Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012

(1)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2012

OLEH

CORRY SIMANGUNSONG 090503056

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012.” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Agustus 2013 Yang Membuat Pernyataan,

NIM: 090503056 Corry Simangunsong


(3)

KATA PENGANTAR

Segala pujian, hormat dan syukur hanya kepada Tuhan Yesus Kristus sang juruslamat dan Allah pemilik kehidupanku yang senantiasa melimpahkan berkat, kasih dan kebaikan-Mu yang telah memampukan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012” yang disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus, penulis ingin mengucapkan terima kasih untuk kedua orang tua penulis tercinta, Ayahanda Pardomuan Simangunsong dan Ibunda Hotmaida Sitorus serta ketiga saudara penulis, Imelda Simangunsong, Raja Partogi Simangunsong, dan Bill Klinton Simangunsong. Terima kasih yang tulus atas setiap doa, semangat, kepercayaan dan cinta kasih yang telah diberikan yang selalu akan ada untuk penulis.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, baik dalam bentuk bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak dalam menjalani studi di Fakultas Ekonomi bahkan dalam masa-masa pengerjaan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :


(4)

1. Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec., Ac., Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Arifin Hamzah, M.M, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan evaluasi dan saran dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Sucipto, M.M, Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

6. Seluruh Dosen dan staf pegawai Fakultas Ekonomi terutama Departemen Akuntansi yang telah berbagi ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama penulis menjalani masa perkuliahan.

7. Teman-teman penulis di Akuntansi 09, teman di pelayanan UKM KMK USU UP FE, teman Kos Gaol, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa baik dalam pengungkapan, penyajian dan pemilihan kata-kata maupun pembahasan materi skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan


(5)

saran, kritik dan segala bentuk pengarahan dari semua pihak untuk perbaikan skripsi ini.

Akhir kata, kiranya skripsi ini menjadi bahan acuan yang bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.

Medan, Agustus 2013

NIM. 090503102 Corry Simangunsong


(6)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010 – 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan pengaruh kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2012.

Populasi penelitian ini sebanyak 32 perusahaan perbankan, dengan mengakses data laporan keuangan audited dan laporan auditor independennya melalui website www.idx.co.id. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, sehingga diperoleh 22 perusahaan sampel untuk 3 tahun pengamatan (2010 - 2012) dengan 66 unit analisis. Metode analisis data yang digunakan adalah metode regresi logistik dengan SPSS 17.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern sedangkan kualitas audit, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Kata Kunci : Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Opini Audit Going Concern.


(7)

ABSTRACT

THE DETERMINANTS OF GOING CONCERN AUDIT OPINION AT BANKING COMPANIES LISTED ON INDONESIA STOCK EXCHANGE IN

2010 – 2012

The purpose of this research is to show the influence of audit quality, previous audit opinion, firm growth, firm size, and profitability with receive a going concern audit opinion at banking company listed on Indonesia Stock Exchange in 2008 - 2011.

The population of this research are 32 banking company with access the financial statement of auditee and independen audit report on website www.idx.co.id. Sampling method that used in this research is purposive sampling Method and get 22 company sample for 3 year (2010-2012) with 66 analysis units. Analysis data technical that used in this research is logistic regression method with SPSS 17.00.

The results of this research indicate that the previous audit opinion significantly influence to going concern audit report, while the quality audit, company growth, company size, and profitability do not significantly influence to going concern audit report.

Keywords : Audit Quality, Previous Audit Opinion, Firm Growth, Firm Size, Profitability, And Going Concern Audit Opinion.


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 8

1.3.Tujuan dan manfaat penelitian ... 8

1.3.1.Tujuan Penelitian ... 8

1.3.2.Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Teoritis ... 11

2.1.1.Auditing ... 11

2.1.2.Opini Audit ... 13

2.1.3.Going Concern ... 16

2.1.4.Opini Audit Going Concern ... 17

2.1.5.Akuntansi Perbankan ... 21

2.1.5.1. Pengertian Bank ... 21

2.1.5.2. Akuntansi Bank ... 22

2.1.5.3. Audit Perbankan ... 23

2.1.6. Kualitas Audit ... 24

2.1.7. Opini Audit Tahun Sebelumnya ... 26

2.1.8. Pertumbuhan Perusahaan ... 27

2.1.9. Ukuran Perusahaan ... 27

2.1.10.Profitabilitas ... 28

2.2.Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

2.3.Kerangka Konseptual ... 32

2.4.Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 36

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

3.3.Batasan Operasional ... 37

3.4.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 38

3.4.1.Variabel Independen ... 38

3.4.2.Variabel Dependen ... 40


(9)

3.6.Jenis Data ... 44

3.7.Metode Pengumpulan Data ... 45

3.8.Teknik Analisis ... 46

3.8.1.Analisis Statistik Deskriptif... 46

3.8.2.Analisis Statistik Inferensial ... 46

3.8.2.1. Menilai Model Fit dan Keseluruhan model... 48

3.8.2.2. Menilai Kelayakan Model Regresi ... 49

3.8.2.3. Koefisien Determinasi ... 49

3.8.2.4. Matrik Klasifikasi ... 50

3.8.3.Pengujian Hipotesis ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Analisis Deskriptif Penelitian ... 51

4.2.Hasil Analisis Statistik Inferensial ... 54

4.2.1.Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model ... 55

4.2.2.Menilai Kelayakan Model Regresi ... 57

4.2.3.Koefisien Determinasi ... 57

4.2.4.Matrik Klasifikasi ... 58

4.3.Pengujian Hipotesis ... 59

4.4.Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 67

5.2.Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 28

3.1 Jadwal Penelitian ... 37

3.2 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 41

3.3 Sampel Penelitian ... 44

4.1 Statistics ... 51

4.2 Opini Audit Going Concer ... 51

4.3 Kualitas Audit ... 52

4.4 Opini Audit Tahun Sebelumnya ... 53

4.5 Descriptive Statitics... 53

4.6 Likehood Block 0 ... 55

4.7 Likehood Block 1 ... 56

4.8 Hosmer and Lemeshow Test ... 57

4.9 Nagelkerke R Square ... 58

4.10 Classification Tabel Prediksi ... 59

4.11 Variables In The Equation ... 60


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern ... 20 2.2 Kerangka Konseptual ... 33


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Data Popolasi Dan Sampel ... 72

2 Daftar Kualitas Audit ... 73

3 Daftar Opini Audit Tahun Sebelumnya ... 74

4 Daftar Pertumbuhan Perusahaan ... 75

5 Daftar Ukuran Perusahaan ... 76

6 Daftar Return On Asset ... 77

7 Dafatr Opini Audit ... 78


(13)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010 – 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan pengaruh kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan profitabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2012.

Populasi penelitian ini sebanyak 32 perusahaan perbankan, dengan mengakses data laporan keuangan audited dan laporan auditor independennya melalui website www.idx.co.id. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling, sehingga diperoleh 22 perusahaan sampel untuk 3 tahun pengamatan (2010 - 2012) dengan 66 unit analisis. Metode analisis data yang digunakan adalah metode regresi logistik dengan SPSS 17.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern sedangkan kualitas audit, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

Kata Kunci : Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Opini Audit Going Concern.


(14)

ABSTRACT

THE DETERMINANTS OF GOING CONCERN AUDIT OPINION AT BANKING COMPANIES LISTED ON INDONESIA STOCK EXCHANGE IN

2010 – 2012

The purpose of this research is to show the influence of audit quality, previous audit opinion, firm growth, firm size, and profitability with receive a going concern audit opinion at banking company listed on Indonesia Stock Exchange in 2008 - 2011.

The population of this research are 32 banking company with access the financial statement of auditee and independen audit report on website www.idx.co.id. Sampling method that used in this research is purposive sampling Method and get 22 company sample for 3 year (2010-2012) with 66 analysis units. Analysis data technical that used in this research is logistic regression method with SPSS 17.00.

The results of this research indicate that the previous audit opinion significantly influence to going concern audit report, while the quality audit, company growth, company size, and profitability do not significantly influence to going concern audit report.

Keywords : Audit Quality, Previous Audit Opinion, Firm Growth, Firm Size, Profitability, And Going Concern Audit Opinion.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan pasar modal dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang menjual sahamnya di bursa efek. Hal ini mendorong berkembangnya profesi akuntan publik di Indonesia. Setiap perusahaan tersebut membutuhkan jasa akuntan publik untuk mengaudit laporan keuangannya. Laporan keuangan merupakan sumber informasi utama bagi pihak eksternal dalam pengambilan keputusan di perusahaan. Adapun tujuan dibutuhkannya audit laporan keuangan adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan GAAP (General Accepted Accounting Principles) dengan melakukan pemeriksaan sesuai dengan SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik). Sehingga auditor mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencegah diterbitkannya laporan keuangan yang menyesatkan. Laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit akan lebih dipercayai pemakai laporan keuangan terutama investor dalam pengambilan keputusan.

Keberadaan suatu entitas usaha didirikan tidak hanya untuk memperoleh laba tetapi juga untuk mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya untuk masa yang akan datang. “Walaupun laba menjadi tolok ukur yang penting atas efektivitas dan efisiensi” (Anthony dan Govindarajan, 2008 : 175), namun perolehan laba setiap tahun berjalan tidak menjadi jaminan perusahaan


(16)

mampu beroperasi dalam jangka panjang. Setiap perusahaan berharap dapat menjalankan operasinya dalam waktu yang cukup lama. Going concern perusahaan dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal perusahaan. Faktor eksternal perusahaan dapat berupa perubahan kondisi ekonomi, sosial politik, sumber daya alam, perusahaan pesaing, dan lain-lain, sedangkan faktor internalnya dapat berupa kondisi keuangan perusahaan, sumber daya manusianya, struktur organisasi, teknologi, dan lain-lain.

Kondisi ekonomi yang mempengaruhi going concern seperti terjadinya krisis finansial global pada tahun 2008. Krisis ini memberi dampak buruk pada kondisi perekonomian dunia, khususnya dunia perbankan. Hampir seluruh negara di dunia mengalami keterpurukan ekonomi termasuk Indonesia dan banyak perusahaan yang collapsed tidak bisa melanjutkan operasi usahanya. Krisis yang berasal dari Amerika Serikat ini berawal dari jatuhnya Lehman Brothers, sebuah perusahaan jasa keuangan global di Amerika Serikat (Depkeu, 2008). Krisis ini secara beruntun menyebabkan effect domino terhadap solvabilitas dan likuiditas lembaga-lembaga keuangan di negara Eropa, yang antara lain menyebabkan kebangkrutan ratusan bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun dan asuransi kemudian merambat ke belahan Asia. Demikian juga halnya dengan pasar modal domestik yang mengalami gejolak dan harga saham terjun bebas, yang ditunjukkan dengan penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) secara tajam yakni dari 2830 pada tanggal 9 Januari 2008 menjadi 1155 pada tanggal 20 November 2008 atau menurun lebih dari 50%. Secara individu beberapa perusahaan besar baik di dalam negeri maupun di luar negeri mengalami


(17)

penurunan nilai kapitalisasi pasar yang sangat besar. Di Indonesia, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di mana-mana dan mencapai 10.306 orang (Outlook Bank Indonesia, 2009). Kedua hal ini merupakan indikasi adanya masalah going concern karena menurunnya harga saham di pasar modal (Bursa Efek) akan berdampak ke penurunan sumber dana eksternal perusahaan. Terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) menunjukkan adanya masalah internal perusahaan yaitu ketidakmampuan perusahaan membiayai tenaga kerja mereka. “Hal ini menjadi kekhawatiran bagi para investor maupun pengguna laporan keuangan lainnya, sehingga mereka berharap auditor independen memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan” (Chen dan Church, 1992 dalam Januarti, 2009).

Kondisi tidak sehatnya kinerja keuangan perbankan di Indonesia sangat mungkin sudah terjadi sebelum datangnya masa krisis moneter, namun hal ini tidak terdeteksi secara nyata oleh masyarakat. Jika kita ingat kembali kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan Orde Baru yang memudahkan syarat-syarat pendirian suatu bank. Banyak bank-bank baru yang bermunculan dan mayoritas bank-bank tersebut dimiliki oleh pengusaha bukan bankir. Ketika krisis moneter mengguncang Indonesia, banyak perbankan yang tidak siap menanggung beban akibat tidak sehatnya kinerja keuangan bank. Imbasnya, sejumlah bank yang ada di Indonesia dilikuidasi oleh Pemerintah. Dari sekitar 200-an bank yang ada di Indonesia pada saat itu, terdapat 16 bank yang telah dilikuidasi oleh pemerintah per 1 November 1997, 38 bank yang dibekukan kegiatan kliringnya, serta 10 bank yang juga dibekukan kegiatan operasinya pada Agustus 1998. Jika ditotal terdapat


(18)

sekitar 64 bank yang dlikuidasi atau dibekukan kegiatan operasinya. Jumlah ini sekitar 30% dari 200-an bank yang ada di Indonesia. Kondisi ini tentu sangat memukul perbankan nasional pada waktu tersebut. Berkaca pada peristiwa tersebut maka, kelangsungan hidup suatu bank juga merupakan faktor yang penting untuk bagi kestabilan perekonomian Indonesia saat ini.

Kasus PT. Bank Century pada tahun 2008 merupakan salah satu kasus dimana auditor tidak mampu memprediksi kelangsungan usaha auditee-nya. Bank Indonesia (BI) berhasil menemukan berbagai surat berharga valuta asing milik PT. Bank Century, Tbk. Surat berharga tersebut telah jatuh tempo dan Bank Century kesulitan likuidasi sehingga mengalami gagal bayar dengan jumlah hutang sebesar $ 56 juta. Kondisi seperti ini sudah dialami oleh Bank Century sejak tahun 2006. Namun, laporan auditor Bank Century dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 atas laporan keuangannya dinyatakan wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Dalam laporan auditor tersebut, tidak dinyatakan pertimbangan auditor tentang keraguan atas kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Padahal, selain menilai kewajaran sebuah laporan keuangan, seorang auditor juga wajib mempertimbangkan kelangsungan hidup perusahaan seperti yang dinyatakan dalam SPAP Seksi 341, 2011. Oleh karena itu, investor dan pengguna laporan keuangan lainnya sangat mengandalkan laporan auditor independen.

Kelangsungan hidup sebuah perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan manjemen dalam mengelola perusahaan untuk dapat bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Akan tetapi, “auditor bertanggung jawab untuk


(19)

mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kemampuan hidupnya dalam periode waktu pantas” (IAI 2001: SA Seksi 341 paragraf 02). Hal ini dikarenakan di dalam melaksanakan proses audit, auditor dituntut tidak hanya melihat sebatas pada hal-hal yang ditampakkan dalam laporan keuangan, tetapi juga harus melihat hal-hal lain seperti : masalah eksistensi dan kontinuitas entitas, sebab seluruh aktivitas atau transaksi yang telah terjadi dan yang akan terjadi secara implisit terkandung di dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan dengan hati-hati kemungkinan adanya masalah atas kelangsungan hidup suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu, misalnya kekurangan modal kerja, arus kas negatif, masalah hukum, pemogokan tenaga kerja dan gangguan aktivitas operasi lainnya.

Auditor akan mengalami kesulitan dalam memprediksi kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Kesulitan tersebut disebabkan oleh terjadinya dilema antara moral dan etika dalam memberikan opini audit going concern. Penyebabnya adalah “adanya hipotesis self-fulfilling prophecy yang menyatakan bahwa apabila auditor memberikan opini audit going concern” (Venuti, 2007 dalam Januarti, 2009 : 2), maka perusahaan akan menjadi lebih cepat bangkrut karena banyak investor yang membatalkan investasinya atau kreditor yang menarik dananya dari perusahaan tersebut. Penyebab yang lain adalah “tidak terdapatnya prosedur penetapan status going concern yang terstruktur” (Joanna L.Ho, 1996 dalam Januarti, 2009 :2), sehingga pemberian status going concern terhadap suatu perusahaan bukanlah tugas yang mudah. Meskipun demikian, opini going concern


(20)

harus diungkapkan agar perusahaan mampu bertindak cepat di dalam menyelamatkan usaha yang sempat mengalami masalah.

Penerimaan opini audit going concern perusahaan dapat dipengaruhi oleh faktor non-keuangan dan keuangan perusahaan. Pada penelitian ini, faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern pada perusahaan perbankan diteliti dari kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan profitabilitas.

Penelitian tentang kualitas audit dilakukan oleh Setyarno, dkk (2006) yang diproksikan dengan menggunakan skala auditor KAP big four dan non-big four dan hasil penelitian tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini going concern. KAP besar umumnya memiliki pengalaman audit lebih banyak dan berusaha melakukan audit dengan kemampuan yang optimal untuk menjaga reputasinya. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Januarti (2009) yang diproksi dengan auditor industry specialization dan hasil penelitian berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.

Opini audit going concern tahun sebelumnya ini akan menjadi faktor pertimbangan penting auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya akan cenderung menerima opini audit yang sama untuk tahun berikutnya. Hal ini didukung oleh penelitian Santosa dan Wedari (2007) yang hasilnya opini going concern tahun sebelumnya menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan penelitian Novanda, dkk (2012) hasilnya menunjukkan bahwa opini


(21)

audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.

Pertumbuhan perusahaan dapat mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pertumbuhan perusahaan bank dalam penelitian ini akan diproksikan dengan laba operasi perusahaan. Semakin tinggi laba operasi maka semakin baiklah kondisi perusahaan tersebut dalam melanjutkan keberhasilan usahanya. Penelitian yang dilakukan oleh Setyarno, dkk (2006) yang hasilnya pertumbuhan perusahaan tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diproksi dengan total aset. Total aset adalah jumlah keseluruhan kekayaan atau sumber ekonomi yang dikuasai perusahaan dan digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan. Penelitian dilakukan oleh Santosa & Wedari (2007) yang hasilnya tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan penelitian yang dilakukan Julaeha (2010) ukuran perusahaan perbankan berpengaruh terhadap opini audit going concern.

Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio profitabilitas penelitan ini diproksikan dengan Return On Asset (ROA). Tingkat ROA yang tinggi menunjukkan penggunaan aktiva yang efektif, sehingga kemungkinan menerima opini going concern semakin sedikit. Penelitian tentang rasio profitabilitas yang diproksikan dengan ROA dan IML pada perusahaan perbankan dilakukan oleh Hani, dkk (2003) yang hasilnya menunjukkan pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going


(22)

concern. Sedangkan penelitian Novada, dkk (2012) tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

Hasil penelitian terdahulu diatas memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan dengan variabel yang sama mengenai faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan variabel kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan profitabilitas dengan objek penelitian perusahaan perbankan tahun 2010-2012. Hasil penelitian dilaporkan dalam bentuk skripsi dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini yaitu: Apakah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern?

1.3. Tujuan dan manfaat penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan


(23)

profitabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan perbankan.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti mengenai pengaruh kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan profiabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern.

2. Bagi Akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dan bahan kajian lanjut bagi penelitian yang berkaitan dengan penerimaan opini going concern.

3. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi yang tepat.

4. Bagi Auditor Independen

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan bahan referensi bagi auditor dalam melakukan audit terkhusus pada saat pemberian opini audit terhadap klien ketika melakukan audit yang berhubungan dengan opini going concern.


(24)

5. Bagi Manajemen Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi manajemen perusahaan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang akan diambil untuk keberlangsungan perusahaannya.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Auditing

Berdasarkan Committee on Basic Accounting Concept-a statement of basic auditing concept (1991 : 2), menyatakan pengertian auditing sebagai

Suatu proses sistematis yang secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002 : 9).

Berdasarkan defenisi di atas maka terdapat unsur-unsur penting yang mendasari istilah auditing sebagai berikut:

1. Suatu proses sistematis

Auditing sebagai suatu proses sistemetis adalah berupa rangkaian langkah atau prosedur yang logis, bererangka dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi, dan bertujuan.

2. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif

Tercapainya tujuan auditing ini, diperlukan bukti-bukti dengan mutu dan jumlah yang memadai. Bukti audit diperoleh sebagai informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit disajikan sesuai dengan


(26)

kriteria yang ditetapkan, atau tidak. Bahan bukti audit dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, pengamatan auditor, tanya jawab dengan klien, pelaksanaan ulang (reperformance), dan prosedur analitis. Bukti audit yang telah ditetapkan dievaluasi secara objektif tanpa memihak dan berprasangka, baik kepada klien maupun kepada pihak ketiga ( pemakai hasil audit). Memperoleh dan mengevaluasi bukti dalam proses audit merupakan aktivitas utama auditor dalam pelaksanaan audit.

3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi

Pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan ekonomi merupakan hasil proses akuntansi. Akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan untuk menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Proses akuntansi menghasilkan pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat berupa laporan pusat pertanggungjawaban tertentu dalam perusahaan.

4. Menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan dan kriteria yang telah ditetapkan.

Tujuan auditor melakukan proses audit adalah menentukan apakah pernyataan pihak yang diaudit sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria atau standar yang digunakan untuk menguji informasi dari proses akuntansi dapt berupa; peraturan atau kebijakan yang ditetapkan oleh suatu badan tertentu, anggaran atau ukuran kinerja lainnya yang ditetapkan perusahaan, prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK) yang ditetapkan FASB (Financial


(27)

Accounting Standards Board) serta badan pengatur lainnya. Misalnya seorang auditor yang bekerja di instansi pajak, di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menggunakan kriteria undang-undang, prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, perusahaan swasta, serta instansi pajak yang terkait. Jadi, kriteria yang dipakai dalam suatu audit tergantung kepada tujuan audit yang bersangkutan.

5. Penyampaian hasil kepada pihak yang berkepentingan.

Penyampaian hasil ini dilakukan melalui laporan tertulis dalam bentuk laporan audit yang merupakan penyampaian hasil-hasil temuan kepada para pemakai laporan. Laporan audit menyatakan tingkat kesesuaian antara informasi yang diperiksa dengan kriteria yang ditetapkan. Laporan yang satu dapat berbeda dengan laporan lainnya tetapi pada dasarnya semuanya harus mampu menyampaikan kepada pihak yang berkepentingan yaitu para pemegang saham, manajemen perusahaan, kreditur, calon investor dan kreditur, masyarakat luas dan kantor pemerintah.

2.1.2. Opini Audit

Menurut IAI 2001: SA Seksi 110 paragraf 01 bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah “untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”. Opini audit disampaikan auditor


(28)

dalam paragraf pendapatan dalam bagian laporan audit yang menyatakan kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit yang dilakukan melalui beberapa tahap audit. Laporan audit ini sangat penting karena laporan tersebut menginformasikan kepada pengguna laporan tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperoleh atas temuan audit. Opini audit berkaitan langsung dengan standar auditing yang berlaku umum dan temuan-temuan audit. Auditor diwajibkan untuk menyatakan pendapat tentang laporan keuangan secara keseluruhan, termasuk kesimpulan menyangkut apakah perusahaan dalam menyusun laporan keuangannya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak.

Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan keuangan perusahaan. Tipe pendapat dalam Mulyadi (2002 : 20) tersebut adalah

pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified opinion with explanatory language), pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion) dan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion).

Berdasarkan IAI, 2001: SA seksi 508, kelima pendapat tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian (unqualified opinion)

Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsi akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan standar akuntansi keuangan dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan standar akuntansi keuangan tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil


(29)

usaha suatu organisasi, sesuai dengan standar akuntansi keuangan, jika memenuhi syarat berikut ini:

1. Standar akuntansi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan.

2. Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup jelas.

3. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporam keuangan.

b. Pendapat Wajar tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language).

Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan auditnya. Keadaan yang menjadi penyebab ditambahkannya suatu paragraf penjelas dalam laporan audit baku adalah:

1. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.

2. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI. 3. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor

yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu memadai.

4. Di antara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya.

5. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas laporan keuangan komparatif.

6. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) namun tidak disajikan atau tidak di-review. 7. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berlaku umum. 8. Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI telah dihilangkan, yang

penyajiannya menyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan dewan tersebut dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat menghilangkan keragu-raguan yang besar apakah informasi tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh IAI.

9. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

c. Pendapat wajar dengan Pengecualian (qualified opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,


(30)

posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsi akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Pendapat ini dinyatakan bilamana:

1. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat. 2. Laporan keuangan berisi penyimpanagan dari prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak meyatakan pendapat tidak wajar.

Auditor harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yangd icantumkan sebelum paragraf pendapat .

d. Pendapat tidak Wajar (adverse opinion)

Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsi akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Jika auditor memberikan pendapat tidak wajar maka informasi yang disajikan klien sama sekali tidak dapat dipercaya sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk mengambil keputusan.

e. Pendapat tidak Memberikan Pendapat (disclaimer opinion)

Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat adalah cocok jika auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk memungkinkannya memberikan pendapat atas laporan keuangan.

2.1.3. Going Concern

Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Kelangsungan hidup entitas dianggap sebagi kemampuan perusahaan mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek.


(31)

Going concern dipakai sebagai suatu asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang berlawanan. Menurut IAI, 2001 : SA Seksi 341, paragraf 01, menyatakan bahwa,

Informasi yang secara signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas adalah berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa lainnya.

Auditor harus teliti melihat adanya ketidakpastian dalam perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adapun faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya adalah sebagai berikut (Arens, 2008 : 66):

a. Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan.

b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo.

c. Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi, banjir, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa.

d. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.

2.1.4. Opini audit going concern

Pernyataan Standar Auditing (PSA) 29 paragraf 11 huruf d (IAI, 2001: SA Seksi 508, paraf 11) menyatakan bahwa

kesangsian yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), yang dinyatakan oleh auditor.


(32)

Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Namun “auditor tidak bertanggung jawab memprediksi kondisi yang akan datang bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal laporan audit” (IAI, 2001: SA Seksi 341). Hal ini tidak berarti menunjukkan bahwa kinerja auditor dalam mengaudit tidak memadai. Oleh karena itu tidak dicantumkannya kesangsian going concern dalam laporan auditor tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Menurut IAI, 2001: SA Seksi 341, paraf 06 kondisi dan peristiwa yang menjadi pertimbangan seorang auditor dalam memberikan opini going concern, namun pertimbangan auditor tidak terbatas pada kondisi dan peristiwa tersebut, sebagai berikut:

a. Trend negatif, contohnya kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiaan usaha, rasio keuangan penting yang jelek.

b. Petunjuk lain tentang kesulitan keuangan, contohnya kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terrhadap pengajuan permintaan kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pembelanjaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.

c. Masalah intern, contoh pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomi, kebutuhan untuk secara signifikian memperbaiki operasi.


(33)

d. Masalah luar yang telah terjadi, contoh pengajuan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang yang mengancam keberadaan perusahaan, kehilangan franchise, lisensi atau paten yang penting, kehilangan pelanggan atau pemesok utama, serta kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.

Panduan bagi seorang auditor untuk mempertimbangkan pernyataan pendapat atau pernyataan tidak memberikan pendapat dalam hal auditor menghadapai masalah kesangsian atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dapat dilihat dalam gambar 2.1.


(34)

Tidak

Ya

Ya Tidak

Ya Tidak Tidak Ya Tidak Ya Gambar 2.1

Pedoman pernyataan pendapat Going concern (sumber: IAI, 2001: SA Seksi 341. Lampiran Apakah ada kondisi

dan/atau peristiwa yang berdampak

terhadap kelangsungan hidup

entitas?

SA Seksi 508 [PSA No. 29}

Apakah auditor sangsi atas kelangsungan hidup entitas? Apakah ada rencana manajemen? Tidak memberikan pendapat Apakah rencana manajemen dapat dilaksanakan? Apakah cukup pengungkapan? Tidak memberikan pendapat Pendapat wajar tanpa pengecualian

Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas. Berkaitan dengan kelangsungan hidup entitas

atau penekanan atas suatu hal (emphasis of a matter)

Pendapat wajar dengan pengecualian atau

pendapat tidak wajar


(35)

2.1.5. Akuntansi Perbankan 2.1.5.1. Pengertian bank

Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998, pasal 1, “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Berdasarkan definisi tersebut, bank memiliki tiga fungsi utama secara umum yaitu:

a. Menghimpun dana dari masayarakat.

Bank menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Bank akan membayar sejumlah tertentu atas penghimpunan dana masyarakat yang besarnya tergantung jenis simpanannya. Penghimpunan dana dalam bentuk simpanan merupakan sumber dana bank yang terbesar. Dalam perkembangannya penghimpunan dana tidak hanya dengan simpanan seperti menawarkan produk giro, tabungan dan deposito, akan tetapi produk penghimpun dana lainnya, seperti surat berharga, pasar uang antarbank dan obligasi. Masyarakat dapat menempatkan dan menarik dananya kapanpun, sesuai dengan jenis simpanan yang dimilikinya.

b. Menyalurkan dana kepada masyarakat

Penyaluran dana yang dilakukan bank sebagian besar dalam bentuk kredit/pinjaman. Atas kredit/pinjaman yang diberikan, bank akan memperoleh balas jasa berupa bunga. Dalam perkembangannya , bank dapat menyalurkan dananya dengan membeli sertifikat Bank Indonesia, menyalurkan dana melalui pasar uang antarbank, surat-surat berharga, obligasi, dan lain-lain.


(36)

Bank menyalurkan dananya dalam aktiva produktif yaitu aktiva yang dapat menghasilkan keuntungan.

c. Memberikan pelayanan dalam bentuk jasa-jasa perbankan

Pelayanan jasa bank merupakan aktivitas pendukung, yang dapat berupa jasa bank dalam negeri dan jasa bank luar negeri. Jasa bank dalam negeri terkait dengan transaksi antarbank dalam negeri, seperti jasa transfer, pemindahbukuan, kliring, save deposit box, surat-surat berharga, dan lain-lain.jas bank luar negeri terkait dengan transaksi dengan bank asing di luar negeri, seperti letter of credit, travellers check,swif, negosiasi wesel expor, dan lain-lain. Imbalan atas pelayanan jasa perbankan merupakan pendapatan fee dan komisi.

2.1.5.2. Akuntansi bank

Menurut Affif, dkk. (1996 : 195), “Akuntansi perbankan dapat didefenisikan seni yang secara sistematis mencatat, menyajikan dan menafsirkan transaksi-transaksi keuangan seperti menerima setoran, memberikan kredit, memindahkan dana-dana dan jasa lainnya yang berlaku dalam bisnis bank". Hasil dari transaksi akuntansi bank berupa laporan keuangan bank.

Laporan keuangan bank bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan, dan bertujuan juga untuk pengembilan keputusan. “Laporan keuangan lengkap terdiri dari: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan” (PAPI : 2008 : 1).


(37)

2.1.5.3. Audit Perbankan

Banyaknya masalah-masalah yang dihadapi sebagian besar bank, maka tuntutan untuk melaksanakan kegiatan audit adalah suatu keharusan. Audit pada perusahaan perbankan berguna untuk membantu bank menekan resiko yang dihadapinya. Adapun resiko yang dihadapi bank meliputi:

a. Resiko Ekstern

Resiko yang disebabkan adanya perubahan dalam keadaan ekonomi baik karena adanya perubahan dalam negeri, termasuk kebijakan pemerintah atau sebagai akibat adanya pengaruh perekonomian internasional.

b. Resiko Intern

Resiko yang disebabkan adanya misjudgement, penyelewengan-penyelewengan, pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku, dan praktik perbankan yang tidak sehat.

c. Resiko Kredit

Menurut Tawaf (1999 : 11), penyebab timbulnya resiko kredit pada bank, antara lain disebabkan oleh:

• Prosedur pemberian kredit yang tidak sehat.

• Perubahan keadaan ekonomi pada umumnya atau pada sektor industri tertentu.

• Konsentrasi pemberian kredit kepada debitur, grup debitur atau sektor ekonomi tertentu.

• Penurunan kemampuan usaha debitur. d. Resiko Likuiditas

Bank menghadapi resiko likuiditas apabila bank terlalu besar memberikan kredit yang dibiayai dengan pinjaman jangka pendek atau penyebaran kredit yang tidak merata. Apabila bank mengalami kekurangan likuiditas, dan auditor


(38)

menemukan bukti bahwa bank menjual aktiva tertentu untuk memenuhi kebutuhan likuiditas tersebut, maka auditor harus mempertimbangkan kewajaran dasar akuntansi aktiva yang akan dijual oleh bank.

e. Resiko Bawaan/Inheren

Resiko ini kemungkinan disebabkan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan atau unsur pelanggaran hukum oleh bank.

Sehubungan dengan berbagai resiko yang dihadapi oleh bank, maka menurut Tawaf (1999 : 12),

Bank wajib memelihara modal yang cukup, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan tersebut memperkuat perlunya struktur pengendalian intern yang dapat memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) atas kewajaran pemupukan modal dan penggungkapan tentang modal yang diwajibkan.

Dalam pelaksanaan operasi perbankan yang tidak pernah lepas dari berbagai resiko, maka fungsi audit perbankan sangat penting karena fungsi audit perbankan tersebut adalah untuk membantu semua tingkatan manajemen yang ada pada bank dalam mengamankan kegiatan operasional bank yang melibatkan dana masyarakat yang luas. Dalam struktur bank, terlihat bahwa modal yang disetor oleh pemilik bank tidak sebanding dengan dana yang ditanamkan masyarakat pada bank tersebut. Dari sisi ini, tampak bahwa peran dan pengamanan dana masyarakat merupakan prioritas utama terhadap pemeriksaan bank oleh auditor.

2.1.6. Kualitas Audit

Audit yang berkualitas adalah audit yang dilaksanakan oleh auditor yang kompeten dan orang yang independen. Auditor yang kompeten adalah auditor


(39)

yang memiliki kemampuan teknologi, memahami dan melaksanakan prosedur audit yang benar, memahami dan menggunakan metode penyampelan yang benar, dll. Sebaliknya auditor yang independen adalah auditor yang jika menemukan pelanggaran, akan secara independen melaporkan pelanggaran tersebut. “Probabilitas auditor akan melaporkan adanya pelanggaran atau independensi auditor tergantung pada tingkat kompetensi mereka” (Novanda, dkk, 2012).

Seorang auditor bertanggung jawab menyediakan informasi yang berkualitas tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan. “Auditor yang mempunyai kualitas audit yang baik lebih cenderung mengeluarkan opini audit going concern apabila klien tidak mempunyai masalah mengenai kelangsungan hidup perusahaannya” (Arga dan Linda, 2007).

Penelitian De Angelo (1981) dalam Setyarno (2006) menyatakan bahwa “auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dari pada auditor skala kecil”. Auditor skala besar juga lebih cenderung mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses peradilan. Argumen tersebut berarti bahwa auditor skala besar memiliki kemungkinan atau dorongan yang lebih untuk melaporkan masalah going concern kliennya. Hal ini menunjukkanbahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil.

Kualitas audit diproksikan dengan kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan The big four dan tidak berafiliasi dengan The big four (non big four).


(40)

Ukuran kantor akuntan publik big four didasarkan pada tingkat pendapatan yang paling tinggi diperoleh selama melakukan tugas audit dan jasa lainnya. Umumnya KAP The big four memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non-big four. Hal ini disebabkan oleh tiga hal yaitu:

a. KAP The big four umumnya memiliki reputasi yang lebih baik dibanding dengan KAP non-big four.

b. KAP The big four memiliki sumber daya manusia yang banyak sehingga mampu memperoleh tenaga kerja yang lebih terampil dan kompeten.

c. KAP The big four juga lebih cenderung mengungkapkan apa yang ada karena siap menghadapi resiko proses pengadilan.

2.1.7. Opini Audit Tahun Sebelumnya

Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian. Opini audit tahun sebelumnya ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu auditee dengan opini audit going concern/ going concern audit opinion (GCAO) dan tanpa opini going concern/ non going concern audit opinion (NGCAO).

Mutchler (1984) dalam Eko, dkk (2006 : 9) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa “perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan”. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan


(41)

auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going cocern pada tahun berikutnya.

2.1.8. Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio laba operasi. Rasio laba operasi perusahaan ini mengukur seberapa baik aspek pemasaran dan bagaimana efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio laba operasi perbankan ini, akan semakin kecil kemungkinan auditor menerbitkan opini audit going concern.

2.1.9. Ukuran perusahaan

Pada penelitian ini ukuran perusahaan diproksikan dengan total nilai aktiva. Total nilai aktiva terdiri dari jumlah current asset, fixed asset, intangible asset dan investment.

Perusahaan besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lenih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil. Public demand akan informasi yang tinggi terhadap perusahaan memungkinkan tumbuhnya kepercayaan akan produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Kepercayaan tersebut dapat meningkatkan tingkat keberhasilan usaha perusahaan tersebut. Mutchler (1985) dalam Arga (2007:146) menyatakan bahwa “auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahan kecil karena auditor mempercayai bahwa perusahaan-perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangannya dari pada perusahaan kecil”.


(42)

2.1.10.Profitabilitas

“Profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan” (Kasmir, 2008 : 196). Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba bersih dengan aktiva atau modal yang digunakan untuk menghasilkan laba. Tujuan dari analisa profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Analisa ini juga untuk mengetahui hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada pada neraca bank yang bersangkutan guna mendapatkan berbagai indikasi yang berguna untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan. Dalam penelitian ini prifitabilitas diproksikan dengan Return on Assets (ROA).

Menurut Sofyan (2008: 305), “Return on Asset (ROA) adalah rasio yang diperoleh dengan membagi Laba/ Rugi bersih dengan Total Asset”. Ratio ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba dan manajerial efisiensi secara keseluruhan. Semakin tinggi nilai ROA semakin efektif pula pengelolaan aktiva perusahaan.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merujuk pada penelitian terdahulu dalam tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti

(Tahun)

Judul Analisis Penelitian

Variabel Hasil

1 Hani dkk (2003)

Going

Concern dan Opini Audit: Suatu Studi

Regresi logistik

Independen:

• Quick ratio

• Banking ratio

Quick ratio, return on assets, dan interes margin


(43)

Pada Perusahaan Perbankan di BEJ

• Return on asset

• Interest

margin of loans

• Capital ratio

• Capital adequacy ratio Dependen: Opini audit going concern of loans berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern sedangkan banking ratio, capital ratio, dan capital adequacy ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. 2 Setyarno,

dkk (2006) Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern. Regresi logisik Independen: •Kualitas audit •Kondisi keuangan perusahaan

•Opini audit tahun sebelumnya •Pertumbuhan perusahaan Dependen: Opini audit going concern Kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going concern sedangkan kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.

3 Santosa dan Wedari (2007) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan opini audit Regresi logisik Independen: •Kualitas audit •Kondisi keuangan perusahaan Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap


(44)

going concern •Opini audit tahun sebelumnya •Pertumbuhan perusahaan •Ukuran perusahaan Dependen: Penerimaan opini audit going concern penerimaan opini audit going concern sedangkan kualitas audit, kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. 4 Singh

(2008) Pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas, dan Solvabilitas Bank Terhadap Opini Audit pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Regresi logistik Independen:

Quick ratio

Banking ratio

Return on asset Interest margin of loans Capital adequacy ratio Dependen: Opini audit Quick ratio, banking ratio, dan capital adequancy ratio berpengaruh signifikan terhadap opini audit sedangkan return on assets dan interest margin of loans tidak berpengaruh signifikan

terhadap opini audit.

5 Januarti (2009) Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Regresi logistik Independen: •Kondisi keuangan

•Debt default

•Ukuran perusahaan

•Opini audit tahun sebelumnya • Debt default, ukuran perusahaan, kondisi keuangan, audit client tenure, kualitas audit dan opini tahun


(45)

Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI) •Auditor client tenure •Kualitas audit •Opinion shopping •Kepemilikan manajerial dan institusional. Dependen: Opini audit going concern berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern sedangkan audit lag, opinion

shopping, dan kepemilikan manajerial tidak

berpengaruh signifikan 6 Julaeha

(2010) Analisis Pertumbuhan Kredit, Ukuran Perusahaan, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Going Concern pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Regresi logistik Independen: •Pertumbuhan kredit •Ukuran perusahaan •Pertumbuhan perusahaan. Dependen: Opini audit going concern Pertumbuhan kredit, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.

7 Novanda, dkk (2012) Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Profitabilitas, Kualitas Audit, dan Opini Audit Sebelumnya pada Perusahaan Regresi logistik Independen: •Model prediksi kebangkrutn •Profitabilitas •Kualitas audit

•Opini audit tahun sebelumnya Dependen: Opini audit going concern Model prediksi kebangkrutan dengan menggunakan Altman Model berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern sedangkan model prediksi kebangkrutan dengan menggunakan


(46)

Perbankan yang Listing di Bursa Efek Indonesia

Springate Model, Zmije wski Model, dan

Revised Alt man Model, ROA, kualitas audit, dan opini audit

sebelumnya tidak

berpengaruh terhadap penerimaan

opini audit going concern. Sumber: Data Diolah Penelitian

2.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis. Berdasarkan uraian teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka variabel independen penelitian ini adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan profitabilitas dalam melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Hubungan antara faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern dapat digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut:


(47)

H1

H2

H3

H4

H5

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dan tidak dapat mengetahui pengaruhnya secara simultan karena hasil pengujian dengan metode regresi logistik hanya ada pengujian secara parsial.

Pemilihan auditor independen dengan kualitas audit tinggi dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga investor dan pemakai laporan keuangan lainnya memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor independen dengan kualitas audit tinggi akan cenderung melakukan prosedur audit yang lengkap dalam rangka pengumpulan bukti audit sehingga status going concern perusahaan dapat diterapkan. Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit

Kualitas audit (X 1) Opini audit tahun

sebelumnya (X 2) Pertumbuhan

perusahaan (X 3)

Ukuran perusahaan (X 4) Profitabilitas

(X 5)

Opini audit going concern


(48)

yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian. Apabila pada tahun sebelumnya Perusahaan menerima opini audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan tetap menerima opini audit going concern.

Laba operasi perusahaan yang meningkat dari tahun ketahun dapat mengindikasikan kinerja perusahaan yang baik dalam penggunaan sumberdaya yang dimilikinya. Hal ini akan memungkinkan semakin kecilnya auditor menerbitkan opini audit going concern. Ukuran perusahaan diproksikan dengan total nilai aktiva perusahaan tersebut. Mc.Keown, et. al. (1991) menyatakan bahwa “perusahaan besar memiliki sedikit kemungkinan untuk gagal dalam melangsungkan usahanya”. Profitabilitas bank yang diproksikan dengan Return on Assets menunjukkan kemampuan bank untuk mengelola entitasnya secara efisien sehingga mampu memberikan laba kepada bank. Semakin tinggi profitabilitas maka semakin rendah kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern dan sebaliknya.

2.4. Hipotesis Penelitian

Menurut Erlina (2011 : 41), hipotesis adalah “proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Proporsi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Berdasarkan


(49)

kerangka koseptual yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis sementara sebagai berikut :

H1 : Kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern.

H2 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini

audit going concern.

H3 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

going concern.

H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern.

H5 : Profitabilitas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asosiatif kausal. Menurut Umar (2009 : 35) “penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”. Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan profitabilitas. Variabel dependennya adalah opini audit going concern.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan demikian, peneliti menggunakan data-data yang telah disediakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan mengambil data dari website Indonesia Stock Exchange (IDX), www.idx.co.id yaitu berupa laporan keuangan perusahaan yang akan diteliti. Penelitian ini mengambil data periode tahun 2010 - 2012, tetapi juga menggunakan data tahun 2009 tentang opini audit untuk variabel data opini audit tahun sebelumnya. Adapun jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut:


(51)

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Tahap

Penelitian Jan. Feb. Mar. Apr. Mei. Jun. Jul.

Pengajuan

Judul Penyetujuan

Proposal Penyelesaian

Proposal Bimbingan

Skripsi Penulisan

Skripsi Penyelesaian

Skripsi Sumber: hasil olahan peneliti

3.3. Batasan Operasional

Pembatasan operasional diperlukan agar pokok masalah yang diteliti tidak melebar dari rumusan masalah yang ditentukan. Disamping itu, adanya keterbatasan penulis dalam waktu, pengetahuan, dan tenaga. Peneliti dalam hal ini membatasi penelitian sebagai berikut :

1. Periode penelitian dibatasi pada tahun 2010 – 2012, namun digunakan data tahun 2009 untuk data opini audit tahun sebelumnya.

2. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan profitabilitas.

3. Rasio profitabilitas yang digunakan hanya Return On Asset (ROA), karena peneliti hanya ingin mengetahui sejauh mana perusahaan mampu melangsungkan usahanya dengan menggunakan asset yang dimiliki.


(52)

3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).

3.4.1. Variabel Independen

“Variabel independen ialah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen, atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel dependen dan mempunyai hubungan yang positif maupun yang negatif bagi variabel dependen lainnya” (Erlina, 2011 : 37). Yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA).

a. Kualias audit

“Audit yang berkualitas dilaksanakan oleh orang yang kompeten dan orang yang independen” (Novanda, dkk : 2012). Kualitas audit merupakan probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam sistem akuntansi

klien. Kualitas audit diproksikan dengan menggunakan ukuran KAP. Ukuran KAP ini dibedakan menjadi dua yaitu untuk KAP yang berafiliasi dengan The big four dan KAP yang tidak berafiliasi dengan The big four. Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy dimana angka 1 diberikan jika auditor yang mengaudit perusahaan merupakan auditor dari KAP The big-four dan 0 jika perusahaan diaudit oleh KAP non The big-four.


(53)

Adapun KAP yang berafiliasi dengan the big four di Indonesia yaitu:

1. KAP Price Waterhouse Coopers (PWC), bekerjasama dengan KAP Drs. Hadi Sutanto & Rekan, Haryanto Sahari & Rekan.

2. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP Sidharta-Sidharta & Widjaja.

3. KAP Ernest & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko, & Sanjadja.

4. KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Hans Tuanakotta & Mustofa, Osman Ramli Satrio &Rekan.

b. Opini audit tahun sebelumnya

Opini audit tahun sebelumnya merupakan opini audit yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian. Opini audit tahun sebelumnya dalam penelitian ini diambil dari opini audit tahun 2009, 2010, dan 2011. Variabel ini diukur dengan variabel dummy, dimana opini audit going concern (GCAO) diberi kode 1, sedangkan opini audit non going concern (NGCAO) diberi kode 0.

c. Pertumbuhan perusahaan

“Pertumbuhan perusahaan menunjukkan seberapa baik perusahaan mempertahankan posisi ekonominya dalam ekonomi secara keseluruhan” (Weston dan Copeland, 1992 dalam Setyarno: 2006). Rasio laba operasi digunakan mengukur kemampuan perusahaan dalam pertumbuhan tingkat laba operasi.

Pertumbuhan laba operasi = ��������� ������ �−��������� ������ �−1 ��������� ������ �−1


(54)

Data rasio pertumbuhan ini diperoleh berdasarkan laporan laba/rugi masing-masing perusahaan.

d. Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan jumlah aktiva yang dimiliki oleh perusahaan pada periode tertentu. Ukuran perusahaan digunakan untuk mengukur seberapa besar atau kecilnya perusahaan. Variabel ini diukur dengan menggunakan natural logaritma dari total aktiva ( Ln Aktiva). Diukur dengan memakai logaritma agar data aktiva sama besarnya dengan data variabel yang lain.

e. Return on Assets (ROA)

Rasio return on assets digunakan untuk menggambarkan kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh laba dan manajerial efisiensi secara keseluruhan. Rasio ini dapat diukur dengan membagi laba/ rugi bersih dengan total aktiva. Hasil

perhitungan ROA disajikan dalam skala rasio.

Return on Assets = ��� ������ ����� ������

3.4.2. Variabel Dependen

Variabel Dependen (terikat) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel bebas. Variabel dependen penelitian ini adalah opini audit going concern. Opini audit going concern adalah opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Opini


(55)

yang termasuk dalam opini audit going concern ini adalah opini audit wajar tanpa pengecualian dengan pernyataan going concern (going concern unqualified opinion) dan going concern disclaimer opinion. Opini audit going concern dalam penelitian ini diukur dengan variabel dummy. Dimana kategori 1 untuk auditee yang menerima opini audit going concern (GCAO) dan kategori 0 untuk auditee yang menerima opini audit non going concern (NGCAO).

Tabel 3.2

Definisi Operasional dan skala Pengukuran Variabel Variabel Variabel

Penelitian

Definisi Operasional

Pengukuran Skala

Independen Kualitas audit Probabilitas seorang auditor dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan dalam sistem akuntansi Auditee.

1, jika opini Audit going Concern dan 0, jika opini Audit non Going Concern Nominal Opini audit tahun sebelumnya Opini audit yang diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian.

1, jika opini Audit going Concern dan 0, jika opini Audit non Going Concern Nominal Pertumbuhan perusahaan. Untuk mengukur kemampuan pertumbuhan perusahaan dengan tingkat laba operasi.

��.���� − ��.���� −1

��.���� −1

Ratio Ukuran perusahaan Untuk mengukur Seberapa besar atau

Logaritma nartural (Ln) Atas total aktiva


(56)

Kecilnya perusahaan Sampel. Return on Asset Rasio yang membagi Laba bersih dengan Total aktiva. ��������� ����������� Rasio

Dependen Opini Audit Going Concern Opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk mengevaluasi apakah ada kesangsian tentang kemampuan perusahaan untuk mempertahanka n kelangsungan hidupnya.

1, jika opini Audit going Concern dan 0, jika opini Audit non Going Concern

Nominal

Sumber: Hasil diolah peneliti

3.5. Populasi Dan Sampel Penelitian

Menurut Erlina (2011 : 80), ”populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang, kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu, yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bergerak dalam bidang perbankan pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 yaitu berjumlah 32 perusahaan.

Menurut Erlina (2011:81) “Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Hasil penelitian yang menggunakan sampel, maka kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi”. Metode


(57)

penentuan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling. Metode Purposive sampling adalah dengan mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian atau dipilih berdasarkan kriteria. Dalam purposive sampling, pemilihan kelompok subyek didasarkan pada ciri atau sifat yang dipandang memiliki hubungan yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan metode purposive sampling ini diharapkan dapat mewakili populasinya dan tidak menimbulkan bias bagi tujuan penelitian. Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode pengamatan tahun 2010 - 2012 dan sudah terdaftar sebelum 1 Januari 2010.

2. Perusahaan tersebut tidak delisting dari BEI selama periode 2010 – 2012. 3. Perusahaan tersebut menerbitkan dan melaporkan laporan keuangan tahunan

yang telah diaudit oleh auditor independen selama periode penelitian dan mencantumkan data yang diperlukan secara lengkap dari variabel yang diteliti. Setelah dilakukan teknik purposive sampling, maka perusahaan yang lolos uji ini seperti pada tabel :


(58)

Tabel 3.3 Sampel Penelitian

No Kode

Perusahaan Nama Perusahaan

1 AGRO Bank Agroniaga Tbk 2 BBKP Bank Bukopin Tbk.

3 BBNI Bank Negara Indonesia Tbk. 4 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 5 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 6 BCIC Bank Mutiara Tbk.

7 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk. 8 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk. 9 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 10 BNBA Bank Bumi Artha Tbk. 11 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk.

12 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk. 13 BNLI Bank Permata Tbk.

14 BSWD Bank Swadesi Tbk.

15 BVIC Bank Victoria International Tbk. 16 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk. 17 MAYA Bank Mayapada Tbk.

18 MCOR Bank Windu Kentjana Int'l Tbk. 19 MEGA Bank Mega Tbk.

20 NISP Bank NISP OCBC Tbk. 21 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk.

22 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk. Sumber: hasil olahan peneliti

3.6. Jenis Data

Peneliti menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. menurut Erlina (2011: 31) “data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, dimana data itu telah dikumpulkan oleh pihak yang sebelumnya dan sumber data sekunder misalnya buku, laporan perusahaan, jurnal, internet, dan sebagainya.

Data yang diperoleh adalah kombinasi data time series dan cross section atau pooled data. Data time series adalah data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dari beberapa interval waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan,


(59)

bulanan, atau tahunan, sedangkan cross section merupakan sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu (Umar, 2009). Data penelitian ini, juga mencakup data yang berbentuk rasio untuk variabel independen yang diamati, serta berbentuk nominal untuk data variabel dependen. Jenis data yang digunakan berupa:

1. Laporan audit independen dari setiap perusahaan perbankan yang merupakan sampel penelitian.

2. Laporan keuangan tahunan dari setiap perusahaan perbankan yang diteliti. 3. Informasi keuangn lainnya yang berkaitan dengan variabel penelitian.

3.7. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan maupun laporan auditor independen dalam periode pengamatan. Dengan metode dokumentasi, peneliti juga dapat menyelidiki benda-benda tertulis seperti jurnal akuntansi atau buletin akuntansi, buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, juga berupa teori dan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan mengunduh data dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).


(60)

3.8. Teknik Analisis

Data penelitian dianalisis dan diuji dengan beberapa uji satatistik yang terdiri dari analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.

3.8.1. Analisis Statistik Deskriptif

Data yang dikumpulkan dan diolah dalam penelitian akan dianalisis dengan alat statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dan menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian. Peneliti menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari nilai rata-rata, nilai maksimum dan nilai minimum.

Penyajian statistik deskriptif bertujuan untuk medeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini, yaitu untuk memberikan gambaran umum dari tiap variabel penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan, dan profitabilitas.

3.8.2. Analisis Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial digunakan untuk pengujian hipotesis yang diajukan. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis multivariate dengan menggunakan regresi logistik (logistic regretion), yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metric dan non metric (nominal). Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Pengujian dilakukan


(61)

pada tingkat signifikasi (α) 5 persen. Adapun kriteria pengujian hipotesis yaitu: Ha diterima jika α < 5 % dan Ha tidak dapat diterima jika α > 5 %.

“Teknik analisis regresi logistik ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya” (Ghozali, 2006 : 225). Gujarati (2003) menyatakan bahwa “regresi logistik mengabaikan heterocedasity, artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedasity untuk masing-masing variabel independennya”.

Model regresi logistik yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

OAGC = a + b1 ADTR + b2 PRIOD + b3 GROWTH + b4 SIZE + b5 ROA + e

Keterangan:

OAGC = Opini going concern (variabel dummy, 1 jika opini going concern, 0 jika non going concern)

a = Konstanta

b1,b2,b3,b4,b5 = Koefisien regresi dari setiap variabel independen

ADTR = Kualitas audit

PRIOP = Opini audit tahun sebelumnya GROWTH = Pertumbuhan perusahaan SIZE = Ukuran perusahaan ROA = Profitabilitas

e = Erorr (kesalahan residual)


(1)

Lampiran 8

Hasil Pengujian Regresi Logistik

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES OAGC /METHOD=ENTER ADTR PRIOP

GROWTH SIZE ROA /CLASSPLOT /PRINT=GOODFIT CORR ITER(1) CI(95)

/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Logistic Regression

Notes

Output Created 17-Jun-2013 22:37:12

Comments

Input Data C:\Users\acer\Documents\0001.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 66

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing

Syntax LOGISTIC REGRESSION VARIABLES

OAGC

/METHOD=ENTER ADTR PRIOP GROWTH SIZE ROA

/CLASSPLOT

/PRINT=GOODFIT CORR ITER(1) CI(95)

/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Resources Processor Time 0:00:00.032

Elapsed Time 0:00:00.046

[DataSet1] C:\Users\acer\Documents\0001.sav

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 66 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 66 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 66 100.0


(2)

Dependent Variable Encoding Original

Value Internal Value

0 0

1 1

Block 0: Beginning Block

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 39.179 -1.697

2 35.609 -2.301

3 35.415 -2.486

4 35.413 -2.501

5 35.413 -2.501

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 35,413

c. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than ,001.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -2.501 .465 28.916 1 .000 .082

Classification Tablea,b

Observed

Predicted opini audit going concern

Percentage Correct

0 1

Step 0

opini audit going concern 0 61 0 100.0

1 5 0 .0

Overall Percentage 92.4

a. Constant is included in the model. b. The cut value is ,500


(3)

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables ADTR 4.452 1 .035

PRIOP 27.477 1 .000

GROWTH .754 1 .385

SIZE 4.201 1 .040

ROA 9.831 1 .002

Overall Statistics 28.489 5 .000

Block 1: Method = Enter

Iteration Historya,b,c,d

Iteration

-2 Log likelihood

Coefficients

Constant ADTR PRIOP GROWTH SIZE ROA

Step 1 1 28.970 -.729 .056 2.058 .000 -.067 -.022

2 20.489 .533 .169 2.959 -.002 -.202 -.012

3 17.651 3.618 .472 3.652 -.006 -.436 .020

4 16.483 6.807 1.066 4.297 -.016 -.673 .057

5 16.328 8.400 1.365 4.770 -.018 -.803 .074

6 16.319 8.941 1.470 4.933 -.018 -.847 .079

7 16.319 8.984 1.479 4.947 -.019 -.851 .080

8 16.319 8.985 1.479 4.947 -.019 -.851 .080

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 35,413

d. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than ,001.

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 19.094 5 .002

Block 19.094 5 .002

Model 19.094 5 .002

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square


(4)

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 16.319a .251 .605

a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than ,001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 2.002 7 .960

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

opini audit going concern = 0 opini audit going concern = 1

Total

Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 7 6.992 0 .008 7

2 7 6.985 0 .015 7

3 7 6.978 0 .022 7

4 7 6.973 0 .027 7

5 7 6.965 0 .035 7

6 7 6.949 0 .051 7

7 7 6.920 0 .080 7

8 6 6.697 1 .303 7

9 6 5.542 4 4.458 10

Classification Tablea

Observed

Predicted opini audit going concern

Percentage Correct

0 1

Step 1 opini audit going concern 0 59 2 96.7

1 1 4 80.0

Overall Percentage 95.5


(5)

Correlation Matrix

Constant ADTR PRIOP GROWTH SIZE ROA

Step 1 Constant 1.000 .157 .301 .017 -.979 .449

ADTR .157 1.000 .752 -.312 -.323 .094

PRIOP .301 .752 1.000 -.194 -.473 .392

GROWTH .017 -.312 -.194 1.000 .020 -.084

SIZE -.979 -.323 -.473 .020 1.000 -.476

ROA .449 .094 .392 -.084 -.476 1.000

Step number: 1

Observed Groups and Predicted Probabilities

80 +

+

|

|

|

|

F |

|

R 60 +

+

E |

|

Q |

|

U |0

|

E 40 +0

+

N |0

|

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a ADTR 1.479 2.260 .429 1 .513 4.390 .052 367.957

PRIOP 4.947 2.375 4.339 1 .037 140.708 1.340 14777.445

GROWTH -.019 .017 1.132 1 .287 .982 .949 1.016

SIZE -.851 .680 1.566 1 .211 .427 .113 1.619

ROA .080 .176 .204 1 .651 1.083 .767 1.529

Constant 8.985 9.919 .821 1 .365 7979.825 a. Variable(s) entered on step 1: ADTR, PRIOP, GROWTH, SIZE, ROA.


(6)

C |0

|

Y |0

|

20 +0

+

|0

|

|0

|

|00

|

Predicted

---+---+---+---+---+---+---+---+---+---

Prob: 0 ,1 ,2 ,3 ,4 ,5

,6 ,7 ,8 ,9 1

Group:

000000000000000000000000000000000000000000000000001111111111111111

1111111111111111111111111111111111

Predicted Probability is of Membership for 1

The Cut Value is ,50

Symbols: 0 - 0

1 - 1


Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia TAHUN 2010-2014.

1 3 18

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia TAHUN 2010-2014.

3 10 15

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014.

0 3 15

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2012-2014.

0 3 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 3 18

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013.

0 2 15

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pe

0 2 15

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Ta

0 1 20

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 14

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN OPINI AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2012

0 0 12