BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pasar Modal - Analisis Pengaruh Dividend Payout Ratio Dan Return On Investment Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Uraian Teoritis

  2.1.1 Pasar Modal

  Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.

  Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi (Tandelilin, 2010:26). Menurut Lloyd dalam Anoraga dan Pakarti (2001:5), “ berlangsungnya fungsi pasar modal meningkatkan dan menghubungkan aliran jangka dana jangka panjang secara efisien yang akan menunjang pertumbuhan rill ekonomi secara keseluruhan”.

  2.1.2 Investasi

  Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang (Tandelilin, 2010:2).

  Menurut Tandelilin (2010:8), ada beberapa tujuan seseorang melakukan investasi, antara lain adalah:

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa mendatang.

  2. Mengurangi tekanan inflasi, dimana dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak.

  Menurut Anoraga dan Pakarti (2001:78) dalam melakukan investasi, investor dihadapkan pada beberapa risiko. Risiko tersebut antara lain:

  1. Risiko finansial, yaitu risiko yang diderita oleh investor sebagai akibat dari ketidakmampuan emiten saham memenuhi kewajiban pembayaran dividen atau bunga serta pokok investasi.

  2. Risiko pasar, yaitu risiko akibat menumnnya harga pasar secara substansial baik keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat perubahan manajemen perusahaan atau kebijakan pemerintah.

  3. Risiko psikologis, yaitu risiko bagi investor yang bertindak secara emosional dalam menghadapi perubahan harga saham berdasarkan optimisme dan pesimisme yang dapat mengakibatkan kenaikan atau penurunan harga saham.

2.1.3 Kebijakan Dividen

  Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan. Aspek utama dari kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba ditahan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend-

  

payout ratio ) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan

  sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini (Van Horne, 2007:270).

2.1.3.1 Dividend Payout Ratio

  Cash dividend merupakan bagian laba yang dibagikan kepada pemegang

  saham. Sedangkan prosentase dari laba yang akan dibagikan sebagai cash

  

dividend disebut sebagai dividend payout ratio (DPR). Semakin tinggi dividend

payout ratio, maka semakin kecil porsi dana yang tersedia untuk ditanamkan

  kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan. (Sutrisno, 2005:321-322).

  Dividend adalah proporsi laba atau keuntungan yang dibagikan kepada

  para pemegang saham dalam jumlah yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor tersebut. Menurut Watson and Head (2004: 178) menyatakan : “Devidend is a cash payment made on quarterly or semi

  

annual basis by company to it`s shareholders, it is a distribution of after tax

profit”. Artinya, dividend adalah pembayaran tunai yang dilakukan setiap tiga

  bulan atau setengah tahun sekali kepada para pemegang saham yang merupakan distribusi dari keuntungan sesudah pajak. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:437) mengemukakan: “Dividend merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan”.

  Rasio pembayaran dividen (DPR) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran deviden. Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembagian deviden merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen.

  Besarnya atau kecilnya payout ratio ditentukan oleh kebijakan dividen suatu perusahaan. Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak perusahaan. Kebijakan deviden ini melibatkan dua pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda yaitu para pemegang saham dan pihak perusahaan itu sendiri.

  Perusahaan umumnya menaikkan dividend hingga satu tingkatan tertentu apabila perusahaan tersebut yakin akan dapat mempertahankannya di masa mendatang. Jadi, kebijakan dividend yang harus di ambil oleh perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividend saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang yang memaksimumkan harga saham.

2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

  Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, antara lain (Keown, 2010:215) :

  1. Pembatasan Hukum.

  Umumnya perusahaan tidak boleh membayar dividen bila : pasiva perusahaan melebihi aktivanya, besarnya dividen melebihi laba yang diakumulasikan (laba ditahan) dan dividen dibayarkan dari modal yang diinvestasikan ke dalam perusahaan.

  2. Posisi likuiditas.

  Secara historis, perusahaan dengan laba ditahan yang besar telah sukses menghasilkan kas dari operasi. Namun dana ini biasanya diinvestasikan kembali dalam perusahaan dalam jangka pendek atau digunakan untuk membayar hutang yang jatuh tempo. Karena dividen dibayar dalam bentuk kas, dan bukan dengan laba ditahan, perusahaan harus memiliki kas untuk pembayaran dividen. Dari sini, posisi likuiditas punya tanggungan langsung terhadap kemampuannya membayar dividen.

  3. Laba dapat diramalkan atau tidak.

  Rasio pembayaran dividen tergantung pada sejauh mana laba perusahaan dapat diramalkan atau tidak. Bila pendapatan berfluktuasi secara signifikan, manajemen tidak bisa mengandalkan dana internal untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang. Bila laba bisa dihasilkan, perusahaan mungkin menahan jumlah lebih besar untuk memastikan bahwa uang tersedia pada saat dibutuhkan. Sebaliknya, perusahaan dengan pendapatan yang stabil biasanya membayar bagian labanya dengan lebih besar dalam bentuk dividen.Perusahaan ini tidak terlalu kuatir tentang tersedianya laba untuk memenuhi kebutuhan modal di masa mendatang.

  4. Kontrol Kepemilikan.

  Bagi banyak perusahaan kecil dan menengah, mempertahankan kontrol voting merupakan prioritas yang tinggi. Bila pemegang saham biasa sekarang tidak bisa berpartisipasi dalam penawaran baru, penerbitan saham baru tidak menarik, dalam hal bahwa kontrol pemegang saham sekarang dicairkan. Pemilik mungkin lebih suka bahwa manajemen mendanai investasi baru dengan hutang dan melalui laba daripada menerbitkan saham baru. Pertumbuhan perusahaan ini kemudian terkendala oleh besarnya modal hutang yang tersedia serta oleh kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

  5. Inflasi.

  Dalam periode inflasi, idealnya ketika aktiva tetap mulai rusak dan ketinggalan jaman, dana yang dihasilkan dari depresiasi digunakan untuk mendanai penggantian. Karena dana peralatan yang setara terus naik, dana depresiasi tidak mencukupi. Ini menuntut agar laba ditahan, yang mengimplikasi bahwa deviden terkena pengaruh kurang menguntungkan.

2.1.4 Return on Investment

  Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005:222) salah satu pengukuran profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi adalah dengan ‘tingkat pengembalian atas investasi’ (return on investment – ROI ), atau ‘tingkat pengembalian atas aktiva’ (return on asset – ROA ) dengan rumus :

  ℎ ℎ

  Return on Investment (ROI) adalah rasio yang paling umum digunakan

  untuk mengukur kinerja. Return on Investment mengukur seberapa efektif penggunakan modal yang diinvestasikan untuk mendapat keuntungan (Hilton, 2002:562).

  Menurut Halim (2007:157) Return on Investment merupakan salah satu rasio yang dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas manajemen dalam mengelola asset dan equity yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba. Tinggi rendahnya rasio ini sering kali merefleksikan kemampulabaan dan efektivitas penggunaan asset. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik pula efektivitas penggunaan asset.

  Harga saham mengiktisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baik keadaan kinerja suatu perusahaan. Peningkatan harga saham mengirimkan sinyal positif dari investor kepada manajer (Brealey et al, 2007:46). Para investor membeli saham atas dasar kekuatan laba. Salah satu sifat utama menentukan laba yang dihasilkan perusahaan adalah dengan menggunakan laba yang dapat dihasilkan oleh asset (Brealey et al, 2007:164).

  Dari uraian diatas dapat dapat disimpulkan perusahaan yang melaporkan tingkat penghasilan yang tinggi biasanya mengalami kenaikan harga saham karena investor akan menaikkan ekspektasi mereka terhadap kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Sebaliknya, perusahaan yang gagal memenuhi ekspektasi investor akan mengalami penurunan harga saham.

2.1.5 Saham

  Saham Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006:6) adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham penutupan (closing price) selama satu tahun.

  Menurut Bambang Riyanto (2001) saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu PT. Atau dengan kata lain Saham adalah surat bukti atau kepemilikan bagian modal suatu perusahaan. Saham adalah salah satu sumber dana yang diperoleh perusahaan yang berasal dari pemilik modal dengan konsekuensi perusahaan harus membayarkan dividen

  Harga saham mengalami perubahan naik atau turun dari satu waktu ke waktu lain. Perubahan tersebut tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran, apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga cenderung naik. Sebaliknya jika terjadi kelebihan penawaran, maka harga saham cenderung turun. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki

  

klaim (hak tagih) atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan

berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

   Dalam pasar modal yang efisien semua sekuritas diperjualbelikan pada harga pasar. Harga pasar saham adalah harga yang ditentukan oleh investor melalui pertemuan permintaan dan penawaran. Pertemuan ini dapat terjadi karena para investor sepakat terhadap harga suatu saham. Menurut Sartono (2001) tentang terbentuknya harga pasar saham sebagai berikut: “Harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal.”

  Berikut ini ialah beberapa teori yang menjelaskan bagaimana mekanisme perubahan harga saham itu sendiri, yakni:

  1. Teori Random Walk Teori ini menyatakan bahwa perubahan harga suatu saham atau keseluruhan pasar yang telah terjadi tidak dapat digunakan untuk memprediksi gerakan di masa akan datang. Penelitian yang dilakukan oleh Roberts (1959) menyatakan bahwa perubahan harga saham tidak tergantung satu sama lain dan mempunyai distribusi probabilitas yang sama.

  Dengan kata lain, teori ini menyatakan bahwa harga saham bergerak ke arah yang acak dan tidak dapat diperkirakan. Jadi tidak mungkin seorang dapat memperoleh return melebihi return pasar tanpa menanggung risiko lebih.

  Hal ini juga memberikan arti bahwa selisih antara harga pada periode tertentu dengan harga pada periode yang lainnya bersifat acak. Selisih tersebut merupakan price return saham, yang dalam jangka waktu tertentu memenuhi persyaratan bahwa rata-ratanya adalah nol. Artinya volatilitas saham tidak akan mempunyai trend yang signifikan dalam jangka waktu yang cukup lama.

  2. Teori Elliott Wave

  The Wave Principle merupakan penelitian Ralph Nelson Elliott (1938)

  bahwa atau massa mempunyai trend yang mengikuti pola-pola tertentu. Penelitiannya menemukan bahwa perubahan harga di bursa saham mempunyai suatu struktur tertentu. Elliott mengemukakan bahwa pergerakan harga mempunyai pola atau gelombang yang bersifat repetitif. Hal yang perlu dicatat adalah walaupun bersifat repetitif tetapi pola tersebut belum tentu berulang dengan waktu dan ketinggian gelombang yang sama. Selain itu pola yang dikemukakannya merupakan bagian dari pola yang lebih besar, yang pada akhirnya merupakan bagian dari pola yang lebih besar lagi dan seterusnya.

  Pola-pola tersebut dapat diartikan sebagai berikut (Murphy, 1999): a. Gelombang 1.

  Harga saham mula-mula bergerak naik membuat beberapa investor merasa bahwa harga saham tersebut murah. Adanya pembelian saham tersebut membuat harga naik.

  b. Gelombang 2.

  Pada saat ini harga saham tersebut sudah dinilai terlalu tinggi sehingga investor mulai merealisasikan keuntungannya dengan menjual saham itu. Hal ini mengakibatkan tekanan terhadap harga saham sehingga turun. Namun penurunan harga ini tidak sampai membuat through gelombang 2 serendah through gelombang 1 karena investor menilai saham tersebut menjadi murah lagi. c. Gelombang 3.

  Gelombang ini biasanya merupakan gelombang yang paling lama dan kuat sebab didorong oleh lebih banyak investor yang bergabung atau meningkatkan posisi untuk mengambil keuntungan dari tren menanjak sehingga perdagangan menjadi ramai. Harga saham pada saat ini naik sampai melewati harga tertinggi pada gelombang 1 d. Gelombang 4.

  Investor mulai merealisasikan keuntungannya sebab harga saham sudah terlalu tinggi. Koreksi berpola segitiga-segitiga umumnya dikenal dalam gelombang ini, dimana dalam pola koreksi ini volatilitas harga saham cenderung menurun. namun gelombang ini lemah sebab masih banyak investor yang masih menginginkan saham tersebut.

  e. Gelombang 5.

  Pada gelombang ini sebagian besar investor sudah memegang saham ini dan sebagian besar merupakan investor yang irasional. Akan tetapi tidak sekuat pada gelombang 3 sebab investor yang berpartisipasi hanya sebagian kecil saja jika dibandingkan dengan gelombang 3. Investor yang mengetahui hal ini mulai mengadakan transaksi short-selling. Pada saat ini saham dapat bergerak kembali ke gelombang 1 atau mulai mengko reksi diri f. Gelombang ABC.

  Saat ini saham akan mengkoreksi dengan melakukan gerakan turun, naik dan turun. Volatilitas pada periode ini biasanya berkurang dibandingkan dengan kelima gelombang sebelumnya, karena pasar sedang mengevaluasi ulang dan sedang dalam tahap istirahat. Gelombang Elliott memberikan gambaran bahwa volatilitas harga saham dapat berbeda-beda antara gelombang yang satu dengan yang lain. Selain itu teori ini juga memberikan kemungkinan bahwa ada trend volatilitas return harga saham yang muncul dari pola-pola tersebut.

  Trend sendiri merupakan arah umum yang sedang terjadi pada pasar. Arah ini dapat bergerak secara mendatar, naik atau turun. Trend mendatar terjadi ketika rangkaian peak dan through gelombang-gelombang secara beruntun membentuk garis horisontal. Trend naik terjadi ketika serangkaian peak dan through yang ada selalu melampaui peak dan through sebelumnya, sedangkan pada trend turun terjadi sebaliknya, yaitu peak dan through yang ada selalu berada di bawah peak dan through sebelumnya (Murphy, 1999).

2.1.5.1 Jenis-jenis Saham

  Saham dapat dibedakan menjadi beberapa jenis (Darmadji dan Fakhrudin, 2006:7) yakni :

  1. Saham atas unjuk (bearer stock), yaitu jenis saham yang tidak tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lain.

  2. Saham atas nama (registered stock), yaitu saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

  3. Saham biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi yang paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Umumnya saham yang lebih diminati masyarakat adalah saham biasa.

  4. Saham preferen (preferred stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Saham prefen tidak memberikan hak suara kepada pemegangnya untuk memilih direksi ataupun manajemen perusahaan tetapi saham ini memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen yang diutamakan terlebih dahulu.

2.1.5.2 Macam-macam Harga Saham

  Harga saham menurut Widiatmojo (2001:45), dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:

  1. Harga Nominal Harga nominal merupakan nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya. Harga nominal ini tercantum dalam lembar saham tersebut.

  2. Harga Perdana Harga perdana merupakan harga sebelum harga tersebut dicatat di bursa efek. Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan antara emiten dan penjamin emisi.

  3. Harga Pasar Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu ke investor yang lain.

  Harga pasar terjadi setelah saham tersebut dicatat di bursa efek.

  4. Harga Pembukaan Harga pembukaan adalah harga yang diminta penjual dari pembeli pada saat jam bursa dibuka.

  5. Harga Penutupan Harga penutupan merupakan harga yang diminta oleh penjual dan pembeli saat akhir hari buka.

  6. Harga Tertinggi Harga saham tidak hanya sekali atau dua kali dalam satu hari, tetapi bisa berkali dan tidak terjadi pada harga saham yang lama. Dari harga-harga yang terjadi tentu ada harga yang paling tinggi pada satu hari bursa tersebut, harga itu disebut harga tertinggi.

  7. Harga Terendah Harga terendah merupakan kebalikan dari harga tertinggi, yaitu harga yang paling rendah pada satu hari bursa.

  8. Harga Rata-rata Harga rata-rata merupakan rata-rata dari harga tertinggi dan terendah.

  Harga ini bisa dicatat untuk transaksi harian, bulanan, atau tahunan.

2.1.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

  Pada penelitian ini penulis memfokuskan pada kondisi fundamental emiten dalam mempengaruhi harga saham yaitu jumlah dividen yang dibagi dan return

  

on investment . Teori Bird in Hand yang dikemukakan Gordon Litner memandang

  bahwa dividen lebih bernilai daripada capital gain karena teori ini menganggap bahwa dividen memiliki resiko yang lebih kecil daripada capital gain di masa mendatang. Jika dividen naik akan menarik pemodal untuk berinvestasi, konsekuensinya adalah harga saham yang juga meningkat dimana sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran. Jika jumlah permintaan jauh melampaui jumlah penawaran, dapat diperkirakan harga saham akan naik.

  Salah satu tolak ukur utama mengetahui tingkat kemampulabaan perusahaan adalah laba yang dapat dihasilkan oleh asset (Brealey et al, 2007:164).

  Jika perusahaan memperoleh laba yang tinggi maka tingkat Return on Investment (ROI) yang dihasilkan perusahaan pun akan tinggi sehingga banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut sehingga mendorong harga saham naik menjadi lebih tinggi. Menurut Arifin (2001:115- 116) pergerakan saham dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

  1. Kondisi fundamental emiten Faktor fundamental merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber daya manusia, kondisi keuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. Nilai fundamental merupakan nilai intrinsik dari suatu saham yang dianalisis dengan menggunakan analisis yang menggunakan data-data finansial yaitu data-data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan, contohnya laba, dividend yang dibagi, penjualan dan sebaginya (Jogiyanto, 1998:70).

  Perkembangan harga saham tidak akan terlepas dari perkembangan kinerja perusahaan. Secara teoritis jika kinerja perusahaan mengalami peningkatan maka harga saham akan merefleksikannya dengan peningkatan harga saham, demikian sebaliknya (Ang, 1997: 187).

  2. Hukum permintaan dan penawaran Faktor hukum permintaan dan penawaran digunakan investor untuk mengetahui kondisi fundamental perusahaan dalam melakukan transaksi jual beli.

  Transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham. Perlu diwaspadai juga bahwa kenaikan harga saham karena permintaan yang banyak atau penawaran yang sedikit tidak akan berlangsung terus sebab pada suatu titik harga akan terlalu mahal.

  3. Tingkat suku bunga Investor harus memperhatikan faktor suku bunga untuk mengetahui harapan hasil dari setiap investasi yang dilakukannya. Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil berbagai sarana invertasi akan mengalami perubahan, ada yang cenderung naik dan ada pula yang cenderung turun. Bunga yang tinggi ini tentunya akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor. Investor produk bank seperti deposito atau tabungan jelas lebih kecil resikonya jika dibanding dengan investasi dalam bentuk saham. Karena investor akan menjual saham dan dananya akan ditempatkan di bank. Penjualan saham secara serentak ini akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan.

  4. Valuta asing Dolar Amerika (US Dollar) merupakan mata uang kuat yang mempengaruhi nilai dari mata uang negara-negara lain. Sebagai contoh ketika suku bunga dolar Amerika naik, investor asing mengharapakn hal yang sama. Mereka akan berbondong-bondong menjual sahamnya untuk ditempatkan di bank dalam bentuk dolar, otomatis harga saham akan turun.

  5. Dana asing di Bursa Mengamati jumlah dana investasi asing merupakan hal yang penting, karena dengan semakin besarnya dana yang ditanamkan, hal ini menandakan bahwa kondisi investasi di Indonesia telah kondusif yang berarti pertumbuhan ekonomi tidak lagi negatif, yang tentu saja akan merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya, jika investasi asing berkurang, ada perkiraan bahwa mereka sedang ragu atas negeri ini, baik atas keadaan sosial politik maupun keamananya. Jadi besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga saham.

  6. Indeks harga saham Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertentu, tentunya menandakan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam keadaan baik. Sebaliknya jika turun berarti iklim investasi sedang buruk. Kondisi demikian akan mempengaruhi naik turunnya harga saham di pasar bursa.

7. News dan Rumors

  Berita yang beredar di masyarakat yang menyangkut berbagai hal baik itu masalah ekonomi, sosial, politik, keamanan, hingga berita seputar reshuffle kabinet. Dengan adanya berita tersebut, parainvestor bisa memprediksi seberapa kondusif keadaan negeri ini sehingga kegiatan investasi bisa dilaksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan harga saham di bursa. Begitu banyaknya faktor- faktor yang mempengaruhi harga saham, dalam penelitian ini akan difokuskan pada factor fundamental emiten sebagai pertimbangan utama dalam menanamkan saham.

2.1.5.4 Penilaian Harga Saham

  Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar adalah nilai saham di pasar yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar.

  Sedangkan nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi (Tandelilin, 2010:301).

  Dalam hal penilaian harga saham, terdapat tiga pedoman yang dipergunakan yaitu

  1. Apabila harga saham melampaui nilai intrinsik saham, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu mahal). Dalam situasi seperti ini, investor tersebut bisa mengambil keputusan untuk menjual sahamnya tersebut.

  2. Apabila harga saham sama dengan nilai intrinsiknya, maka harga saham tersebut dinilai wajar dan berada dalam berada kondisi keseimbangan. Dalam situasi seperti ini sebaiknya investor tidak melakukan transaksi pembelian maupun penjualan saham.

  3. Apabila harga saham lebih kecil dari nilai intrinsiknya maka saham tersebut dikatakan undervalued (harganya terlalu rendah). Bagi para investor, saham yang undervalued ini sebaiknya dibeli atau dipertahankan apabila saham tersebut telah dimilikinya, karena kemungkinan besar akan terjadi lonjakan saham di masa yang akan datang.

  Terdapat dua pendekatan dalam penentuan nilai intrinsik saham berdasarkan analisis fundamental (Halim, 2005:21), antara lain :

1. Pendekatan Dividen

  Dalam pendekatan ini, harga saham dapat diketahui dengan menghitung nilai sekarang (present value -PV) dari proyeksi dividen yang akan diterima investor. Model dasar perhitungan harga saham dengan pendekatan ini adalah sebagai berikut :

  • 2
  • … +

  Po = ∑ (1+ )

  =1 =

  1

(1+

)

  1

  (1+ )

  2

  (1+ )

  Keterangan :

  Po = harga saham pada periode 0 Dt = dividen yang diterima pada periode t i = tingkat pengembalian yang diminta a)

  Dividen dengan jumlah tetap (zero growth) Diasumsikan tingkat pertumbuhan diukur dengan tingkat kenaikan dividen yang diharapkan, dan jika pertumbuhannya di masa mendatang nol, dividen yang akan dibayarkan sama setiap tahun hingga tahun ke-t, maka harga saham dapat dirumuskan sebagai berikut :

  Po =

  b) Dividen dengan pertumbuhan normal (normal growth)

  Dari tahun ke tahun, perusahaan selalu berupaya agar laba dan dividen akan tumbuh seperti yang direncanakan. Tingkat pertumbuhan tersebut diharapkan terus berlanjut pada tingkat yang sama dengan tingkat pertumbuhan ekonomi (produk nasional bruto), dan bahkan dapat lebih tinggi dari pertumbuhan tersebut. Oleh karena itu, rumus umum besarnya dividen per tahun dengan pertumbuhan normal dapat dinyatakan sebagai berikut :

  = (1 + )

  Keterangan : dn = besarnya dividen pada tahun ke-n d0 = besarnya dividen pada tahun ke-0 (tahun sebelum pembayaran dividen saat ini) n = periode waktu pembayaran dividen g = pertumbuhan pembayaran dividen

  2. Pendekatan Price Earnings Ratio (PER) Pendekatan ini sering digunakan oleh analis saham untuk menilai harga saham. Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba perusahaan, sehingga PER dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

  (1 − ) PER = atau PER =

  (

  1 − )

  Keterangan : P0 = harga saham yang layak dibeli EPS

  1 = laba per saham (earning per share) tahun mendatang

  RR = bagian dari laba yang ditahan dalam perusahaan (retention ratio) I = tingkat pengembalian yang diminta g = pertumbuhan dividen

2.2 Penelitian Terdahulu

  Bayezid Ali (2010) dengan judul “Effect of Dividend on Stock Price in Emerging Stock Market: A Study on the Listed Private Commercial Banks in DSE”. Penelitian ini menguji reaksi harga saham yang tercantum Bank Swasta Umum (PCB) di Bangladesh. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pengumuman dividen menyampaikan informasi kepada pasar yang menghasilkan reaksi harga saham. Meskipun mungkin ada faktor lain yang juga memperhitungkan pergerakan harga saham perusahaan, studi ini telah menetapkan bahwa pengumuman dividen tidak menyampaikan informasi apapun karena kontribusi yang kuat dari insider trading serta beberapa faktor lain yang mempengaruhi di pasar modal.

  Abadi (2012) dengan judul “Analyze the impact of financial variables on

  

stock prices of Tehran Stock Exchange companies ”. Penelitian tersebut

  menggunakan uji statistic regresi linier berganda. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa variabel ROI dan volume penjualan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di bursa efek Tehran sedangkan margin laba kotor tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Tehran .

  Khan (2011) dengan judul “Dividend Policy and Stock Prices – A Case of KSE-100 Index Companies”. Hasil dari penelitian ini adalah dividen saham, laba setelah pajak, laba perusahaan dan return on equity berpengaruh secara positif terhadap harga saham.

  Nirmala et al (2011) dengan judul “Determinants of Share Prices in

  

India ”. Penelitian ini mengidentifikasikan factor-faktor yang mempengaruhi harga

  saham pada sektor otomotif, kesehatan dan usaha sektor publik periode 2000- 2009. Penelitian ini memilih dividen, profitabilitas, price earning ratio dan rasio leverage sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dividen, price earning ratio dan leverage berpengaruh signifikan terhadap harga saham di semua sektor yang dipilih. Sedangkan profitabilitas hanya berpengaruh signifikan terhadap harga saham sektor otomotif.

  Khan (2010) dengan judul “Effect of Dividend on Stock Prices- A Case of

  

Chemical and Pharmaceutical Industry of Pakistan ”. Berdasarkan hasil penelitian

  tersebut dinyatakan bahwa dividen tunai dan Return on Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sementara Earning per Share dan dividen saham memiliki hubungan negatif dan secara statistik tidak signifikan dengan Harga Pasar Saham.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti (Tahun) Judul Metode Analisis Variab el yang Diteliti Hasil Penelitiaan

  Bayezid Ali (2010)

  Effect of Dividend on Stock Price in Emerging Stock Market: A Study on the Listed Private Commercial Banks in DSE

  Standard Event Study Methodology

  Variabel independen

  1. Dividend Variabel Dependen

  1.Harga Saham dividend payout ratio secara signifikan mempengaruhi pergerakan harga saham perusahaan non - jasa di Nigeria.

  Dividen saham, laba setelah pajak, laba perusahaan dan return on equity berpengaruh secara positif terhadap harga saham.

  1.Harga Saham variabel ROI dan volume penjualan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di bursa efek Tehran.

  1. Harga Saham

  4. ROE Variabel Dependen

  3.Laba perusahaan

  2. EAT

  1. Dividen saham

  Dividend Policy and Stock Prices

  Sedangkan margin laba kotor tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Tehran. Khan (2011)

  penjualan Variabel dependen

  

Lanjutan Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu Peneliti (Tahun) Judul Metode Analisis Variab el yang Diteliti Hasil Penelitiaan

  3. Volume

  Margin

  2.Gross Profit

  1.ROI

  Variabel Independen

  Analisis regresi linear berganda

  Analyze the impact of financial variables on stock prices of Tehran Stock Exchange companies

  Abadi (2012)

  • – A Case of KSE-100 Index Companies Panel Data Approach Variabel Independen

  

Lanjutan Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Metode Variab el Hasil (Tahun) Analisis yang Diteliti Penelitiaan

  Ali Effect of Standard Variabel Pengumuman Dividend on Event Study Independen dividen saham

  (2010) Stock Price in Methodology tidak

  1.Dividen Emerging berpengaruh Stock Market: secara

  Variabel A Study on signifikan

  Dependen the Listed terhadap harga

  1.Harga Private saham

  Saham Commercial Banks in DSE

  Nurmala Pengaruh analisis Variabel

  a. Hasil kebijakan korelasi Rank penelitian (2006)

  Independen dividen Spearman menunjukkan terhadap bahwa

  1.Dividend harga saham kebijakan

  Payout Ratio

  perusahaan- dividen tidak perusahaan mempunyai otomotif di pengaruh

  Variabel Bursa Efek terhadap harga

  Dependen Jakarta saham pada perusahaan

  1. Harga otomotif yang Saham telah go publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

  b.Tidak terdapat hubungan antara kebijakan dividen dengan perubahan harga saham pada perusahaan otomotif yang telah go public di (BEJ).

2.3 Kerangka Konseptual

  Dividend Payout Ratio adalah rasio yang menunjukkan berapa bagian

  pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen untuk setiap lembar saham. Ketika dividen naik, investor akan menjadi yakin akan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Dikarenakan peningkatan dividen mensinyalkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba sehingga dapat melakukan peningkatan pada pembayaran dividen. Karena itu, tidak mengejutkan, ketika kita menemukan bahwa pengumuman pemotongan dividen biasanya dianggap sebagai berita buruk (harga saham turun) dan peningkatan dividen biasanya dianggap sebagai berita baik (harga saham naik) (Brealey et al, 2007:51).

  Return on Investment (ROI) adalah rasio yang paling umum digunakan

  untuk mengukur kinerja. Return on Investment mengukur seberapa efektif penggunakan modal yang diinvestasikan untuk mendapat keuntungan (Hilton, 2002:562). Tinggi rendahnya rasio ini sering kali merefleksikan kemampulabaan dan efektivitas penggunaan asset. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik pula efektivitas penggunaan asset (Halim, 2005:157).

  Salah satu sifat utama menentukan laba yang dihasilkan perusahaan adalah dengan menggunakan laba yang dapat dihasilkan oleh asset (Brealey et al, 2007:164). Harga saham mengiktisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baik keadaan kinerja suatu perusahaan. Peningkatan harga saham mengirimkan sinyal positif dari investor kepada manajer (Brealey et al, 2007:46).

  Dari pernyataan – pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang investor akan percaya kepada perusahaan yang mampu menunjukkan kinerja yang baik melalui tingkat profitabilitas (ROI) yang tinggi, sehingga bersedia menanamkan sejumlah dana dalam perusahaan tersebut dengan memiliki sahamnya. Jika dihubungkan dengan harga saham, kecenderungan yang terjadi adalah tingkat ROI yang tinggi akan mengakibatkan kenaikan saham. Sedangkan, apabila tingkat ROI rendah investor menilai bahwa perusahaan menunjukkan kinerja keuangan yang kurang baik maka para investor kurang berminat dengan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut, sehingga terjadi penurunan harga saham.

  Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual yang menegaskan pengaruh

  

Dividen Payout Ratio (DPR) dan Return on Investment (ROI) terhadap harga

saham perusahaan properti dan real estate di Bursa Efek Indonesia.

  Dividend Payout Ratio (X 1 )

  Harga saham (Y)

  Return on Investment (X 2 )

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

  Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: “Dividend Payout Ratio dan Return on Investment berpengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan properti dan real estatedi Bursa Efek Indonesia”

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 102 103

Analisis Pengaruh Dividend Payout Ratio Dan Return On Investment Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

5 103 114

Pengaruh Dividend Payout Ratio Dan Return On Investment Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 11 81

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Saham - Pengaruh Right Issue Terhadap Volume Perdagangan Saham Dan Return Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal - Analisis Pengaruh EPS, PER dan M/B terhadap Return Saham pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Definisi Investasi - Pengaruh Investment Opportunity Set Berbasis Pada Harga Saham Terhadap Real Growth Perusahaan Properti Dan Real Estate Di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal - Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Makro Ekonomi Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Properti Dan Real Estate Di Bursa Efek Indonesia

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal - Pengaruh Pengumuman Right Issue Terhadap Abnormal Return Saham Dan Volume Perdagangan Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perusahaan Real Estate dan Properti - Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 23

Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate Dan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11