Teknologi Pendidikan kejuruan bekerjasama dengan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Teknologi pendidikan muncul menjadi isu seiring dengan perkembangan
kehidupan manusia dan kebutuhan akan pendidikan dan pembelajaran. Awalnya
Teknologi Pendidikan dianggap sebagai bidang garapan yang terlibat dalam
penyiapan fasilitas belajar (manusia) melalui penelusuran , pengembangan,
organisasi, dan pemanfaatan sistematis seluruh sumber-sumber belajar; dan
melalui pengelolaan seluruh proses ini (AECT 1972).
Dan pada akhirnya diartikan sebagai studi dan praktek etis dalam
memfasilitasi proses pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan
mencipatakan, menggunakan, dan mengatur proses teknologi dan sumber daya
yang cocok (AECT, 2004).
Teknologi merupakan bagian integral dalam setiap budaya. Makin maju
suatu budaya, makin banyak dan makin canggih teknologi yang digunakan.
Meskipun demikian masih banyak di antara kita yang tidak menyadari akan hal
itu. Sebenarnya 25 tahun yang lalu Menteri Pendidikan Daoed Joesoef telah

menyatakan bahwa Teknologi diterapkan di semua bidang kehidupan, di antaranya
bidang pendidikan. Teknologi pendidikan ini karenanya beroperasi dalam seluruh
bidang pendidikan secara integratif, yaitu secara rasional berkembang dan terjalin
dalam berbagai bidang penididikan”.
1.2

RUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah dalam Makalah ini anatara lain :
1).
Apa Pengertian Teknologi Pendidikan ?
2).
Bagaimana Landasan Teknologi Pendidikan ?
3).
Apa itu Falsafah Teknologi Pendidikan ?
4).
Bagaimana Visi, Misi, dan Tujuan Teknologi Pendidikan ?
5).
Apa itu Konsep Teknologi Pendidikan ?
6).
Bagaimana Kawasan Teknologi Pendidikan ?


1.3

TUJUAN
Tujuan Makalah ini disusun untuk :
1).
Untuk mengetahui tentang Pengertian Teknologi Pendidikan
2).
Untuk mengetahui tentang Landasan Teknologi Pendidikan
3).
Untuk mengetahui tentang Falsafah Teknologi Pendidikan
4).
Untuk mengetahui tentang Visi, Misi, dan Tujuan Teknologi
Pendidikan
5).
Untuk mengetahui tentang Konsep Teknologi Pendidikan
6).
Untuk mengetahui tentang Kawasan Teknologi Pendidikan

1 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”

Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

MENGENAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2.1.1

Pengertian Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan merupakan proses yang kompleks dan
terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi
untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan,
mengeva-luasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut
semua aspek belajar manusia. Teknologi pendidikan dapat dipandang dari
berbagai sisi. Cara pandang tersebut melandasi langkah gerak teknologi

pendidikan dalam dunia pendidikan. Teknologi pendidikan dapat
dipandang sebagai suatu disiplin ilmu, bidang garapan, dan profesi.
Masing-masing sudut pandang memiliki syarat-syarat tersendiri dan
teknologi pendidikan sudah memenuhi seluruh persyaratan ditinjau dari
ketiga visi tadi.
Peningkatan teknologi pendidikan sebagai ilmu dan profesi
ditentukan oleh kawasan dan bidang garapan. Bidang garapan
mengembangkan, menerapkan, membuktikan dan memperbaiki teori
berdasarkan masukan dari lapangan.
Teknologi pendidikan dalam arti sempit dapat merupakan media
pendidikan yaitu hasil teknologi sebagai alat bantu dalam pendidikan agar
berhasil guna, efisien dan efektif. Teknologi dalam arti luas menurut
Association for Educational Communication and Technology (AECT)
adalah proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah,
mencari jalan pemecahan, melaksanakan evaluasi dan mengelola
pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.
Dari pengertian Teknologi Pembelajaran tersebut dapat dipahami
bahwa ruang lingkupnya sangat luas, mencakup semua faktor yang terkait
dan terlibat dalam proses pendidikan.

(Sumber Pengertian Teknologi Pendidikan : Siyamta,MT. – Teknologi
Pendidikan Sebagai Bidang Garap Menurut AECT 1994 –
“PENDAHULUAN” | ITB)

2.1.2

Landasan Teknologi Pendidikan
2.1.2.1 Landasan filosofis teknologi pendidikan
Landasan falsafah penelitian teknologi pendidikan
terdiri atas 3 komponen seperti yang diungkapkan oleh

2 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

Suriasumantri dalam Miarso. Ada 3 jenis komponen dalam
teknologi pendidikan yaitu ontology (merupakan bidang
kajian ilmu itu apa, jika teknologi pendidikan sebagai ilmu
maka bidang kajiannya apa), epistemology (pendekatan

yang digunakan dalam suatu ilmu itu bagaimana), dan
aksiology (menelaah tentang nilai guna baik secara umum
maupun secara khusus, baik secara kasat mata atau secara
abstrak). Kurikulum teknologi berorientasi ke masa depan
yang memandang teknologi sebagai dunia yang dapat
diamati serta diukur secara pasti. Oleh karena itu dalam
pendidikan lebih mengutamakan penampilan perilaku
lahirnya atau eksternal dengan penerapan praktis hasil
penemuan-penemuan ilmiah yang secara kharakteristik
menuju ke arah komputerisasi program pengajaran yang
ideal sesuai dengan prinsip-prinsip Gybeructis. Dalam
proses belajar mengajar, model teknologi pendidikan lebih
menitik beratkan kemampuan siswa secara individual
dimana materi pelajaran sesuai ketingkatan kesiapan
sehingga siswa mampu menunjukan perilaku tertentu yang
diharapkan. Manfaat yang sangat besar dari model
kerikulum teknologi ini adalah materi pelajaran dapat
disajikan kepada siswa dalam berbagai bentuk multimedia,
para siswa menerima pelajaran seperti pada model
pendidikan klasikal, tetapi para siswa lebih yakin dalam

menangkap pelajarannya karena penyajian pelajaran lebih
hidup, lebih realitis serta lebih impresif.
2.1.2.2 Landasan psikologi teknologi pendidikan
Dalam pandangan modern, belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan.
Seseorang dianggap melakukan kegiatan belajar setelah ia
memperoleh hasil yakni terjadinya perubahan tingkah laku
misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Pola tingkah laku
tersebut meliputi aspek rohani dan jasmani. Menyangkut
perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan dan
menyangkut sikap nilai. Siswa yang belajar dipandang
sebagai organisme yang hidup sebagai satu keseluruhan
yang bulat. Ia bersifat aktif dan senantiasa mengadakan
interaksi dengan lingkungannya, memerima, menolak,
mencari sendiri dapat pula mengubah lingkungannya.
Pembelajaran pada hakekatnya mempersiapkan peserta
didik untuk dapat menampilkan tingkah laku hasil belajar
dalam kondisi yang nyata, atau untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupannya. Untuk itu,
pengembang program pembelajaran selalu menggunakan

teknik analisis kebutuhan belajar untuk memperoleh
3 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

informasi mengenai kemampuan yang diperlukan peserta
didik. Bahkan setelah peserta didik menyelesaikan kegiatan
belajar selalu dilakukan analisis umpan balik untuk melihat
kesesuaian hasil belajar dengan kebutuhan belajar. Menurut
Lumsdaine (dalam Miarso 2009), ilmu perilaku merupakan
ilmu yang utama dalam perkembangan teknologi
pendidikan terutama ilmu tentang psikologi belajar,
sedangkan menurut Deterline (dalam miarso 2009)
berpendapat bahwa teknologi pembelajaran merupakan
pengembangan ataupun aplikasi dari teknologi perilaku
yang digunakan untuk menghasilkan suatu perubahan
perilaku tertentu dari pebelajar secara sitematis guna
pencapaian ketuntasan hasil belajar itu sendiri. Sedangkan
Harless (1968) menyebutnya dengan ―front-end analysis‖,

sedangkan Mager dan Pape (1970) menyebutnya
―performance problem analysis‖. Dan Romizwoski (1986)
mengistilahkan kegitan tersebut sebagai ―performance
technology‖. Belajar berkaitan dengan perkembangan
psikologis peserta didik, pengalaman yang perlu diperoleh,
kemampuan yang harus dipelajari, cara atau teknik belajar,
lingkungan yang perlu menciptakan kondisi yang kondusif,
sarana dan fasilitas yang mendukung, dan berbagai faktor
eksternal lainnya. Untuk itu, Malcolm Warren (1978)
mengungkapkan bahwa diperlukan teknologi untuk
mengelola secara efektif pengorganisasian berbagai sumber
manusiawi. Romizowski (1986) menyebutnya dengan
―Human resources management technology‖. Penanganan
berbagai pihak yang diperlukan dan memiliki perhatian
terhadap
pengembangan
program
belajar
dan
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran memerlukan satu

teknik tertentu yang dapat mengkoordinir dan
mengakomodasikannya sesuai dengan potensi dan keahlian
masing-masing.
2.1.2.3 Landasan sosiologis teknologi pendidikan
Peranan teknologi dalam belajar yang dirancang
sebagai tujuan pengajaran yang lebih efektif dan ekonomis
merupakan peranan komunikasi yang sangat penting sebab
hakikat teknologi pengajaran adalah upaya mempengaruhi
siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan. Oleh sebab
itu landasan sosial teknologi pengajaran ada pada
komunikasi insani.
Seorang ahli komunikasi dari Amerika Wilbur
schramm menjabarkan pengertian ilmu komunikasi itu
kedalam 3 kategori pokok dengan berbagai istilah yaitu :
4 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

Encoder yaitu komunikasi, guru mempunyai informasi

tertentu dan benar, kecepatan yang optimal dan sampai
pada penerima informasi yaitu para siswa. Signal yaitu
pesan, berita pernyataan yang ditujukan kepada dan
diterima oleh seseorang atau kelompok orang penerima
pesan itu yang dilukiskan dalam bentuk gerak tangan,
mimic, wajah, gambaran, foto, grafik, peta, diagram dll.
Decodes yaitu komunikasi yang dalam konteks pendidikan
adalah siswa yang menerima pesan tertentu, mampu
memahami isi pesan yang diterimanya.
2.1.2.3 Landasan religius teknologi pendidikan
Dalam proses pembelajaran yang mengacu pada
landasan keagamaan, seorang guru diharapkan bisa
mengubah moral peserta didiknya, agar dalam
pembelajaran nantinya bisa berjalan sesuai yang
diharapkan. Maka disini seorang guru, ketika ada seorang
peserta didiknya yang tidak memahami apa yang
disampaikan, guru dapat menggunakan teknik atau cara
pembelajaran lain dengan tanpa mempersulit caranya
tersebut agar pemahaman peserta didiknya tidak
menyimpang, yang nantinya dapat mempengaruhi moral
peserta didiknya. Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam
Al-qur‘an.
Dari penjelasan tersebut sudahlah jelas bahwa
dalam proses pembelajaran, agama sendiri tidak
mempersulit tentang cara yang akan dipakai oleh seorang
guru dalam penyampaian pelajarannya.
Selain itu, pesan yang disampaikan lewat interaksi
antara guru dan peserta didiknya harus bisa mengimbangi
keadaan peserta didiknya, sehingga bisa diterima
materinya. Dengan kata lain guru harus bisa mengajarkan
materinya sesuai dengan ukuran akal peserta didiknya
sehingga mampu diserap dan diamalkan apa yang
disampaikannya.
2.1.3

Peran dan Ruang Lingkup Teknologi Pendidikan
2.1.3.1 Peran Teknologi
Teknologi pendidikan sangat bermanfaat bagi
manusia dalam pendidikan. Dalam teknologi pendidikan
akan melibatkan prosedur, ide, peralatan dan organisme
untuk menganalisis masalah pendidikan mencari problem
solving, melaksanakan evaluasi dan mengelola pemecahan

5 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

masalah yang menyangkut semua aspek pembelajaran
dalam pendidikan.
Teknologi secara umum mempunyai kegunaankegunaan sebagai berikut :




Memperjelas penyajian pesan agar tidak
terlalu bersifat verbalis (tertulis dan lisan).
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan
daya indera.
Dengan menggunakan media pendidikan
secara tepat dan variasi dapat diatasi sikap
pasif peserta didik kurikulum dan materi
pendidikan.

2.1.3.2 Ruang Lingkup Teknologi
Dalam konteks pendidikan yang lebih umum,
teknologi
pendidikan
merupakan
pengembangan,
penerapan dan penilaian sistem teknik dan alat bantu untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar manusia,
dengan demikian aspek-aspeknya meliputi pertimbangan
teoritik yang merupakan hasil penilaian, perangkat dan
peralatan teknis atau hardware dan perangkat lunak
software. Aspek-aspek tersebut difungsikan untuk
mendesign, melaksanakan penilaian pendidikan dengan
pendekatan yang sistematis. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa ruang lingkup teknologi pendidikan sangat
luas yaitu mencakup semua faktor yang terkait dan terlibat
dalam proses pendidikan, faktor-faktor itu adalah orang,
prosedur, gagasan, peralatan dan organisasi.
2.1.4

Aplikasi Teknologi Pendidikan

Hasil penelitian secara nyata membuktikan bahwa penggunaan alat
bantu sangat membantu aktivitas proses belajar mengajar di kelas,
terutama peningkatan prestasi belajar siswa atau mahasiswa. Keterbatasan
media teknologi pendidikan disatu pihak dan lemahnya kemampuan dosen
atau guru menciptakan media tersebut di sisi lain membuat penerapan
metode ceramah makin menjamur. Kondisi ini jauh dari menguntungkan.
Terbatasnya alat-alat teknologi pendidikan yang dipakai di kelas diduga
merupakan salah satu sebab lemahnya mutu studi pelajar atau masyarakat
pada umumnya. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, teknologi komunikasi mengalami kemajuan yang sangat pesat
dan untuk selanjutnya berpengaruh terhadap pola komunikasi
dimasyarakat. Dibuatnya instrumen teknologi komunikasi seperti satelit,
TV, radio, video-tapedan komputer memberi arti tersendiri bagi proses
komunikasi antar manusia. Seperti halnya teknologi pada umumnya,
6 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

teknologi komunikasi tidak mengenal batas-batas wilayah, ideologi,
agama, dan suku bangsa, teknologi telah mengurangi secara drastis jarak
dalam waktu dan ruang.
Aplikasi teknologi pendidikan sangat relevan bagi pengelolaan
pendidikan pada umumnya dan kegiatan belajar mengajar pada khususnya.
Aplikasi yang dimaksud yaitu:
 Teknologi pendidikan memungkinkan adanya perubahan
kurikulum baik strategi, pengembangan maupun
aplikasinya. Teknologi pendidikan mempunyai fungsi luas,
tidak hanya terbatas pada kebutuhan kegiatan belajar
mengajar di kelas melainkan dapat berfungsi sebagai
masukan bagi pembinaan dan pengembangan kurikulum
yang dikaji secara ilmiah, logis, sistematis dan rasional
sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Teknologi pendidikan menghilangkan kalaupun tidak secara
keseluruhan pola pengajaran tradisional. Ia berperan penuh
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, meskipun
sebenarnya dia tidak dapat menggantikan posisi guru secara
mutlak. Guru mempunyai kemampuan yang terbatas dan
dengan teknologi pendidikan pulalah keterbatasan itu
tertolong.
 Teknologi pendidikan membuat pengertian kegiatan belajar
menjadi luas, lebih dari hanya sekedar interaksi guru
dengan murid di dalam ruang dan waktu yang sangat
terbatas. Teknologi pendidikan dapat dianggap sebagai
sumber belajar dan biasanya memberikan rangsangan
positif dalam proses pendidikan.
 Aplikasi teknologi pendidikan dapat membuat peranan guru
berkurang, meskipun teknologi pendidikan tidak mampu
menggantikan guru secara penuh. Teknologi pendidikan
adalah teknologi pendidikan dan guru adalah guru.
 Meskipun demikian bagi guru dan murid, teknologi
pendidikan memberikan sumbangan yang sangat positif.
2.1.5

Analisis Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan merupakan suatu cara mengajar dengan
menggunakan skill atau keahlian yang dimiliki oleh seorang guru agar
dalam proses pembelajaran bisa diterima oleh para peserta didiknya
sehingga bisa mencapai pada tujuan pendidikan itu sendiri. Jadi
sebenarnya teknologi pendidikan itu tidak seperti halnya yang kita ketahui
tentang teknologi pada umumnya yang ada kaitannya dengan masalahmasalah permesinan atau yang lainnya, tetapi dalam masalah teknologi
pendidikan itu bisa dikaitkan dengan sebuah cara atau strategi yang
dimiliki seorang guru dalam proses pembelajaran baik itu menggunakan
7 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

media yang ada dalam kelas atau ataupun cara lain agar dalam
pembelajaran menjadi mudah diserap oleh para peserta didiknya..
(Sumber Landasan, Ruang lingkup, Aplikasi, & Analisis Teknologi
Pendidikan : Kelompok 3 FIP – Pengantar Teknologi Pendidikan –
“PENGERTIAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN” | UNP)

2.2

FALSAFAH TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Yang dimaksud dengan istilah “falsafah” disini adalah rangkaian
pernyataan yang didasarkan pada keyakinan, konsepsi, dan sikap seseorang, yang
menunjukkan arah atau tujuan diambilnya. Rumusan ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan Ely, dimana seseorang memberikan arti atas suatu gejala seobjektif
mungkin. Usaha memberikan arti itu dalam tulisan ini didasarkan oleh
pengalaman empirik atas sejumlah data yang diamati, merupakan generalisasi dari
berbagai gagasan yang berkaitan dengan rujukan tertentu.
Januszewski (2008:1) menyatakan bahwa: Educational technology is the
study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by
creating, using, and managing appropriate technological processes and resources.
(Teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi
pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan
pengaturan proses dan sumber daya teknologi). Sementara itu, Miarso (2009:240)
menyatakan ―Teknologi Pendidikan dapat diartikan suatu bidang yang
berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia, melalui usaha
sistematik dalam identifikasi, pengembangan, pengorganisasian, dan pemanfaatan
berbagai sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses
tersebut.
Berdasarkan pendapat diatas dapat kita simpulkan Teknologi Pendidikan
adalah studi dan etika prektek yang melibatkan orang, gagasan, prosedur,
peralatan dan organisasi untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan
kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya
teknologi dalam rangka untuk memecahkan masalah belajar manusia.
Semua bentuk teknologi adalah system yang diciptakan oleh manusia
untuk sesuatu tujuan tertentu, yang pada intinya adalah mempermudah manusia
dalam memperingan usahanya, meningkatkan hasilnya, dan menghemat tenaga
serta sumber daya yang ada. Teknologi itu pada hakikatnya adalah bebas nilai,
namun penggunaannya akan sarat dengan aturan nilai dan estetika. Teknologi
merupakan suatu bidang yang tak terpisahkan dengan ilmu pengetahuan, seperti
misalnya teknologi pertanian, teknologi kesehatan, teknologi komunikasi, dan
tentunya juga teknologi pendidikan.
Setiap teknologi, tak terkecuali teknologi pendidikan, merupakan proses
untuk menghasilkan nilai tambah, sebagai produk atau piranti untuk dapat
8 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

digunakan dalam aneka keperluan, dan sebagai sistem yang terdiri atas berbagai
komponen yang saling berkaitan untuk suatu tujuan tertentu.
Berbicara tentang landasan falsafah teknologi pendidikan, maka kita tidak
bisa lepas dari filsafat pendidikan karena teknologi pendidikdn merupakan bagian
dari teknologi pendidikan. Adapun filsafat yang dikembangkan akhir-akhir ini,
dipengaruhi oleh filsafat analitik sehingga disiplin ilmu pendidikan dalam konteks
dasar-dasar pendidikan (foundations of educations) dihubungkan dengan bagianbagian lain dalam disiplin ilmu pendidikan,yaitu sejarah pendidikan, psikologi
pendidikan, dan sosiologi.
Ada beberapa aliran filsafat yang begitu mempengaruhi filsafat pendidikan
sampai saat ini, yakni:
 Filsafat analitik, menganalisis serta menguraikan istilsh-istilah dan
konsep-konsep pendidikan seperti pembelajaran (learning),
kemampuan (ability), pendidikan (education), dan sebagainya.
 Progresivisme,berpendapat bahwa pendidikan bukan sekedar
mentransfer pengetahuan kepada anak didik, melainkan melatih
kemampuan dan ketrampilan berpikir dengan memberikan
rangsangan yang tepat.
 Eksistensialisme, menyatakan bahwa yang menjadi tujuan utama
pendidikan bukan agar anak didik dibantu mempelajari bagaimana
menanggulangi masalah-masalah eksistensial mereka, melainkan
agar dapat mengalami secara penuh eksistensi mereka.
 Rekonstruksionisme, terutama merupakan reformasi sosial yang
menghendaki renaisans sivilasi modern. Para pendidik
rekonstruksionisme melihat bahwa pendidikan dan reformasi sosial
sesungguhnya sama.
Semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa implikasi
meluasnya cakrawala manusia dalam berbagai bidang pengetahuan sehingga
setiapgenerasi penerus harus belajar lebih banyak untuk menjadi manusia terdidik
sesuai dengan perkembangan zaman. Untuk itu dirasakan perlunya sistem baru
dalam mengkomunikasikan segala macam pengetahuan dan pesan, baik secara
verbal maupun non verbal.
(Sumber Falsafah Teknologi Pendidikan : Kelompok 3 FIP – Pengantar
Teknologi Pendidikan – “FALSAFAH TP VISI, MISI, & TUJUAN TP” | UNP)

2.3

VISI, MISI, dan TUJUAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2.3.1

Visi Teknologi Pendidikan

Terwujudnya berbagai pola pendidikan dan pembelajaran dengan
dikembangkan dan dimanfaatkannya aneka proses dan sumber belajar
9 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Sebagai pusat pengembangan iptek
pendidikan dan pusat penyiapan teknolog pendidikan/pembelajaran serta
pendidik dan tenaga kependidikan yang menguasai teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) dan multimedia.
2.3.2

Misi Teknologi Pendidikan
 Dilakukannya pendekatan integratif dengan semua kegiatan
pembangunan dibidang pendidikan dan pengembangan sumber
daya manusia.
 Tersedianya tenaga ahli untuk mengelola dan melaksanakan
kegiatan.
 Diusahakannya pertambahan nilai sosial ekonomi.
 Dihindari adanya gejolak negatif.
 Dikembangkannya pola dan sistem yang memungkinkan
keterlibatan jumlah sasaran maksimal,perluasan pelayanan,dan
desentalisasi kegiatan.
 Dihasilkannya inovasi sistem pembelajaran yang efektif.
 Menyelenggarakan pendidikan tinggi untuk menghasilkan
teknolog pendidikan/pembelajaran, pendidik,dan tenaga
kependidikan yang mengusai TIK dan multimedia, unggul dan
memiliki daya saing yang tinggi.
 Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan dalam bidang
teknologi pendidikan/pembelajaran untuk menghasilkan karya
akademik yang unggul dan menjadi rujukan.
 Menerapkan berbagai hasil karya dalam bidang teknologi
pendidikan/pembelajaran untuk memberdayakan masyarakat.

2.3.3

Tujuan Teknologi Pendidikan
 Menghasilkan teknolog pendidikan/pembelajaran yang mampu
merancang, mengembangkan, memanfaatkan dan mengelola
serta
mengevaluasi
program,
proses
dan
produk
pendidikan/pembelajaran dan pelatihan.
 Menghasilkan tenaga pendidik yang mengusai teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) dan multimedia dijenjang
pendidikan dasar dan menengah.
 Menghasilkan tenaga kependidikan sebagai pengembang
kurikulum,pengelola atau teknisi sumber belajar termasuk
perpustakaan sekolah,dan tenaga administratif yang menguasai
teknologi informasai dan komunikasi.
 Menghasilkan karya akademik melalui kegiatan penelitian dan
pengembangan
dalam
bidang
teknologi
pendidikan/pembelajaran.
 Memberdayakan masyarakat melalui penerapan berbagai hasil
karya tenologi pendidikan/pembelajaran.

10 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

(Sumber Falsafah Teknologi Pendidikan : Kelompok 3 FIP – Pengantar
Teknologi Pendidikan – “FALSAFAH TP VISI, MISI, & TUJUAN TP” | UNP)

2.4

KONSEP TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2.4.1

Teori Konsep Teknologi Pendidikan

Definisi awal Teknologi Pendidikan adalah komunikasi
audiovisual. Ely (1963) mengemukakan “Audiovisual communication is
that branch of educational theory and practice primarily concerned with
the design and use of messages, which control the learning process.”
Audiovisual adalah cabang teori pendidikan dan praktik utama terfokus
dengan perancangan dan penggunaan pesan, dimana mengatur proses
pembelajaran. Konsep ini umumnya memandang Teknologi Pendidikan
sebagai sinonim dengan pengajaran dan komunikasi audiovisual. Dari
AECT Komite Definisi (1972) “Educational Technology is a field
involved in the facilitation of human learning through the systematic
identification, development, organization, and utilization of learning
resources and through the management of these processes” (AECT 1972).
Teknologi pendidikan adalah bidang garapan yang dilibatkan
dalam memfasilitas belajar manusia melalui indentifikasi sistematis,
pengembangan, oraganiasai dan penggunaan sumber belajar dan melalui
manajemen dalam prosesnya. Mitchele (1972) menjelaskan Teknologi
pendidikan “suatu studi praktek tentang (dalam hal pendidikan) dengan
semua aspek organisasi dan potensinya untuk diikuti hasil pendidikan”
(Luppicini, R. 2005). Selanjuutnya rumusan pada tahun 1977 Educational
technology is a complex and integrated process, involving people,
procedures, ideas, devices, and organization for analyzing problems and
devising, implementing, evaluating, and managing solutions to those
problems, involved in all aspects of human learning (AECT 1977,
Luppicini, R. 2005 ).
Teknologi Pendidikan adalah proses yang rumit dan terpadu,
melibatkan orang, prosedur, peralatan, dan organisasi untuk megnanalisis
dan mengolah masalah, kemudian menerapkan, mengevaluasi dan
mengelola pemeahan masalah pada situasi dimana proses belajar terarah
dan terpantau.
Tahun 1994 AECT mengeluarkan definisi lagi yang ditulis oleh
Seels dan Richey dalam buku Instructional technology: The definition and
domains of the field. Menyebutkan “instructional technology is the thory
and practice of design, development, utilization, management, and
evaluastion of process and resources for learning”. Teknologi
Pembelajaran adalah teori dan praktek dari perancangan pengembangan,
pemanfaatan, manajemen dan evaluasi pada proses dan sumber untuk
belajar.
11 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

Definisi terbaru pada tahun 2004 dikeluarkan lagi oleh AECT
Instructional Technology yaitu “the study and ethical practice of
facilitating learning and improving performance by creating, using, and
managing appropriate technological processes and resources” (AECT,
2004). Konsep definisi versi AECT 2004, bahwa Teknologi Pendidikan
adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan
meningkatkan
kinerja
dengan
cara
menciptakan,
menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber
teknologi yang tepat. Jelas, tujuan utamanya masih tetap untuk
memfasilitasi pembelajaran (agar efektif, efisien dan menarik) dan
meningkatkan kinerja. Definisi pada tahun 2008 juga masih sama yang
dikeluarkan oleh AECT pada tahun 2004 yang dikemukakan oleh
Januszewski, & M. Molenda pada buku Definition. In A. Januszewski, &
M. Molenda (Eds.), Educational Technology: A Definition with
Commentary.
Konsep teknologi pendidikan telah berkembang sepanjang bidang
dimiliki, dan mereka terus berkembang. Dalam konsep hari ini, Teknologi
Pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu konsep abstrak atau sebagai
bidang praktik atau garapan.
(Sumber Konsep Teknologi Pendidikan : Siyamta, MT. – Teknologi Pendidikan
Sebagai Bidang Garap Menurut AECT 1994 – “KONSEP TEKNOLOGI
PENDIDIKAN” | ITB)

2.4.2

Perkembangan Kerangka Konsep Teknologi Pendidikan

Istilah teknologi berasal dari kata textere (bahasa latin) yang
artinya “to weave or construct”, menenun atau membangun. Teknologi
tidak selamanya harus menggunakan mesin sebagaimana terbayangkan
dalam pikiran kita selama ini, akan tetapi merujuk pada setiap kegaiatan
praktis yang menggunakan ilmu atau pengetahuan tertentu. Bahkan
disbeutkan bahwa teknologi itu merupakan usaha untuk memecahkan
masalah manusia (Salisbury, 2002). Dalam kaitannya dengan hal tersebut,
Romiszoewski (1981, h.11) menyebutkan bahwa teknologi berkaitan
dengan produk dan proses. Sedangkan Roger ( 1986, h.1) mempunyai
pandangan bahwa teknologi biasanya menyangkut aspek perangkat keras
(terdiri dari material atau objek fisik), dan aspek perangkat lunak (terdiri
dari informasi tang terkandung dalam perangkat keras). Didasarkan atas
pemahaman-pemahaman tersebut secara gamblang Salisbury (2002, 7)
mengungkapkan bahwa teknologi adalah penerapan ilmu atau pengetahuan
yang terorganisir secara sistematis untuk penyelesaian tugas-tugas secara
praktis.
Penggunaan istilah teknologi dalam pendidikan tidak terlepas dari
kajian Finn ( 960) pada seminar tentang peran teknologi dalam
masyarakat, dengan judul makalahnya “Technology and the Intructional
Procsess”. Melalui makalahnya dikaji antara hubungan teknologi dengan
12 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

pendidikan. Argument utama yang disampaikannya didasarkan atas gejala
pemanfaatan teknologi dalam kehidupan masyarakat yang memiliki
kemiripandengan kondisi yang terdapat dalam pendidikan. Oleh karena
itu, penggunaan istilah teknologi yang digandengkan dengan pendidikan
merupakan suatu hal yang tepat dan wajar.
Lumsdaine (1964) dalam Romiszoswki (1981 :12) menyebutkan
bahwa penggunaan istilah teknologi pada pendidikan memiliki keterkaitan
dengan konsep produk dan proses. Konsep produk berkaitan dengan
perangkat keras atau hasilhasil produksi yang dimanfaatkan dalam proses
pengajaran. Pada tahapan yang sederhana jenis teknologi yang digunakan
adalah papan tulis, bagan objek nyata, dan model-model sederhana. Pada
tahapan teknologi menengah digunakannya OHP, slide, film proyeksi,
peralatan elektronik yang sederhana untuk pengajaran, dan peralatan
proyeksi (LCD). Sedangkan tahapan teknologi yang tinggi berkiatan
dengan penggunaan paket-paket yang kompleks seperti belajar jarak jauh
yang menggunakan radio, televise, modul, computer assisted instruction,
serta pengajaran atau stimulasi yang komplek, sistem informasi dial acces
melalui telepon dan sebagainya. Penggunaan perangkat keras ini sejalan
dengan perkembangan produk industry dan perkembangan masyarakat,
seperti e-learning yang memanfaatkan jaringan internet untuk kegiatan
pembelajaran.konsep proses atau perangkat lunak, dipusatkan pada
pengembangan substansi pengalaman belajar yang disusun dan diorganisir
dengan menerapkan pendekatan ilmu untuk kepentingan penyelenggaraan
program pembelajaran. Pengembangan pengalaman belajar ini diusahakan
secara sistematik dan sistematis dengan memanfaatkan berbagai sumber
belajar. Konsep proses dan konsep produk pada hakekatnay tidak dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan pemberian pengalaman belajar optimal
kepada peserta didik. Pengembangan program belajar diawali dengan
analisis tingkah laku (tingkah laku yang perlu dipelajari dan keadaan
tingkah laku belajar peserta didik) yang perlu dikuasai peserta didik dalam
proses belajar dan pelahiran tingkah laku setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran. Tahapan analisis tingkah laku ilmu atau sejumlah
pengetahuan untuk mengungkap kemampuan yang harus dimiliki calon
peserta didik, disamping kemampuan yang harus diinginkannya untuk
memperoleh kemamapuan hasil belajar. Romiszwoski (1986 : 15-17)
memasukkan kegiatan tersebut kedalam istilah “behavioral technology”.
Selanjutnya, kemampuan-kemampuan hasil analisis dikembangkan ke
dalam pengembangan program pembelajaran yang terpilih, atau tahapan
“instructional rechnology”. Konsep dan prinsip teknologi pembelajaran
kemudian diperkaya oleh ahli-ahli bidang Psikologi, seperti Bruner (1966),
dan Gagne (1974), ahli Cybernetic seperti Landa (1976), dan Horn (1969)
serta lembagalembaga pendidikan pendidikan yang memiliki ketertarikan
atas pengembangan program pembelajaran. Walaupun teknologi
pembelajaran termasuk masih premature, akan tetapi usaha
pengembangannya terus dilakukan secara kreatif dan teliti sehingga
13 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

mampu memecahkan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran,
sampai kepada hal-hal mikro dalam tahapan tingkah laku belajar peserta
didik.
Pembelajaran pada hakekatnya mempersiapkan pada hakekatnya
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menampilkan peserta didik
untuk dapat menampilkan tingkah laku hasil belajar dalam kondisi yang
nyata, atau untuk memcahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupannya. Untuk itu, pengembang program pembelajaran selalu
menggunakan teknik analisis kebutuhan belajar untuk memperoleh
informasi mengenai kemampuan yang diperlukan peserta didik
menyelesaikan kegiatan belajar selalu dilkaukan analisis umpan balik
untuk melihat kesesuaian hasil belajar dengan kebutuhan belajar.
2.4.2

Sejarah Perkembangan Konsep Teknologi Pendidikan

Didasarkan atas pendekatan historik, Januszewski (2001: 2-15)
mengungkapkan bahwa tahap awal sebagai pengantar kearah
pengembangan konsep dan istilah teknologi pendidikan dilandasi dan
dipertajam oleh tiga faktor berikut : pertama, engineering (Bern, 1961 :
Szabo, 1968); kedua, science (Finn, 1953;Ely, 1970; Jorgenson, 1981;
Saettler, 1990; Shorck, 1990), dan ketiga, the development of the Audio
Visual education movement (Ely, 1963; Ely 1970; Jogerson, 1981;
Saettler, 1990; Shrock, 1990). Dari hasil kajiannya menunjukkan bahwa
teknologi pendidikan memiliki keterkaitan dan saling keterrgantungan
dengan ketiga faktor tersebut (engineering science dan audiovisual
education).
Dalam kaitannya dengan engineering pengkajian diawali dari
makna engineering yang menggambarkan kegiatan riset dan
pengembangan serta usaha menghasilkan teknologi untuk digunakan
secara praktis, yang kebanyakan terdapat di bidang industry. Saettler
(1990) menyatakan bahwa Franklin Bobbit dan W.W. Charters menjadi
perintis penggunaan istilah “educational engineering” pada tahun 1920-an,
khususnya pada pendekatan yang digunakan untuk pengembangan
kurikulum. Penggunaan istilah engineering ini digunakan pula oleh
Munroe (1912) dalam mengikat konsep ilmu management dalam setting
pendidikan dan educational engineering. Munroe beralasan bahwa istilah
beralasan bahwa istilah educational engeering diperlukan dalam mengkaji
tentang usaha memasuki kehidupannya, mana yang lebih baik, mana yang
harus dihindari, persyaratan apa yang perlu dipersiapkan, dimana dan
mengapa mereka mengalami ketidakberhasilan. Charters (1941) yang
dinyatakan T.J Hoover dan J.C.L Fish mengungkapkan bahwa engineering
adalah kegiatan professional dan sistematik dalam mengaplikasikan ilmu
untuk memanfaatkan sumber alam secara efesien dalam meng-hasilkan
kesejahteraan.

14 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

Selanjutnya dari hasil diskusi antara konsep engineering yang
diungkapkan Charters dan konsep teknologi yang dikembangkan Noble
menghasilkan empat kesamaan, yaitu ; 1) keduannya memerlukan usaha
yang sistematik; 2) keduannya menyatakan aplikasi ilmu; 3) keduanya
menekankan pada efesiensi pemanfaatan sumber; dan 4) tujuan dari
keduannya adalah untuk memproduksi sesuatu. Dalam penerapannya pada
pendidikan, digambarkan bahwa usaha sistematik perlu dilakukan setiap
teknologi pendidikan dalam setiap mengembangkan program, dan dalam
penyelenggara pembelajaran. Dalam kaitannya dengan aplikasi ilmu,
Charters menyatakan bahwa ilmu merupakan dasar dalam pendidikan, dan
setiap usaha dalam pendidikan perlu dilandasi oleh kejelasan ilmu yang
digunakan. Untuk hsal tersebut, diyakini bahwa adannya titik yang sama
antara educational engineering dengan industrial engineering keduanya
menggunakan metode riset yang dilandasi oleh dasar keilmuan.
Selanjutnya, penyelenggara pendidikan perlu menetapkan efesiensi
dalam setiap usaha yang dilkukanya, pengajar perlu menetapkan
bagaimana cara yang efesien supaya peserta didik memperoleh
pengalaman belajar yang maksimal. Dalam kaitannya dengan
memproduksi setiap program pembelajaran pada hakekatnya ditujukan
untuk memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik secara
maksimal sehingga masalah belajar dapat terpecahkan.
Perkembangan selanjutnya adalah termasuk “fase permulaan”
disusunnya konsep teknologi pendidikan secara sistematis, berlangsung
pada tahun 1963 dengan bercirikan pergeseran audiovisual kearah
teknologi pendidikan. Pada masa ini mulai disusun defenisi secara formal
teknologi pendidikan sebagaimana dinyatakan oleh AECT, walaupun
perumusan defenisinya masih kental dengan kandungan audiovisual
communication. Formulasi defenisi yang disusun dengan berfokus pada
pemahaman bahwa teknologi pendidikan adalah teori dan reorientasi
konsep yang membedakannya dengan konsep audiovisual.
Keterkaitan teori belajar ini terus dikaji oleh para ahli teknologi
pendidikan, sehingga tidak hanya psikologi behavior saja yang memiliki
kontribusi terhadap teknologi pendidikan akan tetapi bergeser kearah
psikologi kognitif sebagaimana dikembnagkan oleh Robert M. Gagne (The
Conditions of Learning and theory of instruction, 1916). Kedudukan teori
belajar dijadikan sumber inspirasi di dalam pengembangan model
pembelajaran, terutama di dalam penetapan tingkah laku yang harus
dikuasai peserta didik, karakteristik peserta didik, kondisi-kondisi
pembelajaran yang harus dirancang, beserta berbagai fasilitas belajar yang
dapat memperkuat pengalaman belajar peserta didik. Kajian teaching
machine and programmed instruction dilakukan melalui studi science in
education ( Skinner, 1954; Saettler, 1990), gerakan efesiensi pendidikan
( Stolurow, 1961; Dale, 1967; Saettler, 1990). Walaupun teaching machine
ini sangat popular dan diawali kajiannya oleh Skinner akan tetapi E L
15 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

Thorndike (1912) yang mulai mengembangkan konsep kearah
pemanfaatan teaching dan programmed instruction ( Dale, 1967; Ely 1970;
Saettler, 1990). Dasar-dasar pemahaman teaching machine programmed
instruction diantaranya pemahaman tentang perbedaan individual,
pengorganisasian pembelajaran dan hasil penilaian hasil belajar.
Konsep yang berkembang pada masa permulaan terus dikaji ulang
dan disesuaikan dengan perkembangan pemanfaatan audiovisual dalam
pendidikan. Hasil kajian tahun 1965 melahirkan adannya beberapa pilihan,
yaitu; 1) dimungkinankan untuk menggunakan kembali label audiovisual;
2) merubah nama audiovisual menjadi educational communication; 3)
merubah nama audiovisual menjadi learning resources; 4) merubah nama
audiovisual menjadi instruction technology or educational technology.
Sejalan dengan perubahan Departement of Audiovisual Instruction (DAVI)
menjadi Assocaition for Educational Communication and Technology
(AECT), maka secara serempak bidang kajian audiovisual berubah
menjadi Instructional techlogoy atau educational technology. Bahkan
mencakup kajian educational communication. Silber (1972),
mnegungkapkan bahwa perubahan ini memiliki implikasi terhadap
cakupan pekerjaan educational technology yang akan menghasilkan
keanekaragaman program dan rancangan pembelajaran yang dapat
dimanfaatkan peserta didik untuk memenuhi kebutuhan belajarnya.
Terdapat tiga konsep utama yang memrikan kontribusi terhadap
perumusan defenisi versi tahun 1972 sehingga teknologi pendidikan
dijadikan sebagai kajian, yaitu;
 keluasan pemaknaan learning resources;
 kontribusi program individual or personal instruction,
 pemanfaatan system approach.
Ketiga konsep ini digabungkan ke dalam suatu pendekatan untuk
memfasilitasi belajar, menciptakan keunikan dan memiliki alasan untuk
kepentingan pengembangan dalam bidang teknologi pendidikan.
Perubahan dari AV communications ke teknologi pendidikan yang
berlangsung pada tahun 1972 melahirkan defenisi teknologi pendidikan
versi 1972 yang mengarah pada suatu bidang kajian dalam pendidikan.
Konsep yang terkandung dalam memaknai teknologi pendidikan ini terus
dikritisi para ahli pendidikan dan dihasilkan pemahaman bahwa teknologi
pendidikan itu merupakan suatu proses bukan hanya untuk bidang kajian
saja, bahkan termasuk teori dan profesi teknologi pendidikan. Secara
konsep perkembangan kajian ini melahirkan defenisi versi 1977 yang
didukung oleh tiga konsep utama yaitu : learning resources, management,
dan pengembangan.
Association of Educational and Communication Technology
(AECT) pada tahun 1977 menerbitkan buku the defenition Of educational
16 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

technology yang mengungkapkan: 1) hasil analisis yang sistematis dan
menyeluruh tentang ide dan konsep bidang teknologi pendidikann; dan 2)
keterkaitan antara ide dan konsep yang satu dan lainnya. Buku tersebut
mengungkapkan sejarah dari bidang kajian, alasan perumusan defenisi,
kerangka teoritis yang melandasi defenisi, diskusi mengenai aplikasi
praktis, kode etik profesi organisasi, dan glossary peristilahan yang
memiliki keterkaitan dengan defenisi. Termasuk bahasan yang menjawab
kontroversi antara istilah educational technology dan instructional
technology sebagai bagian “subset” dari educational technology yang
merupakan realitas pengajaran dalam pendidikan.
Heinich (1970) memiliki konsep bahwa manajemen telah
dikembangkan bersamaan dengan prinsip-prinsip sistem di dalam
merancang pembelajaran bahkan konsepnya sejalan dengan pendapat
Hoban (1965) walaupun dalam peristilah yang berbeda. Ia menyebutnya
dengan istilah “management of instruction”, sedangkan Hoban
menggunakan istilah “management of learning”. Menurutnya bahwa
management of instruction tidak hanya mengembangkan dan
menggunakan.
(Sumber Perkembangan Kerangka & Sejarah Perkembangan Konsep Teknologi
Pendidikan : Corry Purba – Konsep Teknologi Pendidikan di Indonesia –
“URAIAN TEORITIS” | USI)

2.5

KAWASAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Kawasan merupakan suatu realisasi dari defenisi dari bidang teknologi
pembelajaran. Rumusan kawasan yang dikembangkan dalam disiplin teknologi
pendidikan dan pembelajaran disiapkan melalui rumusan AECT tahun 1977 dan
1994. Kedua defenisi tersebut menghasilkan kawasan sesuai dengan rumusan
defenisi. Tahun 1977 satgas dari AECT menghasilkan dua defenisi yang secara
khusus membedakan antara teknologi pembelajaran.
Dengan demikian,tahun 1977 menghasilkan dua defenisi dan dua
kawasan,teknologi pendidikan dan Teknologi pembelajaran. Defenisi
sebelumnya,yaitu tahun 1963 dan 1972 tidak menghasilkan kawasan. Pada masa
tersebut,para ahli sedang berusaha membentuk konsep yang lebih mendalam dan
bermanfaat bagi perkembangan disiplin teknologi pendidikan.
Definisi AECT tahun 1994 hanya menelurkan satu defenisi yaitu teknologi
pembelajaran,kawasan yang dimunculkan pun hanya satu yaitu kawasan teknologi
pembelajaran. Namun dalam penjelasannya,defenisi tersebut memilah antar teori
dan praktek. Teori yang disebut sebagai rujukan dan acuan dari seluruh kegiatan
terkait pembelajaran,sedangkan praktik atau terapan menyediakan kesempatan
untuk memvalidasi teori,selanjutnya teori ini dapat dikaji ulang dan diperbaiki.
Dengan demikian,terjadi simbiosis mutualisme antara peran teori bagi terapan
17 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

atau praktik dalam bidang teknologi pembelajaran.Terapan atau praktik akan
dijelaskan dibagian lain dalam kegiatan belajar ini.

Gambar 2.5
( Skema Kawasan Teknologi Pendidikan )

2.5.1

Kawasan Desain

Kawasan pertama teknologi pembelajaran adalah desain atau
perancangan yang mencakup penerapan berbagai teori, prinsip dan
prosedur dalam melakukan perencanaan atau mendesain suatu program
atau kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara sistemik dan sistematik.
Yang dimaksud dengan desain disini adalah proses untuk menentukan
kondisi belajar dengan tujuan untuk menciptakan strategi dan produk
(Seels & Richey, 2000 dalam Bambang Warsito, 2008: 22). Strategi dan
produk pada tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan pada
tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul.
Kawasan desain mempunyai asal-usul dari gerakan psikologi
pembelajaran. Beberapa faktor pemicunya adalah :
 Artikel tahun 1954 dari B.F. Skinner “The Science of Learning
and the Art of Teaching” disertai teorinya tentang pembelajaran
berprogram.

18 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

 Buku tahun 1969 dari Herbert Simon “The Science of
Artificial” yang membahas karakteristik umum dari
pengetahuan preskriptif tentang desain; dan
 Pendirian pusat-pusat desain bahan pembelajaran dan
terprogram, seperti "Learning Resouce and Development
Center" di Universitas Pittsburgh pada tahun 1960an.
Aplikasi teori sistem dalam pembelajaran melengkapi dasar
psikologi pembelajaran tersebut. Melalui James Finn dan Leonard Silvern,
pendekatan sistem pembelajaran secara bertahap mulai berkembang
menjadi suatu metodologi dan mulai memasukkan gagasan dari psikologi
pembelajaran.
Perhatian terhadap desain pesan pun berkembang selama akhir
1960-an dan pada awal 1970-an. Kolaborasi Robert Gagne dengan Leslie
Briggs telah menggabungkan keahlian psikologi pembelajaran dengan
bakat dalam desain sistem yang membuat konsep desain pembelajaran
menjadi semakin hidup.
Kawasan desain ini meliputi empat cakupan utama dari teori dan
praktek, yaitu: (1) desain sistem pembelajaran; (2) desain pesan; (3)
strategi pembelajaran; dan (4) karakteristik pembelajar.
2.5.2

Kawasan Pengembangan

Pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke
dalam bentuk fisik. Kawasan pengembangan mencakup banyak variasi
teknologi yang digunakan dalam pembelajaran. Walaupun demikian, tidak
berarti lepas dari teori dan praktek yang berhubungan dengan belajar dan
desain.Tidak pula kawasan tersebut berfungsi bebas dari penilaian,
pengelolaan atau pemanfaatan.Melainkan timbul karena dorongan teori
dan desain dan harus tanggap terhadap tuntutan penilaian formatif dan
praktek.Pemanfaatan serta kebutuhan pengelolaan.Begitu pula, kawasan
pengembangan tidak hanya terdiri dari perangkat keras pembelajaran,
melainkan juga mencakup perangkat lunaknya, bahan-bahan visual dan
audio, serta program atau paket yang merupakan paduan berbagai bagian.
Di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang
kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong baik desain pesan
maupun strategi pembelajaran. Pada dasarnya kawasan pengembangan
dapat dijelaskan dengan adanya :
 pesan yarig didorong oleh isi;
 strategi pembelajaran yang didorong oleh teori; dan
 manifestasi ilsik dari teknologi – perangkat keras, perangkat
lunak dan bahan pembelajaran.

19 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

Ciri yang terakhir ini, yaitu teknologi.merupakan tenaga penggerak
dari kawasan pengembangan. Berangkat dari asumsi ini, kita dapat
merumuskan dan menjelaskan berbagai jenis media pembelajaran dan
karakteristiknya. Akan tetapi, janganlah proses ini diartikan hanya sebagai
suatu pengkategorisasian. Sebaliknya, sebagai elaborasi dari karakteristik
prinsip-prinsip teori dan desain yang dimanfaatkan oleh teknologi.
Kawasan pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat
kategori :
 teknologi cetak (yang menyediakan landasan untuk kategori
yang lain),
 teknologi audiovisual,
 teknologi berbasis komputer, dan
 teknologi terpadu.
Karena kawasan pengembangan mencakup fungsi-fungsi desain,
produksi, dan penyampaian, maka suatu bahan dapat didesain dengan
menggunakan satu jenis teknologi, diproduksi dengan menggunakan yang
lain, dan disampaikan dengan menggunakan yang lain lagi.
2.5.3

Kawasan Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber
untuk belajar. Mereka yang terlibat dalam pemanfaatan mempunyai
tanggung-jawab untuk mencocokkan pebelajar dengan bahan dan aktivitas
yang spesifik, menyiapkan pebelajar agar dapat berinteraksi dengan bahan
dan aktivitas yang dipilih, memberikan bimbingan selama kegiatan,
memberikan penilaian atas hasil yang dicapai pebelajar, serta
memasukkannya ke dalam prosedur organisasi yang berkelanjutan.
Fungsi pemanfaatan penting karena membicarakan kaitan pebelajar
dengan bahan atau sistem pembelajaran.Jelas fungsi ini sangat kritis
karena penggunaan oleh pebelajar merupakan satu-satunya raison d‘etre
dari bahan pembelajaran. Mengapa kita hams bersusah-payah dengan
pengadaan dan pembuatan bahan apabila tidak akan digunakan ?Kawasan
pemanfaatan ini mempunyai jangkauan aktivitas dan strategi mengajar
yang luas.
Dengan demikian pemanfaatan menuntut adanya penggunaan,
deseminasi.difusi, implementasi, dan pelembagaan yang sistematis. Hal
tersebut dihambat oleh kebijakan dan peraturan.Fungsi pemanfaatan
penting karena fungsi ini memperjelas hubungan pebelajar dengan bahan
dan sistem pembelajaran.
Keempat kategori dalam kawasan pemanfaatan ialah :
 pemanfaatan media,
20 |Penyusun “Teknologi Pendidikan”
Pengantar Pendidikan
PTE - FKIP – UNTIRTA
( 2015 )

 difusi inovasi,
 implementasi dan institusionalisasi (pelembagaan),
 serta kebijakan dan regulasi
2.5.4

Kawasan Pengelolaan

Konsep pengelolaan merupakan bagian integral dalam bidang
teknologi Pembelajaran dan dari peran kebanyakan para teknolog
pembelajaran. Secara perorangan tiap ahli dalam bidang ini dituntut untuk
dapat memberikan pelayanan pengelolaan dalam berbagai latar.seorang
teknolog pembelajaran mungkin terlibat dalam usaha pengelolaan projek
pengembangan pembelajaran atau pengelolaan pusat media sekolah.
Tujuan yang sesungguhnya dari pengelolaan kasus demi kasus
dapat sangat bervariasi, namun keterampilan pengelolaan yang
mendasarinya relatif tetap sama apapun kasusnya.
Kawasan pengelolaan semula berasal dari administrasi pusat
media, program media dan pelayanan media Pembauran perpustakaan
dengan program media membuahkan pusat dan ahli perpustakaan media
sekolah. Program-program media sekolah ini menggabungkan bahan cetak
dan non-cetak sehingga timbul peningkatan penggunaan sumber-sumber
teknologikal dalam kurikulum. Pada tahun 1976 Chisholm dan Ely
menulis buku Media Personnel in Education: A Competency Approach
yang menekankan bahwa administrasi program media memegang peran
sentral dalam khasanah teknologi pembelajaran.
Definisi AECT tahun 1977 membagi fungsi pengelolaan dalam
pen