PENYIMPANGAN PERILAKU SISWA DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI DI SMP NEGERI 1 KEDUNGJAJANG LUMAJANG) Oleh: Husni Mahrus (SMP Negeri 1 Kedungjajang) – JURNAL JP3

  

PENYIMPANGAN PERILAKU SISWA

DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

(STUDI DI SMP NEGERI 1 KEDUNGJAJANG LUMAJANG)

  Husni Mahrus SMP Negeri 1 Kedungjajang

  Email :

  

Abstrak: Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkannya sebagai sebuah penyelidikan

terhadap penyimpangan perilaku siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhi di SMP Negeri 1

Kedungjajang Lumajang. Khususnya, penulisan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

hubungan materi akhlaq dengan perilaku siswa di SMP Negeri 1 Kedungjajang Lumajang.

Penulisan ini disusun untuk mengetahui hubungan atau sinkronisasi antara materi akhlaq dengan

perilaku siswa di SMP Negeri 1 Kedungjajang Lumajang, juga berbagai penyimpangan siswa dan

bagaimana cara mengatasinya. Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan cara teoritik dan

empirik. Pendekatan teoritis dilakukan dengan menggunakan literatur yang berhubungan dengan

pokok penelitian. Sedangkan pendekatan empirik dilakukan dengan mengumpulkan data

dilapangan menggunakan beberapa tehnik yang bisa membantu. Data tersebut kemudian dibahas

dan dianalisa. Sehubungan dengan jenis-jenis penelitian yang ada, penulisan ini termasuk jenis

penelitian kualitatif. Jadi data dianalisa dengan mendeskripsikan dengan berorientasi pada sistem

pemikiran deduktif dan induktif Dari hasil penelitian membuktikan dari 114 siswa kelas VIII (laki-

laki: 58, perempuan: 56) yang melakukan penyimpangan adalah: a) menyontek: 3 siswa (laki-laki

semua); b) terlambat: 3 siswa (2 laki-laki, 1 perempuan), c) bolos: 3 siswa (laki-laki semua); d)

merokok: 3 siswa (laki-laki semua); e) tidak mengerjakan tugas: 3 siswa (1 laki-laki, 2

perempuan); f) mencuri: 1 siswa (laki-laki); g) berkelahi: 3 siswa (laki-laki semua); h) video

porno: 5 siswa (laki-laki semua); i) obat terlarang: 3 siswa (laki-laki semua); h) pelecehan seksual:

6 siswa (laki-laki semua).

  Kata Kunci: Penyimpangan prilaku PENDAHULUAN bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

  Pendidikan moral/akhlaq merupakan

  didik agar menjadi manusia yang

  bagian terpenting yang inheren pada

  beriman dan bertakwa kepada

  seluruh mata pelajaran yang ada pada

  Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

  kurikulum Sekolah Menengah Pertama

  mulia, sehat, berilmu, cakap,

  pada umumnya. Pendidikan ini utamanya

  kreatif, mandiri, dan menjadi

  telah tercakup pada bidang studi Pendidikan

  warga negara yang demokratis

  

  mata pelajaran tersebut adalah tidak lepas Dari Tujuan Pendidikan Nasional dari Tujuan Pendidikan Nasional (pasal 3 tersebut di atas dapatlah dijadikan sebagai

  Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003), landasan filosofis, betapa urgensinya yaitu : pendidikan akhlaq pada siswa. Tolak ukur keberhasilan siswa tidak hanya dilihat pada

  “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 www.hukumonline.com. Undang-Undang RI no membentuk watak serta peradaban

  20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan bangsa yang bermartabat dalam Nasional. rangka mencerdaskan kehidupan aspek tinggi rendahnya tingkat intelektualitas yang ada pada anak, melainkan harus pula mengedepankan aspek moralitas yang akan membentuk karakteristik pada diri anak melalui pendidikan formalnya.

  Guru sebagai sosok yang memegang kendali atas aktivitas siswa pada lingkup sekolah secara langsung, dan di luar sekolah secara tidak langsung, harus benar-benar mampu menjadi media pentrasfer ilmu pengetahuan, mengajar, dan merubah perilaku siswa dari yang tidak baik (negatif) menjadi baik (positif). Mengingat tugas sebagai guru tidaklah ringan, maka seorang guru dituntut untuk mampu melihat dan menganalisa bahwa “ada kemampuan– kemampuan yang belum dimiliki siswa dan mereka harus dibantu untuk memperolehnya, bahkan ada kekurangan dalam bersikap dan cara bertindak siswa yang harus diperbaiki”

  waspada dan melakukan pendekatan seefektif mungkin baik melalui pendekatan pribadi maupun pendekatan pengembangan. Pendekatan pribadi berarti ”guru memandang anak sebagai pribadi yang utuh dengan segala karakteristik dan keunikannya”, sedangkan pendekatan pengembangan adalah “Layanan bimbingan lebih menekankan pada aspek perkembangan siswa secara menyeluruh dan berkesinambungan yang menyangkut segi pribadi-sosial, pendidikan, dan karier sehingga siap untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dan perencanaan masa depan”

   2 W.S. Wingkel SJ, Psikologi Pengajaran, PT.

  Berkaitan dengan kurikulum, Nana Sudjana menegaskan bahwa :

  ”Kurikulum pada prinsipnya merupakan alat untuk membina dan mengembangkan siswa menjadi manusia yang berilmu (berkemampuan intelektual tinggi/cerdas), bermoral (memahami dan memiliki nilai-nilai sosial dan nilai–nilai religi) sebagai pedoman hidupnya serta beramal (menggunakan ilmu yang dimlikinya untuk kepentingan manusia dan masyarakat) sesuai dengan fungsinya sebagai makhluk sosial”

   Untuk itu, komponen-komponen

  kurikulum yang ada, seperti tujuan, isi, strategi, dan evaluasi harus diberlakukan secara seimbang, artinya satu dengan lainnya harus saling terkait dan saling mempengaruhi. Isi yang terkandung di dalam kurikulum (waktu 40 menit) tentunya sangat kurang memadai, begitu juga strategi serta sistem evaluasi yang parsial. Ini semua akan menghambat siswa dalam melaksanakan interaksi yang positi

2 Untuk itu guru hendaklah selalu

   Dengan demikian seluruh rangkaian

  yang ada dalam bingkai pendidikan semuanya saling terkait satu sama lain, untuk lebih jelasnya dapat dibuat skema gambar 1. 3 Departemen Agama RI. Kurikulum Madrasah

  Aliyah ( MAN ) ; Pedoman Bimbingan dan Konseling. Dirjen. Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta , 1995, hal. 13. 4 Nana Sudjana, Pembinaan dan

  Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru Algensindo, Bandung, cet. ke–3, 1996, hal. 3. 5 Hasil observasi dan interview dengan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, BP, PKn SMP Negeri 1Kedungjajang pada tanggal

  Gambar 1. Skema Rangkaian Proses Pembelajaran

  macam bentuk interaksi di sekolah sebagai salah satu alternatif dalam pemecahannya. Interaksi yang positif telah digambarkan oleh Hasan Langgulung secara

   6 Hasil Observasi dan interview dengan Kepala Sekolah dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, BP, PKn, pada tanggal 29 Mei 2010. 7 Hasan Langgulang, Asas-Asas Pendidikan

  ”Adanya pendidikan yang berupa keteladanan, penyuluhan dan bimbingan, alat-alat serta faktor pendidikan lainnya”

  

  tegas dikatakan bahwa ”institusi sekolah adalah sebagai wahana untuk mengantarkan siswa menjadi manusia yang berguna dalam ruang lingkup pribadi maupun masyarakat pada umumnya”. Hadari Nawawi juga menjelaskan bahwa, “proses belajar mengajar di sekolah dimaksud untuk membantu siswa tumbuh dan berkembang menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing”

  Lebih

  ikhlas, menepati janji, menjaga rahasia, lurus perangai, berani, pemurah, suka menolong, adil, bertanggung jawab, pengasih, penyayang, dan lain-lain”

  fenomenologis seperti: ”benar, amanah,

   Untuk itu perlu adanya berbagai

  Pada skema ini dapat dilihat adanya

  Pertama; klasifikasi ringan (menonjol), terdiri dari: budaya menyontek, terlambat masuk, bolos, merokok, tidak mengerjakan tugas PR, Kedua; klasifikasi berat (tidak menonjol), antara lain: pencurian, perkelahian, HP porno, pengguna obat terlarang, pelecehan seksual

  Realisasi dari pelaksanaan komponen kurikulum yang kurang tepat, dapat mempengaruhi kegiatan harian siswa, dengan sikap yang kurang mencerminkan akhlaq positif dan penyimpangan perilaku yang tidak diharapkan. Penyimpangan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua.

  Disamping itu dalam pelaksanaannya tidaklah hanya ditekankan pada tes formatif dan sumatif semata yang bersifat parsial, akan tetapi harus juga mengikutsertakan seluruh prinsip-prinsip penilaian yang ada, yaitu: penilaian yang bersifat menyeluruh, berkesinambungan, berorientasi pada tujuan, obyektif, terbuka, kebermaknaan, berkesesuaian dan mendidik.

  komprehensif pada semua aspek atau ranah baik kognitif, afektif maupun psikomotorik.

  Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari proses pendidikan yang ada, evaluasi telah menjadi salah satu alat untuk mengukur tingkat keberhasilan dari tiap-tiap siswa. Dengan demikian dalam melaksanakan evaluasi hendaknya bersifat

  sebagai kegiatan interaktif antara siswa dan guru harus benar-benar dapat menjadikan anak berkualitas, baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotoriknya.

  feedback bahwa proses belajar mengajar

  Islam, Pustaka Husna, Jakarta, cet. ke-2, 1992, hal. 222. 8 Hadari Nawawi, Administrasi dan Organisasi Bimbingan dan Penyuluhan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hal. 7. 9 Poedjawijatna, Etika Filsafat Tingkah Laku, PT. Dari deskripsi di atas, maka alasan dalam penelitian ini adalah, Penulis ingin mengetahui lebih jauh jenis penyimpangan dan faktor yang menyebabkan banyaknya prilaku menyimpang. Dan untuk evaluasi yang mengarah pada perhatian yang lebih dominan pada ranah afektif. Karena ranah afektif berkaitan dengan peranan atau sikap kejiwaan siswa, yang akan melahirkan suatu akhlaq yang berarti “Kebiasaan kehendak”

  

   walaupun sistem evaluasi ini juga tidak akan meninggalkan ranah-ranah lainnya, seperti kognitif dan psikomotorik.

  PEMBAHASAN Jenis-jenis Penyimpangan Perilaku Siswa

  Dari jenis-jenis penyimpangan perilaku tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua katagori yaitu ringan dan berat. Penyimpangan perilaku yang masuk dalam katagori ringan, adalah tingkah laku atau perilaku negatif yang dapat merugikan diri sendiri dan tidak mengakibatkan kerugian terhadap orang lain, serta masuk dalam tingkat pen-skor-an yang berhubungan dengan masalah kenakalan dan berada pada posisi penilaian yang rendah. Jenis-jenis penyimpangan tersebut antara lain adalah: menyontek, terlambat masuk sekolah, bolos sekolah, merokok, tidak mengerjakan PR. Penyimpangan perilaku yang berada dalam katagori berat adalah bentuk-bentuk penyimpangan perilaku yang dapat berakibat tidak hanya merugikan diri sendiri, akan tetapi juga dapat merugikan orang/pihak lainnya, dan masuk dalam katagori pen-skor-an kenakalan tingkat tinggi. Jenis-jenis penyimpangan tersebut antara lain adalah: pencurian, perkelahian, 10 Ahmad Amin, Al-Akhlaq, Penterj. Prof. Ma’ruf, membawa HP yang memuat gambar- gambar porno, penggunaan obat-obatan terlarang, pelecehan seksual.

  Banyak faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang, baik berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan, maupun pengaruh luar. Sebagai contoh, dalam studi Lewin mengungkapkan bahwa 90 % anak- anak yang bersifat jujur berasal dari keluarga yang keadaannya stabil dan harmonis, sedangkan 75 % anak-anak pembohong berasal dari keluarga yang tidak harmonis atau disebut broken home.

  Langkah-langkah Penanggulangan Perilaku Menyimpang

  Dari berbagai macam jenis penyimpangan perilaku yang dilakukan siswa yang disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, maka cara-cara untuk mengatasi atau langkah-langkah penanggulangan yang telah dilakukan oleh SMP Negeri 1 Kedungjajang diantaranya adalah:

  Pembinaan mental spiritual.

  Bentuk-bentuk pembinaan mental spiritual yang dilaksanakan oleh SMP Negeri 1 Kedungjajang meliputi:

  1. Kegiatan sholat dhuha berjama’ah pada jam istirahat pertama.

  2. Kegiatan sholat dhuhur berjama’ah pada jam istirahat kedua.

  3. Pembelajaran baca tulis al-Qur’an setiap sabtu diluar jam pelajaran.

  4. Pembiasaan untuk infaq dan shodaqoh tiap pelajaran PAI.

  5. Dikumandangkannya bacaan asmaul husnah yang diikuti oleh seluruh siswa setiap awal pelajaran dan tiap-tiap selesai istirahat.

  6. Pembinaan dari Dinas Kesehatan diatas, baik yang tergolong ringan maupun tentang budaya hidup bersih dan sehat berat, maka peran Kepala Sekolah maupun serta pengetahuan detail tentang alat guru sangat menentukan dalam reproduksi. penanggulangannya, dan ketika mencari

  7. Pembinaan dari Badan Narkotika solusi hendaknya memperhatikan prinsip- Nasional tentang bahaya dari pengguna prinsip dasar dalam pendidikan dan obat-obat terlarang. ketuntasan belajar siswa, antara lain yaitu:

  8. Pembinaan dari POLRES Lumajang perhatian dan motivasi, keaktifan, tentang disiplin berlalu-lintas serta cara keterlibatan langsung / berpengalaman, aman dalam memilih teman untuk pengulangan, tantangan, balikan atau

  

  

Pembinaan ekstra kurikuler. Dengan demikian langkah yang

  1. Olah raga: Bola basket. Bola volli. harus ditempuh oleh kepala sekolah dan Sepak bola.Pencak organisasi (PO). guru beserta komponen lainnya secara

  2. Kesenian: Drum band. Paduan suara. konkrit dalam menghadapi atau Vokal grup. menyelesaikan penyimpangan siswa pada

  3. Keterampila: Tata busana/menjahit. umumnya adalah sebagai berikut : Tata boga / memasak. Sablon. Internal ( Kepala Sekolah dan Guru ).

  4. Kepemimpinan.Pramuka. Palang merah Kepala sekolah dan guru merupakan

  

  remaja (PM induk dari semua kegiatan dan proses

  

Sarana dan prasarana. belajar mengajar di sekolah. Dengan istilah

  Sarana dan prasarana yang ada di lain dapat dikatakan bahwa “kepala sekolah sekolah sangat menentukan terhadap merupakan pemeran kunci ( Key Position ) pemenuhan siswa dalam pengembangan dalam rangka mencapai tujuan

  

  potensi diri, dengan segala keterbatasan pendidikan”Dari posisi ini, kepala lahan dan dana, maka yang telah sekolah diharapkan mampu mengolah ( raw diupayakan oleh sekolah diantaranya input ) menjadi ( out put ) yang dapat adalah: dipertanggung jawabkan kepada orang tua,

  1. Perpustakaan sekolah. masyarakat, bangsa dan negara pada 2. Ruang laboraturium IPA. umumnya.

  3. Ruang komputer. Sedangkan guru adalah sosok yang

  4. Lapangan bola basket dan bola volli. dituntut untuk berani dan memberanikan

  5. Koperasi siswa. diri dalam mengolah anak, dan hendaknya

  

  hal tersebut disertai dengan kemampuan Namun demikian, melihat dari 14 Dimyati, dan Mudjiono, Belajar dan semua bentuk penyimpangan tersebut 11 Pembelajaran, Dirjen. Pendidikan Tinggi

  Data diperoleh melalui agenda sekolah juga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, program dari urusan Kurikulum, Kesiswaan dan Jakarta, 1994, hal. 45. 15 12 Humas.

  Soekarno Indra Fachrudin, Mengantar

Berdasar pada data yang ada dan menjadi agenda Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, 13

program kegiatan Kesiswaan dan OSIS. Ghalia Indonesia, Jakarta, 1993, Cet. Ke-1, hal. untuk memprofesionalkan diri baik dari segi metode dalam mendidik, nilai-nilai filosofis dan moralitas, mengajar dengan cara mentransfer knowledge atau science, maupun melatih peserta didik dengan cara pertumbuhan fisik dan ketrampilan yang mapan.

  Eksternal.

  Dalam masalah ini, kepala sekolah dan guru tidak akan mampu menangani dengan sempurna bila tidak melibatkan pihak lain, seperti: orang tua siswa, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemerintah dan lain sebagainya. Usaha dalam menanggulangi perilaku menyimpang remaja dapat juga dilakukan dengan cara mengelompokkan menjadi tindakan pencegahan (preventif), pengentasan (curative), pembetulan (corrective), dan penjagaan atau pemeliharaan (perseverative).

  Dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif ini telah ditemukan beberapa masalah, yaitu: (1) adanya penyimpangan perilaku siswa yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal; (2) isi atau materi kurikulum yang tidak diimbangi dengan implementasinya; (3) sistem evaluasi yang tidak obyektif, kontinyu, integral; (4) pendekatan dan metode yang ditempuh sekolah dalam mengatasi penyimpangan perilaku siswa masih belum baik.

  Oleh karena itu dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1) jenis penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 ringan meliputi menyontek, terlambat masuk sekolah, bolos sekolah, merokok, dan malas atau tidak mengerjakan PR, (b) penyimpangan berat meliputi pencurian, perkelahian, HP porno, pengguna obat terlarang, pelecehan seksual; 2) munculnya gejala penyimpangan perilaku siswa baik yang ringan (menyontek, terlambat masuk sekolah, bolos sekolah, merokok, tidak mengerjakan tugas/PR) maupun berat (pencurian, perkelahian, HP porno, pengguna obat terlarang, pelecehan seksual,) pada umumnya disebabkan oleh faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari pengaruh luar, tidak timbul dari keinginan dirinya sendiri. Adapun faktor luar yang berpengaruh terhadap penyimpangan perilaku siswa ini adalah:

  Lingkungan keluarga, dalam hal ini orang tua sangat besar sekali pengaruhnya bagi siswa yang disebabkan oleh beberapa aspek terutama adalah aspek ekonomi, status sosial dan tingkat pendidikan.

KESIMPULAN DAN SARAN

  Lingkungan sekolah, antara lain disebabkan kurang profesionalnya guru dalam pengertian kurang tegas dalam menerapkan tata tertib sekolah, tidak ada sanksi yang berwibawa dan edukatif, strategi pembelajaran yang kurang bervariasi, dan sistem evaluasi guru yang bersifat subyektif artinya guru meninggalkan prinsip-prinsip penilaian yang ideal, yaitu : obyektif, kontinyu, dan integral, serta kurang maksimalnya kegiatan ekstra kurikuler sebagai sarana menampung minat bakat siswa, sehingga seringkali siswa mencari kegiatan diluar sekolah yang justru kurang tepat.

  Lingkungan masyarakat, antara lain disebabkan; 1) kurangya partisipasi menyimpang remaja dilingkungan masyarakat; 2) kemajuan teknologi informasi yang pesat menyebabkan kebablasan informasi bagi remaja; 3) banyaknya masyarakat yang cenderung mencontohkan perbuatan yang dilarang dan bahkan dalam bentuk kriminal; 4) kerusakan moral dalam komplek tempat tinggal.

  Untuk mengatasi penyimpangan perilaku siswa, semua komponen yang terkait harus melakukan kegiatan

  koordinatif baik secara internal maupun

  eksternal dengan menggunakan pendekatan persuasif dan keteladanan. Komponen- komponen tersebut adalah :

  Kepala sekolah, sesuai dengan fungsinya adalah sebagai pengarah dan penentu kebijaksanaan dari semua program intruksional, untuk itu seluruh kebijakan yang akan diberlakukan hendaknya mampu menampung seluruh aspirasi dari seluruh elemen yang ada dilembaga tersebut, setidaknya dapat meminimalisasi adanya perbedaan-perbedaan sehingga dapat mempermudah kelancaran dari program yang sudah dicanangkan.

  Guru, untuk menghadapi anak didiknya seperti tersebut diatas harus melakukan pendekatan persuasive dan keteladanan yang diawali dari diri sendiri. Kemudian harus melakukan tindakan tegas pada siswa yang telah melakukan penyimpangan sesuai dengan tata tertib sekolah, dan guru seharusnya dapat pula mengenali sifat dan watak dari siswa berdasar latar belakang masing-masing.

  Orang tua, tokoh agama/masyarakat, dan instansi pemerintah, mereka hendaknya mengetahui program reguler maupun sekolah tersebut harus disesuaikan dengan kegiatan anak dalam membantu orang tuanya dan kegiatan kemasyarakatan, sehingga keduanya saling melengkapi. Saran-saran

  Dari kesimpulan diatas, peneliti mengharap adanya perhatian yang konstruktif pada semua pihak, terkait dengan kegiatan proses belajar mengajar, terutama mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Guna mengantisipasi dan mencari solusi atas berbagai penyinpangan perilaku siswa yang terjadi, perlu adanya langkah- langkah konkrit. Oleh karena itu dalam penelitian ini dapat peneliti sarankan kepada :

  Lembaga (SMP Negeri 1 Kedungjajang).

  Secara fisik sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses belajar mengajar harus represntatif dengan terpenuhinya sarana yang memadai. Terutama buku-buku mata pelajaran yang terdapat dalam perpustakan, hendaknya seimbang dengan kebutuhan dan jumlah siswa yang ada, juga sarana dan alat-alat olah raga serta alat dan sarana untuk ketrampilan dan kesenian. Sedangkan secara psikis, lingkungan, sekolah harus dapat menciptakan suasana belajar siswa dengan tenang.

  Kepala Sekolah.

  Sesuai dengan fungsinya bahwa kepala sekolah adalah pemegang kunci kebijaksanaan. Oleh karenanya, hendaknya kepala sekolah selalu mengontrol atau mengevaluasi atas berbagai persoalan yang muncul. Dan harus mampu pula menerapkan segala peraturan yang belum berjalan secara optimal. Lebih dari itu, kepala sekolah harus mampu menangkap aspirsai guru serta kebutuhan siswa dan instansi lain baik yang bersifat formal Masyarakat diharapkan dapat maupun non formal. memberikan dukungan moril maupun

  Guru.

  matriil terhadap program sekolah, sehingga Guru sebagai sosok yang berperan bila keseluruhan program yang untuk menstransfer ilmu pengetahuan pada direncanakan mendapat dukungan anak, selalu berhadapan dengannya setiap masyarakat terutama orang tua siswa, maka hari. Untuk itu diharapkan mampu arah dan tujuan pendidkan di lembaga mencipatakan pendekatan secara persuasif tersebut tentu akan dapat berjalan dengan dan keteladanan, sehingga anak akan lancara. Demikian pula arah serta kebijakan dengan mudah dan menyadari sepenuhnya pemerintah diharapkan mampu mendorong untuk selalu mengikuti perintahnya dan dan menciptakan suasana kondusif dan takut bila melanggar peraturan yang ada. dinamis bagi terselenggaranya pendidikan Dan yang lebih penting lagi adalah guru yang sesuai dengan amanat Undang- hendaknya tidak segan-segan menghukum Undang. siswa bila melakukan pelanggaran dan penyimpangan perilaku. Kemudian dalam DAFTAR PUSTAKA hal menggunakan strategi mengajar

  Abu Bakar Ahmad bin Husain Baihaqi, hendaknya bervariatif, seperti tanya jawab

  Suabul iman, penerbit Darul Kutub

  dan dialog. Sedangkan untuk evaluasi, guru al Ilmiyah Beirut, diperbaharui oleh harus memperhatikan prisip-prinsip Muhammad Said Basuni, juz 6. cet. evaluasi pada umumnya sehingga anak 1410 H. merasa tidak dirugikan, serta senantiasa menjalin keakraban dengan siswa yang

  Ali,

   H. Muhammad, Pengembangan

  darinya akan dapat mengenal siswa lebih Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Bandung, cet. ke-2, 1992. mendalam dengan karakter yang dimiliki.

  Siswa.

  Amin, Ahmad, Al-Akhlaq, Penterj. Prof. Sebagai objek dan subjek yang telah Ma’ruf, Bulan Bintang, Jakarta, cet. dibimbing guru di lingkup sekolah formal, ke-7, 1993. hendaknya menyadari dan memperhatikan aturan atau tata tertib sekolah yang ada.

  An-Nahlawi, Abdurrachman, Usnul Al-

  Tarbiyah Al-Islamiyah Wa

  Karena dengan mengikuti tata tertib

  Asalibiha Fi Al –Bait Wa Al-

  sekolah, peningkatan prsetasi belajar akan

  Madrasah Wa Al – Mujtama’,

  lebih cepat untuk dicapai, serta untuk Panerj. Drs. Shihabuddin, Gema dengan aktif mengikuti kegiatan ekstra yang Insani, Jakarta, cet. ke-2. ada. Dan jika siswa sering melakukan pelanggaran dan kesalahan di sekolah,

  Arifin, H.M. Bimbingan dan Konseling: maka sulit baginya untuk bisa

  Kenakalan Remaja dan Kegiatan Bimbingan dan Conseling

  berkosenntrasi pada mata pelajaran yang

  Berdasarkan berbagai Sistem,

  ada dan akibatnya adalah hasil prestasi Dirjen, Pembinaan Kelembagaan belajar yang rendah/menurun.

  Agama Islam dan UT, Jakarta, 1992. Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam Suatu

  Tinjauan Teoristis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Bumi Aksara, Jakarta, 1996.

  Jakarta, 1993. Faisal, Sanapiah, Penelitian Kualitatif, YA3, Malang, 1990.

  Keluarga, Petrj. Kelompok Diskusi

  Isawi, Abdurrachman, Anak Dalam

  en-komponen-kurikulum/

  wordpress.com/2008/01/22/kompon

  Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, cet. ke-4, 1993. Sudrajat,

  Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Andi Offset,Yogyakarta, 1987. Moeliono, Anton M, Kamus Bahasa

  The Curriculum, Canada : Little, Brown & Company, 1082,1954.

  Holt, renehart and winston, dikutip oleh Peter F. Oliva, Developing

  Curriculum Planning For Better Teaching and Learning, New York:

  Gajah Mada University Press, Yogyakarta, cet. ke-5, 1988. Gaien Saylor dan William M. Alexander,

  Pengantar dan Berbagi Bagiannya,

  F.J Monks, dkk. Psikologi Pengembangan

  Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1992.

  Faisal, Sanapiah, Metodologi Penelitian

  Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik, Ghalia Indonesia,

  Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT.

  Daradjat, Zakiah, Kesehatan Mental, Gunung Agung, Jakarta, 1983. _____Departemen Pendidikan dan

  Rineka Cipta, Jakarta, cet. ke-10, 1996. Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi

  Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, cet. ke-2, 1997.

  C.A. Van Peursen, Susunan Ilmu

  Pengetahuan, PT. Gramedia, Jakarta, 1989.

  Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian

  Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, cet. ke-8, 1998.

  Kebudayaan, Materi Dasar

  Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1994. Fachrudin, Soekarno Indra, Mengantar

  Pendidikan Program Akta Mengajar V Buku III Pengembangan Kurikulum, Dirjen

  Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Institut Pendidikan Tinggi, Jakarta, 1981.

  _____Departemen Agama RI. Kurikulum

  Madrasah Aliyah ( MAN ) ; Pedoman Bimbingan dan Konseling. Dirjen. Pembinaan

  Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 1995. Dimyati, dan Mudjiono, Belajar dan

  Pembelajaran, Dirjen. Pendidikan

  Psikologi, Studio, Solo, cet. ke-2, 1989. Jatmika, Rahmat, Sistem Etika IslamPustaka Panji Mas, Jakarta, 1992. Lissu’udi, Hafizh Hassan, Taisirul Khallaq Fi Ilmi Al-Akhlaq, Salim Nubhan.

  Tt. Surabaya. Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Pustaka Husna, Jakarta, cet. ke-2, 1992. Langgulung, Hasan, Pendidikan dan

  Wicaksana, Kelas I Jilid I, Semarang , 1997. Robert H. Davis Lawrence T. Alexander, and Stephen L. Yelon, Learing

  3. Sukmadinata, Nana Syoidih,

  Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak, Ghalia Indah, Jakarta, cet. ke-

  Bandung , cet. ke-3, 1996. Sukardi, Dewa Ketut, Psikologi Populer

  Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru Algensindo,

  Sudjana, Nana, Pembinaan dan

  Remaja, PT. Rineka Cipta, Jakarta, cet. ke-3, 1993.

  Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan

  Penyuluhan, CV Pustaka Setia, Bandung, 1998.

  cet. ke-2, 1991. Sartono, dan H.M Umar, Bimbingan dan

  Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, IKIP Malang, Malang,

  Saliwangi, Bassenang, Pengantar Strategi

  Olive, Developing The Curriculum, Canada: Little, brown & Company, 1982.

  System Design, New York Me Graw Hill, 1974, dikutip oleh Peter F.

  Rifai, H. Muh. et al. Akidah Akhlaq, CV.

  Peradapan Islam, Pustaka Al- Husna, Jakarta, cet. ke-3, 1985.

  Teoristis dan Praktis, CV. Remadja Karya, Bandung, cet. ke-3, 1987.

  Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan

  Poedjawijatna, Etika Filsafat Tingkah Laku, PT. Rineka Cipta, Jakarta, cet. ke-8, 1996.

  Penyuluhan di Sekolah, Erlangga, Jakarta, 1982.

  Jakarta, 1983. Partowisastro, Koestoer, Bimbingan Dan

  Organisasi Bimbingan Dan Penyuluhan, Ghalia Indonesia,

  Nawawi, Hadari, Administrasi Dan

  Muhyidin Abi Zakariyah Yahya Bin Syaraf Nawawi, Riyadlusolihin, Syarkat Al-Ma’arif, Bandung-Indonesia.

  Muhamad bin Salamah bin Ja’far Abu Abdillah al Qodoi, Musnad sihab, Penerbit Yayasan Arrisalah, diperbaharui oleh Hamdi bin Abdul Majid assalafi, juz 2, cet. ke-2, 1986.

  Muhammad bin Soleh bin Muhamad Asimain, Sarah riyadus solihin, karangan 1421 H.

  Kualitatif, PT. Remadja Rosdakarya, Bandung, 1991.

  Moloeng, Lexy J., Metodologi Penelitian

  Mansyur, H., Strategi Belajar Mengajar, Dirjen. Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 1995.

  Pengembangan Kurikulum Teori

  dan Praktis, PT Remaja tentang Sistem Pendidikan Rosdakarya, Bantung, 1997. Nasional.

  Suparlan, Parsudi, Pengantar Metode _____Yayasan Penerus Nilai-Nilai Luhur

  Penelitian Pendekatan Kualitatif, Perjuangan 1945, Perilaku Remaja Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, dan Permasalahan, Jakarta, 1995.

  Semarang, 1993. Surachmad, Winarno, Psikologi, Pemuda

  Sebuah Pengantar dalam Perkembangan Pribadi dan Interaksi Sosialnya, , cet. ke-2, 1980.

  Suyatno, Agus, Psikologi Perkembangan, Aksara Baru, Jakarta, 1981. Thoha, Chabib, Teknik Evaluasi

  Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, cet. ke-2, 1994.

  Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar

  Dasar-Dasar Kependidikan, Usaha Nasional, Surabaya, cet. Ke 3, 1988.

  Usman, Muh. Uzer, Menjadi Guru

  Professional, PT. Remaja

  Rosdakarya, Bandung, cet. ke-4, 1992. Walgito, Bimo, Bimbingan & Penyuluhan

  di Sekolah, Andi Offset,

  Yogyakarta, edisi IV, cet, ke-3, 1995. Walgito, Bimo, Kenakalan Anak (Juveline

  Delinquency), Yayasan Penerbit

  Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1982. W.S. Wingkel SJ, Psikologi Pengajaran,

  PT. Gramedia, Jakarta, cet. ke-2, 1989. WWW. Hukum online.com. Undang-

  Undang RI no 20 tahun 2003