Analisis Faktor-faktor yang Memotivasi Pengusaha dalam Memutuskan Berbisnis

(1)

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMOTIVASI

PENGUSAHA DALAM MEMUTUSKAN BERBISNIS

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh:

RIZKY SETIAWAN NIM 090403004

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Berbagai program pemerintah untuk meningkatkan jumlah pengusaha di Indonesia ternyata belum dapat meningkatkan jumlah pengusaha secara optimal. Untuk meningkatkan jumlah pengusaha dapat dilakukan dengan meningkatkan minat kewirausahaan yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu cara untuk meningkatkan minat kewirausahaan adalah dengan mengetahui faktor-faktor yang memotivasi pengusaha dalam memutuskan berbisnis. Penelitian dilakukan terhadap para pengusaha di Kota Medan, Sumatera Utara yang menjadikan bisnisnya sebagai pekerjaan utama dan bisnisnya telah berjalan minimal selama 5 tahun melalui penyebaran kuesioner. Data diolah dengan metode analisis korelasi dan uji hipotesis untuk setiap variabel pada faktor internal dan faktor eksternal. Hasil perhitungan korelasi menunjukkan bahwa variabel dari faktor internal yang memiliki kekuatan hubungan tinggi dengan faktor motivasi berbisnis adalah kebutuhan akan prestasi dengan nilai koefisien korelasi 0,7851, kebutuhan akan kebebasan dengan nilai koefisien korelasi 0,7217, serta inovasi dan kreasi dengan nilai koefisien korelasi 0,7115, sedangkan variabel dari faktor ekternal yang memiliki kekuatan hubungan tinggi dengan faktor motivasi berbisnis adalah kesempatan dan peluang dengan nilai koefisien korelasi 0,7317. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hampir seluruh variabel pada faktor internal dan faktor eksternal memiliki hubungan signifikan dengan faktor motivasi berbisnis. Satu-satunya variabel yang tidak memiliki hubungan signifikan dengan faktor motivasi berbisnis adalah variabel harga diri.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini untuk diajukan sebagai Tugas Sarjana.

Tugas Sarjana berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Memotivasi Pengusaha dalam Memutuskan Berbisnis” ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Sarjana S1 pada Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Tugas Sarjana ini merupakan sarana bagi penulis untuk melakukan studi terhadap salah satu permasalahan nyata dalam masyarakat.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini. Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Sarjana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Medan, Oktober 2015


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Rasa syukur penulis ucapkan yang sebesar-sebesarnya kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang tidak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik. Terima kasih kepada Ayahanda M. Jamil Umar dan Ibunda Halimatun yang selalu memberikan kasih dan sayangnya serta doa dan dukungan kepada penulis dalam menempuh studi. Terima kasih juga kepada kakak dan abang penulis, Tutia Rahmi, SP dan Muchrizal, SE yang selalu memberikan semangat dan cinta kepada penulis.

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, moril, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT selaku Ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Mangara M. Tambunan, M.Eng dan Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku Koordinator Tugas Akhir.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Ketua Bidang


(7)

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Harmein Nasution, MSIE selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

6. Ibu Ir. Anizar, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

7. Bapak Erwin Sitorus, ST, MT dan Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT selaku Tim Pembanding atas masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

8. Dosen-dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis. 9. Staf Lembaga Penelitian dan Pengabdian/Pelayanan kepada Masyarakat,

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis.

10.Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D selaku Kepala Pusat Jasa Ketenagakerjaan, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dan memberikan banyak informasi kepada penulis.

11.Para pengusaha di Kota Medan yang telah meluangkan waktu dan

memberikan data penelitian kepada penulis.

12.Staf Departemen Teknik Industri, Bang Mijo, Bang Ridho, Bang Nurmansyah, Kak Dina, dan Kak Ani, serta pegawai Perpustakaan Departemen Teknik Industri, Kak Rahma, Kak Mia, dan Bang Kumis yang telah membantu urusan administrasi penulis.


(8)

13.Rekan-rekan Stambuk 2009 khususnya Nilda, Benny, dan Devy serta teman-teman IE-KLAN (Industrial Engineering Kosong Sembilan) lainnya yang selalu memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.

14.Kakak dan abang senior khususnya Kak Meirina, Bang Edo, dan Kak Ayu, serta para senior lainnya yang telah memberikan dukungan, informasi, dan masukan kepada penulis.

15.Rekan-rekan asisten Laboratorium Inti (Core), Erni, Michella, Raysha, Bang Imam, Bang Jerry, Bang Fahmi, Bang Perwira, Kak Lusi, dan Kak Ainul, serta adik-adik asisten Fahmi, Herry, Rinto, Hilda, Isak, Henry, Yudha, dan Reny yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

16.Para sahabat terbaik penulis, Fathir, Rasya, Rahmat, Vivi, Yaniz, Jihan, Mirza, Menur, Putra, Darades, Uya, Mikhwan, Momo, serta Nabila yang selalu menemani penulis dalam suka maupun duka.

17.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan inspirasi yang sangat berharga kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SERTIFIKAT EVALUASI TUGAS SARJANA ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang ... I-1 1.2. Perumusan Masalah ... I-5 1.3. Tujuan Penelitian ... I-5 1.4. Manfaat Penelitian ... I-5 1.5. Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian... I-6 1.6. Sistematika Penulisan Laporan ... I-7

BAB II LANDASAN TEORI ... II-1 2.1. Motivasi Kewirausahaan ... II-1 2.1.1. Teori David McClelland ... II-2


(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

HALAMAN

2.1.2. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow ... II-2 2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kewirausahaan II-4 2.3. Faktor Internal ... II-5 2.3.1. Kebutuhan akan Prestasi ... II-5 2.3.2. Kebutuhan akan Kebebasan ... II-6 2.3.3. Efikasi Diri ... II-8 2.3.4. Harga Diri... II-9 2.3.5. Tantangan Pribadi ... II-11 2.3.6. Fleksibilitas ... II-12 2.3.7. Inovasi dan Kreasi ... II-13 2.3.8. Pendapatan ... II-15 2.4. Faktor Eksternal ... II-16 2.4.1. Dukungan Akademik ... II-16 2.4.2. Dukungan Sosial ... II-17 2.4.3. Lingkungan Keluarga ... II-19 2.4.4. Lingkungan Kerja... II-20 2.4.5. Kesiapan Instrumen ... II-21 2.4.6. Kesempatan dan Peluang ... II-23 2.4.7. Tokoh Panutan ... II-24


(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

HALAMAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... III-1 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... III-1 3.2. Jenis Penelitian ... III-1 3.3. Objek Penelitian ... III-1 3.4. Kerangka Konseptual Penelitian ... III-2 3.5. Variabel Penelitian ... III-3 3.5.1. Variabel Independen ... III-3 3.5.2. Variabel Dependen ... III-3 3.6. Sumber Data ... III-3 3.7. Populasi dan Sampel ... III-4 3.8. Metode Pengumpulan Data ... III-5 3.9. Instrumen Penelitian... III-5 3.10.Blok Diagram Pelaksanaan Penelitian ... III-10 3.11.Pengolahan Data ... III-10 3.12.Kesimpulan dan Saran ... III-14

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... IV-1 4.1. Pengumpulan Data ... IV-1 4.1.1. Pengumpulan Data Kuesioner Terbuka ... IV-1 4.1.2. Pengumpulan Data Kuesioner Tertutup ... IV-2 4.2. Pengolahan Data... IV-2


(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

HALAMAN

4.2.1. Uji Validitas ... IV-2 4.2.2. Uji Reliabilitas ... IV-3 4.2.3. Analisis Korelasi... IV-3 4.2.4. Uji Hipotesis ... IV-5

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... V-1 5.1. Analisis ... V-1 5.1.1. Analisis Karakteristik Responden ... V-1 5.1.2. Analisis Faktor Internal ... V-2 5.1.2. Analisis Faktor Eksternal... V-6 5.2. Pembahasan ... V-10 5.2.1. Pembahasan Karakteristik Responden ... V-10 5.2.2. Pembahasan Faktor Internal ... V-11 5.2.3. Pembahasan Faktor Eksternal ... V-19

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... VI-1 6.1. Kesimpulan ... VI-1 6.2. Saran ... VI-1

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1. Definisi Operasional dan Indikator Setiap Variabel ... III-7 3.2. Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... III-14 4.1. Responden Data Pendahuluan ... IV-1 4.2. Rekapitulasi Perhitungan Koefisien Korelasi Seluruh Variabel ... IV-4 4.3. Rekapitulasi Pengujian Hipotesis Seluruh Variabel ... IV-10 5.1. Karakteristik Responden ... V-2


(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

1.1. Perbandingan Persentase Jumlah Pengusaha di Indonesia dengan

Beberapa Negara ... I-2 3.1. Kerangka Berpikir ... III-2 3.2. Blok Diagram Pelaksanaan Penelitian ... III-11 3.3. Blok Diagram Pengolahan Data ... III-15


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Kuesioner Terbuka ... L-1 2. Uji Validitas ... L-2 3. Uji Reliabilitas ... L-3 4. Tabel Product Moment ... L-4 5. Tabel Kolmogorov-Smirnov ... L-5 6. Tabel Uji Z ... L-6 7. Surat Permohonan Tugas Sarjana ... L-7 8. Surat Penjajakan... L-8 9. Surat Balasan ... L-9 10. Surat Keputusan Tugas Sarjana ... L-10 11. Lembar Asistensi ... L-11


(16)

ABSTRAK

Berbagai program pemerintah untuk meningkatkan jumlah pengusaha di Indonesia ternyata belum dapat meningkatkan jumlah pengusaha secara optimal. Untuk meningkatkan jumlah pengusaha dapat dilakukan dengan meningkatkan minat kewirausahaan yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu cara untuk meningkatkan minat kewirausahaan adalah dengan mengetahui faktor-faktor yang memotivasi pengusaha dalam memutuskan berbisnis. Penelitian dilakukan terhadap para pengusaha di Kota Medan, Sumatera Utara yang menjadikan bisnisnya sebagai pekerjaan utama dan bisnisnya telah berjalan minimal selama 5 tahun melalui penyebaran kuesioner. Data diolah dengan metode analisis korelasi dan uji hipotesis untuk setiap variabel pada faktor internal dan faktor eksternal. Hasil perhitungan korelasi menunjukkan bahwa variabel dari faktor internal yang memiliki kekuatan hubungan tinggi dengan faktor motivasi berbisnis adalah kebutuhan akan prestasi dengan nilai koefisien korelasi 0,7851, kebutuhan akan kebebasan dengan nilai koefisien korelasi 0,7217, serta inovasi dan kreasi dengan nilai koefisien korelasi 0,7115, sedangkan variabel dari faktor ekternal yang memiliki kekuatan hubungan tinggi dengan faktor motivasi berbisnis adalah kesempatan dan peluang dengan nilai koefisien korelasi 0,7317. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hampir seluruh variabel pada faktor internal dan faktor eksternal memiliki hubungan signifikan dengan faktor motivasi berbisnis. Satu-satunya variabel yang tidak memiliki hubungan signifikan dengan faktor motivasi berbisnis adalah variabel harga diri.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam situasi persaingan ekonomi dan semakin terbatasnya sumber daya alam, wirausahawan menjadi salah satu aset bangsa yang terpenting dalam kancah persaingan ekonomi antar bangsa. Seorang wirausahawan atau pengusaha, berkat kemampuannya menghasilkan nilai tambah, merupakan sendi bagi kemajuan ekonomi masyarakat dimana mereka memberikan pilihan yang semakin banyak dan juga semakin berkualitas untuk masyarakat dalam menikmati barang dan jasa tertentu (Mubarok, 2013).

Pemerintah melalui berbagai instansi terkait telah mencanangkan beberapa program untuk meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 27 tahun 2013 tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha yang telah diundangkan pada April 2013 yang bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan usaha baru yang mempunyai nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga telah menyelenggarakan Technopreneurship Camp untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan berbasis teknologi. Sedangkan Kementerian Perindustrian memutuskan untuk mencetak ribuan wirausahawan baru setiap tahunnya dengan menggandeng sejumlah universitas guna menjaring mahasiswa atau lulusan yang memiliki minat tinggi untuk menjadi wirausahawan. Selain metode inkubator melalui perekrutan di beberapa universitas, pihak


(18)

kementerian juga merekrut putra-putri daerah untuk menjadi tenaga penyuluh lapangan yang sejak 2007 telah menghasilkan 800 orang tenaga penyuluh perindustrian yang tersebar di 200 kabupaten dan kota.

Berbagai program yang telah dicanangkan pemerintah ternyata belum dapat meningkatkan jumlah pengusaha di Indonesia secara optimal. Saat ini persentase jumlah pengusaha di Indonesia hanya sekitar 1,56 persen dari jumlah penduduk. Padahal menurut seorang sosiolog dari Amerika Serikat, David McClelland, suatu negara akan dapat berkembang bila jumlah pengusahanya minimal 2 persen dari jumlah penduduknya (Winarno, 2011).

Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM, 2014

Gambar 1.1. Perbandingan Persentase Jumlah Pengusaha di Indonesia dengan Beberapa Negara

Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini adalah karena para lulusan dari berbagai jenjang pendidikan lebih memilih untuk menjadi karyawan daripada


(19)

menjadi wirausahawan. Padahal masih banyak lulusan dari berbagai jenjang pendidikan ini yang tidak terserap pada berbagai sektor formal karena tidak seimbangnya jumlah lulusan dengan ketersediaan lowongan kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan angka pengangguran terdidik di Indonesia. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada periode Agustus 2014 mengalami peningkatan menjadi 5,94 persen dibandingkan pada periode Februari 2014 yang hanya 5,70 persen dimana hampir 70 persen dari pengangguran ini berada dalam usia muda produktif yaitu 15-29 tahun. Sedangkan angka pengangguran terdidik mencapai 41,81 persen dari total angka pengangguran di Indonesia.

Jika dibandingkan dengan karyawan, wirausahawan memiliki beberapa kelebihan misalnya dapat mendemonstrasikan potensi dirinya secara penuh, memperoleh manfaat dan keuntungan secara maksimal, membantu masyarakat dengan usaha-usaha yang kongkrit, serta memiliki peluang besar menjadi bos, setidaknya bagi dirinya sendiri. Namun menjadi wirausahawan juga memiliki beberapa kelemahan di antaranya memperoleh pendapatan yang tidak pasti dan memikul berbagai resiko, harus bekerja keras dengan jam kerja yang mungkin lebih panjang, kualitas hidup yang mungkin rendah sampai usahanya berhasil, serta memiliki tanggung jawab yang sangat besar karena harus membuat banyak keputusan (Sunarya, 2011).

Dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan terhadap motivasi seseorang dalam memutuskan berbisnis, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pembentukan jiwa kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Priyanto, 2008). Faktor internal yang berasal dari dalam diri pengusaha dapat


(20)

berupa sifat-sifat personal, sikap, kemauan dan kemampuan individu yang dapat memberi kekuatan individu untuk berwirausaha. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku usaha yang dapat berupa unsur dari lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan dunia usaha, lingkungan fisik, lingkungan sosial ekonomi dan lain-lain.

Menurut McClelland (1995) faktor-faktor yang mempengaruhi minat kewirausahaan meliputi faktor-faktor interen (motivasi, pengalaman atau pengetahuan, dan kepribadian) dan faktor-faktor eksteren (lingkungan keluarga dan lingkungan tempat bekerja). Riyanti (2013) menemukan bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi minat kewirausahaan di antaranya adalah aspek internal (demografi, kepribadian, dan motif pribadi) dan aspek eksternal (lingkungan keluarga dan lingkungan kerja).

Penelitian oleh Indarti dan Rostiani (2008) menyatakan bahwa sejumlah atribut kepribadian seperti adanya kebutuhan akan prestasi dan efikasi diri serta faktor pendukung seperti modal, informasi, dan jaringan sosial menjadi penentu dalam membentuk niat seseorang untuk berwirausaha. Sedangkan menurut Suryaman (2006) faktor yang mendorong minat kewirausahaan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi faktor intrinsik (kebutuhan akan pendapatan, harga diri, dan perasaan senang) dan faktor ekstrinsik (lingkungan keluarga, peluang, dan pendidikan).

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini difokuskan untuk mengetahui pengaruh faktor internal (mencakup sifat, sikap, kemauan, dan/atau kemampuan pribadi) dan faktor eksternal (mencakup


(21)

unsur-unsur dari lingkungan sekitar) terhadap motivasi pengusaha dalam memutuskan berbisnis. Dari berbagai faktor tersebut akhirnya dapat ditemukan faktor-faktor apa saja yang paling dominan yang memotivasi para pengusaha tersebut sehingga menjadi indikator yang dapat membantu meningkatkan minat kewirausahaan.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan adalah:

1. Apakah faktor internal berpengaruh signifikan terhadap motivasi pengusaha dalam memutuskan berbisnis?

2. Apakah faktor eksternal berpengaruh signifikan terhadap motivasi pengusaha dalam memutuskan berbisnis?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang memotivasi pengusaha dalam memutuskan berbisnis. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh faktor internal terhadap motivasi pengusaha dalam memutuskan berbisnis.

2. Menganalisis pengaruh faktor eksternal terhadap motivasi pengusaha dalam memutuskan berbisnis.

3. Mengetahui faktor yang paling dominan yang memotivasi pengusaha dalam memutuskan berbisnis.


(22)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Menambah referensi mengenai faktor-faktor yang memotivasi pengusaha dalam memutuskan berbisnis bagi para mahasiswa.

2. Meningkatkan dan memperluas khazanah penelitian yang ada serta sebagai bahan pertimbangan dalam mengembangkan kurikulum kewirausahaan bagi Departemen Teknik Industri.

3. Peneliti lain dapat memperoleh referensi yang nantinya dapat dijadikan perbandingan dalam mengadakan penelitian lebih lanjut di masa mendatang.

1.5. Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian Batasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Responden yang diteliti adalah para pengusaha yang tersebar di Kota Medan, Sumatera Utara yang menjadikan bisnisnya sebagai pekerjaan utama dan bisnisnya telah berjalan minimal selama 5 tahun.

2. Variabel yang diteliti hanya variabel-variabel faktor internal dan faktor eksternal yang diperoleh dari para responden pada kuesioner terbuka.

3. Variabel-variabel faktor internal dan faktor eksternal hanya dianggap sebagai kelompok variabel bebas (predictors) terhadap motivasi berbisnis, tanpa memperhatikan hubungan kausal yang mungkin terjadi antara kedua kelompok variabel tersebut.


(23)

5. Teknik sampling yang digunakan adalah non-probability sampling yaitu dengan model snowball sampling.

6. Taraf signifikansi yang digunakan adalah 5%.

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Responden telah memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang

memotivasinya untuk berbisnis dengan lengkap dan jujur.

2. Variabel yang diteliti telah mewakili faktor-faktor yang memotivasi populasi penelitian.

1.6. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan tugas sarjana ini terdiri dari 6 bab, yaitu: BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, serta sistematika penulisan laporan tugas sarjana.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini menguraikan teori-teori mengenai motivasi kewirausahaan, faktor internal yang mempengaruhi motivasi kewirausahaan, serta faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi kewirausahaan.

BAB III : Metodologi Penelitian

Bab ini menguraikan tahap-tahap penelitian yang meliputi penentuan tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, objek penelitian, kerangka


(24)

konseptual, sumber data penelitian, metode pengumpulan data penelitian, instrumen penelitian, serta metode pengolahan data penelitian.

BAB IV : Pengumpulan dan Pengolahan Data

Bab ini menguraikan pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup serta pengolahan data yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, analisis korelasi, dan uji hipotesis.

BAB V : Analisis dan Pembahasan

Bab ini menguraikan analisis terhadap karakteristik responden, variabel pada faktor internal, dan variabel pada faktor eksternal serta pembahasan berdasarkan hasil analisis.

BAB VI : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan hasil pembahasan serta saran-saran yang diberikan kepada pihak terkait.


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Motivasi Kewirausahaan

Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu, sehingga motivasi dapat diartikan sebagai pendorong perilaku seseorang1

1. Independensi

. Motivasi seseorang melakukan bisnis atau usaha sering berbeda. Keanekaragaman ini menyebabkan perbedaan dalam perilaku yang berkaitan dengan kebutuhan dan tujuan.

Adanya resiko yang cukup besar serta banyaknya waktu dan energi yang dibutuhkan tidak menurunkan semangat munculnya wirausaha-wirausaha baru. Seorang wirausahawan termotivasi untuk melakukan kegiatan bisnis dengan berbagai alasan di antaranya:

2. Pengembangan diri

3. Alternatif terhadap pekerjaan yang tidak memuaskan 4. Penghasilan

5. Keamanan

Berbagai macam teori motivasi juga mampu menjelaskan motivasi orang melakukan kegiatan bisnis sebagai seorang wirausahawan.

1 R. Heru Kristanto HC, Kewirausahaan Entrepreneurship: Pendekatan Manajemen dan Praktik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 13-15.


(26)

2.1.1. Teori David McClelland

Menurut David McClelland (1961), seorang wirausahawan melakukan kegiatan bisnis didorong oleh kebutuhan untuk berprestasi, berhubungan dengan orang lain dan untuk mendapatkan kekuasaan baik secara finansial maupun secara sosial. Wirausaha melakukan kegiatan bisnis dimotivasi oleh:

1. Motif berprestasi (Need for achievement)

Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan mendapatkan prestasi dan pengakuan dari keluarga maupun masyarakat.

2. Motif berafiliasi (Need for affiliation)

Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan untuk berhubungan dengan orang lain secara sosial kemasyarakatan.

3. Motif kekuasaan (Need for power)

Orang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong oleh keinginan mendapatkan kekuasaan atas sumber daya yang ada. Peningkatan kekayaan dan penguasaan pasar sering menjadi pendorong wirausaha melakukan kegiatan bisnis.

2.1.2. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow

Teori hirarki kebutuhan Maslow (1970) mampu menjelaskan motivasi orang melakukan kegiatan bisnis. Maslow membagi tingkatan motivasi ke dalam hirarki kebutuhan dari kebutuhan yang rendah sampai yang berprioritas tinggi, dimana kebutuhan tersebut akan mendorong orang untuk melakukan kegiatan bisnis.


(27)

1. Physiological need

Motivasi seseorang melakukan kegiatan kewirausahaan didorong untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari secara fisiologi seperti makan, minum, dan kebutuhan hidup layak lainnya secara fisik dan mental.

2. Security need

Motivasi seseorang melakukan kegiatan bisnis untuk memenuhi rasa aman atas sumber daya yang dimiliki seperti investasi, perumahan, asuransi, dan lain-lain.

3. Social need

Motivasi seseorang melakukan kegiatan bisnis untuk memenuhi kebutuhan sosial dengan cara berhubungan dengan orang lain dalam suatu komunitas. 4. Esteem need

Motivasi seseorang melakukan kegiatan bisnis untuk memenuhi rasa kebanggaan, dimana diakui potensi yang dimiliki olehnya dalam melakukan kegiatan bisnis.

5. Self actualization need

Motivasi seseorang melakukan kegiatan bisnis untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri. Keinginan wirausaha untuk menghasilkan sesuatu yang diakui secara umum bahwa hasil kerjanya dapat diterima dan bermanfaat bagi masyarakat.


(28)

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kewirausahaan

Pada dasarnya pembentukan motivasi kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal (Suharti dan Sirine, 2011). Faktor internal berasal dari dalam diri pengusaha seperti sifat-sifat personal, sikap, kemauan dan kemampuan yang dapat memberi kekuatan individu untuk berwirausaha. Faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku usaha yang dapat berupa unsur dari lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan dunia usaha, lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lain-lain.

Menurut Suryaman (2006), yang mempengaruhi minat berwirausaha secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor intrinsik sebagai pendorong minat berwirausaha antara lain karena adanya kebutuhan akan pendapatan, harga diri, dan perasaan senang. Faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh rangsangan dari luar. Faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat berwirausaha antara lain lingkungan keluarga, peluang, dan pendidikan.

Suryana (2006) mengemukakan bahwa perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal meliputi hak kepemilikan, kemampuan/kompetensi, dan insentif, sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan. Karena kemampuan afektif internal mencakup sikap, nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang semuanya sangat bergantung pada kondisi lingkungan yang ada, maka dimensi kemampuan afektif dan kemampuan kognitif


(29)

merupakan bagian dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasikan kreatifitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian menghadapi resiko untuk memperoleh peluang yang ada di lingkungan sekitarnya.

2.3. Faktor Internal

Faktor-faktor internal yang memotivasi seseorang untuk menjadi wirausahawan meliputi:

2.3.1. Kebutuhan akan Prestasi (Need for Achievement)

McClelland (1961) telah memperkenalkan konsep kebutuhan akan prestasi sebagai salah satu motif psikologis2

1. Menyukai tanggung jawab pribadi dalam mengambil keputusan.

. Kebutuhan akan prestasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan watak yang memotivasi seseorang untuk menghadapi tantangan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan (Lee, 1997). Lebih lanjut, McClelland (1976) menegaskan bahwa kebutuhan akan prestasi sebagai salah satu karakteristik kepribadian seseorang yang akan mendorong seseorang untuk memiliki minat kewirausahaan. Menurutnya, ada tiga atribut yang melekat pada seseorang yang mempunyai kebutuhan akan prestasi yang tinggi, yaitu:

2. Mau mengambil resiko sesuai dengan kemampuannya.

3. Memiliki minat untuk selalu belajar dari keputusan yang telah diambil.

Hasil penelitian dari Scapinello (1989) menunjukkan bahwa seseorang dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima

2 Nurul Indarti dan Rokhima Rostiani, Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi Perbandingan antara Indonesia, Jepang dan Norwegia (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2008), h. 5-7.


(30)

kegagalan daripada mereka dengan kebutuhan akan prestasi rendah. Dengan kata lain, kebutuhan akan prestasi berpengaruh pada atribut kesuksesan dan kegagalan. Sejalan dengan hal tersebut, Sengupta dan Debnath (1994) dalam penelitiannya di India menemukan bahwa kebutuhan akan prestasi berpengaruh besar dalam tingkat kesuksesan seorang wirausahawan. Lebih spesifik, kebutuhan akan prestasi juga dapat mendorong kemampuan pengambilan keputusan dan kecenderungan untuk mengambil resiko seorang wirausahawan. Semakin tinggi kebutuhan akan prestasi seorang wirausahawan, semakin banyak keputusan tepat yang akan diambil.

Pengusaha dengan kebutuhan akan prestasi tinggi adalah pengambil resiko yang moderat dan menyukai hal-hal yang menyediakan balikan yang tepat dan cepat. Para pengusaha akan selalu berusaha mengejar prestasi setinggi mungkin dengan tujuan agar bisnisnya dapat terus bertahan dari waktu ke waktu, karena itu mereka harus memiliki niat serta tekad yang kuat. Sekali seorang pengusaha sukses atau berhasil mencapai prestasi maka akan memacunya untuk mencapai kesuksesan berikutnya, sehingga bisnisnya akan semakin maju dan berkembang pula.

2.3.2. Kebutuhan akan Kebebasan (Need for Independence)

Kebebasan dalam bekerja merupakan suatu model kerja dimana seseorang melakukan pekerjaan untuk dirinya sendiri dan tidak berkomitmen bekerja untuk


(31)

atasan pada jangka panjang tertentu3

Seorang pengusaha adalah individu yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usaha atau bisnisnya. Mandiri berarti para pengusaha tidak menggantungkan keputusan tentang apa yang harus dilakukannya kepada orang lain. Mereka mengerjakan sesuatu karena kemauan sendiri serta tidak merasa besar karena orang lain, namun merasa besar karena usaha kerasnya sendiri. Hal ini menyebabkan pengusaha merasa lebih bebas jika dapat memegang kendali langsung atas kegiatan bisnisnya. Oleh karena itu, kemandirian para pengusaha inilah yang menjadi penentu kesuksesan dan keberhasilan bisnis yang mereka jalankan.

. Berangkat kerja tanpa terikat pada aturan atau jam kerja formal, atau berbisnis jarang tetapi sekali mendapat keuntungan cukup untuk dinikmati berbulan-bulan atau cukup untuk sekian periode ke depan (Kao dan Knight, 1987). Kebebasan dalam bekerja ini adalah suatu nilai lebih bagi seorang wirausahawan.

Pada dasarnya orang yang mempunyai jiwa kepemimpinan maupun memiliki inisiatif akan lebih tertantang untuk melakukan suatu pekerjaan yang membebaskan segala inovasi dan kreatifitasnya. Hisrich dan Peters (2000) menjelaskan bahwa seorang wirausahawan diharuskan untuk melakukan sesuatu berdasarkan caranya sendiri, sehingga memiliki kebutuhan akan kebebasan yang tinggi. Kebutuhan akan kebebasan berarti kebutuhan individu untuk mengambil keputusan sendiri, menentukan tujuan sendiri serta melakukan tindakan untuk mencapai tujuan dengan caranya sendiri.

3 Aditya Dion Mahesa, Analisis Faktor-faktor Motivasi yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha (Semarang: Universitas Diponegoro, 2011), h 30-31.


(32)

2.3.3. Efikasi Diri

Bandura (1977) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan seseorang atas kemampuan dirinya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Atau dengan kata lain, kondisi motivasi seseorang yang lebih didasarkan pada apa yang mereka percaya daripada apa yang secara objektif benar. Persepsi pribadi seperti ini memegang peranan penting dalam pengembangan minat seseorang. Cromie (2000) juga menjelaskan bahwa efikasi diri mempengaruhi kepercayaan seseorang pada tercapai atau tidaknya tujuan yang sudah ditetapkan.

Lebih rinci, Bandura (1986) menjelaskan empat cara untuk mencapai efikasi diri. Pertama, pengalaman sukses yang terjadi berulang-ulang. Cara ini dipandang sebagai cara yang sangat efektif untuk mengembangkan rasa yang kuat pada efikasi diri. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan secara langsung. Dengan cara ini, seseorang akan memperkirakan keahlian dan perilaku yang relevan untuk dijadikan contoh dalam mengerjakan sebuah tugas. Penilaian atas keahlian yang dimilikinya juga dilakukan, untuk mengetahui besar usaha yang harus dikeluarkan dalam rangka mencapai keahlian yang dibutuhkan. Ketiga, persuasi sosial seperti diskusi yang persuasif dan balikan kinerja yang spesifik. Dengan metode ini, memungkinkan untuk menyajikan informasi terkait dengan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Keempat, penilaian terhadap status psikologis yang dimiliki. Hal ini berarti bahwa seseorang sudah seharusnya meningkatkan kemampuan emosional dan fisik serta mengurangi tingkat stres.


(33)

Efikasi diri terkait dengan keyakinan wirausahawan mengenai kemampuannya untuk mengontrol fungsi dirinya dan lingkungan sekitarnya. Wirausahawan dengan efikasi diri yang tinggi percaya bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang memiliki potensi mengubah apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya, sedangkan wirausahawan yang memiliki efikasi diri yang rendah merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk mengatasi suatu keadaan. Efikasi diri juga dapat menjadi sarana evaluasi seorang wirausahawan mengenai kemampuan atau kompetensi diri dalam melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi suatu masalah.

Peranan efikasi diri sangatlah penting karena akan mempengaruhi aspek motivasi, tingkah laku, dan emosi seorang pengusaha ketika sedang menjalankan bisnisnya. Pengusaha dengan efikasi tinggi dalam suatu kondisi tertentu akan memperlihatkan tingkah laku, motivasi, serta emosi yang berbeda dibandingkan dengan pengusaha yang mempunyai efikasi diri yang rendah. Para pengusaha dengan efikasi diri yang tinggi akan mempunyai motivasi yang tinggi pula, mereka akan melakukan usaha yang lebih tekun dan lebih giat dalam menjalankan bisnis mereka.

2.3.4. Harga Diri

Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang paling mulia karena dikaruniai akal, pikiran, dan perasaan. Hal itu menyebabkan manusia merasa butuh dihargai dan dihormati orang lain. Harga diri menunjukkan sejauh mana seorang pengusaha menilai dirinya sebagai orang yang memiliki kompetensi yang


(34)

pantas untuk dihargai, dihormati, serta bergengsi4

Dengan membuka suatu usaha atau berbisnis, harga diri seorang pengusaha tentunya akan meningkat. Dapat dilihat bahwa dahulu masyarakat merasa malu jika tidak menjadi karyawan, namun fenomena ini sekarang mulai

. Dengan memiliki bisnis, pengusaha menjadi kelas tersendiri di masyarakat dan dianggap memiliki wibawa tertentu.

Suryaman (2006) menjelaskan bahwa menjadi wirausahawan dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan harga diri seseorang, karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi, dan menghindari ketergantungannya terhadap orang lain. Peningkatan harga diri juga akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk lebih terlibat dalam kegiatan pengambilan keputusan yang merupakan hal penting yang harus dikuasai dengan baik oleh wirausahawan. Keinginan untuk meningkatkan harga diri tersebut akan menimbulkan minat seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan.

Pengusaha yang memperoleh cukup penghargaan, pengakuan, status, ketenaran, dominasi, serta apresiasi dari orang lain akan lebih percaya diri, dengan demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif menjalankan bisnisnya. Sebaliknya harga diri yang kurang akan menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa. Para pengusaha yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang tidak tergantung pada orang lain dan selalu siap berkembang terus untuk meraih kesuksesan bisnisnya.

4 Wisnu Wardhana, Analisis Aspek-aspek yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Binus University untuk Menjadi Entrepreneur (Jakarta: Binus University, 2011), h. 29.


(35)

berbalik. Banyak pengusaha yang sukses dalam menjalankan bisnis mereka yang menjadi contoh bagi masyarakat, apalagi jika pengusaha tersebut mampu memberikan peluang kerja yang sangat dibutuhkan. Dalam beberapa kasus, pengusaha bahkan dianggap sebagai penyelamat bagi mereka yang membutuhkan lapangan kerja. Perlu juga diingat bahwa menjadi pemilik usaha dengan memperkerjakan orang lain merupakan hal yang mulia.

2.3.5. Tantangan Pribadi

Tantangan pribadi terkait dengan kemauan dan kemampuan seseorang untuk mengambil suatu resiko. Wirausahawan adalah orang yang lebih memilih melakukan hal-hal baru dan beresiko yang belum tentu dilakukan orang lain untuk mencapai kesuksesan. Dengan kemauan dan kemampuannya mengambil resiko yang diperhitungkan, wirausahawan tidak takut menghadapi situasi yang tidak menentu dimana tidak ada jaminan keberhasilan.

Orang yang tidak mau mengambil resiko akan sukar memulai dan berinisiatif. Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Para wirausahawan umumnya kurang menyukai resiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Resiko yang terlalu rendah akan berpotensi menghasilkan kesuksesan yang relatif rendah. Sebaliknya, resiko yang terlalu tinggi kemungkinan akan menghasilkan kesuksesan yang tinggi, namun dengan potensi kegagalan yang juga tinggi. Oleh karena itu, wirausahawan lebih menyukai resiko yang paling seimbang (moderat).


(36)

Para pengusaha juga selalu memperhitungkan secara cermat dan membuat antisipasi atas kemungkinan adanya hambatan yang dapat mengancam bisnisnya. Dalam situasi penuh hambatan inilah pengusaha mengambil keputusan yang mengandung potensi kegagalan atau keberhasilan. Setiap jenis usaha pasti akan selalu mengandung potensi kegagalan, karena itu seorang pengusaha tidak boleh mudah menyerah. Pengusaha harus selalu memiliki semangat yang tinggi dan mau berjuang untuk maju serta optimis bahwa semua hambatan yang mengancam tersebut dapat diatasi.

2.3.6. Fleksibilitas

Fleksibilitas merupakan salah satu keuntungan yang diperoleh ketika memiliki suatu usaha sendiri, misalnya dapat mengatur jam kerja sendiri. Menurut Bhandari (2006), individu yang tidak ingin waktu kerjanya terikat jika bekerja dengan orang lain akan lebih memilih untuk menjadi seorang wirausahawan5

1. Suka dengan pekerjaan yang waktunya tidak mengikat.

. Ciri-ciri individu tersebut di antaranya:

2. Tidak suka dengan hal-hal yang bersifat teratur.

3. Tidak suka terikat akan dengan sesuatu yang bukan minatnya.

Menjadi seorang wirausahawan adalah suatu kesempatan untuk dapat membagi kehidupan pribadi dan pekerjaan secara seimbang. Jam kerja seorang wirausahawan biasanya tidak terlalu ketat, namun juga tidak terlalu longgar. Seorang wirausahawan tidak akan terikat peraturan yang mengharuskannya

5 Aflit Nuryulia Praswati, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Wirausaha di Kalangan Mahasiswa (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta,2014), h. 13.


(37)

bekerja pada waktu-waktu tertentu. Di satu sisi, hal ini memang menyebabkan wirausahawan harus selalu standby, namun kapan waktu yang tepat untuk bekerja ditentukan oleh wirausahawan itu sendiri. Fleksibilitas waktu kerja dalam berwirausaha membuat wirausahawan lebih leluasa dalam mengejar target bisnis mereka. Selain itu, mereka juga dapat mengalokasikan waktu untuk keluarga, diri sendiri, dan bersosialisasi.

Dalam menjalankan bisnisnya sendiri, seorang pengusaha tidak harus memenuhi jam kerja dari pagi hingga sore sebagaimana tuntutan kebanyakan karyawan kantor. Tetapi harus diingat bahwa hal ini baru dapat dicapai jika bisnis tersebut telah berkembang. Pada saat awal merintis usaha, para pengusaha harus rela menginvestasikan segalanya, termasuk waktu yang banyak untuk membangun bisnis mereka tersebut. Pengusaha harus cermat memanfaatkan waktu pada saat awal membangun bisnis untuk bekerja keras agar dapat bersenang-senang ketika usaha mereka telah berkembang pesat. Karena sifatnya yang fleksibel ini, seorang pengusaha justru harus dapat melakukan manajemen waktu sekaligus memiliki disiplin dan komitmen yang tinggi dalam menjalankan bisnisnya.

2.3.7. Inovasi dan Kreasi

Inovatif merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki untuk menjadi wirausahawan yang sukses. Orang yang inovatif berarti mampu menciptakan suatu gagasan yang baru yang memiliki nilai lebih. Orang yang mampu berpikir secara kreatif akan dapat menghadapi segala perubahan serta memiliki


(38)

kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memecahkan suatu masalah dengan memberikan alternatif yang berbeda (Utami, 2007).

Kreatifitas merupakan suatu produk imajinasi yang berupa kombinasi dari berbagai pemikiran yang melahirkan satu pemikiran baru. Wirausahawan dituntut untuk selalu kreatif dalam arti mampu mengembangkan ide atau konsep suatu produk atau jasa yang relatif baru, sehingga pasar dapat menerima produk atau jasa tersebut. Selain itu, wirausahawan yang inovatif juga mampu untuk melihat adanya suatu peluang bisnis yang tidak dapat dilihat oleh orang lain

Dunia wirausaha pada dasarnya adalah dunia penerapan kreatifitas bisnis. Membangun suatu bisnis dari nol memerlukan seorang wirausahawan yang memiliki karakteristik sebagai seorang kreator dan inovator sekaligus eksekutor yang antusias serta bersedia mengambil resiko yang telah dipikirkan dengan seksama. Menjadi seorang wirausahawan harus memiliki kreatifitas dan keberanian untuk tidak bergantung pada orang lain serta penuh rasa optimis akan keberhasilan ide-ide yang diciptakannya.

Pengusaha yang inovatif dan kreatif tidak berarti harus dapat menciptakan produk yang baru sama sekali, tetapi produk tersebut dapat mencerminkan hasil kombinasi atau integrasi dari komponen-komponen yang sudah ada sebelumnya sehingga akan melahirkan sesuatu yang baru. Hal ini pula yang menyebabkan mengapa pengusaha sering disebut sebagai pencipta perubahan (the change


(39)

2.3.8. Pendapatan

Pendapatan adalah sesuatu yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kewirausahaan berpeluang memberikan kemampuan finansial yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Suryaman (2006) menjelaskan bahwa keinginan untuk memperoleh atau meningkatkan pendapatan tersebut dapat menimbulkan minat seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan. Berwirausaha dapat dijadikan jalan alternatif untuk mencari nafkah, menambah pendapatan, atau menjaga kestabilan keuangan.

Dari sisi pendapatan, memiliki usaha sendiri jelas dapat memberikan pendapatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan menjadi karyawan. Pendapatan seorang karyawan biasanya dapat dikalkulasikan untuk suatu periode dan tentu saja besarnya tidak jauh berbeda pada setiap periode. Sementara itu, besar kecilnya pendapatan seorang pengusaha tergantung dari usaha pengusaha itu sendiri. Meningkatnya penghasilan seorang pengusaha tidak mengenal batas waktu, terkadang ada saatnya pada musim atau periode tertentu ketika permintaan sangat tinggi maka pendapatan akan meningkat drastis pula.

Selain itu, berwirausaha juga memberikan kesempatan kepada seseorang untuk meraup keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan bekerja pada orang lain. Pengusaha dapat menetapkan target bisnis, target pasar, dan sumber-sumber modal serta pendapatannya sesuai dengan keinginan dan kemampuannya masing-masing, dengan demikian besar kecilnya keuntungan yang akan diperoleh juga dapat ditentukan. Jika dijalankan secara konsisten dalam


(40)

jangka waktu yang lama, berwirausaha dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan bekerja pada orang lain selama bertahun-tahun.

2.4. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang memotivasi seseorang untuk menjadi wirausahawan meliputi:

2.4.1. Dukungan Akademik

Menurut Wang, dkk. (2010), pendidikan kewirausahaan di universitas memberikan dasar yang kuat bagi pengembangan karir mahasiswa di masa depan melalui penumbuhan kesadaran, pengetahuan dan kapasitas kewirausahaan6

Para generasi muda tidak bisa lepas dari aktifitas berlatar belakang pendidikan, karena itu pendidikan menjadi salah satu faktor penggerak bagi tumbuhnya wirausahawan muda. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk mengubah persepsi dan tingkah laku generasi muda agar memiliki motivasi kuat

. Kesadaran kewirausahaan merupakan tendensi psikologis dari subyek kewirausahaan akan praktek kewirausahaan. Pengetahuan kewirausahaan merujuk pada struktur pengetahuan dalam bentuk perangkat dan sarana yang digunakan oleh subyek kewirausahaan untuk melakukan praktek kewirausahaan. Sedangkan kapasitas kewirausahaan merujuk pada kondisi subyek yang memfasilitasi kesuksesan praktek kewirausahaan dimana berpikir kreatif merupakan struktur dasar dari kapasitas kewirausahaan.

6 Adi Soeprapto, Sinergi Kalangan Akademik, Dunia Usaha dan Pemerintah dalam Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan Mahasiswa (Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran, 2012), h. 9-10.


(41)

dalam menciptakan inovasi dan kreatifitas demi terwujudnya wirausahawan yang handal. Pendidikan formal dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang proses kewirausahaan, tantangan yang akan dihadapi para pendiri usaha baru dan masalah-masalah yang harus diatasi agar berhasil. Selain itu, pendidikan juga mempunyai peranan yang besar dalam membantu mengatasi masalah-masalah dalam bisnis seperti keputusan investasi dan lain sebagainya.

Pendidikan kewirausahaan di tingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi dapat memberikan dasar yang kuat bagi pengembangan karir seseorang di masa depan melalui penumbuhan kesadaran, pengetahuan dan kapasitas kewirausahaan. Sistem dan proses belajar mengajar kewirausahaan yang dapat memotivasi munculnya ide-ide kreatif, penyediaan infrastruktur untuk pelatihan kewirausahaan di kampus serta adanya contoh individu yang sukses berwirausaha di lingkungan kampus adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan niat kewirausahaan pada mahasiswa.

2.4.2. Dukungan Sosial

Dukungan sosial adalah transaksi interpersonal yang diajukan dengan memberikan bantuan kepada orang lain dan bantuan itu diperoleh dari pihak yang berarti penting bagi orang yang bersangkutan. Dukungan sosial berperan penting dalam memelihara keadaan psikologi seseorang yang mengalami tekanan. Melalui dukungan sosial, kesejahteraan psikologis seseorang akan meningkat karena adanya perhatian dan pengertian akan menimbulkan perasaan memiliki, meningkatkan harga diri, serta memiliki perasaan positif mengenai diri sendiri.


(42)

Dorongan dari unsur-unsur lingkungan sosial seseorang berpengaruh secara positif terhadap niat kewirausahaan seseorang7

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang mempunyai pengaruh penting dan kuat terhadap perkembangan seseorang. Dukungan keluarga adalah bantuan yang berupa perhatian, emosi, informasi, nasehat, materi maupun

. Keluarga berperan sangat penting dalam menumbuhkan serta mempercepat seseorang untuk mengambil keputusan berkarir sebagai wirausaha, karena keluarga terutama orang tua dapat berfungsi sebagai konsultan pribadi dan mentor. Selain keluarga, dukungan dari teman dekat dan orang-orang yang dianggap penting juga dapat mendorong timbulnya motivasi seseorang untuk berwirausaha. Bentuk-bentuk dukungan tersebut dapat berupa informasi atau nasehat berbentuk verbal atau non verbal, penghargaan dan materi.

Selain itu, dukungan dari pihak pemerintah untuk para pengusaha yang merintis suatu bisnis dapat dilihat dengan adanya program-program peminjaman dana untuk modal usaha, pembinaan dan pelatihan, lomba atau kompetisi kewirausahan, hingga pemberian penghargaan kepada usaha yang dipandang berprestasi. Beberapa perusahaan BUMN dan swasta juga ikut terlibat dalam mendukung program-program tersebut. Peminjaman modal usaha dan berbagai program pembekalan wawasan kewirausahaan tersebut pada akhirnya dimaksudkan agar lebih banyak orang yang tertarik untuk berwirausaha.

2.4.3. Lingkungan Keluarga


(43)

penelitian yang diberikan oleh sekelompok anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang lain dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikis pihak penerima dukungan, sehingga pihak penerima dukungan akan semakin produktif, kreatif, serta mampu mengaktualisasikan potensi dirinya secara optimal.

Individu yang terlahir dan dibesarkan dari keluarga yang memiliki tradisi kuat dalam bidang wirausaha secara sengaja atau tidak sengaja dapat menjiwai pekerjaan semacam itu8

8 M. Musrofi, Kiat Sukses Berwirausaha (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), h. 17.

. Kebanyakan usaha keluarga akan diwariskan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Individu seperti ini biasanya lebih dapat mengelola suatu usaha dikarenakan telah terbiasa sedari kecil. Hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri yang kuat dalam mengelola usaha tersebut.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hisrich dan Peters (dalam Cahyono, 2010) menemukan bahwa dari 725 wirausahawan yang diteliti mempunyai orang tua terutama ayah yang juga seorang wirausahawan. Hasil penelitian Cahyono (2010) menemukan bukti bahwa pekerjaan orang tua berpengaruh signifikan terhadap intensi kewirausahaan. Demikian juga hasil penelitian Endi (2011) menemukan bukti bahwa mahasiswa yang latar belakang keluarga atau saudaranya memiliki usaha ternyata memiliki tingkat intensi kewirausahaaan yang lebih besar dibandingkan mahasiswa yang keluarga atau saudaranya tidak memiliki usaha.


(44)

Pengusaha yang memulai bisnis karena faktor keluarga cukup banyak ditemui. Orang tua atau saudara pengusaha tersebut umumnya akan menganjurkan anggota keluarga lain untuk membuka usaha juga atau keluarga sengaja mengajak anggota keluarga lain untuk meneruskan usaha, membuka cabang atau merintis usaha lanjutan baru dari usaha yang sudah ada. Dengan demikian, pengusaha baru ini tinggal mengikuti anggota keluarganya yang sudah menjadi pengusaha mengenai berbagai aspek mulai dari modal, bahan-bahan yang dibutuhkan, hingga manajemen bisnis barunya tersebut.

2.4.4. Lingkungan Kerja

Lingkungan tempat kerja seseorang mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam menjalankan usaha. Menurut Hendro (2006), lingkungan kerja yang nyaman dan sesuai dengan keinginan seseorang akan sulit menstimulus orang tersebut untuk berkeinginan menjadi pengusaha, namun bila lingkungan kerjanya tidak nyaman maka hal itu akan mempercepat seseorang memilih karir sebagai seorang pengusaha. Selain itu, hubungan yang terjalin baik antara seseorang dengan teman sejawat atau mitra kerjanya dapat dijadikan pertimbangan untuk mewujudkan mimpi seseorang untuk memiliki usaha sendiri (Utami, 2007).

Para pengusaha dapat menentukan keputusan menjadi pengusaha sepenuhnya dengan membandingkan pendapatan tetap dari pekerjaan yang masih digelutinya dengan pendapatan yang diperoleh dari bisnisnya. Pendapatan seorang pengusaha biasanya naik turun, karena itu pengusaha tidak boleh terjebak dengan


(45)

keinginan keluar dari pekerjaan yang masih digelutinya jika pendapatan yang diperoleh dari bisnisnya belum stabil. Jika naik turunnya pendapatan yang diperoleh dari suatu bisnis masih labil dan tidak bisa dijadikan pegangan, sebaiknya pengusaha jangan terburu-buru keluar dari pekerjaannya. Jika pendapatan yang diperoleh dari bisnisnya minimal sama atau lebih besar dibandingkan pendapatan dari pekerjaan yang masih digelutinya serta pendapatan tersebut sudah bersifat permanen dan stabil, maka pilihan untuk meninggalkan pekerjaan dan memutuskan menjadi seorang pengusaha sepenuhnya tentu dapat diambil.

2.4.5. Kesiapan Instrumen

Tiga elemen kesiapan instrumen yang dipercaya mempengaruhi seseorang dalam memutuskan berbisnis yaitu akses modal, ketersediaan informasi dan jaringan sosial9

1. Akses modal .

Akses kepada modal merupakan hambatan klasik terutama dalam memulai usaha-usaha baru, setidaknya terjadi di negara-negara berkembang dengan dukungan lembaga-lembaga penyedia keuangan yang tidak begitu kuat (Indarti, 2004). Studi empiris terdahulu menyebutkan bahwa kesulitan dalam mendapatkan akses modal, skema kredit dan kendala sistem keuangan dipandang sebagai hambatan utama dalam kesuksesan usaha menurut calon-calon wirausaha di negara-negara berkembang.


(46)

2. Ketersediaan informasi

Ketersediaan informasi usaha merupakan faktor penting yang mendorong keinginan seseorang untuk membuka usaha baru (Indarti, 2004) dan faktor kritikal bagi pertumbuhan dan keberlangsungan usaha. Penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Krishna (1994) di India membuktikan bahwa keinginan yang kuat untuk memperoleh informasi adalah salah satu karakter utama seorang wirausahawan. Pencarian informasi mengacu pada frekuensi kontak yang dibuat oleh seseorang dengan berbagai sumber informasi. Hasil dari aktivitas tersebut sering tergantung pada ketersediaan informasi, baik melalui usaha sendiri atau sebagai bagian dari sumber daya sosial dan jaringan. Ketersediaan informasi baru akan tergantung pada karakteristik seseorang, seperti tingkat pendidikan dan kualitas infrastruktur, meliputi cakupan media dan sistem telekomunikasi.

3. Jaringan sosial

Mazzarol, dkk. (1999) menyebutkan bahwa jaringan sosial mempengaruhi minat kewirausahaan. Jaringan sosial didefinisikan sebagai hubungan antara dua orang yang mencakup:

a. Komunikasi atau penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain. b. Pertukaran barang dan jasa dari dua belah pihak.

c. Muatan normatif atau ekspektasi yang dimiliki oleh seseorang terhadap orang lain karena karakter-karakter atau atribut khusus yang ada.

Bagi wirausahawan, jaringan sosial merupakan alat mengurangi resiko dan biaya transaksi serta memperbaiki akses terhadap ide-ide bisnis, informasi dan


(47)

modal. Jaringan sosial terdiri dari hubungan formal dan informal antara pelaku utama dan pendukung dalam satu lingkaran terkait dan menggambarkan jalur bagi wirausahawan untuk mendapatkan akses kepada sumber daya yang diperlukan dalam pendirian, perkembangan dan kesuksesan usahanya.

Kesiapan berbagai instrumen tersebut merupakan salah satu prasyarat bagi seorang pengusaha untuk memulai segala sesuatu dalam membangun bisnisnya. Sekecil apapun instrumen yang dimiliki pengusaha tersebut harus dapat terus dipelihara dan dimanfaatkan secara optimal sehingga bisnisnya dapat semakin maju dan berkembang.

2.4.6. Kesempatan dan Peluang

Peluang merupakan potensi yang dimiliki suatu daerah atau lingkungan di sekitar seseorang. Menurut Suryaman (2006), suatu daerah yang memberikan peluang seseorang untuk menjadi pengusaha akan menimbulkan minat seseorang untuk memanfaatkan peluang tersebut. Sangat banyak kesempatan dan peluang yang dapat memberikan keuntungan di lingkungan sekitar seseorang. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan wirausahawan yang berkemampuan dan berkeinginan kuat untuk meraih kesuksesan.

Kesempatan dan peluang dapat muncul ketika pengusaha mengetahui kebutuhan lingkungan sehingga menimbulkan keinginan berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhan lingkungannya tersebut. Membaca peluang pasar tidak hanya dilakukan oleh seorang pengusaha yang baru memulai bisnisnya, namun juga sebagai pondasi pada saat seorang pengusaha sudah bergelut lama dalam


(48)

dunia bisnis. Kemampuan seorang pengusaha dalam membaca peluang pasar juga harus dimiliki ketika pengusaha tersebut ingin lebih mengembangkan bisnisnya, melakukan segmentasi pasar, maupun pada saat melakukan perluasan jenis usaha baru.

Kemampuan pengusaha dalam menangkap peluang pasar juga akan mempengaruhi orientasinya akan masa depan. Para pengusaha yang memiliki pandangan ke masa depan akan selalu berusaha dan berkarya sehingga tidak cepat puas dengan apa yang telah ada. Meskipun terdapat resiko yang mungkin terjadi, mereka tidak akan cepat puas dan akan selalu mempersiapkan kreasi selanjutnya dengan terus mencari berbagai kesempatan dan peluang.

2.4.7. Tokoh Panutan (Role Model)

Memiliki tokoh panutan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi individu dalam memilih kewirausahaan sebagai karirnya10

Tokoh panutan berperan penting bagi seorang pengusaha karena dengan mengetahui serta memahami kisah-kisah tokoh panutan yang telah meraih kesuksesan dapat memotivasinya untuk membuka usahanya sendiri. Pengusaha

. Orang tua, saudara, teman, guru atau wirausahawan lain dapat menjadi sosok panutan (role model) bagi suatu individu. Wirausahawan membutuhkan dukungan dan nasehat dalam setiap tahapan dalam merintis usahanya, tokoh panutan dapat berperan sebagai mentor bagi wirausahawan. Wirausahawan juga akan meniru perilaku yang dimunculkan oleh tokoh panutan tersebut.


(49)

dapat membaca dan memahami profil serta kisah perjuangan tokoh panutan tersebut mulai dari saat merintis bisnisnya hingga menjadi seorang tokoh yang sukses. Kisah perjuangan tersebut dapat dijadikan pedoman bagi para pengusaha untuk dapat mencapai kesuksesan dengan cara yang serupa.

Selain itu, sorang pengusaha juga akan membutuhkan bantuan orang lain untuk mengerjakan beberapa pekerjaan dalam bisnisnya. Jika pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya terbatas, maka pengusaha tersebut perlu mempertimbangkan masukan atau pendapat dari seorang mentor. Seorang mentor dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya dapat membimbing seorang pengusaha dalam mengembangkan bisnisnya, baik dari bidang teknis maupun manajemen.


(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan mulai dari Februari 2015 hingga September 2015.

3.2. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan tujuan mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan (berkorelasi) dengan satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien korelasi (Sinulingga, 2011). Dalam penelitian ini terdapat variabel-variabel pada faktor internal dan faktor eksternal yang akan dihitung koefisien korelasinya terhadap faktor motivasi berbisnis.

3.3. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah responden yang menjadi sumber informasi mengenai kebutuhan data penelitian. Objek yang dijadikan responden adalah para pengusaha yang tersebar di Kota Medan, Sumatera Utara yang menjadikan bisnisnya sebagai pekerjaan utama dan bisnisnya telah berjalan minimal selama 5 tahun.


(51)

3.4. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Motivasi Berbisnis

Gambar 3.1. Kerangka Berpikir

Faktor internal didefinisikan sebagai faktor-faktor yang menunjukkan sifat, sikap, kemauan, dan kemampuan suatu individu yang memotivasinya dalam memutuskan berbisnis yang meliputi variabel kebutuhan akan prestasi, kebutuhan akan kebebasan, efikasi diri, harga diri, tantangan pribadi, fleksibilitas, inovasi dan kreasi, dan pendapatan. Faktor eksternal didefinisikan sebagai faktor-faktor dari lingkungan sekitar suatu individu yang memotivasinya dalam memutuskan berbisnis yang meliputi variabel dukungan akademik, dukungan sosial, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, kesiapan intrumen, kesempatan dan peluang, dan tokoh panutan.


(52)

3.5. Variabel Penelitian 3.5.1. Variabel Independen

Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel-variabel independen diperoleh dari jawaban responden dalam kuesioner terbuka pada pengumpulan data pendahuluan dimana jawaban-jawaban yang sama atau mirip akan dikelompokkan lebih lanjut dan diidentifikasi sebagai variabel. Variabel independen dalam penelitian ini antara lain:

1. Faktor internal meliputi varibel kebutuhan akan prestasi (X1), kebutuhan akan

kebebasan (X2), efikasi diri (X3), harga diri (X4), tantangan pribadi (X5),

fleksibilitas (X6), inovasi dan kreasi (X7), dan pendapatan (X8).

2. Faktor eksternal meliputi variabel dukungan akademik (X9), dukungan sosial

(X10), lingkungan keluarga (X11), lingkungan kerja (X12), kesiapan intrumen

(X13), kesempatan dan peluang (X14), dan tokoh panutan (X15).

3.5.2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi atau ditentukan oleh nilai variabel lain. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah motivasi berbisnis para pengusaha (Y).

3.6. Sumber Data


(53)

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

a. Informasi mengenai para pengusaha yang diperoleh dengan metode

wawancara pada narasumber terpilih.

b. Informasi mengenai faktor-faktor yang memotivasi para pengusaha dalam memutuskan berbisnis yang diperoleh dengan metode penyebaran kuesioner pada responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak terkait. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data identitas beberapa pengusaha di Kota Medan, Sumatera Utara.

3.7. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha yang tersebar di Kota Medan, Sumatera Utara yang menjadikan bisnisnya sebagai pekerjaan utama dan bisnisnya telah berjalan minimal selama 5 tahun. Sampel diperoleh dengan metode non-probability sampling yaitu dengan model snowball sampling dimana beberapa responden awal dipilih berdasarkan kemampuannya dalam memberikan informasi yang bersifat khusus dan responden-responden selanjutnya dipilih dari informasi yang diberikan oleh responden awal (Kuncoro, 2009). Ukuran sampel didasarkan pada pendapat Gay dan Diehl yaitu untuk penelitian yang sifatnya


(54)

menguji hubungan di antara satu variabel atau lebih (penelitian korelasional) jumlah sampel minimal adalah 30 sampel (Sanusi, 2011). Untuk uji validitas dan reliabilitas instrumen diambil sampel sebanyak 30 sampel data pendahuluan dan untuk uji koefisien korelasi antara variabel diambil sampel sebanyak 50 sampel.

3.8. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain:

1. Teknik kepustakaan, yaitu mempelajari dan mencatat teori-teori yang

berhubungan dengan pemecahan masalah dari berbagai buku dan jurnal yang sesuai dengan permasalahan yang diamati.

2. Teknik wawancara, yaitu melakukan wawancara kepada para narasumber

terpilih.

3. Penyebaran kuesioner, yaitu peneliti membuat daftar pertanyaan yang akan diberikan kepada para pengusaha sebagai responden.

3.9. Instrumen Penelitian

lnstrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup yang diisi oleh para pengusaha sebagai responden. Kuesioner terbuka terdiri atas 2 butir pertanyaan mengenai apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang memotivasi responden dalam memutuskan berbisnis.

Kuesioner tertutup terbagi dalam tiga bagian yaitu faktor internal, faktor eksternal dan motivasi berbisnis. Faktor internal diukur dengan 8 variabel dimana setiap variabel terdiri atas 5 pertanyaan indikator sehingga terdapat 40 butir


(55)

pertanyaan. Faktor eksternal diukur dengan 7 variabel dimana setiap variabel terdiri atas 5 pertanyaan indikator sehingga terdapat 35 butir pertanyaan. Untuk faktor motivasi berbisnis diukur dengan 5 butir pertanyaan.

Indikator pada setiap variabel diperoleh dari beberapa penelitian serta dari jawaban responden pada pengumpulan data pendahuluan. Indikator pada variabel kebutuhan akan prestasi, efikasi diri, kesiapan instrumen, dan faktor motivasi berbisnis diadopsi dari Indarti dan Rostiani (2008). Indikator pada variabel kebutuhan akan kebebasan, harga diri, tantangan pribadi, fleksibilitas, inovasi dan kreasi, dan pendapatan diadopsi dari Praswati (2014). Indikator pada variabel dukungan akademik dan dukungan sosial diadopsi dari Suharti dan Sirine (2011). Indikator pada variabel lingkungan keluarga, lingkungan kerja, kesempatan dan peluang, dan tokoh panutan diadopsi dari Mopangga (2014).

Secara keseluruhan untuk faktor internal, faktor eksternal dan motivasi berbisnis, total 80 butir pernyataan menggunakan skala pengukuran interval yaitu skala Likert 5 titik dimana responden diminta untuk menjawab dengan pilihan jawaban antara sangat setuju (SS) dan sangat tidak setuju (STS). Bobot nilai pada pilihan jawaban tersebut adalah:

1. Jawaban sangat setuju diberi bobot 5

2. Jawaban setuju diberi bobot 4

3. Jawaban kurang setuju diberi bobot 3

4. Jawaban tidak setuju diberi bobot 2


(56)

3.10. Blok Diagram Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian adalah tahapan-tahapan dalam suatu penelitian. Prosedur dalam penelitian ini dimulai dari pendeskripsian masalah untuk mendapatkan akar dari permasalahan yang akan diselesaikan. Tujuan ditetapkannya masalah yang akan diselesaikan yaitu untuk mengetahui hubungan faktor internal dan faktor eksternal terhadap motivasi berbisnis para pengusaha. Prosedur pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.

3.11. Pengolahan Data

Pada pengolahan data terlebih dahulu dilakukan tabulasi data dari kuesioner tertutup. Dari data yang terkumpul dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen kuesioner.

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah/valid atau tidaknya butir pertanyaan pada suatu instrumen kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika butir pertanyaan kuesioner dapat mengukur apa yang hendak diukur dalam suatu penelitian. Validitas instrumen diukur dengan metode analisis korelasi menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

dimana:

rxy = koefisien korelasi antara x dan y

n = jumlah responden


(57)

y = skor total seluruh pertanyaan

Gambar 3.2. Blok Diagram Pelaksanaan Penelitian Mulai

Identifikasi Masalah

Faktor-faktor motivasi berbisnis

Perumusan Masalah

Faktor internal, faktor eksternal

Penetapan Tujuan

Hubungan faktor internal dan faktor eksternal terhadap motivasi berbisnis

Pengumpulan Data Sekunder

Identitas beberapa pengusaha di

Pengumpulan Data Primer

Penyebaran kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup

Pengolahan Data

Uji validitas dan reliabilitas, analisis korelasi, uji hipotesis

Analisis Pemecahan Masalah

Korelasi antara setiap variabel dengan faktor motivasi berbisnis

Kesimpulan dan Saran


(58)

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur kemampuan suatu kuesioner yang terdiri atas butir-butir pertanyaan dari indikator variabel atau konstruk. Butir pertanyaan dikatakan reliabel atau andal apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten. Reliabilitas instrumen diukur dengan koefisien

Alpha Cronbach menggunakan rumus sebagai berikut:

dimana:

r11 = koefisien Alpha Cronbach

k = jumlah pertanyaan dalam instrumen

ΣSi= jumlah varians dari seluruh pertanyaan

St = varians total

Untuk mengetahui varians setiap butir pertanyaan dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:

dimana:

Si = varians setiap pertanyaan

Σxi2= jumlah kuadrat jawaban responden pada setiap pertanyaan

(Σxi)2= jumlah jawaban responden pada setiap pertanyaan dikuadratkan


(59)

3. Analisis Korelasi

Analisis korelasi dilakukan untuk mengukur sejauh mana variabel-variabel pada faktor internal dan faktor eksternal berkaitan (berkorelasi) dengan faktor motivasi berbisnis. Untuk menentukan hubungan antara dua variabel yang berskala interval digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

dimana:

rxy = koefisien korelasi antara x dan y

n = jumlah responden

x = skor variabel independen y = skor variabel dependen

Perbedaan penggunaan rumus product moment pada uji validitas dan analisis korelasi dalam penelitian ini adalah pada peubah x dan y. Pada uji validitas peubah x adalah skor dari setiap butir pertanyaan (80 pertanyaan) dan peubah y adalah skor total seluruh pertanyaan. Pada analisis korelasi peubah x adalah skor dari setiap variabel independen (15 variabel) dan peubah y adalah skor variabel dependen. Peubah n (jumlah responden) pada uji validitas dan analisis korelasi juga berbeda dimana pada uji validitas digunakan 30 sampel dan pada analisis korelasi digunakan 50 sampel.

Nilai koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin dekat nilai koefisien korelasi ke 0 maka semakin rendah hubungannya dan semakin dekat nilai koefisien korelasi ke 1 maka semakin tinggi hubungannya. Patokan nilai koefisien korelasi dan kekuatan hubungannya dapat dilihat pada Tabel 3.2.


(60)

Tabel 3.2. Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan No. Interval Koefisien Korelasi Kekuatan Hubungan

1 0,00 – 0,20 Sangat rendah

2 0,20 – 0,40 Rendah

3 0,40 – 0,70 Sedang

4 0,70 – 0,90 Tinggi

5 0,90 – 1,00 Sangat tinggi

Sumber:Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, 2006

4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan setiap variabel pada faktor internal dan faktor eksternal (x) dengan faktor motivasi berbisnis (y). Uji hipotesis untuk analisis korelasi yang menggunakan korelasi product moment dengan sampel besar (n > 30) adalah uji Z dengan rumus sebagai berikut:

Z0 =

dimana:

Z0 = nilai Z hitung

r = koefisien korelasi n = jumlah sampel

Blok diagram pengolahan data dapat dilihat pada Gambar 3.3.

3.12. Kesimpulan dan Saran

Tahap kesimpulan berisi butir-butir penting dalam penelitian ini. Kesimpulan merupakan perumusan dari tahap analisis sebelumnya. Saran-saran yang diberikan berguna untuk perbaikan kepada pihak terkait untuk mengimplementasikan hasil penelitian ini.


(61)

Gambar 3.3. Blok Diagram Pengolahan Data

Tabulasi data kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup

Uji validitas dan reliabilitas

Valid/ Reliabel?

Mulai

Perhitungan koefisien korelasi

Perbaiki instrumen

Uji hipotesis

Selesai Ya

Tidak


(62)

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Pengumpulan Data

4.1.1. Pengumpulan Data Kuesioner Terbuka

Kuesioner terbuka terdiri atas dua butir pertanyaan yaitu apa saja faktor-faktor internal dan apa saja faktor-faktor-faktor-faktor eksternal yang memotivasi responden dalam memutuskan berbisnis. Kuesioner terbuka dapat dilihat pada Lampiran 1. Kuesioner diberikan dan diisi langsung oleh masing-masing pengusaha yang dipilih sebagai responden data pendahuluan yaitu sebanyak 30 responden. Rangkuman responden data pendahuluan dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Responden Data Pendahuluan

Umur Jenis Kelamin Bidang Usaha Lama Usaha

26 - 30 7

Laki-laki 23 Kuliner 9 5 – 10 17

31 - 40 12 Fashion 5 11 – 20 11

41 - 50 4

Perempuan 7 Percetakan 2 > 30 2

> 50 7 Lainnya 14

Total 30 Total 30 Total 30 Total 30

Sumber: Pengumpulan Data

Jawaban responden terhadap pertanyaan mengenai faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang memotivasinya dalam memutuskan berbisnis sangat bervariasi. Hal ini dikarenakan jawaban yang bersifat bebas sehingga responden bebas menjawab sesuai dengan keinginan mereka masing-masing. Jawaban-jawaban yang sama atau mirip akan dikelompokkan dan menjadi dasar penentuan variabel faktor internal dan variabel faktor eksternal yang memotivasi responden dalam memutuskan berbisnis.


(63)

Hasil dari kuesioner terbuka berupa jawaban-jawaban ditabulasikan pada sebuah tabel. Tabel ini berisi data responden dan jawaban responden terhadap pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Jawaban responden yang sama atau mirip akan dikelompokkan lebih lanjut dan diidentifikasi sebagai variabel. Pada tabel rekapitulasi, variabel dituliskan di dalam kurung tepat di samping jawaban responden. Rekapitulasi jawaban kuesioner terbuka dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.1.2. Pengumpulan Data Kuesioner Tertutup

Kuesioner tertutup terdiri atas 80 butir pertanyaan yang terdiri atas 40 butir pertanyaan dari 8 variabel pada faktor internal, 35 butir pertanyaan dari 7 variabel pada faktor eksternal, dan 5 butir pertanyaan pada faktor motivasi berbisnis. Kuesioner tertutup dapat dilihat pada Lampiran 3. Kuesioner diberikan dan diisi langsung oleh masing-masing pengusaha yang dipilih sebagai responden data pendahuluan yaitu sebanyak 30 responden. Rekapitulasi jawaban kuesioner tertutup dapat dilihat pada Lampiran 4.

4.2. Pengolahan Data 4.2.1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur sah/valid atau tidaknya butir pertanyaan pada suatu instrumen kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika butir pertanyaan kuesioner dapat mengukur apa yang hendak diukur dalam suatu penelitian. Untuk mengetahui validitas setiap butir pertanyaan dilakukan dengan


(64)

membandingkan nilai rtabeldengan rhitung. Nilai rtabel dengan taraf signifikansi α =

0,05 pada df = n-2 = 28 adalah r = 0,361 dengan kriteria:

1. Jika rhitung> rtabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

2. Jika rhitung< rtabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid.

Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa keseluruhan 80 butir pertanyaan dalam kuesioner tertutup memiliki nilai rhitung yang lebih besar daripada nilai rtabel

(r = 0,361), sehingga instrumen kuesioner tertutup valid untuk digunakan lebih lanjut dalam penelitian ini. Contoh perhitungan nilai rtabel dan rekapitulasi uji

validitas seluruh pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.2.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur kemampuan suatu kuesioner yang terdiri atas butir pertanyaan dari indikator variabel atau konstruk. Butir pertanyaan dikatakan reliabel atau andal apabila jawaban para responden terhadap pertanyaan adalah konsisten.

Dari hasil perhitungan didapatkan nilai koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,9433 yang berada pada interval 0,90 – 1,00 maka berarti kekuatan hubungannya sangat tinggi, sehingga instrumen kuesioner tertutup konsisten dan reliabel untuk digunakan lebih lanjut dalam penelitian ini. Contoh perhitungan nilai varians dan perhitungan nilai koefisien reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 6.


(65)

4.2.3. Analisis Korelasi

Analisis korelasi dilakukan untuk mengukur sejauh mana variabel-variabel pada faktor internal dan faktor eksternal (x) berkaitan/berkorelasi dengan faktor motivasi berbisnis (y). Korelasi pada setiap variabel diukur dengan metode analisis korelasi menggunakan rumus korelasi product moment. Data yang digunakan dalam uji korelasi adalah data yang diperoleh dari penyebaran kembali kuesioner tertutup kepada 50 responden baru. Rekapitulasi data responden baru dan jawaban responden dapat dilihat pada Lampiran 7.

Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi didapatkan bahwa variabel-variabel pada faktor internal dan faktor eksternal memiliki nilai koefisien korelasi berkisar antara 0,2 hingga 0,7. Perhitungan nilai koefisien korelasi masing-masing variabel dapat dilihat pada Lampiran 8. Rekapitulasi perhitungan korelasi untuk seluruh variabel dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Rekapitulasi Perhitungan Koefisien Korelasi Seluruh Variabel

No. Variabel Nilai Koefisien Korelasi (r)

1 Kebutuhan akan prestasi 0,7851

2 Kebutuhan akan kebebasan 0,7217

3 Efikasi diri 0,4369

4 Harga diri 0,2119

5 Tantangan pribadi 0,4189

6 Fleksibilitas 0,2693

7 Inovasi dan kreasi 0,7115

8 Pendapatan 0,4276

9 Dukungan akademik 0,4614

10 Dukungan sosial 0,5198

11 Lingkungan keluarga 0,5637

12 Lingkungan kerja 0,4217

13 Kesiapan instrumen 0,3122

14 Kesempatan dan peluang 0,7317

15 Tokoh panutan 0,4891


(66)

4.2.4. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui signifikan atau tidaknya hubungan setiap variabel pada faktor internal dan faktor eksternal (x) dengan faktor motivasi berbisnis (y). Uji hipotesis untuk analisis korelasi yang menggunakan korelasi product moment dengan sampel besar (n > 30) adalah uji Z. Untuk mengetahui signifikansi hubungan setiap variabel dilakukan dengan membandingkan nilai Zαdengan Z0. Nilai Zαdengan taraf nyata 5% (0,05) adalah

Zα = 1,645 dengan kriteria:

1. Jika Z0≤Zα maka tidak ada hubungan signifikan antara variabel x dan y.

2. Jika Z0> Zα maka ada hubungan signifikan antara variabel x dan y.

Berikut adalah formulasi hipotesis untuk mengetahui signifikansi hubungan antara faktor internal dengan motivasi berbisnis.

H0A : Tidak ada hubungan signifikan antara faktor internal dengan motivasi

berbisnis.

H1A : Ada hubungan signifikan antara faktor internal dengan motivasi berbisnis.

Maka formulasi hipotesis untuk mengetahui signifikansi hubungan antara setiap variabel pada faktor internal dengan motivasi berbisnis adalah sebagai berikut: 1. Kebutuhan akan prestasi

H0A.1 : Tidak ada hubungan signifikan antara kebutuhan akan prestasi (x1)

dengan motivasi berbisnis (y).

H1A.1 : Ada hubungan signifikan antara kebutuhan akan prestasi (x1) dengan


(67)

2. Kebutuhan akan kebebasan

H0A.2 : Tidak ada hubungan signifikan antara kebutuhan akan kebebasan (x2)

dengan motivasi berbisnis (y).

H1A.2 : Ada hubungan signifikan antara kebutuhan akan kebebasan (x2) dengan

motivasi berbisnis (y). 3. Efikasi diri

H0A.3 : Tidak ada hubungan signifikan antara efikasi diri (x3) dengan motivasi

berbisnis (y).

H1A.3 : Ada hubungan signifikan antara efikasi diri (x3) dengan motivasi

berbisnis (y). 4. Harga diri

H0A.4 : Tidak ada hubungan signifikan antara harga diri (x4) dengan motivasi

berbisnis (y).

H1A.4 : Ada hubungan signifikan antara harga diri (x4) dengan motivasi

berbisnis (y). 5. Tantangan pribadi

H0A.5 : Tidak ada hubungan signifikan antara tantangan pribadi (x5) dengan

motivasi berbisnis (y).

H1A.5 : Ada hubungan signifikan antara tantangan pribadi (x5) dengan motivasi

berbisnis (y). 6. Fleksibilitas

H0A.6 : Tidak ada hubungan signifikan antara fleksibilitas (x6) dengan motivasi


(68)

H1A.6 : Ada hubungan signifikan antara fleksibilitas (x6) dengan motivasi

berbisnis (y). 7. Inovasi dan kreasi

H0A.7 : Tidak ada hubungan signifikan antara inovasi dan kreasi (x7) dengan

motivasi berbisnis (y).

H1A.7 : Ada hubungan signifikan antara inovasi dan kreasi (x7) dengan

motivasi berbisnis (y). 8. Pendapatan

H0A.8 : Tidak ada hubungan signifikan antara pendapatan (x8) dengan motivasi

berbisnis (y).

H1A.8 : Ada hubungan signifikan antara pendapatan (x8) dengan motivasi

berbisnis (y).

Berikut adalah formulasi hipotesis untuk mengetahui signifikansi hubungan antara faktor eksternal dengan motivasi berbisnis.

H0B : Tidak ada hubungan signifikan antara faktor eksternal dengan motivasi

berbisnis.

H1B : Ada hubungan signifikan antara faktor eksternal dengan motivasi berbisnis.

Maka formulasi hipotesis untuk mengetahui signifikansi hubungan antara setiap variabel pada faktor eksternal dengan motivasi berbisnis adalah sebagai berikut: 1. Dukungan akademik

H0B.1 : Tidak ada hubungan signifikan antara dukungan akademik (x9) dengan

motivasi berbisnis (y).


(69)

motivasi berbisnis (y). 2. Dukungan sosial

H0B.2 : Tidak ada hubungan signifikan antara dukungan sosial (x10) dengan

motivasi berbisnis (y).

H1B.2 : Ada hubungan signifikan antara dukungan sosial (x10) dengan motivasi

berbisnis (y). 3. Lingkungan keluarga

H0B.3 : Tidak ada hubungan signifikan antara lingkungan keluarga (x11) dengan

motivasi berbisnis (y).

H1B.3 : Ada hubungan signifikan antara lingkungan keluarga (x11) dengan

motivasi berbisnis (y).

4. Lingkungan kerja

H0B.4 : Tidak ada hubungan signifikan antara lingkungan kerja (x12) dengan

motivasi berbisnis (y).

H1B.4 : Ada hubungan signifikan antara lingkungan kerja (x12) dengan motivasi

berbisnis (y). 5. Kesiapan instrumen

H0B.5 : Tidak ada hubungan signifikan antara kesiapan instrumen (x13) dengan

motivasi berbisnis (y).

H1B.5 : Ada hubungan signifikan antara kesiapan instrumen (x13) dengan

motivasi berbisnis (y). 6. Kesempatan dan peluang


(70)

dengan motivasi berbisnis (y).

H1B.6 : Ada hubungan signifikan antara kesempatan dan peluang (x14) dengan

motivasi berbisnis (y). 7. Tokoh panutan

H0B.7 : Tidak ada hubungan signifikan antara tokoh panutan (x15) dengan

motivasi berbisnis (y).

H1B.7 : Ada hubungan signifikan antara tokoh panutan (x15) dengan motivasi

berbisnis (y).

Berikut adalah contoh uji hipotesis untuk mengetahui signifikansi hubungan antara variabel kebutuhan akan prestasi dengan motivasi berbisnis. 1. Menentukan formulasi hipotesis

H0A.1 : Tidak ada hubungan signifikan antara kebutuhan akan prestasi (x1)

dengan motivasi berbisnis (y).

H1A.1 : Ada hubungan signifikan antara kebutuhan akan prestasi (x1) dengan

motivasi berbisnis (y). 2. Menentukan taraf nyata dan Zα

Taraf nyata yang digunakan adalah 5% (0,05) sehingga Z0,05 = 1,645.

3. Menentukan kriteria pengujian

H0A.1 diterima (H1A.1 ditolak) apabila Z0≤ 1,645

H0A.1 ditolak (H1A.1 diterima) apabila Z0 > 1,645

4. Menentukan nilai uji statistik Z0


(71)

Z0 =

Z0 = 5,4957

5. Membuat kesimpulan

Karena Z0 = 5,4957 > Zα = 1,645 maka H0A.1 ditolak (H1A.1 diterima) yang

berarti ada hubungan signifikan antara kebutuhan akan prestasi (x1) dengan

motivasi berbisnis (y).

Berdasarkan pengujian hipotesis didapatkan bahwa hampir seluruh variabel pada faktor internal dan faktor eksternal memiliki nilai Z0 yang lebih

besar daripada Zα. Satu-satunya variabel yang memiliki nilai Z0 yang lebih kecil

daripada Zαadalah variabel harga diri (x4). Rekapitulasi pengujian hipotesis untuk

seluruh variabel dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3.Rekapitulasi Pengujian Hipotesis Seluruh Variabel

No. Variabel Z0 Kesimpulan

1 Kebutuhan akan prestasi 5,4957 1,645 Signifikan

2 Kebutuhan akan kebebasan 5,0519 1,645 Signifikan

3 Efikasi diri 3,0583 1,645 Signifikan

4 Harga diri 1,4833 1,645 Tidak signifikan

5 Tantangan pribadi 2,9323 1,645 Signifikan

6 Fleksibilitas 1,8851 1,645 Signifikan

7 Inovasi dan kreasi 4,9805 1,645 Signifikan

8 Pendapatan 2,9932 1,645 Signifikan

9 Dukungan akademik 3,2298 1,645 Signifikan

10 Dukungan sosial 3,6386 1,645 Signifikan

11 Lingkungan keluarga 3,9459 1,645 Signifikan

12 Lingkungan kerja 2,9519 1,645 Signifikan

13 Kesiapan instrumen 2,1854 1,645 Signifikan

14 Kesempatan dan peluang 5,1219 1,645 Signifikan

15 Tokoh panutan 3,4237 1,645 Signifikan


(72)

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis

5.1.1. Analisis Karakteristik Responden

Pada penelitian ini digunakan sebanyak 50 sampel pengusaha sebagai responden yang berada di Kota Medan, Sumatera Utara. Para pengusaha yang menjadi responden ini adalah mereka yang menjadikan bisnisnya sebagai pekerjaan utama dan bisnis tersebut telah berjalan minimal selama 5 tahun. Karakteristik setiap responden diperoleh dari identitas responden yang terdapat pada bagian awal dalam kuesioner yang disebarkan kepada responden.

Berdasarkan umur para responden, didapatkan bahwa responden yang berumur antara 26-30 tahun berjumlah sebanyak 10 orang, responden yang berumur antara 31-40 tahun berjumlah sebanyak 16 orang, responden yang berumur antara 41-50 tahun berjumlah sebanyak 15 orang, serta responden yang berumur di atas 50 tahun berjumlah sebanyak 9 orang. Berdasarkan jenis kelamin para responden, didapatkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah sebanyak 26 orang, sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan berjumlah sebanyak 24 orang.

Berdasarkan jenis atau bidang usaha para responden, didapatkan bahwa responden yang berbisnis dalam bidang makanan/kuliner berjumlah sebanyak 18 orang, responden yang berbisnis dalam bidang fashion berjumlah sebanyak 8 orang, responden yang berbisnis dalam bidang kerajinan tangan berjumlah


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)