ANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH DENG

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH
ANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN TANAH DENGAN INDEKS
PROFIL
DOSEN PENGAMPU : ARIF ASHARI, M. Sc

DISUSUN OLEH :
NAMA
NIM
KELAS/KELOMPOK
ASISTEN PRAKTIKUM

: AISYAH NURUL LATHIFAH
: 15405241014
: A/01
: DEWI RAHMAWATI

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
I.


JUDUL
137

Analisis Tingkat Perkembangan Tanah dengan Indeks Profil.
II.

TUJUAN
Mengalisis tingkat perkembangan tanah dengan indeks profil.

III. DASAR TEORI
Proses pembentukan tanah (genesa) dalam Sugiharyanto, dkk (2014:32)
dimulai dari pelapukan batuan induk menjadi bahan induk tanah, diikuti
pencampuran bahan organik dengan bahan mineral di permukaan tanah,
pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas
tanah ke bagian bawah, dan berbagai proses lain yang dapat menghasilkan
horizon-horizon tanah. Horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang
terbentuk karena hasil proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizonhorizon tanah tersebut akan menghasilkan tanah. Penampang tegak dari tanah
menunjukkan susunan horizon tanah yang disebut profil tanah.
Dalam pembeuatan profil tanah di lapangan, terdapat tiga syarat yang harus

diperhatikan yaitu : Vertikal, baru dan tidak terkena sinar matahari secara
langsung.

Profil tanah yang sempurna berturut-turut dari atas ke bawah

memiliki horizon O, A, B, dan C. Pembentukan horison tanah meliputi
Sugiharyanto, dkk (2014: 34 - 37) :
A. Horizon Organik
Horizon organik adalah lapisan tanah yang sebagian besar terdiri dari
bahan organik, baik masih segar maupun sudah membusuk, terbentuk
paling atas di atas horizon mineral.
B. Horizon Mineral
Horizon mineral adalah lapisan tanah yang sebagian besar mengandung
mineral, terbentuk pada horizon A dan B, di atas sedikit horizon C. Horizon
ini memiliki ciri sebagai berikut :
a. Akumulasi basa, lempung besi, alumunium, dan bahan organik.
b. Terdapat residu lempung karena larutnya karbonat dan garam-garam.
c. Hasil perubahan (alterasi) dari bahan asalnya.
d. Berwarna kelam.
e. Teksturnya berat dan strukturnya lebih rapat.

C. Regolith

138

Regolith adalah lapisan batuan yang cukup besar yang terbentuk oleh
pelapukan batuan induk, sementasi, gleisasi, sedimentasi, dan sebagainya.
D. Lapisan O1
Lapisan O1 adalah lapisan tanah yang mayoritas berwarna kehitaman
sesuai dengan vegetasi penutup (pengaruh dari humus). Sering pula dengan
bahan asal, misalnya tulang daun, batang, sisa rubuh hewan. Lapisan ini
dinamakan juga lapisan mulsa.
E. Lapisan O2
Lapisan O2 adalah lapisan tanah sisa organisme yang terurai melalui
pelapukan sehingga tidak seutuhnya menampakan lagi bahan asalnya.
F.

Lapisan ini disebut juga lapisan humus
Lapisan A1
Lapisan A1 adalah lapisan tanah yang strukturnya lemah, warna bagian atas
masih tersamar-samar dipengaruhi kandungan lapisan organis dan


kandungan mineral masih campur dengan bahan organis.
G. Lapisan A2
Lapisan A2 adalah lapisan tanah yang sudah ditemukan mineral silika tanah
(kuarsa SiO2). Tanah agak gumpal, warna cerah (kepucatan) karena
mineral terlarut ke bawah, tekstur kasar, struktur lebih longgar. Lapisan ini
disebut horizon eluviasi artinya banyak mengalami pencucian (pada musim
hujan air yang meresap kedalam tanah melarutkan mineral).
H. Lapisan B1
Lapisan B1 adalah horizon peralihan dimana mineral-mineral bahan induk
I.

masih nampak dan pencucian masih kecil.
Lapisan B2
Lapisan B2 adalah horizon yang paling maksimal, karena terjadi akumulasi
Fe+Mg+Al. Tekstur halus (berat), struktur gumpal (paling padat), dan

J.

warna coklat-merah.

Lapisan B3
Lapisan B3 adalah horizon peralihan dari B ke C atau R. Butir-butir
mineral dari batuan induk masih nampak (percampuran antara B dengan
C).
139

K. Lapisan C
Lapisan C adalah horizon mineral bukan dalam bentuk batuan tetapi
tersusun bahan-bahan tersendiri dan relatif tidak terpengaruh oleh proses
perkembangan tanah.
L. Lapisan R
Lapisan R adalah lapisan yang belum terurai masih dalam bentuk batuan
induk (asli) yang disebut juga parent rock atau bedrock.
M. Top soil
Top soil adalah lapisan tanah paling atas yang subur dan banyak
mengandung bahan organik.
N. Sub soil
Sub soil adalah lapisan tanah di bawah lapisan organis dan memiliki profil
yang masih jelas dan yang belum berkembang.
O. Solum tanah

Solum tanah adalah tubuh tanah yang mengalami perkembangan secara
genetis. Tubuh tanah meliputi lapisan organis sampai di atas lapisan C.
Tektur tanah dalam Sartohadi (2013:49) adalah sifat fisik tanah yang
merupakan gambaran deskriptif komposisi ukuran butir partikel-partikel
penyusun tanah yang digolongkan ke dalam tiga ukuran utama. Ukuran partikel
tanah yang kasar adalah pasir, dengan diameter antara 2-0,05 mm. Ukuran
partikel tanah yang halus adalah lempung, dengan diameter lebih kecil 0,002
mm. Partikel tanah dengan ukuran di antara pasir dan lempung disebut sebagai
debu.
Di lapangan tekstur tanah dapat ditetapkan berdasarkan kepekaan indra
perasa (kulit jari jempol dan telunjuk) yang membutuhkan pengalaman dan
kemahiran, makin peka indra perasa ini,

hasil penetapannya akan makin

mendekati kebenaran atau maki identik dengan hasil penetapan di laboratorium.
Cara ini dalam Hanafiah (2005:64) disebut metode rasa. Struktur tanah dalam
Sartohadi (2013:52) adalah bagian dari sifat fisik tanah yang membahas
sekolompok partikel tanah yang mengalami koogulasi karena adanya koloid
lempung dan organik. Konsistensi tanah dalam Sartohadi (2013:54) adalah sifat


140

fisika tanah yang menggambarkan kuat lemahnya gaya kohesi dan adhesi
antarpartikel penyusun tanah.
Perkembangan tanah adalah proses pembentukan tanah lanjut setelah
terbentuknya horison C. Karena proses perkembangan tanah yang terus
berjalan, maka bahan induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda,
tanah dewasa, dan tanah tua. Menurut Hardjowigeno (1993) dalam Anonim
(2011), ciri dari tingkat perkembangan tanah adalah sebagai berikut :
a. Tanah muda (perkembangan awal). Terjadi proses pembentukan tanah
terutama proses pelapukan bahan organik dan bahan mineral, pencampuran
bahan organik dan bahan mineral di permukaan tanah dan pembentukan
struktur tanah karena pengaruh dari bahan organik tersebut (sebagai
b.

perekat). Hasilnya adalah pembentukan horison A dan horison C.
Tanah dewasa (perkembangan sedang). Dimana pada proses lebih lanjut
terbentuk horison B akibat penimbunan liat (iluviasi) dari lapisan atas ke
lapisan bawah, atau terbentuknya struktur pada lapisan bawah, atau

perubahan warna (Bw) yang menjadi lebih cerah dari pada horison C di
bawahnya. Pada tingkat ini tanah mempunyai kemampuan berproduksi
tinggi karena unsur hara dalam tanah cukup tersedia sebagai hasil dari

c.

pelapukan mineral, sedangkan pencucian hara lebih lanjut.
Tanah tua (perkembangan lanjut), dengan meningkatnya unsur hara maka
proses pembentukan profil tanah berjalan lebih lanjut sehingga terjadi
perubahan yang nyata pada horison A dan horison B. Tanah menjadi sangat
masam, sangat lapuk, dan kandungan bahan organik lebih rendah daripada
tanah dewasa.

IV.

ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :
a. Data kondisi tanah yang meliputi tekstur, struktur, dan konsistensi tanah
b.
c.


V.

untuk dianalisis
Kalkulator untuk menghitung jumlah konversi dan indeks profil tanah
Alat tulis untuk mencatat

LANGKAH KERJA
141

Dalam praktikum pada kesempatan kali ini, langkah kerja yang digunakan
adalah antara lain sebagai berikut :
a. Menyediakan data beberapa profil tanah yang digunakan sebagai sampel.
b. Mengkonversikan tekstur, struktur, dan konsistensi yang telah diketahui ke
dalam nilai konversi.
Tabel 1.1 Nilai Konversi Tekstur Tanah.
Tekstur Tanah









Konversi

Pasir
Pasir bergeluh
Geluh berpasir
Geluh lempung berpasir
Geluh berdebu
Geluh lempung berdebu
Geluh berlempung

1
2
3
4


Tabel 1.2 Nilai Konversi Struktur Tanah.
Struktur Tanah
Butir tunggal
Remah
Massif
Gumpal

Perkembangan
Tidak ada
Lemah
Sedang
Kuat

Konversi
1
2
3
4

Tabel 1.3 Nilai Konversi Konsistensi Tanah.
Konsistensi
Basah
Tidak lekat
Agak lekat
Lekat
Sangat lekat

Perkembangan
Lembab
Lepas
Gembur
Agak teguh
Sangat teguh

Konversi
1
2
3
4

c.

Menjumlahkan semua skor yang diperoleh dari hasil konversi dan

d.

dikaitkan dengan tebal masing-masing horison.
Menjumlahkan hasil yang diperoleh pada langkah sebelumnya dan dibagi

e.

tebal profil tanah.
Membuat kelas interval yang menunjukan tingkat perkembangan tanah.

142

VI.

HASIL PRAKTIKUM
Tabel 2.1 Data sampel tingkat perkembangan tanah dengan indeks profil tanah.
Nama

Tebal

Tebal

Tekstur

Struktur

Konsistensi

Sampel

Horison A

Horison B

Tanah

Tanah

Tanah
Basah,


SD
Siluk,

70 cm

25 cm

Imogiri
Tanjakan
Jalan

30 cm

lempung
berdebu

Remah

Gumpal



Geluh
80 cm

20 cm

lempung
berpasir

Oyo
58 cm

42 cm

FIS
UNY



Basah,



lekat
Lembab,



gembur
Basah,



lekat
Lembab,

membulat

sangat
teguh

143

bersudut

HA : Butir

Pasir
HB :

tunggal
HB :

Pasir

Remah

Basah,
agak

Gumpal

HA :

bergeluh

lekat
Lembab,
teguh



Sebelah

Kampus

membulat

Geluh

an I

Sungai

berdebu

berpasir

Desa

Utara

Gumpal

Geluh

15 cm

Siluk

Nawung

Geluh

lekat


Lembab,

teguh
HA :


Basah,
tidak
lekat



Lembab,

lepas
HB :


Basah,
lekat



Lembab,
gembur

Tabel 2.2 Hasil perhitungan konversi dan tingkat perkembangan indeks profil.
Nama Sampel
SD Siluk, Imogiri
Tanjakan Jalan
Siluk
Desa Nawungan I
Sebelah Utara
Sungai Oyo
Kampus FIS UNY

Konversi

Konversi

Horison A
13

Horison B
-

9

-

9

14

-

14

11

-

11

4

8

5,68

Indeks Profil
13

Skor tertinggi−Skor terendah
3
14−5,68
Kelas Interval=
3
Kelas Interval=2,7 7
Kelas Interval=

Tabel 2.3 Pembagian perkembangan tanah.
Tingkat Perkembangan

Indeks Warna

Tanah
Belum berkembang
Sedang berkembang
Berkembang lanjut

Harden
5,68 – 8,45
8,46 – 11,23
11,24 – 14,01

Tabel 2.4 Pembagian tingkat perkembangan tanah menggunakan indeks profil.

144

Tingkat Perkembangan

Lokasi Profil Tanah

Indeks Profil

SD Siluk, Imogiri
Tanjakan Jalan Siluk
Desa Nawungan I
Sebelah Utara Sungai

13
9
14

Tanah
BL
SB
BL

11

SB

5,68

BB

Oyo
Kampus FIS UNY
VII. PEMBAHASAN PRAKTIKUM
1. SD Siluk, Imogiri
70 cm
Horison A
25 cm
Horison B
Struktur
Konsistensi

Tekstur
: Geluh berdebu
: Gumpal membulat
: Basah -> lekat, lembab -> teguh

Hasil konversi
:
- Geluh berdebu
- Gumpal membulat
- Lekat
- Teguh

3
4
3
3
13

(+)

Indeks Profil
- A = 70 x 13 = 910
- B = 25 x 13 = 325 (+)
1.235 (=) 13
95
Indeks tanah pada SD Siluk, Imogiri memiliki indeks tanah yang
berkembang lanjut. Pada dasar teori di atas, menyatakan bahwa tanah ini
terjadi peningkatan unsur hara pada proses pembentukan profil tanah
berjalan lebih lanjut sehingga terjadi perubahan yang nyata pada horison A
dan horison B. Tanah menjadi sangat masam, sangat lapuk, dan kandungan
bahan organik lebih rendah daripada tanah dewasa. Akumulasi liat atau
seskuioksida di horison B sangat nyata sehingga membentuk horison

145

argilik (Bt). Apabila terjadi penimbunan liat, maka horison E tidak
terbentuk, sedang di horison B tidak terjadi seskuioksida, tetapi pelapukan
akan berjalan terus menerus dan banyaklah terbentuk oksidaoksida besi dan
aluminium. Tanah pada SD Siluk, Imogiri memiliki dua horison yaitu
horison A dan B. Hal ini sesuai dengan proses pembentukan horizon A
permukaan tanahnya memiliki mineral yang berwarna gelap, berstruktur
gembur, bertekstur sedang hingga kasar, konsistensinya lepas hingga agak
teguh, dan memiliki banyak perakaran. Sedangkan horizon B adalah sub
horizon tanah yang terbentuk dari adanya pencucian (elluviasi) koloid liat
dan atau koloid organik pada horizon A sehingga terbentuk horizon Albik,
kemudian ditimbun pada horizon yang ada dibawahnya (illuviasi) atau
horizon B. Dengan demikian Horizon B ialah horizon tanah di bawah
permukaan, bertekstur gumpal atau prismatik atau tiang berwarna lebih
kelam dari horizon lainnya, dan berkonsistensi teguh hingga sangat teguh.
Pada tanah lapisan I dan II dapat dikatakan cukup subur karena pada
lapisan ini memiliki tekstur pasir yang mempunyai rasa licin, membentuk
bola agak teguh dan gulungan, permukaan mengkilat, serta agak melekat.
Struktur tanah pada lapisan tersebut gumpal membulat berciri sumbu
vertikal sama dengan sumbu horizontal dan sisi-sisi membentuk permukaan
bulat. Sedangkan konsistensinya yaitu lekat yang terdapat adhesi tanah
pada ibu jari dan jika dipijit memapar serta teguh bila dipijit agak sukar
hancur.
2. Tanjakan Jalan Siluk
15 cm
Horison A
Tekstur
: Geluh berpasir
Struktur
: Remah
Konsistensi
: Basah -> lekat, lembab -> gembur
Hasil konversi
:
- Geluh berpasir
2
- Remah
2
146

-

Lekat
Gembur

3
2
9

(+)

Indeks Profil
- A = 15 x 9 = 135 (=) 9
15
Indeks tanah pada Tanjakan Jalan Siluk memiliki indeks tanah yang
sedang berkembang. Pada dasar teori di atas, menyatakan bahwa dimana
tanah ini pada proses lebih lanjut terbentuk horison B akibat penimbunan
liat (iluviasi) dari lapisan atas ke lapisan bawah, atau terbentuknya struktur
pada lapisan bawah, atau perubahan warna yang menjadi lebih cerah dari
pada horison C di bawahnya. Pada tingkat ini tanah mempunyai
kemampuan berproduksi tinggi karena unsur hara dalam tanah cukup
tersedia sebagai hasil dari pelapukan mineral, sedangkan pencucian hara
lebih lanjut. Tanah pada Tanjakan Jalan Siluk memiliki satu horison yaitu
horison A. Hal ini sesuai dengan proses pembentukan horizon A permukaan
tanahnya memiliki

mineral yang berwarna gelap, berstruktur gembur,

bertekstur sedang hingga kasar, konsistensinya lepas hingga agak teguh,
dan memiliki banyak perakaran. Pada tanah lapisan I dapat dikatakan
cukup subur karena pada lapisan ini memiliki tekstur geluh berpasir yang
mempunyai rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak keras dan mudah
hancur, serta melekat. Struktur tanah pada lapisan tersebut remah berciri
membulat atau banyak sisi, relatif bukan ped, dan masing-masing butir
struktur bersifat porus. Tipe remah berbentuk butir-butir tanah yang saling
mengikat eperti irisan roti. Sedangkan konsistensinya yaitu lekat yang
terdapat adhesi tanah pada ibu jari dan jika dipijit memapar serta gembur
bila dipijit agak kuat, baru hancur.
3. Desa Nawungan I
30 cm
Horison A
Struktur

Tekstur
: Gumpal membulat
147

: Geluh lempung berdebu

Konsistensi
: Basah -> lekat, lembab -> sangat teguh
Hasil konversi
:
- Geluh lempung berdebu
3
- Gumpal membulat
4
- Lekat
3
Sangat teguh
4
(+)
14
Indeks Profil
- A = 30 x 14 = 420 (=) 14
30
Indeks tanah pada Desa Nawungan I memiliki indeks tanah yang
berkembang lanjut. Pada dasar teori di atas, menyatakan bahwa tanah ini
terjadi peningkatan unsur hara pada proses pembentukan profil tanah
berjalan lebih lanjut sehingga terjadi perubahan yang nyata pada horison A
dan horison B. Tanah menjadi sangat masam, sangat lapuk, dan kandungan
bahan organik lebih rendah daripada tanah dewasa. Akumulasi liat atau
seskuioksida di horison B sangat nyata sehingga membentuk horison
argilik (Bt). Apabila terjadi penimbunan liat, maka horison E tidak
terbentuk, sedang di horison B tidak terjadi seskuioksida, tetapi pelapukan
akan berjalan terus menerus dan banyaklah terbentuk oksidaoksida besi dan
aluminium. Tanah pada Desa Nawungan I memiliki satu horison yaitu
horison A. Hal ini sesuai dengan proses pembentukan horizon A permukaan
tanahnya memiliki

mineral yang berwarna gelap, berstruktur gembur,

bertekstur sedang hingga kasar, konsistensinya lepas hingga agak teguh,
dan memiliki banyak perakaran. Pada tanah lapisan ini dapat dikatakan
cukup subur karena pada lapisan ini memiliki tekstur geluh lempung
berdebu yang mempunyai rasa jelas licin, membentuk bola teguh,
membentuk gulungan, permukaan mengkilat, serta melekat. Struktur tanah
pada lapisan tersebut gumpal membulat berciri sumbu vertikal sama
dengan sumbu horizontal dan sisi-sisi membentuk permukaan bulat.
Sedangkan konsistensinya yaitu lekat yang terdapat adhesi tanah pada ibu

148

jari dan jika dipijit memapar serta sangat teguh bila ditekan yang kuat dan
menyakitkan baru hancur.
4. Sebelah Utara Sungai Oyo
80 cm
Horison A

20 cm

Horison B
Tekstur
: Geluh lempung berpasir
Struktur
: Gumpal bersudut
Konsistensi
: Basah -> agak lekat, lembab -> teguh
Hasil konversi
:
- Geluh lempung berpasir
2
- Gumpal bersudut
4
- Agak lekat
2
Teguh
3
(+)
11
Indeks Profil
- A = 80 x 11 = 880
- B = 20 x 11 = 220 (+)
1.100 (=) 11
100
Indeks tanah pada Sebelah Utara Sungai Oyo memiliki indeks tanah
yang sedang berkembang. Pada dasar teori di atas menyatakan bahwa tanah
tersebut melalui proses lebih lanjut dimana terbentuk horison B akibat
penimbunan liat (iluviasi) dari lapisan atas ke lapisan bawah, atau
terbentuknya struktur pada lapisan bawah, atau perubahan warna (Bw)
yang menjadi lebih cerah dari pada horison C di bawahnya. Pada tingkat ini
tanah mempunyai kemampuan berproduksi tinggi karena unsur hara dalam
tanah cukup tersedia sebagai hasil dari pelapukan mineral, sedangkan
pencucian hara lebih lanjut. Tanah pada Sebelah Utara Sungai Oyo
memiliki dua horison yaitu horison A dan B. Hal ini sesuai dengan proses
pembentukan horizon A permukaan tanahnya memiliki

mineral yang

berwarna gelap, berstruktur gembur, bertekstur sedang hingga kasar,
konsistensinya lepas hingga agak teguh, dan memiliki banyak perakaran.
Sedangkan horizon B adalah sub horizon tanah yang terbentuk dari adanya
149

pencucian (elluviasi) koloid liat dan atau koloid organik pada horizon A
sehingga terbentuk horizon Albik, kemudian ditimbun pada horizon yang
ada dibawahnya (illuviasi) atau horizon B. Dengan demikian Horizon B
ialah horizon tanah di bawah permukaan, bertekstur gumpal atau prismatik
atau tiang berwarna lebih kelam dari horizon lainnya, dan berkonsistensi
teguh hingga sangat teguh. Pada tanah lapisan I dan II dapat dikatakan
cukup subur karena pada lapisan ini memiliki tekstur geluh lempung
berpasir yang mempunyai rasa halus dengan sedikit bagian agak kasar,
membentuk bola agak teguh, membentuk gulungan yang mudah hancur,
serta agak melekat. Struktur tanah pada lapisan tersebut gumpal bersudut
berciri sumbu vertikal sama dengan sumbu horizontal dan sisi-sisi
membentuk sudut tajam. Sedangkan konsistensinya yaitu agak lekat yang
terdapat sedikit adhesi tanah pada jari yang mudah dilepas lagi serta teguh
bila dipijit agak sukar hancur.
5. Kampus FIS UNY
58 cm
Horison A
42 cm
Horison B
Tekstur
Struktur
Konsistensi
Hasil konversi
- Pasir
- Butir tunggal
- Tidak lekat
Lepas
Horison B
Tekstur
Struktur
Konsistensi
Hasil konversi
- Pasir bergeluh

Horison A
: Pasir
: Butir tunggal
: Basah -> tidak lekat, lembab -> lepas
:
1
1
1
1
(+)
4
: Pasir bergeluh
: Remah
: Basah -> Lekat, lembab -> Gembur
:
1
150

-

Remah
Lekat

2
3

-

Gembur

2
8

(+)

Indeks Profil
- A = 58 x 4 = 232
- B = 42 x 8 = 336 (+)
568 (=) 5,68
100
Indeks tanah pada Kampus FIS UNY memiliki indeks tanah yang
belum berkembang. Pada dasar teori di atas, menyatakan bahwa tanah
tersebut terjadi melalui proses pembentukan tanah terutama proses
pelapukan bahan organik dan bahan mineral. Pencampuran bahan organik
dan bahan mineral di permukaan tanah dan pembentukan struktur tanah
karena pengaruh dari bahan organik tersebut (sebagai perekat). Hasilnya
adalah pembentukan horison A dan horison C. Tanah pada Kampus FIS
UNY memiliki dua horison yaitu horison A dan B. Hal ini sesuai dengan
proses pembentukan horizon A permukaan tanahnya memiliki mineral
yang berwarna gelap, berstruktur gembur, bertekstur sedang hingga kasar,
konsistensinya lepas hingga agak teguh, dan memiliki banyak perakaran.
Sedangkan horizon B adalah sub horizon tanah yang terbentuk dari adanya
pencucian (elluviasi) koloid liat dan atau koloid organik pada horizon A
sehingga terbentuk horizon Albik, kemudian ditimbun pada horizon yang
ada dibawahnya (illuviasi) atau horizon B. Dengan demikian Horizon B
ialah horizon tanah di bawah permukaan, bertekstur gumpal atau prismatik
atau tiang berwarna lebih kelam dari horizon lainnya, dan berkonsistensi
teguh hingga sangat teguh. Pada tanah lapisan I dan II dapat dikatakan
cukup subur karena pada lapisan I memiliki tekstur pasir memiliki tekstur
pasir yang memiliki rasa kasar jelas, tidak membentuk bola dan gulungan,
serta tidak melekat. Struktur tanah pada lapisan I berbutir tunggal yaitu tipe
struktur yang khas pada tanah bertekstur pasir. Rendahnya kadar lempung
151

dan organik di dalam tanah bertekstur pasir menyebabkan tidak adanya
gaya ikat antarpartikel pair sehingga tidak membentuk agrerat tanah.
Sedangkan konsistensinya yaitu tidak lekat dan lepas atau tidak ada ikatan
butir-butir tanah. Sedangkan lapisan II memiliki tekstur pasir bergeluh
mempunyai rasa kasar sangat jelas, membentuk bola yang mudah sekali
hancur, serta sedikit sekali melekat. Struktur pada lapisan ini remah berciri
membulat atau banyak sisi, relatif bukan ped, dan masing-masing butir
struktur bersifat porus. Tipe remah berbentuk butir-butir tanah yang saling
mengikat eperti irisan roti. Tanah memiliki konsistensi lekat yang
menandakan adanya adhesi tanah pada ibu jari dan jika dipijit memapar
dan gembur bila dipijit agak kuat, baru hancur.

VIII. KESIMPULAN
1. Tanah pada SD Siluk, Imogiri dan Desa Nawungan I memiliki tingkat
2.

perkembangan berkembang lanjut.
Tanah pada Tanjakan Jalan Siluk dan Sebelah Utara Sungai Oyo memiliki

3.

tingkat perkembangan yang sedang berkembang.
Tanah pada Kampus FIS UNY memiliki tingkat perkembangan yang belum

4.

berkembang.
Kelima sampel tanah tersebut dapat dikatakan cukup subur karena rata-rata
strukturnya bergumpal, teksturnya bergeluh, dan konsistensinya mendekati
lekat.

152

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Tingkat Perkembangan Tanah. Universitas Sumatera Utara. Diakses
pada tanggal 10 April 2016 di www.repository.usu.ac.id
Sartohadi, Junun, dkk. 2013. Pengantar Geografi Tanah. Cetakan kedua. Yogyakarta
: Pustaka Pelajar.
Sugiharyanto, dkk. 2014. Diktat Mata Kuliah Geografi Tanah (PGF-207).
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

153

154