Review Jurnal Pengaruh Lingkungan ICT pa
REVIEW JURNAL
(NEGARA JEPANG)
Oleh:
BAU ENDANG PRAWATI
161052003044
PTK B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
PROGRAM MAGISTER PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
1. Profil Jurnal
Judul : Pengaruh Lingkungan ICT pada Sikap Guru dan Integrasi
Teknologi di Jepang dan Amerika Serikat.
Penulis: Kodai Kusano, Sarah Frederiksen, LeAnne Jones, dan
Michiko Kobayashi, Universitas Southern Utah, USA
Yui Mukoyama, Taku Yamagishi, Kengo Sadaki, dan
Hiroki Ishizuka, Universitas Pendidikan Hokkaido,
Asahikawa, Jepang
Volume 12, 2013
2. Tujuan
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
guru TIK terhadap penggunaan teknologi di dalam kelas pada
Sekolah Dasar di negara Jepang dan Amerika Serikat.
3. Kajian
Dalam penelitian ini, para peneliti menggunakan survei sikap guru
terhadap teknologi yang dikembangkan oleh Holden dan Rada (2001).
Survei ini didasarkan pada penelitian sebelumnya pada Technology
Acceptance Model (TAM) yang diperkenalkan oleh Davis (1989). Davis
mengklaim bahwa persepsi kemudahan penggunaan dan kegunaan yang
dirasakan dapat memprediksi niat individu untuk menggunakan teknologi.
Holden dan Rada memperluas TAM dan merevisi skala asli dengan
menambahkan unsur-unsur kegunaan untuk kemudahan yang dirasakan
oleh pengguna.
Beberapa item tambahan juga telah dimasukkan dalam rangka untuk
memeriksa lingkungan kelas dan penggunaan teknologi guru di sekolah
mereka. Survei ini terdiri dari lima bagian: demografi (jenis kelamin, usia,
pengalaman mengajar), ketersediaan teknologi (jumlah papan interaktif,
komputer di kelas dan laboratorium), frekuensi penggunaan ICT
(komputer, internet, papan interaktif), persepsi kemudahan penggunaan
dan kegunaan (perceived ease of use and usability/PEUU), persepsi
manfaat (perceived usefulness/PU), dan sikap terhadap menggunakan
teknologi (attitudes toward using technology/AT). PEUU dan PU dinilai
menggunakan tujuh poin skala Likert (1 = sangat tidak setuju, 2 = sedang
tidak setuju, 3 = agak tidak setuju, 4 = netral, 5 = agak setuju, 6 = cukup
setuju, 7 = sangat setuju). AT dinilai menggunakan tujuh point skala
diferensial semantik (sangat baik, sangat, sedikit, netral, sedikit, cukup,
sangat-buruk) (Holden & Rada, 2011).
Data peneliti di AS dan Jepang dikumpulkan secara terpisah. Peserta
di AS direkrut dari guru SD di tujuh sekolah yang berbeda di Utah. Semua
sekolah yang berpartisipasi di AS berada di daerah pedesaan dan populasi
siswa di setiap sekolah adalah antara 500 dan 600. Peserta Jepang direkrut
dari guru SD di Hokkaido, Jepang. Populasi siswa di sekolah-sekolah yang
berpartisipasi paling berkisar dari 200 sampai 500.
Menurut database World Databank, AS dan Jepang adalah dua
negara teratas untuk pengeluaran belanja di bidang teknologi (Orfano,
2010). Di AS, pemerintah Negara mengalokasikan anggaran teknologi
untuk masing-masing sekolah berdasarkan jumlah siswa. Oleh karena itu,
pengeluaran teknologi di sekolah bisa berbeda, tergantung pada negara.
Utah telah diakui sebagai salah satu negara top dalam penggunaan
teknologi digital dalam pemerintah selama beberapa tahun terakhir (Center
for Digital Government, 2012).
Oleh karena itu, aksesibilitas teknologi di Utah lebih tinggi dari
negara-negara lain. Di Jepang, Departemen Pendidikan, yang setara
dengan US Department of Education, bertugas mengalokasikan anggaran
untuk teknologi untuk semua sekolah di Jepang, yang didasarkan pada
jumlah siswa (MEXT, 2011). Dengan demikian, aksesibilitas teknologi di
sekolah lebih cenderung sama atau serupa di seluruh Jepang.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan guru di
Amerika Serikat memiliki lebih banyak akses ke ICT di bandingkan guru
di Jepang. Salah satu temuan penting tentang data demografi adalah jenis
kelamin di negara Jepang secara signifikan berpengaruh sedangkan di
Amerika Serikat tidak. Ini mungkin karena proporsi berbeda antara guru
perempuan dan laki-laki. Sebagian besar guru di Amerika Serikat adalah
perempuan sedangkan di Jepang guru laki-laki dan perempuan hampir
merata. Temuan lain adalah bahwa usia guru juga sangat berpengaruh pada
persepsi kemudahan penggunaan dan kegunaan (PEUU). Bahkan di
Amerika Serikat tampak adanya kesenjangan generasi antara guru yang
dibesarkan di lingkungan yang kaya teknologi dan di lingkungan prateknologi. Usia guru mempengaruhi kemampuan computer dan integrasi
computer.
Sementara itu, guru Jepang merespon negative terhadap penggunaan
teknologi terlepas dari kualitas lingkungan ICT di sekolah. Studi terakhir
menunjukkan keyakinan negative guru Jepang terhadap pembelajaran TIK
mungkin karena kurangnya informasi tentang penelitian di bidang
pendidikan anak usia dini.
4. Reviu Hasil Kajian
a. Keutamaan Isi Jurnal
Pemanfaatan teknologi di Sekolah Dasar menjadi semakin penting
dalam masyarakat global. Ada banyak manfaat untuk menggunakan
teknologi sebagai alat pendidikan. Teknologi membantu siswa
memvisualisasikan ide-ide abstrak dan membuatnya mudah untuk
menemukan informasi yang dapat dipercaya.
Pengenalan ICT sangat dibutuhkan dalam pembelajaran komputer
di sekolah dasar. Pada tingkat sekolah dasar biasanya pengenalan ICT
lebih cenderung ke arah kemampuan menggunakan komputer dan
internet daripada media yang lain. Hal ini dikarenakan pengenalan
media komputer lebih dibutuhkan oleh siswa dalam proses
pembelajaran dan pencarian informasi. Proses pengenalan ICT di
tingkat sekolah dasar masih tergolong ringan dibandingkan dengan
tingkatan pendidikan di atasnya.
Sikap guru memainkan peran penting dalam mempengaruhi
efektivitas pendidikan ICT dari berbagai perspektif.
Sejumlah
penelitian telah dilakukan mengenai sikap guru terhadap TIK, tetapi
ada sangat sedikit penelitian mengenai perbandingan internasional.
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan antara dua negara yang
memiliki pengeluaran belanja teknologi terbesar di dunia, yaitu negara
Jepang dan Amerika Serikat. Kepentingan pengamatan di dalam
makalah ini adalah perbandingan lintas-budaya antara sekolah dasar di
negara Jepang dan Amerika Serikat.
b. Kekurangan Jurnal
Penelitian ini hanya menggunakan sampel populasi yang kecil.
Survei hanya di lakukan di daerah pedesaan di negara Jepang dan
Amerika Serikat. Sehingga untuk penelitian masa depan dapat
mengumpulkan sampel populasi yang lebih besar termasuk jangkauan
responden yang lebih luas dari daerah perkotaan dan pedesaan.
Selain itu, faktor yang mempengaruhi kurangnya negara Jepang
dalam menyediakan sumber daya teknologi dalam pendidikan public
tidak jelas. Oleh karena itu, penelitian masa depan harus menyelidiki
pengaruh yang menentukan Jepang kekurangan akses teknologi dalam
sistem pendidikan publik.
c. Perbandingan dengan kondisi di Indonesia
Sikap guru terhadap penggunaan teknologi di dalam kelas
merupakan faktor utama dalam integrasi teknologi yang sukses. Guru
yang menggunakan teknologi dalam pelajaran cenderung memiliki
tingkat kepercayaan yang tinggi dalam keterampilan teknologi
pedagogis dan fokus pada pendekatan yang berpusat pada peserta
didik. Di Amerika Serikat, beberapa faktor berpengaruh termasuk
kecemasan menggunakan komputer dan komitmen waktu untuk
mempelajari teknologi baru dan mengajarkannya pada siswa.
Keadaan di Indonesia agak berbeda dengan negara Jepang dan
Amerika Serikat. Meskipun Indonesia sudah mulai menerapkan
pembelajaran menggunakan ICT di beberapa Sekolah Dasar tetapi
masih terdapat beberapa kelemahan yaitu penerapan ICT
membutuhkan biaya yang relative besar. Karena salah satu unsur yang
menyebabkan ICT digunakan secara maksimal adalah dengan adanya
fasilitas computer yang memadai. Memang bila kita melihat sekolahsekolah elit di kota besar, kita akan menemukan sekolah yang
mempunyai sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap, misalnya
komputer. Tetapi untuk sekolah-sekolah di daerah pinggiran kota,
pedesaan atau kepulauan, kita akan sulit menemukan sarana dan
prasarana yang lengkap terutama computer. Sehingga sulit untuk
diterapkan di sekolah yang kurang maju.
Lingkungan juga berpengaruh pada pemanfaatan ICT. Di
lingkungan kota-kota besar, sangat mudah untuk mencari perangkat
ICT sehingga pemanfaatan ICT akan maksimal. Termasuk ketika
memberikan tugas yang harus mengakses internet, misalnya, akan
lebih mudah dilakukan. Akan tetapi untuk kasus sekolah-sekolah yang
ada di kepulauan, misalnya, yang listrik saja harus hidup di malam
hari, tidak terjangkau provider sehingga internet tidak bisa diakses,
maka pemanfaatan ICT akan kurang maksimal walaupun di sekolah itu
mempunyai sarana komputer lengkap.
Guru dalam penerapan ICT juga dituntut memiliki keahlian yang
tinggi. Karena kunci utama agar pemanfaatan ICT berjalan maksimal
adalah guru. Untuk itu diperlukan guru yang professional. Sedangkan
dalam kenyataannya tidak semua guru lulusan program sarjana adalah
tenaga pendidik yang mahir dalam menggunakan peralatan seperti
computer.
5. Kesimpulan
Ketika sekolah dan guru memiliki akses yang lebih besar ke
sumber daya teknologi di dalam kelas, sikap guru menjadi lebih positif
terhadap penggunaan teknologi dan mereka cenderung menggunakan
teknologi untuk mendidik siswa mereka. Ini menempatkan siswa Jepang di
posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan siswa Amerika
dalam mempersiapkan diri untuk masuk dan bersaing dalam masyarakat
global. Karena kurangnya Jepang dalam sumber daya teknologi untuk
pendidikan.
Manfaat penggunaan teknologi dalam kelas di sekolah dasar dalam
mempersiapkan siswa untuk masa depan mereka di dalam bergabung
dengan masyarakat global. Sikap pendidik terhadap penggunaan teknologi
di dalam kelas merupakan indikasi dari seberapa baik teknologi akan
diintegrasikan di dalam kelas.
6. Daftar Pustaka
http://jite.org/documents/Vol12/JITEv12IIPp029-043Kusano1210.pdf
https://translate.google.com/
(NEGARA JEPANG)
Oleh:
BAU ENDANG PRAWATI
161052003044
PTK B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
PROGRAM MAGISTER PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
1. Profil Jurnal
Judul : Pengaruh Lingkungan ICT pada Sikap Guru dan Integrasi
Teknologi di Jepang dan Amerika Serikat.
Penulis: Kodai Kusano, Sarah Frederiksen, LeAnne Jones, dan
Michiko Kobayashi, Universitas Southern Utah, USA
Yui Mukoyama, Taku Yamagishi, Kengo Sadaki, dan
Hiroki Ishizuka, Universitas Pendidikan Hokkaido,
Asahikawa, Jepang
Volume 12, 2013
2. Tujuan
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
guru TIK terhadap penggunaan teknologi di dalam kelas pada
Sekolah Dasar di negara Jepang dan Amerika Serikat.
3. Kajian
Dalam penelitian ini, para peneliti menggunakan survei sikap guru
terhadap teknologi yang dikembangkan oleh Holden dan Rada (2001).
Survei ini didasarkan pada penelitian sebelumnya pada Technology
Acceptance Model (TAM) yang diperkenalkan oleh Davis (1989). Davis
mengklaim bahwa persepsi kemudahan penggunaan dan kegunaan yang
dirasakan dapat memprediksi niat individu untuk menggunakan teknologi.
Holden dan Rada memperluas TAM dan merevisi skala asli dengan
menambahkan unsur-unsur kegunaan untuk kemudahan yang dirasakan
oleh pengguna.
Beberapa item tambahan juga telah dimasukkan dalam rangka untuk
memeriksa lingkungan kelas dan penggunaan teknologi guru di sekolah
mereka. Survei ini terdiri dari lima bagian: demografi (jenis kelamin, usia,
pengalaman mengajar), ketersediaan teknologi (jumlah papan interaktif,
komputer di kelas dan laboratorium), frekuensi penggunaan ICT
(komputer, internet, papan interaktif), persepsi kemudahan penggunaan
dan kegunaan (perceived ease of use and usability/PEUU), persepsi
manfaat (perceived usefulness/PU), dan sikap terhadap menggunakan
teknologi (attitudes toward using technology/AT). PEUU dan PU dinilai
menggunakan tujuh poin skala Likert (1 = sangat tidak setuju, 2 = sedang
tidak setuju, 3 = agak tidak setuju, 4 = netral, 5 = agak setuju, 6 = cukup
setuju, 7 = sangat setuju). AT dinilai menggunakan tujuh point skala
diferensial semantik (sangat baik, sangat, sedikit, netral, sedikit, cukup,
sangat-buruk) (Holden & Rada, 2011).
Data peneliti di AS dan Jepang dikumpulkan secara terpisah. Peserta
di AS direkrut dari guru SD di tujuh sekolah yang berbeda di Utah. Semua
sekolah yang berpartisipasi di AS berada di daerah pedesaan dan populasi
siswa di setiap sekolah adalah antara 500 dan 600. Peserta Jepang direkrut
dari guru SD di Hokkaido, Jepang. Populasi siswa di sekolah-sekolah yang
berpartisipasi paling berkisar dari 200 sampai 500.
Menurut database World Databank, AS dan Jepang adalah dua
negara teratas untuk pengeluaran belanja di bidang teknologi (Orfano,
2010). Di AS, pemerintah Negara mengalokasikan anggaran teknologi
untuk masing-masing sekolah berdasarkan jumlah siswa. Oleh karena itu,
pengeluaran teknologi di sekolah bisa berbeda, tergantung pada negara.
Utah telah diakui sebagai salah satu negara top dalam penggunaan
teknologi digital dalam pemerintah selama beberapa tahun terakhir (Center
for Digital Government, 2012).
Oleh karena itu, aksesibilitas teknologi di Utah lebih tinggi dari
negara-negara lain. Di Jepang, Departemen Pendidikan, yang setara
dengan US Department of Education, bertugas mengalokasikan anggaran
untuk teknologi untuk semua sekolah di Jepang, yang didasarkan pada
jumlah siswa (MEXT, 2011). Dengan demikian, aksesibilitas teknologi di
sekolah lebih cenderung sama atau serupa di seluruh Jepang.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan guru di
Amerika Serikat memiliki lebih banyak akses ke ICT di bandingkan guru
di Jepang. Salah satu temuan penting tentang data demografi adalah jenis
kelamin di negara Jepang secara signifikan berpengaruh sedangkan di
Amerika Serikat tidak. Ini mungkin karena proporsi berbeda antara guru
perempuan dan laki-laki. Sebagian besar guru di Amerika Serikat adalah
perempuan sedangkan di Jepang guru laki-laki dan perempuan hampir
merata. Temuan lain adalah bahwa usia guru juga sangat berpengaruh pada
persepsi kemudahan penggunaan dan kegunaan (PEUU). Bahkan di
Amerika Serikat tampak adanya kesenjangan generasi antara guru yang
dibesarkan di lingkungan yang kaya teknologi dan di lingkungan prateknologi. Usia guru mempengaruhi kemampuan computer dan integrasi
computer.
Sementara itu, guru Jepang merespon negative terhadap penggunaan
teknologi terlepas dari kualitas lingkungan ICT di sekolah. Studi terakhir
menunjukkan keyakinan negative guru Jepang terhadap pembelajaran TIK
mungkin karena kurangnya informasi tentang penelitian di bidang
pendidikan anak usia dini.
4. Reviu Hasil Kajian
a. Keutamaan Isi Jurnal
Pemanfaatan teknologi di Sekolah Dasar menjadi semakin penting
dalam masyarakat global. Ada banyak manfaat untuk menggunakan
teknologi sebagai alat pendidikan. Teknologi membantu siswa
memvisualisasikan ide-ide abstrak dan membuatnya mudah untuk
menemukan informasi yang dapat dipercaya.
Pengenalan ICT sangat dibutuhkan dalam pembelajaran komputer
di sekolah dasar. Pada tingkat sekolah dasar biasanya pengenalan ICT
lebih cenderung ke arah kemampuan menggunakan komputer dan
internet daripada media yang lain. Hal ini dikarenakan pengenalan
media komputer lebih dibutuhkan oleh siswa dalam proses
pembelajaran dan pencarian informasi. Proses pengenalan ICT di
tingkat sekolah dasar masih tergolong ringan dibandingkan dengan
tingkatan pendidikan di atasnya.
Sikap guru memainkan peran penting dalam mempengaruhi
efektivitas pendidikan ICT dari berbagai perspektif.
Sejumlah
penelitian telah dilakukan mengenai sikap guru terhadap TIK, tetapi
ada sangat sedikit penelitian mengenai perbandingan internasional.
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan antara dua negara yang
memiliki pengeluaran belanja teknologi terbesar di dunia, yaitu negara
Jepang dan Amerika Serikat. Kepentingan pengamatan di dalam
makalah ini adalah perbandingan lintas-budaya antara sekolah dasar di
negara Jepang dan Amerika Serikat.
b. Kekurangan Jurnal
Penelitian ini hanya menggunakan sampel populasi yang kecil.
Survei hanya di lakukan di daerah pedesaan di negara Jepang dan
Amerika Serikat. Sehingga untuk penelitian masa depan dapat
mengumpulkan sampel populasi yang lebih besar termasuk jangkauan
responden yang lebih luas dari daerah perkotaan dan pedesaan.
Selain itu, faktor yang mempengaruhi kurangnya negara Jepang
dalam menyediakan sumber daya teknologi dalam pendidikan public
tidak jelas. Oleh karena itu, penelitian masa depan harus menyelidiki
pengaruh yang menentukan Jepang kekurangan akses teknologi dalam
sistem pendidikan publik.
c. Perbandingan dengan kondisi di Indonesia
Sikap guru terhadap penggunaan teknologi di dalam kelas
merupakan faktor utama dalam integrasi teknologi yang sukses. Guru
yang menggunakan teknologi dalam pelajaran cenderung memiliki
tingkat kepercayaan yang tinggi dalam keterampilan teknologi
pedagogis dan fokus pada pendekatan yang berpusat pada peserta
didik. Di Amerika Serikat, beberapa faktor berpengaruh termasuk
kecemasan menggunakan komputer dan komitmen waktu untuk
mempelajari teknologi baru dan mengajarkannya pada siswa.
Keadaan di Indonesia agak berbeda dengan negara Jepang dan
Amerika Serikat. Meskipun Indonesia sudah mulai menerapkan
pembelajaran menggunakan ICT di beberapa Sekolah Dasar tetapi
masih terdapat beberapa kelemahan yaitu penerapan ICT
membutuhkan biaya yang relative besar. Karena salah satu unsur yang
menyebabkan ICT digunakan secara maksimal adalah dengan adanya
fasilitas computer yang memadai. Memang bila kita melihat sekolahsekolah elit di kota besar, kita akan menemukan sekolah yang
mempunyai sarana dan prasarana pendidikan yang lengkap, misalnya
komputer. Tetapi untuk sekolah-sekolah di daerah pinggiran kota,
pedesaan atau kepulauan, kita akan sulit menemukan sarana dan
prasarana yang lengkap terutama computer. Sehingga sulit untuk
diterapkan di sekolah yang kurang maju.
Lingkungan juga berpengaruh pada pemanfaatan ICT. Di
lingkungan kota-kota besar, sangat mudah untuk mencari perangkat
ICT sehingga pemanfaatan ICT akan maksimal. Termasuk ketika
memberikan tugas yang harus mengakses internet, misalnya, akan
lebih mudah dilakukan. Akan tetapi untuk kasus sekolah-sekolah yang
ada di kepulauan, misalnya, yang listrik saja harus hidup di malam
hari, tidak terjangkau provider sehingga internet tidak bisa diakses,
maka pemanfaatan ICT akan kurang maksimal walaupun di sekolah itu
mempunyai sarana komputer lengkap.
Guru dalam penerapan ICT juga dituntut memiliki keahlian yang
tinggi. Karena kunci utama agar pemanfaatan ICT berjalan maksimal
adalah guru. Untuk itu diperlukan guru yang professional. Sedangkan
dalam kenyataannya tidak semua guru lulusan program sarjana adalah
tenaga pendidik yang mahir dalam menggunakan peralatan seperti
computer.
5. Kesimpulan
Ketika sekolah dan guru memiliki akses yang lebih besar ke
sumber daya teknologi di dalam kelas, sikap guru menjadi lebih positif
terhadap penggunaan teknologi dan mereka cenderung menggunakan
teknologi untuk mendidik siswa mereka. Ini menempatkan siswa Jepang di
posisi yang kurang menguntungkan dibandingkan dengan siswa Amerika
dalam mempersiapkan diri untuk masuk dan bersaing dalam masyarakat
global. Karena kurangnya Jepang dalam sumber daya teknologi untuk
pendidikan.
Manfaat penggunaan teknologi dalam kelas di sekolah dasar dalam
mempersiapkan siswa untuk masa depan mereka di dalam bergabung
dengan masyarakat global. Sikap pendidik terhadap penggunaan teknologi
di dalam kelas merupakan indikasi dari seberapa baik teknologi akan
diintegrasikan di dalam kelas.
6. Daftar Pustaka
http://jite.org/documents/Vol12/JITEv12IIPp029-043Kusano1210.pdf
https://translate.google.com/