Muhammad Taufik Efektivitas Agens Antago

Muhammad Taufik : Efektivitas Agens Antagonis Tricoderma Sp pada Berbagai Media Tumbuh Terhadap Penyakit Layu Tanaman
Tomat

EFEKTIVITA S A G ENS A NTA G O NIS TRIC HO DERMA SP PA DA BERBA G A I MEDIA
TUMBUH TERHA DA P PENYA KIT LA YU TA NA MA N TO MA T
Muha m m a d Ta ufik

Program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Jur. Budidaya Pertanian,
Faperta Unhalu
A BSTRAK

Penyakit layu yang disebabkan oleh patogen tular tanah Fusarium sp pada tomat selalu
menjadi masalah yang serius karena dapat mengurangi hasil tanaman sampai 100%.
Pengendalian yang paling sering digunakan oleh petani adalah menggunakan fungisida
dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
mengevaluasi kemampuan Tric ho de rma sp. untuk mempertahankan produksi tanaman
tomat dan mempelajari kemampuan agens antagonis yang ditumbuhkan pada berbagai
media. Penelitian disusun berdasarkan pola rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri
dari empat perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali sehingga total
unit perlakuan adalah 16. Perlakuan yang dicobakan adalah T0 (kontrol/tanpa
Tric ho de rma sp.), T1 (Tric ho de rma sp. + Media jagung), T2 (Tric ho de rma sp. + Media beras)

dan T3 (Tric ho de rma sp. + Media dedak). Parameter yang diamati dalam penelitian ini
adalah kejadian penyakit, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah bunga, jumlah buah
dan bobot buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tric ho de rma sp. terbukti dapat
mempertahankan kehilangan hasil tanaman tomat dan media yang cukup baik
digunakan adalah media dedak (T3) yang memberikan bobot buah 980,36 g.
Ka ta Kunc i : Fusarium sp, Agen antagonis, Trichoderma sp, media

PENDA HULUA N

Di Sulawesi Tenggara, total luas tanam tanaman tomat sebesar 911
ha dengan produksi 15,12 ku/ha (BPS, 2005). Namun budidaya tanaman
tomat dikalangan petani pada umumnya mengalami kendala-kendala
yang dapat menyebabkan tingkat produksi tanaman tomat rendah secara
kuantitas dan kualitas. Kendala-kendala tersebut antara lain infeksi
patogen penyebab penyakit. Penyakit yang sering ditemui pada tanaman
tomat diantaranya adalah penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan
Fusa rium sp. dan bakteri Ra lsto nia so la na c e a rum (layu bakteri). Kedua jenis
patogen ini adalah so il-b o rne dise a se (patogen tular tanah) yang dapat
mematikan tanaman tomat sehingga produksi menjadi fuso. Kehilangan
hasil oleh R. so la na c e a rum dapat mencapai lebih dari 60%-100%

(Gunawan et al. 1996; Asrul 2003). Sementara kerugian akibat infeksi
patogen Fusarium sp. pada tanaman tomat juga tidak sedikit. Berdasarkan
data Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (1997) intensitas serangan
Fusarium sp dapat mencapai 25% - 50% di Kalimantan Tengah.

240

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008

Fusa rium sp. banyak ditemukan di dalam tanah dan jika
ditumbuhkan pada media biakan akan membentuk tiga macam spora
yaitu mikrokonidium, makrokonidium dan klamidospora. Mikrokonidium
banyak dihasilkan dalam berbagai kondisi, bentuknya lonjong atau bulat
bersel satu dan tidak berwarna, berukuran 6-15 µm x 2,5-4 µm.
Makrokonidium lebih jarang ditemukan, bentuknya lurus atau bengkok
seperti sabit, tidak berwarna, kebanyakan bersekat dua atau tiga, dan
berukuran 25- 33 µm x 3,5-5,5 µm. Klamidospora dibentuk sebagai respon
terhadap kondisi lingkungan yang tidak sesuai yang bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidup patogen. Klamidospora berukuran
7-11 µm, bersel satu atau dua, berdinding tebal dan dihasilkan di dalam

makrokonidium atau miselium yang telah tua (Sastrahidayat, 1990;
Semangun, 1991).
Gejala awal dari penyakit ini ialah terjadinya pemucatan daun dan
tulang daun, diikuti dengan merunduknya tangkai daun yang lebih tua.
Kadang-kadang kelayuan didahului dengan menguningnya daun. Pada
tahap selanjutnya tanaman menjadi kerdil dan merana, jika tanaman yang
sakit tersebut dipotong dekat pangkal batang atau dikelupas dengan
pisau akan terlihat suatu cincin berwarna coklat dari berkas pembuluh.
Pada serangan berat, gejala tersebut juga terdapat pada tanaman
bagian atas (Sastrahidayat, 1990; Semangun, 1991).
Metode pengendalian yang sering dilakukan oleh para petani yaitu
penggunaan bahan pestisida sintetik yang melebihi dosis anjuran dan
digunakan secara terus-menerus sehingga mengakibatkan akumulasi
pestisida di tanah. Akumulasi pestisida yang tinggi menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan bahkan ke tingkat konsumen. Untuk itu,
alternatif pengendalian yang ditawarkan adalah penggunaan agens
hayati seperti Tric ho de rma sp.
Pemanfaatan cendawan antagonis merupakan salah satu alternatif
untuk mengendalikan penyakit layu. Menurut Sinaga (1986) da la m Djaya e t
a l. (2003) bahwa jamur Tric ho de rma sp. dan G lio c la dium sp. dapat

menghambat pertumbuhan cendawan Fusa rium o xysp o rum , Phytium
a p ha nide rma tum , Rhizo c to nia so la ni dan Sc le ro tium ro lfsii. Tric ho de rma sp.
adalah salah satu cendawan antagonis yang dapat menekan atau
menghambat perkembangan patogen tanaman. Mekanisme agens
antagonis cendawan termasuk Tric ho de rma sp. terhadap patogen adalah
kompetisi, induksi ketahanan tanaman, mikoparasit, antibiosis, disebabkan
karena memiliki beberapa kelebihan seperti kompetisi, antibiosis atau
parasitik langsung dan mikoparasitik ( Driesche dan Bellows 1996).
Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan agens antagonis
adalah menumbuhkannya/memperbanyak pada media yang tepat.
Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian adalah menguji

241

Muhammad Taufik : Efektivitas Agens Antagonis Tricoderma Sp pada Berbagai Media Tumbuh Terhadap Penyakit Layu Tanaman
Tomat

keefektifan Tric ho de rma sp. pada berbagai media tumbuh dalam
menekan patogen yang menginfeksi tanaman tomat. Selain itu, aplikasi
Tric ho de rma sp. dapat mengoptimalkan produksi tanaman tomat

(Lyc o p e rsic um e sc ule ntum Mill.)
METO DE PENELITIA N
Te m pa t da n Wa ktu Pe ne litia n

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai April tahun
2006. Bertempat di Laboratorium dan Kebun Percobaan BPTPH Kecamatan
Konda, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
A la t da n Ba ha n

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cawan petri,
autoklaf, jarum ose, erlenmeyer, lampu bunsen, timbangan analitik, kertas
label, pacul, kantong plastik, aluminium foil, pipa, dan alat tulis menulis.
Bahan-bahan yang digunakan adalah benih tomat, pupuk kandang,
tanah, pasir, media PDA, biakan murni cendawan Tric ho de rma sp., beras,
jagung, dedak, alkohol 70%, dan aquades.
Ra nc a ng a n Pe ne litia n

Penelitian disusun berdasarkan pola rancangan acak kelompok
(RAK) yang terdiri dari empat perlakuan dan setiap perlakuan diulang
sebanyak empat kali sehingga total unit perlakuan adalah 16. Setiap unit

terdapat 15 tanaman sehingga secara keseluruhan terdapat 240 tanaman.
Adapun perlakuan yang diberikan pada penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
T0 = kontrol (tanpa Tric ho de rma sp.),
T1 = Tric ho de rma sp. + Media jagung
T2 = Tric ho de rma sp. + Media beras
T3 = Tric ho de rma sp. + Media dedak
Pe la ksa na a n Pe ne litia n
Bia ka n Murni C e nda wa n Tric ho de rma sp.

Inokulum cendawan Tric ho de rma sp. diperoleh dari Laboratorium
BPTPH, kemudian diperbanyak pada cawan petri yang berisi media PDA.
Pe m b ua ta n Me dia Ja g ung , Be ra s da n De da k

Pembuatan media jagung, beras dan dedak dilakukan dengan cara
masing-masing media direndam selama 24 jam lalu dicuci kemudian
dikukus sampai lunak. Setelah itu, masing-masing media ditimbang 100g
dan dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan panas yang sebelumnya
telah dimasukan pipa untuk membentuk mulut kantong sehingga dapat
ditutup dengan kapas dan aluminium foil. Pada tahap akhir media tersebut

disterilkan dalam autoklaf pada suhu 100-121 0C selama 15 menit.
242

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008

Pe rb a nya ka n C e nda wa n Tric ho de rma sp.

Pada masing-masing media (jagung, beras dan dedak) dimasukkan
cendawan Tric ho de rma sp. dengan diameter kurang lebih 5 mm yang
telah diperbanyak dalam media PDA. Media diinkubasikan selama 7-14
hari dan tiap hari media tersebut digoyangkan agar pertumbuhan
cendawan Tric ho de rma sp. tumbuh merata.
Pe rsia pa n La ha n da n Pe rse m a ia n

Lahan yang akan digunakan sebagai tempat penanaman terlebih
dahulu disemprot dengan herbisida untuk membunuh gulma-gulma yang
tumbuh. Setelah itu, tanah dibalik menggunakan pacul dan selanjutnya
dibuat bedengan dengan lebar 1 m dan panjang 10 m sesuai dengan
denah penelitian.
Benih tomat yang akan dijadikan sebagai tanaman uji terlebih

dahulu disemaikan selama 21 hari pada wadah yang berisi tanah, pasir
dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1.
Pe na na m a n da n Pe m e liha ra a n

Bibit tomat yang telah berumur 21 hari dipindahkan ke lahan
penanaman yang telah dibuat lubang tanam dengan jarak antar lubang
tanam adalah 40 x 70 cm. Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman,
penyiangan gulma-gulma yang tumbuh dan pengendalian hama yang
terdapat pada tanaman tomat.
A plika si Tric ho de rma sp.

Aplikasi cendawan Tric ho de rma sp. dilakukan seminggu sebelum
tanam dengan cara 10 g Tric ho de rma sp. ditambahkan ke dalam 25 kg
pupuk kandang, selanjutnya dicampur secara merata kemudian disimpan
selama 1 hari. Setelah itu dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 50
g per lubang tanam.
Pe ng a m a ta n

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan
tanaman meliputi :

Ting g i Ta na m a n da n Jum la h C a b a ng

Untuk pengamatan pertumbuhan tanaman ditentukan sebanyak 7
tanaman pada setiap petak yang terdiri atas 15 tanaman. Pengamatan
tinggi tanaman dilakukan dengan cara mengukur mulai dari pangkal
batang di atas permukaan tanah sampai tajuk tanaman tertinggi yang
dilakukan setiap minggu setelah penanaman.
Jum la h Bung a da n b ua h

Pengamatan jumlah bunga dilakukan dengan cara menghitung
pertumbuhan bunga tanaman yang dimulai 5 minggu setelah
243

Muhammad Taufik : Efektivitas Agens Antagonis Tricoderma Sp pada Berbagai Media Tumbuh Terhadap Penyakit Layu Tanaman
Tomat

penanaman. Pengamatan jumlah buah dilakukan 3 minggu setelah
adanya bakal buah yang terbentuk.
Bo b o t Bua h


Pengamatan bobot buah dilakukan dengan cara menimbang buah
tomat pada setiap tanaman sampel dengan menggunakan alat
penimbang.
A na lisis Da ta

Data dianalisis dengan analisis sidik ragam (uji F). Apabila diantara
perlakuan berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata
Jujur (BNJ) pada taraf kepercayaan 95%.
HA SIL DA N PEMBA HA SA N
Ha sil
Ting g i Ta na m a n To m a t

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
Tric ho de rma sp. berpengaruh sangat nyata dalam meningkatkan tinggi
tanaman tomat pada umur 1, 2, dan 4 minggu setelah aplikasi (MSA) dan
berpengaruh tidak nyata pada umur 3 MSA. Rata-rata tinggi tanaman
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada umur satu MSA, rata-rata tinggi
tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T3 yang tidak berbeda nyata
dengan perlakuan T2 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan T1 dan T0

dengan rata-rata tinggi tanaman terendah. Pada umur dua MSA, ratarata tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan T3 yang tidak
berbeda nyata dengan perlakuan T2 dan T1tetapi berbeda nyata dengan
perlakuan T0 yang memberikan rata-rata tinggi tanaman terendah.
Rata-rata tinggi tanaman tertinggi pada umur tiga MSA terdapat
pada perlakuan T3 (51,00 cm) meskipun tidak berbeda nyata dengan
perlakuan T2, T1 dan perlakuan kontrol (T0 = tanpa Tric ho de rma sp.),
sedangkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi pada umur empat MSA
masih terdapat pada perlakuan T3 yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan T2 dan T1 tetapi berbeda nyata dengan perlakuan T0 yang
memberikan rata-rata tinggi tanaman terendah.
Jum la h C a b a ng , Bung a , Bua h da n Bo b o t Bua h Ta na m a n To m a t

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
Tric ho de rma sp. berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang,
bunga, buah dan bobot buah (Tabel 2).
Berdasarkan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah
cabang pada setiap perlakuan (T1, T2, dan T3) tidak berbeda nyata dan
hanya
berbeda nyata dengan kontrol. Meskipun demikian adanya
244

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008

kecenderungan bahwa perlakuan T3 (Tric ho de rma sp. + Media dedak)
sedikit lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal yang sama
ditunjukkan pada pengamatan bobot buah, semua perlakuan berbeda
nyata dengan kontrol dan perlakuan T3 (Tric ho de rma sp. + Media dedak)
sedikit lebih baik dibanding dengan perlakuan Tric ho de rma lainnya.
Tabel 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman Tomat Umur 1, 2, 3, dan 4 Minggu
Setelah Aplikasi (MSA) yang Diberi Perlakuan Tric ho de rma sp.
Tinggi Tanaman (cm)

Perlakuan
Minggu I

Minggu II

Minggu III

Minggu
IV

T0 (tanpa Tric ho de rma sp.)

18,54 c

22,29 b

39,53 tn

50,40 b

T1 (Tric ho de rma sp. + Media
jagung)

22,04 b

26,50 ab

47,61

55,36 ab

T2 (Tric ho de rma sp. + Media
beras)

24,19 ab

27,24 ab

48,50

57,93 ab

T3 (Tric ho de rma sp. + Media
dedak)

25,00 a

29,47 a

50,00

62,18 a

BNJ 0,05

2,89

5,08

-

9,12

Tric ho de rma

Keterangan:

Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom
yang sama tidak berbeda nyata pada BNJ0,05

Pengamatan jumlah bunga dan buah tertinggi masih terdapat pada
perlakuan T3 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan T2 dan T1 tetapi
berbeda nyata dengan perlakuan T0 yang memberikan rata-rata jumlah
bunga dan buah terendah.
Pe m b a ha sa n

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi Tric ho de rma yang
ditumbuhkan pada berbagai jenis media dapat mempertahankan
produksi tanaman tomat dibandingkan dengan kontrol yang hanya diberi
pupuk kandang tanpa Tric ho de rma sp. Diduga cendawan Tric ho de rma sp.
mampu menghambat pertumbuhan patogen. Patogen terbawah tanah
seperti Fusa rium , Phytium dan penyebab penyakit layu lainnya telah
dilaporkan oleh beberapa peneliti sebelumnya bahwa penambahan
Tric ho de rma sp. mampu menekan penyakit layu yang disebabkan oleh
Fusa rium .
245

Muhammad Taufik : Efektivitas Agens Antagonis Tricoderma Sp pada Berbagai Media Tumbuh Terhadap Penyakit Layu Tanaman
Tomat

Tabel 2.Rata-Rata Jumlah Cabang, Bunga, Buah dan Bobot Buah Tanaman Tomat
Σ Cabang

Σ Bunga

Σ Buah

Bobot
Buah
(g)

T0 (tanpa Tric ho de rma sp.)

4,98b

12,78b

8,61b

725,36b

T1 (Tric ho de rma sp. + Media
jagung)

7,21a

16,11ab

16,11a

947,50a

T2 (Tric ho de rma sp. + Media beras)

7,25a

19,36ab

18,21a

974,64a

T3 (Tric ho de rma sp. + Media dedak)

7,82a

21,68a

19,71a

980,36a

2,14

7,85

5,52

100,86

Perlakuan
Tric ho de rma

BNJ 0,05
Keterangan:

Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang
sama tidak berbeda nyata pada BNJ0,05

Menurut Baker e t a l. (1986) Tric ho de rma sp. menghasilkan enzim ß –
(1-3) glukanase dan kitinase yang menyebabkan eksolisis pada patogen
sehingga menyebabkan hancurnya dinding sel cendawan Fusa rium .
Pengamatan in vitro Djaya e t a l. (2003) setelah patogen mati nampak
bahwa cendawan antagonis tumbuh terus menutupi permukaan koloni
cendawan patogen. Hal ini membuktikan bahwa cendawan antagonis
Tric ho de rma sp. dapat digunakan untuk mengendalikan cendawan
patogen.
Berdasarkan hasil uji lanjut tinggi tanaman, jumlah buah, bunga dan
bobot buah menunjukkan bahwa pemberian cendawan antagonis
berbeda sangat nyata bila dibandingkan dengan kontrol T0. Tinggi
tanaman, jumlah buah, bunga dan bobot buah lebih tinggi bila
dibandingkan dengan kontrol, dapat berarti bahwa dengan adanya
Tric ho de rma sp. maka perkembangan patogen dapat dihambat dan
ditekan sehingga tanaman terhindar dari serangan patogen tersebut maka
dengan demikian tanaman dapat tumbuh lebih baik.
Lebih lanjut diuraikan oleh Djaya e t a l. (2003), bahwa Tric ho de rma sp.
mampu menekan atau menghambat pertumbuhan cendawan Fusarium
sampai 56,07% pada 3 hari setelah inokulasi. Ditambahkan oleh
Sastrahidayat (1992), bahwa jamur antagonis mempunyai kemampuan
mikoparasit yaitu hifa Tric ho de rma sp. tumbuh melilit hifa patogen dan
menghasilkan enzim lysis yang dapat menembus dinding sel dan
menghasilkan zat antibiotic yaitu gliotoksin dan viridin. Laporan dari
Talanca e t a l. (2003) bahwa aplikasi jamur antagonis Tric ho de rma sp.

246

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008

seminggu sebelum pemberian jamur patogen Fusa rium sp. dapat menekan
intensitas serangan penyakit busuk batang jagung masing-masing sebesar
4,20% pada umur 80 hari setelah tanam dan 19,99% pada umur 87 hari
setelah tanam dibanding dengan kontrol (tanpa pemberian jamur
antagonis).
Sesuai dengan data pada Tabel 1 dan 2 bahwa perlakuan kontrol
(T0) mengalami perkembangan pertumbuhan seperti jumlah cabang dan
bobot buah yang lebih rendah dibandingkan perlakuan T1, T2, dan T3. Hal
ini terjadi karena pada perlakuan T0 tidak ada faktor yang membantu
menghambat atau menekan perkembangan patogen yang ada di sekitar
perakaran tanaman menjadi terganggu meskipun tanaman tidak
mengalami kematian atau kelayuan.
Diduga tingginya bobot buah pada tanaman tomat yang diberi
perlakuan Tric ho de rma sp. sebagai pengurai bahan organik sehingga
mampu menyediakan nutrisi yang cukup bagi pertumbuhan tanaman
tomat. Sementara pada kontrol tidak ada penambahan atau perlakuan
Tric ho de rma sp. hanya dengan penambahan pupuk kandang sehingga
ketersediaan nutrisi yang dapat langsung diserap oleh tanaman tomat
lebih rendah dibandingkan pada tomat yang diberi Tric ho de rma sp.
Dugaan ini didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya seperti oleh
Cook dan Baker (1983) melaporkan bahwa Tric ho de rma sp. dapat
menguraikan bahan organik dalam tanah menjadi bahan makanan yang
mudah diserap oleh tanaman, ditambahkan lagi bahwa bahan organik
yang diaplikasikan ke dalam tanah dapat sebagai sumber nutrisi
mikroorganisme antagonis sehingga mampu meningkatkan aktivitas agens
antagonis, menstimulasi dormansi propagul patogen serta menghasilkan
efek fungistasis bagi patogen tular tanah.
Hal yang sama telah dilaporkan oleh Affandi e t a l. (2001) bahwa
beberapa cendawan yang berasosiasi dengan proses degradasi serasah
di lingkungan mangrove. Lebih lanjut dijelaskan bahwa Tric ho de rma sp.
ditemukan
berasosiasi
dengan
lingkungan
tersebut
sehingga
keberadaanya memainkan peranan kunci dalam proses dekomposisi,
terutama karena kemampuannya dalam mendegradasi senyawasenyawa yang sulit terdegradasi seperti lignosellulosa.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Tric ho de rma sp.
terbukti dapat mempertahankan kehilangan hasil tanaman tomat dan
media yang cukup baik digunakan adalah media dedak (T3) yang
memberikan bobot buah 980,36 g.

247

Muhammad Taufik : Efektivitas Agens Antagonis Tricoderma Sp pada Berbagai Media Tumbuh Terhadap Penyakit Layu Tanaman
Tomat

KESIMPULA N DA N SA RA N

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa Tric ho de rma sp.
terbukti dapat mempertahankan kehilangan hasil tanaman tomat dan
media yang cukup baik digunakan adalah media dedak (T3) yang
memberikan bobot buah 980,36 g.
DA FTA R PUSTA KA

Affandi, M., Nimatuzahroh, Supriyanto A., 2001. Diversitas dan visualisasi
karakter jamur yang berasosiasi dengan proses degradasi erasah di
lingkungan mangrove. Jurnal Penelitian Medika Ekstra. Vol. 2 No. 1:
39-52.
Asrul, 2003. Pengaruh perlakuan benih tomat dengan pseudomonas putida
terhadap penyakit layu bakteri (Ra lsto nia so la na c e a rum ). Prosiding
Kongres Nasional dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi
Indonesia. Bandung, 6-8 Agustus 2003.
Badan Pusat Statistik, 2005. Statistik 2005. Kendari
Baker KF, Cook RJ, dan Garret SO, 1986. Biological Control of Plant
Pathogens. American Phytopath. SOC. St. Paul. Minnesota.
Cook, R.J. dan Baker K.F., 1983. The nature and practice of biological
control
of
plant
pathogens.
APS
Press
The
American
Phytopathological Society. St. Paul, Minnesota.
Djaya A.A., Mulya R.B., Giyanto, dan Marsiah, 2003. Uji keefektifan
mikroorganisme antagonis dan bahan organik terhadap layu
fusarium (Fusa rium o xysp o rum ) pada tanaman tomat. Prosiding
Kongres Nasional dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi
Indonesia. Bandung, 6-8 Agustus 2003.
Driesche RG and Bellows JR TS. 1996. Biological Control. Chapman & Hall,
ITP an International Thomson Publishing Company. 538p
Sastrahidayat, I.R., 1992. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional.
Surabaya.
Semangun, H., 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

248

Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI PFI XIX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan, 5 Nopember 2008

Talanca, A.H., Wakman W. dan Mas’ud S., 2003. Pengendalian penyakit
busuk batang jagung secara hayati dengan jamur Tric ho de rma .
Prosiding Kongres XVII dan Seminar Ilmiah Perhimpunan Fitopatologi
Indonesia, 6-8 Agustus 2003. 50-54p. Bandung.

249