BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu perusahaan, laporan keuangan memiliki peran dan fungsi yang sangat penting. Manajemen bertanggung jawab untuk melaporkan hasil kegiatan operasional perusahaan dan posisi keuangan perusahaan kepada
stakeholder melalui laporan keuangan. Laporan keuangan yang dibuat perusahaan harus andal dan mencerminkan kondisi perusahaan yang sesungguhnya.
Informasi-informasi yang disajikan dalam laporan keuangan digunakan oleh para
stakeholder dalam mengambil keputusan ekonomi sehingga seluruh informasi
yang terdapat dalam laporan keuangan harus dapat dipercaya.Untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, dibutuhkan seorang auditor untuk melaksanakan fungsi pemeriksaan. Laporan keuangan harus diperiksa oleh auditor yang kompeten dan independen. Dalam menjalankan tugasnya, auditor berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), SA seksi 150 terdapat tiga standar audit, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Standar umum mengatur syarat-syarat diri auditor; Standar pekerjaan lapangan mengatur mutu pelaksanaan auditing; dan standar pelaporan memberikan panduan bagi auditor dalam mengkomunikasikan hasil auditnya melalui laporan audit kepada pemakai laporan keuangan.
Namun selain standar audit, auditor juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku auditor dalam menjalankan praktik profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode etik ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian professional, kerahasiaan, perilaku professional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya.
Auditing menurut Arens et al. (2008) didefinisikan sebagai “pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan”. Tujuan dari audit atas laporan keuangan adalah untuk memastikan apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material, sehingga tidak merugikan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (Arens et al. 2008). Menurut SPAP (2001) tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah “untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.
Untuk memenuhi ekspektasi stakeholder, maka perusahaan akan menggunakan jasa auditor yang memberikan kualitas audit yang memadai dalam pemeriksaan laporan keuangannya. Saat ini transparansi dan kualitas informasi keuangan merupakan dasar investor, kreditor, dan pengguna lainnya dalam pengambilan keputusan.
Deis dan Giroux (1992) dalam Nugrahanti (2013), mendefinisikan “kualitas audit sebagai kemungkinan bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien”. Temuan pelanggaran yaitu mengukur kualitas audit berkaitan dengan pengetahuan dan keahlian auditor. Sedangkan tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi yang dimiliki auditor tersebut. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan auditor antara lain pengetahuan dan pengalaman. Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang auditing, akuntansi, dan industri klien.
De Angelo (1981) dalam Darwin (2012) mendefinisikan kualitas audit sebagai “probabilitas seorang auditor untuk menemukan dan melaporkan suatu kecurangan dalam sistem akuntansi kliennya, dan kemampuan untuk menemukan adanya kecurangan dan melaporkannya tergantung dari kemampuan teknis dan independensi auditor”. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) menjadi proksi atau indikator utama dalam menilai kualitas audit.
Beberapa penelitian terdahulu seperti oleh Lennox (1999), De Fond(2002), dan Francis (2004) dalam Darwin (2012) mendukung penelitian De Angelo, dimana mereka mengungkapkan adanya hubungan positif antara ukuran KAP dan kualitas audit. KAP yang lebih besar dinilai memberikan jasa audit dengan kualitas yang lebih tinggi karena mereka memiliki reputasi yang lebih besar untuk dilindungi.
Ukuran perusahaan KAP juga menentukan banyaknya program pelatihan yang diberikan bagi auditor, metodologi audit yang lebih kuat dan terstandardisasi, dan lebih banyak kemungkinan melakukan tinjauan ulang terhadap hasil audit (Dopuch dan Simunic, 1980) dalam Darwin (2012).
Dong yu (2007) dalam Sinaga (2012), dalam penelitiannya juga menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan audit (KAP) dengan kualitas audit. Peneliti tersebut menjelaskan bahwa “kantor akuntan yang besar secara sistematis pasti akan menghasilkan audit yang berkualitas lebih tinggi”. Penelitian tersebut dibuat berdasarkan dua argumen berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya. Pertama, auditor yang berkerja di perusahaan yang lebih besar memiliki pengalaman pertemuan yang lebih banyak dengan klien yang berbeda dan membuat mereka memiliki pengalaman yang kolektif sehingga mereka mampu untuk menyediakan audit yang lebih berkualitas. Kedua, ketergantungan ekonomi dapat mengancam objektivitas dan independensi auditor.
Al- Thuneibat et al. (2011) dalam Sinaga (2012) berpendapat bahwa hubungan yang lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit. Dengan menggunakan pendekatan kebijaksanaan akrual mereka menyimpulkan bahwa hubungan antara auditor dan klien memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas audit. Berbeda dengan kesimpulan yang dikemukakan oleh Al-Thuneibat et al. (2011), Jackson et al. (2008) dalam Sinaga (2012) menemukan bahwa kualitas audit akan meningkat terkait dengan lamanya hubungan auditor-klien, ketika diproksikan dengan kecenderungan untuk menerbitkan opini going concern, dan tidak berpengaruh ketika diproksikan dengan tingkat kebijaksanaan akrual.
Ukuran perusahaan klien juga mempengaruhi kualitas audit. Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Sinaga 2012).
Selain itu, seiring dengan ukuran perusahaan mengalami peningkatan, kemungkinan bahwa jumlah konflik agensi juga meningkat dan ini mungkin akan meningkatkan permintaan untuk membedakan kualitas auditor (Palmrose, 1984 dalam Sinaga 2012). Berdasarakan argumen tersebut, perusahaan besar pastinya akan lebih memilih menggunakan jasa auditor besar yang independen dan profesional untuk menciptakan audit yang berkualitas sehingga timbul hubungan yang positif.
Permana (2012) menggunakan ukuran leverage perusahaan klien (TL/TA) sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran leverage perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit dengan arah negatif.
Kasus Enron dan KAP Arthur Andersen menjadi perbandingan nyata terhadap hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Enron yang merupakan yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang energi di Amerika Serikat mengalami kebangkrutan di akhir tahun 2002. Pada tahun 2001 sebelum kebangkrutannya, Enron masih mengumumkan pendapatannya sebesar US$ 100 miliar. Namun secara tiba-tiba Enron mengumumkan kebangkrutannya di pasar modal. Enron diperkirakan menelan kerugian mencapai US$ 50 miliar. Enron dicurigai telah melakukan praktek window dressing. Manajemen Enron telah menggelembungkan (mark up) pendapatannya US$ 600 juta dan menyembunyikan utangnya dengan teknik off-balance sheet sejumlah US$ 1,2 miliar. Skandal Enron telah merugikan miliaran dollar AS para pelaku pasar modal dan ribuan pegawainya yang kehilangan dana pensiun. Skandal tersebut juga telah merusak citra baik profesi akuntan. Teori yang disimpulkan tentang hubungan auditor dan klien yang semakin panjang akan menghasilkan audit yang lebih berkualitas (Jackson et al., 2001) dalam Sinaga (2012); KAP yang besar memberikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan KAP yang lebih kecil (Dong Yu, 2007) dalam Sinaga (2012); dan klien yang memiliki aset besar lebih mendapat jasa audit yang berkualitas karena mereka mampu membayar auditor besar (Fernando et al., 2010) dalam Sinaga (2012) kemudian menjadi sebuah pertanyaan. Namun tentu saja apa yang terjadi antara Enron dan Arthur Andersen tidak dapat mewakili pengaruh Audit Tenure, Ukuran KAP dan Ukuran perusahaan Klien terhadap kualitas audit pada perusahaan-perusahaan lain.
Kualitas audit dianggap penting bagi pengguna laporan keuangan, karena semakin tingginya kualitas audit maka akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya dan dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan di dalam dan di luar perusahaan untuk mengambil keputusan. Selain itu, semakin tingginya kualitas audit juga dapat memperkecil kekhawatiran akan adanya skandal keuangan yang dapat mengurangi rasa kepercayaan publik terhadap laporan keuangan yang telah diaudit akuntan publik.
Peneliti membatasi proksi kualitas audit yang diwakili oleh ukuran KAP, masa perikatan auditor dengan perusahaan (audit tenure), ukuran perusahaan klien, dan ukuran leverage perusahaan klien. Ukuran KAP menunjukkan kemampuan auditor untuk bertindak independen dan professional dalam melaksanakan audit. Kategori yang digunakan adalah afiliasi KAP dengan the Big
Four. Audit tenure merupakan jangka waktu perikatan antara KAP dengan auditee
yang sama. Ukuran perusahaan klien merupakan besarnya ukuran perusahaan yang diukur berdasarkan total aset. Semakin besar total aset sebuah perusahaan mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut besar, begitu juga sebaliknya. Ukuran leverage perusahaan klien merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.
Penelitian ini menggunakan perusahaan perbankan sebagai objek penelitian. Hal ini dikarenakan sektor perbankan merupakan sektor yang berkembang dengan cukup pesat di era modern seperti sekarang ini. Selain itu, untuk mengetahui apakah perusahaan perbankan sebagai lembaga keuangan dapat menyediakan informasi yang relevan, andal, dan berkualitas dalam penyelesaian penyajian laporan keuangannya.
Berdasarkan ketidakkonsistenan dari hasil penelitian sebelumnya dan fenomena yang telah dijelaskan diatas mengenai kualitas sebuah audit, baik bagi kelangsungan operasional perusahaan, penerima jasa maupun KAP yang memberi jasa, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012”
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Apakah ukuran KAP, audit tenure, ukuran perusahaan klien dan ukuran
leverage perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah ukuran KAP, audit tenure, ukuran perusahaan klien dan ukuran
leverage perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit
pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah ukuran KAP, audit tenure, ukuran perusahaan klien dan ukuran leverage perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah ukuran KAP, audit tenure, ukuran perusahaan klien dan ukuran leverage perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, yaitu :
1. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Bagi pihak manajemen Penelitian ini dapat digunakan untuk membuat keputusan kapan seharusnya penggantian auditor dilakukan untuk menciptakan laporan auditan yang berkualitas supaya informasinya dapat diandalkan untuk berbagai kepentingan, terutama dalam pengambilan keputusan.
3. Bagi profesi akuntan publik Penelitian ini dapat digunakan sebagai alat analisis audit yang dilaksanakan KAP sehingga KAP dapat lebih meningkatkan kualitas jasa yang diberikan kepada klien.
4. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian dan sebagai bahan referensi peneliti lain terutama penelitian yang berkaitan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit.