Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Rumah Makan Di Kecamatan Medan Baru

(1)

1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN PENGUSAHA RUMAH MAKAN

DI KECAMATAN MEDAN BARU

SKRIPSI Diajukan Oleh:

DIWAYANA PUTRI NASUTION 070501098

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2010


(2)

ABSTRACT

Title in this research is “Factors That Affected Restauranteur income in Medan Baru Town. The aim of this research is to analyze the affect of the independent variables are capital, number of labors, education, and work experience to dependent variable is restauranteur income in Medan Baru Town. This research use with cross section data with 195 as population and 67 restauranteur are taken as sample and it applies Ordinary Least Square method in

estimating the result of this research. The result of the estimation shows that determinant coefficient (R2) is

0.873149, it means that the independent variables such as capital, number of labour, education, and work experience affect the dependent variable is resturanteur income as much as 87,31% and the 12,69% remain is explained by other variables which is not included in this estimation model.

Capital, number of labors, education and work experience has significant influence with overall on the restauranteur income, proved by Overall Test with confident interval 99%.

Based on the partial test, it is known that capital, number of labour and work experience has positive and significant affect on the restauranteur income variable up to 99% of interval confident. But the education has positive and doesn’t significant on the restauranteur income up to 90% of interval confident. Keyword: Restauranteur income, capital, number of labour, education, work


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Rumah Makan di Kecamatan Medan Baru”. . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel independen yaitu modal, jumlah tenaga kerja, pendidikan, dan pengalaman usaha terhadap variabel dependen yaitu pendapatan pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru. Penelitian ini menggunakan data croos section sebanyak 195 populasi dan sampel penelitian sebanyak 67 pengusaha rumah makan dan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dalam mengestimasi hasil penelitiannya.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0.873149, yang artinya variabel independen yakni modal, jumlah tenaga kerja, pendidikan dan pengalaman usaha berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu pendapatan pengusaha rumah makan sebesar 87,31%, dan sisanya sebesar 12,69% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimaksudkan dalam model estimasi.

Modal, jumlah tenaga kerja, pendidikan dan pengalaman usaha memberikan pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap pendapatan pengusaha rumah makan dari pembuktian uji overall pada tingkat kepercayaan 99%.

Berdasarkan uji parsial, diketahui bahwa modal, jumlah tenaga kerja, dan pengalaman berusaha memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha rumah makan pada tingkat kepercayaan 99%. Namun pendidikan memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pendapatan pengusaha rumah makan pada tingkat kepercayaan 90%.

Kata kunci: pendapatan pengusaha rumah makan, modal, jumlah tenaga

kerja, pendidikan dan pengalaman berusaha.


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang tercurah hingga selesainya skripsi ini. Shalawat dan salam pada Rasulullah SAW yang dengan bimbingannya hingga saat ini kita berada dalam dien yang benar dan tetap menjadi umat yang terbaik.

Penulisan skripsi ini merupakan kewajiban bagi para mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara guna memenuhi syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan. Untuk memenuhi kewajiban tersebut, maka penulis menyusun skripsi yang berjudul :” Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Rumah Makan di Kecamatan Medan Baru”

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari adanya bimbingan dan dukungan dari semua pihak baik moril maupun materil sehingga penulisan skripsi ini dapat terwujud. Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terimakasih atas motivasi, kasih sayang serta doa bagi penulis kepada ayah dan mama tercinta (Alm. Ir. Awaluddin Nasution dan Nurhayani Lubis), kakak tercinta (Dina Sabrinah Nasution, Amd.) dan adik-adik tercinta (Muhammad Ghazi Alwafi Nasution dan Muhammad Fadil Hilmi Nasution). Penulis juga mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada ;

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E, M. Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si, selaku Dosen Pembimbing

skripsi, dan selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan


(5)

waktu dalam memberikan bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

4. Bapak Irsyad Lubis, S.E, M.Soc, P.hD, selaku Dosen Penguji dan Ketua Program Studi Strata-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Paidi Hidayat S.E, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Strata-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 6. Bapak Drs. Arifin Siregar MSP, selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

7. Pengusaha Rumah Makan di Kecamatan Medan Baru, manager dan para karyawannya, atas bantuan dalam memberikan data sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Keluargaku tercinta Atok, Nenek, Amangboru, Bou, Nanguda, Uda, Ibu, Oom, dan sepupu-sepupuku. Terimakasih buat doa, dukungan dan kasih sayang, dan motivasi yang selalu tersedia buat penulis.

9. Sahabatku Citra, Ira, Camelia, Nadi, Dian, Dedeph, Kakla. Terimakasih buat doa, dukungan moril dan motivasi yang membuat penulis memiliki semangat dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap kita dapat selalu bersama dan bersahabat selamanya.

10.Kepada teman-teman ESQ terima kasih atas doa dan dukungannya. Semoga semangat 165 selalu ada di hati kita.

11.Teman- teman Departemen Ekonomi Pembangunan stambuk 2007, buat Feny, Dini, Dwi, Yoga, Genk WG dll yang selama ini memberikan semangat, keceriaan, motivasi. Penulis sangat bersyukur mengenal kalian, yang telah memberikan warna dalam hidup ini.


(6)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran, masukan dan kritik yang membangun demi penulisan yang lebih sempurna di masa akan datang.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu selanjutnya dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya bagi kita semua.

Medan, 30 Januari 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... …ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Hipotesis ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : URAIAN TEORITIS 2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ... 8

2.1.1 Pengertian UMKM ... 8

2.1.2 Jenis UMKM ... 10

2.1.1 Kelebihan dan Kekurangan UMKM ... 11

2.1.2 Permasalahan UMKM ... 12

2.2 Kewirausahawan ... 15

2.2.1 Pengertian Wirausahawan ... 15

2.2.2 Karakteristik Wirausahawan ... 16

2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Wirausahawan ... 17

2.3 Rumah Makan ... 18

2.3.1 Pengertian Rumah Makan ... 18

2.3.2 Jenis-jenis Rumah Makan ... 18

2.3.3 Menghindari Kegagalan Berbisnis Rumah Makan ... 20

2.4 Pendapatan ... 24

2.4.1 Pengertian Pendapatan ... 24

2.4.2 Sumber-sumber Pendapatan ... 25

2.4.3 Ketimpangan Pendapatan ... 29

2.5 Modal ... 31

2.5.1 Pengertian Modal ... 31

2.5.2 Jenis-jenis Modal ... 32

2.5.3 Sumber-sumber Modal ... 33

2.5.4 Peranan Modal dalam Perekonomian ... 34

2.6 Tenaga Kerja ... 34

2.7 Pendidikan ... 39

2.8 Pengalaman Usaha ... 42

BAB III: METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 43


(8)

3.2 Penentuan Responden/ Sampel ... 43

3.3 Jenis Data ... 44

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.5. Pengolahan Data... 45

3.6. Model Analisis Data ... 45

3.7. Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 47

3.7.1 Koefisien Determinasi (R – Square) ... 47

3.7.2 Uji t-statistik (Partial Test) ... 47

3.7.3 Uji f- statistik ( Overall Test) ... 49

3.8. Uji Asumsi Klasik ... 51

3.8.1 Uji Multikolinieritas ... 51

3.8.2 Uji Heteroskedastisitas ... 51

3.9. Defenisi Operasional ... 52

BAB IV:HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Medan... 54

4.1.1 Kondisi Geografis Kota Medan ... 54

4.1.2 Jumlah Penduduk Kota Medan ... 56

4.2 Gambaran Umum Sampel Penelitian ... 58

4.2.1 Umur Responden ... 58

4.2.2 Jumlah Tenaga Kerja Responden ... 59

4.2.3 Tingkat Pendidikan responden ... 60

4.2.4 Pengalaman Usaha Responden ... 61

4.3 Interpretasi Data ... 62

4.4 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 65

4.4.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 65

4.4.2 Uji t-statistik ... 65

4.4.3 Uji F-statistik ... 70

4.5 Uji Penyimpangan Klasik ... 71

4.5.1 Uji Multikolinieritas ... 71

4.5.2 Uji Heterokedastisitas ... 73

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 75

5.2 Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Ketimpangan Distribusi Pendapatan Nasional ... 31

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kota Medan ... 55

Tabel 4.2 Sebaran dan Kepadatan Penduduk di Kota Medan ... 57

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 58

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja ... 59

Tabel 4.5Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 60


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Grafik Permintaan dan Penawaran Tanah ... 26

Gambar 2.2 Grafik Permintaan dan Penawaran Modal ... 27

Gambar 2.3 Grafik Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja ... 28

Gambar 3.1 Kurva uji t-statistik ... 49

Gambar 3.2 Kurva uji f-statistik... 50

Gambar 4.1 Pengalaman usaha Responden ... 61

Gambar 4.2 Hasil Regresi Estimasi ... 63

Gambar 4.3 Kurva Uji t Modal ... 66

Gambar 4.4 Kurva Uji t Jumlah Tenaga Kerja ... 67

Gambar 4.5 Kurva Uji t Tingkat Pendidikan ... 68

Gambar 4.6 Kurva Uji t Pengalaman Usaha ... 69


(11)

ABSTRACT

Title in this research is “Factors That Affected Restauranteur income in Medan Baru Town. The aim of this research is to analyze the affect of the independent variables are capital, number of labors, education, and work experience to dependent variable is restauranteur income in Medan Baru Town. This research use with cross section data with 195 as population and 67 restauranteur are taken as sample and it applies Ordinary Least Square method in

estimating the result of this research. The result of the estimation shows that determinant coefficient (R2) is

0.873149, it means that the independent variables such as capital, number of labour, education, and work experience affect the dependent variable is resturanteur income as much as 87,31% and the 12,69% remain is explained by other variables which is not included in this estimation model.

Capital, number of labors, education and work experience has significant influence with overall on the restauranteur income, proved by Overall Test with confident interval 99%.

Based on the partial test, it is known that capital, number of labour and work experience has positive and significant affect on the restauranteur income variable up to 99% of interval confident. But the education has positive and doesn’t significant on the restauranteur income up to 90% of interval confident. Keyword: Restauranteur income, capital, number of labour, education, work


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Rumah Makan di Kecamatan Medan Baru”. . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel independen yaitu modal, jumlah tenaga kerja, pendidikan, dan pengalaman usaha terhadap variabel dependen yaitu pendapatan pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru. Penelitian ini menggunakan data croos section sebanyak 195 populasi dan sampel penelitian sebanyak 67 pengusaha rumah makan dan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dalam mengestimasi hasil penelitiannya.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0.873149, yang artinya variabel independen yakni modal, jumlah tenaga kerja, pendidikan dan pengalaman usaha berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu pendapatan pengusaha rumah makan sebesar 87,31%, dan sisanya sebesar 12,69% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimaksudkan dalam model estimasi.

Modal, jumlah tenaga kerja, pendidikan dan pengalaman usaha memberikan pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap pendapatan pengusaha rumah makan dari pembuktian uji overall pada tingkat kepercayaan 99%.

Berdasarkan uji parsial, diketahui bahwa modal, jumlah tenaga kerja, dan pengalaman berusaha memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pengusaha rumah makan pada tingkat kepercayaan 99%. Namun pendidikan memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pendapatan pengusaha rumah makan pada tingkat kepercayaan 90%.

Kata kunci: pendapatan pengusaha rumah makan, modal, jumlah tenaga

kerja, pendidikan dan pengalaman berusaha.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. Terdapat tiga sifat penting dari pembangunan ekonomi, yaitu suatu proses terjadinya perubahan secara terus-menerus, adanya usaha untuk menarik pendapatan perkapita masyarakat, dan kenaikan pendapatan perkapita masyarakat dalam jangka panjang. Kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan ditujukan untuk mengubah cara berpikir agar dapat memahami pentingnya investasi pembangunan. Pembangunan akan meningkatkan nilai-nilai budaya bangsa, yaitu terciptanya taraf hidup yang lebih baik, saling harga menghargai sesamanya, serta terhindar dari tindakan sewenang-wenang. Tujuan pembangunan ada dua tahap. Tahap pertama adalah untuk menghapuskan kemiskinan dan apabila tujuan ini mulai tercapai, dilanjutkan pada tahap kedua yaitu menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya (Sirojuzilam, 2005: 2).

Dalam mencapai tujuan dari pembangunan, ilmu pengetahuan, teknologi, kemampuan, dan semangat berwiraswasta mempunyai peranan yang cukup besar dalam keberhasilan suatu negara. Teknologi mampu menciptakan efisiensi yang memicu produktivitas nasional, sedangkan semangat dan kemampuan


(14)

berwiraswasta menjadi kekuatan pendorong bagi proses pembangunan nasional (Sudantoko dan Hamdani, 2009: 149).

Semangat berwirausaha sangat dibutuhkan dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Di Indonesia, UMKM telah menjadi bagian penting dari sistem perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan UMKM memiliki keunggulan dalam penyediaan tenaga kerja melalui usaha padat karya. Hal ini akan mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat, serta ikut berperan dalam meningkatkan perolehan devisa. Saat Indonesia diterpa badai krisis finansial pada tahun 1997/98 silam, UMKM-UMKM memiliki kemampuan untuk bertahan pada masa krisis tersebut. Hal ini karena semangat dan jiwa wirausaha yang dimiliki tertanam kuat sehingga meskipun mereka sempat goyang oleh dampak yang ditimbulkan, mereka secara perlahan-lahan mampu bangkit dari keterpurukan. Hal inilah yang membedakan antara usaha-usaha sekelas UMKM dengan usaha-usaha besar, meskipun penghasilan yang diperoleh lebih besar, namun resiko yang dihadapi juga semakin besar. UMKM-UMKM yang ada memiliki peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga. UMKM mempunyai fleksibilitas yang lebih besar dibandingkan unit besar (UB). Hal ini karena dalam UB pengambilan keputusan dan inovasi pada umumnya terhambat oleh birokrasi dan kaku. Bagi orang-orang yang kreatif dan inovatif, hal tersebut dianggap terlalu rumit dan terdapat keinginan untuk mempunyai usaha sendiri. Berwiraswasta biasanya dimulai dengan usaha-usaha skala kecil yang berpotensi untuk berkembang.


(15)

Mengingat peranan UMKM yang cukup positif dalam proses pembangunan, sudah sewajarnya kondisi pekerja dapat dipikirkan dengan kebijakan secara langsung maupun tidak, untuk membantu pengembangan masyarakat melalui pembinaan kegiatan UMKM. Dari sisi kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto, sumbangan UMKM di Medan tahun 2009 adalah sebesar 53,30%. UMKM juga mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 85,4 juta orang atau 96,18% dari total tenaga kerja yang ada di Medan (www.waspada.co.id

Namun disadari pula bahwa perkembangan UMKM saat ini masih banyak menemui berbagai hambatan. Hambatan-hambatan tersebut berbeda dari satu daerah dengan daerah lain serta antarsektor yang ada, atau antar sesama perusahaan di sektor yang sama. Intinya, persoalan umum yang sering terjadi pada UMKM meliputi aspek pemasaran, kemampuan teknologi, distribusi dan pengadaan bahan baku serta input lainnya, kualitas sumber daya manusia yang rendah, biaya transportasi dan energi yang tinggi, keterbatasan komunikasi, serta prosedur administrasi dan birokrasi yang kompleks dalam pengurusan izin usaha. Terdapat pula ketidakpastian peraturan serta kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi yang tidak jelas arahnya (Tambunan, 2009: 75).

). Jadi, UMKM merupakan salah satu penggerak ekonomi bangsa.

Hal ini membuat pemerintah, perbankan, dan masyarakat harus merubah sudut pandangnya terhadap UMKM. Industri besar dan UMKM harus diposisikan pada level yang setara, dan tidak dibedakan antara industrialis-UMKM. Kesetaraan yang di maksud adalah kesetaraan akses pelayanan sumber daya dan kesempatan melihat peluang ekonomi. Pemerintah juga dapat memberikan


(16)

pemahaman tentang pentingnya pengembangan UMKM dengan berbagai alternatif kebijakan. Hal ini karena tidak menutup kemungkinan industri kecil akan tumbuh menjadi industri yang lebih besar. Setiap industri dapat tumbuh besar apabila memiliki peluang ekonomi sehingga dapat meningkatkan usahanya. Pada akhirnya industri tersebut akan mampu memberikan kontribusi yang positif, baik bagi industri itu sendiri, masyarakat, maupun bagi pemerintah. Intinya, perkembangan UMKM perlu dilakukan karena merupakan usaha yang menjanjikan. Apabila UMKM dapat berkembang, pada akhirnya akan memberikan dampak positif bagi perekonomian di Indonesia.

Kota Medan sebagai Ibu Kota Propinsi Sumatera Utara meliputi 21 Kecamatan, salah satu di antaranya adalah Kecamatan Medan Baru. Di kecamatan ini terdapat berbagai sektor UMKM, khususnya usaha makanan dan minuman atau sering disebut rumah makan. Menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No.KN.73/PVVI05/MPPT-85 tentang Peraturan usaha Rumah Makan, yang dimaksud dengan usaha jasa Pangan adalah suatu usaha yang menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersil (pariwisatadantekonologi.blogspot.com). Kegiatan usaha rumah makan makin marak berkembang dikarenakan prospeknya yang menggiurkan bagi para wirausaha. Namun, perlu adanya penelitian dalam pengembangan rumah makan sehingga dapat meningkatkan pendapatan pengusaha rumah makan itu sendiri. Penulis melakukan penelitian pada usaha Rumah Makan di Kecamatan Medan Baru. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah rumah makan yang terdaftar di BPS pada Kecamatan Medan Baru tahun 2009 adalah sebanyak


(17)

195 rumah makan, dimana tersebar di 6 kelurahan, yakni 33 rumah makan di Kelurahan Titi Rantai, 39 rumah makan di Kelurahan Padang Bulan, 38 rumah makan Kelurahan Merdeka, 11 rumah makan di Kelurahan Darat, 38 rumah makan di Kelurahan Babura, dan di Petisah Hulu terdapat sebanyak 36 rumah makan. Rumah makan di Kecamatan Medan Baru memiliki potensi yang besar dikarenakan letaknya yang strategis, yakni dekat dengan pusat kota, kampus, rumah sakit, pusat bimbingan belajar serta wadah masyarakat lainnya. Hal ini yang membuat usaha rumah makan menjadi semakin berkembang dan memberikan dampak kegiatan ekonomi di kota Medan.

Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Rumah Makan di Kecamatan Medan Baru.”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh modal terhadap pendapatan pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru?

2. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru?

3. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru?


(18)

4. Bagaimana pengaruh pengalaman usaha terhadap pendapatan pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru?

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

1. Modal berpengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru, ceteris paribus.

2. Jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru, ceteris paribus.

3. Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru, ceteris paribus.

4. Pengalaman usaha berpengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru, ceteris paribus.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal terhadap pendapatan pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru.


(19)

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap pendapatan pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru.

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengalaman usaha terhadap pendapatan pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru.

1.5Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bahan informasi bagi pengusaha rumah makan dan pengembangannya. 2. Bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan

khususnya penelitian mengenai analisis pendapatan pengusaha rumah makan.

3. Hasil pemikiran ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

4. Sebagai bahan referensi untuk masyarakat yang tertarik terhadap pendapatan pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru.


(20)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM

Beberapa defenisi dari UMKM memiliki pengertian yang berbeda berdasarkan sumbernya (Hubeis, 2009; Tambunan, 2009) yakni sebagai berikut:

1. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM, dalam Bab I (Ketentuan Umum), pasal 1 dari Undang-undang (UU) tersebut, dinyatakan bahwa Usaha Mikro (UMI) adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria UMI sebagai mana diatur dalam UU tersebut. Usaha Kecil (UK) adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari UM atau Usaha Besar (UB) yang memenuhi kriteria UK sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut. Usaha menengah (UM) merupakan usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari UMI, UK atau


(21)

UB yang memenuhi kriteria UM sebagaimana yang dimaksud UU tersebut.

Di dalam UU tersebut kriteria yang digunakan untuk mendefenisikan UMKM seperti yang tercantum dalam pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai asset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil penjualan tahunan.

Kriterianya yakni :

a. UMI adalah unit usaha yang memiliki nilai asset paling banyak Rp 50 juta atau dengan hasil penjualan paling besar Rp 300 juta. b. UK dengan nilai asset lebih dari Rp 50 juta sampai dengan paling

banyak 500 juta atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta, hingga maksimum 2,5 milyar.

c. UM adalah perusahaan dengan nilai kekayaan bersih lebih dari 500 juta hingga paling banyak Rp 10 miliar atau memiliki hasil penjualan tahunan di atas Rp 2,5 milyar sampai paling tinggi Rp 50 milyar. 2. Menurut Keppres RI No. 99 Tahun 1998 pengertian usaha kecil adalah

kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

3. Menurut Bank Indonesia, Usaha Kecil dan Menengah adalah perusahaan atau industri dengan karakteristik berupa :


(22)

b. Untuk satu putaran dari usahanya hanya membutuhkan dana Rp 5 juta

c. Suatu perusahaan atau perseorangan yang mempunyai total asset maksimal Rp 600 juta tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati

d. Omset tahunan lebih besar dari 1 milyar.

4. Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, UMKM adalah kelompok industri kecil modern, industri tradisional, dan industri kerajinan yang mempunyai investasi modal untuk mesin-mesin dan peralatan sebesar Rp 70 juta ke bawah dan usahanya dimiliki oleh warga Negara Indonesia.

5. Menurut Badan Pusat Statistik, kriteria usaha adalah sebagai berikut : a. Usaha mikro : 1 - 4 orang tenaga kerja

b. Usaha kecil : 5 - 19 orang tenaga kerja c. Usaha menengah : 20 - 99 orang tenaga kerja d. Usaha besar : di atas 99 orang tenaga kerja.

2.1.2 Jenis UMKM

Menurut Tambunan (2009: 51) sektor UMKM meliputi berbagai sektor bisnis, seperti (a) Pertanian, (b) Pertambangan dan penggalian, (c) Industri manufaktur, (d) Listrik, gas dan air bersih, (e) Bangunan, (f) Perdagangan, hotel dan restoran, (g) Transportasi dan Telekomunikasi, (h) Keuangan, penyewaan dan jasa, (i) serta jasa-jasa lainnya. Sektor industri terbagi lagi menjadi beberapa


(23)

bagian yakni makanan, minuman, dan tembakau, tekstil, pakaian jadi kulit dan alas kaki, kayu dan produk-produk kayu, kertas percetakan dan publikasi, serta kimia (termasuk pupuk). Adapula produk dari karet, semen dan produk-produk mineral non logam, produk-produk-produk-produk dari besi dan baja, alat-alat transportasi, mesin dan peralatannya, serta olahan lainnya.

2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan UMKM

Menurut Hubeis (2009: 2), kelebihan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah dapat menjadi dasar pengembangan kewirausahaan, dikarenakan organisasi internal sederhana ini mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan/ padat karya (lapangan usaha dan lapangan kerja) yang berorientasi pada ekspor dan substitusi impor (struktur industri dan perolehan devisa). Selain itu UMKM aman bagi perbankan dalam memberikan kredit karena bergerak di bidang usaha yang cepat menghasilkan. UMKM juga mampu memperpendek rantai distribusi, lebih fleksibel dan adaptabilitas dalam pengembangan usaha. Adapun kekurangan dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah rendahnya kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kewirausahaan dan manajerial yang menyebabkan muculnya ketidakefisienan dalam menjalankan proses usaha. Terdapat pula masalah keterbatasan keuangan yang menyulitkan dalam pengembangan berwirausaha. Ketidakmampuan aspek pasar, keterbatasan pengetahuan produksi dan teknologi, prasarana dan sarana, dan ketidakmampuan mengusai informasi juga merupakan kekurangan yang sering dialami dalam usaha UMKM. UMKM juga tidak didukung kebijakan dan regulasi yang memadai, serta


(24)

perlakuan dari pelaku usaha besar yang tidak terorganisasi dalam jaringan dan kerja sama, sehingga sering tidak memenuhi standar dan tidak memenuhi kelengkapan aspek legalitas.

2.1.4 Permasalahan UMKM

Menurut Hubeis (2009: 4-6) permasalahan umum yang biasanya terjadi pada UMKM yaitu :

a. Kesulitan Pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan UMKM. Dari hasil studi yang dilakukan oleh James dan Akrasanee (1988) di sejumlah Negara ASEAN, menyimpulkan UMKM tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait dengan pemasaran seperti peningkatan kualitas produk dan kegiatan promosi. Akibatnya, sulit sekali bagi UMKM untuk dapat turut berpartisipasi dalam era perdagangan bebas. Masalah pemasaran yang dialami yaitu tekanan persaingan baik di pasar domestik dari produk yang serupa buatan sendiri dan impor, maupun di pasar internasional, dan kekurangan informasi yang akurat serta up to date mengenai peluang pasar di dalam maupun luar negeri.

b. Keterbatasan Finansial

Terdapat dua masalah utama dalam kegiatan UMKM di Indonesia, yakni dalam aspek finansial (mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi


(25)

pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada umumnya modal awal bersumber dari modal (tabungan) sendiri atau sumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini sering tidak memadai dalam untuk kegiatan produksi maupun investasi. Walaupun begitu banyak skim-skim kredit dari perbankan dan bantuan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sumber pendanaan dari sektor informal masih tetap dominan dalam pembiayaan kegiatan UMKM. Hal ini disebabkan karena lokasi bank terlalu jauh bagi pengusaha yang tinggal di daerah, persyaratan terlalu berat, urusan administrasi yang rumit, dan kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada beserta prosedurnya. Lagipula, sistem pembukuan yang belum layak secara teknis perbankan menyebabkan UMKM juga sulit memperoleh kredit.

c. Keterbatasan SDM

Salah satu kendala serius bagi banyak UMKM di Indonesia adalah keterbatasan SDM terutama dalam aspek-aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar barang.


(26)

d. Masalah Bahan Baku

Keterbatasan bahan baku serta kesulitan dalam memperolehnya dapat menjadi salah satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output ataupun kelangsungan produksi bagi banyak UMKM di Indonesia. Hal ini dapat disebabkan harga yang relatif mahal. Banyak pengusaha yang terpaksa berhenti dari usaha dan berpindah profesi ke kegiatan ekonomi lainnya akibat masalah keterbatasan bahan baku.

e. Keterbatasan Teknologi

UMKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi yang tradisional, seperti mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang bersifat manual. Hal ini membuat produksi menjadi rendah, efisiensi menjadi kurang maksimal, dan kualitas produk relatif rendah.

f. Kemampuan Manajemen

Kekurangmampuan pengusaha kecil untuk menentukan pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan dan tahap pengembangan usahanya, membuat pengelolaan usaha menjadi terbatas. Dalam hal ini, manajemen merupakan seni yang dapat digunakan atau diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan UMKM, baik unsur perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

g. Kemitraan

Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antara pengusaha dengan tingkatan yang berbeda yaitu antara pengusaha kecil dan pengusaha besar. Istilah kemitraan sendiri mengandung arti walaupun


(27)

tingkatannya berbeda, hubungan yang terjadi adalah hubungan yang setara (sebagai mitra kerja).

2.2 Wirausahawan

2.2.1 Pengertian Wirausahawan

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004: 3), wirausahawan adalah seseorang yang menciptakan bisnis yang baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian untuk memperoleh suatu keuntungan dan pertumbuhan dengan cara melihat peluang dan menggabungkan sumber daya yang dibutuhkan untuk mendirikannya. Menurut Sutanto (2002: 11) kewirusahaan dapat diartikan sebagai sikap dan perilaku mandiri yang mampu memadukan unsur cipta, rasa dan karsa serta karya ataupun memiliki kemampuan dalam menggabungkan unsur kreativitas, tantangan dan kerja keras serta kepuasan untuk memperoleh prestasi yang maksimal sehingga dapat menghasilkan nilai tambah terhadap jasa, barang maupun pelayanan yang dihasilkan dengan mengindahkan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Menurut Dewanti (2008: 1) wirausahawan secara umum adalah orang-orang yang mampu menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Sedangkan menurut Kasmir (2006: 16) wirausahawan adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Jiwa kewirausahaan akan mendorong minat seseorang dalam mendirikan dan mengelola kegiatan usaha dengan profesional.


(28)

2.2.2 Karakteristik Wirausahawan

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004: 4-6) adapun karakteristik dari wirausahawan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Adanya kecenderungan bertanggung jawab secara pribadi atas hasil yang ditetapkan sendiri.

2. Wirausahawan memiliki sikap optimis sehingga memiliki keyakinan untuk berhasil.

3. Wirausahawan melihat bisnis dari tingkat pemahaman resiko pribadinya. Mereka melihat peluang sesuai dengan pengetahuan, latar belakang, dan pengalamannya.

4. Wirausahawan akan mencari pengukuhan dan melihat sebaik apa mereka bekerja.

5. Wirausahawan memiliki kecenderungan energi yang tinggi dibanding masyarakat kebanyakan.

6. Mempunyai orientasi ke depan dalam mencari peluang.

7. Memiliki keterampilan mengorganisasi untuk mengubah pandangan ke depan menjadi kenyataan.

8. Mempunyai penilaian bahwa prestasi lebih tinggi dibandingkan uang. Dalam hal ini mereka menjalankan suatu usaha sendiri sesuai dengan yang diinginkan.


(29)

Suatu usaha dapat dijalankan secara perseorangan ataupun bersama-sama. Menurut Kasmir (2006: 19) untuk berwirausaha dapat dilakukan dengan :

a. Menjadi pemilik modal dan menjadi pengelolanya b. Menyetor modal dan dikelola oleh pihak mitra

c. Menyerahkan tenaga yang dikonversikan dalam bentuk saham untuk bukti kepemilikan usaha.

2.2.3. Kelebihan dan Kekurangan Wirausahawan

Dalam mejalankan suatu usaha pasti terdapat potensi keunggulan dan kekurangan. Dari segi keunggulan, terdapat hal-hal yang menarik yang menjadi keunggulan bagi wirausahawan. Berwirausaha memiliki banyak keuntungan dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki. Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004: 8- 9) kelebihan dari wirausahawan adalah sebagai berikut:

a. Memiliki peluang untuk mengendalikan nasib sendiri b. Mempunyai kesempatan melakukan perubahan c. Potensi yang dimiliki dapat dipergunakan sepenuhnya d. Peluang dalam meraih keuntungan tanpa batas

e. Peluang dalam melakukan hal yang diminati


(30)

Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004: 9-10) kekurangan dalam menjadi wirausahawan adalah:

a. Memiliki resiko kehilangan dari seluruh investasi b. Mempunyai pendapatan yang tidak sama

c. Cenderung bekerja lebih lama dan memerlukan kerja keras d. Memiliki mutu hidup yang rendah sampai bisnis menjadi mapan e. Harus bertanggung jawab penuh

f. Ketegangan mental yang tinggi.

2.3 Rumah Makan

2.3.1 Pengertian Rumah Makan

Menurut Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No.KN.73/PVVI05/MPPT-85 tentang Peraturan usaha Rumah Makan, yang dimaksud dengan usaha jasa Pangan adalah suatu usaha yang menyediakan jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersil. Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 304/Menkes/Per/89 tentang persyaratan rumah makan maka yang dimaksud rumah makan adalah satu jenis usaha jasa pangan yang bertempat di sebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan penjualan makanan dan minuman bagi umum di tempat usahanya (pariwisatadanteknologi.blogspot.com).


(31)

2.3.2 Jenis-jenis Rumah Makan

Menurut Raharjo (2008: 17-19) secara umum terdapat tiga jenis usaha pada makanan dan minuman. Masing-masing jenis usaha ini mempunyai kategori dan karakteristik yang berbeda, baik segi investasi maupun cara pengelolaannya. Ketiga jenis usaha tersebut adalah :

1. Usaha skala kecil

Usaha jenis ini bersifat kecil dan biasanya pada kalangan yang berpendapatan kecil pula. Ciri-ciri dari usaha ini yaitu jenis menu yang sangat terbatas dan harga yang murah, yakni sekitar Rp. 3000,00- Rp15.000,00 per orangnya. Konsepnya sederhana yakni hanya “makan, kenyang dan pulang”. Usaha jenis ini tidak terlalu mementingkan pelayanan dan kebersihan.

2. Usaha skala menengah

Jenis usaha ini diperuntukkan bagi kalangan pada tingkat ekonomi menengah. Dari segi harganya, memiliki tingkat harga yang lebih mahal dibandingkan usaha kecil dengan kisaran antara Rp.15.000,00- Rp. 40.000,00 per orang. Ciri-ciri usaha skala menengah adalah dapat dilihat dari menu yang lebih variatif, memiliki karyawan untuk melayani, jenis pelayanannya sangat sederhana, kebersihannya lebih diperhatikan, dan biasanya memiliki lahan parkir yang luas. Jenis usaha ini dapat ditemukan di rumah makan padang, restoran franchise, kafe, resto, atau restoran yang ada di dalam kafe atau di dalam mal.


(32)

3. Usaha skala besar

Usaha skala besar biasanya ditujukan untuk kalangan dengan ekonomi dan sosial yang tinggi. Jenis restoran ini dapat berdiri sendiri pada daerah tertentu atau berada di hotel bintang lima. Biasanya restoran ini menggunakan konsep khusus pada pelayanan dan menu yang ditawarkan, misalnya restoran Italia, Restoran Jepang, pub dan resto, Restoran Perancis atau Restoran Indonesia.

2.3.3 Menghindari Kegagalan Berbisnis Rumah Makan

Dalam mengelola usaha makanan dan minuman dibutuhkan pemahaman tentang hal-hal yang menyebabkan seseorang gagal dalam berbisnis rumah makan. Hal itu dapat diakibatkan oleh faktor-faktor eksternal dan faktor-faktor internal. Faktor internal contohnya adalah pengontrolan biaya, inovasi, pelatihan, tingkat kebersihan, adanya asumsi yang salah dan sebagainya. Contoh faktor eksternal adalah perizinan, tingkat persaingan, kurangnya promosi, penurunan tingkat kepuasan pelanggan, dan sebagainya. Menurut Raharjo (2008: 176-222) hal-hal dalam bisnis rumah makan yang perlu dihindari sebagai penyebab kegagalan adalah :

a. Menghindari asumsi yang keliru mengenai usaha rumah makan

Asumsi yang dimaksud seperti anggapan rumah makan tidak memiliki resiko, dengan keahlian dapat memperoleh sukses dengan cepat, bisnis


(33)

makanan dan minuman memiliki pasar yang cakupannya luas, dan modal merupakan jaminan untuk sukses dan sebagainya.

b. Menghindari kesalahan dalam memilih lokasi

Lokasi merupakan strategi utama dalam meraup pasar. Salah satu faktor sukses berbisnis rumah makan terletak pada penentuan lokasi. Terkadang pemilihan lokasi yang tepat membawa dampak yang jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan rasa serta kualitas dari makanan yang ditawarkan. Tapi, apabila hal tersebut dapat dipenuhi dan memiliki lokasi yang strategis dengan harga terjangkau, ditambah dengan suasana dan pelayanan yang memuaskan, maka dapat dipastikan rumah makan tersebut akan dibanjiri oleh para pengunjung. Kriteria dari lokasi yang strategis adalah (a) Mudah terjangkau, (b)

Terlihat dari berbagai sisi, (c) Memiliki lokasi dengan tingkat keamanan tinggi, (d) Memiliki lalu lintas yang tinggi dan padat. Rumah makan yang letaknya berjauhan dari kriteria strategis biasanya akan sepi dari pengunjung karena pemilihan lokasi yang salah.

c. Menghindari kesalahan dalam mengelola arus keuangan

Keuangan merupakan faktor penting dalam berbisnis karena tujuan dasar dari berusaha adalah untuk memperoleh pengembalian modal tepat pada waktunya serta memperoleh keuntungan. Kekeliruan dalam pengaturan keuangan akan berdampak pada pendapatan dan masalah keuangan yang serius. Hal ini membuat rumah makan yang


(34)

mendapatkan penjualan yang tinggi dari kegiatan operasional bulanan dapat berakibat minus dalam laporan keuangannya. Contohnya akibat tingginya biaya produksi makanan dan minuman untuk produk yang dihasilkan, pembayaran pada pemasok yang tidak terjadwal, tingginya biaya listrik, gaji dan air, pembelian barang-barang yang tidak perlu, dan lain sebagainya. Suatu rumah makan harus dapat (a) mampu menghasilkan pendapatan yang memadai, (b) dapat mengontrol biaya makanan dan gaji karyawan dengan bijak dan cermat, (c) membeli peralatan sesuai kebutuhan, (d) Melakukan penagihan hutang tepat waktu, (e) membayar kewajiban tepat waktu, (f) tidak mencampuradukkan uang perusahaan dengan uang pribadi.

d. Menghindari ketidakmampuan dalam mengelola produk

Faktor penting agar produk dapat bersaing sukses dalam jangka waktu yang relatif lama adalah melakukan inovasi dan mengontrol kualitas produk ataupun pengembangan produk setiap saat sesuai dengan perkembangan pasar. Contohnya adalah toilet yang bersih, parkiran yang tertata rapi, dan suasana yang nyaman. Inovasi dan kreativitas sangat penting untuk menarik pelanggan, sehingga inovasi produk tetap dibutuhkan sampai kapan pun.

e. Menghindari ketidakmampuan dalam mengelola sumber daya manusia Karyawan merupakan salah satu penggerak dari motor perusahaan. Kebutuhan karyawan yang terpenuhi akan mempengaruhi kinerja mereka. Misalnya, kebutuhan untuk dihargai, kebutuhan untuk


(35)

berkomunikasi, dan kebutuhan untuk berkembang. Perusahaan dan karyawan perlu memiliki pemahaman yang sama dengan mengelola suatu usaha dengan saling pengertian, komunikasi yang baik, dan mengerti akan tanggung jawab serta haknya masing-masing. Hal tersebut akan menjadi dasar bagi kesuksesan karyawan dan usaha tersebut.

f. Menghindari kesalahan dalam Mengelola Pelanggan

Di dalam bisnis rumah makan pelanggan adalah segalanya. Hal ini karena merekalah yang membayar seluruh operasional rumah makan. Oleh karena itu banyak usaha yang gulung tikar akibat tidak memperhatikan pelanggannya. Contohnya adalah memberikan pelayanan yang baik pada pelanggan, tahu akan kebutuhan pelanggan, dan merespon pelanggan yang kecewa. Setiap orang yang bekerja di suatu usaha rumah makan harus mempunyai persepsi yang sama dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya. Hal itu dilakukan supaya pelanggan merasa puas dan tidak meninggalkan rumah makan tersebut.

g. Menghindari kesalahan dalam Berpromosi

Kegagalan suatu bisnis rumah makan salah satu penyebabnya karena kurangnya promosi ataupun berpromosi dengan cara yang salah. Seseorang tidak akan datang ke rumah makan apabila masyarakat tidak memiliki informasi tentang rumah makan tersebut. Adapula


(36)

kesalahan akibat cara yang salah yakni contohnya hanya berpromosi pada awal pembukaan serta keyakinan berlebihan yang akhirnya justru menjerumuskan. Akibatnya setelah promosi berhenti akan dilupakan banyak orang. Dalam berpromosi dibutuhkan jadwal yang tepat sepanjang tahun. Diperlukan kesadaran bahwa produk dan inovasi perlu diketahui oleh banyak orang sehingga promosi perlu dilakukan. Dengan demikian, setiap orang yang melihat promosi tersebut terdorong untuk datang dan mencoba produk tersebut.

2.4 Pendapatan

2.4.1 Pengertian Pendapatan

Menurut Rahardja dan Manurung (2006: 292) pendapatan merupakan total dari penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu. Pendapatan adalah konsep aliran (flow concept). Terdapat tiga sumber penerimaan pada rumah tangga, yakni :

1. Pendapatan dari gaji dan upah

Gaji merupakan balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja. Besar dari gaji seseorang tersebut tergantung dari produktivitasnya. Faktor–faktor yang mempengaruhi produktivitas, yakni (a) Keahlian, (b) Mutu modal manusia, dan (c) Kondisi kerja.


(37)

Aset produktif mrerupakan aset yang memberikan masukan terhadap balas jasa penggunaanya. Aset ini terbagi dua yakni aset finansial dan aset bukan finansial.

3. Pendapatan dari Pemerintah

Pendapatan dari pemerintah merupakan pendapatan yang diterima bukan atas balas jasa yang telah dilakukan maupun diberikan. Hal ini biasanya terdapat pada negara-negara maju yang memberikan tunjangan penghasilan bagi para penganggur dan sebagainya.

Dalam analisis Mikro Ekonomi, menurut Sadono Sukirno (2002 : 391) pendapatan pengusaha merupakan keuntungan. Dalam kegiatan perusahaan, keuntungan ditentukan dengan cara mengurangi berbagai biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan yang diperoleh. Istilah pendapatan digunakan apabila berhubungan dengan aliran penghasilan pada suatu periode tertentu yang berasal dari penyediaan faktor- faktor produksi (sumber daya alam, tenaga kerja, dan modal) masing-masing dalam bentuk sewa, upah, dan bunga, secara berurutan. Dalam analisis Ekonomi Makro menurut Mankiw (2007 : 17) pendapatan nasional (national income) dapat diukur dengan Produk Domestik Bruto (PDB). PDB dianggap sebagai ukuran terbaik dalam kinerja perekonomian. Ada dua cara dalam melihat statistik PDB, yaitu dengan melihat PDB sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian dan sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian. PDB dipakai berhubungan dengan pendapatan agregat suatu negara dari sewa, upah, bunga dan pembayaran, namun tidak


(38)

termasuk pembayaran transfer (tunjangan pengangguran, uang pensiun dan lain sebagainya).

2.4.2 Sumber-sumber Pendapatan

Menurut Boediono (2002: 170-174) income seseorang ditentukan oleh (a) Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu dan warisan (pemberian), dan (b) Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi. Penawaran dan permintaan dari masing – masing produksi ditentukan oleh faktor – faktor yang berbeda yakni : a.

Gambar 2.1


(39)

Tanah dan kakayaan yang ada didalamnya mempunyai penawaran yang dianggap tidak akan bertambah lagi. Permintaan (demand) akan tanah biasanya naik dari waktu ke waktu karena naiknya harga barang-barang pertanian, naiknya harga barang-barang lainnya (mineral, barang-barang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah dari tanah), serta bertambahnya penduduk (untuk tempat tinggal). Dengan demikian harga tanah akan naik dengan cepat dari waktu ke waktu.

b. Harga Barang Modal

S1 S2

S3

P2

P1 P3

D1 D2 D3 Modal Gambar 2.2

Grafik Permintaan dan Penawaran Modal

Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai penawaran yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk ditabung (saving) dan kemudian sektor produksi akan menggunakan dana tabungan ini untuk


(40)

digunakan di pabrik-pabrik baru, seperti membeli mesin–mesin (yaitu investasi). Karena adanya saving dan investasi, maka penawaran dari barang-barang modal dari waktu ke waktu bisa bertambah, sedangkan pada permintaan akan barang-barang modal tergantung pada gerak permintaan akan barang-barang jadi. Contohnya, bila harga pakaian naik, maka permintaan akan mesin-mesin tenun, mesin jahit juga akan naik. Permintaan akan barang-barang jadi, pada gilirannya dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan pendapatan penduduk (yang dicerminkan oleh kenaikan pendapatan nasional atau GNP perkapita).

c.

Harga Tenaga Kerja (upah)

S1 S2

S3

D1 D2 D3 Tenaga Kerja Gambar 2.3


(41)

Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang cenderung terus menerus naik (pertumbuhan penduduk) sehingga ada kecenderungan bagi upah yang semakin menurun.

d. Kepengusahaan (entrepreneurship) merupakan faktor produksi yang paling sukar untuk dianalisa, karena faktor-faktor yang menentukan penawaran dan permintaannya sangat beraneka ragam (misalnya: faktor-faktor motivasi). Pada umumnya penawaran orang-orang yang berjiwa “entrepreneur” masih sangat kecil pada negara-negara yang berkembang. Inilah sebabnya penghasilan untuk pengusaha yang sukses cukup besar di negara berkembang.

2.4.3 Ketimpangan Pendapatan

Menurut Sudantoko dan Hamdani (2009: 82) distribusi pendapatan adalah salah satu aspek kemiskinan yang perlu dilihat karena merupakan ukuran kemiskinan relatif. Data pendapatan yang sulit diperoleh membuat pengukuran distribusi pendapatan selama ini didekati dengan menggunakan data pengeluaran. Dalam hal ini analisis distribusi pendapatan dilakukan dengan menggunakan data total pengeluaran rumah tangga. Dalam merefleksikan ketimpangan pendapatan dapat digunakan ukuran Gini Ratio dan ukuran Bank Dunia sebagai berikut:

a. Koefisien Gini (Gini Ratio)

Menurut Sudantoko dan Hamdani (2009: 82-85) koefisien gini merupakan salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Ukuran ketimpangan


(42)

pendapatan ini dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi yang bernama Corrado Gini yang hasil hitungannya disebut Gini Concentration Ratio (GCR). Koefisien Gini didasarkan pada kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif dengan membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu dengan distribusi variabel lainnya yang mewakili persentase kumulatif penduduk (dari termiskin hingga terkaya). Jika A= 0 koefisien gini bernilai 0 berarti pemerataan sempurna, sedangkan jika B= 0 koefisien gini akan bernilai 1 yang berarti ketimpangan sempurna. Namun pengukuran dengan menggunakan Koefisien Gini tidak sepenuhnya memuaskan. Terdapat beberapa kriteria bagi sebuah ketimpangan yang baik yakni sebagai berikut :

1. Tidak tergantung pada nilai rata-rata 2. Tidak tergantung pada jumlah penduduk 3. Dapat di dekomposisi

4. Dapat diuji secara statistik b. Ukuran Bank Dunia

Menurut Sudantoko dan Hamdani (2009: 85-86) pada ukuran Bank Dunia dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yakni :

1. 4% dengan penduduk berpendapatan rendah 2. 40% penduduk dengan pendapatan menengah 3. 20% penduduk berpendapatan tinggi.

Untuk mengukur ketimpangan pendapatan dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang


(43)

berpendapatan 40% terendah dengan total pendapatan dari seluruh penduduk.

Kategori ketimpangan pendapatan memiliki kriteria sebagai berikut : Tabel 2.1

Ketimpangan Distribusi Pendapatan Nasional

Persentase Pendapatan Nasional yang Ketimpangan distribusi pendapatan diterima oleh 40% penduduk

termiskin Nasional

17% atau lebih Ketimpangan Pendapatan Rendah

12% - 17 % Ketimpangan pendapatan sedang

12% atau kurang Ketimpangan pendapatan tinggi Sumber: Sudantoko dan Hamdani, 2009

2.5 Modal

2.5.1 Pengertian Modal

Dalam menjalankan proses pembangunan dan usaha, diperlukan faktor-faktor pendukung agar dapat berjalan dengan efektif. Salah satunya adalah akumulasi modal yang memadai. Menurut Sudantoko dan Hamdani (2009: 90) dalam terminologi pembangunan modal memiliki arti semua bentuk kekayaan baik yang berwujud fisik maupun non fisik yang mampu dijadikan sarana untuk menjalankan proses produksi ataupun perekonomian sesudahnya. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan makin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan, serta makin banyaknya perusahaan-perusahaan yang menjadi besar, maka modal mempunyai arti yang menonjol. Masalah modal dalam perusahaan merupakan masalah yang tidak akan pernah berakhir karena masalah modal mencakup


(44)

berbagai macam aspek. Hingga saat ini di antara para ahli ekonomi belum memiliki kesamaan opini tentang pengertian modal. Modal dapat terbentuk dari proses pembangunan itu atau terbentuk dari adanya permintaan akan investasi. Modal dapat berupa benda, ilmu pengetahuan, keahlian yang tinggi, proses pendidikan dan situasi yang kondusif.

2.5.2 Jenis- jenis Modal

Menurut Kasmir (2006: 85) terdapat dua jenis modal dalam melakukan kegiatan usaha, berdasarkan perbedaan dalam penggunaannya dan jangka waktunya, yakni sebagai berikut:

a. Modal Investasi

Penggunaan utama modal investasi untuk membeli aktiva tetap, seperti mesin-mesin, tanah, bangunan atau gedung, kendaraan dan inventaris lainnya. Modal ini merupakan jenis modal jangka panjang dan dapat digunakan berulang-ulang. Umur dari modal ini biasanya berkisar satu tahun. Modal investasi biasanya diperoleh dari modal pinjaman berjangka waktu panjang yang pada umumnya diperoleh dari dunia perbankan. b. Modal Kerja

Penggunaan modal kerja untuk perusahaan pada saat perusahaan beroperasi seperti biaya operasional membayar gaji karyawan, biaya pemeliharaan, dan biaya-biaya lainnya. Modal ini merupakan jenis modal jangka pendek dan hanya digunakan beberapa kali yang biasanya tidak


(45)

lebih dari satu tahun. Biasanya dunia perbankan dapat membiayai modal investasi dan modal kerja baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri.

2.5.3 Sumber-sumber Modal

Menurut Kasmir (2006: 88-89) berdasarkan sumbernya modal terbagi dua yakni :

a. Modal sendiri

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari dalam perusahaan sendiri. Kelebihan dari modal ini adalah tidak memiliki beban biaya bunga dalam membiayai suatu usaha walaupun tetap harus membayar dividen. Pembayaran dividen tergantung keuntungan yang diperoleh dan hanya dibayar apabila telah memperoleh keuntungan. Modal ini diperoleh dari pemilik perusahaan dengan cara mengeluarkan saham yang dapat dilakukan secara saham tertutup ataupun saham terbuka. Namun biasanya modal sendiri memiliki jumlah yang terbatas serta sulit untuk memperolehnya.

b. Modal asing

Modal asing adalah modal yang bersumber dari luar perusahaan, misalnya modal yang berupa pinjaman dari bank. Keuntungan dari modal ini karena memiliki jumlah yang tidak terbatas. Modal pinjaman ini digunakan untuk membiayai suatu usaha. Modal ini menimbulkan beban biaya bunga, biaya administrasi, serta biaya provisi dan komisi dan mewajibkan pengembalian


(46)

pinjaman dalam jangka waktu tertentu. Modal pinjaman akan menimbulkan motivasi pada pihak manajemen sehingga dalam melakukan kegiatan usahanya dilakukan secara sungguh-sungguh. Sumber modal asing dapat berasal dari pinjaman dunia perbankan, lembaga keuangan, dan dari perusahaan nonkeuangan.

2.5.4 Peranan Modal dalam Perekonomian

Menurut Sadono Sukirno (2002: 382) dalam setiap kegiatan perekonomian untuk kegiatan produksi memerlukan barang modal. Modernisasi perekonomian tidak dapat berlaku apabila tidak terdapat barang modal yang memiliki kompleksitas tinggi dengan produktivitas tinggi. Di dalam perekonomian modern perusahaan-perusahaan harus terus berupaya dalam memperbaiki kegiatan produksinya agar dapat mempertahankan daya saing dan menjamin kelangsungan hidup usahanya. Investasi atau penanaman modal adalah pengeluaran sektor perusahaan untuk membeli/ memperoleh barang-barang modal yang baru yang lebih modern atau untuk menggantikan barang modal yang sudah tidak digunakan lagi. Untuk melakukan penanaman modal, maka para pengusaha memerlukan dana. Adakalanya dana tersebut berasal dari keuntungan yang diperoleh yang tidak dibagikan dan ada pula yang berasal dari peminjaman dari pihak lain.

2.6 Tenaga Kerja

Menurut Mulyadi (2003: 59) tenaga kerja (man power) adalah penduduk pada usia kerja (15-64 tahun) atau seluruh penduduk dalam suatu negara yang


(47)

dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan bila mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Menurut UU No.25 Tahun 1997 tentang ketentuan-ketentuan pokok ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang mencari pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang terlibat ataupun berusaha terlibat dalam kegiatan produksi barang dan jasa. Sedangkan yang bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga, dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan.

Menurut Mulyadi (2003: 62-68) keadaan dari tenaga kerja Indonesia dapat dilihat dari :

a. Tingkat partisipasi angkatan kerja b. Upah tenaga kerja

c. Produktivitas pekerja d. Tingkat pengangguran.

Menurut Mulyadi (2003: 58-59) terdapat dua teori penting dari mengenai masalah ketenagakerjaan, yakni:

a. Teori Lewis yang mengemukakan kelebihan pekerja adalah kesempatan yang bukan merupakan suatu masalah. Karena kelebihan pekerja akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output serta penyediaan pekerjaan di sektor lain. Terdapat dua struktur dari perekonomian negara


(48)

berkembang yakni sektor subsisten terbelakang dan dan sektor kapitalis modern. Menurut Lewis sektor subsisten terbelakang tidak hanya terdiri dari pertanian, tetapi juga sektor informal seperti pengecer koran. Kelebihan dari sektor subsisten terbelakang adalah penawaran tenaga kerja dan tingkat upah di pedesaan relatif lebih murah dibandingkan sektor kapitalis modern. Hal tersebut mendorong pengusaha yang ada di perkotaan memanfaatkan pekerja tersebut dalam pengembangan industri modern perkotaan. Ketika proses industrialisasi berlangsung, maka kelebihan penawaran tenaga kerja di sektor subsisten terbelakang akan terserap. Bersamaan dengan itu, maka pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat. Perbedaan tingkat upah ini akan mengurangi ketimpangan pendapatan antara perkotaan dan pedesaan.

b. Teori Fei-Ranis yang berkaitan dengan negara berkembang. Ciri-cirinya adalah sumber daya alamnya belum dapat diolah, kelebihan buruh, mayoritas penduduknya bertani, memiliki banyak pengangguran, serta tingkat pertumbuhan yang tinggi. Menurut teori ini ada tiga tahap pembangunan dalam kondisi kelebihan buruh, yang pertama di mana para penganggur semu dialihkan ke sektor industri dengan upah yang sama. Tahap kedua pekerja pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh karena dialihkan pada sektor industri. Tahap ketiga ditandai dengan awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan output lebih besar dari pada perolehan upah institusional. Kelebihan


(49)

yang ada pada pekerja terserap pada sektor jasa dan industri yang meningkat sejalan dengan pertambahan output dan perluasan usaha secara terus menerus.

Menurut Mulyadi (2004: 71-72) struktur ketenagakerjaan dapat dilihat dari struktur lapangan kerja utama, struktur jenis pekerjaan utama, dan status dari para pekerja. Lapangan pekerjaan utama seseorang adalah bidang kegiatan utama dari pekerja. Lapangan pekerjaan dapat digolongkan atas (a) pertanian, perburuan, kehutanan dan perikanan, (b) pertambangan dan penggalian, (c) industri pengolahan, (d) listrik gas dan air, (e) bangunan, (f) perdagangan besar eceran dan rumah makan, (g) angkutan, pergudangan dan komunikasi, (h) keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan dan tanah, serta jasa perusahaan,dan (i) jasa kemasyarakatan.

Adapun jenis pekerjaan seseorang merupakan macam pekerjaan yang dilakukan pekerja tersebut. Jenis pekerjaan dapat digolongkan atas (a) tenaga profesional, teknisi dan sejenisnya, (b) tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan, (c) tenaga tata usaha dan tanaga yang sejenis, (d) tenaga usaha penjualan (e) tenaga usaha jasa, (f) tenaga usaha pertanian, perburuan dan perikanan, dan (g) tenaga produksi, operator alat-alat angkutan dan pekerja pasar.

Status pekerjaan utama merupakan jenis kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan. Status pekerjaan utama ini dibagi atas (a) Buruh/ karyawan adalah pekerja yang bekerja pada orang lain dan


(50)

menerima upah baik uang dan barang, (b) Berusaha sendiri, apabila pekerja tersebut bekerja atas resikonya sendiri dan tidak memperkerjakan orang lain dalam usahanya, (c) Berusaha dengan dibantu pekerja keluarga atau buruh tidak tetap, (d) Pekerja keluarga, yakni pekerja yang tidak mendapat upah uang maupun barang, (e) Berusaha dengan buruh tetap, bila pekerja tersebut bekerja atas resiko sendiri dan dalam melaksanakan usahanya memperkerjakan buruh tetap.

Menurut Arfida (2003: 44) hal-hal yang mempengaruhi permintaan : a. Tingkat upah

Apabila tingkat upah semakin tinggi, maka permintaan tenaga kerja akan semakin sedikit. Begitu pula sebaliknya.

b. Teknologi

Kemampuan dalam menghasilkan produksi bergantung pula terhadap teknologi yang berkembang. Maka semakin efektif teknologi, akan memberikan arti semakin besar bagi tenaga kerja dalam mengaktualisasikan keterampilan dan kemampuannya.

c. Produktivitas

Produktivitas bergantung pada modal yang dipakai. Keleluasaan modal dapat menaikkan produktivitas tenaga kerja.


(51)

Latar belakang dari pendidikan, keadaan gizi dan pengalaman berusaha merupakan indeks dari kualitas tenaga kerja.

e. Fasilitas modal

Suatu produk yang dihasilkan dari sumbangan modal dan tenaga kerja tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Hal ini karena peranan input lain merupakan faktor penentu lainnya.

2.7 Pendidikan

Menurut Tirtaraharja dan Sulo (2005: 33) pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia mengandung beberapa aspek yang bersifat kompleks. Karena hal tersebut maka tidak terdapat batasan yang jelas untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli berbeda-beda dengan kandungan yang berbeda pula. Perbedaan tersebut dapat dikarenakan falsafah yang diyakini, aspek yang menjadi tekanan dan lain sebagainya. Menurut pengertian BPS, pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Menurut Arfida (2003: 77) pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan untuk menambah keterampilan, pengetahuan, dan meningkatkan kemandirian maupun pembentukan kepribadian seseorang.

Menurut Tirtaraharja dan Sulo (2005: 33-37) beberapa batasan pendidikan berdasarkan fungsinya yakni :


(52)

Pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewaris budaya dari satu generasi ke generasi lain. Nilai-nilai budaya memiliki proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada tiga bentuk transformasi yakni nilai yang pantas diteruskan, misalnya nilai kejujuran, rasa tanggung jawab dan lain-lain, nilai yang tidak cocok diperbaiki, misalnya tata cara dari perkawinan, dan nilai yang tidak cocok diganti. Menurut pernyataan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, rasa dan karsa bangsa Indonesia.

b. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi

Hal ini diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah pada bentuk kepribadian peserta didik. Bagi masyarakat dewasa dituntut adanya pengembangan diri agar kualitas kepribadian dapat meningkat sejalan dengan meningkatnya tantangan hidup. Posisi manusia sebagai makhluk yang serba terhubung pembentukan kepribadiannya meliputi pengembangan penyesuaian diri terhadap lingkungan, terhadap diri sendiri dan pada Tuhan.

c. Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara

Diartikan sebagai kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik menjadi warga negara yang baik. Istilah baik memiliki arti relatif tergantung pada tujuan nasional dari suatu bangsa dikarenakan falsafah yang berbeda-beda.


(53)

d. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja

Kegiatan membimbing peserta didik agar dapat memiliki bekal dasar dalam bekerja. Bekal dasar dapat berupa pengetahuan, pembentukan sikap dan keterampilan.

e. Defenisi Pendidikan menurut Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Pada GBHN 1988 (BP 7 Pusat, 1990: 105) memberikan batasan mengenai pendidikan nasional yakni : Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila serta UU Dasar 1945 yang diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan dan harkat juga martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Menurut Arfida (2003: 77) jenjang pendidikan di Indonesia yang dipakai oleh Biro Pusat Statistik adalah:

1. Tidak sekolah

2. Tidak tamat sekolah dasar 3. Sekolah Dasar

4. Sekolah Menengah Pertama Umum 5. Sekolah Menengah Pertama Kejuruan 6. Sekolah Menengah Atas Umum


(54)

7. Sekolah Menengah Atas Kejuruan 8. Program Diploma (DI,DII,DIII) 9. Universitas.

Menurut Tirtaraharja dan Sulo (2005: 37-38) tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan mempunyai posisi yang penting dalam komponen pendidikan lainnya. Hal ini dikarenakan segenap komponen pendidikan diarahkan untuk pencapaian tujuan tersebut. Dengan demikian kegiatan yang dianggap menyimpang dengan tujuan tersebut dianggap tidak relevan, menyimpang, dan tidak fungsional sehingga dapat dianggap salah dan harus dicegah. Jadi, pendidikan dapat dikatakan memiliki unsur normatif yang mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, namun tidak bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta didik serta dapat diterima masyarakat sebagai nilai hidup yang baik. Tujuan pendidikan bersifat abstrak karena nilai-nilainya bersifat abstrak.

2.8 Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha pada penelitian ini adalah lamanya suatu UMKM berjalan atau umur dari usaha dari semenjak usaha itu berdiri. Artinya apabila suatu usaha semakin lama berjalan mengakibatkan adanya perkembangan usaha


(55)

yang signifikan ke arah yang positif ataupun negatif. Perkembangan dari dunia usaha dapat tergantung dari iklim perdagangan dan persaingan yang terjadi di dunia usaha/ pasar. Dari segi pengalaman,apabila suatu UMKM memiliki umur yang lebih lama dalam bidang usahanya tentunya usaha tersebut lebih dapat berkembang dengan baik. Hal ini dikarenakan usaha tersebut telah terlebih dahulu mengenal kondisi pasar yang ada serta mengerti selera dari konsumen. Industri yang memiliki umur yang dapat dibilang mapan, semestinya lebih dapat bersaing dengan UMKM lainnya.


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan Kecamatan Medan Baru yang mencakup kegiatan usaha rumah makan. Variabel yang diteliti meliputi variabel modal, jumlah tenaga kerja, tingkat pendidikan, dan pengalaman usaha yang mempengaruhi variabel pendapatan pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru.

3.2 Penentuan Responden/ Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari obyek yang diteliti. Sampel adalah bagian yang menjadi obyek yang sesungguhnya dari penelitian. Populasi penelitian adalah seluruh pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru. Menurut data BPS dalam Medan Baru dalam Angka, jumlah rumah makan yang terdaftar di BPS tahun 2009 adalah sebanyak 195 rumah makan.


(57)

Sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin, yakni sebagai berikut :

2

1

Ne

N

n

+

=

Dimana:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat di tolerir atau diinginkan, misalnya 5%, 10%.

n = 2

1

,

0

.

195

1

195

+

n = 95 , 2 195

n = 66,10 maka di bulatkan menjadi 67 orang.

Dari rumus di atas diperoleh jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 67 pengusaha dengan tingkat kelonggaran 10%. Responden adalah pengusaha rumah makan di Kecamatan Medan Baru. Cara penentuan responden dilakukan dengan teknik simple random sampling.

3.3 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yakni data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan wawancara menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner).


(58)

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data primer, metode pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara langsung kepada responden yang berpedoman terhadap kuesioner yang telah disiapkan.

3.5 Pengolahan data

Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengolahan data dengan menggunakan program komputer E-Views 5.0 dengan terlebih dahulu melakukan pemindahan data yang diperoleh ke dalam software Microsoft Excel.

3.6 Model Analisis Data

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat, digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Fungsi matematikanya adalah sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, X4 )……….( 1 )

Kemudian fungsi di atas ditransformasikan ke dalam model persamaan regresi linier berganda (multiple regression) dengan spesifikasi model sebagai berikut :

Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4 + µ………....( 2 ) Dimana:


(59)

α = Intercept/ konstanta β1β2β3β4 = Koefisien Regresi X1 = Modal Usaha (rupiah)

X2 = Jumlah Tenaga Kerja (orang) X3 = Tingkat Pendidikan (tahun) X4 = Pengalaman Usaha (tahun) µ = Term of error

Bentuk hipotesis di atas secara sistematis dapat dinyatakan sebagai berkut :

0

1

> ∂∂X

Y

Artinya apabila Modal Usaha (X1) mengalami kenaikan maka Tingkat Pendapatan (Y) pengusaha rumah makan akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

0

2

> ∂∂X

Y

Artinya apabila jumlah Tenaga Kerja (X2) mengalami kenaikan maka Tingkat Pendapatan (Y) pengusaha rumah makan akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

0

3

> ∂∂X

Y

Artinya apabila Tingkat Pendidikan (X3) mengalami kenaikan maka Tingkat Pendapatan (Y) pengusaha rumah makan akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.


(60)

0

4

> ∂∂X

Y

Artinya apabila Pengalaman Usaha (X4) mengalami kenaikan maka Tingkat Pendapatan (Y) pengusaha rumah makan akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.7 Test Of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

Untuk menganalisis model tersebut dilakukan pengujian sebagai berikut : 3.7.1 Koefisien Determinasi (R- Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan terhadap variabel dependen. Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0 hingga 1 (0 ≤ R2 ≤ 1), dimana bila nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik karena semakin besar hubungan antara variabel independen dengan varibel dependennya. Sebaliknya, bila nilai koefisien mendekati 0, maka model tersebut dikatakan kurang baik karena semakin kecil hubungan antara variabel independen dengan varibel dependennya.

3.7.2 Uji t-statistik (Partial Test)

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut:


(61)

Ho: bi = b Ha: bi≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-I dari nilai parameter hipotesis, dan biasanya b dianggap = 0, artinya, tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Bila t- hitung > t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Dan bila t-hitung < t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho diterima, artinya bahwa variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

t-hitung = Sbi

b bi ) ( −

Dimana:

bi = Koefisien variabel ke-i b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 : β =0 H0 diterima (t* < t-tabel) artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Ha : β ≠0 Ha diterima (t* > t-tabel) artinya variabel independen secara


(62)

Gambar 3.1 Kurva Uji t-statistik 3.7.3 Uji f-statistik (Overall Test)

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : bi = b2 = bk ……….. bk = 0 (tidak signifikan) Ha : b2≠ 0 ……….. i = 1 (signifikan)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan nilai F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak, yang artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Jika F-hitung < F-tabel maka Ho diterima, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

F-hitung =

) /( ) 1 (

) 1 /(

2 2

k n R

k R


(63)

Dimana:

R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel independen + intercept n = Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan :

Ho : β1 = β2 = 0 Ho diterima (F* < F-tabel) artinya variabel independen secara overall tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha :β1 ≠ β2 ≠ 0 Ha diterima (F* > F-tabel) artinya variabel independen secara overall berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Gambar 3.2 Kurva Uji f-statistik


(64)

3.8 Uji Asumsi Klasik 3.8.1 Uji Multikolinearitas

Multikoliniearitas sering terjadi jika di antara variabel bebas (X) saling berkorelasi, sehingga tingkat penelitian perkiraannya semakin rendah. Di samping itu interval keyakinan kesimpulan yang diambil menjadi keliru. Multikoliniearitas yang berat dapat mengubah tanda koefisien regresi yang seharusnya bertanda (+) berubah (-) atau sebaliknya.

Uji multikoliniearitas diperoleh dengan beberapa langkah yaitu:

1. Melakukan regresi model lengkap Y = f (X1,….Xn) sehingga kita mendapatkan R square.

2. Melakukan regresi X1 terhadap seluruh x lainnya, maka diperoleh nilai Ri square (regresi ini disebut auxiliary regression) ; dan 3. Membandingkan nilai Ri square dengan R square. Hipotesis yang

dapat dipakai adalah Ho diterima apabila Ri square < R square model pertama berarti tidak terjadi multikoliniearitas dan Ha diterima apabila Ri square > R square model pertama berarti terjadi masalah multikoliniearitas.

3.8.2 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana masing-masing kesalahan penganggu mempunyai varian yang berlainan. Uji ini dimaksudkan untuk menguji bagaimana dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu


(65)

pengamatan ke pengamatan yang lain adalah tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteoskedastisitas lazim juga disebut sebagai ketimpangan data yang besar antar variabel. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas maka dilakukan uji White Test. Adapun langkah-langkah White Test, antara lain :

1. Membuat regresi dari model yang ada dan mendapatkan residualnya 2. Hitung nilai Chi-Square nya dengan rumus :

χ

2

= n R

2

Dimana :

n = Jumlah observasi R2 = Koefisien determinasi

3. Bandingkan nilai Chi-Square hitung dengan Chi-square table nya Kriteria pengambilan keputusan :

χ

2

hitung <

χ

2tabel : Tidak terjadi heteroskedastisitas

χ

2

hitung >

χ

2tabel : Terjadi heteroskedastisitas

3.9 Defenisi Operasional

1.Pendapatan (Y) adalah laba/ keuntungan usaha yang diperoleh pengusaha rumah makan dalam satu bulan (rupiah).

2. Modal usaha (X1) adalah kontribusi dari investasi dalam bentuk uang yang digunakan dalam proses kegiatan usaha rumah makan (rupiah).


(66)

3. Jumlah tenaga kerja (X2) adalah jumlah seluruh karyawan yang bekerja pada pengusaha rumah makan (orang).

4. Tingkat pendidikan (X3) adalah tahapan pendidikan formal pengusaha rumah makan (tingkat).

Ket = 0 = Tidak bersekolah; 1 = Sekolah Dasar; 2= Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama; 3= Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ; 4= Perguruan Tinggi/ Akademik.

5. Pengalaman usaha (X4) adalah lamanya usaha rumah makan mulai awal berdiri (tahun).


(67)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Medan 4.1.1 Kondisi Geografis Kota Medan

Kota Medan sebagai ibukota provinsi Sumatera Utara terletak pada 3”27’- 3”47’ LU dan 98”35’- 98”44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km2 atau sekitar 0,37% luas Sumatera Utara dengan batas-batas sebagai berikut :

• Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang

• Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

• Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang

• Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang

Sebagian besar wilayah kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Kota Medan memiliki luas wilayah sebesar 26.510 hektar yang secara administratif dibagi atas 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan.


(68)

Berikut luas masing- masing kecamatan: Tabel 4.1

Luas Wilayah Kota Medan

NO KECAMATAN LUAS

(KM2)

Persentase (%)

1 Medan Tuntungan 20,68 7,8

2 Medan Johor 14,58 4,83

3 MedanAmplas 11,19 5,50

4 Medan Denai 9,05 4,22

5 MedanArea 5,52 3,41

6 Medan Kota 5,27 3,01

7 Medan Maimun 2,98 1,99

8 Medan Polonia 9,01 2,08

9 Medan Baru 5,84 2,20

10 Medan Selayang 12,81 3,40

11 Medan Sunggal 15,44 1,13

12 Medan Helvetia 13,16 5,83

13 Medan Petisah 6,82 4,97

14 Medan Barat 5,33 2,57

15 Medan Timur 7,76 2,01

16 Medan Perjuangan 4,09 2,93

17 Medan Tembung 7,99 1,54

18 Medan Deli 20,84 7,86

19 Medan Labuhan 36,67 13,83

20 Medan Marelan 23,82 8,99

21 Medan Belawan 26,25 9,90

TOTAL 265,10 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2009

Topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Dari luas wilayah kota Medan dapat dipersentasekan sebagai berikut:

1. Permukiman 36,3 % 2. Perkebunan 3,1 % 3. Lahan jasa 1,9 % 4. Sawah 6,1 %


(69)

5. Perusahaan 4,2 % 6. Kebun campuran 45,4 % 7. Industri 1,5 %

8. Hutan rawa 1,8 %

4.1.2 Jumlah Penduduk Kota Medan

Jumlah penduduk Kota Medan mengalami kenaikan yang cukup nyata dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Jumlah penduduk Kota Medan dari tahun 2006 hingga 2009 berturut-turut yakni 2.067.288 jiwa, 2.083.156 jiwa, 2.102.105 jiwa dan tahun 2009 sebanyak 2.121.05 jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata kota Medan tahun 2009 adalah 8.001 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan Medan Perjuangan yaitu sebanyak 25.844 jiwa/km2, dan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk terendah yaitu Kecamatan Medan Labuhan sebanyak 2.916 jiwa/km2.

Komposisi penduduk kota Medan tahun 2009 terdiri dari laki-laki sebanyak 1.049.457 orang dan perempuan sebanyak 1.071.596 orang. Berdasarkan kelompok umur, penduduk Kota Medan terbesar terdapat pada kelompok umur 20-24 tahun dan yang terkecil pada kelompok umur 75 tahun ke atas.


(1)

Uji Multikolineritas

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 02/05/11 Time: 06:41 Sample: 1 67

Included observations: 67

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 287.7621 902.5806 0.318822 0.7509

X2 366.1953 50.80176 7.208319 0.0000

X3 72.38792 284.6632 0.254293 0.8001

X4 181.8903 43.50498 4.180907 0.0001

R-squared 0.657680 Mean dependent var 4861.194

Adjusted R-squared 0.641379 S.D. dependent var 2804.391

S.E. of regression 1679.409 Akaike info criterion 17.74812

Sum squared resid 1.78E+08 Schwarz criterion 17.87974

Log likelihood -590.5619 F-statistic 40.34606


(2)

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 02/05/11 Time: 06:41 Sample: 1 67

Included observations: 67

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2.062327 1.637900 1.259129 0.2126

X1 0.001234 0.000171 7.208319 0.0000

X3 0.474392 0.519453 0.913253 0.3646

X4 -0.051294 0.090042 -0.569670 0.5709

R-squared 0.563498 Mean dependent var 9.298507

Adjusted R-squared 0.542712 S.D. dependent var 4.559422

S.E. of regression 3.083221 Akaike info criterion 5.147672

Sum squared resid 598.8939 Schwarz criterion 5.279295

Log likelihood -168.4470 F-statistic 27.10974


(3)

Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 02/05/11 Time: 06:42 Sample: 1 67

Included observations: 67

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2.700954 0.209461 12.89477 0.0000

X1 1.42E-05 5.57E-05 0.254293 0.8001

X2 0.027542 0.030158 0.913253 0.3646

X4 0.026775 0.021488 1.246005 0.2174

R-squared 0.112875 Mean dependent var 3.164179

Adjusted R-squared 0.070631 S.D. dependent var 0.770616

S.E. of regression 0.742903 Akaike info criterion 2.301343

Sum squared resid 34.77002 Schwarz criterion 2.432966

Log likelihood -73.09498 F-statistic 2.671966


(4)

Dependent Variable: X4 Method: Least Squares Date: 02/05/11 Time: 06:42 Sample: 1 67

Included observations: 67

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -2.553877 2.292004 -1.114255 0.2694

X1 0.001194 0.000286 4.180907 0.0001

X2 -0.099909 0.175381 -0.569670 0.5709

X3 0.898265 0.720916 1.246005 0.2174

R-squared 0.378590 Mean dependent var 5.164179

Adjusted R-squared 0.348999 S.D. dependent var 5.333135

S.E. of regression 4.303022 Akaike info criterion 5.814357

Sum squared resid 1166.508 Schwarz criterion 5.945981

Log likelihood -190.7810 F-statistic 12.79409


(5)

Uji heterokedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.723980 Probability 0.740839

Obs*R-squared 10.92920 Probability 0.691589

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 02/05/11 Time: 06:31 Sample: 1 67

Included observations: 67

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1436175. 4365287. -0.328999 0.7435

X1 1272.816 1830.964 0.695162 0.4900

X1^2 0.179860 0.102293 1.758272 0.0846

X1*X2 -17.69418 81.12394 -0.218113 0.8282

X1*X3 -670.7913 553.0257 -1.212948 0.2306

X1*X4 -92.35686 80.80969 -1.142893 0.2583

X2 -314856.9 1024585. -0.307302 0.7598

X2^2 -15871.63 35414.66 -0.448166 0.6559

X2*X3 223148.4 256868.7 0.868726 0.3890

X2*X4 -3125.020 32820.35 -0.095216 0.9245

X3 578027.8 2922488. 0.197786 0.8440

X3^2 -48439.14 539000.6 -0.089868 0.9287

X3*X4 132194.1 175438.7 0.753505 0.4545

X4 -12750.45 624884.9 -0.020404 0.9838

X4^2 10507.66 17885.01 0.587512 0.5594

R-squared 0.163122 Mean dependent var 1679721.

Adjusted R-squared -0.062191 S.D. dependent var 2909495.

S.E. of regression 2998602. Akaike info criterion 32.85950

Sum squared resid 4.68E+14 Schwarz criterion 33.35309

Log likelihood -1085.793 F-statistic 0.723980


(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama

:

Diwayana Putri Nasution

Nim

:

070501098

Departemen :

Ekonomi Pembangunan

Fakultas

:

Ekonomi

adalah benar telah membuat skripsi dengan judul” Analisis Faktor –

Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Rumah Makan di

Kecamatan Medan Baru” guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat

dipergunakan seperlunya.

Medan, 4 Februari 2011

Yang membuat pernyataan

Diwayana Putri Nasution

070501098