ANALISIS RISIKO USAHA PENGGUNAAN LAHAN
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dengan lebih dari 200 juta jiwa penduduk merupakan pasar yang potensial untuk melakukan investasi. Jumlah penduduk yang demikian besar ini tersebar dalam wilayah yang sangat luas pula dengan kekayaan alam yang sangat melimpah sedemikian hingga mampu menciptakan peluang bagi dunia bisnis untuk melakukan investasi dalam segala bidang.
Tak terkecuali dalam bidang jasa-jasa pembangunan berbasis sumberdaya lahan, Indonesia terbuka lebar untuk berinvestasi dalam bidang ini. Pembangunan sarana maupun prasarana fisik baik oleh pemerintah maupun swasta membuka peluang yang cukup lebar untuk bergerak dalam bidang ini. Sumberdaya lahan di Indonesia melimpah untuk dimanfaatkan pada berbagai bidang penggunaan, termasuk jasa- jasa konstruksi. Dalam hal penyerapan tenaga kerja, bidang penggunaan lahan seperti ini mampu menarik ratusan ribu tenaga kerja untuk bekerja pada proyek-proyek pembangunan.
Usaha pengelolaan pembangunan sumberdaya lahan merupakan bidang usaha yang unik dan dinamis. Usaha ini memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan kegiatan pembangunan lainnya. Pembangunan sarana fisik merupakan kegiatan operasional yang umumnya bersifat unik, memiliki satu jangka waktu pelaksanaan yang tidak berulang, memiliki intensitas kegiatan dan menggunakan sumberdaya lahan yang beragam, serta melibatkan banyak disiplin ilmu.
Pelaksanaan proyek kegiatan pembangunan dihadapkan pada tiga kendala yaitu biaya, waktu, dan mutu hasil. Ketiga kendala ini dapat diartikan sebagai sasaran proyek, yang didefiniskan sebagai tepat biaya, tepat waktu, dan tepat mutu hasil. Sehubungan dengan karakteristik proyek yang dinamis diperlukan pengelolaan kegiatan yang baik agar ketiga sasaran tersebut dapat terpenuhi. Manajemen Proyek adalah kegiatan pengelolaan sumberdaya, melalui pengalokasian, dan penjadwalan sumberdaya untuk mencapai sasaran. Selalu terdapat kemungkinan tidak tercapainya suatu tujuan atau selalu terdapat ketidakpastian atas keputusan apapun yang diambil. Suatu kondisi yang timbul karena
ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak menguntungkan yang
risiko . Konsekuensi tidak risiko . Konsekuensi tidak
Di dalam kegiatan pembangunan terdapat sifat-sifat unik sehingga diperlukan sejumlah asumsi untuk memperkirakan data-data dan informasi yang belum tersedia selama proses berjalannya kegiatan, sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan. Asumsi dan perkiraan yang digunakan harus dapat mendukung adanya ketidakpastian ini. Risiko yang dihadapi proyek bergantung pada asumsi dan perkiraan yang digunakan. Risiko yang akan dihadapi dalam proyek akan lebih berat kalau jangka waktu pelaksanaannya tidak berulang. Sehubungan dengan itu diperlukan manajemen risiko untuk melihat risiko-risiko yang dihadapi dan meninjau pengaruhnya terhadap sasaran kegiatan. Selanjutnya akan dapat direncanakan penanganan untuk meminimalisasi akibat buruknya sehingga dapat mendukung terwujudnya sasaran kegiatan.
Tahapan manajemen risiko meliputi perencanaan manajemen risiko, identifikasi risiko, analisa risiko, penanganan risiko, dan monitor terhadap risiko. Identifikasi risiko adalah langkah awal dalam penerapan manajemen risiko dan merupakan tahapan yang penting dalam pelaksanaan kegiatan. Melalui identifikasi risiko akan diketahui risiko-risiko apa saja yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan sejak mulai dikerjakan sampai selesai. Selanjutnya akan diketahui seberapa potensial risiko-risiko tersebut dalam mempengaruhi tercapainya sasaran kegiatan.
Description of the internal risk management and control systems
Sumber: https://jaarverslag.deltalloydgroep.com/docs/... ; diakses 5/2/2011
The risk management of Delta Lloyd Group is designed to protect the Group against events that undermine the realisation of a sustainable result and the required minimum solvency or impede the attainment of its strategic objectives. Delta Lloyd Group's approach to risk management is based on the following elements:
1. The Future Secured' strategy and the associated core values that give direction to the risk-aware organisational culture of Delta Lloyd Group.
2. The control exercised by the Executive Board, the Supervisory Board and the various Risk and Audit Committees. The Audit Committee of the independent Supervisory Board of Delta Lloyd Group supervises the overall internal control.
3. An organisational structure with a governance framework that provides for delegated responsibilities and guidelines for the management structure. The boards and management carry primary responsibility for the effective identification, analysis, monitoring and control of risks. The business units have dedicated Audit Committees, which supervise the effectiveness of the business control systems within the respective business units. In 2008, the regulations for the internal governance structure of the legal entities were brought into line with the control structure at Delta Lloyd Group level.
4. The policy principles of Delta Lloyd Group in relation to risk tolerance and risk control. A number of important policy documents have been tightened up, in compliance with the governing risk management policy. The policy is given shape by the Group departments, in consultation with the management of the business units.
5. A risk framework that is based on the Enterprise Risk Management model of the Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO). The selected framework relates management information and governance to the risk management cycle, as shown in the diagram above.
Delta Lloyd Group works with the five main risk categories:
strategic financial operational legal and regulatory financial reporting.
Dalam masa pemulihan perekonomian akibat krisis yang melanda Indonesia ini pertumbuhan sektor pembangunan mengalami penurunan sejak tahun 2000. Dalam kondisi seperti itu secara umum permintaan sumberdaya lahan untuk berbagai kegiatan pembangunan menurun. Disamping itu pemerintah melalui Keppres nomor 18 tahuin 2000 tentang Jasa Konstruksi Pembangunan telah membuka sekat kedaerahan untuk perusahaan jasa konstruksi dimana apabila selama ini untuk proyek-proyek pemerintah dalam nominal kecil harus
dikerjakan kontraktor lokal dalam lingkup daerah Kota/Kabupaten, maka dengan diberlakukannya Keppres ini suatu perusahaan jasa konstruksi pembangunan dapat mengerjakan proyek-proyek dengan nominal kecil di seluruh wilavah Republik Indonesia tanpa ada batasan-batasan seperti pada periode sebelumnya. Ini berarti persaingan diantara perusahaan jasa konstruksi klasifikasi kecil semakin ketat dan diperlukan strategi untuk dapat bersaing disamping diperlukannya strategi pemasaran bagi industri jasa konstruksi berskala kecil dimana selama ini dalam industri jasa konstruksi skala kecil marketing kurang begitu diperhatikan.
2. RISIKO DAN PENGERTIANNYA
Kangari (1995) menuliskan penelitiannya yang berjudul Risk Management Perceptions and Trends of US. Construction. Dari penelitian ini diketahui persepsi pengelola pembangunan mengenai alokasinya dan importance risiko-risiko konstruksi yang berlaku pada proyek-proyek konstruksi di Amerika Serikat. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif. Hasil identifikasi adalah sebagai berikut.
Risiko yang penting: - Produktivitas tenaga kerja dan peralatan - Kualitas pekerjaan - Keselamatan kerja - Kemampuan kontraktor .
Resiko yang kurang penting: - Ketersediaan material, tenaga kerja, dan peralatan - Kerusakan material - Inflasi - Kuantitas pekerjaan aktual - Perselisihan tenaga kerja - Kegagalan keuangan pihak-pihak yang terlibat - Negosiasi untuk change-order - Ganti rugi / indentification - Proses penyelesaian perpanjangan kontrak.
Berbagai penelitian mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi kegiatan pembangunan sumberdaya lahan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Risiko-risiko yang dihadapi oleh kegiatan pembangunan
sumberdaya lahan
Risiko Sumber
Sumber
Predictable/ Unpredictable
Area
Risiko alam / natural:
Acts of God
Eksternal
Unpredictable Konstruksi
Kerugian akibat kebakaran/kecelakaan
Internal
Unpredictable Konstruksi
Risiko desain kegiatan:
Perubahan lingkup pekerjaan
Internal
Predictable Kontraktual
Teknologi baru
Internal
Predictable Kontraktual Konstruksi
Predictable Kontraktual
Kerugian/keterlambatan akibat differing site / perubahan Desain
Teknis
Predictable Kontraktual Konstruksi
Risiko logistik
Kerugian/keterlambatan akibat keterlambatan/
Internal
Predictable Konstruksi
Kerusakan material Kerugian/keterlambatan akibat ketersedian
sumberdana
Eksternal
'Predictable Konstruksi
Akses menuju lokasi
Internal
Predictable Kontraktual
Keterlambatan menemukan dan
Internal
Predictable Kontraktual
menyelesaikan masalah
Risiko finansial :
Ketersediaan dana proyek
Internal
Predictable Kontraktual
Kecukupan kas
Internal
Predictable Kontraktua
Kurs tukar mata uang dan inflasi
Eksternal
Predictable Konstruksi Kontraktual
Estimasi biaya yang terlalu rendah
Internal
Predictable
Kesalahan kontraktor dalam hal kemampuan Internal
Predictable Kontraktual
Cost overrun s karena keterlambatan
Internal
Predictable Konstruksi
Legal dan peraturan:
Masalah perizinan dan lisensi
Eksternal
Unpredictable Konstruksi
Third or liability
Eksternal
Unpredictable Kontraktual
Tanggung jawab / liability diri sendiri
Internal
Predictable Konstruksi Kontraktual
Kegagalan kontrak
Internal
Predictable Kontraktual
Perubahan peraturan
Eksternal
Unpredictable Konstruksi
Risiko politik:
Kerugian/keterlambatan karena perang/revolusi di lokasi proyek
Eksternal
Unpredictable Konstruksi
Perubahan hukum ekonomi
Eksternal
Unpredictable Konstruksi
Sumber: Smith dan Bohn, 1999
2.1. Konsep Risiko
2.1.1. Pengertian Risiko
Untuk memahami konsep risiko (risk) dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya untuk pembangunan perlu dipahami pengertian mengenai risiko. Berikut ini dijelaskan pengertian mengenai risiko menurut beberapa sumber.
Risiko dapat dimaknai sebagai ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa. Pengertian lain menjelaskan bahwa risiko adalah kondisi dimana terdapat kemungkinan keuntungan / kerugian ekonomi atau finansial, kerusakan atau cedera fisik, keterlambatan, sebagai konsekuensi ketidakpastian selama dilaksanakannya suatu kegiatan pengelolaan lahan.
Pengertian risiko dalam konteks proyek dapat didefinisikan sebagai suatu penjabaran terhadap konsekuensi yang tidak menguntungkan, secara finansial maupun fisik, sebagai hasil dari keputusan yang diambil atau akibat kondisi lingkungan di lokasi suatu kegiatan. Jika dikaitkan dengan konsep peluang, risiko adalah peluang terjadinya kondisi yang tidak diharapkan dengan semua konsekuensi yang mungkin muncul yang dapat menyebabkan keterlambatan atau kegagalan kegiatan. Konsep risiko pada proyek pembangunan dapat dijelaskan sebagai ukuran probabilitas dan konsekuensi dari tidak tercapainya suatu sasaran proyek yang telah ditentukan .
Directly perceptible risks are dealt with using judgement a combination of instinct intuition and experience. One does not
undertake a formal, probabilistic, risk assessment before crossing the road. Crossing the road in the presence of traffic involves prediction based on judgement. One must judge vehicle speeds, the gaps in traffic, one's walking speed, and hope one gets it right, as most of us do most of the time Most of the published literature on risk management falls into the category of risk perceived through science. Here one finds not only biological scientists in lab coats peering through microscopes, but physicists, chemists, engineers, doctors,
actuaries, epidemiologists and numerous other categories of scientist who have helped us to see risks that are invisible to the naked eye. Collectively
statisticians,
they have improved enormously our ability to manage risk as evidenced by the huge increase in average life spans that
has coincided with the rise of science and technology. But where the science is inconclusive we are thrown back on judgement. We are in the realm of virtual risk. These risks
are culturally constructed
when the science is inconclusive people are liberated to argue from, and act
upon, pre-established beliefs, convictions, prejudices and upon, pre-established beliefs, convictions, prejudices and
Sumber: www.socialaffairsunit.org.uk/.../000318.php; diakses 5/2/2011
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang kejadian tertentu yang jika terjadi akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Lebih jauh lagi risiko pada proyek adalah suatu kondisi pada proyek yang timbul karena ketidakpastian dengan peluang kejadian tertentu yang jika terjadi akan menimbulkan konsekuensi fisik maupun finansial yang tidak menguntungkan bagi tercapainya sasaran proyek, yaitu biaya, waktu, mutu proyek .
2.1.2. Risk dan Uncertainty
Meskipun risiko memiliki kaitan yang erat dengan ketidakpastian/ uncertainty, keduanya memiliki perbedaan. Ketidakpastian adalah kondisi dimana terjadi kekurangan pengetahuan, informasi, atau pemahaman tentang suatu keputusan dan konsekuensinya. Risiko timbul
karena ketidakpastian mengakibatkan keragu-raguan dalam meramalkan kemungkinan terhadap hasil-hasil yang akan terjadi di masa mendatang. Semakin tinggi tingkat ketidakpastian maka semakin tinggi pula risikonya.
2.1.3. Risk dan Opportunity
Kejadian di masa yang akan datang tidak dapat diketahui secara pasti. Kejadian ini atau suatu keluaran / output dari suatu kegiatan / Kejadian di masa yang akan datang tidak dapat diketahui secara pasti. Kejadian ini atau suatu keluaran / output dari suatu kegiatan /
2.1.4. Risk, Hazard, Peril, dan Losses
Konsep ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Hazard
Losses - Hazard adalah suatu keadaan bahaya yang dapat menyebabkan
Peril
terjadinya peril (bencana). - Peril (bencana) adalah sutu peristiwa/kejadian yang dapat menimbulkan kerugian (losses) atau bermacam kerugian. - Losses (kerugian) adalah kondisi negatif yang diderita akibat dari suatu peristiwa yang tidak diharapkan tetapi ternyata terjadi.
Factors Contributing to Risk of Injuries
Sumber: or.ucsf.edu/.../ergo.program/risk.injuries.html ; diakses 5/2/2011
2.2. Manajemen Risiko
2.2.1. Pengertian Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menanggapi risiko yang telah diketahui (melalui rencana analisa risiko atau bentuk observasi lain) untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin muncul . Untuk itu risiko harus didefinisikan dalam bentuk suatu rencana atau prosedur yang reaktif. Manajemen risiko bermakna sebagai semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko, dimana didalamnya termasuk perencanaan (planning), penilaian (assesment) (identifikasi dan dianalisa), penanganan (handling), dan pemantauan (monitoring) risiko.
Sumber: www.itservices.manchester.ac.uk/isprogramme/s... ; diakses 5/2/2011
Jika lebih jauh lagi dikaitkan dengan fungsi manajemen secara keseluruhan maka manajemen risiko adalah suatu manajemen fungsional yang mendukung manajemen obyektif dengan sasaran adanya ketidakpastian di masa mendatang.
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut dapat disusun konsep manajemen risiko sebagai bentuk pengelolaan terhadap risiko
untuk meminimalisasi konsekuensi buruk yang mungkin muncul melalui perencanaan, identifikasi, analisa, penanganan, dan pemantauan risiko.
2.2.2. Pentingnya Manajemen Risiko
Dalam dunia nyata selalu terjadi perubahan yang sifatnya dinamis, sehingga selalu terdapat ketidakpastian. Risiko timbul karena adanya ketidakpastian, dan risiko akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena adanya keterbatasan dalam memprediksikan hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kejadian yang memiliki peluang atau ketidakpastian (sebagai halnya risiko ) tidak dapat dikontrol, dan tidak ada pengelolaan sebaik apapun yang dapat meniadakan risiko. Setiap orang dan setiap organisasi harus selalu berusaha untuk menanggulanginya, artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar akibat buruk yang timbul dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Manajemen risiko merupakan pendekatan terorganisasi untuk menemukan risiko-risiko yang potensial sehingga dapat mengurangi terjadinya hal-hal di luar dugaan. Selanjutnya dapat diketahui akibat buruknya yang tidak diharapkan dan dapat dikembangkan rencana respon yang sesuai untuk mengatasi risiko-risiko potensial tersebut.
Informasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam menganalisa ketidakpastian di masa yang akan datang. Manajemen risiko harus dilakukan sedini mungkin dengan didukung informasi tersebut. Prosesnya merupakan tindakan preventif di mana kondisi usaha sesungguhnya dapat menjadi jelas sebelum terlambat dan dapat terhindar dari kegagalan yang lebih besar. Dengan manajemen risiko berarti melakukan sesuatu yang proaktif daripada reaktif.
2.2.3. Pentingnya Manajemen Risiko
Selalu terdapat perubahan dalam segala hal di dunia ini sehingga selalu terdapat ketidakpastian dalam segala hal. Risiko timbul karena adanya ketidakpastian dan risiko akan menimbulkan konsekuensi tidak menguntungkan. Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena adanya keterbatasan dalam memprediksikan hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kejadian yang memiliki peluang atau ketidakpastian sebagaimana risiko tidak dapat dikontrol, dan tidak ada pengelolaan sebaik apapun yang dapat meniadakan risiko. Setiap orang dan setiap organisasi harus selalu berusaha untuk menanggulanginya, artinya berupaya untuk meminimumkan ketidakpastian agar akibat buruk yang timbul dapat dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
Manajemen risiko merupakan pendekatan terorganisasi untuk menemukan risiko-risiko yang potensial sehingga dapat mengurangi terjadinya hal-hal di luar dugaan. Selanjutnya dapat diketahui akibat
buruknya yang tidak diharapkan dan dapat dikembangkan rencana respon yang sesuai untuk mengatasi risiko-risiko potensial tersebut.
Informasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam menganalisa ketidakpastian di masa yang akan datang. Manajemen risiko harus dilakukan sedini mungkin dengan didukung informasi tersebut. Prosesnya merupakan tindakan preventif di mana kondisi usaha sesungguhnya dapat menjadi jelas sebelum terlambat dan dapat terhindar dari kegagalan yang lebih besar. Dengan manajemen risiko berarti melakukan sesuatu yang proaktif daripada reaktif.
Dengan demikian melalui manajemen risiko akan diketahui metode yang tepat untuk menghindari/mengurangi besarnya kerugian yang diderita akibat risiko. Secara langsung manajemen risiko yang baik dapat menghindari semaksimal mungkin dari biaya-biaya yang terpaksa harus dikeluarkan akibat terjadinya suatu peristiwa yang merugikan dan menunjang peningkatan keuntungan usaha.
Secara tak langsung manajemen risiko memberikan sumbangan sebagai berikut.
a. Memberikan pemahaman tentang risiko, efeknya, dan keterkaitannya secara lebih baik dan pasti sehingga menambah keyakinan dalam pengambilan keputusan yang dapat meningkatkan kualitas keputusan.
b. Meminimalkan jumlah kejadian di luar dugaan dan memberikan gambaran tentang akibat negatifnya sehingga mengurangi ketegangan dan kesalah-pahaman.
c. Membantu menyediakan sumberdaya dengan baik.
d. Menangkal timbulnya hal-hal dari luar yang dapat mengganggu kelancaran operasional.
e. Mengurangi fluktuasi laba dan arus kas tahunan atau menstabilkan pendapatan.
f. Menimbulkan kedamaian pikiran dan ketenangan tenaga kerja dalam bekerja.
g. Meningkatkan public-image perusahaan sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan terhadap karyawan dan masyarakat.
Manajemen risiko pada saat ini merupakan kunci dari keseluruhan manajemen bisnis. Tujuan utama manajemen risiko harus menyokong obyektif pengelolaan. Dengan berjalannya usaha bisnis yang diharapkan mendatangkan keuntungan, maka meminimalkan risiko untuk mencapai keuntungan yang memuaskan menjadi sasaran bisnis.
"Pengalaman menunjukkan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang menggunakan waktunya untuk berpikir tentang kebutuhan
pada saat ini dan kecenderungan di masa yang akan datang. Namun demikian manajer yang peduli akan perkembangan yang memungkinkan serta hasil keluarannya (internal atau eksternal), serta yang lebih proaktif daripada reaktif adalah manajer yang lebih mungkin untuk sukses."
Ketidakpastian dalam suatu usaha dapat merupakan suatu kesempatan (opportunity) atau risiko, yang dapat mendatangkan keuntungan atau kerugian. Analisa risiko dapat membantu untuk risiko spekulatif dengan lebih bijaksana dan efisien dengan memutuskan apakah risiko tersebut harus dihindari atau dihadapi. Lebih jauh lagi kemampuan dalam mengelola risiko akan bermanfaat dalam persaingan serta mencegah terjadinya kegagalan dan kehancuran sehingga suatu unit usaha dapat bertahan hidup.
2.2.4. Proses dalam Manajemen Risiko
Informasi berdasarkan pengalaman di masa lalu sangat membantu dalam menganalisa hal-hal tidak pasti yang akan terjadi masa yang akan datang. Manajemen risiko memanfaatkan informasi tersebut untuk memusatkan perhatian pada masa depan apabila terdapat ketidakpastian dan kemudian mengembangkan rencana yang sesuai untuk mengatasi isu-isu potensial tersebut dari dampak yang merugikan.
Tahapan dalam manajemen risiko dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Perencanaan (planning) Proses pengembangan dan dokumentasi strategi dan metode yang terorganisasi, komprehensif, dan interaktif, untuk keperluan identifikasi dan penelusuran isu-isu risiko, pengembangan rencana penanganan risiko, penilaian risiko yang kontinyu untuk menentukan perubahan risiko, serta mengalokasikan sumberdaya yang memenuhi.
2. Penilaian (assesment) Terdiri atas proses identifikasi dan analisa area-area dan proses- proses teknis yang memiliki risiko untuk meningkatkan kemungkinan dalam mencapai sasaran biaya, kinerja / performance, dan waktu penyelesaian kegiatan.
a. Identifikasi (identifying) Merupakan proses peninjauan area-area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko potensial, untuk selanjutnya diidentifikasi dan didokumentasi.
b. Analisa (analyzing) Merupakan proses menggali informasi / deskripsi lebih dalam terhadap risiko yang telah diidentifikasi, yang terdiri atas: - kuantifikasi risiko dalam probabilitas dan konsekuensinya terhadap aspek biaya, waktu, dan teknis proyek - penyebab risiko - keterkaitan antar risiko - saat terjadinya risiko - sensitivitas terhadap waktu
3. Penanganan (handling) Merupakan
evaluasi, seleksi, dan implementasi penanganan terhadap risiko dengan sasaran dan kendala masing-masing program, yang terdiri atas menahan risiko, menghindari risiko, mencegah risiko, mengontrol risiko, dan mengalihkan risiko.
prases
identifikasi,
4. Pemantauan / monitoring risiko Merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan strategi penanganan risiko yang lebih baik di kemudian hari.
Sumber: www.symantec.com/connect/blogs/isoiec-2700520... ; diakses 15/2/2011
2.3. Jenis Risiko
Untuk dapat mengidentifikasi risiko-risiko perlu diketahui jenis- jenis risiko dan pengelompokannya menurut teori-teori. Berikut ini adalah risiko-risiko dalam bidang usaha bisnis. Risiko-risiko pada bidang usaha bisnis dapat diterapkan pada kegiatan proyek konstruksi, karena jasa konstruksi juga merupakan bidang usaha bisnis yang bertujuan mendapatkan keuntungan.
Secara garis besar berdasarkan sifatnya risiko dikelompokkan menjadi risiko usaha (business risk) atau yang disebut juga sebagai risiko spekulatif, dan risiko murni. Risiko spekulatif adalah risiko yang jika diambil dapat memberikan dua kemungkinan hasil, yaitu kerugian atau keuntungan. Dalam konteks aktivitas proyek, risiko yang dimaksud adalah risiko murni, yaitu risiko yang secara potensial dapat mendatangkan kerugian dalam upaya mencapai sasaran kegiatan.
2.3.1. Risiko-risiko dalam Project of Knowledge (Project Management Institute, PMI)
Berikut ini adalah risiko-risiko yang diidentifikasi menurut PMI.
1. Risiko eksternal tidak dapat diprediksi
a. Perubahan peraturan perundang-undangan & Campur tangan pemerintah.
b. Bahaya dari alam (acts of God)
c. Vandalisme (perusakan) dan Sabotase.
d. Efek samping yang tidak diharapkan
e. Kegagalan penyelesaian pekerjaan
2. Risiko eksternal dapat diprediksi secara tidak pasti
a. - Risiko pasar - Perubahan-perubahan besar
b. Operasional
c. Dampak lingkungan
d. Dampak sosial
e. - Perubahan nilai tukar mata uang - Inflasi - Perpajakan
f. Perubahan suku bunga pinjaman
g. Ketersediaan material mentah
3. Risiko internal non-teknis
a. Keterlambatan dari jadwal
b. Pemberhentian pekerjaan oleh tenaga kerja
c. Cost overruns
d. Rencana manfaat / benefit proyek
e. Kemacetan cash flow / arus kas
f. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
4. Risiko teknis
a. Perubahan teknologi
b. Masalah sehubungan dengan kinerja operasional dan pemeliharaan
c. Teknologi proyek yang khusus
d. Perubahan dan penyesuaian -
Perubahan kondisi proyek secara global/makro
Masalah sehubungan dengan desain .
5. Risiko legal
a. Lisensi
b. Hak paten
c. Kegagalan kontrak
d. Tuntutan hukum
e. Force Majeure
f. Kinerja subkontraktor. Risiko eksternal adalah risiko yang berada di luar proyek dan sudah
ada sebelum proyek dicanangkan dan mempengaruhi jalannya kegiatan. Risiko internal adalah risiko yang berada di dalam lingkup proyek dan berasal dari keputusan yang diambil. Risiko internal merupakan ketidakpastian yang dapat dikontrol oleh pengelola kegiatan.
2.3.2. Risiko-risiko dalam Konteks Bisnis Umum dan Proyek
Risiko-risiko dalam konteks proyek pembangunan adalah:
1. Risiko yang dapat diasuransikan (insurable)
a. Kerusakan langsung pada peralatan dan pelengkapan
- Kebakaran - Kecelakaan - Kerusakan/kehilangan material, peralatan, dan perlengkapan
proyek
b. Kerugian tidak langsung (yang menyangkut aktivitas pihak ke tiga)
- Penggantian peralatan - Pembuangan reruntuhan / sampah (debris removal)
c. Tanggung jawab hukum - Desain produk yang buruk
- Kesalahan desain - Tanggung jawab terhadap produk kegiatan pengelolaan
- Kegagalan performance kegiatan.
d. Sumberdaya manusia Contohnya antara lain:
Cedera badan pada tenaga kerja - Tidak berfungsinya tenaga kerja inti - Biaya penggantian tenaga kerja inti.
2. Risiko-risiko pada tahap konstruksi
- Tenaga kerja yang tidak terampil Ketersediaan material - Pemogokan - Cuaca - Perubalian lingkup pekerjaan - Perubahan jadwal pelaksanaan pekerjaan - Persyaratan peraturan perundangan - Tidak ada sistem kontrol di lokasi kegiatan - Kualitas pekerjaan yang buruk - Tidak diterimanya pekerjaan oleh pemberi kerja - Perubahan konstruksi yang telah jadi - Masalah pada arus kas - Keterlambatan pengiriman material
Pengelompokkan risiko berdasarkan potensi sumber risikonya adalah:
1. Risiko yang berkaitan dengan bidang manajemen - Kurang tepatnya perencanaan lingkup pekerjaan, biaya,
jadwal, dan mutu - Kurang tepatnya pengendalian lingkup pekerjaan, biaya,
jadwal, dan mutu - Ketepatan penentuan struktur organisasi - Ketelitian pemilihan personil - Kekaburan kebijakan dan prosedur - Koordinasi pelaksanaan
2. Risiko yang berkaitan dengan bidang teknis dan implementasi - Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering - Ketepatan pengadaan material dan peralatan (volume, jadwal,
harga, dan kualitas) - Ketepatan pekerjaan konstruksi (jadwal dan kualitas) - Tersedianya tenaga ahli dan penyelia - Tersedianya tenaga kerja lapangan - Variasi dalam produktivitas kerja - Kondisi lokasi dan site - Ditemukannya teknologi baru (peralatan dan metode)
dalamproses konstruksi dan produksi.
3. Risiko yang berkaitan dengan bidang kontrak dan hukum - Pasal-pasal yang kurang lengkap, kurang jelas, dan
menimbulkan perbedaan interpretasi - Pengaturan pembayaran, change order, dan klaim - Masalah jaminan, guarantee, dan warranty - Lisensi dan hak paten - Force majeure.
4. Risiko yang berkaitan dengan situasi ekonomi, sosial, dan politik
- Peraturan perpajakan dan pungutan - Perizinan - Pelestarian lingkungan - Situasi pasar (persediaan dan penawaran
material dan peralatan) - Ketidakstabilan moneter/devaluasi - Aliran kas.
Penelitian yang dilakukan oleh Standish Group pada 1000 Manajer Proyek menghasilkan 10 macam faktor potensial yang dapat menyebabkan kegagalan proyek pembangunan, yaitu:
1. Persyaratan yang tidak lengkap
2. Rendahnya peranan owner
3. Kekurangan sumberdaya
4. Pengharapan yang tidak realistis
5. Rendahnya dukungan pihak eksekutif
6. Perubahan persyaratan dan spesifikasi
7. Kurang matangnya perencanaan
8. Proyek ditiadakan
9. Kurang matangnya manajemen proyek
10. Buta teknologi proyek. Proyek merupakan salah satu bentuk usaha bisnis. Untuk itu di
samping mempelajari risiko-risiko dalam konteks proyek, perlu dikaji pula risiko-risiko dalam konteks lainnya. Risiko pada berbagai bidang pembangunan dapat dianalisis dengan pendekatan finansial sebagai berikut.
a. Risiko sumberdaya manusia - Stress pada tenaga kerja - Kesehatan tenaga kerja yang buruk - Ketidakpuasan pekerja yang menyebabkan pemogokan - Suksesi - Kepindahan pekerja inti/senior yang potensial - Bocornya rahasia perusahaan
- Perselisihan pekerja
b. Risiko kesehatan dan keselamatan kerja - Mesin-mesin berbahaya - Suara bising - Getaran - Bahaya akibat listrik - Bahan yang membahayakan kesehatan - Luka-luka fisik dan stress - Terpeleset, terjatuh, tersandung - Tertimpa barang akibat pengangkatan dan penangan barang yang buruk - Radiasi - Terbakar - Luka-luka akibat kendaraan - Mesin bertekanan tinggi
c. Risiko kejahatan - Pencurian barang-barang - Pencurian data dan informasi - Intelijen bisnis - Perampokan - Perusakan dan penghancuran
d. Risiko kecurangan - Pemalsuan data - Menjual informasi - Pengesahan faktur-faktur palsu
e. Risiko lingkungan
- Polusi lingkungan (polusi udara, limbah cair, limbah padat, bahan beracun, degradasi lahan, pencemaran tanah) - Munculnya biaya pencegahan akibat polusi (mis. penghijauan)
f. Risiko kebakaran
g. Risiko kerusakan komputer/ komunikasi
h. Risiko pemasaran
i. Risiko kualitas dan daya saing produk. Menurut Djojosoedarso (1999) risiko dalam suatu bisnis adalah
sebagai berikut :
a. Risiko murni yaitu risiko yang tidak disengaja - Risiko terjadinya kebakaran - Risiko bencana alam - Risiko pencurian - Risiko penggelapan - Risiko pengacauan
b. Risiko spekulatif yaitu risiko yang disengaja agar memberikan
keuntungan - Risiko hutang-piutang - Perjudian - Perdagangan berjangka
c. Risiko fundamental, yaitu risiko yang penyebabnya tidak dapat dilimpahkan kepada seseorang dan yang menderita banyak orang. - Banjir - Angin topan
d. Risiko khusus, yaitu risiko yang bersumber pada peristiwa yang
mandiri : - Kapal kandas - Pesawat jatuh - Tabrakan mobil
e. Risiko dinamis, yaitu risiko karena perkembangan masyarakat :
- Risiko keusangan teknologi - Risiko penerbangan luar angkasa
f. Risiko statis - Risiko hari tua - Risiko kematian
2.3.3. Risiko-risiko dalam Asuransi Contructor's All Risk (CAR)
Asuransi CAR berfungsi untuk memberikan perlindungan komprehensif atas proyek konstruksi terhadap risiko kerusakan pada fisik dan material yang diasuransikan serta kerugian yang menimpa pihak ke tiga. Dalam prakteknya standar Asuransi CAR yang digunakan adalah Standar CAR Munich Re yang berasal dari Jerman. Obyek dan subyek pertanggungan dalam Asuransi CAR adalah:
A. Obyek pertanggungan:
1. Proyek teknik sipil (bangunan transportasi, bangunan air, bangunan gedung)
2. Proyek dengan harga kontrak pekerjaan sipil lebih dari 50% dari harga kontrak total
3. Peralatan dan mesin yang digunakan untuk pelaksanaan proyek .
B. Subyek pertanggungan:
1. Kontraktor utama
2. Subkontraktor
3. Pemilik proyek (owner). Risiko-risiko yang termasuk dalam jaminan pokok Asuransi CAR
sebagaimana disebutkan dalam underwriting Asuransi CAR Munich Re Standart, adalah sebagai berikut:
1. Disambar petir
2. Tsunami
3. Angin ribut
4. Tanah longsor
5. Keruntuhan struktur (collapse),
6. Kecelakaan kerja terhadap fisik proyek,
7. Akibat dari defective material (workmanship),
8. Kebakaran,
9. Ledakan,
10. Kejatuhan pesawat terbang,
11. Pencurian dan perampokan. Risiko-risiko yang termasuk dalam jaminan tambahan adalah:
1. Gempa bumi
2. Banjir
3. Letusan gunung berapi
4. Erosi dan longsor
5. Penurunan muka air tanah
6. Penurunan, penyusutan, pengembangan tanah
7. Pemogokan dan kerusuhan
8. Cross liability (kerugian yang menimpa sub-sektor lainnya)
9. Risiko selama masa pemeliharaan
10. Risiko pada saat pengetesan komponen mekanikal dan elektrikal
11. Risiko bagian kontrak kerja yang telah diserahterimakan
12. Vibrasi, bergerak, atau melemahnya daya dukung tanah
13. Transportasi properti yang dipertanggungkan
14. Risiko terhadap propperti yang menjadi milik tertanggung atau berada di bawah tanggungannya
15. Kerusakan tanaman, hutan, benda seni, dan budaya
16. Kerugian pihak ketiga (cacat/meininggal dan kerugian materi) akibat kecelakaan kerja
17. Biaya tambahan untuk kerja lembur dan pengangkutan cepat (express freight)
18. Kerusakan pada sistem dewatering
19. Serial losses akibat defective material atau workmanship
20. Kegagalan pengecoran pada daerah batuan dan/atau tanah lunak
21. Kerusakan pada pipa/jaringan bawah tanah yang sudah ada
22. Kerusakan peralatan/mesin konstruksi dan elektrikal
23. Keretakan dan kebocoran
24. Kerugian terhadap kesalahan desain item pada pekerjaan lain yang tidak mengalami kesalahan desain.
2.4. Identifikasi Risiko
2.4.1. Fungsi Identifikasi Risiko
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya tahapan dalam manajemen risiko adalah perencanaan, penilaian (identifikasi dan analisa), penanganan, serta pengawasan. Rancangan manajemen risiko proyek secara formal adalah dilakukan sebelum proyek dijalankan. Penilaian risiko merupakan tahapan awal dalam program manajemen risiko serta merupakan tahapan paling penting karena mempengaruhi keseluruhan program dalam manajemen risiko. Identifikasi risiko berfungsi untuk mendapatkan area-area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko yang potensial untuk selanjutnya dianalisa.
2.4.2 Proses Identifikasi Risiko Secara garis besar tahapan identifikasi risiko adalah merinci risiko- risiko yang ada sampai level yang detail dan kemudian menentukan signifikansinya (potensinya) dan penyebabnya, melalui program survei dan penyelidikan terhadap masalah-masalah yang ada. Risiko-risiko yang telah dirinci ini kemudian digolongkan dalam kategori-kategori. Proses identifikasi risiko melibatkan banyak disiplin dalam setiap level manajemen proyek.
Pada dasarnya identifikasi risiko diawali dengan menyusun daftar kejadian-kejadian tidak diharapkan di proyek yang mungkin menyebabkan kegagalan dalam mencapai sasaran proyek. Sumbernya adalah sebagai berikut:
A. Sumber yang obyektif Kejadian yang pernah dialami oleh proyek-proyek sebelumnya yang tercatat dalam rekord-rekord proyek. Dapat juga dilakukan melalui analisa terhadap kontrak-kontrak kegiatan pembangunan yang pernah dibuat.
B. Sumber yang subyektif: Expert system Pengalaman para pakar terkait yang dapat diperoleh melalui
wawancara. Ketepatan identifikasi didukung oleh keterampilan pihak yang melakukan
identifikasi dalam menentukannya atau memberikan judgement. Cara ini dapat ditempuh melalui Panel Group atau pendataan pengalaman pribadi.
"Penyusunan identifikasi risiko dapat berasal dari "opini para pakar" ("expert opinion") atau dari estimasi berdasarkan "perasaan" ("gut feeling") para pakar berdasarkan pengalamannya. Untuk membantu proses ini dan meyakinkan bahwa sudah seluruh aspek tercakup dalam daftar tersebut maka dapat digunakan daftar isian, daftar pertanyaan / kuesioner atau cheklist."
Cara ini dapat ditempuh melalui:
a. Panel group Sejumlah praktisi dan spesialis dalam proyek dikumpulkan dalam suatu diskusi panel untuk mengadakan brainstorming. Setiap panelis mendaftar seluruh risikorisiko yang secara teoritis dapat muncul. Setelah itu seluruh anggota panel-group memutuskan bersama risiko-risiko yang termasuk dalam risiko yang diidentifikasi.
b. Pengalaman individual Individu yang bersangkutan diminta untuk mendaftar seluruh risiko yang relevan dalam lingkup keahlian mereka.
c. Inspeksi langsung di tempat terjadinya aktivitas pembangunan.
Sumber: www.securityresearch.at/.../risk-management/; diakses 5/2/2011
2.4.3. Pengukuran potensi risiko
Risiko suatu kegiatan pemanfaatan sumberdaya lahan ditandai oleh faktor-faktor: l.
Peristiwa risiko (menunjukkan dampak negatif yang dapat terjadi pada proyek)
2. Probabilitas terjadinya risiko (atau frekuensi)
3. Keparahan (severity) dampak negatif/impact/konsekuensi negatif dari risiko yang akan terjadi
Risiko diformulasikan sebagai fungsi dari kemungkinan terjadi (likelihood) dan dampak negatif (impact). Risk = f (Likelihood, Impact). Risiko yang potensial adalah risiko yang perlu diperhatikan karena memiliki probabilitas terjadi yang tinggi dan memiliki konsekuensi negatif yang besar dan terjadinya risiko ditandai dengan adanya error pada estimasi waktu, estimasi biaya, atau teknologi desain.
2.5. Manajemen Kegiatan / Proyek
2.5.1. Kegiatan
Pemanfataan
Sumberdaya (Proyek
Pembangunan) Proyek adalah suatu kegiatan (sekuen) yang unik, kompleks, dan
seluruh aktivitas di dalamnya memiliki satu tujuan, yang harus diselesaikan tepat waktu, tepat sesuai anggaran, dan sesuai dengan spesifikasi. Berdasarkan pengertian tersebut dapat didefinisikan karakteristik utama proyek adalah sebagai berikut:
- Memiliki satu sasaran yang jelas dan telah ditentukan yang menghasilkan lingkup (scope) tertentu berupa produk akhir. - Bersifat sementara dengan titik awal dan akhir yang jelas
(sekuen) - Biasanya terdiri atas aktivitas yang kompleks dan saling
terkait. - Di dalamnya terdapat suatu tim yang memiliki banyak disiplin ilmu serta terdiri atas banyak departemen. - Mengerjakan sesuatu yang belum pernah dikerjakan sebelumnya (sekali lewat) atau memiliki sifat yang berubah / non-rutin (unik)
- Jenis dan intensitas kegiatan sepat berubah dalam kurun
waktu yang relatif pendek - Peserta memiliki multisasaran yang seringkali berbeda - Terdapat jangka waktu, biaya, dan persyaratan performance
atau mutu yang pasti - Memiliki kadar risiko tinggi.
Kegiatan proyek berbeda dengan kegiatan operasional. Perbedaan-perbedaan tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbedaan Kegiatan Proyek dengan Kegiatan Operasional
Kegiatan Proyek
Kegiatan Operasional
Bercorak dinamis, non-rutin
Berulang-ulang, rutin
Siklus relatif pendek
Berlangsung dalam jangka panjang
Intensitas kegiatan dalam periode siklus proyek berubah-ubah naik-turun
Intensitas kegiatan relatif sama
Kegiatan harus diselesaikan berdasarkan jadwal dan anggaran yang telah
Batasan anggaran dan jadwal tidak Setajam proyek
ditentukan Terdiri atas bermacam-macam kegiatan
yang memerlukan berbagai disiplin ilmu Macam kegiatan tidak terlalu banyak Keperluan sumberdaya berubah, baik macam maupun volumenya Macam dan volume keperluan sumberdaya relatif konstan
Sumber: Soeharto. 2001
Di antara berbagai jenis kegiatan pembangunan salah satu di antaranya adalah kegiatan pengelolaan & pemanfataan sumberdaya lahan. Deskripsi mengenai proyek pembangunan (konstruksi) sebagai berikut:
"Proyek konstruksi adalah proses di mana rencana / desain dan spesifikasi dikonversikan menjadi struktur dan fasilitas fisik. Proses konstruksi
dan koordinasi seluruh sumberdaya proyek (tenaga kerja, peralatan konstruksi, material permanen dan sementara, suplai dan fasilitas, uang, teknologi dan metode, waktu) untuk menyelesaikan proyek tepat waktu, tepat sesuai anggaran, serta sesuai dengan standar kualitas dan kinerja yang dispesifikasikan oleh perencana. Pemegang peranan utama pada proses konstruksi adalah kontraktor dan sub-kontraktor beserta tenaga kerjanya. Pihak lain yang terlibat antara lain arsitek/engineer sebagai penyelia/supervisor, pemasok/supplier material dan peralatan, konsultan, pemilik proyek, serta penyedia jasa pengangkutan."
melibatkan organisasi
Siklus kegiatan proyek konstruksi pada sistem usaha jasa konstruksi yang umum berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan Letter of Award atau Letter of Acceptance sebagai pemberitahuan resmi bahwa owner telah menunjukan kontraktor yang bersangkutan untuk mengerjakan suatu proyek
2. Rapat Pre Award Meeting 1 untuk pengarahan sebelum SPK / SPMK diterima
3. Penandatanganan Surat Perintah Kerja (SPK) / Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh kedua pihak
4. Rapat Kick-off Meeting (lingkup perusahaan) untuk menyusun rencana implementasi proyek
5. Rapat Pre Award Meeting 2 (lingkup owner dan kontraktor) untuk presentasi rencana implementasi proyek pada owner
6. Penandatanganan kontrak oleh kedua pihak
7. Menyiapkan rencana pengendalian biaya dan waktu proyek (lingkup proyek)
8. Melakukan kegiatan fisik
9. Serah terima pekerjaan pertama (Provisional Hand Over/PHO)
10. Perbaikan fisik (jika diperlukan)
11. Serah terima pekerjaan kedua (Final Hand Over/FHO).
2.5.2. Manajemen Proyek Pembangunan
Menurut Project Management Body of Knowledge (PM-BOK), Project Management Institute (PMI) manajemen proyek didefinisikan sebagai berikut:
"Ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengoordinir sumberdaya yang terdiri atas manusia dan material dengan menggunakan teknik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan, yaitu lingkup, mutu, jadwal, dan biaya, serta memenuhi keinginan para stakeholder."
2.5.3 Sasaran Proyek
Suatu proyek lazimnya mempunyai tujuan khusus di mana dalam mencapainya ada batasan yang harus dipenuhi, yaitu anggaran proyek yang dialokasikan, jadwal pelaksanaan proyek, serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut sering diasosiasikan sebagai sasaran proyek sebagai Biaya, Waktu, dan Mutu. Manajemen proyek dikatakan baik jika sasaran tersebut tercapai.
Berikut ini dijelaskan satu demi satu.
a. Tepat biaya Proyek harus dikerjakan dengan biaya yang tidak melebihi anggaran, baik biaya tiap item pekerjaan, biaya tiap periode pelaksanaan, maupun biaya total sampai akhir proyek.
b. Tepat waktu Proyek harus dikerjakan dengan waktu sesuai dengan jadwal pelaksanaan proyek / schedule yang telah direncanakan yang ditunjukkan dalam bentuk work progress/prestasi pekerjaan. Waktu pelaksanaan kegiatan tidak boleh terlambat baik per periode pelaksanaan, maupun waktu serah terima hasil kegiatan.
c. Tepat mutu Produk pembangunan secara keseluruhan termasuk sistem/proses dan bagian-bagian fisiknya. Mutu produk, atau disebut sebagai kinerja (performunce), harus memenuhi spesifikasi dan kriteria dalam taraf yang disyaratkan oleh pemrakarsa.
2.5.4. Manajemen Risiko Proyek
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya proyek adalah sesuatu yang berubah, selalu merupakan hal yang baru, dan memiliki sejumlah peluang. Dengan karakteristik proyek yang unik seperti itu maka proyek selalu dekat dengan risiko, pekerjaan pembangunan sumberdaya lahan merupakan salah satu bentuk kegiatan yang berisiko besar dan berdampak luas.
Bagian-bagian pada operasional proyek yang memiliki risiko tinggi menunjukkan bahwa bagian tersebut kurang ditangani dengan baik karena kurangnya kapabilitas sumberdaya, baik dari manajemen proyek maupun organisasi proyek. Disamping itu, juga dapat disebabkan oleh tingginya tingkat kesulitan aspek teknis yang disusun pada tahap desain atau pengembangan.
Dalam konteks pembangunan sumberdaya, konsekuensi negatif risiko dapat didefinisikan sebagai tidak tercapainya sasaran proyek , yaitu:
1. Realisasi biaya yang tidak sesuai dengan estimasi
2. Realisasi waktu pelaksanaan tidak sesuai dengan estimasi jadwal / schedule
3. Realisasi mutu pekerjaan yang tidak memenuhi spesifikasi teknis.
Manajemen risiko merupakan alat yang sangat bermanfaat bagi manajemen proyek dalam mendukung pengendalian proyek untuk menghindari keadaan yang dapat mengarah ke cost over-runs,
keterlambatan pencapaian jadwal, atau tidak dapat memenuhi kinerja yang ditentukan. Meminimalkan risiko untuk memperoleh pendapatan merupakan salah satu tujuan proyek. Manajemen risiko pada proyek dapat memberikan kontrol lebih baik untuk masa yang akan datang dan secara signifikan memberikan peluang pencapaian sasaran proyek (waktu, anggaran, dan performance teknis) dengan lebih baik.
Manajemen risiko yang baik adalah yang proaktif, bukan reaktif, sehingga rencana pengelolaan terhadap risiko harus dilakukan sesegera mungkin di awal proyek. Teknik-teknik dalam manajemen risiko mendukung manajemen proyek secara keseluruhan dan membantu teknik pengambilan keputusan dalam proyek. Manajemen risiko berkaitan dengan proses-proses kunci dalam proyek, termasuk di dalamnya manajemen proyek secara keseluruhan, system engineering, biaya proyek, lingkup pekerjaan, mutu pekerjaan, dan jadwal pelaksanaan proyek. Dalam manajemen proyek yang baik manajemen risiko merupakan bagian dari manajemen proyek. Untuk itu PMI dalam PM-BOK menyertakan Komponen Pengendalian Risiko sebagai salah satu dari delapan komponen K n o w l e d g e Area of Project Management.
2.6. Manajemen Pemasaran
Pemasaran dapat dikatakan sebagai aktifitas utama dalam perusahaan karena pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan dalam aktiftas bisnis yang dijalankannya. Meskipun keberhasilan suatu bisnis tergantung pada bagaimana manajemen perusahaan dapat mengkombinasikan berbagai fungsi yang ada beserta sumberdayanya, namun untuk memenuhi tuntutan dalam persaingan yang strategis maka semua fungsi yang ada dalam suatu organisasi bisnis harus berorientasi pada pemasaran.
"Pemasaran: suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang
menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli potensial".
"Pemasaran: proses perencanaan dan pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi, clan distribusi gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi".
Dengan demikian, pemasaran mencakup berbagai kegiatan terpadu dari suatu aktifitas bisnis guna mengembangkan rencana rencana strategis yang terdiri dari kegiatan kegiatan utarna merencanakan produk menentukan harga, mempromosikan produk, dan
mendistribusikan produk dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga diperoleh hasil yang maksimal berupa peningkatan penjualan yang merupakan pusat dari pada laba.
Pemasaran juga merupakan suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu-individu atau kelompok-kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk-produk yang bernilai.