BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Perdagangan Orang Menurut Konvensi Hak Anak 1989

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

  bumi ini dan merupakan tindakan yang bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, dan telah meluas dalam bentuk jaringan kejahatan yang terorganisasi, baik bersifat antarnegara maupun dalam negeri, sehingga menjadi ancaman terhadap masyarakat, bangsa dan negara, serta norma-norma kehidupan yang

  1 dilandasi penghormatan terhadap hak asasi manusia.

  Di masa lalu, perdagangan anak dan perempuan hanya dipandang sebagai pemindahan secara paksa ke luar negeri untuk tujuan prostitusi. Jumlah konvensi terdahulu mengenai perdagangan hanya memfokuskan aspek ini. Namun seiring dengan perkembangan zaman, perdagangan didefinisikan sebagai pemindahan, khususnya perempuan dan anak dengan atau tanpa persetujuan orang yang bersangkutan di dalam suatu negara atau ke luar negeri untuk semua perburuhan yang eksploitatif, tidak hanya prostitusi.

  Perdagangan orang merupakan salah satu masalah yang perlu penanganan mendesak seluruh komponen bangsa. Hal tersebut perlu, sebab erat terkait dengan citra bangsa Indonesia di mata internasional. Apalagi, data Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menunjukkan bahwa Indonesia berada di urutan ketiga sebagai pemasok perdagangan perempuan dan anak..

1 Lihat alinea menimbang huruf c Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang ( UU-PTPPO).

  Memang disadari bahwa penanganan trafficking tidaklah mudah, karena kasus pengiriman manusia secara ilegal ke luar negeri sudah terjadi sejak bertahun-tahun lamanya tanpa adanya suatu perubahan perbaikan.

  Masalah perdagangan anak atau Trafficking di Indonesia akhir-akhir ini bila diamati menunjukkan adanya peningkatan. Berbagai latar belakang dapat dikaitkan dengan meningkatnya masalah perdagangan anak tersebut, misalnya lemahnya penegakan hukumnya, peran pemerintah dalam penanganannya maupun minimnya informasi tentang trafficking, khususnya di pelosok-pelosok pedesaan. Adapun korban yang paling rentan untuk menjadi korban trafficking adalah perempuan dan anak dari keluarga miskin, anak di pedesaan, anak putus sekolah, dan yang mencari pekerjaan.

  Menurut Rachmat Syafaat, perdagangan perempuan dan anak adalah bentuk imigrasi dengan tekanan yaitu orang yang direkrut, diperdagangkan dan

  2 dipindahkan ke tempat lain secara paksa, ancaman kekerasan atau penipuan.

  PBB dalam Sidang Umum Tahunan 1994 menyetujui adanya suatu resolusi yang menentang adanya perdagangan perempuan dan anak dengan definisi sebagai berikut

  “Pemindahan orang melewati batas nasional dan internasional secara gelap dan melanggar hukum, terutama dari negara berkembang dan dari negara dalam transisi ekonomi, dengan tujuan memaksa perempuan dan anak perempuan masuk ke dalam situasi penindasan dan eksploitasi secara seksual dan ekonomi, sebagaiman juga tindakan ilegal lainnya yang berhubungan dengan perdagangan 2 Rachmat Syafaat, Dagang Manusia- Kajian Trafficking Terhadap Perempuan dan Anak

  di Jawa Timur, Lapper Pustaka Utama, Yogyakarta, 2002, Hal 10 manusia seperti kerja paksa domestik, kawin palsu, pekerja gelap, dan adopsi

  3 palsu demi kepentingan perekrutan, perdagangan dan sindikat kejahatan.

  Perdagangan manusia dengan alasan apapun juga merupakan pelanggaran serius terhadap hak-hak asasi manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa perdagangan anak merupakan suatu jenis perbudakan di era modern. Perdagangan manusia ialah perekrutan, pengiriman, pemindahan, penampungan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman atau penggunaan kekerasan atau bentuk- bentuk lain dari pemaksaan, penculikan, penipuan, kebohongan, atau penyalahgunaan kekuasaan, atau polisi rentan atau memberi atau menerima pembayaran atau memperoleh keuntungan agar dapat memperoleh persetujuan yang berkuasa atau orang lain untuk tujuan eksploitasi.

  Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada tahun 2000 pemerintah Indonesia memutuskan untuk meratifikasi Konvensi ILO No. 182 mengenai Pelanggaran dan Tindakan Segera Untuk Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000. Konvensi ini menyatakan bahwa penjualan dan perdagangan anak sesungguhnya adalah suatu bentuk perbudakan atau praktek serupa perbudakan yang pada hakekatnya sama saja dengan perbudakan itu sendiri. Karena itu penjualan dan perdagangan anak termasuk salah satu bentuk terburuk perburuhan anak.

  Konvensi ILO No. 182 ini amat menekankan pentingnya pelanggaran dan penghapusan bentuk-bentuk terburuk perburuhan anak. Oleh karena itu, negara- 3

  ibid negara yang telah meratifikasi konvensi ini berkewajiban untuk menuangkannya dalam peraturan undang-undangan dan melaksanakannya melalui program- program aksi yang ditujukan untuk memberantas dan mencegah bentuk-bentuk terburuk perburuhan anak.

  Indonesia sebagai negara hukum yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, sehingga sudah seharusnya setiap manusia baik dewasa maupun anak-anak wajib dilindungi dari upaya-upaya mempekerjakannya pada pekerjaan-pekerjaan yang merendahkan harkat dan martabat manusia atau pekerjaan yang tidak manusiawi.

  Oleh karena itu penulis memilih judul dalam skripsi ini, “Perlindungan

  

Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban Perdagangan Orang Menurut

Konvensi Hak Anak 1989

B. Rumusan Masalah

  Bertitik tolak dari uraian-uraian diatas yang telah dikemukakan pada pembahasan terdahulu maka adapun yang menjadi batasan pada permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1.

  Bagaimana pengaturan perlindungan hukum terhadap perdagangan anak secara umum maupun khusus

  2. Bagaimana kerjasama internasional dalam pencegahan perdagangan orang terhadap anak

  3. Bagaimana perlindungan hukum menurut Konvensi Hak Anak bagi anak korban perdagangan orang

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Masalah

  Tujuan khusus penulisan ini adalah untuk memenuhi maka tujuan penulisaan ini adalah untuk ikut berpartisipasi memberikan sedikit kontribusi bagi penegakan nilai-nilai hak asasi manusia dan penegakan norma-norma hukum, serta menegaskan betapa besarnya kesengsaraan dan kerugian yang paling banyak diderita oleh anak-anak korban Trafficking.

  Selain itu, tujuan dan manfaat penulisan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaturan perlindungan hukum terhadap perdagangan anak secara umum maupun khusus.

  2. Untuk mengetahui perlindungan hukum menurut Konvensi Hak Anak bagi anak korban perdagangan orang .

  3. Untuk mengetahui upaya perlindungan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia terhadap anak sebagai korban perlindungan orang D.

   Keaslian Penulisan

  Berdasarkan penelusuran penulisan ini sendiri dengan pengetahuan penulis, bahwa permasalahan ini adanya ketertarikan penulisan terhadap perlindungan hukum perdagangan orang terutama terhadap anak-anak, yang terjadi marak akhir-akhir ini. Skripsi tentang judul ini belum pernah dibuat oleh mahasiswa Fakultas Hukum USU.

E. Tinjauan Kepustakaan

  Untuk menghindarkan keraguan pada bab-bab selanjutnya maka terlebih dahulu akan ditegaskan pengertian judul diatas secara umum.

  Anak adalah setiap orang yang berusia dibawah 18 tahun kecuali undang-

  4 undang menetapkan bahwa kedewasaan dicapai lebih cepat.

  Perdagangan orang adalah suatu perdagangan gelap oleh beberapa orang di lintas nasional dan perbatasan internasional, sebagaian besar berasal dari negara-negara yang berkembang dengan perubahan ekonominya, dengan tujuan akhir memaksa wanita dan anak-anak perempuan bekerja di bidang seksual dan penindasan ekonomis dan dalam keadaan eksploitasi untuk kepentingan agen, penyalur, dan sindikat kejahatan, sebagaimana kegiatan ilegal lainnya yang berhubungan dengan perdagangan seperti pembantu rumah tangga, perkawinan

  5 palsu, pekerjaan gelap dan adopsi.

  Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat

  6 perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

  Judul ini pada prinsipnya akan membahas tentang sampai sejauh mana anak tersebut akan mendapatkan perlindungan yang berdasarkan pada Konvensi Hak Anak Tahun 1989.

  Berdasarkan definisi tentang perdagangan anak tersebut, maka penulisan tersebut hanya menelaah permasalahan yang berhubungan dengan perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban Trafficking. Kemudian judul ini juga akan

4 Joni, Muhammad da Zulchaina Z. Tanamas, Aspek Perlindungan Anak, Bandung : Citra

  Aditya Bakti, 1999 5 6 Resolusi PBB No 49/166 Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, pasal 2 mengetahui sampai sejauh mana perlindungan yang diberikan Konvensi Hak Anak 1989 terhadap anak yang menjadi perdagangan anak.

  F. Metode Penulisan

  Penulisan skripsi ini menggunakan metode hukum secara normatif, karena dalam penelitian yang dilakukan penulisan untuk penulisan skripsi ini, penulis

  7 mendasarkan pada data sekunder yang berasal dari data kepustakaan.

  Bahan pustaka bidang hukum yang digunakan penulis, sesuai dengan bahan-bahan dasar suatu penelitian yang terdiri dari :

  1. Bahan hukum primer berupa konvensi-konvensi, deklarasi-deklarasi, dan instrumen hukum lainnya

  2. Bahan hukum sekunder berupa buku-buku, artikel-artikel ilmiah makalah- makalah seminar dan bahan lain sejenis sepanjang mengenai hal-hal yang dibahas dalam skripsi penulis 3. Bahan hukum tersier/penunjang mencakup bahan-bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer.

  G. Sistematika Penulisan

  Secara keseluruhan penulisan ini terbaagi dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari sub yang akan dikembangkan jika memerlukan yang lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN Berisikan pendahuluan yang merupakan pengantar yang di dalamnya terurai

  mengenai latar belakang judul skripsi, perumusan masalah, kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, yang kemudian diakhiri oleh sistematika penulisan. 7 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

  Singkat, Rajawali, Jakarta , 1994, Hal 29

  

BAB II : PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL TENTANG

TRAFFICKING TERHADAP ANAK Pada bab ini akan dibahas pengertian anak, Hak-hak Anak Menurut Konvensi Hak Anak, Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Trafficking

  terhadap anak serta norma-norma hukum internasional yang mengatur tentang trafficking terhadap anak

  BAB III : KERJASAMA INTERNASIONAL DALAM PENCEGAHAN TRAFFICKING TERHADAP ANAK Pada bab ini akan membahas mengenai Perjanjian Bilateral Tentang Trafficking serta perlindungan perdagangan orang ditinjau menurut ILO No 182

  tahun 1987

  BAB IV : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN TRAFFICKING MENURUT KONVENSI HAK ANAK 1989 Pada bab ini akan dibahas mengenai implementasi Perlindungan Hukum Terhadap anak sebagai korban Trafficking. Implementasi tersebut dikaitkan

  dengan peranan dan upaya pemerintah dalam menangani korban-korban Trafficking.

  BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan

  penulis dari pembahasan terhadap pokok permasalahan serta saran-saran penulis atas bagaimana sebaiknya langkah-langkah yang diambil di dalam mengatasi permasalahan tersebut.