KLASIFIKASI DAN ANALISIS KEMASAN (2)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produk olahan pangan, setelah diproduksi tidak dapat langsung
didistirbusikan karena produk dapat rusak sebelum sampai ke tangan konsumen.
Hal ini disebabkan oleh cemaran yang terjadi pada produk, yaitu:fisik, biologi,
kimia, dan mekanik. Untuk mencegah dan menghindari bahaya tersebut, produk
pangan dikemas agar dapat melindungi produk selama pendistribusian. Pada
zaman dahulu, orang primitif menggunakan kulit binatang dan keranjang rumput
untuk mewadahi buah-buahan yang dipungut dari hutan. Kemudian 8.000 tahun
yang lalu, bangsa Cina membuat aneka ragam keramik untuk mewadahi benda
padat ataupun cair. Orang-orang Indonesia kuno membuat wadah dari bambu
untuk menyimpan benda cair. Menjelang abad pertengahan, bahan-bahan
kemasan terbuat dari kulit, kain, kayu, batu, keramik dan kaca. Tetapi pada
jaman itu, kemasan masih terkesan seadanya dan lebih berfungsi agar barang
mudah dibawa selama dalam perjalanan.
Pengemasan adalah cara atau metode untuk memberikan perlindungan
pada

pangan


baik

yang

telah

diolah

maupun

belum

diolah

dalam

bentuk bungkusan maupun menempatkan produk ke dalam suatu wadah agar
produk sampai ke tangan konsumen secara kualitas dan kuantitas. Pengemasan
dilakukan agar produk dapat terhindar dari pencemaran (kimia, mikrobiologis),
kerusakan fisik dan mekanik (gesekan, getaran dan benturan), faktor lingkungan,

dan gangguan binatang sehingga mutu dan keamanan produk tetap terjaga.
Pengemasan yang tepat dapat meningkatkan umur simpan produk dalam waktu
yang lebih lama. Berbagai bentuk variasi dan jenis material kemasan beredar di
masyarakat, misalnya kertas, kaca, logam, komposit dan plastik mempunyai
keunggulan dan kelemahan tertentu.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis bahan kemasan pangan,
mengetahui klasifikasi dan dapat menganalisis bahan kemasan pangan. Selain
itu juga bertujuan mengidentifikasi jenis kemasan untuk bahan pangan. Dengan
mengetahui klasifikasi dari kemasan, maka praktikan diharapkan mampu
menentukan jenis kemasan apa yang sesuai untuk bahan pangan yang akan
dikemas.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kemasan
Kemasan adalah suatu bahan yang digunakan untuk membungkus
produk yang bertujuan untuk melindungi produk tersebut. Kemasan merupakan
faktor penting yang dapat membuat hasil olahan pangan memiliki umur simpan
tinggi. Kemasan juga merupakan identitas dari suatu prosuk. (Suryani, 2011).

2.2 Klasifikasi Kemasan
Classification of packaging are consumer packaging, transit packaging,
re-use packaging, disposable packaging and, industrial packaging. Consumer
packaging a consumer is one wich hold the required volume of a product
meeded for ultimate consumption. Transit packaging is the product must be
packed in such a way that they do not get spoiled while in transit. Re-use
packaging is the packages wich can used for other purposes whwn the content
are consumed. Disposible packaging it is the modern concept also known use
and throw away packaging. Industrial packaging is An industrial package can be
either describe a bulk package of consumer durable product (Jain, 2009).
Klasifikasi kemasan yaitu kemasan konsumen, kemasan transit, kemasan
yang digunakan kembali, kemasan sekali pakai dan kemasan industri. Kemasan
konsumen adalah salah satu terus kemasan volume yang dibutuhkan dari produk
yang dibutuhkan untuk konsumsi akhir. Transit kemasan produk harus dikemas
sedemikian rupa sehingga mereka tidak mendapatkan kerusakan dalam
perjalanan. Re-use kemasan paket kemasan yang dapat digunakan untuk tujuan
lain terhadap konten yang dikonsumsi. Kemasan sekali pakai itu adalah konsep
modern juga dikenal penggunaan dan membuang kemasan. Kemasan industri
adalah Sebuah paket industri dapat berupa menjelaskan paket sebagian besar
produk konsumen tahan lama (Jain, 2009).

Ada beberapa klasifikasi kemasan yaitu (Suyanti,2010):
1. Kemasan sekali pakai merupakan kemasan yang langsung dibuang
setelah satu kali pakai, misalnya plastik, kaleng, kertas, aluminium foil,
karton, dan daun.
2. Kemasan dapat dipakai berulang kali seperti beberapa kemasan botol
dari gelas. Kemasan gelas disimpan oleh pembeli untuk dikembalikan lagi
kepada agen penjual.

3. Kemasan yang tidak dibuang atau yang tidak dikembalikan oleh
konsumen. Jenis kemasan ini oleh konsumen tidak dibuang, tetapi
disimpan atau digunakan untuk kepentingan lain, misalnya kaleng susu
bubuk, kaleng kue, dan beberapa jenis botol atau gelas.
2.3 Jenis-Jenis Kemasan untuk Bahan Pangan
2.3.1 Kertas
Paper-based flexible packaging comprises sachets, pouches, bags
made on form, fill, seal equipment and overwrapping materials. It is also
used as lidding and to provide product protection and as tamper evidence
when used as a membrane (diaphragm) in rigid plastic, metal and glass
containers. Paper-based flexible materials are also used for bag—in-box
lining material, multiwall and single wall hafls (Kirwan, 2005).

Kemasan fleksibel berbasis kertas terdiri sachet, kantong, tas yang
dibuat pada bentuk, isi, peralatan segel dan bahan overwrapping. Hal ini
juga digunakan sebagai lidding dan memberikan perlindungan produk dan
sebagai bukti tamper bila digunakan sebagai membran (diafragma) di kaku
plastik, logam dan kaca kontainer. Bahan yang fleksibel berbasis kertas juga
digunakan untuk bahan lapisan tas-in-box, multiwall dan hafls dinding
tunggal (Kirwan, 2005).
2.3.2 Plastik
Most plastic packaging is currently petrochemical-based. About 4 % of
all petroleum used is converted into 240 million tones of plastics annually, of
which packaging represents about 40%. Many types of commodity and
specially polymers have been used in packaging and some of the major
ones are described below. Plastic packaging is currently dominated by
polyolefins, such as polyethylene (PE), polypropylene (PP) and polustyrene
(PS), and polyesters, predominantly polyethylene terephthalate (PET).
Advantages of plastics packaging are that it is lightweight, can be designed
and tailored for a particular product and is relatively cheap, so that even in
food packaging it constitutes less than 10% of the final product price
(Farmer, 2013).
Kebanyakan kemasan plastik saat ini berbasis petrokimia. Sekitar 4 %

dari seluruh minyak yang digunakan diubah menjadi 240 juta ton plastik

setiap tahunnya, dimana kemasan mewakili sekitar 40 %. Banyak jenis
komoditas dan khusus polimer telah digunakan dalam kemasan dan
beberapa yang utama dijelaskan di bawah ini . Kemasan plastik saat ini
didominasi oleh poliolefin, seperti polietilena (PE), polypropylene (PP) dan
polustyrene (PS), dan poliester, terutama polyethylene terephthalate (PET).
Keuntungan dari kemasan plastik adalah bahwa itu adalah ringan, dapat
dirancang dan disesuaikan untuk produk tertentu dan relatif murah, sehingga
bahkan dalam kemasan makanan itu merupakan kurang dari 10 % dari
harga produk akhir (Farmer, 2013).
2.3.3 Logam
Kemasan logam merupakan kemasan yang terbuat dari logam,
misalnya yaitu

kemasan kaleng.

Kemasan

logam


memiliki

banyak

keunggulan, salah satu keunggulannya yaitu termasuk dalam golongan
kemasan hermetis. Kemasan hermetis merupakan kemasan yang tahan
terhadap uap dan gas. Kemasan ini tidak dapat dilalui oleh gas maupun air
sehingga tidak mudah terinfeksi bakteri, ragi, ataupun kapang. Selain
termasuk kedalam kemasan hermetis, kemasan kaleng juga merupkan
kemasan yang tahan terhadap cahaya dan tidak transparan. Kemasan ini
cocok untuk melindungi bahan yang mengandung lemak dan vitamin tinggi
(Suyanti, 2010).
2.3.4 Kayu
Kemasan kayu sering kali digunakan untuk mengemas buah dalam
proses pendistribusian dan penyimpanannya. Hal ini disebabkan oleh
kebutuhan pasar umumnya dilakukan menggunakan kemasan peti kayu atau
keranjang bambu. Kemasan kayu tersebut antara lain (Pitojo dan Hesti,
2007):
 Kemasan peti kayu dan bahan yang murah antara lain kayu albazia atau

kayu mangga, berupa kotak, didesain rapi, ringkas, sederhana, dan kuat.
Kemasan peti berongga sehingga aerasi udara lancar
 Kemasan keranjang bambu, terbuat dan anyaman bambu, berupa
keranjang, didesain sederhana (tradisional) berbentuk agak melengk ung,
bagian atas lebih lebar dibanding bagian bawah, kuat dan ringan.

2.3.5 Kaca
Glass packaging is packaging made of glass. Critical aspect of glass
packaging is the closure which can consist of a cap, lid, cork or plug to seal
the jar or bottle. Although glass is an excellent barrier to moisture vapor,
gases and odors, an incorrectly designed or applied closure may negate the
benefits that glass packaging offers in protecting foods from deterioration.
The shape, surface condition, applied stresses and glass weight all combine
to determine the strength of glass container (Robertson, 2013).
Kemasan kaca merupakan kemasan yang terbuat dari kaca. Aspek
penting dari kemasan kaca adalah penutupan yang dapat terdiri dari tutup,
penutup, gabus atau konektor untuk menutup tabung atau botol. Meskipun
kaca penghalang yang sangat baik untuk kelembaban uap, gas dan bau,
penutupan salah dirancang atau diterapkan dapat meniadakan manfaat yang
menawarkan kemasan kaca dalam melindungi makanan dari kerusakan.

Bentuk, kondisi permukaan, diterapkan tekanan dan berat kaca semua
bergabung untuk menentukan kekuatan wadah kaca (Robertson, 2013).
2.3.6 Edible
Salah satu alternatif yang bisa dipilih pengemas yang ramah
lingkungan (biodegradable) adalah edible film. Keuntungan edible film antara
lain dapat dikonsumsi langsung bersama produk yang dikemas, tidak
mencemari lingkungan, memperbaiki sifat organoleptik produk yang
dikemas, berfungsi sebagai sumplemen penambah nutrisi, sebagai flavor,
pewarna, zat antimikroba, dan antioksidan. Edible film dapat dibuat dari
berbagai bahan baku yang memiliki komposisi pati yang cukup tinggi.
Pembuatan edible film dari pati tapioka memiliki karakteristik yang cukup
baik walaupun laju transmisi terhadap uap air cukup tinggi (Nugroho, 2013).
Edible films and coatings are promising systems for the improvement
of food quality, shelf life, safety, and functionality. They can be used as
individual packaging materials. Food coating materials, and active ingredient
carriers and to separate the compartments of heterogeneous ingredients
within foods. The efficiency and functional properties of edible film and
coating materials are highly dependent on the inherent characteristics of

film-forming materials-namely, polymers, plasticizers, and other additives

(Han, 2014).
Edible film dan coating adalah sistem yang menjanjikan untuk
peningkatan kualitas makanan, umur simpan, keamanan, dan fungsionalitas.
Mereka dapat digunakan sebagai bahan kemasan individu. Bahan pelapis
makanan, dan operator bahan aktif dan untuk memisahkan kompartemen
bahan heterogen dalam makanan. Efisiensi dan fungsional sifat film dan
coating bahan yang dapat dimakan sangat tergantung pada karakteristik
yang melekat pada film pembentuk bahan-yaitu, polimer, plastik, dan aditif
lainnya (Han, 2014).
2.4 Fungsi Kemasan untuk Bahan Pangan
Fungsi kemasan untuk bahan pangan adalah melindungi produk dari
kerusakan serta gangguan fisik seperti (getaran, benturan, dan gesekan).
Kemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil olahan agar mempunyai
bentuk yang mudah. Kemasan berperan sebagai wadah penyimpanan produk
yang dapat melindungi produk selama proses pendistribusian. Kemasan juga
merupakan identitas dari suatu produk. Kemasan juga dapat memperpanjang
umur simpan suatu produk (Aminah, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, M. S., dan Rinasusanti, S. 2009. Meraup Duit Dari Barang Seken.
Puspa Swara. Depok.

Farmer, N. 2013. Trends in Packaging of Food, Beverages And Other Fast
Moving Consumer Goods (FMCG). Woodhead Publishing Limited. New
Delhi.
Han, J. H. 2014. Innovations In Food Packaging, Second Edition. Elsevier.
Waltham.
Jain, A. 2009. Principle of Marketing. VK Enterprises. New Delhi.
Kirwan, Marc J. 2005. Paper and Paperboard Packaging Technology. Blacwell
Publishing. Victoria
Nugroho, A. N., Basito, dan Katri, R. B. 2013. Kajian Pembuatan Edible Film
Tapioka dengan Pengaruh Penambahan Pektin beberapa Jenis Kulit

Pisang terhadap Karaketristik Fisik dan Mekanik. Jurnal Teknosains
Pangan. 2 (1): 73-79.
Pitojo, S. Dan Puspita, Hesti N. 2007. Seri Budi Daya Kesemek Makanan
Dewa-Dewi

Lengkap

dengan

Berbagai

Manfaatnya.

Kanisius.

Yogyakarta.
Robertson, G L. 2013. Food Packaging Principles and Practice Thir Edition.
Taylor & Francis Group. Boca Raton.
Suryani, A., Hidayat, E., Sadyaningsih, D., Hambali, E. 2011. Bisnis Kue
Kering: Pilihan Usaha yang Menawarkan Laba Melimpah. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Suyanti. 2010. Panduan Mengolah Dua Puluh Jenis Buah. Panebar Swadaya.
Depok.