Pembelajaran PKn Yang Efektif dalam

Nama
NPM

: Arip Gunawan
: 1413032009

Mata Kuliah

: Strategi Pembelajaran PKn
PEMBELAJARAN PKN YANG EFEKTIF

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari
segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk
menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan
Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat
diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta
didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara.
Tentunya di dalam mengajarkan pkn harus menggunakan
pendekatan-pendekatan dan metode yang ampuh agar
pembelajaran tersebut menjadi efektif dan dapat dimengerti atau
dipahami oleh peserta didik. Berikut adalah pengembangan
pembelajaran pkn yang efektif yaitu pendekatan, pendekatan
dalam pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan mengacu
pendekatan-pendekatan nilai yang dikemukakan Douglas
Superka (Djahiri, 1985 : 39 – 42), bahwa terdapat 8 pendekatan
dalam pendidikan nilai, yang pertama yaitu Evocation Approach,
yaitu pendekatan ekspresi spontasi, dimana siswa diberi
kesempatan dan kebebasan untuk mengekspresikan tanggapan,
perasaan, penilaian dan pandangannya terhadap sesuatu hal.
Kedua, Inculcation Approach, yaitu pendekatan sugesti terarah,
dimana guru sangat menentukan dengan memberikan
rangsangan yang menggiring siswa secara halus pada suatu
kesimpulan atau pendapat yang sudah ditentukan. Ketiga,
Awareness Approach, yaitu pendekatan kesadaran dengan cara
menuntun anak untuk mengklasifikasikan dirinya atay bukau
irabg kaub/umum melalui suatu kegiatan. Keempat, Moral

Reasoning Approach, yaitu pendekatan yang digunakan untuk
mencari/menentukan kejalasan moral melalui stimulus yang
berupa dilema (masalah pelik yang dilemparkan siswa pada
siswa). Kelima, Analisys Approach, yaitu pendekatan melalui
analisis nilai yang ada dalam suatu media/stimulls mulai dari
analisis seadanya berupa reportasi sampai pada pengkajian
secara akurat, teliti, dan tepat. Keenam, Value Clarification
Approach, yaitu pendekatan dengan membina kesadaran
emosional siswa melalui cara yang kritis rasional dengan
mengklasifikasi dan menguji kebenaran, kebaikan, keadilan,

kelayakan dan ketepatannya. Ketujuh, Commitment Approach,
yaitu pendekatan kesepakatan, dimana siswa diajak untuk
menyepakati sikap dan pola pikir berdasarkan acuan tertentu.
Dan yang terakhir yaitu Union Approach, yaitu pendekatan
dengan mengintegrasikan diri dalam kehidupan riil atau stimuli
yang dirancang guru.
Disamping itu hendaknya memperhatikan pendekatan
umum dalam proses pembelajaran, seperti diungkapkan Indra
Djati Sidi (2001 : 1999) bahwa proses pembiasaan akan mampu

membentuk sikap dan perilaku peserta didik melalui interaksi
dan komunikasi dengan warga sekolah sebagai komunitas sosial
yang cukup homogen. Proses internalisasi nilai-nilai akan
semakin bermakna apabla dilakukan dalam suasana kehidupan
sekolah yang demokratis, jujur dan terbuka.
Tentunya di dalm pembelajaran yang efektif terdapat
beberapa jenis-jenis strategi dalam belajar. Berbagai jenis
strategi Belajar Mengajar dapat dikelompokkan berdasarkan
berbagai pertimbangan, pertama yaitu atas dasar pertimbangan
proses pengolahan pesan.
o Strategi Deduktif. Dengan Strategi Deduktif materi atau
bahan pelajaran diolah dari mulai yang umum,
generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau
bagian-bagian. Bagian itu dapat berupa sifat, atribut
atau ciri-ciri. Strategi. Deduktif dapat digunakan dalam
mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun
konsep terdefinisi.
o Strategi Induktif. Dengan Strategi Induktif materi atau
bahan pelajaran diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri
atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau rumusan.

Strategi Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan
konsep, baik konsep konkret maupun konsep terdefinisi.
Yang kedua atas dasar pertimbangan pihak pengolah
pesan.
o Strategi Belajar Mengajar Ekspositorik, yaitu suatu
strategi belajar mengajar yang menyiasati agar semua
aspek dari komponen pembentukkan sistem intruksional
mengarah pada penyampaian isi pelajaran kepada siswa
secara langsung. Dalam strategi ini tidak perlu mencari
dan menemukan sendiri fakta, prinsi dan konsep yang
dipelajari. Semuanya telah disajikan guru secara jelas
melalui aspek-aspek dari komponen yang langsung
behubungan dengan para siswa pada waktu proses
pembelajaran berlangsung.

o Strategi Belajar Mengajar Heuristik, yaitu suatu strategi
belajar mengajar yang mensiasati agar aspek-aspek dari
komponen pembentuk sistem intruksional mengarah
pada pengaktifan siswa untuk mencari dan menemukan
sendiri fakta, prinsip dan konsep yagn mereka butuhkan.

Yang ketiga atas dasar pertimbangan pengaturan guru.
o Strategi Seorang Guru. Seorang guru mengajar kepada
sejumlah siswa. Strategi Pengajaran Beregu (Team
Teaching). Dengan Pengajaran Beregu, dua orang atau
lebih guru mengajar sejumlah siswa.
o Pengajaran Beregu dapat digunakan di dalam
mengajarkan salah satu mata pelajaran atau sejumlah
mata pelajaran yang terpusat kepada suatu topik
tertentu.
Yang keempat atas dasar pertimbangan jumlah siswa.
o Strategi Klasikal
o Strategi Kelompok Kecil
o Strategi Individual.
Yang kelima atas dasar pertimbangan interaksi guru
dengan siswa.
o Strategi Tatap Muka. Akan lebih baik dengan
menggunakan alat peraga.
o Strategi Pengajaran Melalui Media. Guru tidak langsung
kontak dengan siswa, akan tetapi guru “mewakilkan”
kepada media. Siswa berinteraksi dengan media.

Yang keenam berdasarkan model desain pelaksanaan
evaluasi belajar berdasarkan maksud atau fungsinya, terdapat
beberapa model desain pelaksanaan evaluasi belajar-mengajar.
Di antaranya ialah evaluasi; sumatif, formatif, refleksi, dan
kombinasi dari ketiganya.
o Evaluasi sumatif ialah model pelaksanaan evaluasi yang
dilakukan
setelah
berakhirnya
kegiatan
belajarmengajar, atau sering juga kita kenal dengan istilah lain,
yaitu post test. Pola evaluasi ini dilakukan kalau kita
hanya bermaksud mengetahui tahap perkembangan
terakhir dari tingkat pengetahuan atau penguasaan
belajar (mastery learning) yang telah dicapai oleh siswa.
Asumsi yang mendasarinya ialah bahwa hasl belajar itu
merupakan totalitas sejak awal sampai akhir, sehingga
hasil akhir itu dapat kita asumsikan dengan hasil. Hasil
penilaian ini merupakan indikator mengenai taraf


keberhasilan proses belajar-mengajar tersebut. Atas
dasar itu, kita dapat menentukan apakah dapat
dilanjutkan kepada program baru atau harus diadakan
pelajaran ulangan seperlunya.
o Evaluasi formatif ialah model pelaksanaan evaluasi
yang dilakukan selama masih berjalannya proses
kegiatan
belajar-mengajar.
Mungkin
kita
baru
menyelesaikan bagian-bagian atau unit-unit tertentu
dari keseluruhan program atau bahan yang harus
diselesaikan. Tujuannya ialah apabila kita menghendaki
umpan-balik yang secara (immediate feedback),
kelemahan-kelemahan dari proses belajar itu dapat
segera diperbaiki sebelum terlanjur dengan kegiatan
lebih lanjut yang mungkin akan lebih merugikan, baik
bagi siswa maupun bagi guru sendiri. Bila dibiarkan
kesalahan akan berlarut-larut. Dengan kata lain,

evaluasi formatif ini lebih bersifat diagnostik untuk
keperluan
penyembuhan
kesulitan-kesulitan
atau
kelemahan belajar-mengajar (remedial teaching and
learning), sedangkan reevaluasi sumatif (EBTA) biasanya
lebih berfungsi informatif bagi keperluan pengambilan
keputusan, seperti penentuan nilai (grading), dan
kelulusan.
o Evaluasi reflektif ialah model pelaksanaan evaluasi yang
dilakukan sebelum proses belajar-menagjar dilakukan
atau sering kita kenal dengan sebutan pre-test. Sasaran
utama
dari
evaluasi reflektif ini ialah untuk
mendapatkan indikator atau informasi awal tentang
kesiapan (readliness) siswa dan disposisi (keadaan taraf
penguasaan) bahan atau pola-pola perilaku siswa
sebagai dasar penyusunan rencana kegiatan belajarmenagjar dan peramalan tingkat keberhasilan yang

mungkin dapat dicapainya setelah menjalani proses
belajar-menagjar nantinya. Jadi, evaluasi reflektif lebih
bersifat prediktif.
Penggunaan teknik pelaksanaan evaluasi itu secara
kombinasi dapat dan sering juga dilakukan terutama antara
reflektif dan sumatif atau model pre-post test design. Tujuan
penggunaan model dilaksanakan evaluasi ini ialah apabila kita
ingin mengetahui taraf keefektivan proses belajar-mengajar yang
bersangkutan. Dengan cara demikian, kita akan mungkin
mendeteksi seberapa jauh konstribusi dari komponen-komponen
yang terlibat dalam proses belajar-mengajar tersebut. Sudah
barang tentu model ini pun lebih bersifat diagnostik, tetapi lebih
komprehensi

Setelah metode kemudian terdapat beberapa mertode,
pendidikan kewarganegaraan sebagai mata pelajaran yang
memiliki karakteristik tersendiri, harus disampaikan melalui
proses pembelajaran yang khusus, yaitu Ceramah nurani,
ekspositorik, demonstrasi, tanya jawab/reportasi, permainan
andai-andai, kliping, daftar baik-buruk, daftar gejala sikap, daftar

gejala kontinum, analisis nilai moral, observasi partisipatorik,
simulasi
permainan
peran,
role
playing,
modeling
(pengembangan model), karyawisata (studi tour), Value
Clarification Technique (VCT), dan ekshibisi.
Metode-metode itu dilakukan dengan mempertimbangkan
bahan ajar, situasi dan kondisi siswa, sarana dan prasarana
belajar serta lingkungan dimana proses belajar mengajar itu
berlangsung. Sehingga suatu metode itu dianggap baik apabila
terdapat kesesuaian antar metode, bahan ajar, situasi dan
kondisi siswa.
Dalam kurikulum Berbasis kompetensi 2004 metode yang
direkomendasikan adalah Metode ceramah, tanya jawab, diskusi
(akan tetapi guru lebih sering menggunakan metode ceramah,
karena mengejar penyampaian materi sesuai target kurikulum
yang berorientasi pada penguasaan materi) lebih bervariasi,

karena metode ceramah dikolaborasikan dengan metode-metode
pembelajaran yang lain yaitu: tanya jawab, diskusi, inkuiri
lapangan; kepustakaan, pemecahan masalah dan lain-lain
disertai juga dengan strategi pembelajaran dalam bentuk
permainan yang berkaitan dengan materi, seperti: Permainan
andai-andai, simulasi, role playing dan sebagainya.
Kesimpulanya Tentunya di dalam mengajarkan pkn harus
menggunakan pendekatan-pendekatan dan metode yang ampuh
agar pembelajaran tersebut menjadi efektif dan dapat
dimengerti atau dipahami oleh peserta didik. Delapan
pendekatan dalam pendidikan nilai yaitu Evocation Approach,
Inculcation Approach, Awareness Approach, Moral Reasoning
Approach, Analisys Approach, Value Clarification Approach,
Commitment Approach dan Union Approach. Tentunya di dalm
pembelajaran yang efektif terdapat beberapa jenis-jenis strategi
dalam mengajar. Yaitu atas dasar pertimbangan proses
pengolahan pesan, atas dasar pertimbangan pihak pengolah
pesan, atas dasar pertimbangan pengaturan guru, atas dasar
pertimbangan jumlah siswa, atas dasar pertimbangan interaksi
guru dengan siswa, dan berdasarkan model desain pelaksanaan
evaluasi belajar berdasarkan maksud atau fungsinya.