BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Serapan Cairan dan Kelarutan Elemen-elemen Bahan Restorasi Resin Komposit Mikrohibrid dan Nanohibrid Setelah Direndam di Dalam Saliva Buatan (In Vitro)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Seiring dengan meningkatnya kebutuhan pasien terhadap restorasi estetis, tidak hanya pada gigi anterior tetapi juga gigi posterior, pemakaian resin komposit warna gigi, bahan ini juga memiliki ketahanan untuk dapat dipakai dalam jangka waktu lama. Resin komposit juga digunakan sebagai bahan restorasi indirek dan

  

facing logam pada post dan core setelah perawatan endodontik (Powers, 2006; Van

Noort, 2008; Gladwin, 2009).

  Resin komposit terdiri atas tiga bahan utama yaitu matriks resin, bahan pengisi (filler) dan bahan pengikat (coupling agent). Matriks resin komposit berupa monomer bisphenol-A-glicidyl methacrylate (bis-GMA), urethanedimethacrylate (UDMA) dan triethylene glycol dimethacrylate acid (TEGDMA). Bahan pengisi yang ditambahkan berupa silika atau quartz. Matriks resin dan bahan pengisi disatukan oleh organosilane sebagai coupling agent. Selain tiga bahan utama, terdapat lagi bahan lain seperti inisiator atau akselerator, inhibitor, UV absorber, dan bahan pigmen. Resin komposit diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel filler yaitu tradisional dengan ukuran partikel 8-12 µm, microfiller dengan ukuran 0,04-0,4 µm, hibrid berukuran 0,4-1,0 µm dan mikrohibrid dengan ukuran partikel 0,5-3 µm. Perkembangan nano teknologi dalam bidang material kedokteran gigi telah mengembangkan resin komposit dengan nanopartikel berukuran mendekati 25 nm dan nanoaggregates mendekati 75 nm yang terbuat dari zirkonium atau silika (O’Brien, 2002; Garcia, 2006; Powers, 2006; Anusavice, 2008; Powers, 2008; Van Noort, 2008; Gladwin, 2009; Sakaguchi, 2012).

  Pemakaian bahan restorasi resin komposit di dalam mulut akan selalu terpapar dengan saliva yang berfungsi sebagai buffering, pencernaan, lubrikasi, perlindungan 1988; Van Nieuw 1991). Resin komposit dapat menyerap air dan mengalami kelarutan apabila berkontak dengan cairan. Hal ini disebabkan karena resin komposit memiliki sifat higroskopis dan hidrolitik apabila terpapar dengan suatu cairan (Powers, 2006; Van Noort, 2008; Gladwin, 2009; Sakaguchi, 2012).

  Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengungkapkan penyerapan air yang terjadi pada resin komposit. Nayif dkk. (2005) memperoleh adanya penyerapan air pada bahan restorasi resin komposit setelah direndam di dalam air selama lebih dari 180 hari. Mereka menyatakan bahwa jumlah air yang dapat diserap dipengaruhi oleh kandungan filler di dalam matriks resin dan waktu perendaman. Lagouvardos dkk. (2003) mendapatkan penyerapan cairan yang maksimal dengan level 80% pada resin komposit mikrohibrid dan hibrid dicapai setelah 56 jam sedangkan semen ionomer kaca modifikasi resin dicapai setelah 190 jam. Kandungan air pada resin komposit hibrid 2,03%, resin komposit mikrohibrid 1,01% dan semen ionomer kaca modifikasi resin 1,45%.

  Sifat higroskopis dan hidrolitik pada resin komposit dapat mempengaruhi sifat fisis dan mekanis yang dapat memperpendek masa pakai bahan di dalam mulut (O’Brien, 2002; Ferracane, 2006; Anusavice, 2008; Powers, 2008; Van Noort, 2008; Gladwin, 2009; Sakaguchi, 2012). Penyerapan air pada resin komposit dapat menimbulkan penggembungan (swelling) yang dapat mempengaruhi dimensi restorasi. Swelling akan menimbulkan ekspansi yang akan menghasilkan stress kemungkinan akan menyebabkan terlepasnya restorasi dari kavitas. Selain swelling, penyerapan air juga menimbulkan efek pelunakan (plasticization) pada resin komposit. Efek awal yang ditimbulkan adalah kekerasan permukaan dan keausan permukaan resin komposit (Ferracane, 2010). Yanikoglu dkk. (2009) mendapatkan adanya perubahan kekerasan permukaan pada resin komposit yang direndam pada beberapa larutan.

  Penyerapan air oleh resin komposit akan diikuti dengan kelarutan elemen- elemen yang terkandung di dalam resin komposit (Powers, 2006; Anusavice, 2007; Sakaguchi, 2012). Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai kelarutan elemen-elemen resin komposit yang disimpan di dalam air, saliva buatan dan alkohol antara lain adalah Michelsen dkk. (2003) pada penelitiannya memperoleh 32 jenis molekul yang terlepas dari resin komposit akibat perendaman resin komposit di dalam beberapa larutan. Monomer triethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA) merupakan komponen terlarut paling banyak. Topaloglu dkk. (2010) mengemukakan adanya pelepasan Bis-GMA dan TEGDMA pada perendaman resin komposit di dalam etanol setelah 1, 3 dan 7 hari.

  Material kedokteran gigi dapat memberikan efek buruk terhadap kesehatan jaringan tubuh berupa toksisitas sistemik, reaksi lokal, dan reaksi alergi. Kelarutan elemen-elemen resin komposit berupa monomer sisa, asam metakrilat, formaldehid dan senyawa metakrilat lainnya yang terlepas dari resin komposit merupakan bahan (2008) monomer resin dapat menimbulkan kematian sel, genotoksisitas dan penundaan siklus sel.

  Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai penyerapan cairan pada bahan restorasi resin komposit mengenai jumlah cairan yang diserap, kedalaman penyerapan, kecepatan penyerapan dan kelarutan elemen resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6 dan 8 jam. Dasar penetapan waktu perendaman adalah untuk mengetahui waktu awal terjadinya penyerapan cairan dan kelarutan yang terjadi pada bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid serta besar penyerapan cairan dan kelarutan elemen yang terjadi pada awal kontak resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid dengan cairan.

1.2 Permasalahan

  Bahan restorasi resin komposit terdiri atas jaringan polimer yang memiliki sifat higroskopik dan hidrolitik apabila terpapar pada lingkungan yang mengandung air. Sifat ini tergantung dari sifat kimiawi dan struktur bahan tersebut. Sifat higroskopik pada bahan restorasi resin komposit adalah kemampuan bahan untuk menarik atau menyerap cairan dari lingkungan sekitarnya. Kemampuan menyerap cairan ini disebabkan matriks resin komposit yang bersifat hidrofilik. Ukuran partikel bahan pengisi yang terkandung di dalam resin komposit juga menentukan jumlah air yang dapat diserap oleh resin komposit. Penyerapan cairan merupakan proses yang resin komposit akibat dari sifat hidrolitik. Kedua sifat ini dapat mempengaruhi sifat fisis dan mekanis sehingga akan memperpendek masa pakai bahan tersebut. Selain itu, hal ini juga berkaitan dengan pelepasan elemen-elemen dan hasil degradasi bahan ini ke rongga mulut pada jangka waktu yang lama. Pelepasan elemen-elemen dari bahan restorasi resin komposit dapat menimbulkan efek yang berbahaya bagi tubuh, seperti toksisitas sistemik atau lokal, alergi, reaksi pulpa dan efek estrogenik. Dari uraian di atas, perlu diketahui nilai serapan cairan, kedalaman penyerapan cairan, kecepatan penyerapan cairan, kelarutan elemen dan gambaran morfologi permukaan resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah direndam di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam.

1.3 Rumusan Masalah

  Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah yang ada dalam penyerapan cairan dan kelarutan pada bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid sebagai berikut.

  Rumusan masalah umum : Apakah ada penyerapan cairan dan kelarutan elemen-elemen pada bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam.

  Rumusan masalah khusus : 1.

  Berapa nilai serapan cairan yang dapat diserap oleh bahan restorasi resin selama 2, 4, 6 dan 8 jam.

  2. Apakah ada perbedaan nilai serapan cairan antara bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dengan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6 dan 8 jam.

  3. Berapa kedalaman penyerapan cairan pada bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam.

  4. Apakah ada perbedaan kedalaman penyerapan cairan antara bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dengan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam.

  5. Berapa besar kecepatan penyerapan cairan pada bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam.

  6. Apakah ada perbedaan kecepatan penyerapan cairan antara bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dengan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam.

  7. Apakah ada perubahan komposisi elemen-elemen bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6 dan 8 jam.

  Apakah ada perbedaan perubahan komposisi elemen-elemen antara bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dengan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam.

  9. Bagaimana gambaran mikrostruktur bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid sebelum dan setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam.

  10. Apakah ada perbedaan gambaran mikrostruktur antara bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dengan nanohibrid sebelum dan setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam.

1.3 Tujuan Penelitian :

  Tujuan Umum: Untuk mendapatkan penyerapan cairan dan elemen-elemen yang terlarut pada bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6 dan 8 jam.

  Tujuan Khusus: 1.

  Untuk mendapatkan besaran nilai serapan cairan pada bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6 dan 8 jam.

  2. Untuk membedakan nilai serapan cairan antara bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dengan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan

  3. Untuk mendapatkan kedalaman penyerapan cairan pada bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6 dan 8 jam.

  4. Untuk mendapatkan perbedaan kedalaman penyerapan cairan antara bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dengan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6 dan 8 jam.

  5. Untuk mendapatkan kecepatan penyerapan cairan pada bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6 dan 8 jam.

  6. Untuk mendapatkan perbedaan kecepatan penyerapan cairan antara bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dengan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6 dan 8 jam.

  7. Untuk mendapatkan perubahan komposisi elemen-elemen bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam.

  8. Untuk mendapatkan perbedaan perubahan komposisi elemen-elemen antara bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dengan nanohibrid setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam.

  9. Untuk mendapatkan gambaran morfologi permukaan bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dan nanohibrid sebelum dan setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6, dan 8 jam.

  Untuk mendapatkan perbedaan gambaran morfologi permukaan antara bahan restorasi resin komposit mikrohibrid dengan nanohibrid sebelum dan setelah perendaman di dalam saliva buatan selama 2, 4, 6 dan 8 jam.

1.4 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat : 1.

  Menambah pengetahuan mengenai sifat penyerapan air dan kelarutan bahan restorasi resin komposit apabila berkontak dengan cairan dalam jangka waktu tertentu.

2. Sebagai referensi data untuk penelitian selanjutnya mengenai penyerapan cairan dan kelarutan pada bahan restorasi resin komposit.

  3. Bermanfaat bagi dokter gigi agar dapat memilih dan menggunakan bahan restorasi resin komposit dengan tepat, sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Dokumen yang terkait

Perbedaan Pengaruh Teknik Dry-Bonding, Water Wet-Bonding dan Ethanol Wet-Bonding Pada Restorasi Klas II Resin Komposit Nanohybrid Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 87 92

Serapan Cairan dan Kelarutan Elemen-elemen Bahan Restorasi Resin Komposit Mikrohibrid dan Nanohibrid Setelah Direndam di Dalam Saliva Buatan (In Vitro)

4 54 177

Kekasaran Permukaan Bahan Restorasi Resin Komposit Mikrohibrid Setelah Direndam Dalam Susu Fermentasi

13 139 64

Degradasi Bahan Restorasi Resin Komposit

5 67 40

Pengaruh Stress Decreasing Resin (SDR) dan Resin Flowable sebagai Intermediate Layer pada Restorasi Klas V Resin Komposit Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 30 96

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Perbedaan Pengaruh Teknik Dry-Bonding, Water Wet-Bonding dan Ethanol Wet-Bonding Pada Restorasi Klas II Resin Komposit Nanohybrid Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 0 19

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbedaan Pengaruh Teknik Dry-Bonding, Water Wet-Bonding dan Ethanol Wet-Bonding Pada Restorasi Klas II Resin Komposit Nanohybrid Terhadap Celah Mikro (In Vitro)

0 1 6

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Afrika (Vernonia amygdalina) sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar terhadap Porphyromonas gingivalis (In Vitro)

0 0 6

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Penambahan Serat Polietilen terhadap Kekasaran Permukaan dan Penyerapan Air Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

0 0 6

Serapan Cairan dan Kelarutan Elemen-elemen Bahan Restorasi Resin Komposit Mikrohibrid dan Nanohibrid Setelah Direndam di Dalam Saliva Buatan (In Vitro)

0 2 26