan budaya dalam kegiatan kesenian
Dalam pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan kesenian, Sekolah menanamkan
rasa kecintaan siswa terhadap budaya dan kesenian daerah, hal ini sesuai dengan pernyataan
seorang guru dalam wawancara bersamanya yaitu : Melalui kegiatan kesenian kami
menanamkan rasa kecintaan siswa terhadap budaya daerah dengan membuat kegiatan pada setiap
akhir semester dimana para siswa diwajibkan menampikan suatu atraksi baik tari-tarian maupun
kasidah serta memakai pakaian adat daerah yang ingin mereka tampikan. Kegiatan
ekstrakulikuler kesenian diselenggarakan diharapkan agar siswa meperoleh pengalaman
berpretasi dan berkreasi.
Dari pemaparan data diatas menunjukan bahwa kegiatan ini merupakan bagian penting
dari pendidikan karena kedudukannya dapat menjadi media untuk membangun karakter yang
halus, mempunyai kepekaan, rasa kemanusiaan, kerjasama, kepedulian, serta penyaluran gagasan

dan imajinasi secara kreatif dan indah. Kesenian mempunyai daya kemampuan yang luar biasa
untuk mengasah logika dan retorika berpikir. Hanya saja dalam kebanyakan kasus, kemampuan
kesenian ini belum spenuhnya disadari masyarakat, melalui ekstrakulikuler kesenia ini,
diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia yang mempunyai kecakapan menyikapi
perubahan kini dan masa yang akan datang.
3.1.3 Simbol-simbol budaya sekolah dalam memperkuat nilai-nilai
Sekolah dalam memperkuat nilai-nilai melalui simbol-simbol dengan menanamkamkan
kebiasaan baik kepada siswa ketika berada dilingkungan sekolah. Hal ini sesuai pernyataan
seorang guru melalui wawancara yatiu :
Sekolah membuat simbol-simbol budaya sekolah berbentuk tulisan atau gambar yang
bertujuan untuk menanamkan kebiasaan baik seperti memberi salam, membuang sampah pada
tempatya, mencuci tangan, dll. kepada siswa apabila mereka berada dilingkungan sekolah,
sehingga mereka dapat membaca simbol-simbol tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga dapat memperkuat nilai-nilai yang ingin dikembangkan sekolah.
Dari pemaparan data diatas menunjukan bahwa simbol-simbol sangat berguna dalam
menggantikan guru ketika mereka sedang berada diluar kelas memberikan suatu pengingat
kepada siswa agar mereka selalu ingat dengan aturan aturan yang ada disuatu sekolah.
3.1.4 Dampak Budaya Sekolah Terhadap Iklim Sekolah
Dampak pengembangan budaya sekolah terhadap iklim Sekolah ditandai dengan
peningkatan kualitas lingkungan internal sekolah yang dialami oleh siswa maupun kepala
sekolah dan para guru yang mempengaruhi mental dan perilakunya. Hal ini diungkapkan oleh
seorang guru dalam wawancara bersamanya yaitu :
Pengembangan budaya sekolah yang telah dilakukan berdampak positif bagi iklim sekolah
kami baik dirasakan oleh para siswa maupun kepala sekolah serta para guru dimana terlihat para
guru bersemangat untuk mengajar para siswa, bekerja sama serta terjalinnya komunikasi yang
baik. Sedangkan para siswa terlihat sangat senang menerima pelajaran, memperlihatkan
kreativitas mereka, dan mematuhi norma-norma yang ada dilingkungan sekolah.
Dari pemaparan data diatas menunjukan iklim sekolah merujuk kepada hati dan jiwa dari
sebuah sekolah, psikologis dan atribut institusi yang menjadikan sekolah memiliki kepribadian,
yang relatif bertahan dan dialami oleh seluruh anggota, yang menjelaskan persepsi kolektif dari
perilaku rutin, dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku di sekolah

3.1.5 Pengembangan budaya pada lingkungan sekolah
a. Program pengembangan budaya pada lingkungan internal
Dalam mengembangkan budaya sekolah melalui lingkungan internal Sekolah selalu
menanamkan nilai-nilai. Hal ini seperti pernyataan seorang guru dalam wawancara bersamanya
yaitu : Pengembangan budaya dalam lingkungan internal sekolah dilakukan dengan memasang
simbol-simbol di lingkungan sekolah seperti yang berhubungan dengan kebersihan.“Buanglah
Sampah Pada Tempatnya” atau “yuuk kita cuci tangan dengan air bersih dan sabun”,
Menanamkan nilai-nilai kesopanan dengan memasang simbol-simbol seperti “Biasakanlah
Salam Senyum Sapa” dan keindahan kepada siswa dengan memasang simbol-simnol seperti
“Jangan Biarkan Lingkungan Sekolahmu Kotor”.
Dari pemaparan dat diatas mejelaskan keindahan dan kebersihan lingkungan akan
berdampak pada motivasi belajar siswa dan kesopanan akan berdampak dalam menjaga nama
baik sekolah. Oleh sebab itu lingkungan sekolah merupakan salah satu tempat yang paling umum
digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dan lingkungan sekolah
paling dianggap dapat menanamkan nilai-nilai serta aturan yang sesaui dengan masyarakat.
b. Program pengembangan budaya pada lingkungan eksternal
Pangembangan budaya sekolah melalui lingkungan eksternal di Sekolah dilakukan
dengan menjalin hubungan kerjasama dengan masyarakat. Hal ini sesuai pernyataan seorang
guru dalam wawancara diruang kerjanya yaitu : Pengembangan budaya di lingkungan eksternal
sekolah kami lakukan dengan menjalin kerjasama yang baik dengan pihak orangtua siswa serta
melibatkan para siswa pada setiap kegiatan yang diselenggarakan di luar sekolah.
Dari pemaparan data diatas menjelaskan bahwa sebagai sekolah yang bernaung dalam
suatu wilayah eksternal yang disebut masyarakat. Maka gejala timbal balik baik dari sekolah
kepada masyarakat maupun sebaliknnya merupakan realitas keseharian yang akan selalu terjadi.
Apalagi keberadaan sekolah berada dilingkungan masyarakat kota yang perkembangan baik ilmu
dan teknologi kian pesat.
3.2 Kendala-Kendala
Lembaga pendidikan merupakan salah-satu sistem organisasi yang bertujuan membuat
perubahan kepada para peserta didik agar lebih baik, cerdas, beriman, bertaqwa, serta mampu
beradaptasi dengan lingkungan dan siap menghadapi perkembangan zaman. Sebagai bagian dari

organisasi, lembaga penddikan diperlukan pengelolaan budaya yang sesuai dengan budaya
masing-masing lembaga tersebut. Namun dalam proses pencapaian tujuan tesebut seringkali
dihampiri oleh kendala-kendala yang akan dihadapi. berikut beberapa temuan yang bisa kita lihat
terkait kendala yang di hadapi di Sekolah meskipun tidak terlihat secara meyeluruh terhadap
aspek budaya yang dikembangkan. Hal yang menjadi kendala tersebut adalah masih terdapat
kebiasaan para siswa yang datang terlambat. Hal ini disebabkan ada beberapa anak yang jarak
rumahnya jauh harus sekolah ditempat tersebut karena menyesuaikan dengan tempat kerja
orangtuanya serta adanya orang tua siswa yang masih kurang peduli terhadap keterlambatan
anak-anak mereka.
Berdasarkan kendala yang dikemukakan diatas Sekolah telah melakukan tindakan dalam
mengatasi kendala tersebut dengan memberikan daftar aktifitas siswa dirumah untuk mengetahui
penyebab mereka terlambat, membuat daftar keterlambatan siswa agar dapat dilihat siswa yang
sering terlambat setelah itu mengundang orangtua mereka untuk dicarikan solusi agar siswa
tersebut tidak terlambat lagi.

BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau pegangan
yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk
stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau
kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah. Dalam pengembangan budaya sekolah
perlu mengacu pada 10 prnsip dari berpedoman pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah hingga
Evaluasi Diri, selain menggunakan 10 prinsip tersebut dalam pengembangan kebudayaan
sekolah juga perlu memegang asas-asas seperti: kerjasama kelompok, kemampuan bertanggung
jawab, keinginan pada kemauan, kegembiraan yang harus dimiliki seluruh anggota, hormat,
jujur, disiplin, kemampuan menempatkan diri, kemampuan dan kesopanan yang dimiliki
seuluruh anggota Dalam mengembangkan budaya dalam proses pembelajaran didalam kelas
guru-guru di Sekolah mengembangkannya dengan memberi salam ketika membuka dan menutup
pelajaran serta memulai dan mengakhiri pelajaran dengan membaca do’a, memberikan contoh
yang baik kepada siswa dengan bersikap sopan, ramah, dan peduli kepada para siswa serta
memotivasi

mereka

agar

menumbuhkan

sikap

tersebut

kepada

sesama.

Sedangkan

pengembangan budaya diluar kelas yang dilakukan Sekolahdengan melakukan kegiatan Zikir
bersama dan membacakan surat yasin pada setiap hari jum’at. Serta pada apel pagi bersamasama membacakan ikrar janji siswa agar apa yang mereka ucapkan dapat mereka ingat sehingga
mencegah para siswa melanggar aturan sekolah. Oleh karena Pembelajaran tidak selamanya
berada didalam kelas. Maka pembelajaran diluar harus memiliki konsep kegiatan yang jelas,
sehingga bisa menjadi acuan utama untuk mendidik para siswa.
Dalam pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan kesenian, Sekolahmenanamkan
rasa kecintaan siswa terhadap budaya dan kesenian daereah, melaui kegiatan pada setiap akhir
semester para siswa diwajibkan menampikan suatu atraksi baik tari-tarian maupun kasidah serta
memakai pakaian adat daerah yang ingin mereka tampikan
Sedangkan pengembangan budaya sekolah melalui kegiatan olahraga di Sekolah
dilaksanakan dengan menarik minat siswa untuk berolahraga, menampakkan nilai kejujuran
melalui olahraga, menanamkan sikap kerjasama anta tim melalui olahraga, dan menanamkan
motivasi berprestasi kepada diri siswa melalui kegiatan olahraga

Serta dalam mengembangkan budaya sekolah melalui kegiatan kepramukaan,
Sekolahmenanamkan

nilai-nilai

kedisiplin,

tanggungjawab,

kemadirian,

kebersamaa,

kepemimpinan, serta rasa cinta terhadap alam.
Dampak pengembangan budaya sekolah terhadap iklim Sekolahdi tandai dengan
peningkatan kualitas lingkungan internal sekolah yang dialami oleh siswa maupun kepala
sekolah dan para guru yang mempengaruhi mental dan perilakunya
4.2 Saran
1. Bagi pihak sekolah diharapkan dapat menambah simbol-simbol baik itu terkait pengembangan
seperti nilai-nilai : kedisiplinan, kebersihan, kejujuran, kerjasama, religius. dll.
2. Bagi penulis diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang
pengembangan budaya sekolah