PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK DARI TEORI BE

MAKALAH KELOMPOK
PEMBELAJARAN YANG BERPIJAK DARI TEORI BELAJAR
KONSTRUKTIVISME
(Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Belajar dan Pembelajaran
dengan dosen pengampu : Prof. Dr. H. Karwono, M.Pd. dan Supriyati, M.Pd.)

Oleh :
Kelompok 8
1.

Latifatu Anisa

(14330006)

2.

Nindya Anggraini

(14330012)

3.


Rafita Al Qorny

(14330031)

4.

Bayu Triatmojo

(14330001)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2015

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

memberikan berkat, anugerah, dan karunia yangmelimpah, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas
dalam mata kuliah belajar dan pembelajaran adapun judul penulisan makalah ini
adalah ”Pembelajaran yang Berpijak dari Teori Belajar “Konstruktivisme”.
Selanjutnya kami menyadari jika dalam pembuatan makalah inibanyak
memperoleh pengarahan dari semua pihak, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini.
Semoga pembuatan ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari
mengenai materi pembelajaran yang berpijak dari teori belajar kognitif.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati, kepada para pembaca kami mohon
dapat menyampaikan saran dan kritik untuk perbaikan selanjutnya.
Wassalamualaikum wr.wb

Metro, November 2015

Penyusun


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Belajar Konstruktivisme.....3
B. Aplikasi Psikologi Kognitif Dalam Kegiatan Pembelajaran........................4
BAB III KESIMPULAN......................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori konstruktivisme merupakan suatu teori yang lebih mementingkan proses

dari pada hasil. Proses pembelajaran tidak hanya melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon, tetapi lebih banyak melibatkan proses berfikir. Menurut teori
ini ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Tekanan utama teori konstruktivisme
adalah lebih memberikan tempat kepada siswa/subjek didik dalam proses
pembelajaran dari kepada guru atau instruktur. Teori ini berpandangan bahwa
siswa yang berinteraksi dengan berbagai objek dan peristiwa sehingga mereka
memperoleh dan memahami pola-pola penanganan terhadap objek dan peristiwa
tersebut.

Dengan

demikian

siswa

sesungguhnya

mampu


membangun

konseptualisasi dan pemecahan masalah mereka sendiri.
Melihat konsep dasar tersebut artinya, saat ini bukan bagaimana guru
mengajar, tetapi bagaimana agar siswa dapat belajar. Pengertian belajar, menurut
konstruktivisme,

adalah

perubahan

proses

mengonstruksi

pengetahuan

berdasarkan pengalaman nyata yang dialami siswa sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan sekitarnya. Pengetahuan yang mereka peroleh sebagai hasil
interpretasi pengalaman yang disusun dalam pikirannya. Secara psikologis, tugas

dan wewenang guru adalah mengetahui karakteristik siswa, memotivasi belajar,
menyajikan bahan ajar, dan memilih metode belajar.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan antara lain sebagai berukut:
1. Apa pengertian Belajar menurut pandangan teori belajar konstruktivisme?
2. Bagaimana aplikasi psikologi konstruktivisme dalam kegiatan pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran
2. Untuk mengetahui pengertian belajar menurut pandangan teori konstruktivisme
3. Untuk mengetahui aplikasi teori konstruktivisme dalam pembelajaran

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar Menurut Pandangan Teori Belajar konstruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Teori

konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap
manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk
menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang
lain. Dari keterangan tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini
memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna
mengembangkan dirinya sendiri.
Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang di
lewati dalam kehidupan

selama ini merupakan himpunan dan pembinaan

pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai
beberapa konsep umum seperti:
a. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
b. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan
mereka.
c. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui
proses


saling

mempengaruhi

pembelajaran terbaru.

antara

pembelajaran

terdahulu

dengan

d. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya
secara

aktif


dengan

cara

membandingkan

informasi

baru

dengan

pemahamannya yang sudah ada.
e. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama.
Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak
konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
f. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai keterkaitan dengan
pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
B. Aplikasi Teori Belajar Konstruktivisme dalam Pembelajaran
Perspektif konstruktivis lebih banyak menekan pentingnya perenungan,

pemahaman, pemaknaan, pemikiran kritis mengenai nilai-nilai dan penyelidikan
yang berkelanjutan pada sedikit topik penting daripada membahas banyak topik
secara dangkal. Oleh karena itu, dalam pembelajaran, hendaknya para guru
memerhatikan hal-hal berikut:
1. Memanfaatkan pengetahuan awal peserta didik
Sesuai dengan istilah asimilasi yang dikenal piaget, peserta didik akan merasa
lebih mudah mengkonstruksi pengetahuan jika informasi baru yang diterima itu
cocok dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Dengan demikian,
guru sebaiknya memulai pembelajaran dengan terlebih dahulu membangkitkan
informasi yang telah dimiliki peserta didik sesuai dengan materi baru yang akan
disampaikan. Dengan demikian, peserta didik akan lebih mudah dan siap untuk
mengkonstruk pengetahuan selama mengikuti pembelajaran.

2. Menciptakan pembelajaran yang bermakna melalui pengalaman
Segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian
rupa sehingga bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran akan menjadi lebih
bermakna dengan cara mengalami. Oleh karena itu, sebaiknya materi
pembelajaran disampaikan dengan cara mengaitkan dngan kehidupan sehari-hari,
dan juga penerapan konsep dalam realitas kehidupan.
3. Menciptakan lingkungan sosial yang kondusif

Pembelajaran seharusnya dirancang untuk memberikan kesempatan bagi
peserta didik untuk bebas berinteraksi secara multiarah, antarpeserta didik dan
antara peserta didik dengan guru dalam berbagai konteks sosial. Dengan adanya
kualitas dan intensitas interaksi yang tinggi diharapkan akan terjadi pembelajaran
yang efektif. Peserta didik yang kurang mampu tidak merasa segan untuk bertanya
kepada peserta didik yang lebih mampu atau kepada guru. Peserta didik yang
lebih mampu akan memberikan bantuan kepada peserta didik yang kurang mampu
sesuai kapasitasnya sehingga secara bertahap akan menjadi mampu. Peserta didik
akan merasa akrab dengan guru dan merasa tidak segan untuk minta bantuan.
4. Memotivasi kemandirian peserta didik
Konsep ini tidak mengartikan bahwa belajar itu harus sendiri tanpa orang
lain, tetapi menjelaskan bahwa belajar itu merupakan konstruksi pengetahuan
secara personal baik dilakukan secara personal maupun dengan dibantu orang lain.
Artinya, peserta didik didorong untuk selalu aktif memaknai pembelajarannya
kemudian membangun pengetahuan baru, bukan merupakan hasil transfer
pengetahuan. Apapun fasilitas lingkungan merupakan stimulator untuk aktif
belajar.
Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori konstruktivisme
Aplikasi teori konstruktivisme pada pembelajaran diantaranya:

1. Setiap guru akan pernah mengalami bahwa suatu materi telah dibahas dengan
jelas-jelasnya, tetapi masih ada sebagian peserta didik yang belum mengerti
ataupun tidak mengerti materi yang diajarkan sama sekali. Hal ini
menunjukkan bahwa seorang guru dapat pembelajaran suatu materi kepada
siswa dengan baik, namun seluruh atau sebagian peserta didiknya tidak
belajar sama sekali. Usaha keras seorang guru dalam pembelajaran tidak
harus diikuti dengan hasil yang baik pada peserta didiknya. Karena, hanya
dengan usaha yang keras para siswa sendirilah para peserta didik akan betulbetul memahami suatu materi yang diajarkan.
2. Tugas setiap guru memfasilitasi peserta didiknya, sehingga pengetahuan
materi yang dibangun atau dikonstruksi para peserta didik sendiri bukan
ditanamkan oleh guru. Para siswa harus dapat secara aktif mengasimilasikan
dan mengakomodasi pengalaman baru kedalam kerangka kognitifnya.
3. Dalam pembelajaran sebaiknya guru harus memahami model-model mental
yang digunakan para peserta didik untuk mengenal dunia mereka dan
penalaran yang dikembangkan dan dibuat para siswa untuk mendukung
model-model itu.
4. Peserta didik perlu mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri untuk
masing-massing konsep materi sehingga guru dalam pembelajaran bukannya
“menguliahi”, menerangkan atau upaya-upaya sejenis untuk memindahkan
pengetahuan pada peserta didik, tetapi menciptakan situasi bagi peserta didik
yang membantu perkembangan meraka membuat konstruksi-konstruksi
mental yang diperlukan.
5. Kurikilum dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh
peserta didik.

6. Latihan memecahkan masalah sering kali dilakukan melalui belajar kelompok
dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari
7. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuai denga dirinya. Guru hanya sengai fasilitaror, mediator dan teman yang
membuat situasi kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri
peserta didik, sedangkan pandangan konstruktivisme tentang beljar adalah
sebagai berikut:
a. Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan nonobjektif, bersifat
b.

temporer, selalu berubah dan tidak menentu
Belajar adalah penyusunan pengetahuan dan pengalaman konkret,
aktifitas kolaboratif, refleksi dan interpretasi

c.

Seseorang yang belajar akan meiliki pemahaman yang berbeda terhadap
pengetahuan tergantung pengalamannya dan perspektif yang di dalam
menginterprestasikan

Bentuk Pembelajaran Konstruktivisme
Berdasarkan teori konstruktivisme individu ( individu secara personal aktif
membangun pengetahuannya melalui proses asmilasi dan akomodasi) dan
konstruktivisme sosial (individu aktif membangun pengetahuannya melalui
interaksi dengan orang yang lebih dewasa atau teman yang berkompeten),
muncullah beberapa bentuk pembelajaran diantaranya:
1.

Pembelajaran kooperatif (PK)
Pembelajaran kooperatif merupakan

model

pembelajaran

dengan

menggunakan sistem pengelompokan melalui tim kecil, antara 4-6 orang
yang mempunyai kemampuan belajar akademik, jenis kelamin, ras, atau suku
2.

yang berbeda.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM)

Pembelajarann bernbasis masalah adalah serangkaian aktivitas pembelajaran
yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara
3.

ilmiah.
Pembelajaran Individual
Menurut woolfolk (1993), pembelajaran individual adalah pembelajaran yang
menekankan pada cara belajara peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan,
minat, dan kemampuannya. Menurut Herbert, dalam praktik pembelajaran
individual di kelas, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) Guru harus
menyadari adanya tingkat perkembangan kognitif anak sehingga guru harus
memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuannya, (2) orientasi perhatian
guru lebih kepada peserta didik secara individual daripada kelompok karena
adanya perbedaan perkembangan kognitifnya, (3) adanya kontrol peserta

4.

didik terhadap cara belajarnaya sendiri.
Discovery Learning
Salah satu model pembelajaran kognnitif yang paling berpengaruh adalah
discovery learning-nya Jerome Bruner (dalam Slavin, 19940), yaitu peserta
didik didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri. Peserta didik belajar
aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, sedangkan guru mendorong
peserta didik untuk menggunakan dan menghubungkan pengalaman-

5.

pengalaman dalam menemukan prinsip bagi diri mereka sendiri.
Assisted Learning
Vygotsky menyatakan bahwa perkembangan kognitif terjadi melalui interaksi
dan percakapan seorang anak dengan lingkungannya. Orang lain disini
sebagai pembimbing atau guru yang memberikan informasi dan dukungan
yang dubutuhkan anak dalam mengembangkan intelektualitasnya. Jerome
Bruner menyebut bantuan orang dewasa dalam proses belajar anak dengan

istilah scaffolding, yaitu sebuah dukungan untuk belajar dan memecah
6.

problem.
Active learning
Menurut Melvin L. Silberman, belajar bukan merupakan konsekuensi
otomatis dari penyampaian informasi kepada peserta didik. Belajar
membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiaan
belajar itu aktif, peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan belajar.
Mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan bebagai masalah dan

7.

menerapkan apa yang mereka pelajari (Silberman, 1996).
The Acelerated Learning
The Acelerated Learning adalah pembelajaran yang dipercepat, konsep dasar
dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran itu berlangsung secara
cepat, menyenangkan dan memuaskan. Pemilik konsep ini Deve Meier,
menyarankan pada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan

8.

pendekatan Somatic, Auditory Visual, dan Intellectual (SAVI).
Quantum learning
Quantum learning adalah cara pengubahan bermacam-macam interaksi,
hubungan, dan interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar.
Quantum learning mengasumsikan bahwa peserta didik, jika mampu
mngunakan potensi nalar dan emosinya secara optimal akan mampu membuat
loncatan prestasi yang tidak ada sebelumnya.

BAB III
KESIMPULAN
Konstruktivisme merupakan ide bahwa para siswa mengkonstruksi
pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman, dan
lingkungannya. Pengetahuan siswa tidak dapat ditransfer dari gurunya, tapi
mereka harus menginterpretasikannya. Karena pengetahuan merupakan proses
yang berkembang secara kontinu.
Dalam proses pembelajaran, siswa dapat menambah, mengurangi,
mengganti pengetahuan yang lama menjadi pengetahuan yang baru yang lebih
luas dan lebih berkembang. Karena proses pembelajaran akan lebih bermakna jika
dilakukan secara pribadi dan sosial, maka dukungan lingkungan sangat diperlukan
bagi para siswa seperti adanya belajar kelompok, guru yang kreatif, fasilitas
eksperimen yang tersedia, dan kondisi keluarga dan masyarakat yang mendukung
pemahaman dan pembentukan sikap mereka. Guru bertugas sebagai mitra para
siswa yang aktif bertanya untuk merangsang pemikiran mereka, menciptakan
persoalan, memberi waktu kepada siswa untuk mengungkapkan berbagai
gagasannya, namun tetap kritis, dan fleksibel.

DAFTAR PUSTAKA
Bambang, Ignatius. 2013. Pembelajaran Yang Berpijak Pada Teori Belajar
Konstruktivisme.http://bengbengokeypunya.blogspot.co.id/2013/06/pem
belajaran-yang-berpijak-pada-teori_7.html. Diakses pada hari Minggu,
22 November 2015
Karwono dan Heni Mularsih. 2010. Belajar Dan Pembelajaran Serta
Pemanfaatan Sumber Belajar. Ciputat: Cerdas Jaya
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.