BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PASAR MODAL 1. Gambaran Umum Pasar Modal - Pengaruh Return on Asset dan Tobin’s Q Ratio Terhadap Trading Volume Activity Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011

  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. PASAR MODAL 1. Gambaran Umum Pasar Modal Menurut Fabozzi (1999 : 7), ada banyak cara menggolongkan jenis – jenis

  pasar keuangan, misalnya berdasarkan waktu jatuh temponya. Berdasarkan waktu jatuh temponya, pasar keuangan terdiri atas pasar modal dan pasar uang. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk instrumen berharga jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, sedangkan pasar uang (money market) merupakan pasar untuk instrumen berharga jangka pendek. Pengertian jangka pendek ini ditafsirkan berada dalam kurun waktu satu tahun atau kurang dari satu tahun. Pasar uang lebih banyak dimanfaatkan oleh perbankan dan sebagian kecil perusahaan – perusahaan besar.

  Pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar (Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1548/KMK/90, tentang peraturan pasar modal). Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian Pasar Modal yang lebih spesifik, yaitu “Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.

  Di pasar modal, perusahaan akan melakukan beberapa kegiatan untuk mendapatkan dana, misalnya dengan melakukan penawaran umum baik saham maupun obligasi di pasar perdana. Pasar perdana (primary market) adalah pasar untuk surat – surat berharga yang baru diterbitkan. Selanjutnya, kegiatan akan berlanjut dengan hiruk pikuk perdagangan saham atau obligasi di pasar sekunder atau di kenal dengan nama Bursa Efek. Pasar sekunder (secondary market) adalah pasar untuk sekuritas yang telah dimiliki oleh pemegang sekuritas. Di pasar sekunder ini, uang tidak lagi mengalir ke perusahaan penerbit efek tetapi antara pemegang sekuritas yang satu dengan yang lain.

  Pasar modal di Indonesia yang kita kenal sekarang ini, sebenarnya sudah ada sejak jaman pemerintahan kolonia Belanda. Tujuan pemerintah kolonial Belanda mendirikan pasar modal pada waktu itu adalah untuk menghimpun dana guna menunjang ekspansi usaha perkebunan milik orang-orang belanda di Indonesia.

  Munculnya pasar modal di Indonesia secara resmi diawali dengan didirikannya

Vereniging voor de Effectenhandel di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1912.

  Perkembangan pasar modal di Jakarta pada waktu itu cukup menggembirakan, sehingga pemerintah kolonial Belanda terdorong untuk membuka bursa efek di kota lain, yaitu di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925, dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.

  Pada awal tahun 1939 terjadi gejolak politik di Eropa yang mempengaruhi perdagangan efek di Indonesia. Melihat situasi yang tidak menguntungkan ini, pemerintah kolonial Belanda menutup bursa efek di Surabaya maupun di Semarang dan kemudian memusatkan perdagangan efek di Jakarta. Kemudian, pada tanggal 10 Mei 1940 bursa efek di Jakarta juga ditutup, yang disebabkan oleh Perang Dunia II. Dengan penutupan ketiga bursa efek tersebut, maka kegiatan perdagangan efek di Indonesia menjadi terhenti.

  Tanggal 1 september 1951, setelah adanya pengakuan kedaulatan dari pemerintah Hindia Belanda, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Darurat N0.13 tentang bursa untuk mengaktifkan kembali Bursa Efek Indonesia. Undang- undang tersebut kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang no.15 tahun 1952.

  Sejak itu bursa efek dibuka kembali, dengan memperdagangkan efek yang dikeluarkan sebelum PD II. Namun keadaan ini haya berlangsung sampai dengan tahun 1958. Pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden RI secara resmi membuka kembali pasar modal di Indonesia yang ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong. Penutupan bursa efek saat itu berlatar belakang politis, terutama dengan tujun agar sistem perekonomian nasional lebih mengarah ke sistem sosial.

  Sejak diaktifkan kembali kegiatan pasar modal Indonesia pada tanggal 10 Agustus 1977, bursa efek terus berkembang. Pemerintah memberi beberapa kemudahan tentang pelaksanaan bursa efek. Terakhir, pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyusun Undang-Undang N0. 8 tahun 1995 tentang pasar modal. Dengan lahirnya undang-undang ini, mekanisme transaksi bursa efek di Indonesia beserta lembaga-lembaga penunjangnya memperoleh kepastian hukum dalam menjalankan usahanya.

  Perkembangan pasar modal di Indonesia setelah tahun 1988 menunjukkan jumlah perkembangan yang sangat signifikan. Bahkan pernah dikatakan bahwa pasar modal Indonesia merupakan bursa berkembang tercepat di dunia, meskipun hal tersebut belum pernah dibuktikan secara empiris. Akibat perkembangan tersebut, perdagangan dengan cara manual sudah tidak efisien lagi. Sehingga mengharuskan Bursa Efek Jakarta untuk mengotomatisasi operasi perdagangan efek terpadu, yaitu sistem perdagangan efek berbasis komputer yang disebut dengan Jakarta Automated Trading System (JATS). Implementasi JATS dilaksanakan mulai tanggal 22 Mei 1995.

2. Karakteristik, Fungsi, dan Manfaat Pasar Modal a. Karakteristik Pasar Modal

  Setelah mengetahui pengertian pasar modal secara definitif, kiranya perlu dikemukakan beberapa klasifikasi daripada karakteristik pasar modal (Basjiruddin A. Sarida, 1981).

  1. Dari sudut pandangan para pemakain dana, maka terdapat berbagai macam pihak terlibat di dalam kegiatan pasar modal. Dengan adanya dana yang tersedia bagi pihak-pihak yang membutuhkannya, maka berbagai instrumen menjembatani antara mereka yang membutuhkan dana dengan para penanam modal (investor).

  2. Dari sudut pandang jenis instrumen yang ditawarkan melalui pasar modal, yakni apakah instrumen utang jangka panjang/menengah atau instrumen modal perusahaan (equity).

  3. Dari sudut jatuh temponya instrumen yang diperdagangkan di pasar modal. Sebagaimana diketahui, transaksi surat-surat berharga yang jatuh temponya dalam waktu kurang dari satu tahun dilakukan dalam pasar uang (money market) atau pasar dana-dana jangka pendek (short term

  market) .Sehingga bagi dana-dana menengah (intermediate term funds)

  dan dana jangka panjang (long term funds), perdagangannya dilakukan di dalam pasar modal. Meskipun kedua pasar tersebut tidak dapat dibedakan begitu saja. Oleh karena rumitnya permasalahan baik pada pasar uang maupun pasar modal, maka terdapat faktor-faktor lain yang sulit untuk dapat membedakannya secara teliti, menyeluruh dan lengkap.

  4. Dari sudut pandangan tingkat sentralisasi. Sebagaimana telah diketahui, bahwa ruang lingkup suatu pasar modal ternyata mencakup permasalahan yang cukup luas dan tersebar. Suatu pasar modal adalah sarana bagi dunia perbankan dan asuransi guna meminjamkan dana-dananya yang menganggur

  (idle) , sarana untuk memperjualbelikan saham ataupun obligasi suatu

  perusahaan, sarana bagi pemodal kecil seperti perorangan, rumah tangga, dan sebagainya.

  5. Dari sudut pandang transaksinya, maka dalam suatu pasar modal transaksi yang dilakukan oleh para pemodal dan pemakai dana terjadi dalam suatu pasar yang sifatnya terbuka (open market) dan tidak langsung. Hal tersebut merupakan suatu karakteristik dari pasar modal di mana para pembeli maupun penjual dana diwajibkan menggunakan jasa para perantara perdagangan efek (brokers) ataupun agen-agen penjual (dealers) yang berfungsi sebagai perantara pemasaran surat-surat berharga (marketing

  intermediaries) yang diperjualbelikan di pasar modal. Jadi berbeda dengan

  transaksi-transaksi yang dijalankan oleh lembaga keuangan perbankan ataupun nonbank, dimana transaksi berlangsung secara langsung dan pribadi

  (direct and personal) .

  6. Di dalam mekanisme pasar modal dikenal adanya penawaran pada pasar perdana dan pasar sekunder/bursa. Hal tersebut menimbulkan perbedaan antara transaksi pada pasar perdana dengan transaksi pada pasar sekunder atau bursa. Di Indonesia, harga-harga suatu efek (saham/obligasi) pada pasar perdana dirundingkan bersama oleh penjamin emisi dan perusahaan yang menerbitkannya dan setelah mendapatkan persetujuan dari Bapepam ditetapkan sebagai harga penawaran umum (offering price) pada masa penawaran umum atau harga perdana. Sedangkan transaksi pada pasar sekunder atau bursa berlaku harga atau kurs efektif yang dibentuk oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap suatu jenis efek.

b. Fungsi Pasar Modal

  Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara, yang pada dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara yang lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Terkecuali dalam negara dengan perekonomian sosialis ataupun tertutup, pasar modal bukanlah suatu keharusan.

  Seberapa besar peranan pasar modal pada suatu negara dapat dilihat dari 5 (lima) aspek berikut ini (Sunariyah, 1997: 5).

  1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.

  2. Pasar modal memberi kesempatan kepada para investor untuk memperoleh hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para investor untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Jadi, pasar modal menciptakan peluang bagi perusahaan untuk memuaskan keinginan para investor melalui kebijakan deviden dan stabilitas harga sekuritas yang relatif normal, pemuasan yang diberikan kepada pemegang saham tercermin dalam harga sekuritas.

  3. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat berharga yang dimiliki tersebut setiap saat. Apabila pasar modal tidak ada, maka investor terpaksa harus menunggu pencairan surat berharga yang dimilikinya sampai dengan saat perusahaan dilikuidasi.

  4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat umum memiliki kesempatan untuk mempertimbangkan alternatif cara penggunaan uang mereka.

5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.

  Bagi para investor, keputusan investasi harus didasarkan pada tersedianya informasi yang akurat dan terpercaya. Kelima aspek di atas memperlihatkan aspek mikro yang ditinjau dari sisi kepentingan para pelaku pasar modal. Namun demikian, peranan pasar modal dalam perekonomian nasional (tinjauan secara ekonomi makro) lebih luas jangkauannya. Peranan pasar modal dalam suatu perekonomian negara adalah sebagai berikut, Sunariyah (1997: 5) : 1. fungsi tabungan (savings function), 2. fungsi kekayaan (wealth function), 3. fungsi likuiditas (liquidity function).

c. Manfaat Pasar Modal

  Manfaat pasar modal (Darmadji & Fakhruddin, 2001: 2) adalah: 1. menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal,

  2. memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi,

  3. menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara, 4. penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah,

  5. penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat,

  6. menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik, 7. memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek,

  8. alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan diversifikasi investasi, 9. membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol sosial,

  10. pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan manajemen profesional,

  11. sumber pembiayaan dana jangka panjang bagi emiten.

  Manfaat pasar modal bagi investor juga diungkapkan oleh Martono dan Harjito (2005 : 361) sebagai berikut: a. memperoleh dividen bagi yang memiliki saham dan mendapatkan bunga bagi yang memiliki obligasi, b. mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) bagi pemegang saham dan mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang obligasi (RUPO) bagi pemegang obligasi, c. dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, d. dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen untuk mengurangi risiko.

3. Instrumen Pasar Modal

  Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat – surat berharga yang sering disebut dengan efek, yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Pengertian efek menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal “Efek adalah setiap surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti utang, setiap rights, waran, opsi, atau setiap derivatif dari efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan sebagai efek.” Untuk memudahkan dalam membahas instrumen pasar modal, pengertian surat berharga pasar modal dirinci sebagai berikut: 1.

  Saham Saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Pemilik saham merupakan pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Ada dua macam jenis pemilikan saham yaitu saham atas nama dan saham atas unjuk. Sekarang ini, saham yang diperdagangkan di Indonesia adalah saham atas nama, yaitu saham yang nama pemilik tertera di atas saham tersebut.

  2. Obligasi Obligasi pada dasarnya merupakan surat pengakuan utang atas pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit obligasi dari masyarakat. Jangka waktu obligasi telah ditetapkan dan disertai dengan pemberian imbalan bunga yang jumlah dan saat pembayarannya juga telah ditetapkan dalam perjanjian. Obligasi ini dapat diterbitkan baik oleh badan usaha milik negara (BUMN), swasta, pemerintah pusat atau daerah (BUMD).

  3. Derivatif dari Efek a.

  Right/Klaim.

  Right menunjukkan bukti hak memesan saham terlebih dahulu yang melekat

  pada saham yang memungkinkan para pemegang saham untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan, sebelum saham-saham tersebut ditawarkan keepada pihak lain. Jika pemegang saham tidak bermaksud untuk menggunakan haknya (membeli saham), maka bukti right yang dimiliki dapat diperjualbelikan di bursa.

  b.

  Waran.

  Menurut peraturan Bapepam, waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan, yang memberi hak kepada pemegang saham untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk enam bulan atau lebih. Waran memiliki karakteristik opsi yang hampir sama dengan Sertifikat Bukti Right (SBR), dengan perbedaan utama pada jangka waktu. SBR merupakan instrumen jangka pendek yaitu kurang dari enam bulan, sedangkan waran adalah jangka panjang yang umumnya antara enam bulan hingga lima tahun.

  c.

  Obligasi Konvertibel.

  Obligasi konvertibel adalah obligasi yang setelah jangka waktu tertentu dan selama masa tertentu, dengan perbandingan dan/atau harga tertentu, dapat ditukarkan menjadi saham dari perusahaan emiten.

  d.

  Saham dividen.

  Keuntungan perusahaan dapat dibagi dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk saham dividen. Jika perusahaan tidak membagi dividen tunai, perusahaan dapat memberikan saham baru bagi pemegang saham. Dalam kasus ini, bila perusahaan tidak membagi dividen tunai dan dividen tidak realisir oleh pemegang saham berarti kerugian riil bagi pemegang saham tersebut. Alasan perusahaan membagi saham dividen adalah karena perusahaan ingin menambah laba yang bersangkutan di dalam perusahaan untuk digunakan sebagai modal kerja.

  e.

  Saham Bonus.

  Perusahaan menerbitkan saham bonus yang dibagikan kepada pemegang saham lama. Pembagian saham bonus untuk memperkecil harga saham yang bersangkutan, yang akan menyebabkan dilusi (penurunan harga) karena pertambahan saham baru tanpa memasukkan uang baru dalam perusahaan.

  Dengan harga saham diperkecil, maka pasar lebih luas. Karena lebih banyak investor mampu menjangkau harga yang relatif murah.

  f.

  Sertifikasi ADR/CDR.

  

American Depository Receipts (ADR) atau Continental Depository Receipts

  (CDR) adalah suatu resi (tanda terima) yang memberikan bukti bahwa saham perusahaan asing, disimpan sebagai titipan atau berada di bawah penguasaan suatu bank Amerika. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah transaksi dan mempercepat pengalihan penerimaan manfaat dari suatu efek asing di Amerika.

  g.

  Sertifikat Reksa Dana.

  Menurut UU No.8/1995 Tentang Pasar Modal, “Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal.” Selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio oleh manajer investasi. Jadi, sertifikat reksa dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemodal menitipkan uang kepada manajer investasi sebagai pengelola dana untuk diinvestasikan baik di pasar modal atau pasar uang. Ada dua jenis reksa dana, yaitu reksa dana open end (terbuka), sertifikat ini bisa dijual kembali kepada manajer investasi, dan reksa dana close end (tertutup). Sertifikat ini tidak bisa dijual kembali kepada manajer investasi tetapi dijual di pasar sekunder.

B. ANALISIS RASIO KEUANGAN 1. Pengertian dan Manfaat Analisis Rasio Keuangan

  Menurut Munawir (2004: 37), “Analisis rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.” Gibson (1992 : 766) memberikan pengertian analisis rasio sebagai “Suatu analisis yang menghubungkan komponen data keuangan yang satu dengan yang lainnya dari laporan keuangan yang berguna sebagai tolak ukur untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi suatu perusahaan.”

  Manfaat analisis rasio keuangan sangat penting. Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya.

  Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat dipelajari komposisi perubahan dan dapat ditentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut.

  Membandingkan rasio keuangan suatu perusahaan terhadap perusahaan lainnya yang sejenis atau terhadap rata-rata industri dapat membantu mengidentifikasi adanya penyimpangan. Analisis rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer perusahaan, analis kredit, dan analis saham. Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga kelompok utama tersebut menurut Brigham dan Houston (2006) adalah sebagai berikut: a. manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan, b. analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, c. analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek pertumbuhan perusahaan. Analisis rasio keuangan menurut Martono dan Harjito (2005: 52) antara lain berguna dalam: a. pengambilan keputusan investasi, b. keputusan pemberian kredit, c. penilaian arus kas, d. penilaian sumber – sumber ekonomi, e. menganalisis perubahan – perubahan yang terjadi terhadap sumber – sumber dana, f. menganalisis penggunaan dana.

2. Jenis-jenis Rasio Keuangan

  Ada beberapa jenis rasio keuangan yang sering dipakai, menurut Bambang (2001: 330) apabila dilihat dari sumber dari mana rasio itu dibuat, maka rasio dapat digolongkan dalam 3 golongan, yaitu: a. rasio-rasio neraca, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya current ratio, acid-test ratio, dan lain sebagainya, b. rasio-rasio laporan laba-rugi, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement, misalnya gross profit margin, net operating

  margin , dan lain sebagainya, c.

  rasio-rasio antar laporan, yaitu rasio-rasio yan disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya berasal dari income statement, misalnya assets

  turnover , inventory turnover, dan lain sebagainya. Bambang (2001 : 331) juga mengelompokan rasio kedalam rasio-rasio likuiditas, rasio-rasio leverage, rasio-rasio aktivitas, dan rasio-rasio profitabilitas sebagai berikut: a. rasio likuiditas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur likuiditas perusahaan (current ratio, acid test ratio), b. rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. (debt to total assets

  ratio, net worth to debt ratio dan lain sebagainya), c.

  rasio-rasio aktivitas yaitu rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumbersumber dayanya (inventory turnover, average collection period, dan lain sebagainya), d. rasio-rasio profitabilitas yaitu rasio-rasio yang menunjukan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan (profit margin on sales, return on total assets, return on net worth dan lain sebagainya. Rasio keuangan yang utama menurut Kieso et al (2002: 222) diklasifikasikan dalam 4 rasio.

1. Rasio Likuiditas

  Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek perusahaan yang jatuh tempo, misalnya membayar gaji, membayar biaya operasional, membayar utang jangka pendek dan pembayaran lain yang perlu segera dilakukan. Rasio likuiditas antara lain terdiri atas rasio cakupan utang tunai lancar, rasio cepat (quick ratio), dan rasio lancar (current ratio).

a. Rasio cakupan utang tunai lancar

  Rasio cakupan utang tunai lancar mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban lancarnya dalam suatu tahun dari operasinya. Untuk menghitung rasio cakupan utang tunai lancar digunakan rumus berikut.

  Kas Bersih yang Disediakan oleh Aktivitas Operasi Rasio Cakupan Utang Tunai Lancar = Kewajiban Lancar Rata

  − rata b.

   Rasio cepat (acid – test ratio)

  Rasio cepat merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio cepat mengukur likuiditas jangka sangat pendek.

  Untuk menghitung rasio cepat digunakan rumus berikut.

  Kas, Sekuritas, dan Piutang (bersih) Rasio Cepat = Kewajiban lancar c.

   Rasio lancar (current ratio)

  Rasio lancar adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan utang jangka pendek. Rasio lancar digunakan untuk mengukur kemampuan membayar utang jangka pendek. Untuk menghitung rasio lancar digunakan rumus berikut.

  Aktiva Lancar Rasio Lancar = Kewajiban Lancar 2.

   Rasio Solvabilitas (leverage ratio) Rasio solvabilitas mengukur sejauh mana perusahaan didanai oleh utang.

  Perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas rendah mempunyai risiko kerugian yang lebih kecil pada saat perekonomian sedang turun, tetapi memiliki tingkat

  

return yang rendah saat perekonomian tinggi. Rumus yang digunakan untuk

menghitung rasio utang antara lain.

a. Total utang terhadap total aset

  Rasio total utang terhadap total aset digunakan untuk mengukur persentase total aktiva yang diberikan oleh kreditor. Rumus menghitung rasio utang terhadap total aset adalah.

  Total Utang Total Utang terhadap Total Aset = Total Aset b.

   TIE (Time Interest Earned)

  Rasio TIE digunakan untuk mengukur kemampuan memenuhi pembayaran bunga pada saat jatuh tempo. Rumus untuk menghitung TIE adalah.

  EBIT = Beban Bunga 3.

   Rasio Aktivitas/Perputaran

  Rasio aktivitas/perputaran digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola aset – asetnya sehingga memberikan aliran kas masuk bagi perusahaan. Secara ringkas, rasio aktivitas mengukur tingkat efektifitas pemanfaatan atau penggunaan sumber daya perusahaan. Rumus yang digunakan antara lain.

a. Perputaran persediaan (inventory turn over)

  Penjualan Perputaran Persediaan = Persediaan b.

   Periode pengumpulan piutang (receivable collection period) Piutang =

  Penjualan per hari c.

   Perputaran total aset (Total assets turn over) Penjualan =

  Total Aktiva d.

   Perputaran aset tetap (Fixed assets turn over) Penjualan =

  Aktiva Tetap 4.

   Rasio Profitabilitas

  Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan atau tingkat efektivitas pengelolaan manajemen dalam menghasilkan keuntungan yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Menurut Kieso et al (2002 : 223) terdapat beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas.

  a. Marjin laba terhadap penjualan

  Rasio marjin laba terhadap penjualan digunakan untuk mengukur laba bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Rumus untuk menghitung rasio marjin laba terhadap penjualan adalah.

  Laba bersih Margin Laba Terhadap Penjualan = Penjualan Bersih b.

   Tingkat pengembalian atas aktiva (Return on Asset)

  Rasio tingkat pengembalian atas aktiva digunakan untuk mengukur profitabilitas aktiva secara keseluruhan. Rumus yang digunakan adalah.

  Laba bersih = Total aktiva rata − rata c. Tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa (Return on Equity)

  Rasio tingkat pengembalian atas ekuitas saham biasa digunakan untuk mengukur profitabilitas dari investasi pemilik. Rumus yang digunakan untuk menghitung ROE adalah.

  Laba bersih = Total ekuitas pemegang saham

d. Laba per saham

  Rasio laba per saham digunakan untuk mengukur laba bersih yang dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa. Rumus yang digunakan untuk mengukur rasio laba per saham adalah.

  Laba bersih dikurangi dividen saham Preferen laba per saham = Ekuitas pemegang saham biasa rata − rata

3. Return on Asset (ROA)

  Return On Asset (ROA) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

  manajemen dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset (Kasmir, 2003). Gibson (1992 : 329), menyatakan bahwa: “Return on Assets measures the

  

firm’s ability to utilize its assets to create profits . This ratio compares profits with

the assets that generate the profits. ” Semakin tinggi ROA berarti perusahaan

  semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA berarti kinerja perusahaan semakin efektif, karena tingkat kembalian akan semakin besar (Brigham, 2006: 90). Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor kepada perusahaan.

  Rumus yang umum digunakan untuk menghitung ROA adalah dengan membagi laba tahunan perusahaan (laba sebelum bunga) dengan total aset, yang akan ditampilkan dalam bentuk persentase. Rumus untuk menghitung ROA pada umumnya adalah.

  Laba bersih = Total aktiva rata − rata

  ROA menggambarkan kemampuan aset – aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan laba, setelah disesuaikan dengan biaya – biaya untuk mendanai aset tersebut. ROA yang positif (semakin besar) menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya, ROA yang negatif (semakin kecil) menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan, perusahaan tidak mampu memberikan laba sehingga mendapatkan kerugian.

  ROA menyampaikan apa yang dihasilkan laba dari modal yang ditanamkan dalam aset. ROA untuk perusahaan publik dapat berbeda secara substansial dan akan sangat bergantung pada industri tersebut. Itulah sebabnya ketika menggunakan ROA sebagai ukuran perbandingan, yang terbaik adalah membandingkannya dengan ROA pada perusahaan yang sama selama beberapa kurun waktu atau dengan ROA perusahaan lain dalam industri yang sejenis.

4. Tobin’s Q Ratio a. Pengertian Tobin’s Q Ratio

  Pengukuran nilai perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan nilai pasar, yaitu metode pengukuran yang digunakan dalam mengukur nilai pasar biasanya menggunakan metode tobin’s q ratio. Tobin’s q ratio adalah alat pengukuran kinerja perusahaan yang ditemukan oleh James Tobin dari Universitas Yale, penerima Nobel di bidang ekonomi.

  Tobin’s q ratio atau yang dikenal juga sebagai q ratio mengukur kesempatan berkembang suatu perusahaan dengan membandingkan market value dari aset perusahaan dengan replacement value dari aset perusahaan. Tobin’s q merupakan rasio market value aset perusahaan (diukur dengan market value dari saham yang beredar dan hutangperusahaan) terhadap replacement cost asset perusahaan (Tobin, 1967).

  Tobin’s q menawarkan penjelasan nilai dari suatu perusahaan. Tobin’s q mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai kombinasi antara aktiva berwujud dan aktiva tak berwujud. Nilai tobin’s q perusahaan yang rendah (antara 0 dan 1) mengindikasikan bahwa biaya ganti aktiva perusahaan lebih besar daripada nilai pasar perusahaan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa pasar menilai kurang perusahaan tersebut. Sedangkan jika nilai tobin’s q suatu perusahaan tinggi (lebih dari 1), maka nilai perusahaan lebih besar daripada nilai aktiva perusahaan yang tercatat.

b. Keunggulan Tobin’s Q

  Menurut Wright (2007: 40) keunggulan tobin’s q adalah: 1. tobin’s q mencerminkan aset perusahaan secara keseluruhan, 2. tobin’s q mencerminkan sentimen pasar, misalnya analisis dilihat dari prospek perusahaan atau spekulasi,

  3. tobin’s q mencerminkan modal intelektual perusahaan, 4. tobin’s q dapat mengatasi masalah dalam memperkirakan tingkat keuntungan atau biaya marginal.

  Secara khusus, tobin’s atau q ratio sering digunakan sebagai alat pengukur nilai intangible asset atau modal intelektual suatu perusahaan seperti kekuatan monopoli, sistem manajerial dan peluang pertumbuhan. Karena adanya modal intelektual inilah suatu perusahaan sering dinilai lebih oleh pasar. Rupert dalam Juniarti (2009: 23) mengungkapkan bahwa hal tersebut tercermin dari banyaknya perusahaan yang memiliki aktiva berwujud yang tidak signifikan dalam laporan keuangan namun penghargaan pasar terhadap perusahaan – perusahaan tersebut sangat tinggi. Atas dasar itulah sehingga tobin’s q menjadi alat pengukuran kinerja yang populer.

c. Pengukuran Tobin’s Q Ratio

  Nilai tobin’s q atau q ratio pada umumnya dapat dihitung dengan membagi nilai pasar suatu perusahaan (yang diukur dengan nilai pasar dari saham yang beredar dan utang) dengan biaya penggantian aktiva. Rumus dasar ini kemudian banyak dikembangkan lagi, diantaranya oleh Wright (2007: 37). Menurut dan Wright, Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan.

  (

  • ) =

  (

  • ) Dimana: q = Nilai perusahaan EMV = Nilai pasar ekuitas (EMV = closing price X jumlah saham beredar) D = Nilai buku dari total hutang EBV = Nilai buku dari total aktiva
Untuk perhitungan yang lebih akurat, Yan Liu dalam Juniarti (2009 : 27) menambahkan biaya iklan serta R & D sebagai proxy intangible asset, dengan rumus sebagai berikut:

  Tobin’s Q = (ME + PS + DEBT) / (TA + Advertising + R & D)

  Dimana: ME = Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar dikali dengan harga penutupan saham PS = Nilai Likuidasi saham preferen perusahaan yang beredar DEBT = (Total Utang + Persediaan – Aktiva Lancar) TA = Nilai buku total aktiva perusahaan

  Analis keuangan lain yang mengembangkan rumus Tobin’s Q adalah Chung dan Pruitt dalam Darmawati dan Khomsiyah (2003). Mereka mengembangkan rumus tobin’s q karena pada kenyataannya biaya penggantian aktiva seringkali tidak tersedia dan sulit diperhitungkan. Oleh karena itu mereka menyamakan biaya penggantian aktiva dengan nilai buku aktiva sehingga rumus tobin’s q menjadi:

  

Tobin’s Q = ME + PS + DEBT / TA

  Dimana: ME = Jumlah saham biasa perusahaan yang beredar dikali dengan harga penutupan saham PS = Nilai Likuidasi saham preferen perusahaan yang beredar.

  DEBT = (Total Utang + Persediaan – Aktiva Lancar) TA = Nilai buku total aktiva perusahaan

  Klapper dan Lovelock dalam Darmawati dan Khomsiyah (2003) telah menyesuaikan rumus Tobin’s Q dengan kondisi transaksi keuangan perusahaan – perusahaan di Indonesia. Rumus tersebut sebagai berikut:

  Tobin’s Q = ME + DEBT / TA C.

TRADING VOLUME ACTIVITY

  Volume perdagangan diartikan sebagai jumlah lembar saham yang diper- dagangkan pada hari tertentu (Abdul dan Nasuhi, 2000). Perdagangan suatu saham yang aktif, yaitu dengan volume perdagangan yang besar, menunjukkan bahwa saham tersebut digemari oleh para investor yang berarti saham tersebut cepat diperdagangkan. Trading volume activity atau volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu.

  Pengaruh terhadap tinggi rendahnya volume saham dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti pergantian direksi, kondisi internal perusahaan, laju inflasi, dan lainnya. Dalam penelitian ini, akan dilihat pengaruhnya secara mikro, yaitu dari laporan keuangan sebagai informasi akuntansi yang mendasari penilaian.

  Informasi dari laporan keuangan inilah yang digunakan oleh investor untuk melakukan penilaian dan mengambil keputusan apakah akan membeli atau menjual. Besar kecilnya transaksi permintaan saham inilah yang kemudian akan mempengaruhi tinggi rendahnya volume saham yang diperdagangkan.

  Volume perdagangan merupakan ukuran besarnya volume saham tertentu yang diperdagangkan, mengindikasikan kemudahan dalam memperdagangkan saham tersebut. Besarnya variabel volume perdagangan diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham yang dapat dilihat melalui indikator aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity / TVA). Trading volume

  

activity (TVA) merupakan suatu indikator yang dapat digunakan untuk melihat

  reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar modal. Perubahan volume perdagangan saham di pasar modal menunjukkan aktivitas perdagangan saham di bursa dan mencerminkan keputusan investasi investor.

  Perhitungan volume perdagangan saham (trading volume activity) dilakukan dengan membandingkan jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan keseluruhan jumlah saham beredar perusahaan pada kurun waktu yang sama. Rumus perhitungan TVA ini dapat dituliskan sebagai berikut:

  Volume saham perusahaan i ∑ yang diperdagangkan pada waktu t TVAi, t =

  Volume saham perusahaan i ∑ yang beredar pada waktu t

  Dimana: TVAi,t = Trading Volume Activity i pada waktu t i = Nama perusahaan t = Periode waktu tertentu

D. TINJAUAN PENELITI TERDAHULU

  Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu N Peneliti Variabel Variabel Hasil Penelitian o Independen Dependen

  

1. Haosana ROA, Trading ROA berpengaruh signifikan

(2012) Tobin’s Q Volume terhadap TVA, Tobin’s Q Ratio tidak

Ratio Activity (TVA) berpengaruh signifikan terhadap

  TVA

  

2 Holidiya ROA, EPS, TVA, Harga Secara parsial, hanya ROA yang

h (2009) PER Saham tidak berpengaruh terhadap TVA dan

harga saham. Sedangkan EPS dan PER berpengaruh signifikan terhadap TVA dan harga saham

  

3. Kusuma ROA, ROE, TVA Secara parsial, hanya ROE yang

hadi NPM, EPS, berpengaruh signifikan terhadap

(2008) DPR TVA. Namun secara simultan tidak

ada pengaruh yang signifikan dari rasio keuangan yang diteliti terhadap TVA

  4. Juniarti EVA Tobin’s TVA Niai dari Tobin’s Q berbanding lurus (2009) Q Ratio dengan penilaian pasar terhadap perusahaan. Semakin tinggi nilai Tobin’s Q maka penilaian pasar terhadap perusahaan tersebut akan semakin tinggi, TVA meningkat

  Haosana (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh return on asset dan tobin’s q ratio terhadap volume perdagangan saham pada perusahaan retail yang terdaftar di BEI. Haosana melakukan uji asumsi klasik untuk mengetahui hubungan antara ROA dan tobin’s q sebagai variabel independen terhadap volume perdagangan saham sebagai variabel dependennya. Hosana juga melakukan uji regresi parsial (uji t) dan uji regresi simultan (uji F) dalam penelitiannya. Dari hasil penelitian Hosana, dapat disimpulkan bahwa hasil uji t menunjukkan hubungan ROA terhadap TVA memiliki arah signifikan, yang dapat dilihat dari perbandingan pada koefisien konstanta, nilai t hitung lebih besar daripada t tabel (12,136 > 2,13). Sedangkan koefisien slope nilai t hitung lebih besar daripada t tabel (4,611 > 2,13) dan nilai signifikansi lebih kecil daripada 0,05 (0,019 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ROA berpengaruh terhadap TVA. Hasil uji t tobin’s q terhadap TVA menunjukkan perbandingan pada koefisien konstanta ternyata nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel (1,612 < 2,13) dan signifikansi lebih besar dari 0,05, yang berarti hubungan tobin’s q terhadap TVA tidak memiliki arah signifikan. Sedangkan koefisien slope nilai t hitung juga lebih kecil daripada nilai t tabel (-1,096 < 2,13) dan nilai signifikansi lebih besar daripada 0,05, maka disimpulkan tobin’s q tidak berpengaruh terhadap TVA.

  Holidiyah (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh ROA, EPS, dan PER terhadap harga saham dan TVA. Holidiyah melakukan penelitian dengan analisis regresi berganda terhadap 151 perusahaan manufaktur selama tahun 2005- 2007. Hasil penelitian Holidiyah menunjukkan secara parsial, hanya ROA yang tidak berpengaruh terhadap TVA dan harga saham. Sedangkan EPS dan PER berpengaruh signifikan terhadap TVA dan harga saham.

  Hasil penelitian Kusumahadi (2008) memberikan hasil yang serupa dengan hasil penelitian Holidiyah (2009). Kusumahadi melakukan penelitian terhadap 20 perusahaan LQ 45 yang terdaftar di BEI dengan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan penelitian Kusumahadi, dari hipotesis yang diajukan, secara parsial hanya variabel ROE yang dapat diterima sementara variabel lainnya tidak dapat diterima. Dengan kata lain hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial dari rasio keuangan yang diteliti, hanya ROE yang berpengaruh terhadap TVA. Namun secara simultan tidak ada pengaruh yang signifikan dari rasio keuangan yang diteliti terhadap TVA.

  Apabila ROA merupakan pengukuran kinerja keuangan perusahaan, maka tobin’s q adalah pengukuran kinerja untuk mengetahui nilai perusahaan di pasar.

  Dalam penelitian yang dilakukan oleh Juniarti (2009) terhadap 17 perusahaan

  

food and beverage dengan analisis regresi berganda, diperoleh hasil nilai dari

  tobin’s q berbanding lurus dengan penilaian pasar terhadap perusahaan. Semakin tinggi nilai tobin’s q maka penilaian pasar terhadap perusahaan tersebut akan semakin tinggi. Tingginya penilaian pasar ini akan meningkatkan minat terhadap permintaan saham perusahaan yang akan berdampak pada meningkatnya volume saham yang diperdagangkan.

E. KERANGKA KONSEPTUAL

  Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting. Beberapa faktor fundamental yang mempengaruhi trading volume

  

activity diantaranya adalah earning per share, return on asset, dividend payout

ratio , debt to equity ratio,return on equity, dan tobin’s q ratio. Variabel

  independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on asset dan tobin’s q ratio.

  (ROA) Activity (TVA)

  ′ Tobin s Q

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Return on asset didefinisikan sebagai kemampuan aset – aset yang dimiliki

  perusahaan dalam menghasilkan laba, setelah disesuaikan dengan biaya – biaya untuk mendanai aset tersebut. ROA diperoleh dengan membagikan laba terhadap total aset. Semakin tinggi ROA berarti perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA berarti kinerja perusahaan semakin efektif, karena tingkat kembalian akan semakin besar (Brigham, 2001: 90). Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor kepada perusahaan. Daya tarik investor yang tinggi terhadap kinerja perusahaan mengakibatkan perdagangan saham yang meningkat. Dengan demikian ROA berpengaruh positif terhadap trading volume activity.

  Sedangkan tobin’s q ratio mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai kombinasi antara aktiva berwujud dan aktiva tak berwujud. tobin’s q ratio dapat dihitung dengan membagi nilai pasar suatu perusahaan (yang diukur dengan nilai pasar dari saham yang beredar dan utang) dengan biaya penggantian aktiva. Tobin’s q ratio yang tinggi menunjukkan nilai perusahaan lebih besar daripada nilai aktiva perusahaan yang tercatat. Nilai tobin’s q ratio yang tinggi mengakibatkan naiknya minat investor pada perusahaan sehingga menaikkan permintaan saham perusahan tersebut, dengan demikian tobin’s q ratio berpengaruh positif terhadap Trading Volume Activity.

G. HIPOTESIS PENELITIAN

  Berdasarkan kerangka konseptual yang dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: return on asset dan tobin’s q

  

ratio berpengaruh terhadap trading volume activity baik secara simultan maupun

secara parsial.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Debt to Asset Ratio, Current Ratio dan Cash Ratio terhadap Return on Asset pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011 - 2013

2 73 74

Pengaruh Return on Asset dan Tobin’s Q Ratio Terhadap Trading Volume Activity Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011

2 72 111

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Dibursa Efek Indonesia

1 46 103

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Nilai Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI 2011-2013

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan - Pengaruh Debt to Asset Ratio, Current Ratio dan Cash Ratio terhadap Return on Asset pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal - Analisis Pengaruh EPS, PER dan M/B terhadap Return Saham pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal - Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Makro Ekonomi Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate Di Bursa Efek Indonesia

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perusahaan Real Estate dan Properti - Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pasar Modal - Analisis Pengaruh Dividend Payout Ratio Dan Return On Investment Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 28

Pengaruh Return on Asset dan Tobin’s Q Ratio Terhadap Trading Volume Activity Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2011

0 0 24