Chapter II Analisis Residu Pestisida Triazofos pada Biji Kopi Kering Menggunakan Kromatografi Gas FPD
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kopi
Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili
Rubiaceae dan genus Coffea . Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan
tingginya dapat mencapai 12 m. Kopi diperkenalkan di indonesia pertama kali
oleh VOC antara tahun 1969-1699. Kopi bukan hanya sekedar minuman segar dan
berkhasiat, tetapi juga mempunyai arti ekonomi yang cukup penting
(Najiyati.S,1990).
Gambar 1. Tanaman kopi
Kopi merupakan suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh di mana
saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang
sangat dingin atau daerah-daerah tandus yang memang tidak cocok bagi
kehidupan tanaman. Panen kopi tidak dapat dijalankan hanya sekali saja,
melainkan mengikuti gelombang bunga yaitu yang terjadi 3-4 kali dalam setahun.
Maka apabila musim bunga berlangsung dari bulan April – Juni/Juli, musim
Universitas Sumatera Utara
6
panen akan berlangsung dari bulan mei sampai dengan bulan Agustus tahun
berikutnya. Masaknya buah kopi ada yang cepat ada pula yang lambat, sedang
yang lambat ini sangat tergantung pada iklim dan jenisnya (AAK,1988).
2.1.1. Buah Kopi
Buah kopi biasanya dipasarkan dalam bentuk kopi beras, yaitu kopi kering yang
sudah terlepas dari daging buah dan kulit arinya. Sebagian besar, buah terdapat
pada cabang primer atau sekunder sebagaimana halnya dengan bunga. Dari bunga
sampai menjadi buah itu masak, makan waktu 7-9 bulan. Buah kopi yang muda
berwarna hijau, tetapi setelah tua menjadi kuning dan kalau masak warnanya
menjadi merah. Besar buah kira-kira 11/2 × 1 cm dan bertangkai pendek.
Pada umumnya buah kopi mengandung 2 butir biji, biji tersebut mempunyai
2 bidang, bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung (punggung). Tetapi
adakalanya hanya ada satu butir biji yang bentuknya bulat panjang yang disebut
kopi lanang. Biji terdiri dari kulit biji yang merupakan selaput tipis membalut biji
yakni yang disebut perak atau kulit ari.
.
Gambar 2. Biji kopi
Universitas Sumatera Utara
7
Putih lembaga (endosperma). Pada permukaan biji yang datar saluran yang
arahnya memanjang dan kedalam, merupakan lubang yang panjang sama dengan
bijinya. Sejajar dengan saluran itu terdapat satu lubang yang berukuran lebih
sempit dan merupakan satu kantong yang tertutup. Di sebelah kantong terdapat
lembaga (embrio) dengan sepasang daun tipis dan dasar akar yang berwarna putih
(AAK,1988).
2.1.2. Pemeliharaan Tanaman Kopi
Pemeliharaan merupakan salah satu tahap budi daya kopi yang sangat penting
dalam menentukan produktivitas tanaman. Pemupukan pada tanaman bertujuan
untuk mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman dan memperbaiki kondisi tanah
sehingga perakaran dapat tumbuh baik serta dapat menyerap hara dalam jumlah
yang cukup.
Kutu dompolan (Pseudococcus citri) merupakan hama yang sering
menyerang tanaman kopi dengan cara menghisap cairan kuncup bunga, buah
muda, ranting dan daun muda. Serangan hama ini dapat menimbulkan
pertumbuhan tanaman terhenti, daun-daun menguning, calon bunga gagal menjadi
bunga, dan buah rontok.
Pengendalian kutu dompolan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu
secara biologis, mekanis, dan kimiawi.
a. Secara biologis, dengan melepaskan parasit Angyrus grenii, dan
Leptomastix abyssinica, predator kumbang Symnus apiciflatus, S.roepkei,
Cryptolaemus mentrousieri. Selain melepaskan musuh alami, juga dengan
Universitas Sumatera Utara
8
memberantas semut yang suka membawa kutu terutama pada musim
kemarau.
b. Secara mekanis, dengan memangkas bagian yang terserang, kemudian
dibakar. Selain itu, juga dengan membuang atau tidak menanam pohon
pelindung yang disukai oleh hama tersebut seperti gamal (Glirisida
maculata).
c. Secara kimiawi, dengan penyemprotan insektisida. Insektisida yang
dianjurkan antara lain Anthio
Orthene
75
SP, Sevin
85
330
EC, Hostation
g, dan supracide
40
40
EC, Nogos
50
EC,
EC dengan dosis sesuai
petunjuk (Najiyati.S,1990).
2.1.3. Waktu pemupukan
Pada umumnya pemupukan kopi diberikan 2 kali dalam satu tahun. Terkecuali
kopi muda, sebagai starter dapat diberikan lebih dari 2 atau 3 kali, hal ini
mengingat kondisi tanaman yang bersangkutan. Pupuk yang mengandung N
diberikan 2 kali. Sedang yang mengandung P dan K diberikan sekali pada akhir
musim penghujan atau permulaan musim kemarau, yakni pada bulan maret
sampai bulan mei. Sedang N yang sebagiannya diberikan pada akhir musim
kemarau atau permulaan musim penghujan, yakni sekitar akhir bulan oktober atau
november (AAK,1988).
Universitas Sumatera Utara
9
2.1.4. Manfaat buah kopi
1. Kopi Instan (soluble coffee)
Kopi instan dibuat dengan cara mengambil esktrak dari kopi yang telah
mengalami proses penyangraian. Metoda ini pertama kali diperkenalkan oleh
Morgenthaler di Switzerland pada tahun 1938. Kopi yang telah digiling diekstrak
dengan menggunakan tekanan tertentu alat pengekstrak. Temperatur air yang
digunakan pada waktu mengambil ekstrak adalah 2000C. Komponen kering yang
terdapat pada kopi hasil ekstraksi adalah 15%. Kemudian hasil esktraksi
dikeringkan dengan menggunakan spray dried atau freeze dried (Belitz dan
Grosch, 1987).
2. Kopi Bubuk
Kopi bubuk merupakan proses pengolahan kopi yang paling sederhana. Dimana
biji kopi yang telah disangrai kemudian dihancurkan dan dikemas. Pembuatan
kopi bubuk banyak dilakukan petani, pedagang pengecer, industri kecil dan
pabrik. Pembuatan kopi bubuk oleh petani biasanya hanya dilakukan secara
tradisional dengan alat-alat sederhana. Hasilnya pun hanya bisa dikonsumsi
sendiri atau dijual bila ada pesanan. Pembuatan kopi bubuk bisa dibagi ke dalam
dua tahap yaitu tahap penyangraian dan tahap penggilingan
(Najiyanti dan Danarti, 1997).
2. Kopi Celup(Coffee Bags)
Kopi celup sama halnya seperti teh celup. Pada kopi celup biji kopi yang telah
dihancurkan kemudian dimasukkan ke dalam suatu kemasan yang berbentuk
seperti filter (saringan). Dengan adanya kopi celup maka ampas yang biasanya
Universitas Sumatera Utara
10
dihasilkan pada waktu kopi diseduh dengan air panas akan berkurang atau bahkan
tidak ada sama sekali.
4. Kopi Blending (Kopi Campuran)
Blending merupakan suatu proses penambahan bahan-bahan lain ke dalam kopi
yang bertujuan untuk meningkatkan rasa dari kopi yang dihasilkan. Blending
memungkinkan pergantian perubahan selera dalam biji kopi dan penggantian jenis
kopi jika ada kesulitan dalam penawaran/harga. Proses pencampuran sering
dilakukan pada waktu biji kopi disangrai, contoh bahan-bahan yang sering
dicampurkan pada kopi adalah jagung, gandum, rye dan sebagainya
(Belitz dan Grosch, 1987).
2.1.5. Pestisida
Pestisida adalah substansi yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan
berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida
yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai
pembunuh hama yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi, bakteri, virus, nematode, tikus, burung, dan hewan lain
yang dianggap merugikan.
Menurut Permenkes RI, No.258/Menkes/per/III/1973 pestisida merupakan
semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang di pergunakan
untuk memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian, memberantas gulma,
mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman yang tidak termasuk pupuk,
mematikan dan mencegah hama-hama liar, memberantas hama-hama air,
Universitas Sumatera Utara
11
memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad renik dalam rumah
tangga, bangunan dan alat-alat angkutan, mencegah dan memberantas binatangbinatang termasuk serangga yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan
air (Untung,K,2007).
Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
bisa mematikan semua jenis serangga. Untuk membunuh serangga insektisida
masuk dalam tubuh serangga melalui lambung , kontak, dan alat pernafasan.
a. Insektisida dapat meracuni lambung (stomach posions) bila
insektisida masuk dalam tubuh bersama bagian tanaman yang
dimakannya. Akibatnya alat pencernaan akan terganggu. Insektisida
seperti ini sangat efektif untuk mengendalikan serangga yang
mulutnya bertipe penggigit dan pengunyah.
b. Insektisida kontak (contact poisons) akan masuk ketubuh serangga
melalui kutikulanya.
c. Insektisida masuk ketubuhnya melalui pernapasan. Sebagai misal
fumigas hama gudang dapat mematikan hama yang mengisap gas
beracun dari fumigan.
Sedangkan dilihat dari cara kerjanya, insektisida dibedakan atas peracun fisik,
peracun protoplasma, peracun pernapasan.
a. Insektisida peracun fisik akan menyebabkan dehidrasi, yaitu
keluarnya cairan tubuh dari dalam tubuh serangga.
b. Insektisida peracun protoplasma dapat mengendapkan protein dalam
tubuh serangga
Universitas Sumatera Utara
12
c. Insektisida peracun pernapasan dapat menghambat aktifitas enzim
pernapasan (Wudianto.R,1988).
2.1.6. Batas Residu Pestisida
Residu pestisida adalah sisa pestisida, termasuk hasil perubahannya yang terdapat
pada atau dalam jaringan manusia, hewan, air, udara atau tanah. Batas maksimum
residu pestisida adalah batas maksimum kandungan residu pestisida di dalam
produk pertanian tertentu yang diizinkan oleh pemerintah. Kandungan residu
pestisida di atas batas maksimum residu pestisida dianggap berbahaya bagi
kesehatan manusia yang mengkonsumsi atau terpapar oleh produk pertanian
tersebut.
Disamping manfaat yang diperoleh dari penggunaan pestisida untuk
peningkatan produksi pertanian, sebagai bahan racun pestisida pada keadaan
tertentu memiliki risiko yang besar bagi kesehatan manusia, ternak/hewan,
kelompok organisme lain dan lingkungan hidup.
Dengan alasan melindungi kesehatan manusia, setiap negara menerapkan
dan menentukan nilai batas maksimum residu pestisida yang ketat sehingga dapat
digunakan sebagai alasan untuk memeriksa dan membatasi produk-produk
pertanian yang memasuki negaranya. Pemerintah pada tahun 1996 memutuskan
batas residu maksimum pestisida melalui keputusan bersama antara Menteri
Kesehatan dan Menteri Pertanian No.:
Universitas Sumatera Utara
13
Tentang Batas Maksimum Residu Pestisida pada hasil pertanian melalui SKB
tersebut telah ditetapkan nilai BMR (mg/kg), sekitar 2000 kombinasi antara bahan
aktif pestisida dan komoditas (Untung.K,2000)
2.2. Triazofos
Nama Umum
: Triazofos
Rumus Molekul
: C12H16N3O3PS
Nama Kimia
: o,o-dietil o- (1-phenyl-1H 1, 2, 4-triazol-3-il) fosforotiot
Massa Relatif
: 313.31
Nama Dagang
:Hostation 40 EC
Struktural Formula
:
Bentuknya
: Cairan
Warna
: Kekuningan
Bau
: Tidak berbau
Universitas Sumatera Utara
14
Mudah terbakar, berbahaya jika terhirup dan kontak dengan kulit, beracun jika
tertelan. Triazofos adalah insektisida spektrum luas organofosfat dan akarisida
dengan kontak dan tindakan perut. Triazofos mengontrol kutu daun, thrips,
pengusir hama, kumbang, ulat, tungau laba-laba dan lalat putih pada tanaman
lapangan,
sayuran,
tanaman
hias
dan
pohon
buah-buahan
(http://www.gharda.com/products/agrochemicals/insecticides_triazophos.html ).
2.2.1. Cara kerja Triazofos
Triazofos merupakan pestisida golongan organofosfat yang dimana organofosfat
adalah kelompok insektisida yang paling banyak digunakan di dunia ini.
Organofosfat tidak persisten atau bioakumulasi di lingkungan. Senyawa
organofosfat pertama dikenal pada tahun 1854, namun karena sifatnya yang toksik
maka senyawa ini baru muncul kembali pada tahun 1930-an. Tetraethyl
pyrophosphate (TEPP) adalah insektisida organofosfat yang pertama kali
digunakan. Senyawa organofosfat diperoleh dari asam fosfor. Senyawa tersebut
merupakan senyawa yang paling toksik dari semua pestisida yang digunakan
terhadap hewan vertebrata. Organofosfat termasuk senyawa yang tidak stabil dan
dapat rusak dengan cepat di lingkungan. Lebih dari 100.000 senyawa organofosfat
telah di saring untuk keperluan insektisida, namun lebih dari 100 jenis telah
dipakai untuk pemakaian komersial.
Senyawa organofosfat adalah racun yang menyerang saraf dimana
targetnya adalah serangga. Kebanyakan dari pestisida organofosfat adalah
insektisida meskipun juga terdapat beberapa jumlah untuk senyawa herbisida dan
fungisida. Organofosfat bekerja dengan menghambat enzim yang penting bagi
Universitas Sumatera Utara
15
sistem saraf. Asetilkolin akan rusak dan tidak dapat aktif dalam beberapa detik
disebabkan oleh enzim kolinesterase. Ketika terpapar dengan organofosfat, enzim
tersebut tidak dapat berfungsi dan dapat menyebabkan gangguan pada ujung saraf.
2.3. Kromatografi Gas
Kromatografi gas pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia
Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna. Tehnik
kromatografi telah berkembang dan telah digunakan untuk memisahkan dan
mengkuantifikasi berbagai macam komponen yang kompleks, baik komponen
organik maupun komponen anorganik.
Gas Chromatography (GC) merupakan metode yang dinamis untuk
pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu
campuran. GC merupakan tehnik instrumental yang saat ini merupakan alat utama
yang digunakan oleh laboratorium untuk melakukan analisis. GC dapat
diotomatisasi untuk analisis sampel-sampel padat, cair dan gas. Sampel padat
dapat diekstraksi atau dilarutkan dalam suatu pelarut sehingga dapat diinjeksikan
kedalam sistem GC demikian juga sampel gas yang dapat langsung diambil
dengan penyuntik yang ketat terhadap gas (Rohman,2007).
2.3.1. Prinsip Dasar Kromatografi Gas
Dasar pemisahan secara kromatografi gas ialah penyebaran sampel diantara dua
fase, yaitu fase diam yang permukaannya luas dan fase lain berupa gas yang
melewati fase diam. Kromatografi gas ialah cara pemisahan campuran yang
didasarkan atas perbedaan pola pergerakan dari suatu kompoen campuran dengan
mengalirkan arus gas melalui fase diam berupa zat padat (kromatografi gas padat).
Universitas Sumatera Utara
16
Jika fase diam berupa zat cair cara tadi disebut kromatografi gas cair. Fase cair
diselaputkan berupa lapisan tipis pada zat padat yang lembam dan pemisahan
didasarkan pada partisi sampel yang masuk dan keluar dari lapisan zat cair ini
(Bonelli,1998).
Nitrogen, argon, atau bahkan hidrogen yang digerakkan dengan tekanan melalui
pipa yang berisi fase diam. Untuk pemisahan secara kromatografi, fase diam cair
berada sebagai lapisan tipis yang diserap atau diikat secara kimia oleh penyangga
padat yang dikemas di dalam pipa logam, kaca, atau plastik yang berdiameter
kecil (Gritter,1991).
2.3.2. Komponen kromatografi gas
Alat kromatografi gas terdiri dari atas 7 bagian, yaitu:
1. Silinder tempat gas pembawa/pengangkut
2. Pengatur aliran dan pengatur tekanan
3. Tempat injeksi sampel
4. Kolom
5. Oven kolom
6. Detektor
7. Rekorder
Universitas Sumatera Utara
17
Gambar 3. Diagram Blok Kromatografi Gas
1. Gas pengangkut
Gas pengangkut (carier gas) ditempatkan dalam silinder bertekanan tinggi.
Biasanya tekanan dari silinder sebesar 150 atm. Tetapi tekanan ini sangat
besar untuk digunakan secara langsung. Gas-gas yang sering dipakai
adalah helium, argon. Gas tersebut sangat baik, tidak mudah terbakar,
tetapi sangat mahal. H2 mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati dalam
pemakaiannya. Kadang –kadang digunakan juga CO2.
2. Pengatur aliran dan pengatur tekanan
Ini disebut pengatur atau pengurang dragger. Drager bekerja baik pada 2,5
atm, dan mengalirkan massa aliran dengan tetap. Tekanan lebih pada
tempat masuk dari kolom diperlukan untuk mengalirkan cuplikan masuk
ke dalam kolom.
Universitas Sumatera Utara
18
3. Tempat injeksi
Tempat injeksi dari alat GC selalu dipanaskan.
cara memasukkan
cuplikan yang baik ialah dengan menaikkan suhu pemanas tempat suntik
dan memperkecil ukuran cuplikan. Cuplikan bantuann disuntikkan dengan
bantuan suntik melalui karet septum kemudian diuapkan di dalam tabung
gelas (Hendayana,2006).
4. Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan. Ada 2 jenis kolom
pada kromatografi gas yaitu kolom kemas dan kolom kapiler. Kolom
kemas terdiri atas fase cair yang tersebar pada permukaan penyangga yang
lembam (inert) yang terdapat dalam tabung yang relatif besar (diameter
dalam 1-3mm). Kolom kapiler jauh lebih kecil (diameter dalam 0,10-0,53
mm) dan dinding kapiler bertindak sebagai penyangga lembam untuk fase
diam cair. Fase diam ini dilapiskan pada dinding kolom atau bahkan dapat
bercampur dengan sedikit penyangga lembam yang sangat halus untuk
memperluas luas permukaan efektif. Tabung terbuat dari silica (SiO 3)
dengan kemurnian yang sangat tinggi. Panjang kolom 5-60 m dengan tebal
lapisan film 0,05-1 mikron (Rohman.A,2000).
5. Oven kolom
Kolom terletak dalam sebuah oven dalam instrumen. Suhu oven harus
diatur dan sedikit di bawah titik didih sampel. Jika suhu diatur terlalu
tinggi, cairan fase diam bisa teruapkan, juga sampel akan larut pada suhu
tinggi dan bisa mengalir terlalu cepat dalam kolom sehingga menjadi
terpisah.
Universitas Sumatera Utara
19
6. Detector
Pada detector komponen-komponen cuplikan yang telah terpisah dideteksi.
Ini berarti bahwa sejumlah karakteristik dari senyawa-senyawa organik
diukur (Sastrohamidjoj.H,1985). Fungsi umumnya mengubah sifat-sifat
molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus listrik
tersebut diteruskan ke rekorder untuk menghasilkan kromatogram.
7. Recorder
Recorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang diperkuat
melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari kromatogram
yang diperoleh dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dengan cara membandingkan waktu retensi sampel dengan
standar. Analisis kuantitatif dengan menghitung luas area maupun tinggi
dari kromatogram. Hasil rekorder adalah sebuah kromatogram berbentuk
puncak-puncak dengan pola yang sesuai dengan kondisi sampel dan jenis
detektor yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Kopi
Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam famili
Rubiaceae dan genus Coffea . Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang dan
tingginya dapat mencapai 12 m. Kopi diperkenalkan di indonesia pertama kali
oleh VOC antara tahun 1969-1699. Kopi bukan hanya sekedar minuman segar dan
berkhasiat, tetapi juga mempunyai arti ekonomi yang cukup penting
(Najiyati.S,1990).
Gambar 1. Tanaman kopi
Kopi merupakan suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh di mana
saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi dengan temperatur yang
sangat dingin atau daerah-daerah tandus yang memang tidak cocok bagi
kehidupan tanaman. Panen kopi tidak dapat dijalankan hanya sekali saja,
melainkan mengikuti gelombang bunga yaitu yang terjadi 3-4 kali dalam setahun.
Maka apabila musim bunga berlangsung dari bulan April – Juni/Juli, musim
Universitas Sumatera Utara
6
panen akan berlangsung dari bulan mei sampai dengan bulan Agustus tahun
berikutnya. Masaknya buah kopi ada yang cepat ada pula yang lambat, sedang
yang lambat ini sangat tergantung pada iklim dan jenisnya (AAK,1988).
2.1.1. Buah Kopi
Buah kopi biasanya dipasarkan dalam bentuk kopi beras, yaitu kopi kering yang
sudah terlepas dari daging buah dan kulit arinya. Sebagian besar, buah terdapat
pada cabang primer atau sekunder sebagaimana halnya dengan bunga. Dari bunga
sampai menjadi buah itu masak, makan waktu 7-9 bulan. Buah kopi yang muda
berwarna hijau, tetapi setelah tua menjadi kuning dan kalau masak warnanya
menjadi merah. Besar buah kira-kira 11/2 × 1 cm dan bertangkai pendek.
Pada umumnya buah kopi mengandung 2 butir biji, biji tersebut mempunyai
2 bidang, bidang yang datar (perut) dan bidang yang cembung (punggung). Tetapi
adakalanya hanya ada satu butir biji yang bentuknya bulat panjang yang disebut
kopi lanang. Biji terdiri dari kulit biji yang merupakan selaput tipis membalut biji
yakni yang disebut perak atau kulit ari.
.
Gambar 2. Biji kopi
Universitas Sumatera Utara
7
Putih lembaga (endosperma). Pada permukaan biji yang datar saluran yang
arahnya memanjang dan kedalam, merupakan lubang yang panjang sama dengan
bijinya. Sejajar dengan saluran itu terdapat satu lubang yang berukuran lebih
sempit dan merupakan satu kantong yang tertutup. Di sebelah kantong terdapat
lembaga (embrio) dengan sepasang daun tipis dan dasar akar yang berwarna putih
(AAK,1988).
2.1.2. Pemeliharaan Tanaman Kopi
Pemeliharaan merupakan salah satu tahap budi daya kopi yang sangat penting
dalam menentukan produktivitas tanaman. Pemupukan pada tanaman bertujuan
untuk mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman dan memperbaiki kondisi tanah
sehingga perakaran dapat tumbuh baik serta dapat menyerap hara dalam jumlah
yang cukup.
Kutu dompolan (Pseudococcus citri) merupakan hama yang sering
menyerang tanaman kopi dengan cara menghisap cairan kuncup bunga, buah
muda, ranting dan daun muda. Serangan hama ini dapat menimbulkan
pertumbuhan tanaman terhenti, daun-daun menguning, calon bunga gagal menjadi
bunga, dan buah rontok.
Pengendalian kutu dompolan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu
secara biologis, mekanis, dan kimiawi.
a. Secara biologis, dengan melepaskan parasit Angyrus grenii, dan
Leptomastix abyssinica, predator kumbang Symnus apiciflatus, S.roepkei,
Cryptolaemus mentrousieri. Selain melepaskan musuh alami, juga dengan
Universitas Sumatera Utara
8
memberantas semut yang suka membawa kutu terutama pada musim
kemarau.
b. Secara mekanis, dengan memangkas bagian yang terserang, kemudian
dibakar. Selain itu, juga dengan membuang atau tidak menanam pohon
pelindung yang disukai oleh hama tersebut seperti gamal (Glirisida
maculata).
c. Secara kimiawi, dengan penyemprotan insektisida. Insektisida yang
dianjurkan antara lain Anthio
Orthene
75
SP, Sevin
85
330
EC, Hostation
g, dan supracide
40
40
EC, Nogos
50
EC,
EC dengan dosis sesuai
petunjuk (Najiyati.S,1990).
2.1.3. Waktu pemupukan
Pada umumnya pemupukan kopi diberikan 2 kali dalam satu tahun. Terkecuali
kopi muda, sebagai starter dapat diberikan lebih dari 2 atau 3 kali, hal ini
mengingat kondisi tanaman yang bersangkutan. Pupuk yang mengandung N
diberikan 2 kali. Sedang yang mengandung P dan K diberikan sekali pada akhir
musim penghujan atau permulaan musim kemarau, yakni pada bulan maret
sampai bulan mei. Sedang N yang sebagiannya diberikan pada akhir musim
kemarau atau permulaan musim penghujan, yakni sekitar akhir bulan oktober atau
november (AAK,1988).
Universitas Sumatera Utara
9
2.1.4. Manfaat buah kopi
1. Kopi Instan (soluble coffee)
Kopi instan dibuat dengan cara mengambil esktrak dari kopi yang telah
mengalami proses penyangraian. Metoda ini pertama kali diperkenalkan oleh
Morgenthaler di Switzerland pada tahun 1938. Kopi yang telah digiling diekstrak
dengan menggunakan tekanan tertentu alat pengekstrak. Temperatur air yang
digunakan pada waktu mengambil ekstrak adalah 2000C. Komponen kering yang
terdapat pada kopi hasil ekstraksi adalah 15%. Kemudian hasil esktraksi
dikeringkan dengan menggunakan spray dried atau freeze dried (Belitz dan
Grosch, 1987).
2. Kopi Bubuk
Kopi bubuk merupakan proses pengolahan kopi yang paling sederhana. Dimana
biji kopi yang telah disangrai kemudian dihancurkan dan dikemas. Pembuatan
kopi bubuk banyak dilakukan petani, pedagang pengecer, industri kecil dan
pabrik. Pembuatan kopi bubuk oleh petani biasanya hanya dilakukan secara
tradisional dengan alat-alat sederhana. Hasilnya pun hanya bisa dikonsumsi
sendiri atau dijual bila ada pesanan. Pembuatan kopi bubuk bisa dibagi ke dalam
dua tahap yaitu tahap penyangraian dan tahap penggilingan
(Najiyanti dan Danarti, 1997).
2. Kopi Celup(Coffee Bags)
Kopi celup sama halnya seperti teh celup. Pada kopi celup biji kopi yang telah
dihancurkan kemudian dimasukkan ke dalam suatu kemasan yang berbentuk
seperti filter (saringan). Dengan adanya kopi celup maka ampas yang biasanya
Universitas Sumatera Utara
10
dihasilkan pada waktu kopi diseduh dengan air panas akan berkurang atau bahkan
tidak ada sama sekali.
4. Kopi Blending (Kopi Campuran)
Blending merupakan suatu proses penambahan bahan-bahan lain ke dalam kopi
yang bertujuan untuk meningkatkan rasa dari kopi yang dihasilkan. Blending
memungkinkan pergantian perubahan selera dalam biji kopi dan penggantian jenis
kopi jika ada kesulitan dalam penawaran/harga. Proses pencampuran sering
dilakukan pada waktu biji kopi disangrai, contoh bahan-bahan yang sering
dicampurkan pada kopi adalah jagung, gandum, rye dan sebagainya
(Belitz dan Grosch, 1987).
2.1.5. Pestisida
Pestisida adalah substansi yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan
berbagai hama. Kata pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan cida
yang berarti pembunuh. Jadi secara sederhana pestisida diartikan sebagai
pembunuh hama yaitu tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi, bakteri, virus, nematode, tikus, burung, dan hewan lain
yang dianggap merugikan.
Menurut Permenkes RI, No.258/Menkes/per/III/1973 pestisida merupakan
semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang di pergunakan
untuk memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak
tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil pertanian, memberantas gulma,
mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman yang tidak termasuk pupuk,
mematikan dan mencegah hama-hama liar, memberantas hama-hama air,
Universitas Sumatera Utara
11
memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad renik dalam rumah
tangga, bangunan dan alat-alat angkutan, mencegah dan memberantas binatangbinatang termasuk serangga yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan
air (Untung,K,2007).
Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
bisa mematikan semua jenis serangga. Untuk membunuh serangga insektisida
masuk dalam tubuh serangga melalui lambung , kontak, dan alat pernafasan.
a. Insektisida dapat meracuni lambung (stomach posions) bila
insektisida masuk dalam tubuh bersama bagian tanaman yang
dimakannya. Akibatnya alat pencernaan akan terganggu. Insektisida
seperti ini sangat efektif untuk mengendalikan serangga yang
mulutnya bertipe penggigit dan pengunyah.
b. Insektisida kontak (contact poisons) akan masuk ketubuh serangga
melalui kutikulanya.
c. Insektisida masuk ketubuhnya melalui pernapasan. Sebagai misal
fumigas hama gudang dapat mematikan hama yang mengisap gas
beracun dari fumigan.
Sedangkan dilihat dari cara kerjanya, insektisida dibedakan atas peracun fisik,
peracun protoplasma, peracun pernapasan.
a. Insektisida peracun fisik akan menyebabkan dehidrasi, yaitu
keluarnya cairan tubuh dari dalam tubuh serangga.
b. Insektisida peracun protoplasma dapat mengendapkan protein dalam
tubuh serangga
Universitas Sumatera Utara
12
c. Insektisida peracun pernapasan dapat menghambat aktifitas enzim
pernapasan (Wudianto.R,1988).
2.1.6. Batas Residu Pestisida
Residu pestisida adalah sisa pestisida, termasuk hasil perubahannya yang terdapat
pada atau dalam jaringan manusia, hewan, air, udara atau tanah. Batas maksimum
residu pestisida adalah batas maksimum kandungan residu pestisida di dalam
produk pertanian tertentu yang diizinkan oleh pemerintah. Kandungan residu
pestisida di atas batas maksimum residu pestisida dianggap berbahaya bagi
kesehatan manusia yang mengkonsumsi atau terpapar oleh produk pertanian
tersebut.
Disamping manfaat yang diperoleh dari penggunaan pestisida untuk
peningkatan produksi pertanian, sebagai bahan racun pestisida pada keadaan
tertentu memiliki risiko yang besar bagi kesehatan manusia, ternak/hewan,
kelompok organisme lain dan lingkungan hidup.
Dengan alasan melindungi kesehatan manusia, setiap negara menerapkan
dan menentukan nilai batas maksimum residu pestisida yang ketat sehingga dapat
digunakan sebagai alasan untuk memeriksa dan membatasi produk-produk
pertanian yang memasuki negaranya. Pemerintah pada tahun 1996 memutuskan
batas residu maksimum pestisida melalui keputusan bersama antara Menteri
Kesehatan dan Menteri Pertanian No.:
Universitas Sumatera Utara
13
Tentang Batas Maksimum Residu Pestisida pada hasil pertanian melalui SKB
tersebut telah ditetapkan nilai BMR (mg/kg), sekitar 2000 kombinasi antara bahan
aktif pestisida dan komoditas (Untung.K,2000)
2.2. Triazofos
Nama Umum
: Triazofos
Rumus Molekul
: C12H16N3O3PS
Nama Kimia
: o,o-dietil o- (1-phenyl-1H 1, 2, 4-triazol-3-il) fosforotiot
Massa Relatif
: 313.31
Nama Dagang
:Hostation 40 EC
Struktural Formula
:
Bentuknya
: Cairan
Warna
: Kekuningan
Bau
: Tidak berbau
Universitas Sumatera Utara
14
Mudah terbakar, berbahaya jika terhirup dan kontak dengan kulit, beracun jika
tertelan. Triazofos adalah insektisida spektrum luas organofosfat dan akarisida
dengan kontak dan tindakan perut. Triazofos mengontrol kutu daun, thrips,
pengusir hama, kumbang, ulat, tungau laba-laba dan lalat putih pada tanaman
lapangan,
sayuran,
tanaman
hias
dan
pohon
buah-buahan
(http://www.gharda.com/products/agrochemicals/insecticides_triazophos.html ).
2.2.1. Cara kerja Triazofos
Triazofos merupakan pestisida golongan organofosfat yang dimana organofosfat
adalah kelompok insektisida yang paling banyak digunakan di dunia ini.
Organofosfat tidak persisten atau bioakumulasi di lingkungan. Senyawa
organofosfat pertama dikenal pada tahun 1854, namun karena sifatnya yang toksik
maka senyawa ini baru muncul kembali pada tahun 1930-an. Tetraethyl
pyrophosphate (TEPP) adalah insektisida organofosfat yang pertama kali
digunakan. Senyawa organofosfat diperoleh dari asam fosfor. Senyawa tersebut
merupakan senyawa yang paling toksik dari semua pestisida yang digunakan
terhadap hewan vertebrata. Organofosfat termasuk senyawa yang tidak stabil dan
dapat rusak dengan cepat di lingkungan. Lebih dari 100.000 senyawa organofosfat
telah di saring untuk keperluan insektisida, namun lebih dari 100 jenis telah
dipakai untuk pemakaian komersial.
Senyawa organofosfat adalah racun yang menyerang saraf dimana
targetnya adalah serangga. Kebanyakan dari pestisida organofosfat adalah
insektisida meskipun juga terdapat beberapa jumlah untuk senyawa herbisida dan
fungisida. Organofosfat bekerja dengan menghambat enzim yang penting bagi
Universitas Sumatera Utara
15
sistem saraf. Asetilkolin akan rusak dan tidak dapat aktif dalam beberapa detik
disebabkan oleh enzim kolinesterase. Ketika terpapar dengan organofosfat, enzim
tersebut tidak dapat berfungsi dan dapat menyebabkan gangguan pada ujung saraf.
2.3. Kromatografi Gas
Kromatografi gas pertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia
Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna. Tehnik
kromatografi telah berkembang dan telah digunakan untuk memisahkan dan
mengkuantifikasi berbagai macam komponen yang kompleks, baik komponen
organik maupun komponen anorganik.
Gas Chromatography (GC) merupakan metode yang dinamis untuk
pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu
campuran. GC merupakan tehnik instrumental yang saat ini merupakan alat utama
yang digunakan oleh laboratorium untuk melakukan analisis. GC dapat
diotomatisasi untuk analisis sampel-sampel padat, cair dan gas. Sampel padat
dapat diekstraksi atau dilarutkan dalam suatu pelarut sehingga dapat diinjeksikan
kedalam sistem GC demikian juga sampel gas yang dapat langsung diambil
dengan penyuntik yang ketat terhadap gas (Rohman,2007).
2.3.1. Prinsip Dasar Kromatografi Gas
Dasar pemisahan secara kromatografi gas ialah penyebaran sampel diantara dua
fase, yaitu fase diam yang permukaannya luas dan fase lain berupa gas yang
melewati fase diam. Kromatografi gas ialah cara pemisahan campuran yang
didasarkan atas perbedaan pola pergerakan dari suatu kompoen campuran dengan
mengalirkan arus gas melalui fase diam berupa zat padat (kromatografi gas padat).
Universitas Sumatera Utara
16
Jika fase diam berupa zat cair cara tadi disebut kromatografi gas cair. Fase cair
diselaputkan berupa lapisan tipis pada zat padat yang lembam dan pemisahan
didasarkan pada partisi sampel yang masuk dan keluar dari lapisan zat cair ini
(Bonelli,1998).
Nitrogen, argon, atau bahkan hidrogen yang digerakkan dengan tekanan melalui
pipa yang berisi fase diam. Untuk pemisahan secara kromatografi, fase diam cair
berada sebagai lapisan tipis yang diserap atau diikat secara kimia oleh penyangga
padat yang dikemas di dalam pipa logam, kaca, atau plastik yang berdiameter
kecil (Gritter,1991).
2.3.2. Komponen kromatografi gas
Alat kromatografi gas terdiri dari atas 7 bagian, yaitu:
1. Silinder tempat gas pembawa/pengangkut
2. Pengatur aliran dan pengatur tekanan
3. Tempat injeksi sampel
4. Kolom
5. Oven kolom
6. Detektor
7. Rekorder
Universitas Sumatera Utara
17
Gambar 3. Diagram Blok Kromatografi Gas
1. Gas pengangkut
Gas pengangkut (carier gas) ditempatkan dalam silinder bertekanan tinggi.
Biasanya tekanan dari silinder sebesar 150 atm. Tetapi tekanan ini sangat
besar untuk digunakan secara langsung. Gas-gas yang sering dipakai
adalah helium, argon. Gas tersebut sangat baik, tidak mudah terbakar,
tetapi sangat mahal. H2 mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati dalam
pemakaiannya. Kadang –kadang digunakan juga CO2.
2. Pengatur aliran dan pengatur tekanan
Ini disebut pengatur atau pengurang dragger. Drager bekerja baik pada 2,5
atm, dan mengalirkan massa aliran dengan tetap. Tekanan lebih pada
tempat masuk dari kolom diperlukan untuk mengalirkan cuplikan masuk
ke dalam kolom.
Universitas Sumatera Utara
18
3. Tempat injeksi
Tempat injeksi dari alat GC selalu dipanaskan.
cara memasukkan
cuplikan yang baik ialah dengan menaikkan suhu pemanas tempat suntik
dan memperkecil ukuran cuplikan. Cuplikan bantuann disuntikkan dengan
bantuan suntik melalui karet septum kemudian diuapkan di dalam tabung
gelas (Hendayana,2006).
4. Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan. Ada 2 jenis kolom
pada kromatografi gas yaitu kolom kemas dan kolom kapiler. Kolom
kemas terdiri atas fase cair yang tersebar pada permukaan penyangga yang
lembam (inert) yang terdapat dalam tabung yang relatif besar (diameter
dalam 1-3mm). Kolom kapiler jauh lebih kecil (diameter dalam 0,10-0,53
mm) dan dinding kapiler bertindak sebagai penyangga lembam untuk fase
diam cair. Fase diam ini dilapiskan pada dinding kolom atau bahkan dapat
bercampur dengan sedikit penyangga lembam yang sangat halus untuk
memperluas luas permukaan efektif. Tabung terbuat dari silica (SiO 3)
dengan kemurnian yang sangat tinggi. Panjang kolom 5-60 m dengan tebal
lapisan film 0,05-1 mikron (Rohman.A,2000).
5. Oven kolom
Kolom terletak dalam sebuah oven dalam instrumen. Suhu oven harus
diatur dan sedikit di bawah titik didih sampel. Jika suhu diatur terlalu
tinggi, cairan fase diam bisa teruapkan, juga sampel akan larut pada suhu
tinggi dan bisa mengalir terlalu cepat dalam kolom sehingga menjadi
terpisah.
Universitas Sumatera Utara
19
6. Detector
Pada detector komponen-komponen cuplikan yang telah terpisah dideteksi.
Ini berarti bahwa sejumlah karakteristik dari senyawa-senyawa organik
diukur (Sastrohamidjoj.H,1985). Fungsi umumnya mengubah sifat-sifat
molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus listrik
tersebut diteruskan ke rekorder untuk menghasilkan kromatogram.
7. Recorder
Recorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang diperkuat
melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari kromatogram
yang diperoleh dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dengan cara membandingkan waktu retensi sampel dengan
standar. Analisis kuantitatif dengan menghitung luas area maupun tinggi
dari kromatogram. Hasil rekorder adalah sebuah kromatogram berbentuk
puncak-puncak dengan pola yang sesuai dengan kondisi sampel dan jenis
detektor yang digunakan.
Universitas Sumatera Utara